3
DALAM MENCAPAI KESUKSESAN, terkadang kita harus cukup fleksibel dengan adanya perubahan. Malah seringkali kitalah yang harus mengadakan perubahan tersebut. Begitulah setidaknya langkah yang dilakukan oleh desainer muda, Alvin Tjitrowirjo dalam mengubah jalur dari cita-citanya yang semula menjadi car designer hingga kini menjadi seorang product designer. Namun nampaknya ini merupakan keputusan yang tepat, karena akhirnya Alvin pun ‘jatuh hati’ pada bidang interior selama masa pendidikannya di Industrial Design di Universitas RMIT, Melbourne. Semenjak itu ia telah menghasilkan produk-produk inovatif yang merupakan paduan material tradisional dan modern, nostalgia masa lalu serta inspirasi masa depan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak rumit. Sentuhan retro-futuristik dan avant-garde juga terlihat pada kombinasi penggunaan materi tradisional dengan materi industrial seperti alumunium, baja tahan-karat, kayu hingga rotan. Hasil-hasil karyanya pun banyak mendapatkan sorotan, bahkan di saat ia masih menjalankan studinya. Misalnya Snug, sebuah kursi bahan fiberglass dan kulit yang sekilas terlihat seperti furnitur luar angkasa, namun begitu Anda mendudukinya, ada suatu perasaan homey dan innocent. Pada pengilustrasian produk tersebut, bisa dilihat Alvin yang sedang duduk santai sambil mengangkat satu kakinya di atas kaki lainnya, yang menurutnya, “Bukankah ini kebiasaan duduk orang Indonesia, walaupun dalam ruang kursi yang sangat sempit sekalipun? Jadi, mengapa tidak membuat kursi yang memang nyaman untuk posisi tersebut?” ujarnya jenaka. Ternyata Snug yang berawal dari kebiasaan sehari-hari ini menarik perhatian negara luar, di mana furnitur bergaya retro-futuristik ini pernah dipajang pada pameran Melbourne Design-EX dan ikut dalam acara desain Launch Pad Exhibition di Melbourne Museum dan berhasil menjadi salah satu favorit dari lima besar pilihan juri. Sekembalinya ke tanah air, desainnya pun menarik perhatian beberapa pihak di mana pada bulan Juni 2006, pameran pertamanya berjudul “alvin+volvo” berhasil disponsori oleh perusahaan mobil keluaran Swiss ini. Bukan hanya dunia otomotif, desainer busana Sally Koeswanto pun pernah mengajaknya bekerjasama untuk pagelaran fesyennya tahun lalu. Dan yang terakhir, pameran di Vastuhome, bertajuk Mi Casa Su Casa memperlihatkan koleksi furniturnya seperti rak buku, lampu meja, kursi hingga meja yang ideal untuk hunian modern. Apakah menjadi seorang desainer produk sudah menjadi cita- cita Anda sejak dulu? Menggambar memang sudah menjadi hobi dari kecil dan obyek yang paling saya sukai adalah mobil. Ditambah dengan melihat profesi ayah di sebuah perusahaan otomotif membuat saya ingin menjadi seorang car designer. Saya menyukainya karena desain otomotif bersifat ergonomis, selain mengandung unsur style dan trend. Tapi setelah melakukan survei dan pertimbangan, saya menyadari bahwa rata-rata desainer yang sukses mengawali langkahnya dari product designer, juga untuk bisa menjadi se- orang car designer diperlukan jalan yang sangat panjang. Karena itu akhirnya saya coba mempelajari ilmu desain yang global dengan mengambil kelas Industrial Design di Universitas RMIT, Melbourne. Dari sana rupanya saya menemukan ketertarikan dalam bidang ini, ditambah saya melihat prospek yang bagus dalam dunia product design. Kegiatan Anda sepulang ke sini? Mengerjakan beberapa proyek kerjasama dengan arsitek dan mengajar paruh waktu di bidang desain interior dan furnitur di Universitas Pelita Harapan dalam kurun waktu satu setengah tahun ini. Selain itu saya juga terlibat di Dform, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mendukung desainer Indonesia di mana saya banyak bekerjasama dengan pedagang, desainer produk hingga arsitek. Apakah ciri khas desain Anda? Walaupun saat ini saya masih dalam tahapan mencari identitas, tapi yang pasti akan selalu ada elemen Indonesia dalam desain saya dalam sajian internasional. Karena saya tergerak dengan banyaknya produk desain yang ada di pasaran saat ini yang masih kurang nilai internasionalnya, padahal kita sudah bisa menghasilkan produk kerajinan tangan yang baik. CHANGING LANES ALVIN TJITROWIRJO MELAJU DENGAN KECEPATAN TINGGI DALAM DUNIA DESAIN INDONESIA DAN MEN’S FOLIO BERHASIL ‘MENANGKAPNYA’ UNTUK INTERVIEW EKSKLUSIF SEMINGGU SEBELUM KEBERANGKATANNYA KE KOTA MADRID UNTUK STUDI LEBIH LANJUT F O R M TEKS ASTRID NATASASTRA LOKASI KEDIAMAN KELUARGA N. LATIEF MEN’S FOLIO 61 Ciri khas desain Alvin T. Modul gantungan baju pada produk Up Y’all berupa jari tangan Inge Chair dengan celah penyimpanan majalah

