14
1) Taenia solium (cacing pita babi) Tubuh cacing dewasa mempunyai panjang 3-4 m dan mengandung lebih dai 1000 proglotid. Pada bagian skoleks dilengkapi dengan empat alat isap beserta kaitnya. Telur menjadi larva yang akan masuk kedalam aliran darah yang dinamakan onkosfer atau heksakan. Heksakan akan menembus dinding pembuluh darah dan menetap dalam jaringan otot dengan membentuk sista. Sista berkembang menjadi sistiserkus (cacing gelembung) yang dilengakapi dengan skoleks beserta alat isap dan kainya. Jika termakan oleh manusia sistiserkus akan menempel pada usus halus dan berkembang menjadi dewasa. Railietina sp Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp. Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp. Morfologi Raiilietina spp Terdapat 3 spesies cacing Raillietina spp, yaitu Raillietna tetragona, Raillietina echinobothrida dan Raillietina cesticillus. Di bawah ini secara rinci morfologi masing-masing spesies cacing Raiilietina spp diterangkan. 1. Raiilietina tetragona Raiilietina tetragona merupakan cacing pita ayam yang terpanjang, mencapai 25 cm dan lebar proglottidnya 1-4 mm. Lebar skoleksnya 175-350 mikron dan memiliki rostellum yang diameternya 200-300 mikron. Pada rostellumnya terdapat 2 atau 3 barisan yang terdiri dari 90-120 duri yang panjangnya 6-8 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8-12 baris duri yang panjangnya 3-8 mikron. Lubang kelaminnya biasanya unilateral, kadang-kadang saja berselang seling tak teratur, letaknya di depan tengah-tengah sisi proglottid yang matang. Terdapat 18-32 testes pada setiap ruas. Uterus berisi kapsul yang masing-maisng mengandung 6-12 telur yang berukuran 25-50 mikron (Soulsby, 1982). Kantong sirrusnya kecil, dengan panjang 75-100 mikron (Reid, 1984). Gambar 1 menunjukkan skoleks dan segmen serta lubang genital Raillietina tetragona. 2. Raillietina echinobothrida Raillietina echinobothrida, panjangnya mencapai 250 mm dengan lebar 1-4 mm. Skoleksnya bergaris tengan 250-450 mikron, sedang rostelum bergaris tengah 100-250 mikron yang dilengkapi dengan dua baris kait-kait sebanyak 200-250

cestoda parasit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CESTODA PARASIT

Citation preview

Page 1: cestoda parasit

 1)     Taenia solium (cacing pita babi)

Tubuh cacing dewasa mempunyai panjang 3-4 m dan mengandung lebih dai 1000 proglotid. Pada bagian skoleks dilengkapi dengan empat alat isap beserta kaitnya. Telur menjadi larva yang akan masuk kedalam aliran darah yang dinamakan onkosfer atau heksakan. Heksakan akan menembus dinding pembuluh darah dan menetap dalam jaringan otot dengan membentuk sista. Sista berkembang menjadi sistiserkus (cacing gelembung) yang dilengakapi dengan skoleks beserta alat isap dan kainya. Jika termakan oleh manusia sistiserkus akan menempel pada usus halus dan berkembang menjadi dewasa. 

Railietina spCestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua

umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan.

Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang

menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti

kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina

spp.

Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh

Nematoda dan trematoda. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing

yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp.

Morfologi Raiilietina spp

Terdapat 3 spesies cacing Raillietina spp, yaitu Raillietna tetragona, Raillietina

echinobothrida dan Raillietina cesticillus. Di bawah ini secara rinci morfologi masing-masing

spesies cacing Raiilietina spp diterangkan. 

1.      Raiilietina tetragona

Raiilietina tetragona merupakan cacing pita ayam yang terpanjang, mencapai 25 cm

dan lebar proglottidnya 1-4 mm. Lebar skoleksnya 175-350 mikron dan memiliki rostellum

yang diameternya 200-300 mikron. Pada rostellumnya terdapat 2 atau 3 barisan yang terdiri

dari 90-120 duri yang panjangnya 6-8 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8-

12 baris duri yang panjangnya 3-8 mikron. Lubang kelaminnya biasanya unilateral, kadang-

kadang saja berselang seling tak teratur, letaknya di depan tengah-tengah sisi proglottid

yang matang. Terdapat 18-32 testes pada setiap ruas. Uterus berisi kapsul yang masing-

maisng mengandung 6-12 telur yang berukuran 25-50 mikron (Soulsby, 1982). Kantong

sirrusnya kecil, dengan panjang 75-100 mikron (Reid, 1984). Gambar 1 menunjukkan

skoleks dan segmen serta lubang genital Raillietina tetragona.

