22
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004). Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan.

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chapter

Citation preview

Page 1: Chapter II

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ergonomi

2.1.1. Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan

optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja,

di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan

utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).

Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,

maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan

fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain

disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan

tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga

akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan

yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros

penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan

mencelakakan.

Page 2: Chapter II

1

Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang

paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.

Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003), yaitu :

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.

2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.

4. Memaksimalkan bentuk kerja

Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :

a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).

Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools),

bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders),

sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (access

ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain – lain.

b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.

Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian

waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.

c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.

Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu

pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga

visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi

ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja

(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan

Page 3: Chapter II

1

instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses

transfer informasi dan lain – lain.

2.1.2. Antropometri

Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti

manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh

manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya)

maupun dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003).

Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan

karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa segmen

tubuh manusia. Ukuran – ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada

umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke masa. Pengukuran

dimensi – dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang terpenting dari

antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan desain berbagai

peralatan, mesin, proses dan tempat kerja (Harrianto, 2008).

Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu :

1. Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku,

tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung – ujung jari.

2. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal

paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong – lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu,

lebar pinggul (Harrianto, 2008).

Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata – rata ( )

dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah

Page 4: Chapter II

1

suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang

ukurannya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil).

Misalnya 95th persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau

berada di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5%

populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu (Wignjosoebroto, 2003).

Pemakaian nilai – nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan

antropometri dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini:

Tabel 2.1. Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan 1st - 2,325*SD

2,5th – 1,96*SD 5th – 1,645*SD 10th – 1,28*SD 50th 90th + 1,28*SD 95th + 1,645*SD

97,5th + 1,96*SD 99th + 2,325*SD

Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain

itu, pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut

Suma’mur (antropometry by Suma’mur’s tailor method) (Suma’mur, 1989).

2.1.3. Sikap Kerja

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh

dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

Page 5: Chapter II

1

a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

secara bergantian.

b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak

memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.

c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak dipakai

untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal

ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga

untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka,

2004).

Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :

1. Sikap kerja duduk.

Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani

dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih

sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya

beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan

secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah –

masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang

belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri

ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka

cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan

Page 6: Chapter II

1

tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk

ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004).

Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap

badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada

pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989).

Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan

bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu,

duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul

(gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling

menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk

dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan

siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).

Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang direkomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al. (1982, 1984) (kanan). (Sumber : Pheasant, S, 1986)

Page 7: Chapter II

1

Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya kelelahan pada kaki.

b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.

c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.

d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/

masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :

a. Melembeknya otot – otot perut.

b. Melengkungnya punggung.

c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem

pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.

2. Sikap kerja berdiri.

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di

perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang

belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi

penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan

bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap

kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila

sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki,

2007).

Page 8: Chapter II

1

2.2. Keluhan Muskuloskeletal

2.2.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,

akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.

Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal

disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot

dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible)

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima

beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila

pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent)

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun

pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus

berlanjut.

Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,

pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi

karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat

dengan durasi pembebanan yang panjang.

Page 9: Chapter II

1

2.2.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal

Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal,

yaitu :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh

pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar

seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang

berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga

yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan

dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus

seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan

lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban

kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian

tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan

terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan

semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak

Page 10: Chapter II

1

alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan

stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

4. Faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu :

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh,

pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak

akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini

sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.

Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan

asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan

dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit

bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga

dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh

yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh

akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut.

Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka

akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran

darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

Page 11: Chapter II

1

karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri otot.

5. Penyebab kombinasi.

Selain faktor – faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli menjelaskan

bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab

terjadinya keluhan otot skeletal.

2.2.3. Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif

untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau

ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. Pembagian bagian-bagian

tubuh serta keterangan dari bagian-bagian tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 2.2 Nordic Body Map (Sumber : Santoso, 2004)

Keterangan : 0. Leher atas 1. Leher bawah 2. Bahu kiri 3. Bahu kanan 4. Lengan atas kiri 5. Punggung 6. Lengan atas kanan 7. Pinggang 8. Bawah pinggang 9. Bokong 10. Siku kiri 11. Siku kanan 12. Lengan bawah kiri 13. Lengan bawah kanan 14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan 16. Tangan kiri 17. Tangan kanan 18. Paha kiri 19. Paha kanan 20. Lutut kanan 21. Lutut kiri 22. Betis kiri 23. Betis kanan 24. Pergelangan kaki kiri 25. Pergelangan kaki kanan 26. Telapak kaki kiri 27. Telapak kaki kanan

Page 12: Chapter II

1

2.3. Komputer

2.3.1. Definisi Komputer

Istilah komputer (computer) diambil dari computare (bahasa Latin) yang

berarti menghitung (to compute atau to reckon). Robert H. Blissmer dalam buku

Computer Annual mendefinisikan komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu

melakukan beberapa tugas seperti menerima input, memproses input tadi sesuai

dengan programnya, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan serta

menyediakan output dalam bentuk informasi. Donald H. Sanders dalam buku

Computer Today mendefinisikan komputer adalah sistem elektronik untuk

memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya

secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan

menghasilkan output di bawah pengawasan suatu langkah-langkah, instruksi-instruksi

program yang tersimpan di memori (stored program) (Wardhana, 1997).

Secara luas, komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik

yang terdiri dari beberapa komponen yang dapat bekerja sama antara komponen satu

dengan yang lain untuk menghasilkan suatu informasi berdasarkan program dan data

yang ada. Adapun komponen komputer adalah meliputi : layar Monitor, CPU,

keyboard, mouse dan printer (sebagai pelengkap). Tanpa printer komputer tetap dapat

melakukan tugasnya sebagai pengolah data, tetapi sebatas terlihat di layar monitor

belum dalam bentuk print out (Wikipedia, 2010).

Page 13: Chapter II

1

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komputer adalah

:

a. Alat elektronik

b. Dapat menerima input data

c. Dapat mengolah data

d. Dapat memberikan informasi

e. Menggunakan suatu program yg tersimpan di memori komputer (stored

program)

f. Dapat menyimpan program dan hasil pengolahan

g. Bekerja secara otomatis.

2.3.2. Peralatan Pada Tempat Kerja (Work Station) Personal Computer

Peralatan yang dipergunakan pada stasiun kerja personal computer meliputi:

mouse, keyboard, layar / monitor, meja dan kursi komputer. Masing-masing dari

peralatan tersebut jenisnya bermacam-macam.

1. Mouse

Mouse ini merupakan alat untuk menggerakkan kursor. Mouse harus pada

ketinggian di mana lengan, pergelangan tangan, dan tangan sejajar. Tempatkan

mouse sedemikian rupa sehingga tidak perlu menggapai terlalu jauh dari

jangkauan tangan (dekat ke keyboard adalah yang terbaik).

2. Keyboard

Keyboard adalah peralatan untuk input. Data atau perintah dapat dimasukkan

ke dalam komputer melalui keyboard. Jadi, keyboard merupakan penghubung

antara manusia dan komputer.

Page 14: Chapter II

1

Beberapa bentuk keyboard yang pernah diciptakan, yaitu:

a. Keyboard jenis Qwerty.

Gambar 2.3 Keyboard Qwerty

(Sumber : Wardhana, 1997 )

Sejak awal keyboard Qwerty diciptakan tidak memperhatikan masalah

ergonomi, sehingga sangat memungkinkan timbulnya gangguan atau keluhan

terhadap tubuh manusia. Keyboard Qwerty ternyata belum memberikan beban

yang sama untuk jari- jari tangan kiri dan tangan kanan.

b. Keyboard jenis Dvorak yang dibuat pada tahun 1936. Keyboard Dvorak

diciptakan berdasarkan prinsip kerja biomekanis dan efisiensi. Susunan letak

tombol huruf lain dengan jenis Qwerty yaitu dibuat sedemikian rupa, sehingga

56 % ketukan ada pada tangan kanan dan jari-jari yang bekerja lebih banyak

adalah jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.

Gambar 2.4 Keyboard Dvorak

(Sumber : Wardhana, 1997)

Page 15: Chapter II

1

c. Keyboard jenis Klockenberg dibuat dengan maksud menyempurnakan jenis

keyboard yang sudah ada, yaitu dengan memisahkan kedua bagian keyboard

(bagian kiri dan kanan). Bagian kiri dan kanan keyboard dipisahkan dengan

sudut 15 derajat dan dibuat miring ke bawah. Keyboard Klockenberg sudah

lebih baik dalam hal pengurangan beban pada jari dan lengan, sehingga nyeri

otot pada bahu dan pergelangan sangat sedikit (Wardhana, 1997).

Gambar 2.5 Keyboard Klockenberg

(Sumber : Wardhana, 1997)

Keyboard harus ditempatkan pada ketinggian tertentu sehingga lengan atas,

pergelangan tangan, dan tangan berada dalam posisi sejajar ketika sedang

mengetik. Alangkah lebih baik jika penyangga atau meja tempat keyboard

diletakkan dapat disesuaikan.

3. Layar/Monitor

Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk menampilkan obyek

yang akan ditampilkan. Obyek tersebut bisa tulisan, angka, ataupun gambar.

Bentuk layar komputer juga terus mengalami perubahan. Monitor harus

sejangkauan lengan atau lebih jauh dari mata. Kebijakan ergonomi konvensional

umumnya menyarankan bahwa pusat layar monitor seharusnya pada titik di mana

tatapan mata jatuh secara alamiah dan monitor harus agak miring untuk

Page 16: Chapter II

1

menyesuaikan dengan sudut pandang seseorang. Penyangga monitor yang dapat

disesuaikan akan membantu membuat penyesuaian (Anderson, 2002).

Letak monitor akan sangat banyak mempengaruhi posisi kepala yang

berdampak terutama pada otot – otot leher, dimana ketinggian yang berlebihan

pada letak monitor ini akan menyebabkan keluhan – keluhan pada otot leher.

Arah penglihatan untuk pekerjaan duduk adalah 32º - 44º di bawah garis

horizontal mata. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat

(relaxed) (Suma’mur, 2009).

4. Meja dan Kursi Komputer

a. Meja Komputer

Beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk sebuah meja komputer

ergonomis adalah :

1. Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari penjangkauan

yang terlalu jauh.

2. Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak memancarkan

cahaya silau.

3. Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup.

4. Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan tinggi untuk

monitor komputer.

5. Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor komputer.

6. Cukup untuk ruang dari peralatan yang digunakan.

Konstruksi dan ukuran dari meja/ kursi harus disesuaikan dengan ukuran

dari tubuh manusia (antropometri) yang akan menggunakannya. Kesesuaian

Page 17: Chapter II

1

ini akan menciptakan kenyamanan dan efisiensi dalam bekerja. Ukuran yang

sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Tinggi meja

Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan

disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk sikap duduk,

tinggi meja yang diusulkan adalah 64 – 74 cm yang diukur dari permukaan

daun meja sampai ke lantai.

b. Tebal daun meja

Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

kebebasan bergerak pada kaki. Jarak antara permukaan bawah daun meja

dengan permukaan atas alas duduk > 15 cm.

c. Permukaan meja

Permukaan meja harus rata dan tidak menyilaukan.

d. Lebar meja

Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan pekerja. Ukuran yang

diusulkan adalah kurang dari 80 cm (Laurensia, 2004).

b. Kursi Komputer

Kursi yang ergonomis dapat membantu mengatur posisi tulang belakang

pada postur yang optimal dengan memberikan pendukung yang tepat. Satu

jenis kursi untuk semua kegiatan dan semua ukuran dan bentuk adalah tidak

tepat. Untuk menilai tepat tidaknya kursi, perlu dipelajari keluhan – keluhan

tenaga kerja yang meliputi : keluhan kepala, keluhan leher dan bahu, keluhan

Page 18: Chapter II

1

pinggang, keluhan bokong, keluhan lengan dan tangan, keluhan lutut dan kaki

serta keluhan paha (Suma’mur, 1989).

Untuk kenyamanan dan kesesuaian yang lebih tepat, maka kursi komputer

harus mengikuti penyesuaian berdasarkan penggunanya dengan pilihan seperti

:

1. Tempat duduk (dudukan) memiliki persyaratan seperti : dudukannya dapat

disesuaikan dengan tinggi pengguna dan tinggi permukaan kerja, telah

memiliki penyesuaian kemiringan untuk berbagai sudut dalam

menciptakan kenyamanan postur untuk berbagai pekerjaan, kedalaman

kursi harus sesuai untuk kedua kaki, dan berjarak 1 – 2 inchi di antara

ujung kursi dan belakang lutut (CCOHS, 2005).

2. Belakang kursi memiliki persyaratan seperti : dapat disesuaikan tinggi

rendahnya untuk mendukung kenyamanan tulang belakang, bentuk

belakang kursi yang mengikuti garis tulang belakang, sudut dari belakang

kursi dapat disesuaikan untuk pekerjaan yang berbeda, bergerak

maju/mundur (CCOHS, 2005).

