6
Beep! Chanyeol-oppa : Rahasia, haha :p btw, gn Jieun-ah!^^ Jieun membuka mulutnya. Ia tak tahu harus bagaimana. Walaupun sebagian dari dirinya belum siap mendengar jawaban Chanyeol, tapi Jieun ingin mengetahuinya. Dan sekarang jawaban yang Chanyeol berikan sangatlah tidak jelas. Huft! Jieun memutuskan, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. -ooo- Suasana Exailo High School pagi itu sedikit berbeda. Biasanya para siswa akan datang dengan wajah yang ceria dan bercanda bersama teman, namun pagi itu sebagian besar siswa datang dengan sebuah buku di tangannya, dan tidak lupa dengan kantung mata. Diantara banyak siswa yang berusaha memasuki gerbang sekolah itu, Jieun dengan badan kecilnya juga berjuang untuk dapat masuk di sekolah itu lebih dahulu. Ia harus membayar tunggakan biaya sekolahnya, kalau Ia ingin mengikuti Final test tentunya. Jieun membuang napas lega segera setelah ia keluar dari ruang administrasi. Akhirnya Ia dapat mengikuti final test dengan tenang. Kemarin Ibunya berhasil mengumpulkan uang untuk biaya sekolahnya. Terkadang Jieun bingung mengapa Ia harus bersekolah di sekolah mahal saat kondisi keluarganya seperti itu. ‘Ah, benar. Karena aku harus menjadi dokter nanti. Dan sekolah ini adalah sekolah terbaik di kota ini saat ini’ –pikir Jieun. Jieun berjalan menuju ruang 1. Di ruang itulah Jieun akan berperang selama satu minggu ini. Sesampainya di depan ruang 1, Jieun kembali mengecek daftar nama. Jarinya menyentuh kertas dari atas hingga berhenti di pertengahan. Ia tersenyum saat menemukan nama Lee Jieun

Chapter 8 : His Confession

Embed Size (px)

DESCRIPTION

The 8th : chapter of fanfiction "My Friend's Crush.Write it in my free time with IU & EXO's Chanyeol as the main characters!Just a FANFICTION, not Real. Story belong to me.

Citation preview

Beep!Chanyeol-oppa : Rahasia, haha :p btw, gn Jieun-ah!^^

Jieun membuka mulutnya. Ia tak tahu harus bagaimana. Walaupun sebagian dari dirinya belum siap mendengar jawaban Chanyeol, tapi Jieun ingin mengetahuinya. Dan sekarang jawaban yang Chanyeol berikan sangatlah tidak jelas. Huft! Jieun memutuskan, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat.

-ooo-

Suasana Exailo High School pagi itu sedikit berbeda. Biasanya para siswa akan datang dengan wajah yang ceria dan bercanda bersama teman, namun pagi itu sebagian besar siswa datang dengan sebuah buku di tangannya, dan tidak lupa dengan kantung mata.

Diantara banyak siswa yang berusaha memasuki gerbang sekolah itu, Jieun dengan badan kecilnya juga berjuang untuk dapat masuk di sekolah itu lebih dahulu. Ia harus membayar tunggakan biaya sekolahnya, kalau Ia ingin mengikuti Final test tentunya.

Jieun membuang napas lega segera setelah ia keluar dari ruang administrasi. Akhirnya Ia dapat mengikuti final test dengan tenang. Kemarin Ibunya berhasil mengumpulkan uang untuk biaya sekolahnya. Terkadang Jieun bingung mengapa Ia harus bersekolah di sekolah mahal saat kondisi keluarganya seperti itu. Ah, benar. Karena aku harus menjadi dokter nanti. Dan sekolah ini adalah sekolah terbaik di kota ini saat ini pikir Jieun.

Jieun berjalan menuju ruang 1. Di ruang itulah Jieun akan berperang selama satu minggu ini. Sesampainya di depan ruang 1, Jieun kembali mengecek daftar nama. Jarinya menyentuh kertas dari atas hingga berhenti di pertengahan. Ia tersenyum saat menemukan nama Lee Jieun di kertas itu. Matanya lalu menemukan kertas lain di samping kertas itu. Jieun membaca nama-nama yang ada di situ. Ah, jadi ada murid kelas 2 khusus juga, gumam Jieun pelan.

Nama Chanyeol segera melintas di pikiran Jieun. Jieun membaca lagi satu persatu nama di kertas itu. Tidak ada nama Park Chanyeol di sana. Huft! Jieun mendengus pelan. Good luck, Baekhyun-ah! sebuah suara mengagetkan Jieun. Suara itu, suara seorang Park Chanyeol. Jieun berbalik lalu menatap Chanyeol, setelah itu menatap Baekhyun setelah Chanyeol pergi. Apa?tanya Baekhyun dengan wajah datar. Jieun hanya menggeleng. Byun Baehyun, Jieun tak tahu banyak tentangnya, tapi dia orang yang aneh menurut Jieun. Terkadang Ia terlihat ramah, tapi terkadang terlihat dingin.

-ooo-

Satu minggu itu, Jieun belajar dengan serius. Ia tak mungkin menyia-nyiakan kerja keras ibunya untuk membayar biaya sekolahnya. Yah, walaupun terkadang Jieun mendapati dirinya sedang menatap sosok Chanyeol yang sedang belajar pada saat istirahat. Sejak saat itu saat Chanyeol dan Jieun saling berkirim pesan Jieun dan Chanyeol tak pernah berkirim pesan lagi, mungkin karena keduanya sedang sibuk dengan ulangan akhir mereka masing-masing. Tapi, satu hal yang membuat Jieun sedikit senang, sejak saat itu, Jieun dan Chanyeol akan saling bertukar pandan dan tersenyum setiap kali mereka bertemu dengan kata lain setiap hari.

Cklek! Pintu ruang satu terbuka. Jieun keluar dari sana. Suasana koridor masih kosong. Mungkin Jieun adalah orang pertama yang selesai dan keluar. Pelajaran terakhir di ulangan akhir ini adalah Biologi yang adalah pelajaran kesukaan Jieun, jadi tidak heran jika Ia akan menjadi orang pertama yang selesai.

Mata Jieun jatuh pada pintu ruang 2. Chanyeol-oppa belum selesai, gumamnnya. Ia bergerak menuju papan pengumuman, tempat di mana jadwal ulangan akhir tertera. Bahasa Jepang, pantas saja, gumamnya lagi lalu terkikik pelan. Jieun berjalan menuju ruang 2. Ia berhenti di depan ruang itu. Mengintip sedikit, tidak apa kan? pikirnya.

Ia berdiri tepat di samping pintu ruang 2. Perlahan kepalanya ditempelkan di pintu itu. Pintu itu terbuat dari semacam besi dan mulai dari bagian tengah ke atasnya terbuat dari kaca gelap. Jieun melihat ke dalam ruang itu melalui kaca tersebut. Matanya terhenti pada lelaki berkaca mata itu. sebuah senyum melebar di wajah Jieun. Di sana Chanyeol sedang menatap kertas di hadapannya dengan serius. Bibirnya tertekan hingga membentuk sebuah garis. Pulpen yang ada di tangannya tergerak untuk menggaruk-garuk kepalanya.

Jieun terlalu sibuk memandangi Chanyeol hingga Ia tak sadar bahwa guru pengawas ruang 2 telah melihatnya dari dalam sana. Im-seonsaengnim membenarkan letak kaca matanya ingin memastikan siapa yang sedang mengintip. Kepalanya tergeleng saat menyadari siapa gadis itu. Ia berjalan menuju pintu lalu segera membuka pintu itu.

Ah!! Jieun berteriak kaget saat pintu itu terbuka. Hampir saja Ia terjatuh di depan kaki guru matematikanya itu. Seluruh mata yang ada di ruang itu tertuju pada Jieun. Dapat dilihat telinga Jieun mulai memerah. Park Jinyoung salah satu teman lelaki yang akrab dengan Jieun mengangkat tangannya dan berkata,Eoh! Jieun-ah!

Jieun menatap temannya itu, Jinyoung-ah, ini bukan saat yang tepat untuk menyapaku kata Jieun dalam hati. Namun, tetap saja Jieun menjawab ditambah dengan tawa canggungnya,Annyeong!

Im-seonsaengnim berdeham, membuat Jieun kembali menatapnya, senyum canggung Jieun tak pernah pergi meninggalkan wajahnya. Uh, jeosonghamnida, saem (Maaf, bu guru),katanya sambil membungkuk lalu segera menjauh dari tempat itu.

Di dalam sana, Chanyeol tak dapat menahan tawanya. Baka (bodoh), katanya, menyebutkan satu-satunya kata Jepang yang paling dihafalnya.

-ooo-

Taman sekolah sudah sepi saat itu. Jieun sedang duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu. Harusnya Jieun sudah pulang ke rumahnya, namun Jieun hanya ingin sedikit bersantai di tempat itu. Ia butuh sedikit ketenangan untuk melepaskan stress karena ujian akhir ini. Dan rumahnya jauh dari kata tenang.

Saat sedang serius membaca novel yang dipinjamnya dari perpustakaan tadi, tiba-tiba sebuah helm duduk di sampingnya. Kening Jieun berkerut bingung. Ia segera mendongakkan kepalanya, mendapati orang itu. Orang yang menjadi penyebab dirinya menjadi perhatian seluruh siswa di ruang 2 tadi.

Hey, pengintip! sapa orang itu. Jieun menatapnya tajam. Aku hanya ingin melihat sebentar, bantah Jieun. Sebentar?tanya orang itu lagi. Ya, sebentar, Park Chanyeol-ssi,balas Jieun lagi.

Haha, kau tidak pulang? tanya Chanyeol mengganti topik. Sedikit lagi, ada apa, oppa? Tumben kau datang padaku,kata Jieun.

Ah, benar. Aku hanya mau memberitahu bahwa minggu depan, kita akan pergi berlibur,kata Chanyeol sambil memamerkan senyum lebarnya. Kita? tanya Jieun. Alisnya kembali berkerut. Kelompok biologi,jawab Chanyeol.

Ah, baiklah. Di mana?tanya Jieun lagi. Uh, mungkin di dekat pantai atau semacamnya. Entahlah, tapi tenang saja, aku dan teman-temanku yang akan mengaturnya, kalian tinggal kumpul uang saja,haha jawab Chanyeol.

Pantai? Uh, tidak ada tempat lain ya? Aku tak tahu berenang,Jieun menggembungkan pipinya, tidak menyukai ide dari kakak kelasnya itu.

Tenang saja, temanku juga banyak yang tahu berenang, kau bisa bermain bersama mereka. Lagipula kau tak perlu berenang, kau kan bisa bermain air di pinggiran,jawab Chanyeol. Ia lalu melihat Jieun dari ujung sepatu hingga ujung kepala, sebuah senyum jahil muncul di wajahnya. Ah, aku tahu masalahmu. Kau pasti malu dengan badan bocahmu itu, kan? Tenang saja, ada Naya kok, ukuran tubuh kalian kan mirip, hahaha, Chanyeol tertawa terbahak-bahak.

Yak! Bukan begitu. Omg, oppa! Ternyata kau mesum! Jieun segera menggeser ke ujung bangku itu, berusaha menjauh dari Chanyeol.

Yak, bukan begitu, bodoh, aku hanya bercanda,kata Chanyeol, berusaha menjelaskan. Akan kulaporkan pada Jangmi!kata Jieun lagi, menatap Chanyeol tajam.

Jangmi lagi, Jangmi lagi. Apa tak ada topik lain?kata Chanyeol, menggembungkan pipinya.

Why so cute? teriak Jieun dalam hati. Why? Kau menyukainya kan? kata Jieun lagi, gadis itu menjulurkan lidahnya, berusaha mengejek Chanyeol.

Mengapa kau selalu bertanya begitu? tanya Chanyeol, menatap Jieun dengan sebelah matanya.

Karena Jieun baru saja akan menjawab saat Chanyeol berkata lagi,Ah, aku tahu sekarang. Kau menyukaiku kan? Makanya kau ingin tahu siapa yang aku sukai dan tadi kau juga mengintip ke ruang 2 untuk melihatku, sekarang semuanya jelas!

Jieun membulatkan matanya. Telinganya merah, apa itu benar-benar terlihat seperti demikian? Astaga, apa yang harus dilakukannya. Apa? Itu tidak mungkin, jangan bercanda, haha Jieun menjawab lalu tertawa keras, berusaha menutupi kegugupannya.

Hmm, hmm, anggap saja yang kau katakan itu benar, kata Chanyeol lalu meraih helm miliknya dan berdiri, ia berjalan meninggalkan Jieun. Namun langkahnya terhenti, lalu dia berbalik dan bergumam pelan namun masih dapat terdengar oleh Jieun Oh ya, aku tidak menyukai Jangmi, tenang saja