19
  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Dalam istilah Indonesia, Total Quality Management  (TQM) disebut Manajemen Mutu Terpadu yang juga disebut Manajemen Kualitas Terpadu. Mears dalam Lubis (2005: 17) mendefenisikan Total Quality Management  (TQM) sebagai suatu sistem yang dilaksanakan dalam jangka panjang dan terus menerus untuk memuaskan ko nsumen d engan meningkatkan kualitas  produk per usahaan. Sementara itu, Ross dalam Lubis (2005: 17) menyatakan  bahwa TQM merupakan integrasi seluruh fungsi dan proses organisasi agar tercapai tujuan dari peningkatan kualitas produk yaitu kepuasan pelanggan. Tunggal, A.W (1993) mendefenisikan TQM sebagai mengelola organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua produk dan jasa yang penting bagi pelanggan. Catatan penting d ari dimensi ini adalah bahwa mutu mencakup keseluruhan organisasi pada setiap hal yang dilakukan organisasi dan bahwa mutu adalah pada akhirnya didefenisikan oleh pelanggan. Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan kualitas produk adalah kepuasan konsumen. TQM memiliki tujuan perbaikan kualitas terus-menerus, disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. TQM merupakan pendekatan yang seharusnya dilakukan organisasi masa kini untuk .memperbaiki kualitas  produknya, menekan biaya pro duksi dan meningkatkan prod uktivitasnya.  Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengertian Total Quality Management (TQM) Dalam istilah Indonesia, Total Quality Management(TQM) disebut Manajemen Mutu Terpadu yang juga disebut Manajemen Kualitas Terpadu. Mears dalam Lubis (2005: 17) mendefenisikan Total Quality Management(TQM) sebagai suatu sistem yang dilaksanakan dalam jangka panjang dan terus menerus untuk memuaskan konsumen dengan meningkatkan kualitas produk perusahaan. Sementara itu, Ross dalam Lubis (2005: 17) menyatakan bahwa TQM merupakan integrasi seluruh fungsi dan proses organisasi agar tercapai tujuan dari peningkatan kualitas produk yaitu kepuasan pelanggan.

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teoritis

    1. Pengertian Total Quality Management (TQM)

    Dalam istilah Indonesia, Total Quality Management (TQM) disebut

    Manajemen Mutu Terpadu yang juga disebut Manajemen Kualitas Terpadu.

    Mears dalam Lubis (2005: 17) mendefenisikan Total Quality Management

    (TQM) sebagai suatu sistem yang dilaksanakan dalam jangka panjang dan

    terus menerus untuk memuaskan konsumen dengan meningkatkan kualitas

    produk perusahaan. Sementara itu, Ross dalam Lubis (2005: 17) menyatakan

    bahwa TQM merupakan integrasi seluruh fungsi dan proses organisasi agar

    tercapai tujuan dari peningkatan kualitas produk yaitu kepuasan pelanggan.

    Tunggal, A.W (1993) mendefenisikan TQM sebagai mengelola

    organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada

    semua produk dan jasa yang penting bagi pelanggan. Catatan penting dari

    dimensi ini adalah bahwa mutu mencakup keseluruhan organisasi pada setiap

    hal yang dilakukan organisasi dan bahwa mutu adalah pada akhirnya

    didefenisikan oleh pelanggan. Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan

    kualitas produk adalah kepuasan konsumen. TQM memiliki tujuan perbaikan

    kualitas terus-menerus, disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut

    kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. TQM merupakan pendekatan

    yang seharusnya dilakukan organisasi masa kini untuk .memperbaiki kualitas

    produknya, menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitasnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ibrahim (2000: 22) menyatakan bahwa tujuan dari implementasi TQM adalah untuk memberikan produk atau jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen secara berkelanjutan (sustainable satisfaction) yang pada gilirannya akan menimbulkan pembelian berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas produsen mencapai skala ekonomis dengan akibat penurunan biaya produksi.

    Implikasi dari hal tersebut diatas bahwa TQM harus mempunyai visi,

    misi, dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada maupun

    dapat mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan datang, yang saat

    ini mungkin belum ada sama sekali. Kreativitas dan kemampuan manajemen

    menciptakan pasar yang akan datang inilah yang dapat menjamin

    kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin atau pionir dalam pasar.

    Dengan kata lain, penerapan TQM dalam sebuah perusahaan dapat

    memberikan manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta

    daya saing perusahaan yang bersangkutan.

    Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 10), yang membedakan TQM dan dengan pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen-komponennya. Komponen inti memiliki sepuluh unsur utama yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim (teamwork), perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, dan adanya keterlibatan pemberdayaan karyawan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Manfaat TQM

    Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam

    mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan. Ada

    beberapa keuntungan pengendalian mutu, antara lain:

    a. pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu disetiap

    langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100%

    bebas cacat,

    b. pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan

    kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah

    bagi perusahaan,

    c. pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti

    keinginan pelanggan seccara efisien sehingga produknya selalu dibuat

    sesuai pilihan pelanggan,

    d. pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan data-

    data produksi yang salah.

    Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:

    a. TQM mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas.

    Kualitas bila dipandang dari sudut pandang konsumen diartikan

    sebagai kesesuaian. Persyaratan kualitas tercetak pada kebutuhan dan

    keinginan konsumen. Dalam konsep total, konsumen bukan saja

    pembeli melainkan dapat diartikan sebagai proses berikutnya yaitu

    pihak yang menentukan persyaratan dan mendambakan kepuasan

    dan sekaligus juga sebagai produsen yang selayaknya memenuhi

    Universitas Sumatera Utara

  • persyaratan agar dapat memberi kepuasan. Dalam hal ini kualitas

    tidak dipandang dalam arti yang sempit dari segi produk yang

    dihasilkan saja tetapi juga harus dipandang sebagai keseluruhan

    aspek dari perusahaan,

    b. adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dengan

    menerapkan TQM perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan

    berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya,

    c. adanya upaya pencegahan artinya sejak dari perancangan produk,

    proses produksi hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk

    yang baik tanpa ada produk yang cacat (zero defect) sehingga

    perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari

    pemborosan dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan

    pada akhirnya dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.

    3. Metode TQM

    Pembahasan mengenai metode TQM difokuskan pada tiga pakar utama

    yang merupakan pelopor dalam pengembangan TQM. Mereka adalah W.

    Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby.

    a. Metode W. Edwards Deming

    Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak gerakan TQM. Deming

    mencatat kesuksesan dala memimpin revolusi kualitas di Jepang,

    yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan

    masalah dan pengendalian proses statistik (SPC). Deming

    Universitas Sumatera Utara

  • menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat

    membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam

    menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi

    merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

    industri.

    Siklus Deming (Deming Cycle)

    Siklus ini dikembangkan untuk menghubungkan antara operasi

    dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya

    semua bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan

    pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi kebutuhan

    pelanggan. Siklus Deming adalah model perbaikan

    berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward Deming

    yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang

    dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)

    b. Metode Joseph M. Juran

    Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok atau sesuai untuk

    digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa

    suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan

    oleh para pemakainya. Kontribusi Juran yang paling terkenal

    adalah Jurans Basic Steps to Progress, diantaranya:

    a) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar berkesinambungan

    yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang

    mendesak,

    Universitas Sumatera Utara

  • b) Mengadakan program pelatihan secara luas

    c) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat

    manajemen yang lebih tinggi.

    c. Metode Philip B. Crosby

    Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan

    pencegahan. Dalil manajemen kualitas menurut Crosby adalah

    sebagai berikut:

    a) defenisi kualitas adalah sama dengan persyaratan;

    pada awalnya kualitas diterjemahkan sebagai tingkat kebagusan

    atau kebaikan (goodness). Defenisi ini memiliki kelemahan,

    yaitu tidak menerangkan secara spesifik baik/bagus itu

    bagaimana. Defenisi kualitas menurut Crosby adalah

    memenuhi atau sama dengan persyaratan (conformance to

    requirements). Kurang sedikit saja dari persyaratan maka suatu

    barang atau jasa itu dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan

    tersebut dapat berubah sesuai keinginan pelanggan, kebutuhan

    organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi, serta

    pasar atau persaingan,

    b) sistem kualitas adalah pencegahan;

    pada masa lalu, sistem kualitas adalah penilaian (appraisal).

