Upload
christina-solideo-gultom
View
6
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
chapter
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi
Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-penyebab utama dalam
terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan
kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikel-
partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah
(transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan
(deposition) (Foster and Meyer, 1973).
Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya
erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu :
1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan),
2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah),
3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng),
4. Vegetasi penutup tanah, dan
5. Tingkat pengelolaan tanah
(Arsyad, 2006).
Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi
secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia
akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama
hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara
otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan
mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor
dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat
yang makin ditingkatkan oleh air (Arief, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan atas terlibat tidaknya peranan manusia sebagai faktor
penyebabnya, erosi dapat dibedakan atas :(1) Erosi alamiah (natural erosion,
normal erosion), dan erosi dipercepat (accelerted erosion). Erosi alamiah
dianggap tidak membawa kerugian, karena jumlah tanah yang hilang karena erosi
seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi dipercepat adalah erosi yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia, yang merusak keseimbangan antara proses
pembentukan dan pengikisan tanah ( Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008).
Produktivitas tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menghasilkan
produksi pertanian yang optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburannya.
Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Untuk mencapai
tingkat produksi yang diharapkan, maka macam dan jumlah unsur hara yang
tersedia di dalam tanah pada dasarnya harus berada dalam keadaan yang cukup
dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman (Mario dan Syamsiar, 2005).
Komponen air mempunyai efek yang lebih besar pada pergerakan tanah.
komponen itu dapat menyebabkan pergerakan yang secara langsung seperti ketika
air mengalir di suatu permukaan atau menurun pada lahan yang miring. Dimana
tenaga pengangkutan tanahnya akan berbeda menurut kedalaman air mengalir,
apakah alirannya bergolak atau tidak, dan dengan kecepatan air yang bergerak
(Hallsworth, 1987).
Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat
tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar
daripada daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menyumbat pori-pori
tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah akan menurun dan mengakibatkan air
Universitas Sumatera Utara
mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan. Limpasan permukaan
mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut pertikel-partikel tanah yang
telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak
mampu lagi mengangkut bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada
tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan
penghancuran agregat-agregat, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan
(Utomo, 1989).
Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, panjang dan
kemiringan lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia.
Dinyatakan dalam persamaan berikut :
E = f (i . t . r . v . m)
Di mana :
E = Erosi
i = iklim
t = tanah
r = topografi
v = vegetasi
m = manusia
(Utomo, 1988).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Faktor iklim
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain : hujan,
temperatur, angin, kelembapan, dan radiasi matahari. Faktor hujan yaitu curah
hujan merupakan faktor yang paling penting. Curah hujan tinggi dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian
pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan
akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam
waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam
menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energi
kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah.
Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan
kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri
ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1988).
Faktor tanah
Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan
organik,dan tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat
tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan
tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan
menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Untuk keperluan
pertanian berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga
partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan
pasir >70%, porositasnya rendah (<40%), aerasi baik, daya hantar air cepat, tetapi
kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah berliat, jika kandungan
liatnya >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi
(Utomo, 1988).
Universitas Sumatera Utara
Tanah Andepts
Adapun jenis tanah dalam penelitian adalah merupakan jenis tanah
Andosol atau Andepts dimana nilai faktor kedalaman tanah 1,0. Tanah ini
mempunyai tekstur liat berlempung dan sruktur tanahnya termasuk granular halus.
Tanah ini dibentuk dalam bahan abu volkan dan mempunyai horison A. Adapun
ciri tanah horison A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang,
lemah, agak pekat, batas horison nyata dan berombak. Tanah mempunyai nilai
infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase baik
sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi
(Soil Survey Manual, 1993).
Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan
tersebar pada beberapa tempat di daerah tropika. Akhir-akhir ini Andepts
mendapat perhatian secara khusus. Tanah Andepts tanah yang berwarna hitam ,
mengandung bahan organik dan lempung amorf, serta sedikit silica, yang
terbentuk dari abu vulkanik dan umumya ditemukan di daerah dataran tinggi
(Darmawijaya, 1990)
Andepts merupakan tanah mineral dengan lapisan permukaan yang
berwarna hitam sampai coklat gelap dan lapisan di bawah permukaan berwarna
coklat sampai coklat kekuningan. Tanah ini dibentuk di daerah pegunungan yang
masih aktif dan sekitarnya. Tanah ini berkembang dari bahan-bahan abu volkan.
Menurut Tan (1965) tanah Andisol atau Andepts di Indonesi berkembang dari
berbagai bahan induk. Di Sumatera ditemukan Andosol dengan bahan induk yang
berasosiasi tuf andesit-dasit.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mohr, et al (1972) Andosol mempunyai horison A dan ABC.
