Upload
trio-beye
View
3
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
the jurnal
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah
yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada
para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank adalah
sebuah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1998 dan UU
Tahun 1999 yang menyatakan pengertian bank itu adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah beberapa pengertian
mengenai bank dari beberapa ahli, antara lain .
1. Howard D. Crosse & J. Hemple (Rivai, et al., 2007:540)
Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan
sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka
melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan para
pemilik.
Universitas Sumatera Utara
2. F.E. Perry (Rivai, et al., 2007:542)
Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang,
menerima simpanan (deposit) dari nasabah, memberikan kredit, dan atau
menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk
pembayaran kembali.
3. Suyatno (2007:1)
Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama ini
bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk
simpanan/tabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini mencerminkan
bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan
menghimpun uang dari pihak ketiga. Kedua, bank dilihat sebagai pemberi
kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.
Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat melalui sumber
yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun
melalui penciptaan uang bank.
2.1.2. Jenis- jenis Bank di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang
perbankan. Jenis-jenis bank di Indonesia ditinjau dari berbagai segi antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Berdasarkan jenisnya:
a. Bank Umum
Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Berdasarkan kepemilikannya:
Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang
dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya
tersebut adalah;
a. Bank milik Pemerintah
Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Namun
Bank Indonesia selaku Bank Sentral menyebut bank tersebut sebagai Bank
Persero, karena bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak
sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik
masyarakat.
b. Bank milik Pemerintah Daerah
Bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Provinsi.
Universitas Sumatera Utara
c. Bank milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
d. Bank milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi.
e. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank
milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh
pihak luar negeri.
f. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
Warga Negara Indonesia.
3. Berdasarkan status:
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang behubungan denga mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih
dalam batas-batas Negara.
4. Berdasarkan penentuan harga:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
2.1.3. Peranan dan Fungsi Bank
Bank mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan, yaitu:
a. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan
Bank dapat diibaratkan sebagai toko serba ada bagi penyedia jasa, baik di
bidang keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan serta
melaksanakan tugas pokok sebagai perantara keuangan, seperti menjual
produk keuangan yang bermacam ragam.
b. Sebagai Jantung Perekonomian
Kemampuan sistem perbankan untuk melaksanakan perannya yang sangat
menentukan dalam perekonomian secara efisien dan efektif. Oleh karena
itu, setiap bank harus sehat dan mendatangkan laba yang memadai agar
bank itu dapat berkembang dan tumbuh kuat serta mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
c. Melaksanakan Kebijakan Moneter
Bank berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan kebijaksanaan
pemerintah di bidang perekonomian melalui pengendalian jumlah uang
yang beredar dengan mematuhi cadangan wajib.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:9), secara umum, fungsi utama
bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi
bank sebagai berikut:
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
penghimpunan dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Pihak bank sendiri akan mau menenpatkan atau manyalurkan dananya pada
debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
2. Agent of development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga
konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi,
dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan
tersebut merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Agent of services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan
penyelesaian tagihan.
2.2. Fungsi Intermediasi Bank
Bank berfungsi sebagai intermediasi dengan kegiatan usaha pokok
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana
masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari
penabung kepada peminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-undang No.10
tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penting bagi
bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Masyarakat berharap dana
yang mereka simpan di bank akan aman. Untuk itu bank harus menjaga tingkat
kesehatannya karena bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran lalulintas pembayaran serta dapat digunakan oleh
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan
moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank harus
memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun
pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus
berhati-hati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah
Loan to Deposit Ratio (LDR). Alasan LDR digunakan sebagai ukuran
intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan dalam penyaluran
kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Jadi, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
2.3. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan
satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun
bersama-sama guna mengetahui hubungan diantar pos-pos tertentu baik dalam
neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2005:124). Analisis rasio keuangan
digunakan sebagai dasar perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh
gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang
akan datang, dan juga digunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam
menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.
Dengan menggunakan analisis rasio, dapat ditentukan tingkat kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
suatu bank. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu
kondisi bank.
2.3.1. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank yang
menggambakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya (Rivai, et al., 2007:394).
Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai
seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan
operasinya. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang
ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit (Dendawijaya, 2009:116). Dengan kata lain, LDR digunakan
sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.
Besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maksimum adalah 110%. Jumlah kredit yang diberikan biasanya
relatif naik namun tak berarti jumlah kredit tidak akan turun. Untuk menghitung
nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu:
Jumlah Kredit yang Diberikan Jumlah Dana Pihak Ketiga
LDR = x 100%
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Loan to Deposit Ratio
(LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara penyaluran kredit dengan
dana yang masuk ke bank, dimana LDR harus diperhatikan agar bank tidak
melewati nilai standar yang telah ditetapkan. Semakin tinggi Loan to Deposit
Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit
macetnya akan kecil). Sebaliknya, jika angka Loan to Deposit Ratio yang rendah
menunjukkan bahwa tingkat tingginya kemampuan likuiditas bank yang
besangkutan karena bank tidak perlu mengeluarkan dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit yang semakin kecil.
Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 265/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk semua
pihak yang terkait, maka Bank Indonesia menetapkan:
1. Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit
nol (0) artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.
2. Unuk Loan to Deposit Ratio dibawah 110% diberi nilai 100, artinya
likuiditas bank tersebut sehat.
Untuk memelihara agar tingkat likuiditas dapat memenuhi kewajibannya
kepada semua pihak diterapkan dengan tiga teori yakni (Suyatno, 2005:25):
1. Commercial Loan Theory, liuiditas bank akan dapat terjamin apabila aktiva
produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka pendek yang bersifat
self liquidating.
Universitas Sumatera Utara
2. Asset Shiftability Theory, likuiditas akan dapat dipelihara apabila asset bank
dapat dengan cepat dirubah dalam bentuk asset lain yang lebih liquid sesuai
dengan kebutuhan bank, seperti surat berharga.
3. Doctrine of Anticipated income theory, likuiditas dapat dipelihara meskipun
bank menyalurkan kredit jangka panjang, apabila pembayaran pokok dan
bunga pinjaman direncanakan dengan baik daan betul-betul disesuaikan
dengan pendapatan dari debiturnya.
2.3.2. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Rivai, et
al., 2007:720). Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank yang pada akhirnya
dapat mencerminkan keberlanjutan kinerja keuangan suatu bank, Bank Indonesia
lebih mementingkan penilaian besarnya laba berdasarkan Return on Assets (ROA)
karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan
masyarakat (Dendawijaya, 2009:120). Return on Assets (ROA) sangat penting
bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Tujuannya adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Total Aktiva
ROA = x 100%
Universitas Sumatera Utara
Return on Assets (ROA) dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum
pajak dan rata-rata total assets. ROA digunakan sebagai indikator performance
atau kinerja bank. Semakin tinggi ROA suatu bank semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan aset.
2.3.3. Capital Adequecy Ratio (CAR)
Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Capital Adequecy Ratio
(CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-
lain (Dendawijaya 2009:121). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka
semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia No.
10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank
CAR = x 100%
Universitas Sumatera Utara
minimal 8% dari asset tertimbang menurut resiko (ATMR). Angka tersebut
merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional
berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS).
2.3.4. Non Performing Loan
Kredit macet (Non Performing Loan) adalah bagian dari kredit bermasalah
namun tidak semua kredit bermasalah adalah kredit macet karena kredit
bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok
dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang
ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan
berpotensi untuk rugi. Menurut Dendawijaya (2009:12), kemacetan fasilitas kredit
disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu pertama dari pihak perbankan yang kurang
teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam
menghitung rasio-rasio yang ada dan kedua dari pihak nasabah yang diakibatkan 2
(dua) hal yaitu adanya unsur kesengajaan dan unsur tidak sengaja.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE BI No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004) :
Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio Predikat NPL 5% NPL > 5%
Sehat Tidak Sehat
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
NPL = x 100%
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 2.1 diatas menunjukkan bahwa Bank Indonesia
menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas
yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.
2.3.5. Net Interest Margin (NIM)
Rasio Net Interet Margin (NIM) dapat diukur dengan selisih antara suku
bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman yang diberikan, yang merupakan
selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman.
Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga
bersih (Rivai, et al., 2007:721). Semakin besar rasio ini maka semakin
meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan Bunga Bersih Rata-rata Aktiva Produktif
2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama
bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
kredit dan penempatan operasi lainnya. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
NIM = x 100%
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan operasinya (Rivai, et al., 2007:722). Secara matematis,
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
Biaya (beban) Operasional Pendapatan Operasional
Apabila rasio BOPO semakin rendah maka semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan. Semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank
semakin meningkat. Nilai resiko BOPO yang ideal berada antar 50%-70% sesuai
dengan ketentuan BI. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO
yang dimiliki adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Peringkat Bank Berdasakan Rasio BOPO
Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO 1 Sangat Sehat 50-70% 2 Sehat 76-93% 3 Cukup Sehat 94-96% 4 Kurang Sehat 96-100% 5 Tidak Sehat >100%
Sumber:SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.2 Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari
yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan referensi dalam
penelitian ini antara lain:
Hersugondo dan Tamtomo (2012) melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia
BOPO = x 100%
Universitas Sumatera Utara
Periode 2006-2009. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Rasio (LDR). Sedangkan variabel independen yang
digunakan adalah CAR, NPL, BOPO dan NIM. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, DPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap LDR.
Nasiruddin (2005) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor
Bank Indonesia Semarang. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang
digunakan adalah CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit. Metode analisis yang
digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap LDR.
Tangko (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Loan
to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-
2010. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan
variabel independen yang digunakan CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kredit perbankan. dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kredit perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Granita (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap
LDR Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2002-2009. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel independen yang
digunakan DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan dilakukan uji
asumsi klasik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa NIM, Kurs,
DPK, Suku Bunga, NPL, Inflasi dan CAR secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap LDR pada Bank Devisa di Indonesia periode 2002-2009.
Nandadipa (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate Terhadap LDR (Studi
Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel independen yang
digunakan CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate. Metode
analisis yang dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap LDR. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
LDR. Pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR.
Exchange Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR
Barry, et al., (2000) melakukan peneltian yang berjudul Living with High
Loan to Deposit Ratio at Agriculture Banks Period 1996-1999. Variable
dependen yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel
independen yang digunakan ROA, ROE, Yield/Cost Spread, CAR dan NPL.
Universitas Sumatera Utara
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Yield/Cost Spread,
CAR dan NPL secara parsial berpengaruh signifikan terhadap LDR.
Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dilihat dari pada Tabel 2.3 berikut
ini, yaitu:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Tahun Judul Penelitian
Variabel Metode Analisis
Hasil Peneliti
1. Hersugondo &
Handy Setyo Tamtomo (2012)
Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia periode 2006-2009
Dependen: Loan to Deposit Rasio (LDR) Independen: adalah CAR, NPL, BOPO dan NIM
Regresi Linear Berganda
CAR, DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifi-kan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifi-kan terhadap LDR.
2. Nasiruddin (2005)
Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi Loan to Deposit di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang
Dependen: Loan to Deposit Rasio (LDR) Independen: CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit
Regresi Linear Berganda
CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR NPL berpengaruh negatif dan signi-fikan terhadap kre-dit perbankan
3. Nandadipa (2010)
Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Per-tumbuhan DPK, Exchange Rate Terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008
Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, inflasi, Pertumbuhan Kredit dan Exchange Rate
Regresi Linear Berganda
CAR, Inflasi dan Pertumbuhan DPK Berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap LDR. NPL dan Exchange Rate berpengaruh negatif dan signi-fikan terhadap LDR.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Lanjutan
No Peneliti/Tahun Judul
Penelitian Variabel Metode
Analisis Hasil
Peneliti
4. Irene Tangko (2012)
Analisis Pengaruh CAR) Dan NPL Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-2010
Dependen: Loan to Deposit Ratio (LDR) Independen: CAR & NPL
Regresi Linear Berganda
CAR berpengaruh positif dan signifi-kan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifi-kan terhadap LDR.
5. Jen Kharisa Granita (2011)
Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap LDR Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2002-2009
Dependen: Loan to Deposit Ratio (LDR) Independen: DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs
Regresi Linear Berganda
NIM, Kurs, DPK, Suku Bunga, NPL, Inflasi dan CAR secara parsial ber-pengaruh signifi-kan terhadap LDR
6. Barry, Peter J; Esclante, Cesar; Ellinger, Paul N
Living with High Loan to Deposit Ratio at Agriculture Banks Period 1996-1999
Dependen: Loan To Deposit Ra-tio (LDR) Independen: ROA, ROE, Yield/ Cost Spread CAR dan NPL
Regresi Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukkan bah-wa Yield/ Cost Spread, CAR dan NPL berpengaruh signifikanTerhadap LDR
2.5. Kerangka Konseptual
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan
(Dendawijaya, 2003:120). Return on Assets (ROA) adalah indikator yang akan
menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah
Universitas Sumatera Utara
digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan
ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Semakin besar Return on Assets
(ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih
banyak dan akan meningkatkan LDR itu sendiri. Pada Penelitian Hersugondo dan
Tamtomo (2012) meneliti bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap
LDR.
Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank
telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan dasar untuk menilai prospek
kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang berisiko. Dengan kecukupan modal yang tinggi maka bank mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi profitabilitas serta meningkatkan kepercayaan diri dalam menyalurkan kredit
sehingga meningkatkan nilai LDR.
Non Performing Loan (NPL) menurut (Dendawijaya 2009:186)
merupakan hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income)
dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi
kemampuan untuk memberikan kredit. Bank dikatakan mempunyai NPL yang
tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar daripada jumlah kredit
yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi,
maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
akan mengganggu kinerja bank tersebut yang tercermin dari nilai LDRnya. Hasil
penelitian Nasiruddin (2010) berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR.
Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam
bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) maka
semakin efektif bank dalam penempatan aktivanya dalam bentuk kredit yang akan
berpengaruh pada meningkatnya nilai LDR.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Bank
yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi
dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya
jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk
memperoleh ppendapatan operasional (Rivai, et al., 2007:722). Semakin kecil
Biaya BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
besangkutan atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut, maka kerangka konseptual
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari kerangka konseptual, maka dapat dihipotesiskan
bahwa Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
PerformingLoan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
ROA
CAR
NPL
NIM
BOPO
LDR
Universitas Sumatera Utara