Upload
corry-permata-sari
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknologi hasil pertanian
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian Indonesia
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang
memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini
berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi
industri, mata pencaharian sebahagian besar penduduk, penghasil devisa negara
dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan
keamanan nasional. Namun keberadaan sumber daya lahan yang terbatas tidak
mampu menghimbangi kebutuhan lahan yang sangat pesat baik dari sektor
pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan
yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan
(Djaenuddin, 1996).
Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam
kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Hortikultura (sayur-sayuran,
buah-buahan, bunga-bungaan) merupakan komoditas unggulan, khususnya di
kecamatan Silimakuta. Keunggulan komoditas ini ditunjang oeh kondisi
lingkungan (lahan dan iklim) yang menunjang, sebagian masyarakat sudah
mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan
secara optimal serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar
(Saragih, 1997).
Ilmu hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan hasil
tanaman, termasuk teknik perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen dan
pengelolaan pasca panen dari hasil tanaman tersebut. Ilmu hortikultura juga terkait
Universitas Sumatera Utara
erat dengan bidang-bidang ilmu lainnya, seperti fisiologi, biokimia, genetika,
entomologi, fitopalogi, ilmu tanah, klimatologi, dan ilmu-ilmu alamiah lainnya.
Budidaya tanaman hortkultura di Indonesia belum memberikan kontribusi
yang besar, dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Banyak faktor
yang menjadi kendala untuk pengembangan komoditas hortikultura. Selain
lemahnya modal usaha yang dimiliki dan rendahnya pengetahuan petani, kendala
lain yang dominan adalah harga produk hortikultura yang rendah dan sangat
berfluktuasi, prasarana transportasi yang kurang mendukung, dan belum
berkembangnya agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura
sebagai bahan baku (Lakitan, 1995).
Selain sebagai komoditas unggulan, hortikultura juga berperan sebagai
sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan penunjang kegiatan
agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan
hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi
dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, musim tanam
yang pendek memungkinkan perputaran modal semakin cepat dan dapat
meminimalkan ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto,1989).
Secara umum lahan yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah
yang bertimbulan datar atau sedikit landai. Lahan yang terlalu miring tidak cocok
karena biasanya bertanah miskin hara (kecuali yang tanahnya terbentuk dari
endapan abu volkan) dan memerlukan penterasan untuk pengendalian erosi.
Penterasan yang sampai menyingkapkan lapisan bawahan tanah dapat membuat
tanah bertambah miskin hara (kecuali apabila lapisan atasan tanah yang lebih kaya
hara berketebalan cukup sehingga pembuatan teras tidak sampai menyingkapkan
Universitas Sumatera Utara
lapisan bawah tanah). Tanah yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah
tanah aluvial asal jangan terlalu berpasir atau berbatu dan bebas banjir. Pemilihan
tapak penanaman yang baik sebetulnya lebih ditentukan oleh iklim berkenaan
dengan suhu, curah hujan (Terra, 1948).
Keberhasilan pengembangan hortikultura ditentukan oleh kecanggihan dan
kelengkapan komponen teknologi yang dirakit dalam sistem budidayanya. Hal ini
terutama benar apabila hortikultura akan diperankan sebagai ujung tombak
agroindustri dan agribisnis. Dengan mengembangkan hortikultura, penggunaan
lahan untuk pertanian dapat dihemat. Dengan demikian dampak negatif konversi
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat berkurang kegawatannya.
Mengembangkan hortikultura rumah kaca menjadikan faktor iklim dan musim
tidak penting lagi. Persoalan hama dan penyakit juga dapat dikendalikan penuh.
Dengan medium tumbuh buatan (tanah buatan) pengembangan hortikultura tidak
lagi terbatasi oleh ketersediaan secara alami tanah-tanah yang sesuai. Hal ini akan
memudahkan penyusunan tataguna tanah dan mengurangi terjadinya perebutan
menempati lahan antar kepentingan yang bersaing. Sudah barang tentu tidak
seluruh budidaya hortikultura dapat dan boleh dilakukan sepenuhnya dengan
lingkungan dan medium tumbuh buatan. Tanaman yang dibudidayakan untuk
melayani kebutuhan masyarakat dalam jumlah banyak, seperti kentang, kacang
tanah, dan kedelai, atau tanamannya berukuran besar, seperti pohon buah, harus
diusahakan di lahan sungguhan. Budidaya rumah kaca dengan medium tumbuh
buatan membuat hasilnya menjadi mahal sehingga hanya akan terbeli oleh
golongan masyarakat berpenghasilan besar padahal rakyat umum juga
memerlukannya, seperti tomat, labu dan lombok. Maka bagian terbesar tanaman-
Universitas Sumatera Utara
tanaman tersebut harus dibudidayakan di lahan sungguhan. Hortikultura yang
dapat dikerjakan sepenuhnya secara buatan ialah pembibitan dan pembenihan.
