Upload
rangga-black-labelsociety
View
1
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengertian Total Quality Management (TQM) Dalam istilah Indonesia, Total Quality Management(TQM) disebut Manajemen Mutu Terpadu yang juga disebut Manajemen Kualitas Terpadu. Mears dalam Lubis (2005: 17) mendefenisikan Total Quality Management(TQM) sebagai suatu sistem yang dilaksanakan dalam jangka panjang dan terus menerus untuk memuaskan konsumen dengan meningkatkan kualitas produk perusahaan. Sementara itu, Ross dalam Lubis (2005: 17) menyatakan bahwa TQM merupakan integrasi seluruh fungsi dan proses organisasi agar tercapai tujuan dari peningkatan kualitas produk yaitu kepuasan pelanggan.
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Dalam istilah Indonesia, Total Quality Management (TQM) disebut
Manajemen Mutu Terpadu yang juga disebut Manajemen Kualitas Terpadu.
Mears dalam Lubis (2005: 17) mendefenisikan Total Quality Management
(TQM) sebagai suatu sistem yang dilaksanakan dalam jangka panjang dan
terus menerus untuk memuaskan konsumen dengan meningkatkan kualitas
produk perusahaan. Sementara itu, Ross dalam Lubis (2005: 17) menyatakan
bahwa TQM merupakan integrasi seluruh fungsi dan proses organisasi agar
tercapai tujuan dari peningkatan kualitas produk yaitu kepuasan pelanggan.
Tunggal, A.W (1993) mendefenisikan TQM sebagai mengelola
organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada
semua produk dan jasa yang penting bagi pelanggan. Catatan penting dari
dimensi ini adalah bahwa mutu mencakup keseluruhan organisasi pada setiap
hal yang dilakukan organisasi dan bahwa mutu adalah pada akhirnya
didefenisikan oleh pelanggan. Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan
kualitas produk adalah kepuasan konsumen. TQM memiliki tujuan perbaikan
kualitas terus-menerus, disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut
kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. TQM merupakan pendekatan
yang seharusnya dilakukan organisasi masa kini untuk .memperbaiki kualitas
produknya, menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
Ibrahim (2000: 22) menyatakan bahwa tujuan dari implementasi TQM adalah untuk memberikan produk atau jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen secara berkelanjutan (sustainable satisfaction) yang pada gilirannya akan menimbulkan pembelian berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas produsen mencapai skala ekonomis dengan akibat penurunan biaya produksi.
Implikasi dari hal tersebut diatas bahwa TQM harus mempunyai visi,
misi, dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada maupun
dapat mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan datang, yang saat
ini mungkin belum ada sama sekali. Kreativitas dan kemampuan manajemen
menciptakan pasar yang akan datang inilah yang dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin atau pionir dalam pasar.
Dengan kata lain, penerapan TQM dalam sebuah perusahaan dapat
memberikan manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta
daya saing perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 10), yang membedakan TQM dan dengan pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen-komponennya. Komponen inti memiliki sepuluh unsur utama yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim (teamwork), perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, dan adanya keterlibatan pemberdayaan karyawan.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat TQM
Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam
mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan. Ada
beberapa keuntungan pengendalian mutu, antara lain:
a. pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu disetiap
langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100%
bebas cacat,
b. pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan
kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah
bagi perusahaan,
c. pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti
keinginan pelanggan seccara efisien sehingga produknya selalu dibuat
sesuai pilihan pelanggan,
d. pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan data-
data produksi yang salah.
Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:
a. TQM mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas.
Kualitas bila dipandang dari sudut pandang konsumen diartikan
sebagai kesesuaian. Persyaratan kualitas tercetak pada kebutuhan dan
keinginan konsumen. Dalam konsep total, konsumen bukan saja
pembeli melainkan dapat diartikan sebagai proses berikutnya yaitu
pihak yang menentukan persyaratan dan mendambakan kepuasan
dan sekaligus juga sebagai produsen yang selayaknya memenuhi
Universitas Sumatera Utara
persyaratan agar dapat memberi kepuasan. Dalam hal ini kualitas
tidak dipandang dalam arti yang sempit dari segi produk yang
dihasilkan saja tetapi juga harus dipandang sebagai keseluruhan
aspek dari perusahaan,
b. adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dengan
menerapkan TQM perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan
berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya,
c. adanya upaya pencegahan artinya sejak dari perancangan produk,
proses produksi hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk
yang baik tanpa ada produk yang cacat (zero defect) sehingga
perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari
pemborosan dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan
pada akhirnya dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.