2.      Raillietina echinobothrida

Raillietina echinobothrida, panjangnya mencapai 250 mm dengan lebar 1-4 mm.

Skoleksnya bergaris tengan 250-450 mikron, sedang rostelum bergaris tengah 100-250

mikron yang dilengkapi dengan dua baris kait-kait sebanyak 200-250 yang panjangnya 10-

13 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 15 baris duri-duri dengan ukuran

5-15 mikron. Lubang kelaminnya hampir selalu unilateral, terletak di tengah-tengah atau

Page 2: cestoda parasit

sedikit di belakang tengah-tengah sisi proglottid. Uterus berakhir dengan kapsul yang

mengandung 6-12 telur.

Kantong sirrus berjarak sepertiga dari saluran ekskretori dan relatif besar, panjang

130-190 mikron. Testes berjumlah antara 20-45 buah dalam tiap segmen.

Ciri khas cacing ini yaitu segmen posterior akan melepaskan diri pada suatu

bentukan yang mirip jendela terletak di pertengahan segmen. Akan tetapi bentukan

tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap individu.

3.      Raiilietna cesticillus.

Panjangnya Raiilietna cesticillus berkisar antara 100-130 mm dan lebarnya 1,5-3 mm,

lebar skolek 300-600 mikron. Rostellumnya cukup besar dengan diameter 100 mikron,

dilengkapi dengan dua baris terdiri dari 400-500 duri yang berukuran 8-10 mikron. Alat

penghisapnya tidak berduri kait. Dalam tiap proglottid yang matang terdapat 20-230 testes.

Lokasi lubang kelaminnya berselang seling tidak teratur. Kapsul telur, masing-masing

mengandung satu telur, mengisi seluruh proglottid yang matang.

Siklus Hidup Raiilietina spp

Penyebaran cacing Cestoda pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang

antara. Telur cacing Cestoda yang termakan oleh inang antara akan menetas di dalam

saluran pencernaannya.Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfir yaitu telur yang

telah berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait.

Onkosfir selanjutnya berkembang menjadi sistiserkoid dalam waktu 3 minggu setelah

telur termakan oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara

sampai dengan inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam.

Setelah ayam memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka

sistiserkoid terbebaskan oleh adanya aktivitas enzim pencernaan. Segera setelah

sistiserkoid bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus.

Segmen muda terbentuk di daerah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang

matang dalam waktu 3 minggu. Pada saat segmen atau strobila berproliferasi di dinding

leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang. Selanjutnya

sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam dalam waktu 20 hari

Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa masing-masing spesies

cacing dari genus Raillietina spp mempunyai inang antara yang berbeda-beda. Raillietina

tetragona menggunakan semut dari genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca

domestica sebagai inang antara. Raiilietina echinobothrida menggunakan inang antara

semut jenis yang sama dengan Raiilietina tetragona. Sedangkan Raillietina cesticillus

mempunyai inang antara berupa kumbang dan lalat Musca domestica.

Cacing yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan

cara menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat

infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia

yang nyata.

Gejala Klinis 

Page 3: cestoda parasit

Gejala klinis akibat cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status

pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi,

gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan,

hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur dan

kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Cestoda.

Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh

inangn sehingga tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.

R. cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di

tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat

menyebabkan kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan

kerusakan berupa enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan

peradangan pada vili-villi selaput lendir usus.

Raillietina echinobothrida menyebabkan diare berlendir tahap dini. Raillietina

echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada

dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut, yang paling

banyak meninmbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona

dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras ayam tertentu.

Diagnosis

Diagnosis penyakit didasarkan atas gejala klinik yang tampak dan sejarah timbulnya

penyakit. Selain itu dapat pula dengan melakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis

dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telur cacing yang keluar bersama

tinja. Kelemahan pemeriksaan ini adalah tidak selalu berhasil karena progolttid masak tidak

dikeluarkan bersama tinja terus-menerus. Pada pemeriksaan pasca mati akan didapat

diagnosis yang memuaskan karena ditemukan spesies cacingnya. Teknik diagnosis yang lain

adalah dengan melihat bungkul-bungkul pada mukosa usus dimana cacing mengkaitkan diri

pada infeksi R. echinobothrida, Enteritis Catharallis chronica, hyperplasia dinding usus pada

tempat cacing melekatkan diri dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus.