    Suatu produk dinilai pada kahir proses, penilaian akhir ini

    hanya menyatakan bahwa apabila baik, maka akan diserahkan

    pada distributor sedangkan bila buruk akan disingkirkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penilaian seperti ini tidak menyelesaikan masalah, Karena yang

    buruk akan selalu ada. Maka dari itu, sebaiknya dilakukan

    pencegahan dari awal sehingga outputnya dijamin bagus serta

    hemat biaya dan waktu. Dalam hal ini dikenal law of tens.

    Maksudnya apabila kita menemukan kesalahan dari awal

    proses, biayanya hanya satu rupiah. Akan tetapi bila ditemukan

    proses kedua, maka biayanya menjadi sepuluh rupiah. Atas

    dasar itu sistem kualitas menurut Crosby merupakan

    pencegahan,

    c) kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang

    harus digunakan;

    konsep yang berlaku dimasa lalu yaitu konsep mendekati (close

    enough concept), misalnya efisiensi mesin mendekati 95%.

    Namun coba hitung berapa besarnya inefisiensi 5% bila

    dikalikan dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka

    baru disadari besar sekali nilainya. Orang sering terjebak

    dengan nilai persentase sehingga Crosby mengajukan konsep

    kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai apabila

    perusahaan melakukan sesuatu yang benar sejak pertama proses

    dan setiap proses.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Hubungan Total Quality Management dan Kinerja Manajerial

    Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu

    menghasilkan suatu kinerja manajerial, berbeda dengan kinerja karyawan yang

    pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat abstrak dan

    kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan

    kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada dalam wilayah

    wewenangnya (Mulyadi dan Setiawan, 2001).

    Perusahaan yang menerapkan TQM akan menghasilkan produk yang

    benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak

    ada pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku, pengurangan biaya

    overhead atau pengurangan upah, penyederhanaan proses produksi dan

    pengurangan pemborosan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja

    manajerial, karena sasaran akhir TQM adalah kinerja perusahaan yang dapat

    dicapai melalui kepemimpinan, pemberdayaan dan partisipasi sumber daya

    sumber daya manusia, serta menggunakan informasi dan analisis perbaikan

    proses, sehingga produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan dan harapan

    pelanggan. Tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah

    tercapainya kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang ditandai dengan

    berkurangnya keluhan dari pelanggan sehingga dapat meningkatkan kinerja

    perusahaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

    A. Pengertian Anggaran

    Anggaran adalah rencana kerja organisasi dimasa mendatang yang

    diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis(Rudianto,

    2005:110).

    Menurut Munandar (2001: 1) defenisi anggaran sebagai berikut:

    Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang

    meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit

    (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu

    yang akan datang. Supriyono (1999: 340) menyatakan: Anggaran adalah

    suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran

    kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh

    dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.

    Jadi, pada dasarnya anggaran merupakan rencana kerja organisasi

    dimasa mendatang, sedangkan proses penyiapan dan penyusunan anggaran

    disebut penganggaran.

    B. Fungsi Anggaran

    Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 75) fungsi anggaran antara

    lain menyelaraskan rencana strategis, membantu pengkoordinasian

    aktivitas dari beberapa organisasi, pendelegasian tanggung jawab kepada

    manajer, dan memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk

    mengevaluasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Perusahaan tidak akan mencapai tingkat kesuksesan jika tidak

    menggunakan sistem penganggaran terkoordinasi (Garrison dalam

    Batubara, 2008: 13).

    C. Klasifikasi Anggaran

    Anggaran dapat diklasifikasikan berdasarkan:

    1. Jangka waktu

    a. Jangka pendek: Anggaran yang dibuat untuk jangka waktu

    paling lama satu tahun.

    b. Jangka panjang: Anggaran yang dibuat untuk jangka waktu

    lebih dari satu tahun.

    2. Menurut bidang

    a. Anggaran operasional: Anggaran yang mengikhtisarkan

    kegiatan operasi untuk menyusun laporan laba rugi.

    b. Anggaran keuangan: Anggaran yang digunakan untuk

    menyusun laporan keuangan neraca.

    3. Menurut kemampuan menyusun

    a. Anggaran komprehensif: Anggaran yang disusun untuk

    mencakup seluruh rangkaian kegiatan perusahaan.

    b. Anggaran parsial: Anggaran yang disusun untuk mengcover

    beberapa aktivitas tertentu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Menurut dasar penyusunan anggaran

    a. Anggaran variabel: Anggaran yang disusun berdasarkan

    interval atau kisar kapasitas/aktivitas tertentu dan pada intinya

    merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada

    tingkat-tingkat aktivitas atau kegiatan yang berbeda.

    b. Anggaran statis/tetap: Anggaran yang disusun berdasarkan

    tingkat kapasitas tertentu.

    5. Menurut fungsinya

    a. Anggaran apropriasi: Anggaran yang dibentuk untuk tujuan

    tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.

    b. Anggaran kinerja: Anggaran yang disusun berdasarkan fungsi

    kegiatan yang dilakukan organisasi. Misalnya untuk menilai

    apakah biaya yang dikeluarkan tidak melampaui batas.

    Partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat

    dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama

    atasannya(Robbins, 2002: 179). Sementara Supomo dan Indriantoro

    (1998: 61) menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran

    merupakan proses dimana individu terlibat dalam penyusunan target

    anggaran, lalu individu tersebut dievaluasi kinerjanya dan memperoleh

    penghargaan berdasarkan target anggaran.

    Kennis dalam Saragih (2008: 20) menegaskan bahwa partisipasi adalah

    sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran dan

    pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban manajer

    Universitas Sumatera Utara

  • yang bersangkutan. Sedangkan menurut Iksan dan Ishak (2005), partisipasi

    telah menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan,

    meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan

    kerjasama diantara manajemen, yang pada gilirannya cenderung untuk

    meningkatkan kinerja mereka.

    Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87), partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan:

    a. Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajerdibandingkan bila secara eksternal.

    b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif.

    Anggaran disusun oleh setiap manajer pusat pertanggungjawaban

    kemudian nantinya para lini manajer pusat pertanggungjawaban tersebut

    akan melaporkan hasil pertanggungjawaban tersebut yang akan menjadi

    feedback bagi manajemen puncak sebagai pengukuran prestasi. Dengan

    adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan terbangun

    interaksi yang lebih baik antara top management dan para lini manajer,

    dengan demikian tercipta komitmen yang kuat untuk merealisasikannya

    kearah yang lebih baik. Partisipasi dalam penyusunan anggaran

    menyangkut suatu proses dimana individu-individu terlibat di dalamnya

    dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran mereka.

    Selain itu, partisipasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan

    bersama antara dua pihak atau lebih yang akan membawa pengaruh pada

    masa yang akan datang bagi para pembuat keputusan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Hubungan Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial

    Partisipasi dalam penyusunan anggaran pada umumnya dinilai sebagai

    pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi.

    Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai tanggung

    jawab dan konsekuensi moral yang akan meningkatkan kinerja sesuai yang

    ditargetkan dalam anggaran.

    Kinerja dikatakan efektif bila tujuan anggaran tercapai dan bawahan

    mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan

    anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi, dan melakukan

    negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan

    anggaran dengan melaksanakannya.

    3. Kinerja Manajerial

    Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur

    efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Robbins (2002: 272) kinerja

    merupakan Ukuran dari sebuah hasil. Menurut Donnelly, et al dalam Sari

    (2009: 13) kinerja merujuk kepada tingkatan keberhasilan dalam

    melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan

    dapat tercapai dengan baik. Sedangkan menurut Simamora (2000: 22)

    pengertian prestasi kerja atau kinerja adalah sebagai berikut: Kinerja

    karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-

    persyaratan pekerjaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Mahoney dalam Lubis (2005: 22) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi. Kinerja manajerial yang baik akan menghasilkan keefektivitasan yang berujung pada perolehan keuntungan bagi perusahaan. Kinerja manajerial yang stabil bahkan meningkat akan menambah kepercayaan investor terhadap perusahaan.

    Menurut Mulyadi (2001: 353) penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

    suatu upaya dalam melaksanakan tugas, sehingga sasaran yang diinginkan

    dapat tercapai berdasarkan atas kemampuan yang dimiliki karyawan atas

    masalah yang dihadapi pada saat melaksanakan tugas. Tujuan pokok penilaian

    kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi

    dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar

    membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

    Secara umum, kinerja yang harus dihasilkan personel untuk menjamin

    kelangsungan hidupnya diperusahaan adalah:

    1) Membangun pelanggan yang puas

    2) Memiliki personel yang produktif dan berkomitmen

    3) Menghasilkan financial returns yang memadai

    Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang

    Universitas Sumatera Utara

  • semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta

    penghargaan, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Penilaian kinerja

    dimanfaatkan oleh organisasi untuk:

    a. mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

    motivasi karyawan secara maksimal,

    b. membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

    penghargaan personel seperti promosi, transfer, dan pemberhentian,

    c. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel

    dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program

    pelatihan personel,

    d. menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

    B. Review Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yan Saputra (2008), dengan

    lokasi penelitian yang berbeda. Penelitian terdahulu meneliti di PT.

    Perkebunan Nusantara III (Persero), sedangkan penelitian ini dilakukan di PT

    Tolan Tiga Indonesia. Alasan peneliti memilih PT Tolan Tiga Indonesia

    sebagai tempat penelitian karena peneliti mengikuti saran dari penelitian

    terdahulu untuk melakukan penelitian pada tempat yang berbeda utntuk

    melihat konsistensi hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan dua variabel independen yaitu TQM dan partisipasi

    penganggaran secara simultan, serta meneliti apakah kedua variabel tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial sekaligus untuk melihat

    konsistensi dari hasil penelitian sebelumnya.

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

    No. Nama Peneliti Variabel Judul Penelitian Hasil Penelitian

    1. Yan Saputra Siaragih (2008)

    DV: Total Quality Management Partisipasi Penganggaran IV: Kinerja Manajerial

    Pengaruh Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

    Total Quality Management dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja manajerial.

    2. Dewi Maya Sari (2009)

    DV: Total Quality Management IV: Kinerja manajerial

    Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Super Andalas Steel.

    Total Quality Management tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial. TQM juga tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara parsial. Kinerja manajemen tidak dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

    3. Zulaika (2008)

    DV: Total Quality Management IV: Kinerja manajerial

    Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial pada PT PP Lonsum Indonesia Tbk.

    TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen secara simultan, tetapi jika dilihat secara parsial variabel fokus pada pelanggan serta pendidikan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

    4. Essy Refikha (2009)

    DV: Partisipasi anggaran dan Komitmen Organisasi IV: Kinerja manajerial

    Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai.

    Secara parsial partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai, Komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai. Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai.

    5. Diyah Octavia (2009)

    DV: Partisipasi anggaran Komitmen Organisasi IV: Kinerja manajerial

    Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Pos Indonesia (Persero) Medan.

    Partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial sedangkan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

    C. Kerangka Konseptual

    Untuk memperoleh keunggulan daya saing dalam skala global, harus

    mampu menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan

    barang/jasa yang mempunyai kualitas tinggi dengan harga wajar dan mampu

    bersaing. Kunci utama untuk meningkatkan daya saing adalah melalui kualitas.

    Untuk itu perusahaan harus lebih fokus pada kualitas, dalam hal ini Total Quality

    Management. Tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya komplain

    dari pelanggan, hal ini berarti menunjukkan kinerja yang semakin meningkat.

    Partisipasi penganggaran dapat diartikan sebagai keikutsertaan manajer

    dalam penyusunan anggaran. Tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam

    proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan

    anggaran partisipatif dan nonpartisipatif. Semakin tinggi tingkat partisipasi secara

    umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas

    organisasi.

    Apabila TQM dan partisipasi penganggaran diterapkan secara baik dan

    tepat maka dapat diyakini kinerja perusahaan juga akan semakin meningkat.

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

    H1

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Total Quality Management

    (X1)

    Partisipasi Anggaran

    (X2)

    Kinerja Manajerial

    (Y)

    Universitas Sumatera Utara

  • D. Hipotesis Penelitian

    Dari kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini adalah Total Quality Management dan partisipasi

    penganggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial baik secara simultan

    maupun parsial.

    Universitas Sumatera Utara