Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

X

Citation preview

  • BAB II

    DESKRIPSI PROYEK

    2.1 TERMINOLOGI JUDUL

    Judul Proyek : Rumah Sakit Mata Medan

    Pengertian Judul :

    1. Rumah Sakit, adalah

    a. Rumah tempat merawat orang sakit

    b. Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya

    disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

    c. Rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan

    pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

    d. Tempat menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan.

    e. Sebuah institusi atau badan yang menyediakan perawatan di bidang

    kesehatan dan pelayanan yang lain seperti melayani orang sakit atau orang

    luka.

    2. Mata, adalah Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang

    lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan

    warna yang dipantulkan obyek (Vaughan, 2000).

    3. Medan, merupakan ibukota Sumatera Utara dimana Medan yang dimaksudkan

    adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktivitas dan kehidupan masyarakat

    Sumatera Utara.

    Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit Mata Medan

    adalah:

    Suatu sarana pelayanan atau kegiatan yang menyediakan berbagai aktifitas yang

    berkaitan dengan pengobatan dan perawatan kesehatan mata, yang disertai pula dengan

    peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan

    rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis yang berlokasi di kota Medan.

    2.2 TINJAUAN TEORITIS

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005

    tanggal 25 April 2005, Rumah Sakit dibedakan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. RSU Pemerintah Kelas A

    RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

    kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

    Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas A minimal harus

    mempunyai kelompok staf medis sebagai berikut : kelompok staf medis penyakit

    dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, kesehatan anak, telinga,

    hidung, dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru,

    radiologi, anesthesi, rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi.

    Pembentukan kelompok staf medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi /

    keahlian atau dengan cara lain dengan pertimbangan khusus.

    2. RSU Pemerintah Kelas B dan RSU Swasta kelas Utama

    RSU Pemerintah kelas B dan RSU Swasta kelas Utama adalah rumah sakit

    umum yang menpunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-

    kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Berdasarkan hal tersebut

    maka RSU Pemerintah kelas B atau RSU Swasta kelas Utama minimal harus

    mempunyai 11 (sebelas) kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis

    penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, anesthesi,

    tenggorok, radiologi, patologi klinik, psikiatri / neurologi, kulit dan kelamin,

    mata, telinga, hidung dan tenggorokan. Pembentukan kelompok medis dapat

    dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian.

    3. RSU Pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya.

    RSU pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya adalah rumah sakit

    umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik

    dasar yang meliputi spesialis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan

    kandungan, dan bedah. Dengan adanya kemampuan, pelayanan medis

    spesialistik dasar tersebut maka kelompok staf medis yang harus dipunyai adalah

    4 (empat) yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan

    dan kandungan, dan bedah. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan

    berdasarkan spesialisasi / keahlian.

    4. RSU Pemerintah kelas D atau RSU Swasta kelas Pratama

    RSU pemerintah kelas D dan RSU Swasta kelas pratama, adalah rumah

    sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

    Karena itu jumlah dan jenis dokter spesialis sangat terbatas. Mengingat

    ketentuan kelompok staf medis minimal harus terdiri dari 2 (dua) kelompok staf

    Universitas Sumatera Utara

  • medis yaitu kelompok staf medis bedah dan kelompok staf medis non bedah.

    5. Rumah Sakit Pendidikan

    RS pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan kelas B,

    rumah sakit khusus pemerintah dan rumah sakit umum swasta kelas utama yang

    dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran.

    Tenaga dokter di RS pendidikan pada umumnya cukup banyak dari segi jumlah

    maupun jenis spesialisasi dan sub spesialisasi. Karena itu kelompok staf medis di

    RS pendidikan dapat terdiri dari kelompok staf medis dokter spesialis dan

    kelompok staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan.

    6. Rumah Sakit Khusus

    RS khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Mengacu hal tersebut,

    rumah sakit khusus berdasarkan disiplin ilmu wajib mempunyai kelompok staf

    medis minimal 2 (dua) yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu

    yang menjadi kekhususan rumah sakit dan kelompok staf medis lainnya yang

    merupakan penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu. Sebagai contoh RS

    Bersalin maka minimal haru membentuk staf medis kebidanan dan kandungan

    dan kelompok staf medis lainnya. RS bersalin yang cukup besar dan mempunyai

    dokter sub spesialis maka pembentukan kelompok staf medis dapat terdiri dari

    kelompok staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis dokter

    sub spesialis. Sedangkan kelompok staf medis Khusus berdasarkan jenis

    penyakit tertentu misalnya RS Kanker, RS Kusta, maka pembentukan kelompok

    staf medis sesuai dengan jenis dan jumlah dokter spesialis yang ada di rumah

    sakit tersebut. Pembentukan kelompok staf medis dapat dengan mengelompkkan

    sesuai spesialisasi / keahliannya.

    7. Rumah Sakit yang mempunyai kerja sama operasional pelayanan

    Kerja sama operasional (outsourcing) adalah pendelegasian operasi dan

    manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa

    outsourcing). Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi

    dan proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering

    dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) adalah poliklinik gigi,

    laboratorium, radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan

    jantung, pelayanan pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter

    gigi yang bekerja pada pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus

    Universitas Sumatera Utara

  • tetap sebagai staf medis rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf

    medis sesuai dengan jenis spesialisasi / keahliannya dan sesuai dengan kelompok

    staf medis yang ada di rumah sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan

    yang dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) tersebut secara adminitrasi

    di bawah manajemen kerja sama operasional (oursourcing) namun secara profesi

    tetap di bawah komite medik.

    Proyek yang berjudul Rumah Sakit Mata ini merupakan kategori Rumah Sakit

    Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu

    ilmu kesehatan mata saja.

    2.2.1 Mata

    2.2.1.1 Pengertian Mata

    Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang

    memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang

    dipantulkan obyek. Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu

    orbita (Vaughan, 2000).

    Fungsi mata terutama untuk melihat, dan hal ini ditentukan oleh tajam

    penglihatan, kemampuan penglihatan warna, penglihatan dengan kedua mata untuk

    melihat stereoskopik, dan luasnya lapang pandangan.

    2.2.1.2 Kesehatan Mata Adapun bidang kesehatan mata itu meliputi :

    a. Meningkatkan kemampuan tajam penglihatan

    b. Mencegah terjadinya kebutaan, dengan jalan:

    - Mencegah penyakit yang menyebabkan kebutaan

    - Mengobati penyakit yang menyebabkan kebutaan

    c. Merehabilitasi kebutaan

    2.2.2 Gambaran Umum Rumah Sakit Mata

    2.2.2.1 Definisi Rumah Sakit Mata

    Rumah Sakit Mata sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan, ikut serta dalam

    kegiatan lima misi rumah sakit yang terprogram dalam Sistem Kesehatan Nasional

    (SKN, 1982) yang mencakup semua segi perlindungan kesehatan dalam tahap sebagai

    Universitas Sumatera Utara

  • berikut:

    - Kuratif, yaitu pengenalan (diagnosis) dan pengobatan (terapi) penyakit dari bentuk

    yang sederhana sampai yang rumit. Dalam hal ini adalah penyakit mata.

    - Rehabilitasi medis, yaitu pemulihan untuk secepatnya mengembalikan orang sakit

    dalam rantai produksi sesuai dengan kemampuannya.

    - Preventif, yaitu tindakan untuk pencegahan penyakit.

    - Promotif, yaitu pembinaan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dari sikap hidup

    sehat seluruh warga serta pemeliharaan lingkungan yang sehat.

    - Edukatif, merupakan suatu kegiatan dalam bagian pendidikan yakni untuk

    menghasilkan tenaga medis dan para medis.

    Selain itu Rumah Sakit Mata juga memiliki fasilitas penunjang, antara lain:

    1. Fasilitas Optik yang menjual bermacam-macam alat bantu penglihatan dan

    perlengkapan lainnya yang berkaitan dengan mata.

    2. Fasilitas penelitian yang berkaitan dengan penyakit mata dan masalah lain yang

    berhubungan dengan mata.

    Dari hal-hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Rumah Sakit Mata antara

    lain:

    1. Sebagai media tempat berobat bagi orang yang menderita penyakit atau gangguan

    mata.

    2. Sebagai media tempat orang mencari informasi tentang seluk-beluk mata dan

    kelainan atau penyakitnya,

    3. Sebagai wadah untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosial yakni penyuluhan

    kesehatan mata dan pengobatan ke desa-desa.

    4. Menambah variasi fasilitas kesehatan yang ada di Sumatera Utara.

    5. Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan penelitian.

    2.2.2.2 Tujuan dan Tugas Rumah Sakit Mata Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1173/MENKES/PER/X/2002:

    1. Penyelenggaraan Rumah Sakit Mata bertujuan menyediakan sarana untuk

    meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan mata

    dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan

    Universitas Sumatera Utara

  • perkembangan IPTEK Kedokteran dan Spesialis Mata, serta menjadi sarana

    upaya rujukan.

    2. Tugas Rumah Sakit Mata adalah melaksanakan pelayanan kesehatan mata

    dengan mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang

    dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan upaya rujukan.

    2.2.2.3Kewajiban Rumah Sakit Mata

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1173/MENKES/PER/X/2002, setiap Rumah Sakit Mata dalam memberikan pelayanan

    mempunyai kewajiban :

    1. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit Mata

    dan standar spesialis mata yang ditetapkan.

    2. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat tanpa

    memungut biaya pelayanan terlebih dahulu.

    3. Menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam.

    4. Melaksanakan fungsi rujukan.

    2.2.3 Faktor- faktor pengadaan Rumah Sakit Mata

    Faktor-faktor pengadaan Rumah Sakit Mata yaitu:

    1. Kesadaran masyarakat mengenai penyakit semakin baik, terutama dalam

    penyakit mata.

