17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesaia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukan diiukuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

silahkan dilihat

Citation preview

Page 1: Chapter II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kelapa Sawit

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di

hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua

Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah

pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesaia oleh pemerintah

kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada

tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya

yang dilakukan diiukuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa

sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai

berkembang.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika

pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti

dengan peningkatan perekonomian nasional. (Yan Fauzi, 2004)

2.1.2 Tipe (Varietas) Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu

dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan

warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal

beberapa varietas antara lain :

1. Dura

Tempurung dura cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidak dapat terdapat

lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan

persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35 - 50%. Kernel (daging biji)

biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan

varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak banyak diperbanyak tanpa

menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina

yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam

persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara

pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu

dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan perkebunan

pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm,

dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap

buah tinggi, antara 60 - 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih

banyak dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm sedangkan daging buahnya tipis sekali.

(Tim Penulis, 1997)

2.1.3 Pemanenan dan Transportasi Panen

Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan

ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg tandan buah segar. Dengan kriteria

panen ini, diharapkan kandungan minyak dalam tandan buah segar optimal dengan

kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih

ekonomis.

Kematangan ini ditandai oleh warna buah. Buah sawit berwarna hitam bila

masih muda, dan berubah menjadi orange-merah pada saat matang. Buah di bagian

dalam janjangan buah relatif gepeng, lebih kecil dan kurang berpigmen dibanding

buah di bagian luar. Pada minggu-minggu terakhir proses pematangan buah, pada saat

poduksi minyak meningkat, warna buah berubah dengan cepat dari kuning menjadi

lebih kemerahan. Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen

biasanya < 0,3%. Asam lemak bebas minyak yang diperoleh dari buah yang tetap

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

berada pada janjang sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah

melewati 1,2%. Sedangkan, asam lemak bebas brondolan biasanya sekitar 5,0%. Di

lain pihak, sangat jarang diperoleh asam lemak bebas dibawah 2% pada crude palm

oil hasil produksi perkebunan kelapa sawit, biasanya sekitar 3%.

Peningkatan asam lemak bebas yang mencapai sekitar 20 kali ini terjadi karena

kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Kemungkinan

penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah di tempat pemungutan,

penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat transpor

pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian buah ke lori.

tandan buah segar yang memar juga akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran

yang membantu mempercepat kenaikan asam lemak bebas oleh karena kontaminasi

mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, di antara besi, yang

menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak.

Selain berpengaruh terhadap asam lemak bebas, kerusakan buah pada saat

panen juga menurunkan daya pemucatan crude palm oil yang diperoleh. Warna dan

inti juga menjadi lebih gelap pada buah yang rusah atau lewat matang.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

Tabel 1. Kriteria Kematangan Buah

Fraksi buah Kategori Persyaratan Jumlah brondolan

Fraksi 00 (F-00)

Fraksi 0 (F-0) Sangat mentah (afkir)

0.0%

Maks 3.0%

Tidak ada

1-12.5 buah luar

Fraksi 1

Fraksi 2

Fraksi 3

Kurang matang

Matang I

Matang II

F1+F2+F3

min 85%

12.5-25% buah luar

25-50% buah luar

50-75% buah luar

Fraksi 4

Fraksi 5

Lewat matang

Terlalu matang

Maks 10%

Maks 2.0%

< 75% buah luar

Buah dalam

membrondol

Brondolan

Tandan kosong

Buah busuk

Panjang tangkai

TBS

Maks 10%

0.0%

0.0%

Maks 2.5%

(PPKS. Medan)

2.1.4. Standar Mutu Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak

yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu:

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan

bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adlah titik cair dan kandungan

gliserida, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1

persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas

serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah

2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,

jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

Standar mutu Special Pime Bleach (SPB) atau standar perusahaan, dibandingkan

dengan mutu umum (ordinary), dapat dilihat dari tabel 2.

Tabel 2. Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungan SPB Umum

Asam lemak bebas 1-2 3-5

Kadar air (%) 0,1 0,1

Kotoran (%) 0,002 0,01

Besi (p.p.m) 10 10

Tembaga (p.p.m) 0,5 0,5

Bilangan Iod (p.p.m) 53 ± 1,5 45-56

Karotene (p.p.m) 500 500-700

Tokoferol (p.p.m) 800 400-600

( Ketaren, 1986 )

2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan yang terdapat pada pabrik minyak sawit adalah memproses

buah kelapa sawit menjadi minyak. Pada proses pengolahan bahan baku menjadi

bahan jadi sangat memerlukan peralatan modern yang dapat menunjang mutu dari

hasil pengolahan. Tujuan dari pengolahan kelapa sawit adalah untuk memperoleh

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

minyaknya dengan kadar dan rendemen yang tinggi, sehingga kehilangan minyak

dapat ditekan dengan sekecil mungkin.

Teknik-teknik pengolahan kelapa sawit semakin hari semakin berkembang,

dimana pada setiap proses pengolahan kehilangan minyak masih sering terjadi

terutama pada proses pengempaan yaitu minyak yang terikut pada ampas.

Pada dasarnya pengolahan buah kelapa sawit tujuannya adalah pengutipan minyak

dari buahnya, disamping itu juga pengutipan inti dari bijinya yang diolah untuk

menghasilkan minyak inti sawit. Dengan semakin meningkatnya teknologi

pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit seiring dengan semakin meningkatnya

kebutuhan akan minyak, maka perusahaan yang mengolah kelapa sawit semakin

meningkatkan produksi dan mutu dengan penekanan biaya pengolahan yang sekecil-

kecilnya.

Proses pengolahan kelapa sawit sehingga sehingga menghasilkan bahan

setengah jadi mempunyai beberapa tahapan pengolahan yaitu :

Stasiun Pemeriksaan/Penerimaan Buah (Loading Ramp).

Stasiun Perebusan (Sterilizer).

Stasiun Penebahan (Thresher).

Stasiun Pencacahan (Digester).

Stasiun Pengepresan (Presser).

Stasiun Pengutipan Minyak (Clarifikasi).

Stasiun Pengutipan Inti (Kernel).

(PTPN III, 2002)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

2.3 Lemak dan Minyak

2.3.1. Sifat Lemak dan Minyak

Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada

sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak hampir sama, tetapi

wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat

pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.

(Yazid et al,)

Lemak dan minyak mempunyai sifat antara lain:

1. Kelarutan

Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Lemak dan minyak larut dalam

pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida.

2. Pengaruh Panas

Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan nyata pada tiga titik suhu

(a). Titik cair

Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida

mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu

rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik cair.

Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 300C dan 400C. Titik cair untuk lemak

adalah di bawah suhu udara biasa.

(b). Titik asap

Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai

mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap

dengan bau karakteristik menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak mulai berasap

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

pada suhu di atas 2000C. Umumnya, minyak nabati mempunyai titik asap lebih tinggi

daripada lemak hewani. Titik asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak

yang sesuai untuk keperluan menggoreng.

(c). Titik nyala

Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu

ini dikenal sebagai titik nyala.

3. Plastisasi

Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisasi

lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing-

masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu,

sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal padat.

Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan cepat selama

proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis.

Rentangan suhu di mana lemak menunjukkan watak plastis dikenal sebagai

rentangan suhu plastis “plastic range” lemak tersebut.

4. Ketengikan

Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak

dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada proses ketengikan,

yaitu oksidasi dan hidrolisis.

(a) Oksidasi

Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen dari

udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul trigliserida dan dapat

terbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa tengik yang tidak sedap. Reaksi

ini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-logam dalam konsentrasi amat kecil,

khususnya tembaga.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

5. Saponifikasi

Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses ini

dikenal sebagai saponifikasi. (Gaman et al, 1981)

2.3.2 Reaksi Lemak dan Minyak

Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi,

hidrogenasi dan esterifikasi.

1. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan

minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak

tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan kerusakan ketengikan hidrolisa yang

menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.

2. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlansung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau

tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukkan

peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak

disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam

lemak bebas.

3. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan

ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan

ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,

minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya

adalah minyak yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya.

Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/kecepatan suatu reaksi dan

diperoleh kembali di akhir reaksi. (Mulyono HAM, 2006).

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang

mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen

akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk

radikal komplek antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi

penguraian nikel dan radikal asam bebas, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan

yang lebih tinggi. Radikal asam bebas dapat terus bereaksi dengan hidrogen,

membentuk asam lemak yang jenuh.

4. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari

trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi

kimia yand disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip

transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon

rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang

menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak

menguap. (Ketaren S, 1986)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

2.4 Proses-Proses pada Stasiun pengepresan

2.4.1 Pelumatan Buah (Digester)

Buah yang masuk ke dalam ketel aduk (digester) yang dilengkapi dengan

pisau pengincang dan termometer disebut sebagai Material Pressing Digester (MPD),

diaduk dan dilumat pada suhu stabil sedemikian rupa sehingga besar daging buah

sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung

dengan baik jika isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan

keluar secara kontinyu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran

minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga

mengurangi efektivitas pelumatan. Suhu massa digester harus dipertahankan 90-950C.

Untuk menjaga suhu pada kondisi ini, digester dilengkapi dengan steam jacket

yang dipanaskan dengan uap bebas, tetapi jika steam jacket tidak dapat menaikkan

suhu 90 - 950C, dipakai uap baru langsung melalui injector.

2.4.2 Pengempaan Buah (Screw Press)

Massa yang keluar dari digester dibawa ke kempa ulir (screw press) untuk

dikempa atau diperas menghasilkan minyak dan ampas. Alat ini bekerja dengan cara

putar dan tekan terdiri dari 2 jenis, yakni single pressing dan double pressing.

Pengempaan dilakukan pada tekanan cone 30 - 50 bar dengan menggunakan air

pengencer bersuhu 90 - 950C sebanyak 15 - 20% dari tandan buah segar. Untuk

menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter

kemudian ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan Cake

Breaker Conveyor (CBC) untuk mempermudah pemisihan biji dan serat.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

2.4.3 Pemecahan Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyor)

Ampas kempa yang masih bercampur biji berbentuk gumpalan-gumpalan

dibawa ke Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk dipecahkan. Alat ini terdiri dari pedal

yang diikat pada poros yang berputar, kemiringan pedal diatur sehingga pemecahan

gumpalan-gumpalan terjadi dengan sempurna, sambil mendorongnya perlahan-lahan

menuju depericarper dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar.

2.4.4 Pemisahan Ampas dan Biji

Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji, serta

membersihkan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari

kolom pemisah (separating colom) dan drum penyemir (polishing drum). Ampas dan

biji dari pemecah ampas kempa (Cake Breaker Conveyor) masuk kedalam kolom

isapan blower, dimana ampas kering dengan berat jenis lebih kecil masuk kedalam

siklon ampas yang selanjutnya masuk ke dalam conveyor bahan bakar untuk

digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh

ke bawah dan diantar oleh conveyor dalam drum penyemir.

2.5 Peremasan Pada Stasiun Pressan (Kempa)

Tujuan umum pengempa adalah meremas minyak sebanyak mungkin dari

remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Sedangkan tujuan yang

lainnya adalah memisahkan minyak dari serabut dan biji dan memudahkan pemisahan

serabut dan biji pada proses depericarper.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

1. Press cake harus keluar merata disekitar konus.

2. Tekanan hidrolik pada akumulator 50 - 60 kg/cm2.

3. Pada akhir pengoperasian ataupun terjadi gangguan/kerusakan, sehingga screw

press harus berhenti untuk yang lama, screw press harus dikosongkan.

4. Tekanan kempa yang terlalu tinggi, mengakibatkan kadar inti pecah bertambah

dan kerugian inti bertambah.

5. Tekanan kempa terlalu rendah, mengakibatkan :

- cake basah

- kerugian minyak pada ampas dan biji tidak sempurna dan proses pengolahan

biji mengalami kesulitan.

- Bahan bakar ampas basah, sehingga pembakaran dalam ketel uap (boiler) tidak

sempurna.

6. Kebersihan alat-alat dilakukan setiap hari.

7. Pembersihan menyeluruh dan pemeriksaan dilaksanakan setiap hari.

( PTPN II, 1985 )

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi

a.Tipe Screw Press

Terdapat tiga tipe jenis screw press yang umum digunakan dalam perkebunan

kelapa sawit yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini

mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa

Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk

konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel

dengan penekanan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan kehilangan

minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw

press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga

melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar.

Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah

berkurang, yang sering menganggu dalam pengepresan yaitu membuat kenaikan

bahan padatan bukan minyak dalam cairan.

Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya

perawatan yang lebih besar. Oleh karena itu dengan pengoprasian perlu diperhatikan

yang lebih intensif.

Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang

menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak

dilengkapi dengan feed screw. Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft

yang memiliki kemampua press yang berbeda-beda, dimana alat press yang double

shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft

b. Tekanan Kerja Screw Press

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan

dengan mengatur cone, hal ini menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentase

biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press. Tekanan kerja

cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan

sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

1. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan

masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka

ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak

akan lebih rendah.

2. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw

press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

3. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis seperti screw, cylindre press dan

elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan

mekanis.

c. Air Pengencer

Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan

dari atas bagian tengah atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang

diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer

maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu

banyak dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air cake

Kandungan air cake yang tinggi dapat memyebabkan proses :

1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam Cake Breaker Conveyor (CBC), hal ini

dapat menyebabkan beban Cake Breaker Conveyor (CBC) yang terlalu berat.

2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin

menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

3. Pemeraman biji yang berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih lama dan

dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

b. Penurunan Kapasitas

Jumlah aair pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa

screw press yaitu 50-70% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut,

misalnya jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton tandan

buah segar/jam maka air tang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1-

1,65 m3. ( Naibaho, 1996 )

Universitas Sumatera Utara