A.    MORFOLOGI UMUM CESTODA

Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai

yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini terdiri atas

scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding intestinum.

Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen. Di

belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang menyebabkan

cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.

Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina). Semakin

jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah olah

hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda selalu

dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan didorong semakin lama semakin

Page 4: cestoda parasit

jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir

disebut strobila.

Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan masuk

dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.

Bagian tubuh:

a.      Kepala (scolex)

Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat)

Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan

kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang

sering dilengkapi dengan kait.

Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi

mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).

b.      Leher

Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.

c.       Tubuh atau badan

Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-

tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.

d.      Proglottid

Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal

tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi

berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi

mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul

di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada

eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas

(pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak

bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :

1. Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.

2.  Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.

3. Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.

4. Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.

5. Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas

dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).

B.     SIKLUS HIDUP UMUM

Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun

betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak,

cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium

lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ

Page 5: cestoda parasit

reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem reproduksi baik jantan

maupun betina, yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan

permukaan atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara seksual hermafrodit,

fenomena pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi,

fertilisasi silang antara dua individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi,

cirrus berfungsi menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin,

kemudian dilakukan pertukaran spermatozoa.

Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada

cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara diperlukan serta

tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting untuk menilai evolusi

antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus hidup dua-fase dengan dua jenis

host.

1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.

2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah,

di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan pemakan

rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host itermediate.

3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam

jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia

saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi tuan

rumah definitif.

4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke host

definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari host

perantara yang telah terinfeksi olehTaenia saginata remaja. Seperti kemungkinan

manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi olehTaenia saginata, sehingga

cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan menetap di usus.

C.    SISTEM REPRODUKSI CESTODA

1)      Sistem reproduksi Jantan :

Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak

dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia

Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina berdekatan

di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu

proglotid atau cross (diantara proglotid).

2)      Sistem reproduksi betina:

1. Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula

Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan berakhir di porus

genitalis betina.

2. Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau

follikuler (pada cotyloda).

Page 6: cestoda parasit

3. Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini

membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini

buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:

bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).

uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.

Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi

sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (Ex: Familia:

Thysanosomidae).

D.    KLASIFIKASI CESTODA

Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum PLATYHELMINTES. Cacing

dewasanya menempati saluran usus vertebrata danlarvanya hidup di jaringan vertebrata

dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih

dorsoventral, tidak mempunyai alat pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi

dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif

jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut

skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat

menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum,

Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata,

dan Taenia solium.Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:

1. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium,

Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.

2. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,

Echinococcus granulosus, Multiceps.

Menurut habitatnya, cestoda dapatdibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan

Cyclophyllidea.

1.      Ordo Pseudophyllidea

                 Famili Diphylobothridae

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Pseudophyllidea

Family : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Species :Diphyllobotrium latum

Diphyllobothrium latum

Page 7: cestoda parasit

Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan, terutama

di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D. latum sering

dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang

terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia,

Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing

dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri

dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.

a.      Morfologi Diphyllobothrium latum

Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.

Terdiri atas 4000 proglotid.

Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal pada

skoleks.

hermafrodit

 b.      Daur Hidup Diphyllobothrium latum

Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang

dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa

minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan

coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda

krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea

tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke

haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam

tubuh krustasea tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah

panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam

tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier

ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk

kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut

dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa

mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang

berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing

berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14

hari kemudian.

c.       Patogenitas

Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan

mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum

yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada

kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering

dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi

penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa.

Pada mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah

diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien

Page 8: cestoda parasit

menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi

singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum

sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya

anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam

usus).

 d.      Diagnosis dan Pengobatan

Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan positif.

Obat yang diberikan ialah:

aspidium oleoresin

mepacrim

diclorophen

extract biji labu (Cucurbita spp)

Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya adalah:

menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini berhubungan dengan

transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.

e.       Pencegahan

1. Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya sampai-10°C

selama 24 jam.

2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.

3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.

4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.

2.      Ordo Cyclophyllidea

a. Famili Taeniidae

1)      Taenia saginata

Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan

ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini 

panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap

yang dapat menghisap sangat kuat.

a.      Morfologi T. saginata

Cacing dewasa

Panjangnya 4-10 m.

Memiliki 1000 –2000

Proglotid.

Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.

Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.

b.      Daur hidup T. Saginata

Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar melalui

feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti cacing tersendiri

Page 9: cestoda parasit

dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmen /proglotida dapat dikelirukan sebagai cacing

trematoda atau bahkan nematoda.

Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur keluar dari

lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat menginfeksi

hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu. Hospes

intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba.

Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh

asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung

berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran

darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk

diantara sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi

tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna

putih seperti mutiara dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif.

Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.

Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana daging

sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan

empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa

membentuk proglotida yang berisi telur.

c.       Patogenitas

Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.

Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.

Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.

d.      Diagnosis dan pengobatan

Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek. Proglotid

terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai cabang

sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama,

sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru.

Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang

banyak dipakai adalah Niklosamide.

e.       Pencegahan

Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita

Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.

Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.

Memasak daging sampai sempurna.

Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.

2)      Taeniia solium

Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan terjadinya

infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.

Page 10: cestoda parasit

a.      Morfologi

Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.

Memiliki 1000 –2000 proglotid.

Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.

Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.

b.      Daur Hidup dan Patologi Taenia solium

Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana T.

saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui

feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi

dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses,didalam daging (otot) atau organ lainnya.

Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus

berkembang menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding

intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat

bertahan hidup sampai 25 tahun.

Cysticercosis:

Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk

cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung

dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering

ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul

fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata.

Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila

berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi

yang berat.  Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau

choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga

kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan

cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.

Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering

ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan

sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut ialah: terjadi

kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi

disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai

epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.

Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal tersebut

dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak. Reaksi

seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata

pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan

c.       Diagnosis

Nyeri ulu hati

Page 11: cestoda parasit

Mencret

Mual

Obstipasi

Sakit kepala

d.      Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum, makanan

dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci berish dan

hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.

Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.

b. Famili Hymenolipipidae

1)      Hymenolepsis nana

Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada manusia,

terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan Argentina.

Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.

a.      Morfologi

Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang ±25 mm-10

cm dan lebar 1 mm

Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah

Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid

Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait

Dikenal sebagai cacing pita kerdil

Kosmopolitan

Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak

 b.      Daur Hidup Hymenolepis nana

Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur

infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke orang maupun

tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan onchosfer

yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi

tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid

masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi

dewasa.

c.       Patogenitas

Infeksi ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata

Infeksi berat

Menimbulkan enteritis catarrhal

Page 12: cestoda parasit

Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit perut

dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala, gangguan saraf,

bila supersensitif terjadi alergi, obstipasi.

d.      Diagnosa dan pengobatan

Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.

Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian

untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama diberikan.

Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H. diminuta dengan

cepat.

e.       Pencegahan

Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan

Menghindarkan makanan dari kontaminasi

Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)

2)      Hymenolepis diminuta

Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus rumah,

tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada V.

nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda,

misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan

terhadap infeksi pada tikus dan manusia.

a.      Morfologi

Cacing dewasa berukuran 20-60 cm

Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait

Proglotid gravid lepas dari strobila

b.      Daur Hidup Hymenolepis diminuta

Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. nana

c.       Patogenitas

Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak menunjukkan

gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.

d.      Diagnosis

Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja

Keluar cacing secara spontan setelah purgasi

c.  Famili Dylepipidae

Dipylidium caninum

 

a.      Morfologi

Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)

Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.

Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap

Page 13: cestoda parasit

b.      Siklus Hidup

Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh

bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif bergerak di

daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi

embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas

dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang

mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan

metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa

sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan

mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan

berkembang sebagai cacing dewasa.

Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang paling

sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes

antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur

mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah

besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.

c.       Patogenitas

Patogenitas pada hewan

Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan pencernaan.

Patogenitas pada manusia

Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak

Sakit pada epigastrium

Diare dan sesekali reaksi alergi

d.      Diagnosis

Hilangnya nafsu makan

Kehilangan berat badan secara drastis

Diare

e.       Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan:

Atabrine

Kuinakrin

Pencegahan

Jangan mencium anjing atau kucing

Hindari jilatan anjing

Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida