14
TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Indonesia Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebahagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Namun keberadaan sumber daya lahan yang terbatas tidak mampu menghimbangi kebutuhan lahan yang sangat pesat baik dari sektor pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan (Djaenuddin, 1996). Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan) merupakan komoditas unggulan, khususnya di kecamatan Silimakuta. Keunggulan komoditas ini ditunjang oeh kondisi lingkungan (lahan dan iklim) yang menunjang, sebagian masyarakat sudah mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar (Saragih, 1997). Ilmu hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan hasil tanaman, termasuk teknik perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengelolaan pasca panen dari hasil tanaman tersebut. Ilmu hortikultura juga terkait Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknologi hasil pertanian

Citation preview

Page 1: Chapter II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Indonesia

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang

memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini

berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi

industri, mata pencaharian sebahagian besar penduduk, penghasil devisa negara

dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan

keamanan nasional. Namun keberadaan sumber daya lahan yang terbatas tidak

mampu menghimbangi kebutuhan lahan yang sangat pesat baik dari sektor

pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan

yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan

(Djaenuddin, 1996).

Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam

kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Hortikultura (sayur-sayuran,

buah-buahan, bunga-bungaan) merupakan komoditas unggulan, khususnya di

kecamatan Silimakuta. Keunggulan komoditas ini ditunjang oeh kondisi

lingkungan (lahan dan iklim) yang menunjang, sebagian masyarakat sudah

mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan

secara optimal serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar

(Saragih, 1997).

Ilmu hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan hasil

tanaman, termasuk teknik perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen dan

pengelolaan pasca panen dari hasil tanaman tersebut. Ilmu hortikultura juga terkait

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

erat dengan bidang-bidang ilmu lainnya, seperti fisiologi, biokimia, genetika,

entomologi, fitopalogi, ilmu tanah, klimatologi, dan ilmu-ilmu alamiah lainnya.

Budidaya tanaman hortkultura di Indonesia belum memberikan kontribusi

yang besar, dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Banyak faktor

yang menjadi kendala untuk pengembangan komoditas hortikultura. Selain

lemahnya modal usaha yang dimiliki dan rendahnya pengetahuan petani, kendala

lain yang dominan adalah harga produk hortikultura yang rendah dan sangat

berfluktuasi, prasarana transportasi yang kurang mendukung, dan belum

berkembangnya agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura

sebagai bahan baku (Lakitan, 1995).

Selain sebagai komoditas unggulan, hortikultura juga berperan sebagai

sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan penunjang kegiatan

agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan

hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi

dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, musim tanam

yang pendek memungkinkan perputaran modal semakin cepat dan dapat

meminimalkan ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto,1989).

Secara umum lahan yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah

yang bertimbulan datar atau sedikit landai. Lahan yang terlalu miring tidak cocok

karena biasanya bertanah miskin hara (kecuali yang tanahnya terbentuk dari

endapan abu volkan) dan memerlukan penterasan untuk pengendalian erosi.

Penterasan yang sampai menyingkapkan lapisan bawahan tanah dapat membuat

tanah bertambah miskin hara (kecuali apabila lapisan atasan tanah yang lebih kaya

hara berketebalan cukup sehingga pembuatan teras tidak sampai menyingkapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

lapisan bawah tanah). Tanah yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah

tanah aluvial asal jangan terlalu berpasir atau berbatu dan bebas banjir. Pemilihan

tapak penanaman yang baik sebetulnya lebih ditentukan oleh iklim berkenaan

dengan suhu, curah hujan (Terra, 1948).

Keberhasilan pengembangan hortikultura ditentukan oleh kecanggihan dan

kelengkapan komponen teknologi yang dirakit dalam sistem budidayanya. Hal ini

terutama benar apabila hortikultura akan diperankan sebagai ujung tombak

agroindustri dan agribisnis. Dengan mengembangkan hortikultura, penggunaan

lahan untuk pertanian dapat dihemat. Dengan demikian dampak negatif konversi

lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat berkurang kegawatannya.

Mengembangkan hortikultura rumah kaca menjadikan faktor iklim dan musim

tidak penting lagi. Persoalan hama dan penyakit juga dapat dikendalikan penuh.

