Upload
firdaus-septiawan
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengolahan limbah emas
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertambangan Bijih Emas
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi
mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah pertambangan
emas. Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah kegiatan pertambangan yang
tidak mempunyai izin atau ilegal. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara
tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tepi sungai dengan cara
mendulang. Namun hal ini sudah dilakukan dengan mesin jet dan para penambang
liar juga menggunakan bahan kimia (Zidny, 2013).
Limbah cair pengolahan bijih emas dan pencucian batubara umumnya
mengandung berbagai jenis logam berat antara lain Besi (Fe), Tembaga (Cu),
Timbal (Pb) dan Seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan
pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya (Prasetyo, 2013).
2.2 Sungai
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk
irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai
(Novia, 2012).
Universitas Sumatera Utara
A. Pengertian Pencemaran sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia (Novia, 2012).
B. Penyebab Pencemaran Air Sungai
1. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah
tangga.
2. Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh
para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar
penyakit lain secara berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air.
3. Pembuangan sampah organik maupun yang anorganik yang dibuang ke
sungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan
menimbulkan banjir (Novia, 2012).
C. Dampak dari pencemaran air sungai
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dsb (Novia,
2012).
D. Cara mengatasi/upaya pelestarian daerah aliran sungai
1. Melestarikan hutan di hulu sungai
2. Tidak buang air di sungai
3. Tidak membuang sampah di sungai
Universitas Sumatera Utara
4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri (Novia, 2013).
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan
kimia organik dan anorganik (Kristanto, 2004).
2.4 Klasifikasi limbah
2.4.1 Berdasarkan karakteristiknya
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari
lingkungan (Suharto, 2011).
b. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang,
seperti uap air, debu, asap, fume dan kabut (Kristanto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
c. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,
dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-
ulang (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang
tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2004).
2.4.2 Berdasarkan sumber pencemar
Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Sumber domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi, WC,
dapur, tempat cuci pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota,
pasar, jalan, terminal dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik
Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya berasal dari pabrik,
pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya
(Kristanto, 2004).
2.4.3 Berdasarkan sifat kimianya
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau tergradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang
termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya
Universitas Sumatera Utara
populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula
kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini
masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di
dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain (Arya, 2004).
2.5 Karakteristik limbah
Adapun karakteristik limbah adalah sebagai berikut:
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada
yang kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor
yang kuat, mudah membusuk dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh
yang berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap
lingkungan (Kristanto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
Mutu limbah cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar
dan bahan pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih
diperbolehkan dibuang ke lingkungan (Suharto, 2011).
2.7 Klasifikasi limbah cair
Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair :
1. Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti
sayur-mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng.
2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi
dalam limbah cair.
3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD
rendah ( Suharto, 2011).
2.8 Baku mutu limbah cair
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau
bahan pencemar yang dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber
air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air (Kristanto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.9 Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair
1. Sumber pencemar fisik
Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan
tersuspensi.
2. Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik
Pencemar senyawa kimia organik misal karbohidrat, lemak, protein,
minyak, pelumas, BOD, COD, TOC, TOD, alkalinitas.
Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P, Klorida,
Sulfur, Hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.
3. Sumber Pencemar Mikrobiologi
Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu typhus-
cholera-dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, Salmonella typhi, cacing
parasit, bakteri, algae, protozoa, virus, dan coliform (Suharto, 2011).
2.10 Indikator Pencemaran
Terjadinya sumber pencemar terhadap lingkungan ditunjukkan oleh
beberapa indikator. Indikator pencemar yang banyak dijumpai di lingkungan
adalah bau busuk karena terjadinya pemecahan protein dan senyawa organik
lainnya (Suharto, 2011).
Selain bau tak sedap, adanya warna, lemak, pertumbuhan tanaman juga
merupakan indikator pencemaran air. Indikator kuantitatif ialah dengan mengukur
nilai BOD yaitu untuk memecah senyawa organik dalam limbah cair, mengukur
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi oksigen terlarut, padatan tersuspensi, dan logam berbahaya dan
beracun seperti Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) (Suharto, 2011).
2.11 Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,
dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan
Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada
Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau
berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004).
2.11.1 Sifat-sifat Timbal (Pb)
Logam Timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:
1) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3) Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5°C (Palar, 2004).
2.11.2 Penggunaan Timbal (Pb)
Timbal dan persenyawaan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam
industri baterai digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus elektron,
untuk kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat, pengkilapan
keramik dan bahan anti api, pembangkit listrik tenaga panas, aditive untuk bahan
bakar kendaraan bermotor (Palar, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.11.3 Efek Toksik Timbal (Pb)
Efek toksik Timbal terutama berpengaruh pada saluran pencernaaan, darah,
dan sistem persarafan. Pada saluran percernaan, biasanya terjadi kolik Timbal
akibat efek langsung Timbal terhadap lapisan otot polos saluran pencernaan. Hal
ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah
epigastrium dan periumbilikalis, serta sering disertai mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi atau kadang-kadang diare (Harrianto, 2010).
Timbal, bersama aliran darah dapat melalui plasenta sehingga aborsi
spontan dapat terjadi pada wanita hamil yang terpajan Timbal pada masa
kehamilan. Sedangkan pada laki-laki, Timbal juga dapat mengurangi kesuburan
karena Timbal diduga turut mempengaruhi proses spermatogenesis. Manifestasi
klinis Timbal lainnya adalah kegagalan fungsi hati, dan gagal ginjal (Harrianto,
2010).
Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk, gangguan tidur, rasa
nyeri kepala, gangguan mental, ataksia, sampai kelumpuhan saraf otak, kebutaan,
serangan pingsan atau koma merupakan manifestasi intoksikasi Timbal pada
sususan saraf pusat. Serangan ini disebut ensefalopati Timbal, yang biasanya
merupakan tanda prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi kerusakan
otak yang serius (Harrianto, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.12 Metode Kompleksometri, Gravimetri dan Spektrofotometri Visibel
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu pemeriksaan jumlah zat
kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada
satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,
ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan
karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai
sifat yang berbeda-beda. Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah titrasi kompleksometri (Rivai, 1995).
Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi zat-zat pengompleks organik
tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang mantap.
Zat pengompleks yang paling sering digunakan adalah asam etilendiaminatetra-
asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
beberapa ion logam (Rivai, 1995).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,
1995).
Spektrofotometer Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
kompleks di dalam larutan. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-
Universitas Sumatera Utara
400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm
(Dachriyanus, 2004).
2.13 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Metode spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip
absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).
Alat SSA dipakai untuk penentuan ion-ion logam yang terlarut. Dengan
membakar larutan yang mengandung ion logam tersebut (api dari udara
bertekanan dan asetilen), ion tersebut memberi warna tertentu pada api
pembakaran. Absorbansi oleh api terhadap sinar yang bersifat warna yang
komplementer, seimbang dengan kadar ion; sinar tersebut berasal dari lampu
khusus pada alat. Pada sejenis instrumen yang mirip (Flame Emission
Spectrofotometer) intensitas salah satu warna dari api tersebut diukur; intensitas
tersebut seimbang dengan konsentrasi ion yang terlarut (Alaerts, 1987).
Penetapan logam-logam dengan alat AAS tidak banyak memerlukan
perlakuan pendahuluan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur lain yang ada di
dalam contoh relatif tidak mengganggu terhadap penetapan unsur-unsur yang
sedang dianalisa. Pemilihan panjang gelombang yang tepat, pengaturan nyala
yang optimum, serta penggunaan lampu-lampu dari unsur-unsur tertentu telah
menyebabkan selektivitas unsur-unsur dalam metoda AAS ini cukup baik.
Perlakuan pendahuluan yang dilakukan terhadap contoh-contoh sebelum analisa
terutama dimaksudkan untuk memperoleh konsentrasi dari logam-logam tertentu
Universitas Sumatera Utara
misalnya: logam yang terlarut, logam yang tersuspensi dan logam total (Direktorat
Penyelidikan Masalah, 1981).
Instrumentasi SSA
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berongga (hollow cathode
lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda
dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam
atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia
(neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih
disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila
antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka
katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda
yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan
energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-
gas mulia yang diisikan tadi (Rohman, 2007).
2. Tempat sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
asas. Ada berbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu
sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa
nyala (flameless) (Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada
spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari
tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).
Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang
digunakan, misalkan untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800°C;
gas alam-udara: 1700°C; asetilen-udara; 2200°C; dan gas asetilen-dinitrogen
oksida (N2O) sebesar 3000°C (Rohman, 2007).
Metoda nyala udara-asetilen dapat dipergunakan untuk pemeriksaan
sebanyak 30 unsur, termasuk unsur-unsur yang dapat diperiksa dengan metode
nyala udara propan seperti Na, K, dan Li. Akan tetapi metode tersebut lebih baik
dipergunakan untuk pemeriksaan unsur-unsur: Kadmium, Kalsium, Kromium,
Kobalt, Tembaga, Besi, Timbal, Magnesium, Mangan, Nikel, Perak, dan Seng
(Direktorat Penyelidikan Masalah, 1981).
b. Tanpa nyala (Flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala yang terlalu besar,
dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu teknik
atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan
dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann
(Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3. Monokromator
Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih
panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik,
dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan
radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).
4. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier
tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: yang
memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan yang
hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan
absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).
Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam
bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian
rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting
untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer
(Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu:
− Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
− Sampel dilarutkan dalam suatu asam
− Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan basa kemudian
hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis
dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih,
stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kuantifikasi
hasil analisis dengan metode SSA yang dilakukan adalah dengan menggunakan
kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode
analisis yang absolut (Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara