Chapter II 9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

the jurnal

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Teoritis

    2.1.1. Pengertian Bank

    Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah

    yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada

    para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank adalah

    sebuah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya didirikan dengan

    kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

    memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.

    Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1998 dan UU

    Tahun 1999 yang menyatakan pengertian bank itu adalah badan usaha yang

    menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

    kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

    meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah beberapa pengertian

    mengenai bank dari beberapa ahli, antara lain .

    1. Howard D. Crosse & J. Hemple (Rivai, et al., 2007:540)

    Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan

    sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka

    melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan para

    pemilik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. F.E. Perry (Rivai, et al., 2007:542)

    Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang,

    menerima simpanan (deposit) dari nasabah, memberikan kredit, dan atau

    menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk

    pembayaran kembali.

    3. Suyatno (2007:1)

    Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

    Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama ini

    bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk

    simpanan/tabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini mencerminkan

    bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan

    menghimpun uang dari pihak ketiga. Kedua, bank dilihat sebagai pemberi

    kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.

    Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat melalui sumber

    yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun

    melalui penciptaan uang bank.

    2.1.2. Jenis- jenis Bank di Indonesia

    Berdasarkan Undang-undang RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

    sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang

    perbankan. Jenis-jenis bank di Indonesia ditinjau dari berbagai segi antara lain:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Berdasarkan jenisnya:

    a. Bank Umum

    Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

    memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

    b. Bank Perkreditan Rakyat

    Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

    secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam

    kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    2. Berdasarkan kepemilikannya:

    Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang

    dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya

    tersebut adalah;

    a. Bank milik Pemerintah

    Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah,

    sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Namun

    Bank Indonesia selaku Bank Sentral menyebut bank tersebut sebagai Bank

    Persero, karena bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak

    sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik

    masyarakat.

    b. Bank milik Pemerintah Daerah

    Bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

    Daerah Provinsi.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Bank milik Swasta Nasional

    Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional

    serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian

    keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

    d. Bank milik koperasi

    Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang

    berbadan hukum koperasi.

    e. Bank milik asing

    Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank

    milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh

    pihak luar negeri.

    f. Bank milik campuran

    Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

    swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh

    Warga Negara Indonesia.

    3. Berdasarkan status:

    a. Bank devisa

    Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau

    yang behubungan denga mata uang asing secara keseluruhan.

    b. Bank non devisa

    Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

    transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan

    Universitas Sumatera Utara

  • transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih

    dalam batas-batas Negara.

    4. Berdasarkan penentuan harga:

    a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

    Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan

    berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank

    Perkreditan Rakyat.

    b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan

    hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau

    pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

    2.1.3. Peranan dan Fungsi Bank

    Bank mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan, yaitu:

    a. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan

    Bank dapat diibaratkan sebagai toko serba ada bagi penyedia jasa, baik di

    bidang keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan serta

    melaksanakan tugas pokok sebagai perantara keuangan, seperti menjual

    produk keuangan yang bermacam ragam.

    b. Sebagai Jantung Perekonomian

    Kemampuan sistem perbankan untuk melaksanakan perannya yang sangat

    menentukan dalam perekonomian secara efisien dan efektif. Oleh karena

    itu, setiap bank harus sehat dan mendatangkan laba yang memadai agar

    bank itu dapat berkembang dan tumbuh kuat serta mampu memenuhi

    kebutuhan masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Melaksanakan Kebijakan Moneter

    Bank berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan kebijaksanaan

    pemerintah di bidang perekonomian melalui pengendalian jumlah uang

    yang beredar dengan mematuhi cadangan wajib.

    Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:9), secara umum, fungsi utama

    bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat untuk

    berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi

    bank sebagai berikut:

    1. Agent of Trust

    Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

    penghimpunan dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau

    menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

    Pihak bank sendiri akan mau menenpatkan atau manyalurkan dananya pada

    debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

    2. Agent of development

    Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk

    kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut

    memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga

    konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi,

    dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan

    tersebut merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Agent of services

    Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

    juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada

    masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan

    perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa

    pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan

    penyelesaian tagihan.

    2.2. Fungsi Intermediasi Bank

    Bank berfungsi sebagai intermediasi dengan kegiatan usaha pokok

    menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana

    masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari

    penabung kepada peminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No.7

    Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-undang No.10

    tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

    dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

    taraf hidup rakyat banyak.

    Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penting bagi

    bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Masyarakat berharap dana

    yang mereka simpan di bank akan aman. Untuk itu bank harus menjaga tingkat

    kesehatannya karena bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan

    memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,

    dapat membantu kelancaran lalulintas pembayaran serta dapat digunakan oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan

    moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank harus

    memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun

    pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus

    berhati-hati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

    Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah

    Loan to Deposit Ratio (LDR). Alasan LDR digunakan sebagai ukuran

    intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan dalam penyaluran

    kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Jadi, seberapa jauh

    pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk

    segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah

    digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

    2.3. Analisis Rasio Keuangan

    Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan

    satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun

    bersama-sama guna mengetahui hubungan diantar pos-pos tertentu baik dalam

    neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2005:124). Analisis rasio keuangan

    digunakan sebagai dasar perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh

    gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang

    akan datang, dan juga digunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam

    menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.

    Dengan menggunakan analisis rasio, dapat ditentukan tingkat kinerja keuangan

    Universitas Sumatera Utara

  • suatu bank. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu

    kondisi bank.

    2.3.1. Loan to Deposit Ratio (LDR)

    Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan

    jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank yang

    menggambakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang

    dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

    likuiditasnya (Rivai, et al., 2007:394).

    Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai

    seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan

    operasinya. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat

    mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang

    ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk

    memberikan kredit (Dendawijaya, 2009:116). Dengan kata lain, LDR digunakan

    sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.

    Besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah maksimum adalah 110%. Jumlah kredit yang diberikan biasanya

    relatif naik namun tak berarti jumlah kredit tidak akan turun. Untuk menghitung

    nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah

    ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia

    No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu:

    Jumlah Kredit yang Diberikan Jumlah Dana Pihak Ketiga

    LDR = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Loan to Deposit Ratio

    (LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara penyaluran kredit dengan

    dana yang masuk ke bank, dimana LDR harus diperhatikan agar bank tidak

    melewati nilai standar yang telah ditetapkan. Semakin tinggi Loan to Deposit

    Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank

    tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit

    macetnya akan kecil). Sebaliknya, jika angka Loan to Deposit Ratio yang rendah

    menunjukkan bahwa tingkat tingginya kemampuan likuiditas bank yang

    besangkutan karena bank tidak perlu mengeluarkan dana yang diperlukan untuk

    membiayai kredit yang semakin kecil.

    Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Surat Edaran Bank Indonesia

    Nomor 265/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat

    kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk semua

    pihak yang terkait, maka Bank Indonesia menetapkan:

    1. Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit

    nol (0) artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.

    2. Unuk Loan to Deposit Ratio dibawah 110% diberi nilai 100, artinya

    likuiditas bank tersebut sehat.

    Untuk memelihara agar tingkat likuiditas dapat memenuhi kewajibannya

    kepada semua pihak diterapkan dengan tiga teori yakni (Suyatno, 2005:25):

    1. Commercial Loan Theory, liuiditas bank akan dapat terjamin apabila aktiva

    produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka pendek yang bersifat

    self liquidating.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Asset Shiftability Theory, likuiditas akan dapat dipelihara apabila asset bank

    dapat dengan cepat dirubah dalam bentuk asset lain yang lebih liquid sesuai

    dengan kebutuhan bank, seperti surat berharga.

    3. Doctrine of Anticipated income theory, likuiditas dapat dipelihara meskipun

    bank menyalurkan kredit jangka panjang, apabila pembayaran pokok dan

    bunga pinjaman direncanakan dengan baik daan betul-betul disesuaikan

    dengan pendapatan dari debiturnya.

    2.3.2. Return on Assets (ROA)

    Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

    kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Rivai, et

    al., 2007:720). Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank yang pada akhirnya

    dapat mencerminkan keberlanjutan kinerja keuangan suatu bank, Bank Indonesia

    lebih mementingkan penilaian besarnya laba berdasarkan Return on Assets (ROA)

    karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang

    diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan

    masyarakat (Dendawijaya, 2009:120). Return on Assets (ROA) sangat penting

    bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam

    menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

    Tujuannya adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Rasio ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Laba Bersih Total Aktiva

    ROA = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • Return on Assets (ROA) dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum

    pajak dan rata-rata total assets. ROA digunakan sebagai indikator performance

    atau kinerja bank. Semakin tinggi ROA suatu bank semakin besar pula tingkat

    keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut

    dari segi penggunaan aset.