3. Metode TQM
Pembahasan mengenai metode TQM difokuskan pada tiga pakar utama
yang merupakan pelopor dalam pengembangan TQM. Mereka adalah W.
Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby.
a. Metode W. Edwards Deming
Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak gerakan TQM. Deming
mencatat kesuksesan dala memimpin revolusi kualitas di Jepang,
yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan
masalah dan pengendalian proses statistik (SPC). Deming
Universitas Sumatera Utara
menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat
membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam
menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi
merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan
industri.
Siklus Deming (Deming Cycle)
Siklus ini dikembangkan untuk menghubungkan antara operasi
dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya
semua bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan
pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Siklus Deming adalah model perbaikan
berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward Deming
yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang
dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
b. Metode Joseph M. Juran
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok atau sesuai untuk
digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa
suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan
oleh para pemakainya. Kontribusi Juran yang paling terkenal
adalah Jurans Basic Steps to Progress, diantaranya:
a) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar berkesinambungan
yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang
mendesak,
Universitas Sumatera Utara
b) Mengadakan program pelatihan secara luas
c) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
c. Metode Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan
pencegahan. Dalil manajemen kualitas menurut Crosby adalah
sebagai berikut:
a) defenisi kualitas adalah sama dengan persyaratan;
pada awalnya kualitas diterjemahkan sebagai tingkat kebagusan
atau kebaikan (goodness). Defenisi ini memiliki kelemahan,
yaitu tidak menerangkan secara spesifik baik/bagus itu
bagaimana. Defenisi kualitas menurut Crosby adalah
memenuhi atau sama dengan persyaratan (conformance to
requirements). Kurang sedikit saja dari persyaratan maka suatu
barang atau jasa itu dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan
tersebut dapat berubah sesuai keinginan pelanggan, kebutuhan
organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi, serta
pasar atau persaingan,
b) sistem kualitas adalah pencegahan;
pada masa lalu, sistem kualitas adalah penilaian (appraisal).
Suatu produk dinilai pada kahir proses, penilaian akhir ini
hanya menyatakan bahwa apabila baik, maka akan diserahkan
pada distributor sedangkan bila buruk akan disingkirkan.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian seperti ini tidak menyelesaikan masalah, Karena yang
buruk akan selalu ada. Maka dari itu, sebaiknya dilakukan
pencegahan dari awal sehingga outputnya dijamin bagus serta
hemat biaya dan waktu. Dalam hal ini dikenal law of tens.
Maksudnya apabila kita menemukan kesalahan dari awal
proses, biayanya hanya satu rupiah. Akan tetapi bila ditemukan
proses kedua, maka biayanya menjadi sepuluh rupiah. Atas
dasar itu sistem kualitas menurut Crosby merupakan
pencegahan,
c) kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang
harus digunakan;
konsep yang berlaku dimasa lalu yaitu konsep mendekati (close
enough concept), misalnya efisiensi mesin mendekati 95%.
Namun coba hitung berapa besarnya inefisiensi 5% bila
dikalikan dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka
baru disadari besar sekali nilainya. Orang sering terjebak
dengan nilai persentase sehingga Crosby mengajukan konsep
kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai apabila
perusahaan melakukan sesuatu yang benar sejak pertama proses
dan setiap proses.
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan Total Quality Management dan Kinerja Manajerial
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
menghasilkan suatu kinerja manajerial, berbeda dengan kinerja karyawan yang
pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat abstrak dan
kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan
kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada dalam wilayah
wewenangnya (Mulyadi dan Setiawan, 2001).
Perusahaan yang menerapkan TQM akan menghasilkan produk yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak
ada pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku, pengurangan biaya
overhead atau pengurangan upah, penyederhanaan proses produksi dan
pengurangan pemborosan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
manajerial, karena sasaran akhir TQM adalah kinerja perusahaan yang dapat
dicapai melalui kepemimpinan, pemberdayaan dan partisipasi sumber daya
sumber daya manusia, serta menggunakan informasi dan analisis perbaikan
proses, sehingga produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan dan harapan
pelanggan. Tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah
tercapainya kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang ditandai dengan
berkurangnya keluhan dari pelanggan sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
A. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah rencana kerja organisasi dimasa mendatang yang
diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis(Rudianto,
2005:110).
Menurut Munandar (2001: 1) defenisi anggaran sebagai berikut:
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang. Supriyono (1999: 340) menyatakan: Anggaran adalah
suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh
dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.
Jadi, pada dasarnya anggaran merupakan rencana kerja organisasi
dimasa mendatang, sedangkan proses penyiapan dan penyusunan anggaran
disebut penganggaran.
B. Fungsi Anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 75) fungsi anggaran antara
lain menyelaraskan rencana strategis, membantu pengkoordinasian
aktivitas dari beberapa organisasi, pendelegasian tanggung jawab kepada
manajer, dan memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk
mengevaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan tidak akan mencapai tingkat kesuksesan jika tidak
menggunakan sistem penganggaran terkoordinasi (Garrison dalam
Batubara, 2008: 13).
C. Klasifikasi Anggaran
Anggaran dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Jangka waktu
a. Jangka pendek: Anggaran yang dibuat untuk jangka waktu
paling lama satu tahun.
b. Jangka panjang: Anggaran yang dibuat untuk jangka waktu
lebih dari satu tahun.
2. Menurut bidang
a. Anggaran operasional: Anggaran yang mengikhtisarkan
kegiatan operasi untuk menyusun laporan laba rugi.
b. Anggaran keuangan: Anggaran yang digunakan untuk
menyusun laporan keuangan neraca.
3. Menurut kemampuan menyusun
a. Anggaran komprehensif: Anggaran yang disusun untuk
mencakup seluruh rangkaian kegiatan perusahaan.
b. Anggaran parsial: Anggaran yang disusun untuk mengcover
beberapa aktivitas tertentu.
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut dasar penyusunan anggaran
a. Anggaran variabel: Anggaran yang disusun berdasarkan
interval atau kisar kapasitas/aktivitas tertentu dan pada intinya
merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada
tingkat-tingkat aktivitas atau kegiatan yang berbeda.
b. Anggaran statis/tetap: Anggaran yang disusun berdasarkan
tingkat kapasitas tertentu.
5. Menurut fungsinya
a. Anggaran apropriasi: Anggaran yang dibentuk untuk tujuan
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.
b. Anggaran kinerja: Anggaran yang disusun berdasarkan fungsi
kegiatan yang dilakukan organisasi. Misalnya untuk menilai
apakah biaya yang dikeluarkan tidak melampaui batas.
Partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat
dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama
atasannya(Robbins, 2002: 179). Sementara Supomo dan Indriantoro
(1998: 61) menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran
merupakan proses dimana individu terlibat dalam penyusunan target
anggaran, lalu individu tersebut dievaluasi kinerjanya dan memperoleh
penghargaan berdasarkan target anggaran.
Kennis dalam Saragih (2008: 20) menegaskan bahwa partisipasi adalah
sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran dan
pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban manajer
Universitas Sumatera Utara
yang bersangkutan. Sedangkan menurut Iksan dan Ishak (2005), partisipasi
telah menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan,
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan
kerjasama diantara manajemen, yang pada gilirannya cenderung untuk
meningkatkan kinerja mereka.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87), partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan:
a. Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajerdibandingkan bila secara eksternal.
b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif.
Anggaran disusun oleh setiap manajer pusat pertanggungjawaban
kemudian nantinya para lini manajer pusat pertanggungjawaban tersebut
akan melaporkan hasil pertanggungjawaban tersebut yang akan menjadi
feedback bagi manajemen puncak sebagai pengukuran prestasi. Dengan
adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan terbangun
interaksi yang lebih baik antara top management dan para lini manajer,
dengan demikian tercipta komitmen yang kuat untuk merealisasikannya
kearah yang lebih baik. Partisipasi dalam penyusunan anggaran
menyangkut suatu proses dimana individu-individu terlibat di dalamnya
dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran mereka.
Selain itu, partisipasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan
bersama antara dua pihak atau lebih yang akan membawa pengaruh pada
masa yang akan datang bagi para pembuat keputusan.
Universitas Sumatera Utara
6. Hubungan Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial
Partisipasi dalam penyusunan anggaran pada umumnya dinilai sebagai
pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi.
Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai tanggung
jawab dan konsekuensi moral yang akan meningkatkan kinerja sesuai yang
ditargetkan dalam anggaran.
Kinerja dikatakan efektif bila tujuan anggaran tercapai dan bawahan
mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan
anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi, dan melakukan
negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan
anggaran dengan melaksanakannya.
3. Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur
efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Robbins (2002: 272) kinerja
merupakan Ukuran dari sebuah hasil. Menurut Donnelly, et al dalam Sari
(2009: 13) kinerja merujuk kepada tingkatan keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik. Sedangkan menurut Simamora (2000: 22)
pengertian prestasi kerja atau kinerja adalah sebagai berikut: Kinerja
karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-
persyaratan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mahoney dalam Lubis (2005: 22) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi. Kinerja manajerial yang baik akan menghasilkan keefektivitasan yang berujung pada perolehan keuntungan bagi perusahaan. Kinerja manajerial yang stabil bahkan meningkat akan menambah kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001: 353) penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
suatu upaya dalam melaksanakan tugas, sehingga sasaran yang diinginkan
dapat tercapai berdasarkan atas kemampuan yang dimiliki karyawan atas
masalah yang dihadapi pada saat melaksanakan tugas. Tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi
dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Secara umum, kinerja yang harus dihasilkan personel untuk menjamin
kelangsungan hidupnya diperusahaan adalah:
1) Membangun pelanggan yang puas
2) Memiliki personel yang produktif dan berkomitmen
3) Menghasilkan financial returns yang memadai
Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Penilaian kinerja
dimanfaatkan oleh organisasi untuk:
a. mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
motivasi karyawan secara maksimal,
b. membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penghargaan personel seperti promosi, transfer, dan pemberhentian,
c. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan personel,
d. menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
B. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yan Saputra (2008), dengan
lokasi penelitian yang berbeda. Penelitian terdahulu meneliti di PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero), sedangkan penelitian ini dilakukan di PT
Tolan Tiga Indonesia. Alasan peneliti memilih PT Tolan Tiga Indonesia
sebagai tempat penelitian karena peneliti mengikuti saran dari penelitian
terdahulu untuk melakukan penelitian pada tempat yang berbeda utntuk
melihat konsistensi hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua variabel independen yaitu TQM dan partisipasi
penganggaran secara simultan, serta meneliti apakah kedua variabel tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial sekaligus untuk melihat
konsistensi dari hasil penelitian sebelumnya.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Variabel Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Yan Saputra Siaragih (2008)
DV: Total Quality Management Partisipasi Penganggaran IV: Kinerja Manajerial
Pengaruh Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Total Quality Management dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja manajerial.
2. Dewi Maya Sari (2009)
DV: Total Quality Management IV: Kinerja manajerial
Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Super Andalas Steel.
Total Quality Management tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial. TQM juga tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara parsial. Kinerja manajemen tidak dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
3. Zulaika (2008)
DV: Total Quality Management IV: Kinerja manajerial
Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial pada PT PP Lonsum Indonesia Tbk.
TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen secara simultan, tetapi jika dilihat secara parsial variabel fokus pada pelanggan serta pendidikan dan
Universitas Sumatera Utara
pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
4. Essy Refikha (2009)
DV: Partisipasi anggaran dan Komitmen Organisasi IV: Kinerja manajerial
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai.
Secara parsial partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai, Komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai. Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai.
5. Diyah Octavia (2009)
DV: Partisipasi anggaran Komitmen Organisasi IV: Kinerja manajerial
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Pos Indonesia (Persero) Medan.
Partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial sedangkan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
C. Kerangka Konseptual
Untuk memperoleh keunggulan daya saing dalam skala global, harus
mampu menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan
barang/jasa yang mempunyai kualitas tinggi dengan harga wajar dan mampu
bersaing. Kunci utama untuk meningkatkan daya saing adalah melalui kualitas.
Untuk itu perusahaan harus lebih fokus pada kualitas, dalam hal ini Total Quality
Management. Tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah
Universitas Sumatera Utara
tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya komplain
dari pelanggan, hal ini berarti menunjukkan kinerja yang semakin meningkat.
Partisipasi penganggaran dapat diartikan sebagai keikutsertaan manajer
dalam penyusunan anggaran. Tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam
proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan
anggaran partisipatif dan nonpartisipatif. Semakin tinggi tingkat partisipasi secara
umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas
organisasi.
Apabila TQM dan partisipasi penganggaran diterapkan secara baik dan
tepat maka dapat diyakini kinerja perusahaan juga akan semakin meningkat.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1
Variabel Independen Variabel Dependen
Total Quality Management
(X1)
Partisipasi Anggaran
(X2)
Kinerja Manajerial
(Y)
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah Total Quality Management dan partisipasi
penganggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial baik secara simultan
maupun parsial.
Universitas Sumatera Utara