Barangkali cara tersebut lebih baik agar mutu bibit dan benihnya lebih
terjamin.Tanaman bunga dan hias boleh diproduksi dengan piranti buatan karena
konsumennya berada dalam golongan masyarakat atasan.
Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani
hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju daripada usaha tani
tanaman pangan. Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani hortikultura
berorientasi pasar sehingga harus menguntungkan serta diusahakan secara intensif
dengan modal yang memadai. Walaupun demikian, usaha tani hortikultura di
Indonesia masih memperlihatkan sifat tradisional. Hal ini ditunjukan dengan
aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan sumberdaya seadanya. Ciri umum
aktivitas tersebut antara lain; tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi
pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan terpencar lokasinya;
akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang terbatas;
kesulitan permodalan; serta lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi,1996).
Hasil tanaman hortikultura umumnya mudah rusak (perishable), sehingga
kehilangan hasil setelah panen akan sangat tinggi jika produk tersebut tidak segera
diolah menjadi bahan yang lebih tahan simpan. Kehilangan hasil pada tahap pasca
panen ini umumnya lebih besar di negara-negara berkembang dibandingkan di
negara maju. Besarnya porsi kehilangan hasil pasca panen di Indonesia
disebabkan antara lain karena:
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi
lebih lama.
2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang
layak.
3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi
pertanian.
4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian, dan
5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau
tidak sepadan antara tenaga dan ongkos yang dikeluarkan dalam proses
pengolahan produk pertanian dengan nilai tambah ekonomi yang
didapatkan dari produk olahan tersebut.
(Lakitan, 1995).
Menyadari bahwa kehilangan hasil pada tahap pasca panen merupakan
masalah utama yang dihadapi untuk komoditas hortikultura di negara berkembang
(termasuk Indonesia), maka sewajarnyalah agroindustri mendapat perhatian
khusus dalam rencana pembangunan pertanian di Indonesia di masa yang akan
datang. Rupa agroindustri untuk negara berkembang tentu harus berbeda dengan
apa yang diterapkan di negara maju, karena landasan permasalahannya berbeda.
Di Indonesia, agroindustri yang ideal adalah yang secara langsung melibatkan
petani kecil sebagai pemasok bahan bakunya. Dengan demikian, maka dua tujuan
dapat dicapai dalam satu kegiatan, yakni mengurangi kehilangan hasil pada tahap
pasca panen dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, dimana ada dua
pendekatan yang dapat ditempuh yaitu, pertama, mengembangkan rupa
Universitas Sumatera Utara
agroindustri yang secara maksimal memanfaatkan produk pertanian yang
dihasilkan petani kecil; kedua, mengembangkan agroindustri skala kacil yang
dikelola secara langsung oleh petani yang bersangkutan atau melalui kelompok
tani.
Teknologi Alat Mesin Pertanian
Dalam hakikatnya manusia itu selalu tergantung kepada lingkungannya,
akan tetapi dalam upaya manusia memenuhi kebutuhannya mereka tidak selalu
tergantung pada alam akan tetapi manusia dapat mempengaruhi, merubah,
menciptakan corak dan bentuk lingkungan, untuk mengolah lingkungan alam
sehingga tercipta benda-benda kebutuhan manusia secara fisik mempunyai
keterbatasan untuk itu diperlukan seperangkat peralatan dan cara penggunaannya
yang disebut teknologi (Rifai dkk, 1990).
Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan
produksi pangan dan mengembalikan swasembada pangan adalah penerapan
teknologi alat dan mesin pertanian. Penggunaan alat dan mesin pertanian dalam
usaha produksi antara lain:
1. Menumbuhkembangkan budaya pola tanam yang tepat untuk
mendukung pola tanam dan pola panen yang serentak pada suatu
hamparan tertentu sekaligus mendukung upaya terpadu.
2. Meningkatkan intensitas tanam dan panen dan sekaligus meningkatkan
produksi.
3. Mengurangi susut dan meningkatkan sumbangan nyata terhadap
produksi.
Universitas Sumatera Utara
(Mangunwidjaja, 2005).
Alat mesin pertanian ialah susunan dari alat-alat yang kompleks yang
saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai
tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan
masukan tenaga. Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan
yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat
mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya.
Macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. Alat mesin pembukaan lahan
2. Alat mesin untuk produksi pertanian
- Alat mesin pengolahan tanah
- Alat mesin penanam
- Alat mesin pemeliharaan tanaman
- Alat mesin pemanen
3. Alat mesin pengolahan hasil pertanian (pascapanen)
- Alat mesin pengering
- Alat mesin pembersih atau pemisah
- Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi
(Soekirno,1999).
Universitas Sumatera Utara
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pada perkembangan awalnya penerapan
teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami hambatan dalam hal
teknis, ekonomis, dan sosial. Penggunaan traktor sebagai salah satu teknologi
mekanis mulai berkembang pesat mulai tahun 70-an. Traktor 2-roda yang pada
tahun 1973 berjumlah 1.914 unit meningkat menjadi 53.867 unit pada tahun 1995,
sementara itu traktor 4-roda hanya sedikit mengalami peningkatan dari dari 1.600
unit menjadi 6.124 unit (Lisyanto, 2002).
Mekanisasi pertanian dengan menggunakan semua perlengkapan, baik
yang dikerjakan oleh tenaga manusia, hewan, maupun tenaga mesin, secara tepat
guna tentunya sangat diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas tenaga
kerja manusia, dan memungkinkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mungkin atau
tidak mudah dilakukan manusia dapat diselesaikan dengan mudah, dan yang
dimaksud dengan alat dan mesin pertanian sendiri sebetulnya oleh komisi
pengujian alat dan mesin pertanian didefinisikan sebagai semua alat yang
digunakan untuk memproduksi, mengangkut, memilih, menyimpan, dan
melindungi hasil-hasil pertanian dan mempertahankan prinsip-prinsip
kelestariannya (Sosroatmodjo, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Data dan Sistem
Banyak terdapat pengertian data yang dirangkum dari berbagai sumber.
Bagian ini akan mengutip tiga pengertian data dari sudut pandang yang berbeda-
beda.
1. Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data diterjemahkan
sebagai istilah yang berasal dari kata “datum” yang berarti fakta atau
bahan-bahan keterangan.
2. Dari sudut pandang bisnis, terdapat pengertian data bisnis sebagai berikut:
“business data is an organization’s description of things (resources) and
events(transactions) that is faces”.
Jadi data, dalam hal ini disebut sebagai data bisnis, merupakan deskripsi
organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transaction) yang
terjadi.
3. Pengertian yang lain mengatakan bahwa “data is the description of things
and events that we face”, data merupakan deskripsi dari sesuatu dan
kejadian yang kita hadapi.
4. Gordon B Davis dalam bukunya management informations system :
conseptual foundations, structure, and development menyebut data
sebagai bahan mentah dari informasi, yang dirumuskan sebagai kelompok
lambang-lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah atau tindakan atau
hal-hal lain.
Dari keempat pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa data
adalah bahan baku informasi, didefenisikan sebagai kelompok teratur simbol-
Universitas Sumatera Utara
simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk
dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan
/. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis
data. (Wahyono, 2004).
Dari segi etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani
yaitu “systema”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan “system”, yang
mempunyai arti yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak
terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan
bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri
dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila
salah satu unsur tersebut tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut
tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem (Vaza, 2007).
Selain klasifikasi sistem sebagai entitas dan sebagai metode, terdapat pula
klasifikasi sistem sebagai berikut :
1. Sistem abstrak dan sistem fisik
Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi
yang saling bergantung. Sebagai contoh; sistem Teologi tentang
ketuhanan. Sebuah sistem fisik adalah sistem yang teraga, mewujud, dapat
diihat, misalnya sistem transportasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem tertutup dan sistem terbuka
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi atau
energi dengan lingkungannya, dikenal sebagai yang mandiri (sef
contained). Contoh; reaksi di dalam sebuah tabung berisoasi dan tertutup.
Sistem terbuka adalah sistem yang mewadahi pertukaran informasi, materi
atau energi dengan lingkungannya. Contoh; sistem biologis seperti
manusia.
3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik
Sebuah sistem probabilistik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan
secara tepat. Sistem probabilistik adalah sistem yang tidak dapat dipastikan
secara ekstrak keluaran yang dihasilkan.
(Budihardjo, 1995).
Pemodelan sistem
Pemodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling” untuk
menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka
pemodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model.
Sebagai landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang
model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai
pada tahapan pemodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi
model-model secara terperinci (Eriyanto, 2003).