    2. Degenerasi penyakit.

    3. Tingginya grafik penderita penyebab kebutaan.

    4. Kemajuan teknologi.

    5. Pertambahan penduduk.

    2.2.4 Pemeriksaan dalam Rumah Sakit Mata

    1. Sentra Medical Check-Up Pemeriksaan Medik Mata yang akan dilakukan oleh Dokter Spesialis mata yang

    lengkap atau komprehensif akan berbeda-beda bagi setiap orang atau pasien,

    tergantung pada usia, riwayat kesehatan diri dan keluarga, juga tanggal terakhir

    menjalani pemeriksaan mata, dan beberapa faktor lain yang ada keterkaitan dengan

    kelainan / penyakit mata. Oleh karena itu tidak semua bagian pemeriksaan

    Universitas Sumatera Utara

  • ophthalmologi dibawah ini akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada anda. Ada

    beberapa teknik pemeriksaan dilakukan oleh assisten dokter mata atau paramedis

    dan hasil pemeriksaannya akan dilaporkan kepada dokter.

    a. Riwayat Medik Pemeriksaan awal, akan ditanyakan riwayat medik dan keluarga anda.

    Pemeriksaan ini mencakup tenteng kesehatan umum, riwayat alergi obat atau

    makanan yang sering dikonsumsi, dan riwayat pembedahan termasuk pembedahan di

    mata. Selama pemeriksaan saudara diminta dengan suka rela memberikan informasi

    kesehatan anda yang anda ketahui., dan yang ingin anda ketahui. Apabila pasien

    tidak mampu berkomunikasi atau tidak kooperatif maka dapat diwakilkan keluarga

    atau pengantar yang mengetahui keadaan anda / pasien.

    b. Pemeriksaan Mata 1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

    Tajam penglihatan atau kemampuan anda untuk melihat detail halus dengan

    menggunakan penglihatan sentral, anda diperiksa dengan meminta anda untuk

    membaca huruf-huruf pemeriksaan mata Kartu Snellen yang hurufnya semakin

    mengecil, umumnya memakai jarak 6 meter. Hasil pemeriksaan dinyatakan berupa

    pecahan, misalnya 6/6, hal ini berarti menunjukkan bahwa pembilang menunjukkan

    anda diperiksa dengan jarak 6 meter, dan angka 6 penyebut menunjukkan

    kemampuan orang berpenglihatan normal membaca huruf terkecil. Pemeriksaan

    tajam penglihatan dapat dilakukan tanpa kaca mata yang anda miliki. Tajam

    penglihatan kanan dan kiri mungkin saja berbeda. Kelemahan tajam penglihatan

    pada satu mata bisa saja tanpa disadari karena mata yang kuat mendominasi persepsi

    penglihatan. Kelainan mungkin baru terbukti setelah anda memeriksakan diri. Bila

    anda sudah memakai kaca mata, kekuatan ukuran kaca dapat diukur juga. Ukuran

    kacamata yang biasa anda pakai merupakan data yang penting bagi dokter spesialis

    mata, meskipun kacamata itu jarang dipakai.

    Kelainan refraksi dinyatakan apabila bayangan tidak terfokus dengan baik di

    retina. Kelainan refraksi mencakup:

    1 Mata miopa atau rabun jauh yaitu kabur apabila melihat benda-benda yang

    jauh.

    2 Mata Hipermetrropia atau rabun apabila melihat benda jauh atau dekat.

    3 Mata Astigmatisme yaitu terjadi distorsi penglihatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4 Mata Presbiopia atau mata tua yaitu sulit memfokuskan obyek dekat karena

    kelemahan akomodasi.

    2. Sentra Bedah Refraksi Untuk menghilangkan ketergantungan kaca-mata atau lensa kontak, saat ini dapat

    dilakukan dengan tindakan LASIK (Laser in Situ Keratomileusis). LASIK adalah

    prosedur mutakhir dengan penyinaran laser dingin untuk mengoreksi gangguan refraksi,

    rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia) dan silinder (astigmatism). Setelah

    menjalani tindakan lasik, anda tidak lagi membutuhkan bantuan kaca-mata atau lensa

    kontak untuk dapat melihat dengan jelas.

    Teknologi Intralase MethodTM

    Secara medis, Intralase MethodTM

    adalah teknologi

    sinar Laser intralase yang digunakan untuk menciptakan flap kornea dengan pendekatan

    100% bebas pisau bedah. Pada awalnya LASIK dilakukan dengan menggunakan alat

    yang disebut Microkeratome, yang sebenarnya adalah pisau yang berfungsi menciptakan

    flap kornea.

    Dengan Intralase MethodTM

    pembuatan flap dapat dilakukan tanpa harus

    menyentuh kornea mata sama sekali. Hasilnya ketebalan flap lebih akurat dan konsisten

    dan tidak ada jaringan atau lapisan kornea yang terbuang. Pembuatan flap dengan sinar

    laser memberikan hasil yang tidak saja lebih akurat dan konsisten, tapi juga terbukti

    dapat mengurangi resiko yang ditumbulkan oleh teknologi terdahulu Microkeratome.

    Teknologi Intralase MethodTM

    juga memberikan hasil visual yang mengesankan.

    Bagi penderita gangguan mata refraksi seperti rabun jauh (miopia), rabun dekat

    (hipermetropia) dan silinder (astigmatism) bisa mendapatkan penglihatan lebih baik

    ketika menggunakan teknologi ini. Pasien melaporkan kualitas penglihatan yang lebih

    baik secara keseluruhan, terutama kemampuan mereka melihat dalam kondisi cahaya

    redup, seperti waktu senja atau malam hari.

    Selain Intralase yang berfungsi untuk membuat flap, sebagai pasangannya ada

    yang disebut teknologi laser Allegretto Wave yang berfungsi mengubah bentuk kornea

    seseorang sehingga bisa kembali normal.

    Allegreto Wave merupakan teknologi laser tercepat di dunia saat ini yang juga

    dilengkapi fitur Perfect Pulse yang secara akurat mengendalikan setiap tembakan laser

    sehingga selalu tepat sasaran. Dengan system pelacak mata yang super cepat dan sinar

    sorot yang kecil, Allegretto Wave didesain untuk menjaga bentuk alami tiap kornea

    selama prosedur dilakukan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Mesin Lasik Allegretto Mesin Intralase

    Presby-LASIK

    Gambar 2.1 Macam-macam Mesin Bedah Refraksi

    3. Sentra Katarak Katarak pada akhirnya akan menyerang setiap Lansia. Katarak sendiri sebenarnya

    adalah pengeruhan lensa mata yang sebagian besar disebabkan oleh proses degeneratif,

    walaupun pada akhir-akhir ini banyak ditemukan katarak pada pasien yang jauh lebih

    muda dimana faktor penyebabnya antara lain adalah terpaan sinar UV dan gizi yang

    kurang seimbang.

    Teknologi bedah katarak sendiri telah melalui beberapa fase evolusi sejak beberapa

    tahun belakangan ini. Kalau dahulu bedah katarak dengan teknologi yang disebut ECCE

    dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh,

    sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang

    mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama. Sementara dengan teknologi

    Phacoemulsification sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali tidak

    memerlukan jahitan.

    Teknologi Phacoemulsification sendiri kini telah disempurnakan dengan apa yang

    disebut Cold Phacoemulsification; evolusi dari teknologi phacoemulsification

    konvensional, dimana jarum gelombang ultrasonik tidak lagi menimbulkan panas yang

    dapat menyebabkan iritasi pada mata pasien dan sayatan juga sangat kecil sehingga

    pemulihan menjadi lebih cepat. Dengan Cold Phacoemulsification, sayatan hanya

    sebesar 22,5 mm, sehingga operasi tidak lagi memerlukan jahitan dan tidak bocor.

    Cold Phacoemulsification adalah teknologi yang sangat membantu para dokter

    melakukan tindakan secara tepat dan cermat, sehingga membuat waktu operasi menjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • lebih cepat dengan tingkat komplikasi yang sangat minimal. Prosedur pemasangan lensa

    tanam pengganti lensa katarak dimasukkan dengan cara dilipat.

    Teknologi Cold Phacoemulsification termodern adalah Stellaris, dengan kelebihan

    berikut ini:

    1. Kinder cut

    Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.

    2. Smaller incision

    Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.

    Implikasinya:

    o Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea

    melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek

    samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).

    o Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap infeksi

    (less bacteria can invade the eye and cause the infections)

    3. Easy to operate

    Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro tersebut

    maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan para

    dokter melakukan tindakan operasi.

    4. Heals faster

    Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali menyetir dan

    mengangkat benda-benda berat. Rasa tidak nyaman setelah operasi, hilang

    dalam 3 hari (real confession from patients: Singapore Times, Mind Your

    Body, page 10, 2008).

    Kesemuanya itu ditawarkan demi kenyamanan pasien, tanpa harus mengorbankan harga

    yang lebih mahal.

    Gambar 2.2 Macam-macam Mesin Sentra Katarak

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Sentra Retina Retina adalah lapisan dalam pada bagian belakang mata yang sangat vital

    keberadaannya bagi kemampuan penglihatan manusia. Dengan teknik kedokteran mata

    konvensional yang selama ini diterapkan, tidak semua gangguan pada retina dapat

    terdeteksi. Akibatnya, tidak sedikit penderita gangguan retina mengalami kehilangan

    daya lihat, baik secara tiba-tiba maupun perlahan-lahan. Mereka juga seringkali

    menunjukkan gejala-gejala penyakit lain yang diakibatkan oleh gangguan pada retina.

    Beberapa peralatan medis dan bedah yang dimiliki oleh Sentra Retina adalah

    Complete Vitreoretinal Surgical Set berikut TSV (Transconjuctival Sutureless

    Vitrectomy), Micro-Endoscopy, Indirect Laser, PDT (Photo Dynamic Therapy), Diode

    and Yag Laser, Argon dan beberapa jenis alat medis lain. Sedangkan perlengkapan

    diagnostik yang tersedia diantaranya adalah Digital FP (Fundus Photography), FFA

    (Fundus Fluorescein Angiography), USG (Ultrasonography), FCM (Flare Cell Meter),

    Humphrey Visual Field Analyzer, Laser Interferometry, OCT (Optical Coherence

    Tomography) dan HRT (Heidelberg Retinal Tomography).

    Gambar 2.3 Scanning Retina dengan alat OCT (Optical Coherence Tomography)

    Dengan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) prosedur diagnostik akan terasa

    lebih nyaman karena pemeriksaan tidak menyentuh bola mata sama sekali. Pasien juga

    dapat melihat hasil diagnostik langsung pada layar komputer atau via print-out tiga

    dimensi. Hasil diagnostik jadi lebih cermat dan dokter dapat mengambil keputusan

    pengobatan yang tepat sesuai dengan keadaan pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • Terapi Fotodinamik (PDT) ialah terapi untuk mempertahankan penglihatan yang

    tersisa akibat AMD (Age Related Macular Degeneration). Berkat PDT, pintu untuk

    mempertahankan penglihatan telah terbuka. Fasilitas terapi laser untuk pengobatan

    gangguan retina seperti laser Yag, laser diode, laser argon.

    5. Sentra Glaukoma Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan

    bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian

    retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima

    cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.

    Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya

    penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan

    pembedahan. Perlu dicatat bahwa setelah terjadi hilangnya penglihatan yang disebabkan

    oleh glaukoma, maka hal ini tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting

    untuk mencegah atau menghentikan proses hilangnya penglihatan ini.

    Mata normal

    Mata dengan glaukoma

    Mata dengan glaukoma tingkat lanjut

    Gambar 2.4 Gambaran proses hilangnya penglihatan oleh glaukoma

    Pemeriksaan penunjang canggih untuk glaukoma yang dimiliki Sentra Glaukoma :

    Universitas Sumatera Utara

  • Mengukur tekanan bola mata

    Gambar 2.5 Non Contact Tonometry (NCT)

    Mengukur ketebalan kornea mata dan menganalisa sudut mata

    Kornea adalah jendela mata kita yang terdapat dibagian depan sebelah luar

    mata. Dengan mengukur ketebalan kornea mata akan membantu pengukuran

    tekanan bola mata secara lebih akurat. Dalam menganalisa sudut mata terkadang

    memerlukan alat imaging (pencitraan) yang canggih untuk hasil yang akurat.

    Dalam hal ini Sentra Glaukoma menggunakan alat imaging Anterior Segment

    OCT.

    Gambar 2.6 Anterior Segment OCT

    Pengetesan lapang pandang

    Untuk pendeteksian kerusakan penglihatan khas glaukoma.

    Gambar 2.7 Humphrey visual field test untuk pemeriksaan lapangan pandang

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengambilan gambaran saraf optik

    Gambar 2.8 OCT Print out alat OCT

    Gambar 2.9 HRT Print out alat HRT

    6. Sentra Diabetik Sentra Diabetik beranggotakan tim dokter yang terdiri dari spesialis penyakit dalam,

    spesialis penyakit mata, spesialis patologi klinik, dan ahli gizi. Sentra ini sengaja

    didirikan baik untuk melayani penderita diabetes dimana penderita telah mengalami

    gangguan pada penglihatannya, maupun bagi pasien yang tidak menderita diabetes

    namun disarankan untuk memeriksakan matanya secara teratur agar gejala penyakit

    diabetes maupun penyakit lain dapat terdeteksi lebih dini.

    Karena diabetes dapat menimbulkan perubahan serius pada pembuluh darah di mata

    bagian belakang. Sekitar 60% dari penderita diabetes mengalami kerusakan pembuluh

    darah pada matanya. Salah satu dari pemeriksaan mata yang dilakukan oleh dokter

    spesialis mata adalah pemeriksaan retina, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada mata

    bagian belakang. Dengan pemeriksaan ini dokter spesialis mata dapat mendeteksi lebih

    awal adanya kelainan pada pembuluh darah mata yang merupakan tanda-tanda penyakit

    diabetes.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Sentra Keratoplasti (Transplantasi Kornea) Kornea adalah lapisan bening yang berada dibagian paling depan dari bola mata.

    Cahaya yang masuk akan difokuskan sebagian besar melalui kornea sehingga kita dapat

    melihat dengan baik. Peran kornea untuk menghasilkan penglihatan yang tajam

    tergantung dari kejernihan, kehalusan permukaan dan kelengkungannya.

    Jika kornea terluka, itu dapat menyebabkan bengkak atau luka yang secara perlahan

    penglihatan akan memburuk. Luka, bengkak atau bentuk lainnya (infeksi, jaringan

    parut) dapat menyebabkan penglihatan kornea menjadi keruh, yang menyebabkan

    penglihatan menjadi buram.

    Kekeruhan kornea dapat terjadi apabila kornea terluka karena kecelakaan, terinfeksi

    oleh bakteri, jamur atau virus, akibat reaksi penolakan tubuh (autoimun), kelainan

    bawaan, kerusakan lapisan endotel akibat meningkatnya tekanan bola mata (glaukoma)

    dan komplikasi akibat tindakan bedah.

    Penurunan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan, mulai dari

    rasa silau sampai terjadi penurunan ketajaman penglihatan sampai kebutaan.

    a. Kondisi yang dapat menyebabkan seseorang memerlukan transplantasi kornea:

    Kekeruhan kornea setelah operasi mata, seperti operasi katarak

    Keratokonus, yaitu kelainan pada kornea akibat kelengkungan kornea yang

    abnormal

    Kelainan kornea bawaan, seperti Fuchs dystrophy, Granular dystrophy

    Kornea luka akibat infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur

    Lapisan kornea berlubang/bolong akibat trauma, infeksi yang parah

    Penolakan (rejection) pada kornea setelah transplantasi kornea pertama

    b. Sebelum operasi Langkah pertama adalah dokter spesialis mata Anda yang memutuskan apakah

    Anda memerlukan transplantasi kornea atau tidak. Apabila transplantasi kornea

    harus dilakukan maka nama Anda akan dicantumkan didalam daftar bank mata

    setempat untuk mendapat antrian kornea donor. Saat ini untuk mendapatkan

    sebuah kornea donor tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menunggu.

    c. Saat operasi

    Umumnya operasi dilakukan dengan menggunakan bius umum kecuali untuk

    kasus tertentu yang terpaksa harus dilakukan bius lokal.

    Anda tidak dapat menyaksikan saat operasi berlangsung.

    Universitas Sumatera Utara

  • Saat operasi mata Anda akan ditahan oleh alat spekulum untuk membuka lebar

    kelopak sehingga operasi pada kornea dapat dilakukan.

    Kornea mata Anda akan diukur untuk menentukan diameter kornea yang akan

    dibuang

    Kornea donor diukur diameternya juga untuk kemudian dipotong

    Kornea Anda dibuang kemudian diganti dengan kornea donor

    Kornea donor yang sudah dipasang di mata Anda kemudian dijahit dengan

    benang

    Ketika operasi telah selesai, dokter akan memberikan pelindung mata

    d. Setelah operasi Pemeriksaan mata setelah operasi akan dilakukan pada satu hari berikutnya. Jadi

    diperlukan rawat inap.

    Hal-hal yang harus Anda perhatikan setelah selesai perawatan adalah:

    Menggunakan obat tetes sesuai dengan petunjuk resep dokter

    Hati-hati jangan menggosok atau menekan mata Anda.

    Pakai pelindung mata (plastik) terutama pada saat tidur/istirahat.

    Gunakan obat penghilang rasa sakit bila diperlukan

    Lakukan aktifitas sehari-hari tetapi hindari olahraga/kegiatan yang berat

    Hubungi dokter jika Anda mempunyai pertanyaan mengenai instruksi

    perawatan di rumah

    Untuk kontrol mata berikutnya dijadwalkan sesuai instruksi dari dokter

    Dokter mata Anda akan memutuskan kapan harus melepas jahitan, tergantung

    dari kondisi mata dan tingkat kepulihan mata Anda. Umumnya jahitan diangkat

    setelah 9 bulan sampai 1 tahun setelah operasi.

    e. Teknik Transplanti Kornea DSAEK adalah suatu tehnik transplantasi kornea dimana lapisan paling belakang

    dari kornea (lapisan endotel) yang sudah rusak dibuang dan diganti oleh lapisan endotel

    baru yang sehat. Lapisan endotel baru tersebut merupakan bagian dari kornea donor

    yang didapat dari bank mata.

    Tehnik DSAEK merupakan tehnik tranplantasi kornea terbaru yang memberikan

    hasil yang lebih baik daripada tehnik transplantasi kornea sebelumnya yaitu penetrating

    keratoplasty (PKP). Prosedur operasi DSAEK hanya memerlukan luka operasi yang

    lebih kecil dan tidak dilakukan penjahitan kornea sehingga perbaikan penglihatan dapat

    dicapai lebih cepat serta resiko reaksi penolakan (rejection) sangat kecil.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.10. Alat Dsaek

    8. Sentra Uvea Dan Imunologi Konjungtivitis Gonorrhoe (GO) adalah radang selaput mata luar, hiper akut dengan

    sekret Purulent (kuning kental seperti nanah) yang disebabkan oleh kuman Gonorrhoe

    (GO).

    Konjungtivitis GO adalah satu-satunya peradangan selaput mata luar yang dapat

    meyebabkan kebutaan temporer atau menetap, yang dimulai dengan Keratitis

    (peradangan kornea), tukak kornea sampai terjadi perforasi/lubang kornea dan

    peradangan Bola Mata sehingga menimbulkan kebutaan tanpa didahului oleh trauma.

    Pengobatan atau tindakan termasuk kedaruratan mata sehingga pasien harus di

    Rawat Inap, pengobatannya antara lain:

    Dilakukan pemeriksaan kuman

    Dilakukan irigasi mata dan diberikan antibiotika yang sesuai secara masif.