Horison A berstruktur remah dan granular dan horison B mempunyai stuktur
gumpal sampai gumpal bersudut. Andosol mempunyai bahan organik yang tinggi
.Kandungan bahan organik tersebut tinggi di lapisan atas dan menurun jumlahnya
sesuai dengan kedalamannya. Kandungan bahan organik yang tinggi akan
membentuk kompleks stabil dengan alofan, sehingga berpengaruh terhadap
kapasitas menahan air dan kerapatan lindak (bulk density). Jadi semakin tinggi
bahan organik akan membantu megurangi laju erosi karena tanah akan meresap
air limpasan di permukaan.
Tanah Andosol atau Andept terbentuk dari abu vulkan muda dengan bahan
organik yang tinggi, tekstur lapisan tanah atas pasir berlempung, tekstur lapisan
bawah berliat, bersolum dalam sehingga kapasitas infiltrasi dan perkolasinya
tinggi. Berdasarkan sifat-sifat tersebut , pengukuran erodibilitas tanah dengan
nomograph menunjukkan bahwa indeks erodibilitas Andosol bervariasi dari 0,10
sampai 0,25. Andosol mempunyai nilai erodibilitas rendah sampai sedang. Jadi
dapat dikatakan bahwa sebenarnya tanah Andepts cukup tahan terhadap erosi
yang ditimbulkan oleh pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan
(Utomo, 1989).
Kebanyakan Andepts baik untuk pertanian karena menyerap air banyak.
Tanah yang cepat menyerap air hujan akan sangat baik untuk tanaman karena
tanaman akan tumbuh dengan ketersediaan air yang tercukupi dan juga tidak
dalam keadaan jenuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra dkk (1988)
bahwa pada tanah jenis Andosol dimanfaatkan untuk bertanam padi, sayuran,
palawija, teh, kopi dan pinus. Derajat kesuburan kimiawi rendah diperbaiki
Universitas Sumatera Utara
dengan penambahan bahan kapur sehingga tekstur tanah dapat diperbaiki. Nilai
tekstur tanah dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Penilaian ukuran butir (M) untuk digunakan dalam rumus nomograph
(Hammer, 1978).
Dalam penelitian, jenis tanah Andepts mempunyai tekstur lempung berliat
(clay loam) dengan nilai M 2448. Tanah lempung berliat bagi usaha tani dapat
dikatakan sangat cocok. Namun pada tanah lempung berliat, kemampuan
mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang dipecahkan butir-butir
hujan serta bagian tanah yang terkikis oleh hujan akan jauh lebih banyak
dibanding aliran permukaan itu berada di atas tanah pasir.
Faktor topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk
wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief
erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan
faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan
tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi
matahari. Pada lahan penelitian, kemiringan lereng masuk dalam kelas lereng
Klas tekstur Nilai M Klas tekstur Nilai M USDA (USDA) heavy clay 210 loamy sand 3245 medium clay 750 silt clay loam 3770 sandy clay 1213 sandy loam 4005 light clay 1685 Loam 4390 sandy clay loam 2160 silt loam 6330 silt clay 2830 Silt 8245 clay loam 2830 tidak diketahui 4000 Sandy 3035
Universitas Sumatera Utara
bergelombang/agak miring. Dengan kemiringan sebesar 11,1 % maka daerah ini
termasuk rawan erosi.
Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng
No Relief Lereng (%) 1. Datar 0-3 2. Berombak/landai 3-8 3. Bergelombang/agak miring 8-15 4. Miring berbukit 15-30 5. Agak Curam 30-45 6. Curam 45-65 7. Sangat Curam > 65 (Utomo, 1989).
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang
berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng
10 %. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman 45º. Selain dari
memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga
memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar
energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang
terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng
permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar
(Sinukaban, 1986).
Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam maka
banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0 - 2,5 kali lebih banyak. Gambar 1
menunjukkan hubungan antara erosi dengan kecuraman lereng, erosi semakin
besar dengan makin curamnya lereng. Sementara jika besarnya erosi menjadi dua
kali lebih besar, jumlah aliran permukaan tidak banyak bertambah bahkan
cenderung mendatar (Gambar 1), hal ini disebabkan jumlah aliran permukaan
dibatasi oleh sejumlah air hujan yang jatuh.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Hubungan antara Kecuraman Lereng dengan Aliran Permukaan dan Erosi
(Arsyad, 2000).
Untuk menentukan lokasi dan besar kemiringan lereng di lahan jagung
bisa menggunakan alat pengukur kemiringan yaitu Abney Level. Lereng yang
akan diukur kemiringannya hendaknya bebas dari segala hambatan, agar lebih
mudah dalam pengamatan. Membidik dengan Abney Level melalui lubang
pengamatan bisa dilakukan dari puncak lereng ke dasar lereng atau sebaliknya.
Untuk memudahkan dalam membidik dapat digunakan dua patok kayu yang
panjangnya setinggi dengan arah pandangan mata. Abney Level diletakkan di atas
patok kayu, kemudian diatur dengan cara memutar Abney Level. Angka yang
ditunjukkan oleh jarum pada skala merupakan derajat atau persen kemiringan dari
lereng yang dicari ( Hidayat, 2001).
Faktor vegetasi
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap
kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu
mempengaruhi erosi karena adanya:
Universitas Sumatera Utara
1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air hujan,
sehingga memperkecil erosi. Daun tanaman jagung adalah daun
sempurna. Karena bentuknya memanjang. Setiap stoma dikelilingi sel-
sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
2. Pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya. Akar
jagung dapat mencapai 2 m ke dalam tanah. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar jagung ini
juga berfungsi membentuk pori-pori tanah sehingga air hujan yang jatuh
ke tanah lagsung dengan mudah diserap oleh akar-akarnya.
3. Pengaruh terhadap limpasan permukaan yang dihalangi oleh batang
jagung yang tumbuh kokoh dan kuat. Dengan jarak tanam yang tepat
maka laju air limpasan dapat ditahan oleh batang jagung tersebut.
4. Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah. Dengan adanya hewan-hewan
mikro di dalam tanah membantu menambah kadar bahan organik dalam
tanah yang mampu membentuk pori-pori tanah untuk peresapan air
hujan yang turun.
5. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi.
Pengaruh vegetasi tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman,
perakaran, tinggi tanaman, tajuk, dan tingkat pertumbuhan dan musim
(Sukmana dan Soewardjo, 1978).
Universitas Sumatera Utara
Faktor manusia atau konservasi tanaman (P)
Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah
menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan,
pembukaan areal lainnya untuk tanaman, perladangan, dan lain sebagainya. Maka
dengan praktik konservasi tanaman diharapkan dapat menguragi laju erosi yang
terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah,yaitu
teknik inventarisasi dan klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu
(upstream area). Untuk menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan
diperlukan kajian terhadap empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu
berlangsungnya hujan serta faktor-faktor yang berkaitan dengan iklim, jumlah dan
macam tumbuhan penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan
keadaan kemiringan lereng (Asdak, 1995).
Tanaman Pangan (Jagung)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung
diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae(Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Tanaman semusim
adalah tanaman yang memerlukan frekwensi penanaman 2-3 kali setahun
sehingga tanah ini sering diolah dan pada tanah miring rawan terhadap erosi.
Untuk itu dalam penanamannya perlu diatur jarak tanam yang sesuai agar tajuk
tanaman dapat menaungi permukaan tanah dan cara penanaman mengikuti garis
kontur.
Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun,
bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar yaitu
akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut
berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam yang terdapat dalam
tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan
( Rukmana, 1997).
Syarat tumbuh
1. Keadaan iklim
Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200
mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm-125 mm per
bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu tanaman jagung cenderung
amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (curah hujan 1000-2500
mm/thn). Unsur iklim yang paling penting berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung
membutuhkan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus
terbuka. Di tempat yang terlindung pertumbuhan batang tanaman jagung menjadi
kurus dan tongkolnya ringan sehingga produksinya cenderung menurun
(AAK, 1993).
Universitas Sumatera Utara
2. Keadaan Tanah
Tanah berdebu yang kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung.
Di samping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah,
misalnya tanah andosol, dan latosol. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang
bertekstur lempung, lempung berdebu ataupun lempung berpasir, dengan struktur
tanah remah, aerasi dan drainase yang baik serta cukup air. Demikian pula tanah-
tanah berat misal grumosol, ultisol, dapat ditanami dengan jagung dengan
pertumbuhan yang normal apabila aerasi dan drainasenya baik. Tanaman jagung
juga toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat
keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada pH 6,8.
Penanaman
Penanaman jagung pada tegal biasanya dilakukan menjelang musim hujan
yaitu antara bulan September sampai bulan November. Bilamana perlu
penanaman dilakukan setelah akhir musim hujan yaitu antara bulan Februari
hingga bulan April. Hal ini dilakukan untuk mengurangi laju erosi. Karena hujan
yang turun dengan intensitas yang besar dan terus-menerus akan mengakibatkan
limpasan di permukaan sehingga tanah lapisan atas kemungkinan akan terkikis
dan menghasilkan sedimentasi. Sedangkan pada saat tanaman masih berumur
muda, tanaman tidak akan kuat menahan laju erosi dan tanaman bisa rusak bahkan
mati.
Penaman jagung dapat dilakukan dalam berbagai jarak tanam. Hal ini
tergantung tujuan penanaman. Jarak tanam yang semakin sempit memerlukan
kebutuhan benih yang lebih banyak. Jarak tanam jagung biasanya 100x40 cm atau
100x25 cm. Dengan jarak tanam yang agak rapat diharapkan akan dapat menahan
Universitas Sumatera Utara
air limpasan di permukaan sehingga dapat mengurangi laju erosi. Sebaliknya jika
jarak tanam lebih besar maka akan menyebabkan tanah lebih mudah terbawa pada
saat terjadi limpasan di permukaan dan ini akan menyebabkan erosi terjadi dalam
jumlah yang besar. Penanaman jagung yang biasa dilakukan oleh petani adalah
dengan menggunakan alat sederhana yang disebut tugal. Alat tersebut digunakan
dengan cara ditugalkan ke dalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam
tertentu dengan kedalaman 2,5-5 cm. Cara menanam dengan tugal lebih baik
daripada dengan menggunakan cangkul, karena hanya akan sedikit mengganggu
tanah, sehingga kemampuan infiltrasinya tidak akan terganggu sehingga dapat
mengurangi laju erosi pada lahan tanaman jagung.
Pendugaan Erosi (USLE)
Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk
memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan
Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan
tanah yang lainnya, USLE mempunyai kelebihan yaitu variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara
terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap sebagai rumus yang paling
mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak digunakan daripada rumus lainnya.
Persamaan kehilangan tanah yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith
yaitu sebagai berikut:
PCSLKRA ×××××=
dimana :
A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)).
Universitas Sumatera Utara
R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi
hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)
dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk
suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak
percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %,
tanpa tanaman.
L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan
suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang
lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik.
S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari
suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari
tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa
tanaman.
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan
penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut
kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan
tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari tanah yang
diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik
(Arsyad, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Metode Petak Kecil
Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga
dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil.
Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis
tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng
dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran
permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di
sekeliling petak dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm
ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah.
Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu
dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran
permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut
“Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untk mendapatkan data-
data sebagai berikut :
1. Besarnya erosi
2. Pengaruh faktor tanaman
3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner)
4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan
5. Pengelolaan tanah (Sarief, 1980)
Dengan berpegangan pada pendapat Konhke dan Bertrand (1959) bahwa
petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk
mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh
pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu.
Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam suatu bak penampungan air
yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut (Kartasapoetra, 1990).
Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat
berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap
penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap
tanah. Menurut (FAO, 1965) dalam (Sinukaban, 1986) pergiliran tanaman
terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya,
merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan pada tanah untuk mengimbangi periode pengrusakan
tanah akibat penanaman tanaman budidaya secara terus-menerus. Keuntungan dari
pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi
dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah
karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi.
Erosi yang Ditoleransikan (T)
Menurut Arsyad (2000) evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat
bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi tanah
aktual dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss). Untuk
mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman
degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan
tersebut.
Menurut Troeh, Hobbs dan Donahue (1980) sedikitnya ada empat faktor
utama yang yang mempengaruhi laju erosi yang dapat ditoleransi tanpa
kehilangan produktivitas tanah secara permanen. Keempat faktor tersebut adalah
kedalaman tanah, tipe bahan induk, produktivitas relatif dari topsoil dan subsoil
Universitas Sumatera Utara
dan jumlah erosi terdahulu. Makin dalam tanah dan makin tebal bahan yang
ditembus oleh akar tanaman, makin cepat erosi terjadi.
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Untuk tanah yang mempunyai sifat-sifat horison yang jelas, perubahan-
perubahan yang terjadi oleh erosi mudah diketahui, sehingga dengan tepat dapat
ditentukan tingkat kehilangan tanah yang telah terjadi. Tingkat atau kelas erosi
ditentukan berdasarkan tebalnya horison A atau lapisan tanah yang hilang. Tanah
yang masih ditumbuhi rerumputan atau yang belum banyak diolah dapat
digunakan sebagai pembanding dengan tanah yang telah diusahakan dalam waktu
yang relatif lama. Perbandingan harus dilakukan pada lahan yang sama dan
kemiringan yang relatif sama. Selanjutnya kelas-kelas erosi dibagi berdasarkan
banyaknya horison permukaan yang hilang yaitu persen dari horison A yang asli
(Mario dan Syamsiar, 2005).
Tingkat Bahaya Erosi dikategorikan ke dalam sangat ringan hingga sangat
berat. Pada tanah dengan solum dalam (kedalaman >90 cm) seperti pada wilayah
kajian, tingkat bahaya erosi dikatakan Sangat Ringan (SR) bila jumlah erosi < 15
ton/(ha.thn), Ringan (R) bila jumlah erosi antara 15-60 ton/(ha.thn), Sedang (S)
bila jumlah erosi 60-180 ton/(ha.thn), Berat (B) bila jumlah erosi 180-480
ton/(ha.thn) dan Sangat Berat (SB) bila erosinya > 480 ton/(ha.thn)
(Saptarini, dkk, 2007).
Universitas Sumatera Utara