3. Lengan kursi memiliki persyaratan seperti : sebagai syarat tambahan untuk

mendukung tulang belakang ketika mengambil minuman atau beristirahat

diantara mengetik dan menulis, tinggi lengan tersebut sesuai dengan tinggi

lengan pengguna yang dapat digunakan untuk berisitirahat dengan bahu

dalam posisi santai, lebar yang dibutuhkan utamanya sesuai dengan

pengguna atau rata – rata pengguna (CCOHS, 2005).

Page 19: Chapter II

1

Ukuran kursi yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah

sebagai berikut :

a. Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas

duduk. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lutut

dan telapak tangan. Ukuran yang dianjurkan adalah 38 – 54 cm.

b. Panjang alas duduk

Diukur dari permukaan garis proyeksi permukaan dengan sandaran duduk

pada permukaan atas alas duduk sampai ke bagian depan alas duduk.

Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan

garis punggung. Ukuran yang dianjurkan adalah 40 cm.

c. Lebar alas duduk

Diukur pada garis tengah dengan alas duduk melintang. Lebar alas duduk

harus lebih besar dari pinggul. Ukuran yang dianjurkan adalah 40 – 44 cm.

d. Sandaran pinggang

Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang

belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. Tinggi sandaran

pinggang tidak melebihi tinggi bahu dan lebar sandaran pinggang lebih

kecil sama dengan lebar bahu (Laurensia, 2004).

2.3.3. Interaksi Antara Tempat Kerja dan Individu Pekerja

Lokasi ruang kerja (work place) adalah area fisik tempat seorang pekerja

melakukan aktivitas kerja. Tempat kerja (work station) adalah lokasi ruang kerja serta

Page 20: Chapter II

1

bagian dari mesin dan peralatan kerja, tempat seorang pekerja melakukan berbagai

aktivitas kerja; tempat pekerja menghabiskan seluruh atau sebagian hari kerjanya.

Misalnya :

1. Meja kerja dengan komputer dan kelengkapannya bagi seorang pekerja

pemasok data komputer.

2. Meja kerja dan mikroskop bagi seorang pekerja laboratorium.

3. Meja kerja, alat patri dan peralatan lainnya bagi seorang pekerja perakitan

elektronik.

Salah satu penyebab terjadinya stres fisik akibat kerja adalah terjadinya

ketidaksesuaian ukuran – ukuran komponen tempat kerja dengan pekerja sehingga

mengharuskan pekerja bekerja dengan posisi sulit seperti membungkuk, mengangkat

lengan dan bahu terlalu tinggi atau aktivitas hanya dapat dilakukan dengan satu

tangan dan lain – lain. Gangguan muskuloskeletal sering kali terjadi karena umumnya

meja kerja, peralatan kerja dan mesin didesain dengan ukuran yang lebih besar (untuk

pekerja yang rata – rata besar), agar dapat dipakai juga pada pekerja yang lebih kecil.

Prinsip ergonomi yang benar mengharuskan meja kerja yang sesuai atau dapat

disesuaikan dengan ukuran individu yang menggunakannya (Harrianto, 2008).

Page 21: Chapter II

1

Gambar 2.6 Stasiun Kerja Komputer

(Sumber : Anderson, 2002)

2.3.4. Gangguan Kesehatan Akibat Penggunaan Komputer

1. Gangguan Pada Mata.

Penggunaan komputer dalam jangka waktu yang panjang dapat

menimbulkan gangguan ketajaman, gangguan pada mata itu sendiri, mata

lelah, penglihatan kabur, mata kering, iritasi dan mata berair dan

peningkatan sensitivitas terhadap cahaya.

2. Gangguan Muskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal yang ditimbulkan akibat penggunaan

komputer mulai dari kelemahan otot dan tendon atau nyeri leher dan

punggung sampai dengan trauma yang kumulatif. Penyebab gangguan

muskuloskeletal ini antara lain postur tubuh yang tidak sesuai terjadi terus

menerus saat menggunakan komputer, penyokongan punggung yang tidak

sesuai, duduk dengan posisi yang sama dengan jangka waktu yang lama

Page 22: Chapter II

1

dan desain yang tidak ergonomis (baik desain stasiun kerja maupun desain

alat kerja).

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Keluhan Muskuloskeletal

Ukuran Meja, Kursi dan Tinggi Layar Monitor

Antropometri Duduk

Sikap Duduk