18
TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikel- partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah (transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan (deposition) (Foster and Meyer, 1973). Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu : 1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan), 2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah), 3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng), 4. Vegetasi penutup tanah, dan 5. Tingkat pengelolaan tanah (Arsyad, 2006). Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat yang makin ditingkatkan oleh air (Arief, 2001). Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chapter

Citation preview

Page 1: Chapter II

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam

terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan

kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikel-

partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah

(transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan

(deposition) (Foster and Meyer, 1973).

Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya

erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu :

1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan),

2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah),

3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng),

4. Vegetasi penutup tanah, dan

5. Tingkat pengelolaan tanah

(Arsyad, 2006).

Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi

secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia

akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama

hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara

otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan

mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor

dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat

yang makin ditingkatkan oleh air (Arief, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

Berdasarkan atas terlibat tidaknya peranan manusia sebagai faktor

penyebabnya, erosi dapat dibedakan atas :(1) Erosi alamiah (natural erosion,

normal erosion), dan erosi dipercepat (accelerted erosion). Erosi alamiah

dianggap tidak membawa kerugian, karena jumlah tanah yang hilang karena erosi

seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi dipercepat adalah erosi yang

diakibatkan oleh perbuatan manusia, yang merusak keseimbangan antara proses

pembentukan dan pengikisan tanah ( Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008).

Produktivitas tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menghasilkan

produksi pertanian yang optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburannya.

Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Untuk mencapai

tingkat produksi yang diharapkan, maka macam dan jumlah unsur hara yang

tersedia di dalam tanah pada dasarnya harus berada dalam keadaan yang cukup

dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman (Mario dan Syamsiar, 2005).

Komponen air mempunyai efek yang lebih besar pada pergerakan tanah.

komponen itu dapat menyebabkan pergerakan yang secara langsung seperti ketika

air mengalir di suatu permukaan atau menurun pada lahan yang miring. Dimana

tenaga pengangkutan tanahnya akan berbeda menurut kedalaman air mengalir,

apakah alirannya bergolak atau tidak, dan dengan kecepatan air yang bergerak

(Hallsworth, 1987).

Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat

tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar

daripada daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menyumbat pori-pori

tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah akan menurun dan mengakibatkan air

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan. Limpasan permukaan

mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut pertikel-partikel tanah yang

telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak

mampu lagi mengangkut bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada

tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan

penghancuran agregat-agregat, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan

(Utomo, 1989).

Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, panjang dan

kemiringan lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia.

Dinyatakan dalam persamaan berikut :

E = f (i . t . r . v . m)

Di mana :

E = Erosi

i = iklim

t = tanah

r = topografi

v = vegetasi

m = manusia

(Utomo, 1988).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Faktor iklim

Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain : hujan,

temperatur, angin, kelembapan, dan radiasi matahari. Faktor hujan yaitu curah

hujan merupakan faktor yang paling penting. Curah hujan tinggi dalam suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian

pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan

akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam

waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam

menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energi

kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah.

Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan

kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri

ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1988).

Faktor tanah

Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan

organik,dan tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat

tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan

tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan

menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Untuk keperluan

pertanian berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga

partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan

pasir >70%, porositasnya rendah (<40%), aerasi baik, daya hantar air cepat, tetapi

kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah berliat, jika kandungan

liatnya >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi

(Utomo, 1988).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

Tanah Andepts

Adapun jenis tanah dalam penelitian adalah merupakan jenis tanah

Andosol atau Andepts dimana nilai faktor kedalaman tanah 1,0. Tanah ini

mempunyai tekstur liat berlempung dan sruktur tanahnya termasuk granular halus.

Tanah ini dibentuk dalam bahan abu volkan dan mempunyai horison A. Adapun

ciri tanah horison A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang,

lemah, agak pekat, batas horison nyata dan berombak. Tanah mempunyai nilai

infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase baik

sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi

(Soil Survey Manual, 1993).

Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan

tersebar pada beberapa tempat di daerah tropika. Akhir-akhir ini Andepts

mendapat perhatian secara khusus. Tanah Andepts tanah yang berwarna hitam ,

mengandung bahan organik dan lempung amorf, serta sedikit silica, yang

terbentuk dari abu vulkanik dan umumya ditemukan di daerah dataran tinggi

(Darmawijaya, 1990)

Andepts merupakan tanah mineral dengan lapisan permukaan yang

berwarna hitam sampai coklat gelap dan lapisan di bawah permukaan berwarna

coklat sampai coklat kekuningan. Tanah ini dibentuk di daerah pegunungan yang

masih aktif dan sekitarnya. Tanah ini berkembang dari bahan-bahan abu volkan.

Menurut Tan (1965) tanah Andisol atau Andepts di Indonesi berkembang dari

berbagai bahan induk. Di Sumatera ditemukan Andosol dengan bahan induk yang

berasosiasi tuf andesit-dasit.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

Menurut Mohr, et al (1972) Andosol mempunyai horison A dan ABC.

Horison A berstruktur remah dan granular dan horison B mempunyai stuktur

gumpal sampai gumpal bersudut. Andosol mempunyai bahan organik yang tinggi

.Kandungan bahan organik tersebut tinggi di lapisan atas dan menurun jumlahnya

sesuai dengan kedalamannya. Kandungan bahan organik yang tinggi akan

membentuk kompleks stabil dengan alofan, sehingga berpengaruh terhadap

kapasitas menahan air dan kerapatan lindak (bulk density). Jadi semakin tinggi

bahan organik akan membantu megurangi laju erosi karena tanah akan meresap

air limpasan di permukaan.

Tanah Andosol atau Andept terbentuk dari abu vulkan muda dengan bahan

organik yang tinggi, tekstur lapisan tanah atas pasir berlempung, tekstur lapisan

bawah berliat, bersolum dalam sehingga kapasitas infiltrasi dan perkolasinya

tinggi. Berdasarkan sifat-sifat tersebut , pengukuran erodibilitas tanah dengan

nomograph menunjukkan bahwa indeks erodibilitas Andosol bervariasi dari 0,10

sampai 0,25. Andosol mempunyai nilai erodibilitas rendah sampai sedang. Jadi

dapat dikatakan bahwa sebenarnya tanah Andepts cukup tahan terhadap erosi

yang ditimbulkan oleh pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan

(Utomo, 1989).

Kebanyakan Andepts baik untuk pertanian karena menyerap air banyak.

Tanah yang cepat menyerap air hujan akan sangat baik untuk tanaman karena

tanaman akan tumbuh dengan ketersediaan air yang tercukupi dan juga tidak

dalam keadaan jenuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra dkk (1988)

bahwa pada tanah jenis Andosol dimanfaatkan untuk bertanam padi, sayuran,

palawija, teh, kopi dan pinus. Derajat kesuburan kimiawi rendah diperbaiki

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

dengan penambahan bahan kapur sehingga tekstur tanah dapat diperbaiki. Nilai

tekstur tanah dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Penilaian ukuran butir (M) untuk digunakan dalam rumus nomograph

(Hammer, 1978).

Dalam penelitian, jenis tanah Andepts mempunyai tekstur lempung berliat

(clay loam) dengan nilai M 2448. Tanah lempung berliat bagi usaha tani dapat

dikatakan sangat cocok. Namun pada tanah lempung berliat, kemampuan

mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang dipecahkan butir-butir

hujan serta bagian tanah yang terkikis oleh hujan akan jauh lebih banyak

dibanding aliran permukaan itu berada di atas tanah pasir.

Faktor topografi

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk

wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief

erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan

faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan

tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi

matahari. Pada lahan penelitian, kemiringan lereng masuk dalam kelas lereng

Klas tekstur Nilai M Klas tekstur Nilai M USDA (USDA) heavy clay 210 loamy sand 3245 medium clay 750 silt clay loam 3770 sandy clay 1213 sandy loam 4005 light clay 1685 Loam 4390 sandy clay loam 2160 silt loam 6330 silt clay 2830 Silt 8245 clay loam 2830 tidak diketahui 4000 Sandy 3035

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

bergelombang/agak miring. Dengan kemiringan sebesar 11,1 % maka daerah ini

termasuk rawan erosi.

Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng

No Relief Lereng (%) 1. Datar 0-3 2. Berombak/landai 3-8 3. Bergelombang/agak miring 8-15 4. Miring berbukit 15-30 5. Agak Curam 30-45 6. Curam 45-65 7. Sangat Curam > 65 (Utomo, 1989).

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang

berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng

10 %. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman 45º. Selain dari

memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga

memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar

energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang

terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng

permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar

(Sinukaban, 1986).

Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam maka

banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0 - 2,5 kali lebih banyak. Gambar 1

menunjukkan hubungan antara erosi dengan kecuraman lereng, erosi semakin

besar dengan makin curamnya lereng. Sementara jika besarnya erosi menjadi dua

kali lebih besar, jumlah aliran permukaan tidak banyak bertambah bahkan

cenderung mendatar (Gambar 1), hal ini disebabkan jumlah aliran permukaan

dibatasi oleh sejumlah air hujan yang jatuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Gambar 1. Hubungan antara Kecuraman Lereng dengan Aliran Permukaan dan Erosi

(Arsyad, 2000).

Untuk menentukan lokasi dan besar kemiringan lereng di lahan jagung

bisa menggunakan alat pengukur kemiringan yaitu Abney Level. Lereng yang

akan diukur kemiringannya hendaknya bebas dari segala hambatan, agar lebih

mudah dalam pengamatan. Membidik dengan Abney Level melalui lubang

pengamatan bisa dilakukan dari puncak lereng ke dasar lereng atau sebaliknya.

Untuk memudahkan dalam membidik dapat digunakan dua patok kayu yang

panjangnya setinggi dengan arah pandangan mata. Abney Level diletakkan di atas

patok kayu, kemudian diatur dengan cara memutar Abney Level. Angka yang

ditunjukkan oleh jarum pada skala merupakan derajat atau persen kemiringan dari

lereng yang dicari ( Hidayat, 2001).

Faktor vegetasi

Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap

kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu

mempengaruhi erosi karena adanya:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air hujan,

sehingga memperkecil erosi. Daun tanaman jagung adalah daun

sempurna. Karena bentuknya memanjang. Setiap stoma dikelilingi sel-

sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam

respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

2. Pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya. Akar

jagung dapat mencapai 2 m ke dalam tanah. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian

bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar jagung ini

juga berfungsi membentuk pori-pori tanah sehingga air hujan yang jatuh

ke tanah lagsung dengan mudah diserap oleh akar-akarnya.

3. Pengaruh terhadap limpasan permukaan yang dihalangi oleh batang

jagung yang tumbuh kokoh dan kuat. Dengan jarak tanam yang tepat

maka laju air limpasan dapat ditahan oleh batang jagung tersebut.

4. Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah. Dengan adanya hewan-hewan

mikro di dalam tanah membantu menambah kadar bahan organik dalam

tanah yang mampu membentuk pori-pori tanah untuk peresapan air

hujan yang turun.

5. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi.

Pengaruh vegetasi tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman,

perakaran, tinggi tanaman, tajuk, dan tingkat pertumbuhan dan musim

(Sukmana dan Soewardjo, 1978).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

Faktor manusia atau konservasi tanaman (P)

Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah

menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan,

pembukaan areal lainnya untuk tanaman, perladangan, dan lain sebagainya. Maka

dengan praktik konservasi tanaman diharapkan dapat menguragi laju erosi yang

terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah,yaitu

teknik inventarisasi dan klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu

(upstream area). Untuk menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan

diperlukan kajian terhadap empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu

berlangsungnya hujan serta faktor-faktor yang berkaitan dengan iklim, jumlah dan

macam tumbuhan penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan

keadaan kemiringan lereng (Asdak, 1995).

Tanaman Pangan (Jagung)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung

diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Family : Poaceae(Graminae)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Tanaman semusim

adalah tanaman yang memerlukan frekwensi penanaman 2-3 kali setahun

sehingga tanah ini sering diolah dan pada tanah miring rawan terhadap erosi.

Untuk itu dalam penanamannya perlu diatur jarak tanam yang sesuai agar tajuk

tanaman dapat menaungi permukaan tanah dan cara penanaman mengikuti garis

kontur.

Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun,

bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar yaitu

akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut

berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam yang terdapat dalam

tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan

( Rukmana, 1997).

Syarat tumbuh

1. Keadaan iklim

Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200

mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm-125 mm per

bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu tanaman jagung cenderung

amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (curah hujan 1000-2500

mm/thn). Unsur iklim yang paling penting berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produksi jagung adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung

membutuhkan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus

terbuka. Di tempat yang terlindung pertumbuhan batang tanaman jagung menjadi

kurus dan tongkolnya ringan sehingga produksinya cenderung menurun

(AAK, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

2. Keadaan Tanah

Tanah berdebu yang kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung.

Di samping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah,

misalnya tanah andosol, dan latosol. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang

bertekstur lempung, lempung berdebu ataupun lempung berpasir, dengan struktur

tanah remah, aerasi dan drainase yang baik serta cukup air. Demikian pula tanah-

tanah berat misal grumosol, ultisol, dapat ditanami dengan jagung dengan

pertumbuhan yang normal apabila aerasi dan drainasenya baik. Tanaman jagung

juga toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat

keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada pH 6,8.

Penanaman

Penanaman jagung pada tegal biasanya dilakukan menjelang musim hujan

yaitu antara bulan September sampai bulan November. Bilamana perlu

penanaman dilakukan setelah akhir musim hujan yaitu antara bulan Februari

hingga bulan April. Hal ini dilakukan untuk mengurangi laju erosi. Karena hujan

yang turun dengan intensitas yang besar dan terus-menerus akan mengakibatkan

limpasan di permukaan sehingga tanah lapisan atas kemungkinan akan terkikis

dan menghasilkan sedimentasi. Sedangkan pada saat tanaman masih berumur

muda, tanaman tidak akan kuat menahan laju erosi dan tanaman bisa rusak bahkan

mati.

Penaman jagung dapat dilakukan dalam berbagai jarak tanam. Hal ini

tergantung tujuan penanaman. Jarak tanam yang semakin sempit memerlukan

kebutuhan benih yang lebih banyak. Jarak tanam jagung biasanya 100x40 cm atau

100x25 cm. Dengan jarak tanam yang agak rapat diharapkan akan dapat menahan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

air limpasan di permukaan sehingga dapat mengurangi laju erosi. Sebaliknya jika

jarak tanam lebih besar maka akan menyebabkan tanah lebih mudah terbawa pada

saat terjadi limpasan di permukaan dan ini akan menyebabkan erosi terjadi dalam

jumlah yang besar. Penanaman jagung yang biasa dilakukan oleh petani adalah

dengan menggunakan alat sederhana yang disebut tugal. Alat tersebut digunakan

dengan cara ditugalkan ke dalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam

tertentu dengan kedalaman 2,5-5 cm. Cara menanam dengan tugal lebih baik

daripada dengan menggunakan cangkul, karena hanya akan sedikit mengganggu

tanah, sehingga kemampuan infiltrasinya tidak akan terganggu sehingga dapat

mengurangi laju erosi pada lahan tanaman jagung.

Pendugaan Erosi (USLE)

Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk

memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan

Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan

tanah yang lainnya, USLE mempunyai kelebihan yaitu variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara

terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap sebagai rumus yang paling

mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak digunakan daripada rumus lainnya.

Persamaan kehilangan tanah yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith

yaitu sebagai berikut:

PCSLKRA ×××××=

dimana :

A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi

hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)

dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk

suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak

percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %,

tanpa tanaman.

L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan

suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang

lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik.

S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari

suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari

tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara

besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan

tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa

tanaman.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan

penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut

kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan

tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari tanah yang

diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik

(Arsyad, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

Metode Petak Kecil

Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga

dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil.

Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis

tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng

dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran

permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di

sekeliling petak dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm

ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah.

Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu

dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran

permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut

“Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untk mendapatkan data-

data sebagai berikut :

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner)

4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan

5. Pengelolaan tanah (Sarief, 1980)

Dengan berpegangan pada pendapat Konhke dan Bertrand (1959) bahwa

petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk

mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh

pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu.

Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam suatu bak penampungan air

yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut (Kartasapoetra, 1990).

Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat

berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap

penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap

tanah. Menurut (FAO, 1965) dalam (Sinukaban, 1986) pergiliran tanaman

terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya,

merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Tujuannya adalah

memberikan kesempatan pada tanah untuk mengimbangi periode pengrusakan

tanah akibat penanaman tanaman budidaya secara terus-menerus. Keuntungan dari

pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi

dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah

karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi.

Erosi yang Ditoleransikan (T)

Menurut Arsyad (2000) evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat

bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi tanah

aktual dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss). Untuk

mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman

degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan

tersebut.

Menurut Troeh, Hobbs dan Donahue (1980) sedikitnya ada empat faktor

utama yang yang mempengaruhi laju erosi yang dapat ditoleransi tanpa

kehilangan produktivitas tanah secara permanen. Keempat faktor tersebut adalah

kedalaman tanah, tipe bahan induk, produktivitas relatif dari topsoil dan subsoil

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

dan jumlah erosi terdahulu. Makin dalam tanah dan makin tebal bahan yang

ditembus oleh akar tanaman, makin cepat erosi terjadi.

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Untuk tanah yang mempunyai sifat-sifat horison yang jelas, perubahan-

perubahan yang terjadi oleh erosi mudah diketahui, sehingga dengan tepat dapat

ditentukan tingkat kehilangan tanah yang telah terjadi. Tingkat atau kelas erosi

ditentukan berdasarkan tebalnya horison A atau lapisan tanah yang hilang. Tanah

yang masih ditumbuhi rerumputan atau yang belum banyak diolah dapat

digunakan sebagai pembanding dengan tanah yang telah diusahakan dalam waktu

yang relatif lama. Perbandingan harus dilakukan pada lahan yang sama dan

kemiringan yang relatif sama. Selanjutnya kelas-kelas erosi dibagi berdasarkan

banyaknya horison permukaan yang hilang yaitu persen dari horison A yang asli

(Mario dan Syamsiar, 2005).

Tingkat Bahaya Erosi dikategorikan ke dalam sangat ringan hingga sangat

berat. Pada tanah dengan solum dalam (kedalaman >90 cm) seperti pada wilayah

kajian, tingkat bahaya erosi dikatakan Sangat Ringan (SR) bila jumlah erosi < 15

ton/(ha.thn), Ringan (R) bila jumlah erosi antara 15-60 ton/(ha.thn), Sedang (S)

bila jumlah erosi 60-180 ton/(ha.thn), Berat (B) bila jumlah erosi 180-480

ton/(ha.thn) dan Sangat Berat (SB) bila erosinya > 480 ton/(ha.thn)

(Saptarini, dkk, 2007).

Universitas Sumatera Utara