    9. Sentra Lensa Kontak Pemasangan lensa kontak merupakan suatu tindakan untuk mengatasi gangguan

    refraksi. Lensa kontak dipasang menempel pada lapisan air mata yang membasahi

    permukaan depan mata. Tiap kali mata berkedip, kelopak mata menggerakkannya

    sedikit. Gerakan ini memungkinkan air mata segar mengalir dibawah lensa untuk

    melumasi dan memberi oksigen kepada kornea. Pemasangan lensa kontak mempunyai

    potensi komplikasi medik yang fatal. Selain itu dapat pula menimbulkan ketidakpuasan

    penglihatan bagi pemakainya.

    Secara praktis lensa kontak mudah dipasang tetapi membutuhkan diagnostik dan

    penanganan pemeriksaan pendahuluan yang teliti. Pemeriksaan spesifik untuk

    mengetahui tingkat kelengkungan dan permukaan kornea serta pemeriksaan kuantitas

    Universitas Sumatera Utara

  • dan kualitas air mata perlu dilakukan agar pengguna dapat merasa nyaman setelah

    pemasangan lensa kontak. Pemeriksaan ini menggunakan peralatan khusus dan

    sebaiknya dimonitor oleh Dokter Spesialis Mata.

    Untuk memberikan kemudahan dan pelayanan terpadu kepada pemakai lensa

    kontak, Rumah Sakit Mata menyediakan fasilitas klinik lensa kontak tersendiri. Sentra

    Kontak Lensa melengkapi dirinya dengan peralatan diagnostik terkini serta didukung

    oleh tim dokter, refraksionis dan konsultan yang sangat profesional. Disamping itu,

    Sentra Kontak Lensa menyediakan berbagai jenis dan ukuran Lensa Kontak seperti:

    Rigid Gas Permeable, Disposable Soft Contact Lens; Regular dan Colored.

    Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pemasangan lensakontak, JEC Sentra

    Kontak Lensa juga memberikan pelatihan / pengenalan potensi-potensi bahaya yang

    dapat terjadi pada pemakai lensa kontak serta kiat-kiat untuk mencegah komplikasi.

    10. Sentra Bedah Plastik Mata Untuk tampil lebih percaya diri, banyak diantara kita yang memutuskan untuk

    menjalani bedah plastik. Namun bedah plastik bukan pilihan yang mudah karena banyak

    sekali kasus bedah plastik kosmetik mata yang mengakibatkan komplikasi pada organ

    mata yang bersifat sementara atau permanen.

    Tujuan bedah plastik mata adalah untuk meningkatkan fungsi dan penampilan

    mata. Dokter spesialis mata yang memiliki keahlian okuloplasti akan melakukan bedah

    plastik apabila indikasinya jelas dan niat pasien sudah bulat.

    Pelayanan bedah plastik mata meliputi 2 jenis operasi plastik:

    Pertama adalah bedah rekonstruksi, dilakukan untuk memperbaiki kalainan-kelainan

    pada kelopak mata, tulang-tulang rongga mata dan sistem saluran air mata.

    Sebelum Operasi Rekonstruksi

    Universitas Sumatera Utara

  • Sesudah Operasi Rekonstruksi

    Kedua adalah bedah kosmetik yang dilakukan untuk membuat mata menjadi cantik.

    Sebelum Blefaroplasti Kelopak Atas

    Sesudah Blefaroplasti Kelopak Atas

    Gambar 2.11 Macam-macam Bedah Plastik Mata

    Sentra Bedah Plastik Mata menyediakan bedah plastik mata menggunakan teknologi

    Kelman radiofrequency, dimana operasi yang dilakukan minimal perdarahan.

    2.3 TINJAUAN PROYEK 2.3.2 Deskripsi Proyek

    Proyek yang berjudul Rumah Sakit Mata Medan ini merupakan proyek yang

    berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan mata serta merupakan pusat rujukan,

    pendidikan, dan penelitian.

    Berdasarkan pengertian di atas, maka Rumah Sakit Mata adalah suatu banguan

    atau kelompok bangunan yang merupakan pusat pelayanan kesehatan mata yang tidak

    hanya berfungsi melayani pengobatan masalah kesehatan mata juga melayani

    Universitas Sumatera Utara

  • pencegahan timbulnya kesehatan mata dengan mengadakan kegiatan pengajaran dan

    penyuluhan pada masyarakat mengenai masalah kesehatan mata dengan tujuan

    memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Utara terhadap pelayanan kesehatan mata

    dan menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan.

    2.3.3 Tinjauan Pemilihan Kota Medan Pemilihan lokasi kota Medan untuk Rumah Sakit Mata ini beralasan sebagai

    berikut:

    1. Medan merupakan kota metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan

    ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya sebagai pusat

    kegiatan di Sumatera Utara.

    2. Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan.

    3. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

    2.3.4 Kriteria Pemilihan Lokasi

    Gambar 2.12 Gambar Peta Kota Medan dan WPP

    WPP E

    Kawasan permukiman,

    perdagangan, rekreasi,

    program kegiatan

    sambungan air minum,

    septic tank, jalan baru,

    rumah permanent, sarana

    pendidikan dan

    kesehatan.

    WPP A

    Merupakan Pelabuhan,

    industri, permukiman,

    rekreasi, maritim, usaha

    kegiatan pembangunan jalan

    baru, jaringan air minum,

    septic tank, pendidikan

    WPP B

    Merupakan Kawasan

    perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman,

    pembangunan jalan baru,

    jaringan air minum,

    pembuangan sampah dan

    sarana pendidikan.

    WPP C

    Merupakan kawasan

    Permukiman, perdagangan,

    rekreasi, pembangunan

    saluran air minum, septic

    tank, sarana pendidikan, dan

    kesehatan

    WPP D

    Kawasan perdagangan,

    perkantoran, rekreasi

    indoor, permukiman

    dengan program kegiatan

    pembangunan perumahan

    permanent, penanganan

    sampah dan sarana

    pendidikan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sebagai sebuah bangunan publik, pendidikan, dan kesehatan untuk semua lapisan

    masyarakat, hal pertama yang harus dilakuakn ialah memilih lokasi yang mendukung

    keberadaan Rumah Sakit Mata beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

    1. Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan

    2. Berada di pusat kota

    3. Dapat dicapai dengan mudah dari berbagai tempat dalam cakupan Sumatera

    Utara, dan transportasi menuju lokasi lancar.

    4. Dekat dengan kawasan urban kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang

    diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini.

    5. Tidak berada pada kawasan perindustrian

    Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan

    lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

    dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

    Tabel 2.1 Peruntukan lahan untuk WPP Kotamadya Medan

    WPP Cakupan

    Kecamatan

    Pusat

    Pengembangan

    Sasaran Peruntukan

    A 1. Medan Belawan

    2. Medan Marelan

    3. Medan Labuhan

    Belawan Pelabuhan, industri,

    permukiman, rekreasi, maritim,

    usaha kegiatan pembangunan

    jalan baru, jaringan air minum,

    septic tank, pendidikan

    B 1. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran,

    perdagangan, rekreasi indoor,

    permukiman, pembangunan

    jalan baru, jaringan air minum,

    pembuangan sampah dan

    sarana pendidikan.

    C 1. Medan Timur

    2. Medan Perjuangan

    3. Medan Tembung

    4. Medan Area

    5. Medan Denai

    6. Medan Amplas

    Aksara Permukiman, perdagangan,

    rekreasi, pembangunan saluran

    air minum, septic tank, sarana

    pendidikan, dan kesehatan.

    D 1. Medan Johor

    2. Medan Baru

    3. Medan Kota

    4. Medan Maimoon

    5. Medan Polonia

    Inti kota Kawasan perdagangan,

    perkantoran, rekreasi indoor,

    permukiman dengan program

    kegiatan pembangunan

    perumahan permanent,

    penanganan sampah dan sarana

    pendidikan.

    E 1. Medan Barat

    2. Medan Helvetia

    Sei Sikambing Kawasan permukiman,

    perdagangan, rekreasi, program

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Medan Petisah

    4. Medan Sunggal

    5. Medan Selayang

    6. Medan Tuntungan

    kegiatan sambungan air

    minum, septic tank, jalan baru,

    rumah permanent, sarana

    pendidikan dan kesehatan.

    Sumber : RUTRK Medan

    Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas, maka WPP yang

    tepat untuk membangun Rumah Sakit Mata adalah pada WPP C dan E, yaitu untuk

    peruntukan wilayah sarana kesehatan.

    Tabel 2.2 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi

    No. Kriteria Lokasi

    1. Tinjauan terhadap

    struktur kota

    Berada di kawasan pusat dengan kepadatan sedang.

    Berada pada kawasan dengan popularitas dan citra

    kawasan yang baik.

    2. Wilayah

    Pengembangan

    Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk

    dalam wilayah pengembangan kota Medan.

    3. Lingkungan Terletak di antara fungsi-fungsi lain yang menunjang

    aktivitas pada bangunan.

    Dekat dengan sarana pendidikan, perdagangan,

    permukiman, serta rekreasi.

    4. Pencapaian atau

    aksesibilitas

    Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan

    umum ,pribadi mapun pribadi.

    5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat

    saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan

    seperti fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

    Berada di titik tengah antara beberapa rumah sakit

    umum pemerintah maupun swasta, untuk menunjang

    fungsinya sebagai rumah sakit rujukan rumah sakit dan

    klinik mata.

    6. Utilitas kota /

    lingkungan

    Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai

    pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon,

    drainase, dll )

    7. Status kepemilikian Ada status hak milik

    8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin

    9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya

    yang masuk kedalam bangunan

    10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun

    dari luar site.

    11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan

    fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )

    12. Kontur tapak /

    topografi

    Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan

    bangunan.

    Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.5 Analisis Pemilihan Lokasi Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 2 alternatif lokasi yang

    sesuai untuk proyek Rumah Sakit Mata Medan dari masing-masing WPP, yaitu :

    1. Alternatif 1 - Berada di persimpangan Jl.Perintis kemerdekaan dengan Jl. Gaharu

    - Kecamatan Medan Timur

    - Wilayah WPP C

    - Permukiman, perdagangan (showroom, Bank, Kantor Telkom ) rekreasi,

    pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan (Universitas,

    Sekolah ) dan kesehatan.

    Gambar 2.13 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

    2. Alternatif 2 - Berada di jalan Gatot Subroto

    - Kecamatan Medan Sunggal

    - Wilayah WPP E

    - Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air

    minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan

    kesehatan.

    Gambar 2.14 Peta lokasi Jl. Gatot Subroto

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.5.1 Alternatif Lokasi

    1. Lokasi Proyek : Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur

    Luas Lahan : 1,5 Ha

    Kontur : Relatif datar

    Gambar 2.15 Batas-batas Alternatif Lokasi 1

    Sebelah Barat

    berbatasan dengan lahan

    kosong, dan Jalan

    Gaharu yang merupakan

    kawasan pemukiman dan

    perbengkelan

    Sebelah Selatan

    berbatasan dengan jalan

    kosong, dan perumahan. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Timor yang

    bersebrangan dengan kampus HKBP Nomensen

    Utara berbatasan dengan Jalan Printis Kemerdekaan

    yang merupakan kawasan perkantoran, pemukiman,

    dan komersil, terdapat Bank Ekonomi, Showroom, dan

    pemukiman penduduk

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Lokasi Proyek : Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Medan Sunggal

    Luas Lahan : 1,5 Ha

    Kontur : Relatif datar

    Batas-batas Site

    Gambar 2.16 Batas-batas Alternatif Lokasi 2

    Sebelah Utara berbatasan dengan

    Jalan Gatot Subroto dan perkantoran

    antara lain Jasa Raharja, Rajawali

    Nusindo, dan gudang

    Sebelah Selatan berbatasan

    dengan pemukiman penduduk.

    Sebelah Timur

    berbatasan

    dengan Jalan

    Pesantren dan

    ruko Tomang

    Elok yang

    berfungsi sebagai

    hunian dan

    komersil.

    Sebelah Barat berbatasan

    dengan lahan kosong.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.5.2. Penilaian Alternatif lokasi

    Parameter

    Kriteria

    Lokasi 1

    Jl. Perintis

    Kemerdekaan

    Lokasi 2

    Jl. Gatot Subroto

    Struktur

    kota

    Sesuai dengan

    RUTRK

    Permukiman,

    perdagangan, rekreasi,

    pembangunan saluran

    air minum, septic tank,

    sarana pendidikan, dan

    kesehatan.

    Kawasan permukiman,

    perdagangan, rekreasi,

    program kegiatan

    sambungan air minum,

    septic tank, jalan baru,

    rumah permanent, sarana

    pendidikan dan

    kesehatan.

    Lokasi

    terhadap fungsi

    sekitar yang

    mendukung

    Berada di daerah

    pendidikan, perumahan,

    kesehatan dan

    perdagangan.

    Berada di daerah

    perumahan, pertokoan,

    kesehatan dan perkantoran.

    Citra

    lingkungan

    Baik Baik

    Wilayah

    pengembangan

    WPP C

    WPP E

    Pencapaian Akses

    kendaraan

    pribadi

    Dapat dilalui oleh

    kendaraan pribadi

    Dapat dilalui oleh

    kendaraan pribadi

    Akses

    kendaraan

    umum

    Banyak Banyak

    Akses pejalan

    kaki

    Ada, kondisi trotoar

    baik

    Ada, kondisi trotoar baik

    Jalur sirkulasi Lebar diatas 6m,

    pedestrian 2m

    Lebar diatas 6m,

    pedestrian 2m

    Jarak dari

    stasiun kereta

    api Medan

    Dekat Jauh

    Area

    pelayanan

    Dekat dengan

    fungsi lain

    Permukiman,

    perdagangan,

    perkantoran, rekreasi

    dan pendidikan

    Permukiman,

    perdagangan, rekreasi

    indoor, perkantoran,

    pendidikan, rumah sakit,

    Universitas Sumatera Utara

  • dan pasar

    Utilitas Tersedia, kondisi baik Tersedia, kondisi baik

    Persyaratan Status

    kepemilikian

    Hak milik Hak milik

    View Terdapat

    dipersimpangan

    sehingga dapat dilihat

    dari penjuru ruas jalan

    Terdapat dipersimpangan

    sehingga dapat dilihat dari

    penjuru ruas jalan

    Orientasi Intensitas cahaya tidak

    begitu tinggi

    Intensitas cahaya sedang

    Ukuran lahan 1,7 Ha 1,5 Ha

    Kontur tapak /

    topografi

    Relatif datar Relatif datar

    PERINGKAT 1 2

    Tabel 2.3 Penilaian Alternatif Lokasi

    2.3.5.3 Analisis dan Penilaian Lokasi

    No

    Kriteria

    Lokasi 1 Lokasi 2

    Jl. Perintis

    Kemerdekaan

    Jl. Gatot

    Subroto

    1. Kawasan inti dari pusat pelayanan

    kesehatan yang sudah ada.

    +++ ++

    2. Nilai lahan minimum ++ +++

    3. Daerah komersil dan pendidikan. +++ +++

    4. Pencapaian

    Kendaraan pribadi

    Kendaraan umum

    Pejalan kaki

    Pencapaian dari luar daerah

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    +

    5. Sarana pendukung di sekitar

    Hotel (rad. 500m)

    Pusat perbelanjaan (rad. 500m)

    Rumah makan (rad. 500m)

    Sarana dan prasarana (rad. 500m)

    +++

    +++

    +++

    +++

    +

    +++

    ++

    +++

    6. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++

    7. Kepadatan lalu lintas rendah + ++

    8. Kebisingan rendah + ++

    Universitas Sumatera Utara

  • 9. Posisi site +++ ++

    Jumlah 40+ 36+

    Tabel 2.4 Perbandingan Alternatif Lokasi

    Maka berdasarkan kriteria di atas dpat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang

    tepat untuk Rumah Sakit Mata adalah alternatif lokasi 2 yaitu Jalan Perintis

    Kemerdekaan.

    2.4 STUDI KELAYAKAN

    2.4.1 Kelayakan Pembangunan Proyek

    Dalam rangka pembangunan Rumah Sakit Mata di Sumatera Utara diperlukan

    studi kelayakan atau studi pendahuluan, dengan fokusnya adalah mengkaji tentang

    faktor eksternal rumah sakit mata.

    Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu

    gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut

    dilaksanakan (Nitisemito dan Burhan, 2004).

    Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, penyakit mata (gangguan

    refraksi dan kongjungtivis) menduduki 2 dari 10 besar penyakit rawat jalan. Tingginya

    angka kesakitan mata menjadikan suatu acuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas

    kesehatan mata.

    Tabel 2.5 Besar Penyakit Rawat Jalan di Indonesia Tahun 2009

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut survey nasional tahun 1996, 1,5 % penduduk di Indonesia mengalami

    kebutaan dengan penyebab utama katarak. Hal ini merujuk dari hasil Survei Kesehatan

    Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan Departemen

    Kesehatan. Sedangkan 25 % dari penduduk Indonesia butuh kacamata, akibat kelainan

    refraksi untuk membantu penglihatan. Sementara itu 135 juta orang di dunia

    menggunakan kacamata, lebih tinggi dari penyandang tunanetra.

    Angka kebutaan negara lain di Regional WHO Asia Tenggara yang cukup tinggi

    antara lain Bangladesh (1,0 %), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %), WHO

    memperkirakan, ada 45 juta penderita kebutaan di dunia. Tiap menit ada 12 orang buta

    di dunia. Di Indonesia tiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar berada di

    daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah..

    Peringkat Penyebab Kebutaan Jumlah (%) Dari Total

    Penduduk Indonesia

    1 Lensa 0,78

    2 Glaucoma / N II 0,20

    3 Kelainan refraksi 0,14

    4 Retina 0,13

    5 Cornea 0,10

    6 Others 0,15

    Total blindness 1,5

    Tabel 2.6 Peringkat penyebab kebutaan di Indonesia

    Jenis Penyakit 2005 2006 2007 2008 2009

    Katarak 96.148 98.619 100.108 101.730 103.337

    Glaukoma 24.653 25.286 25.668 26.084 26.496

    Refraksi 17.257 17.700 17.968 18.259 18.547

    Gangguan Retina 16.024 16.436 16.684 16.955 17.222

    Gangguan Kornea 12.326 12.643 12.834 13.042 13.248

    Penyakit lainnya 18.490 18.965 19.251 19.563 19.872

    Total 184.898 189.649 192513 195.633 198.722

    Tabel 2.7 Proyeksi Jumlah penderita Penyakit Mata penyebab kebutaan di propinsi

    Sumatera Utara sampai tahun 2009 (berdasarkan Survey Kesehatan Indera

    tahun 1993-1996).

    Besarnya penumpukan (backlog) kasus kebutaan yang cenderung terus

    bertambah. Menurut data survey penyakit mata, di Propinsi Sumatera Utara masih

    terdapat 172.110 penduduk buta. Jadi, penanganan operasi mata yang baru dilakukan

    kepada 15% penderita.

    Universitas Sumatera Utara

  • Jadi, sasaran dari pembangunan rumah sakit mata ini adalah mengurangi angka

    kebutaan yang dimana terdapat 80% avoidable blindnesspenyebab kebutaan yang

    dapat dihindarkan.

    2.4.2 Analisis SWOT

    Analisis pembangunan rumah sakit mata didasarkan pada kondisi eksternal

    melalui analisis Strenght, Weakneasess, Opportunities, dan Threats (SWOT).

    A. Kekuatan (Strengths)

    1. Tahun 1984 Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) telah

    dirintis sehingga saat ini program UKM/PK telah menjadi kegiatan pokok

    Puskesmas dengan pendekatan kesehatan masyarakat (komunitas).

    2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan indera baik oleh pemerintah maupun

    masyarakat /LSM yang lebih menekankan pada peningkatkan daya jangkau

    pelayanan operasi bedah katarak dan kelainan refraksi

    3. Tersedianya tenaga kesehatan terlatih (dokter umum dan perawat, ahli Gizi)

    dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) dan

    Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP)

    4. Tersedianya sarana pendidikan dokter spesialis mata dan pendidikan ahli

    refraksionis

    5. Adanya kesediaan dan kesiapan untuk mobilisasi bagi tenaga dokter spesialis

    mata, perawat mahir mata, ahli gizi dan refraksionis optisien (RO) dan tenaga

    elektro medik

    B. Kelemahan (Weakness)

    1. Kurangnya kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam Penanggulangan

    Gangguan Penglihatan dan Kebutaan

    2. Belum tertatanya sistem pelayanan kesehatan indera penglihatan yang

    komprehensif

    3. Belum memadai jumlah tenaga kesehatan terkait dibandingkan dengan jumlah

    penduduk yang harus dilayani.

    a. Rasio dokter spesialis mata: 1:250.000 (WHO 1:20.000)

    b. Rasio refraksionis optisien: 1:100.000 (WHO 1:10.000)

    4. Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan terkait. Sebanyak tujuh puluh

    persen (70%) dokter spesialis mata berada di kota-kota besar di pulau Jawa

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Belum memadainya kompetensi tenaga kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan

    primer

    6. Terbatasnya puskesmas yang memiliki fasilitas peralatan pemeriksaan kesehatan

    mata dasar (28% dari jumlah Puskesmas yang ada)

    7. Lemahnya manajemen penganggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan

    mulai dari pusat sampai ke daerah

    8. Terbatasnya jumlah lembaga pendidikan D3 Refraksionis Optisien (RO)

    C. Peluang (Opportunities)

    1. Adanya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam dan luar negeri, organisasi

    profesi dan kemasyarakatan, dunia usaha, serta media massa yang berperan serta

    dalam penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan

    2. Infrastruktur masyarakat yang mendukung yang dapat dilibatkan dalam

    Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan seperti PKK, Dasawisma,

    Karang Taruna, Kader Kesehatan, Posyandu, dll

    3. Pencanangan program WHO : Vision 2020 The Right to Sight, memungkinkan

    untuk mendapat bantuan dari donor luar negeri dan dalam negeri.

    4. Penetapan optikal yang distribusinya luas sebagai sarana kesehatan primer

    dengan adanya Keputusan Menteri kesehatan

    5. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan merencanakan dan melaksanakan

    program program pembangunan sesuai dengan kebutuhan setempat sesuai

    dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Wewenang Pusat dan

    Propinsi

    6. Perubahan kurikulum program pendidikan dokter spesialis (PPDS)

    memungkinkan percepatan produksi dokter spesialis mata dari 4 menjadi 3 tahun

    dan mobilisasi residen spesialis mata ke daerah-daerah yang membutuhkan

    D. Tantangan (Threats)

    1. Besarnya penumpukan (backlog) kasus kebutaan yang cenderung terus

    bertambah

    2. Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan saat ini belum menjadi

    program unggulan.

    3. Banyaknya pasien yang berobat mata ke luar negeri.

    4. Banyaknya optikal tak berizin (ilegal), di sisi lain banyaknya optikal yang

    memiliki izin tetapi belum memadai

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5. TINJAUAN FUNGSI

    2.5.1 Deskripsi Pemakai dan kegiatannya.

    Pengunjung dan pemakai Rumah Sakit Mata Medan dapat dikategorikan dalam

    beberapa kelompok pengunjung dan pemakai yaitu:

    1. Pasien

    Pasien rumah sakit dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan:

    Berdasarkan tinjauan wilayah

    Berdasarkan jenis kelamin, yaitu pasien wanita, pasien laki-laki.

    Berdasarkan usia, yaitu pasien dewasa, pasien anak-anak, dan pasien manula

    Berdasarkan jenis pelayanan yang diinginkan pasien, terdiri atas:

    a. Pasien yang berobat ke poliklinik, dimana setelah berobat pasien dapat

    langsung pulang.

    b. Pasien yang berobat ke unit gawat darurat, dimana pasien setelah berobat

    dapat langsung pulang atau bila diperlukan perawatan yang lebih intensif

    maka pasien akan dikirim ke bagian perawatan.

    c. Pasien yang datang ke optik untuk membeli alat bantu penglihatan atau

    untuk memeriksa penglihatannya.

    Dari keterangan di atas, maka pasien yang datang ke Rumah Sakit Mata ini dapat

    dibagi menjadi 2, yaitu:

    Pasien rawat inap, umumnya karena:

    a. Penyakit yang diderita pasien termasuk gawat

    b. Pasien perlu mendapat pengawasan yang ketat dan teliti dari staf media.

    c. Keluarga pasien tidak mampu lagi menangani pasien

    Pasien rawat jalan, pasien yang datang ke poliklinik dengan batas waktu

    tertentu untuk pengobatan dan kontrol kesehatan.

    2. Staf Medisfungsional, dibagi menjadi:

    a. Dokter poliklinik, yaitu dokter umum yang melakukan pemeriksaan pertama

    kali sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis

    b. Dokter unit gawat darurat

    c. Dokter unit perawatan inap, yaitu dokter yang biasanya juga praktek di

    poliklinik dan datang ke ruang inap untuk memeriksa pasien secara berkala,

    sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus melihat data-data pasien di pos

    perawat.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Dokter ahli gizi, yaitu dokter yang memeriksa gizi atau mengontrol gizi

    pasien.

    e. Dokter spesialis, yaitu dokter yang memiliki keahlian dalam salah satu

    penyakit khusus, dimana dalam kasus ini yaitu spesialis mata.

    3. Perawat, bertugas melayani pasien pada masing-masing instalasi, seperti

    instalasi operasi, laboratorium, rawat inap, polispesialis, poliklinik, gawat

    darurat.

    4. Pegawai Administrasi, yaitu orang yang bekerja mengurus administrasi rumah

    sakit.

    5. Pengunjung, yaitu:

    Pembesuk, yaitu orang yang datang menjenguk pasien yang sakit.

    Tamu direksi

    Pengunjung optik, yaitu orang yang datang ke optik dengan maksud

    membeli kacamata, menebus resep kacamata dari dokter.

    6. Apoteker, yaitu orang yang bekerja meracik obat di apotek

    7. Peneliti, yaitu orang yang bekerja di laboratorium

    8. Analis

    Karakteristik pengunjung Rumah Sakit Mata Medan, berdasarkan:

    Segi Usia

    Pengunjung bangunan tidak memiliki batasan usia.

    Segi strata ekonomi

    Secara umum pengunjung tidak dibatasi dari segi ekonomi.

    2.5.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang Pembagian Ruang dalam Rumah sakit dapat dibagi dalam zona berikut ;

    a. Zona pertama, merupakan zona terluar yang bersifat publik dan orientasinya

    adalah masyarakat umum, terdiri dari :

    1. Penunjang utama kesehatan

    Pada dasarnya terdapat tiga cara yang umum dilakukan oleh sebuah rumah

    sakit untuk menunjang program kesehatan, yaitu melalui pendidikan dan

    training, memberikan bantuan teknis dan bantuan administrasi. Hal ini

    dikarenakan pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan

    terapi selama kunjungannya. Perhatian harus ditujukan pada sirkulasi yang

    Universitas Sumatera Utara

  • harus memberikan aliran yang tidak terganggu dari berbagai jalur lalu

    lintas yang melintasi bagian itu. Juga harus dirancang untuk menangani

    kursi roda dan kereta sorong.

    2. Bagian Administrasi

    Dilakukan oleh karyawan di bagian administrasi, staf, dan direksi rumah

    sakit. Diadakan pada hari kerja, yaitu Senin-Sabtu dari jam 08.00-15.00

    WIB.

    Kegiatan Tata Usaha di bidang administrasi, antara lain:

    a. Bagian umum, mengurus administrasi pasien rawat jalan dan pasien

    rawat nginap.

    b. Bagian Medical Record, mencatat segala surat keluar dan masuk serta

    membuat / memcatat kartu pasien yang berobat baik itu pasien lama

    maupun pasien baru.

    b. Zona Analisa, bagian yang memproses pekerjaan yang dilimpahkan dari

    zona pertama, terdiri dari :

    1. Laboratorium

    Fungsi utama laboratorium klinis adalah melakukan uji atau test klinis

    dalam enam bidang utama yaitu bakteriologi, biokimia, histologi, serologi,

    haematologi dan sitologi untuk membantu staff medis dalam melakukan dan

    mengkonfirmasi diagnosa dan dalam pengobatan serta pencegahan penyakit.

    Praktek perawatan medis modern memerlukan lebih banyak pengujian

    klinis. Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat

    melayani pasien rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian

    penerimaan pasien. Juga harus berdekatan dan mudah diakses oleh bagian

    bedah.

    Ruangan dibutuhkan untuk hal-hal berikut :

    a. Ruang kerja dengan ruang untuk peralatan, mikroskop, inkubator,

    sentrifugal, dll. Ruang kerja juga harus diperlengkapi dengan vakum,

    gas, peralatan listtrik, baik dan air.

    b. Bak untuk mencuci tangan dan membuang cairan yang tidak beracun.

    c. Tempat pengumpulan spesimen untuk darah, urine dan feses. Daerah

    pengumpulan spesimen darah, harus dilengkapi dengan meja kerja,

    ruang tempat duduk pasien dan bak air untuk mencuci tangan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sementara untuk bagian pengambilan spesimen urine dan fases, harus

    ada toilet dilengkapi dengan bak air, tempat untuk menempatkan

    spesimen. Jendela kecil disediakan untuk menyerahkan spesimen.

    d. Fasilitas penyimpanan untuk bahan pereaksi, standar, suplai dan

    spesimen lainnya dalam bentuk slide mikroskopik.

    e. Penyimpanan untuk cairan kimia dan cairan yang mudah terbakar.

    f. Bak darah untuk tempat penyimpanan darah dalam kulkas dibahas

    terpisah.

    g. Bagian administrasi termasuk kantor, kesekretariatan dan pekerjaan

    administrasi serta ruang untuk arsip dan pencatatan.

    h. Fasilitas staff.

    i. Daerah sterilisasi.

    j. Tempat pencucian gelas bagian kotor yang harus dipisahkan dan

    ditutup.

    k. Penyimpanan spesimen bedah.