Dengan medium tumbuh buatan (tanah buatan) pengembangan hortikultura tidak

lagi terbatasi oleh ketersediaan secara alami tanah-tanah yang sesuai. Hal ini akan

memudahkan penyusunan tataguna tanah dan mengurangi terjadinya perebutan

menempati lahan antar kepentingan yang bersaing. Sudah barang tentu tidak

seluruh budidaya hortikultura dapat dan boleh dilakukan sepenuhnya dengan

lingkungan dan medium tumbuh buatan. Tanaman yang dibudidayakan untuk

melayani kebutuhan masyarakat dalam jumlah banyak, seperti kentang, kacang

tanah, dan kedelai, atau tanamannya berukuran besar, seperti pohon buah, harus

diusahakan di lahan sungguhan. Budidaya rumah kaca dengan medium tumbuh

buatan membuat hasilnya menjadi mahal sehingga hanya akan terbeli oleh

golongan masyarakat berpenghasilan besar padahal rakyat umum juga

memerlukannya, seperti tomat, labu dan lombok. Maka bagian terbesar tanaman-

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

tanaman tersebut harus dibudidayakan di lahan sungguhan. Hortikultura yang

dapat dikerjakan sepenuhnya secara buatan ialah pembibitan dan pembenihan.

Barangkali cara tersebut lebih baik agar mutu bibit dan benihnya lebih

terjamin.Tanaman bunga dan hias boleh diproduksi dengan piranti buatan karena

konsumennya berada dalam golongan masyarakat atasan.

Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani

hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju daripada usaha tani

tanaman pangan. Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani hortikultura

berorientasi pasar sehingga harus menguntungkan serta diusahakan secara intensif

dengan modal yang memadai. Walaupun demikian, usaha tani hortikultura di

Indonesia masih memperlihatkan sifat tradisional. Hal ini ditunjukan dengan

aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan sumberdaya seadanya. Ciri umum

aktivitas tersebut antara lain; tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi

pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan terpencar lokasinya;

akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang terbatas;

kesulitan permodalan; serta lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi,1996).

Hasil tanaman hortikultura umumnya mudah rusak (perishable), sehingga

kehilangan hasil setelah panen akan sangat tinggi jika produk tersebut tidak segera

diolah menjadi bahan yang lebih tahan simpan. Kehilangan hasil pada tahap pasca

panen ini umumnya lebih besar di negara-negara berkembang dibandingkan di

negara maju. Besarnya porsi kehilangan hasil pasca panen di Indonesia

disebabkan antara lain karena:

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan

untuk mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi

lebih lama.

2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang

layak.

3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi

pertanian.

4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian, dan

5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau

tidak sepadan antara tenaga dan ongkos yang dikeluarkan dalam proses

pengolahan produk pertanian dengan nilai tambah ekonomi yang

didapatkan dari produk olahan tersebut.

(Lakitan, 1995).

Menyadari bahwa kehilangan hasil pada tahap pasca panen merupakan

masalah utama yang dihadapi untuk komoditas hortikultura di negara berkembang

(termasuk Indonesia), maka sewajarnyalah agroindustri mendapat perhatian

khusus dalam rencana pembangunan pertanian di Indonesia di masa yang akan

datang. Rupa agroindustri untuk negara berkembang tentu harus berbeda dengan

apa yang diterapkan di negara maju, karena landasan permasalahannya berbeda.

Di Indonesia, agroindustri yang ideal adalah yang secara langsung melibatkan

petani kecil sebagai pemasok bahan bakunya. Dengan demikian, maka dua tujuan

dapat dicapai dalam satu kegiatan, yakni mengurangi kehilangan hasil pada tahap

pasca panen dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, dimana ada dua

pendekatan yang dapat ditempuh yaitu, pertama, mengembangkan rupa

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

agroindustri yang secara maksimal memanfaatkan produk pertanian yang

dihasilkan petani kecil; kedua, mengembangkan agroindustri skala kacil yang

dikelola secara langsung oleh petani yang bersangkutan atau melalui kelompok

tani.

Teknologi Alat Mesin Pertanian

Dalam hakikatnya manusia itu selalu tergantung kepada lingkungannya,

akan tetapi dalam upaya manusia memenuhi kebutuhannya mereka tidak selalu

tergantung pada alam akan tetapi manusia dapat mempengaruhi, merubah,

menciptakan corak dan bentuk lingkungan, untuk mengolah lingkungan alam

sehingga tercipta benda-benda kebutuhan manusia secara fisik mempunyai

keterbatasan untuk itu diperlukan seperangkat peralatan dan cara penggunaannya

yang disebut teknologi (Rifai dkk, 1990).

Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan

produksi pangan dan mengembalikan swasembada pangan adalah penerapan

teknologi alat dan mesin pertanian. Penggunaan alat dan mesin pertanian dalam

usaha produksi antara lain:

1. Menumbuhkembangkan budaya pola tanam yang tepat untuk

mendukung pola tanam dan pola panen yang serentak pada suatu

hamparan tertentu sekaligus mendukung upaya terpadu.

2. Meningkatkan intensitas tanam dan panen dan sekaligus meningkatkan

produksi.

3. Mengurangi susut dan meningkatkan sumbangan nyata terhadap

produksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

(Mangunwidjaja, 2005).

Alat mesin pertanian ialah susunan dari alat-alat yang kompleks yang

saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai

tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan

masukan tenaga. Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan

yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat

mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya.

Macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu:

1. Alat mesin pembukaan lahan

2. Alat mesin untuk produksi pertanian

- Alat mesin pengolahan tanah

- Alat mesin penanam

- Alat mesin pemeliharaan tanaman

- Alat mesin pemanen

3. Alat mesin pengolahan hasil pertanian (pascapanen)

- Alat mesin pengering

- Alat mesin pembersih atau pemisah

- Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

(Soekirno,1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan

produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan dan menurunkan

ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan

untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, kualitas hasil, dan

mengurangi beban kerja petani. Pada perkembangan awalnya penerapan

teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami hambatan dalam hal

teknis, ekonomis, dan sosial. Penggunaan traktor sebagai salah satu teknologi

mekanis mulai berkembang pesat mulai tahun 70-an. Traktor 2-roda yang pada

tahun 1973 berjumlah 1.914 unit meningkat menjadi 53.867 unit pada tahun 1995,

sementara itu traktor 4-roda hanya sedikit mengalami peningkatan dari dari 1.600

unit menjadi 6.124 unit (Lisyanto, 2002).

Mekanisasi pertanian dengan menggunakan semua perlengkapan, baik

yang dikerjakan oleh tenaga manusia, hewan, maupun tenaga mesin, secara tepat

guna tentunya sangat diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas tenaga

kerja manusia, dan memungkinkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mungkin atau

tidak mudah dilakukan manusia dapat diselesaikan dengan mudah, dan yang

dimaksud dengan alat dan mesin pertanian sendiri sebetulnya oleh komisi

pengujian alat dan mesin pertanian didefinisikan sebagai semua alat yang

digunakan untuk memproduksi, mengangkut, memilih, menyimpan, dan

melindungi hasil-hasil pertanian dan mempertahankan prinsip-prinsip

kelestariannya (Sosroatmodjo, 1980).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Data dan Sistem

Banyak terdapat pengertian data yang dirangkum dari berbagai sumber.

Bagian ini akan mengutip tiga pengertian data dari sudut pandang yang berbeda-

beda.

1. Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data diterjemahkan

sebagai istilah yang berasal dari kata “datum” yang berarti fakta atau

bahan-bahan keterangan.

2. Dari sudut pandang bisnis, terdapat pengertian data bisnis sebagai berikut:

“business data is an organization’s description of things (resources) and

events(transactions) that is faces”.

Jadi data, dalam hal ini disebut sebagai data bisnis, merupakan deskripsi

organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transaction) yang

terjadi.

3. Pengertian yang lain mengatakan bahwa “data is the description of things

and events that we face”, data merupakan deskripsi dari sesuatu dan

kejadian yang kita hadapi.

4. Gordon B Davis dalam bukunya management informations system :

conseptual foundations, structure, and development menyebut data

sebagai bahan mentah dari informasi, yang dirumuskan sebagai kelompok

lambang-lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah atau tindakan atau

hal-hal lain.

Dari keempat pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa data

adalah bahan baku informasi, didefenisikan sebagai kelompok teratur simbol-

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk

dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan

/. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis

data. (Wahyono, 2004).

Dari segi etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani

yaitu “systema”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan “system”, yang

mempunyai arti yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling

berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak

terpisahkan.

Menurut filsuf Stoa, sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan

bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri

dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila

salah satu unsur tersebut tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut

tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem (Vaza, 2007).

Selain klasifikasi sistem sebagai entitas dan sebagai metode, terdapat pula

klasifikasi sistem sebagai berikut :

1. Sistem abstrak dan sistem fisik

Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi

yang saling bergantung. Sebagai contoh; sistem Teologi tentang

ketuhanan. Sebuah sistem fisik adalah sistem yang teraga, mewujud, dapat

diihat, misalnya sistem transportasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

2. Sistem tertutup dan sistem terbuka

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi atau

energi dengan lingkungannya, dikenal sebagai yang mandiri (sef

contained). Contoh; reaksi di dalam sebuah tabung berisoasi dan tertutup.

Sistem terbuka adalah sistem yang mewadahi pertukaran informasi, materi

atau energi dengan lingkungannya. Contoh; sistem biologis seperti

manusia.

3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik

Sebuah sistem probabilistik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan

secara tepat. Sistem probabilistik adalah sistem yang tidak dapat dipastikan

secara ekstrak keluaran yang dihasilkan.

(Budihardjo, 1995).

Pemodelan sistem

Pemodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling” untuk

menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka

pemodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model.

Sebagai landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang

model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai

pada tahapan pemodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi

model-model secara terperinci (Eriyanto, 2003).

Model umum dari suatu sistem terdiri dari masukan, proses pengolahan,

dan keluaran. Dalam suatu model sistem yang sederhana, masukan maupun

keluarannya tunggal. Sedangkan dalam model sistem yang kompleks, masukan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

dan keluarannya jamak. Pada pengembangan model sistem, dkenal adanya tiga

tahap : abstraksi, deduksi dan realisasi. Pada tahap abstraksi, hubungan-hubungan

yang penting dipilih, diikuti dengan analisis model yang berakhir pada

kesimpulan. Tahap pembuatan kesimpulan ini disebut tahap deduksi. Sedangkan

tahap realisasi merupakan tahap penerjemahan ke dalam pernyataan dapat

diperiksa kebenarannya mengenai sistem sesungguhnya. Tahap relisasi itu sendiri

terdiri atas dua bagian yaitu validasi dan implementasi. Validasi dimaksud untuk

melakukan pemeriksaan apakah model itu memiliki validitas, agar kesimpulan

yang diambil dapat diimplementasikan. Kalau hasil validasi tidak memenuhi

kriteria pemeriksaan, daur pengembangan model dilakukan lagi dengan

memanfaatkan informasi dari daur pertama (Budihardjo, 1995).

Proses pada suatu sistem merupakan aktivitas yang mentransformasi input

menjadi output. Dengan demikian dapat berupa sebuah mesin, sebuah komputer,

sebuah bahan kimia ataupun peralatan.

Output, seperti halnya input, dapat berupa produk-produk, jasa-jasa,

informasi seperti misanya sebuah printout komputer, atau energi seperti misalnya

output sebuah perusahaan hidroelektronik. Output merupakan hasil-hasil

pengoperasian dari proses-proses, atau dengan perkataan lain tujuan adanya

sistem yang bersangkutan.

Setiap sistem memiliki hal yang bersifat internal baginya, dan pula bersifat

eksternal baginya. Apa yang bersifat eksternal bagi sistem tersebut hanya

berkaitan dengan lingkungannya, dan bukan dengan sistem itu sendiri.

Lingkungan sebuah sistem bukan saja mencakup apa saja yang berada di luar

kendali lengkap sistem tersebut. Tetapi pada saat yang sama, ia juga

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

mendeterminasi dengan cara tertentu performa sistem tersebut. Mengingat bahwa

lingkungan berada di luar sistem yang ada, maka berarti bahwa sistem tersebut

tidak dapat mengendalikan secara langsung perilaku lingkungan tersebut.

Pendekatan sistem

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara sistematik dan

menyeluruh untuk memecahkan masalah yang melibatkan suatu sistem. Ini adalah

suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan

permasalahan yang kompleks.

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian

persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya

sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari

sistem dianggap efektif. Metode penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan

melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap

tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi

dan operasi sistem tersebut (Eriyanto, 1999).

Metodologi sistem

Metodologi sistem mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu gugus

alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah

diidentifikasi dan diseleksi. Tahap ini dimulai dengan sesuatu yang primitif, yaitu

mengerti akan adanya kebutuhan sistem yang harus dicukupi. Suatu analisa yang

dilakukan secara hati-hati terhadap kebutuhan dilanjutkan dengan menentukan

hal-hal yang harus dikerjakan, dalam bentuk suatu operasi yang dapat bermanfaat.

Pada dasarnya yang dinyatakan sebagai analisa kebutuhan adalah segala keinginan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

sumber-sumber terseleksi yang dapat digunakan. Pada tahap ini tersusun suatu

pernyataan masalah yang harus diselesaikan oleh sistem yang telah dirancang

dan/atau dikelola. Hasi dari tahap evaluasi adalah set alternatif dari kebutuhan

yang telah diidentifikasi.

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis meliputi :

1. analisa kebutuhan, 2. identifikasi sistem, 3. formulasi masalah, 4. pembentukan

alternatif sistem, 5. determinasi dari realisasi fisik, sosial, ekonomi dan politik, 6.

penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial). Langkah pertama sampai

keenam umumnya dilakukan dalam suatu kesatuan kerja yang dikenal sebagai

Analisa Sistem. Analisa Sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan

sasaran utama untuk mengembangkan maupun memodifikasi sistem tersebut.

Dengan kata lain, sistem analisa melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam

urutan untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.

Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan yang ada, baru

kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang

dideskripsikan. Analisa kebutuhan sangat sukar dikerjakan terutama dalam

menentukan dari sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang ada, mana kebutuhan yang

dapat dipenuhi.

Universitas Sumatera Utara