Model umum dari suatu sistem terdiri dari masukan, proses pengolahan,
dan keluaran. Dalam suatu model sistem yang sederhana, masukan maupun
keluarannya tunggal. Sedangkan dalam model sistem yang kompleks, masukan
Universitas Sumatera Utara
dan keluarannya jamak. Pada pengembangan model sistem, dkenal adanya tiga
tahap : abstraksi, deduksi dan realisasi. Pada tahap abstraksi, hubungan-hubungan
yang penting dipilih, diikuti dengan analisis model yang berakhir pada
kesimpulan. Tahap pembuatan kesimpulan ini disebut tahap deduksi. Sedangkan
tahap realisasi merupakan tahap penerjemahan ke dalam pernyataan dapat
diperiksa kebenarannya mengenai sistem sesungguhnya. Tahap relisasi itu sendiri
terdiri atas dua bagian yaitu validasi dan implementasi. Validasi dimaksud untuk
melakukan pemeriksaan apakah model itu memiliki validitas, agar kesimpulan
yang diambil dapat diimplementasikan. Kalau hasil validasi tidak memenuhi
kriteria pemeriksaan, daur pengembangan model dilakukan lagi dengan
memanfaatkan informasi dari daur pertama (Budihardjo, 1995).
Proses pada suatu sistem merupakan aktivitas yang mentransformasi input
menjadi output. Dengan demikian dapat berupa sebuah mesin, sebuah komputer,
sebuah bahan kimia ataupun peralatan.
Output, seperti halnya input, dapat berupa produk-produk, jasa-jasa,
informasi seperti misanya sebuah printout komputer, atau energi seperti misalnya
output sebuah perusahaan hidroelektronik. Output merupakan hasil-hasil
pengoperasian dari proses-proses, atau dengan perkataan lain tujuan adanya
sistem yang bersangkutan.
Setiap sistem memiliki hal yang bersifat internal baginya, dan pula bersifat
eksternal baginya. Apa yang bersifat eksternal bagi sistem tersebut hanya
berkaitan dengan lingkungannya, dan bukan dengan sistem itu sendiri.
Lingkungan sebuah sistem bukan saja mencakup apa saja yang berada di luar
kendali lengkap sistem tersebut. Tetapi pada saat yang sama, ia juga
Universitas Sumatera Utara
mendeterminasi dengan cara tertentu performa sistem tersebut. Mengingat bahwa
lingkungan berada di luar sistem yang ada, maka berarti bahwa sistem tersebut
tidak dapat mengendalikan secara langsung perilaku lingkungan tersebut.
Pendekatan sistem
Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara sistematik dan
menyeluruh untuk memecahkan masalah yang melibatkan suatu sistem. Ini adalah
suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang kompleks.
Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian
persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya
sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari
sistem dianggap efektif. Metode penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan
melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap
tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi
dan operasi sistem tersebut (Eriyanto, 1999).
Metodologi sistem
Metodologi sistem mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu gugus
alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah
diidentifikasi dan diseleksi. Tahap ini dimulai dengan sesuatu yang primitif, yaitu
mengerti akan adanya kebutuhan sistem yang harus dicukupi. Suatu analisa yang
dilakukan secara hati-hati terhadap kebutuhan dilanjutkan dengan menentukan
hal-hal yang harus dikerjakan, dalam bentuk suatu operasi yang dapat bermanfaat.
Pada dasarnya yang dinyatakan sebagai analisa kebutuhan adalah segala keinginan
Universitas Sumatera Utara
sumber-sumber terseleksi yang dapat digunakan. Pada tahap ini tersusun suatu
pernyataan masalah yang harus diselesaikan oleh sistem yang telah dirancang
dan/atau dikelola. Hasi dari tahap evaluasi adalah set alternatif dari kebutuhan
yang telah diidentifikasi.
Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis meliputi :
1. analisa kebutuhan, 2. identifikasi sistem, 3. formulasi masalah, 4. pembentukan
alternatif sistem, 5. determinasi dari realisasi fisik, sosial, ekonomi dan politik, 6.
penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial). Langkah pertama sampai
keenam umumnya dilakukan dalam suatu kesatuan kerja yang dikenal sebagai
Analisa Sistem. Analisa Sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan
sasaran utama untuk mengembangkan maupun memodifikasi sistem tersebut.
Dengan kata lain, sistem analisa melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam
urutan untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.
Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.
Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan yang ada, baru
kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
dideskripsikan. Analisa kebutuhan sangat sukar dikerjakan terutama dalam
menentukan dari sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang ada, mana kebutuhan yang
dapat dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara