Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dokumen

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Umum

    Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau

    gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

    dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat

    insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan

    atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau

    disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina

    Farmasi & ALKES, 2005).

    Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal,

    suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai

    dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara

    umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan

    diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007).

    Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh

    distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana

    berbeda distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes.

    Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes

    atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai

    distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga.

    Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke

    diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan

    Universitas Sumatera Utara

  • kematian pada penderita diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang

    tidak normal seharusnya ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa,

    yang mana diapresiasikan dengan peningkatan resiko penyakit CVD

    (kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).

    2.2 Gejala Diabetes mellitus

    Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing

    terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-

    kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar,

    gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.

    Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya

    keluhan hingga ada yang bertanya mengapa jadi ribut dengan diabetes? Mereka

    mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check-up ditemukan kadar

    glukosa darahnya tinggi. Oleh karena itu dalam rangka penyuluhan kepada pasien

    seperti ini, kita sering mendapat hambatan karena sulit memotivasi. Memang saat

    ini tidak ada keluhan tetapi mereka harus menyadari bahwa kadar glukosa darah

    yang selalu tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan apa yang disebut

    komplikasi jangka panjang akibat keracunan glukosa. Pasien dapat terkena

    komplikasi pada mata hingga buta atau komplikasi lain seperti kaki busuk

    (gangren), komplikasi pada ginjal, jantung, dll (Waspadji, dkk, 2002).

    Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu

    obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia,

    poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam

    penyusunan diet penderita Diabetes mellitus (Tjokroprawiro, dkk, 1986).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Patofisiologi

    Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru

    dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi

    supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari

    bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan

    makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan

    tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk,

    2002).

    Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan

    selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi

    bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino

    dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus

    kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

    dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat

    berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel

    supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui

    proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini

    disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin meme peran yang

    sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk

    selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau

    hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4 Penggolongan Diabetes

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes

    mellitus yaitu:

    1. Diabetes mellitus tipe 1

    Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM)

    adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi

    darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans

    pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

    Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga

    tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan

    penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat

    penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh

    terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada

    tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1

    adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.

    Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

    Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,

    dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat

    monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap

    paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan

    diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan

    kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan

    olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan

    pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberian

    Universitas Sumatera Utara

  • masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga

    dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan.

    Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled

    powder" (Anonima, 2009).

    2. Diabetes mellitus tipe 2

    Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus,

    NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh

    rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan

    metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang

    mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel

    terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta

    yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi

    gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang

    merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

    Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas

    terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam

    darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat

    meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari

    hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan

    terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan

    penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral

    diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin.

    Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis

    dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di

    Universitas Sumatera Utara

  • dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak

    remaja dan anak-anak.

    Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.

    Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik

    (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat

    pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan

    lisan antidiabetic drugs (Anonima, 2009).

    Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2 dapat dibagi

    menjadi 4 kelompok:

    a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal

    b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes

    Kimia (Chemical Diabetes)

    c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa

    plasma puasa < 140mg/dl)

    d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa

    plasma puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).

    3. Diabetes mellitus Gestasional

    Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat

    sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2. Sekitar

    4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau

    setelah trimester kedua (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5 Diabetes mellitus tipe 2

    ADA (American Diabetes Association) menetapkan kriteria diagnostik

    diabetes tipe 2 sebagai berikut:

    1. Seseorang dengan gejala hiperglikemia dan random plasma glucose(RPG)

    atau glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran

    terpisah dapat dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau

    2. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam

    keadaan puasa 126 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat

    dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau

    3. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam

    keadaan puasa 110 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat

    dikatakan beresiko menderita diabetes tipe 2 (Muhammad, 2009).

    2.6 Diabetes mellitus tipe 2 pada anak-anak

    Selama ini, diabetes mellitus (DM) identik dengan penyakit keturunan dan

    hanya menyerang mereka yang telah berusia lanjut. Namun kenyataannya, DM

    dapat menyerang siapa saja, tak kenal usia maupun status ekonomi. Lansia, anak-

    anak, kaya, miskin dapat terserang diabetes.

    Perubahan gaya hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkan

    tingginya risiko DM saat ini. Junkfood makanan kemasan yang tidak jelas

    komposisinya serta banyak lainnya.

    DM tipe 2, Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM, terjadi jika

    pasokan insulin di pankreas tidak mencukupi sehingga mengakibatkan terjadinya

    gangguan pengiriman glukosa ke seluruh sel tubuh,tapi penderitanya tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • tergantung sepenuhnya pada pasokan insulin dari luar. Umumnya DM tipe 2 tidak

    disertai dengan gejala yang spesifik, sehingga banyak penderita yang tidak

    menyadarinya. Selama ini, banyak yang menganggap bahwa DM tipe 2 hanya

    diderita oleh mereka yang berusia lanjut, padahal kini terbukti DM tipe 2 dapat

    menyerang kalangan remaja, bahkan anak-anak.

    Obesitas dan perubahan gaya hidup menjadi faktor penyebab terjadinya

    DM. Penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita DM tipe 2 ternyata

    mengalami obesitas. Perlu diketahui, sekitar 80% remaja yang obesitas cenderung

    akan menjadi dewasa yang obesitas pula. Sedangkan pada anak-anak yang

    menderita obesitas, sekitar 30-40% nya akan menjadi orang dewasa yang juga

    obesitas, akibatnya diabetes pun akan semakin mudah menyerang.

    Agar anak-anak terhindar dari obesitas yang bisa menyebabkan diabetes:

    Menetapkan menu seimbang dengan variasi sedemikian rupa.

    1. Memberikan bekal sekolah yang sehat pada anak

    2. Memberi pengetahun nutrisi pada anak (seperti fast food) sehingga mereka

    mau menghindari makanan tersebut

    3. Mengajarkan olahraga secara rutin

    4. Menyediakan camilan yang bergizi

    5. Membiasakan pola makan yang teratur, 6 kali sehari yaitu 3x makan besar, dan

    3x cemilan bergizi (Anonim, 2006).

    2.7 Penatalaksanaan Diabetes mellitus tipe 2

    Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

    1. Penyuluhan (edukasi)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Perencanaan makan

    3. Latihan jasmani

    4. Obat hipoglikemik

    2.7.1 Penyuluhan (edukasi)

    Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi

    diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan

    dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di

    samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota

    keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana

    kebijakan kesehatan (Waspadji, dkk, 2002).

    Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan

    diabetes, pada tiap kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini

    mempersulit pemisahan aspek-aspek edukasi yang terbaik sebagai faktor

    penyumbang efektivitas. Pengakuan bahwa 95% dari rawat kesehatan diabetes

    disediakan oleh diabetisi sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi

    saat ini yaitu program edukasi swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan

    pengertian bahwa pengetahuan sendiri tidak cukup untuk memberdayakan orang

    untuk mengubah perilaku dan memperbaiki hasil akhir. Dalam laporan teknologi

    yang memberitahukan panduannya atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE

    menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar meta-analisa formal, karena

    perbedaan rancangan, durasi, pengukuran hasil akhir dapat mengurangi resiko

    penyakit Diabetes mellitus tipe 2 (International Diabetes Federation, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.7.2 Perencanaan Makanan

    Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur,

    maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan

    perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :

    - Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

    - Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu

    hamil dan janinnya

    - Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

    2.7.3 Latihan Jasmani

    Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran

    penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada

    diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah

    dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,

    meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko

    kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).

    2.7.4 Obat Hipoglikemik

    Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani

    teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu

    ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral

    (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida

    dan inhibitor glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8 Terapi Obat Hipoglikemik

    2.8.1 Terapi Insulin

    Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak

    kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk

    kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin

    tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada

    di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat.

    Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi di

    dalam sel. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci

    pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang

    kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena

    lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,

    sehingga akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh

    darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).

    Gambar 1 Kerja Insulin / The Role Insulin

    Universitas Sumatera Utara

  • Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama

    berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan

    insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

    1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin), disebut juga insulin reguler.

    Yang termasuk disini adalah insulin reguler (Crystal Zinc Insulin/CZI). Saat

    ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat

    yang ada antara lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini

    diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan

    efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.

    2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)

    Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan

    menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara

    memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.

    Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard,

    Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5-2,5 jam. Puncaknya tercapai

    dalam 4-15 janm dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.

    3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat

    Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang.

    Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:

    Mixtard 30 / 40

    4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

    Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari

    tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24

    36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard (Anonim, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8.2 Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

    Untuk sediaan Obat Hipoglikemik Oral terbagi menjadi 3 golongan:

    1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin

    di kelenjar pankreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea

    dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin). Contoh-contoh senyawa dari

    golongan ini adalah Gliburida/Glibenklamid, Glipizida, Glikazida,

    Glimepirida, Glikuidon, Repaglinide, Nateglinide.

    2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap

    insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan

    tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin

    secara efektif. Contoh-contoh senyawa dari golongan ini adalah Metformin,

    Rosiglitazone, Troglitazone, Pioglitazone.

    3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain Inhibitor -glukosidase yang

    bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk

    mengendalikan hiperglikemia post-prandial. Contoh-contoh senyawa dari

    golongan ini adalah Acarbose dan Miglitol (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES,

    2005).

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Obat Hipoglikemik

    Oral:

    1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan

    secara bertahap.

    2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping

    obat-obat tersebut.

    3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah

    menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan

    untuk beralih pada insulin.

    5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab

    itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak

    diberikan pada penderita lanjut usia.

    6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita (Ditjen Bina Farmasi dan

    ALKES, 2005).

    2.8.3 Terapi Kombinasi

    Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO

    atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan

    sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang

    sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

    efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

    sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling

    menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini

    dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat

    bila dipakai sendiri-sendiri (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).

    2.9 Rekam Medis

    Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang

    identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada

    pasien pada sarana pelayanan kesehatan, untuk itu rekam medis ini harus dijaga

    dan dipelihara dengan baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • Rekam medis untuk pasien yang rawat inap sekurang-kurangnya harus

    membuat data mengenai :

    a. Identitas pasien

    b. Anamnesis

    c. Riwayat penyakit

    d. Hasil pemeriksaan laboratorium

    e. Diagnosis

    f. Persetujuan tindakan medis (informed consent)

    g. Tindakan / pengobatan

    h. Catatan Perawat

    i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, dan

    j. Resume akhir dan evaluasi pengobatan

    Rekam medis pasien ini wajib diisi pada semua tindakan medis yang

    diinstruksikan oleh dokter dan juga terhadap semua hasil observasi pada pasien

    selama dirawat, mengingat arti pentingnya rekam medis ini maka rekam medis ini

    harus dibubuhi tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan kesehatan,

    selain itu Permenkes ini juga melarang atau tidak memperbolehkan adanya

    penghapusan tulisan dengan cara apapun juga, baik dengan menggunakan karet

    penghapus, tip-ex serta alat penghapus lainnya. Cukup dengan pencoretan, yaitu

    dengan sebuah garis, baru kemudian diparaf (Iskandar, 1998).

    Universitas Sumatera Utara