    2. Apotek

    Apotek diperuntukkan bagi pasien luar (out-patient) dan pasien

    dalam yang rawat nginap (in-patient) yang aktivitas didalamnya meliputi

    pemesanan,pembelian, penyimpanan dan dispensing semua obat.

    c. Zona proses, merupakan daerah transisi antara zona terluar dan dalam, terdiri dari:

    1. Ruang operasi

    Dilakukan oleh ahli medis. Ruang operasi merupakan ruang yang

    paling kompleks, namun paling penting di dalam suatu rumah sakit.

    Lokasi terbaik untuk bagian operasi adalah yang memungkinkan aliran

    pasien yang mulus dan tidak terganggu, serta adanya kemudahan bagi

    staff dan alat kebersihan berlalu lalang. Ruang operasi sebaiknya

    diletakkan ditengah dan di lantai bawah agar mudah dicapai dari segala

    ruang perawatan dan pasien dari luar. Perlu diperhatikan integrasinya

    dengan baik lain yang erat hubungannya dengan ruang operasi, yaitu

    klinik, dan ruang steril induk.

    Pembagian zona ruang operasi, yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Zona terluar, yang terdiri dari ruang administrasi, ruang penerima.

    b. Zona tengah, yang merupakan tempat kerja diluar aktivitas beda,

    dan batas terjauh yang dapat dimasuki oleh pegawai atau orang

    luar. Yang termasuk dalam zona ini recovery room dan gudang.

    c. Zona dalam, adalah ruang bedah yang harus terjaga kebersihan dan

    tingkat sterilnya. Dalam zona ini orang luar tidak diperkenankan

    masuk ke dalam ruangan ini.

    Fasilitas Ruang pada Ruang operasi:

    a. Kantor, ruang administrasi dan ruang terima pasien.

    b. Ruang transfer. Ruangan ini harus cukup luas untuk memindahkan

    pasien dari trolley ruang nginap ke trolley ruang operasi.

    c. Ruang ganti untuk staff medis.

    d. Ruang anastesi. Proses anastesi termasuk pekerjaan paling rumit

    dan memerlukan keterlibatan penuh selama operasi berlangsung.

    Aktivitas ini juga memerlukan kantor, tempat menyimpan peralatan

    dan tempat khusu melakukan induksi.

    e. Setiap unit ruang operasi tidak boleh kurang dari 6M x 6M (36M2),

    dan memiliki akses dari ruang anastesi, ruang membersihkan badan

    dan ruang supply namun dengan pintu yang terpisah.

    f. Ruang scrub up (membersihkan badan). Fasilitas ini dapat melayani

    dua ruang operasi. Didalam ruang ini para staff medis memakai

    baju, masker, dan mencuci tangan.

    g. Ruang pencucian. Satu ruang pancucian dapat melayani dua ruang

    operasi. Ruang ini digunakan untuk membersihkan peralatan.

    h. Ruang Sub Steril. Ruang ini digunakan untuk mensterilkan

    peralatan yang sudah dipakai, jika sistem sterilisasi yang dipakai

    tidak sentral.

    i. Tempat penyimpanan trolley. Diperlukan tempat untuk menyimpan

    trolley pasien yang dioperasi. Tempat ini tidak boleh menghalangi

    pintu.

    j. Ruang recovery (ruang penyembuhan). Ruangan ini disediakan

    untuk menunggu pasien sadar dari pengaruh bius sesudah operasi.

    Ruang ini ditempatkan didekat pintu masuk pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • k. Storage. Didalam ruang penyimpanan harus disediakan bagi

    keperluan berikut :

    a) Peralatan bedah yang bersih seperti perban, linen, dll

    b) Air yang steril

    c) Alat bius

    d) Persediaan darah, tulang dan mata

    2. Ruang Kebidanan

    Bagian ini hampir sama dengan ruang operasi, namun pada ruang

    ini tidak selalu harus aseptik seperti halnya ruang operasi.

    d. Zona Perawatan, merupakan zona terdalam tetapi memiliki akses ke zona terluar yaitu ke daerah publik, terdiri dari :

    1. Ruang Inap

    Dilakukan bila pasien memerlukan pemeriksaan dan pengawasan

    ekstra. Kegiatan ini diadakan setiap hari khusus untuk pasien rawat inap,

    dan untuk pasien rawat jalan dilaksanakan pada hari kerja. Ruang rawat

    inap ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

    a. Ruang VIP : 1 tempat tidur

    b. Ruang kelas I : 2 tempat tidur

    c. Ruang kelas II : 4 tempat tidur

    d. Ruang kelas III : 5 tempat tidur

    Ruang inap digunakan untuk menampung pasien yang terkena

    beberapa hal, sehingga ruang inap berfungsi sebagai :

    a. Menggantikan fungsi rumah dalam hal memberikan makan,

    mandi dan tidur secara teratur.

    b. Memberikan kemudahan memeriksa, merawat dan mengobati

    penyakit yang diderita pasien.

    c. Menyiapkan pasien agar dapat kembali ke kehidupannya semula.

    Bentuk dari ruang inap :

    a. Nighttingale

    Ruang inap terdiri dari 25-30 tempat tidur dengan bentuk

    yang persegi dan dibuat dalam bentuk perencanaan terbuka (open

    plan) dimana servis area letakkan di salah satu atau kedua ujung

    Universitas Sumatera Utara

  • sebelah ruang perawat atau ruang pengawas diletakkan di gang

    diantara dua barisan tempat tidur. Bentuk ruang inap ini

    merupakan ruang yang paling bising diantara tipe yang ada.

    b. Koridor tunggal

    Susunan ruang sederhana dengan koridor disatu sisi

    yang digunakan untuk melayani ruangan disisi lain. Bentuk

    ruang seperti ini memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat

    diterangi dan diatur sirkulasinya secara alami dan lewat

    jendela. Ruang perawat dan ruang servis diletakkan di tengah

    sehingga jaraknya dengan ruang yang dilayani dapat

    diminimalkan.

    c. Koridor double

    Type koridor double ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

    1. Hubungan langsung antara kamar pasien dan ruang

    perawat

    2. Fleksibilitas pelayanan yang tinggi bagi pasien dan dapat

    memanfaatkan pelayanan yang disebarkan di bagian

    tengah

    3. Mengisolasi aktivitas dan percakapan petugas didalam

    ruang tengah sehinnga di dalam koridor luar tidak ribut

    dan mengganggu pasien

    4. Bagian yang pertama disebut ruang pelayanan kotor, dan

    digunakan untuk menyimpan dan membersihkan peralatan

    dan kain yang kotor

    5. Bagian yang kedua disebut clean utility, dan digunakan

    untuk menyimpan kartu pasien, pakaian bersih, dan

    perlengkapan lain yang disalurkan dari pusat peralatan dan

    ruang steril

    6. Lify ditempatkan diluar ruang perawatan untuk

    mengurangi gangguan suara

    d. Bentuk L

    Pada ruang ini ruang servis dan ruang pendukung

    diletakkan terpisah sehingga tidak saling mengganggu dengan

    ruang inap

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Bentuk T

    Keuntungan type ini sama dengan bentuk L, dimana

    servis dan penunjang diletakkan pada bagian yang vertikal

    sedang ruang inap yang dilengkapi dengan koridor dibagian

    horizontal.

    f. Bentuk sirkuit balap (Race Track Ward)

    Ruang inap diletakkan di bagian lingkar luar dari denah

    yang berbentuk persegi dengan sisi yang relatif panjang,

    sedang ruang servis dan penunjang diletakkan di tengah.

    Dengan demikian ruang untuk pasien memiliki view ke luar

    tetapi ruang staff medis tidak. Petugas medis harus menempuh

    koridor yang relatif panjang dalam melayani ruang inap dan

    komunikasi antara staff agak sulit. Hal ini dikarenakan

    penempatan ruang yang linier dan panjang

    g. Bentuk Silang

    Bentuk denah ruang inap ini diletakkan pada tingkat

    luar dan ruang servis dan penunjang diletakkan dibagian tengah

    pada perpotongan sisi vertikal dan horizontal. Bentuk ini

    menghasilkan sirkulasi yang berpotongan dan ruwet.

    Ruang-ruang rawat inap sebaiknya dikelompokkan dalam bagian

    sebagai berikut :

    1. Ruang VIP terletak dalam 1 blok, jendela kamar berorientasi ke

    pandangan luar yang lapang/ke taman dengan jumlah pasien VIP 1

    orang dengan fasilitas kamar mandi di dalam

    2. Ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok

    3. Kelas I untuk 2 tempat tidur dan kelas II untuk 4 tempat tidur

    4. Ruang kelas III untuk 6 tempat tidur

    5. Bila ruang perawatan tidak berada di lantai dasar harus ada akses

    yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus

    6. Akses pencapaian ke setiap ruangan/blok harus dapat dengan mudah

    dicapai

    7. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah

    pasien yang akan ditampung

    Universitas Sumatera Utara

  • 8. Sinar pagi sedapat mungkin masuk

    9. Alur petugas dan pengunjung terpisah

    10. Setiap ruangan atau minimal pada setiap stasiun perawat terdapat

    wastafel dengan air mengalir

    11. Tidak digunakan bahan yang mudah terbakar

    12. Kamar perawatan harus mendapat pencahayaan matahari yang cukup

    13. Bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan kedap asap dan

    tidak mudah terbakar

    e. Zona kelima, yaitu kelompok ruang-ruang servis, yaitu :

    1. Bagian makanan dan dapur

    Sebagai tempat penyediaan makanan bagi pasien rawat inap. Sistem

    pelayanan dapur yang diterapkan adalah sentralisasi. Konsep tata ruang

    unit dapur mempunyai hubungan yang kuat dengan unit perawatan.

    Perletakan unit dapur ditempatkan pada daerah servis jauh dari

    pencapaian maupun penglihatan pengunjung serta memiliki pintu

    masuk/keluar sendiri.

    Lokasi dapur sebaiknya ditempatkan di lantai dasar dan dapat

    dicapai langsung dari tempat menurunkan barang dari luar yang harus

    dimasukkan ke dalam kamar pendingin tanpa melewati koridor yang

    diperuntukkan untuk publik dan petugas medis. Sistem pendistribusian

    makanan yang terpusat dalam desentralisasi masing-masing memiliki

    kelebihan dan kekurangan. Sistem terpusat seluruh makanan disiapkan

    didapur pusat lalu dikirimkan ke ruang inap. Lalu peralatan yang kotor

    dikumpulkan kembali lalu dibersihkan secara terpusat, memerlukan

    pegawai yang relatif lebih sedikit, kualitas makanan sering menurun, dan

    makanan menjadi dingin karena lamanya waktu distribusi dan

    transportasi. Sistem desentralisasi makanan tetap terjaga, baik kehangatan

    maupun kualitasnya, memerlukan petugas yang lebih banyak, dan ruang

    dapur, pencucian piring jumlahnya lebih banyak dan tersebar.

    Komponen dapur, yaitu :

    1. Gudang dan ruang pendingin untuk bahan makanan

    2. Tempat memasak

    3. Ruang penyediaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Makanan khusus

    5. Pencucian piring

    2. Laundry

    Fasilitas khusus untuk perlengkapan unit perawatan dan kebutuhan pasien

    Kegiatan cuci terdiri atas :

    - Penerimaan, collecting, dan sorting

    - Disinfeksi bila perlu

    - Pencucian dan pemisahan

    - Pengeringan

    - Setrika

    - Perbaikan

    - Pemberian kode dan pembungkusan

    - penyimpanan

    - pengiriman

    Sebaiknya diletakkan di lantai dasar berdekatan dengan ruang linen yang

    ditempatkan secara terpusat. Ruang linen yang terpusat digunakan untuk

    mensupply seluruh bagian dan harus dilengkapi dengan rak

    penyimpanan, ruang menjahit, dan memberi tanda pakaian baru.

    Pakaian serta linen yang harus dicuci harus disortir di ruang pakaian dan

    kain kotor yang diletakkan paling ujung dari ruang cuci. Untuk pencucian

    kain kotor dapat diserahkan pada orang luar atau dikerjakan sendiri. Jika

    dikerjakan sendiri harus dilengkapi dengan ruang dan fasilitas

    pengeringan dan pencucian.

    Fasilitas ini mencakup :

    1. Ruang pakaian kotor

    2. Ruang pakaian bersih dan ruang jahit

    3. Gudang penyimpanan untuk kereta pakaian yang sudah selesai di

    cuci

    4. Ruang cuci dan peralatan yang memungkinkan keperluan linen

    minimal selama 7 hari

    5. Gudang untuk petugas kebersihan dan gudang untuk menyimpan

    supply barang habis pakai beserta peralatan yang dibutuhkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Gudang untuk material linen dan pakaian yang sudah kering

    7. Unit cuci dilengkapi dengan kegiatan :

    a. Kegiatan administrasi yang mencatat, menghitung bahan cucian

    kotor yang masuk serta melakukan pencatatat terhadap arus cucian

    bersih yang keluar

    b. Gudang obat cuci, disinfektan dan ruang jahit

    c. Fasilitas staf

    3. Gudang

    Sebagai tempat penyimpanan alat-alat, perlengkapan kebersihan

    bangunan. Rumah sakit secara teratur mengonsumsi berbagai macam

    bahan dalam jumlah besar, sehingga perlu merencanakan tempat

    menyimpan barang tersebut. Secara umum diperlukan luas 2 m2 gudang

    untuk setiap tempat tidur untuk sebuah rumah sakit.

    Selain perencanaan ruang-ruang tersebut, dalam perencanaan rumah

    sakit juga berkaitan erat dengan ketentuan koridor, pintu, tangga, dan lift.

    1. Koridor

    Lebar koridor pada umumnya minimal 1,5 m, yang harus juga

    disesuaikan dengan lalu lintas yang ada. Untuk lorong yang juga

    dijadikan tempat pasien berbaring, lebar minimalnya 2,25 m dengan

    tinggi langit-langit sampai 2,4 m.

    2. Pintu

    Pada konstruksi pintu harus diperhatikan faktor higienis. Bagian

    permukaan pintu harus terbuat dari bahan yang steril dan harus diberi

    peredam bunyi seperti dinding.

    3. Tangga

    Tangga dibuat sedemikian untuk keamanan. Lebar tangga dan bagian

    datar antara dua anak tangga dari tangga darurat sebaiknya 1,5 m, dan

    tidak melebihi 2,5 m. Lebar bagian datar antara dua anak tangga tidak

    mempersempit daun pintu. Tinggi tingkatan 17 cm, lebar anak tangga

    yang datar 28 cm.

    4. Lift

    Fungsi lift untuk pengangkutan orang, obat-obatan, cucian, makanan

    dan tempat tidur. Lapisan lift tahan api. Kamar lift untuk mengangkut

    Universitas Sumatera Utara

  • tempat tidur harus diukur sehingga dapat menampung satu atau dua

    tempat tidur.

    f. Zona keenam, yaitu daerah pelayanan Mekanikal Elektrikal.

    2.5.2 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

    1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit,

    antara lain:

    1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,

    dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau

    binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

    b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan

    keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi

    dengan rambu parkir.

    c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di

    daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

    d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok

    e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan

    intensitas cahaya yang cukup.

    f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat

    genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,

    tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman

    g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,

    masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.

    h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang

    menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

    i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan

    bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang

    memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai

    tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan

    binatang pengganggu lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit a. Lantai

    1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,

    tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.

    2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang

    cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.

    3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar

    mudah dibersihkan

    b. Dinding

    Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan

    cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam

    berat

    c. Ventilasi

    1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam

    kamar/ruang dengan baik.

    2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai

    3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara

    dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan

    buatan/mekanis.

    4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan

    peruntukkan ruangan.

    d. Atap

    1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan

    serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

    2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.

    e. Langit-langit

    1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

    2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.

    3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti

    rayap.

    f. Konstruksi

    Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi

    genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

    g. Pintu

    Universitas Sumatera Utara

  • Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya

    serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

    h. Jaringan Instalasi

    1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,

    listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus

    memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk

    tujuan pelayanan kesehatan.

    2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air

    limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari

    pencemaran air minum.

    i. Lalu Lintas Antar Ruangan

    1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain

    sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga

    memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari

    risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

    2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana

    pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan

    yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai

    harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang

    dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

    3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah

    bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram

    untuk brankar.

    j. Fasilitas Pemadam Kebakaran

    Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    3. Ruang Bangunan Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi

    serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan

    berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

    a. Zona dengan Risiko Rendah

    Universitas Sumatera Utara

  • Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang

    pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang

    pendidikan/pelatihan.

    1) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.

    2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,

    berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus

    berbentuk konus.

    3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,

    warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi

    minimal 2,70 meter dari lantai.

    4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan

    ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

    5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang

    dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian

    udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis

    (exhauster) .

    6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40

    meter dari lantai.

    b. Zona dengan Risiko Sedang

    Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,

    rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan

    bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada

    zona risiko rendah.

    c. Zona dengan Risiko Tinggi

    Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,

    laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah

    mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :

    1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.

    a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi

    1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.

    b) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan

    ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan

    dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas

    Universitas Sumatera Utara

  • antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer

    cassette.

    2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,

    berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus

    berbentuk konus.

    3) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna

    terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70

    meter dari lantai.

    4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan

    ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

    5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40

    meter dari lantai.

    d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

    Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang

    perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi

    dengan ketentuan sebagai berikut :

    1) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau

    dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.

    2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal

    2,70 meter dari lantai.

    3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua

    pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

    4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan

    berwarna terang.

    5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah

    dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan

    langit-langit

    6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai

    7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang

    dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan

    ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran

    udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke

    bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus

    menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System

    Universitas Sumatera Utara

  • 8) Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk

    itu harus dibuat ruang antara.

    9) Hubungan dengan ruang scrubup untuk melihat ke dalam ruang operasi

    perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian

    cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.

    10) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai

    atau di atas langit-langit.

    11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

    4. Kualitas Udara Ruang a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak

    b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan

    rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 g/m3, dan tidak

    mengandung debu asbes.

    5. Pencahayaan Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus

    sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel berikut :

    No Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya (Lux) Keterangan

    1 Ruang pasien :

    - saat tidak tidur

    - saat tidur

    100 200

    Maksimal 50

    Warna cahaya sedang

    2 Ruang Operasi 300 500

    3 Meja Operasi 10.000 - 20.000 Warna cahaya sejuk atau

    sedang tanpa bayangan

    4 Anestesi, pemulihan 300 500

    5 Endoscopy, lab 75 100

    6 Sinar X Minimal 60

    7 Koridor Minimal 100

    8 Tangga Minimal 100 Malam hari

    9 Administrasi / kantor Minimal 100

    10 Ruang alat / gudang Minimal 200

    11 Farmasi Minimal 200

    12 Dapur Minimal 200

    13 Ruang Cuci Minimal 100

    14 Toilet Minimal 100

    15 Ruang Isolasi khusus 0,1 0,5 Warna cahaya biru

    Universitas Sumatera Utara

  • penyakit tetanus

    16 Ruang luka bakar 100 200

    Tabel 2.8 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit

    6. Penghawaaan Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :

    a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu

    mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-

    ruang tersebut.

    b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit

    (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.

    7. Kebisingan Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti tabel berikut :

    No Ruangan atau Unit Kebisingan Max

    (waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA)

    1 Ruang pasien :

    - saat tidak tidur

    - saat tidur

    45

    40

    2 Ruang Operasi 45

    3 Anestesi, pemulihan 45

    4 Endoscopy, lab 65

    5 Sinar X 40

    6 Koridor 40

    7 Tangga 45

    8 Kantor / lobby 45

    9 Ruang alat /