Changing Lanes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Interview with Alvin T, young product designer for Men's Folio magazine.

Citation preview

Page 1: Changing Lanes

Dalam mencapai kesuksesan, terkadang kita harus cukup fleksibel dengan adanya perubahan. malah seringkali kitalah yang harus mengadakan perubahan tersebut. Begitulah setidaknya langkah yang dilakukan oleh desainer muda, alvin Tjitrowirjo dalam mengubah jalur dari cita-citanya yang semula menjadi car designer hingga kini menjadi seorang product designer. namun nampaknya ini merupakan keputusan yang tepat, karena akhirnya alvin pun ‘jatuh hati’ pada bidang interior selama masa pendidikannya di industrial Design di universitas RmiT, melbourne. semenjak itu ia telah menghasilkan produk-produk inovatif yang merupakan paduan material tradisional dan modern, nostalgia masa lalu serta inspirasi masa depan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak rumit. sentuhan retro-futuristik dan avant-garde juga terlihat pada kombinasi penggunaan materi tradisional dengan materi industrial seperti alumunium, baja tahan-karat, kayu hingga rotan. Hasil-hasil karyanya pun banyak mendapatkan sorotan, bahkan di saat ia masih menjalankan studinya. misalnya Snug, sebuah kursi bahan fiberglass dan kulit yang sekilas terlihat seperti furnitur luar angkasa, namun begitu anda mendudukinya, ada suatu perasaan homey dan innocent. pada pengilustrasian produk tersebut, bisa dilihat alvin yang sedang duduk santai sambil mengangkat satu kakinya di atas kaki lainnya, yang menurutnya, “Bukankah ini kebiasaan duduk orang indonesia, walaupun dalam ruang kursi yang sangat sempit sekalipun? Jadi, mengapa tidak membuat kursi yang memang nyaman untuk posisi tersebut?” ujarnya jenaka. Ternyata Snug yang berawal dari kebiasaan sehari-hari ini menarik perhatian negara luar, di mana furnitur bergaya retro-futuristik ini pernah dipajang pada pameran melbourne Design-eX dan ikut dalam acara desain launch pad exhibition di melbourne museum dan berhasil menjadi salah satu favorit dari lima besar pilihan juri.

sekembalinya ke tanah air, desainnya pun menarik perhatian beberapa pihak di mana pada bulan Juni 2006, pameran pertamanya berjudul “alvin+volvo” berhasil disponsori oleh perusahaan mobil keluaran swiss ini. Bukan hanya dunia otomotif, desainer busana sally koeswanto pun pernah mengajaknya bekerjasama untuk pagelaran fesyennya tahun lalu. Dan yang terakhir, pameran di Vastuhome, bertajuk Mi Casa Su Casa memperlihatkan koleksi furniturnya seperti rak buku, lampu meja, kursi hingga meja yang ideal untuk hunian modern.

Apakah menjadi seorang desainer produk sudah menjadi cita- cita Anda sejak dulu?menggambar memang sudah menjadi hobi dari kecil dan obyek yang paling saya sukai adalah mobil. Ditambah dengan melihat profesi ayah di sebuah perusahaan otomotif membuat saya ingin menjadi seorang car designer. saya menyukainya karena desain otomotif bersifat ergonomis, selain mengandung unsur style dan trend. Tapi setelah melakukan survei dan pertimbangan, saya menyadari bahwa rata-rata desainer yang sukses mengawali langkahnya dari product designer, juga untuk bisa menjadi se-orang car designer diperlukan jalan yang sangat panjang. karena itu akhirnya saya coba mempelajari ilmu desain yang global dengan mengambil kelas Industrial Design di universitas RmiT, melbourne. Dari sana rupanya saya menemukan ketertarikan dalam bidang ini, ditambah saya melihat prospek yang bagus dalam dunia product design.

Kegiatan Anda sepulang ke sini?mengerjakan beberapa proyek kerjasama dengan arsitek dan mengajar paruh waktu di bidang desain interior dan furnitur di universitas pelita Harapan dalam kurun waktu satu setengah tahun ini. selain itu saya juga terlibat di Dform, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mendukung desainer indonesia di mana saya banyak bekerjasama dengan pedagang, desainer produk hingga arsitek.

Apakah ciri khas desain Anda?Walaupun saat ini saya masih dalam tahapan mencari identitas, tapi yang pasti akan selalu ada elemen indonesia dalam desain saya dalam sajian internasional. karena saya tergerak dengan banyaknya produk desain yang ada di pasaran saat ini yang masih kurang nilai internasionalnya, padahal kita sudah bisa menghasilkan produk kerajinan tangan yang baik.

Changing LanesAlvin TjiTrowirjo melAju dengAn kecepATAn Tinggi dAlAm duniA desAin

indonesiA dAn men’s Folio berhAsil ‘menAngkApnyA’ unTuk inTerview eksklusiF seminggu sebelum keberAngkATAnnyA ke koTA mAdrid unTuk sTudi lebih lAnjuT

F O R MTEKS ASTRID NATASASTRALoKASI KEDIAmAN KELuARgA N. LATIEf

MEN’S FOLIO 61

ciri khas desain alvin T.modul gantungan baju pada produk Up Y’all berupa jari tangan

inge chair dengan celah penyimpanan majalah

Page 2: Changing Lanes

MEN’S FOLIO 62 MEN’S FOLIO 63

Alvin’s style choicesPlace: eropa untuk kebudayaan dan adat istiadatnya yang kuat, juga makanannya Fashion: Boss Orange, acne Jeans, phillipa k, sepatu camper Watch: yang bermodel sporty dan bertali karet, Bell & ROss BR1 dan jam tangan aviator Music: incoqnito, Brand new Heavies, Hed kandi, Hotel costez, monday michiru

F O R M

Page 3: Changing Lanes

MEN’S FOLIO 62 MEN’S FOLIO 63

Moto desain Anda?produk harus juga merupakan suatu solusi, itu yang membedakannya dengan seni pahatan, yang lebih berfungsi untuk keindahan visual. Tapi sejalan dengan itu yang selalu menjadi tantangan buat saya adalah membuat produk yang ada pengaruhnya langsung ke si pemakai, dan bagaimana produk dapat berguna bagi si pemakai sehingga dapat ‘hidup bersama’ orang itu dalam jangka waktu yang lama.

Bagaimana dengan tantangan dalam mendesain?sejauh ini yang menjadi tantangan saya adalah untuk bisa menggunakan materi-materi yang tidak umum, apalagi yang belum pernah dipakai sebelumnya. sedangkan tantangan dalam skala lebih besar adalah apabila saya bisa membuat sesuatu yang ada pengaruhnya langsung ke masyarakat luas, misalnya gedung atau sculpture di tengah kota, di mana saya akan mendapat banyak kritik massal. itu akan menjadi tantangan yang sangat menarik.

Dari mana Anda mendapatkan inspirasi dan bagaimana penerapannya ke dalam desain Anda?selain dari travelling dan bertemu orang, seringkali dari imajinasi sehari-hari. misalnya Up y’all, sebuah gantungan baju dengan bentuk dua jari tangan yang menjadi modul gantungan baju. idenya sebenarnya sederhana, yaitu ketika saya perhatikan kebanyakan orang menenteng bawaan mereka menggunakan jari jemarinya; tas belanjaan, jaket, baju. saya membuat gantungan ini khusus terpisah supaya si pemakai dapat memasang dan melepaskannya sebanyak yang disukainya. kemudian ada Half Lamp, sebuah lampu berdiri yang menggambarkan siluet sebuah lampu sesungguhnya. Jadi ada unsur jenaka di sini, karena bentuknya yang tidak penuh, namun tetap berfungsi sebagai lampu pada umumnya. Dibuat dari potongan laser dan baja mild dengan lapisan cat high gloss.lalu Satool, yang dari bentuknya saja sudah bisa dilihat mirip dengan bubu, sejenis jala ikan. Terbuat dari anyaman tradisional dan lapisan rotan sintetis, kursi ini cukup kuat untuk ditaruh di dalam maupun luar rumah. selain itu bentuknya pun ringan dan bisa dipindah-pindahkan, juga ideal untuk acara pesta di rumah.

salah satu produk meja Anda, circle2 mempunyai permukaan yang bermotif, apa juga ada cerita di baliknya?saya mendesain ini di suatu fase di mana saya merasa bahwa hidup itu rumit dan penuh tantangan, sehingga saya ingin menciptakan suatu obyek yang menenangkan, menghipnotis, hampir seperti terapi, yang saya tuangkan pada motif-motif meja ini. Jadi kita bisa duduk sambil memandangi lingkar-lingkar meja dan sejenak menenangkan diri. Coffee table dari metal berpotongan laser ini juga tidak melupakan sisi fungsionalnya karena dilengkapi dengan nampan kayu terpisah untuk meletakkan minuman.

Kelihatannya Anda berkepribadian cukup melankolis. lalu bagaimana dengan Inge chair, apakah diambil dari nama seseorang?Ya, sebenarnya itu nama ibu saya. Di sini saya menuangkan sifat-sifat ibu saya yang sederhana, tegas, namun tetap anggun ke dalam bahan rotan sintetis dengan bentuk yang simpel, sementara sifat organized-nya terlihat pada celah di belakang kursi yang bisa dijadikan tempat majalah dan bantal yang bisa dipisahkan.

tantangan yang dihadapi untuk pasar di sini?Mind set bahwa barang lokal bisa terlihat bagus dan harganya tidak selalu haruslah murah. Originalitas pun belum terlalu dihargai karena masih terlalu berfokus pada merek.

Rencana ke depan?saat ini saya ingin fokus dengan kembali melanjutkan studi s2 di institute europe’s di Diseno-madrid dalam bidang Product Design.

Pertanyaan terakhir, apabila Anda diibratkan sebagai sebuah mobil, apakah yang akan menjadi pilihan Anda?m3 dalam warna gunmetal grey, karena BmW adalah kombinasi ideal dari desain, fungsi dan pure engineering.

Quadro bookcase snug chair

F O R M