    2.3.3. Capital Adequecy Ratio (CAR)

    Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank dalam

    mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank

    dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul

    yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Capital Adequecy Ratio

    (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

    mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

    ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari

    sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-

    lain (Dendawijaya 2009:121). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan

    modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

    menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka

    semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap

    kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

    Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

    Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia No.

    10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank

    CAR = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • minimal 8% dari asset tertimbang menurut resiko (ATMR). Angka tersebut

    merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional

    berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS).

    2.3.4. Non Performing Loan

    Kredit macet (Non Performing Loan) adalah bagian dari kredit bermasalah

    namun tidak semua kredit bermasalah adalah kredit macet karena kredit

    bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok

    dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang

    ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan

    berpotensi untuk rugi. Menurut Dendawijaya (2009:12), kemacetan fasilitas kredit

    disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu pertama dari pihak perbankan yang kurang

    teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam

    menghitung rasio-rasio yang ada dan kedua dari pihak nasabah yang diakibatkan 2

    (dua) hal yaitu adanya unsur kesengajaan dan unsur tidak sengaja.

    Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE BI No.6/23/DPNP

    tanggal 31 Mei 2004) :

    Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit

    Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel

    dibawah ini

    Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL

    Rasio Predikat NPL 5% NPL > 5%

    Sehat Tidak Sehat

    Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

    NPL = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan Tabel 2.1 diatas menunjukkan bahwa Bank Indonesia

    menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas

    yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.

    2.3.5. Net Interest Margin (NIM)

    Rasio Net Interet Margin (NIM) dapat diukur dengan selisih antara suku

    bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman yang diberikan, yang merupakan

    selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman.

    Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga

    bersih (Rivai, et al., 2007:721). Semakin besar rasio ini maka semakin

    meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang

    dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah

    semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Pendapatan Bunga Bersih Rata-rata Aktiva Produktif

    2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

    Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam

    rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga

    kerja, biaya pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama

    bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk

    kredit dan penempatan operasi lainnya. Biaya Operasional terhadap Pendapatan

    Operasional (BOPO) perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan

    operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

    NIM = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • melakukan kegiatan operasinya (Rivai, et al., 2007:722). Secara matematis,

    BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Biaya (beban) Operasional Pendapatan Operasional

    Apabila rasio BOPO semakin rendah maka semakin efisien biaya

    operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan. Semakin efisien bank

    dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank

    semakin meningkat. Nilai resiko BOPO yang ideal berada antar 50%-70% sesuai

    dengan ketentuan BI. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31

    Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO

    yang dimiliki adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.2 Peringkat Bank Berdasakan Rasio BOPO

    Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO 1 Sangat Sehat 50-70% 2 Sehat 76-93% 3 Cukup Sehat 94-96% 4 Kurang Sehat 96-100% 5 Tidak Sehat >100%

    Sumber:SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004

    Berdasarkan Tabel 2.2 Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari

    yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.

    2.4. Penelitian Terdahulu

    Penelitian-penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan referensi dalam

    penelitian ini antara lain:

    Hersugondo dan Tamtomo (2012) melakukan penelitian yang berjudul

    Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia

    BOPO = x 100%

    Universitas Sumatera Utara

  • Periode 2006-2009. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Loan to Deposit Rasio (LDR). Sedangkan variabel independen yang

    digunakan adalah CAR, NPL, BOPO dan NIM. Metode analisis yang digunakan

    dalam penelitian tersebut adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil dari

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, DPK

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. ROA berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap LDR.

    Nasiruddin (2005) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor

    Bank Indonesia Semarang. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang

    digunakan adalah CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit. Metode analisis yang

    digunakan adalah uji asumsi klasik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

    bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh

    negatif dan signifikan terhadap LDR.

    Tangko (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh

    Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Loan

    to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-

    2010. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan

    variabel independen yang digunakan CAR berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kredit perbankan. dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    kredit perbankan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Granita (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh

    DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap

    LDR Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2002-2009. Variabel dependen

    yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel independen yang

    digunakan DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs.

    Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan dilakukan uji

    asumsi klasik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa NIM, Kurs,

    DPK, Suku Bunga, NPL, Inflasi dan CAR secara parsial berpengaruh signifikan

    terhadap LDR pada Bank Devisa di Indonesia periode 2002-2009.

    Nandadipa (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh

    CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate Terhadap LDR (Studi

    Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008. Variabel dependen

    yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel independen yang

    digunakan CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate. Metode

    analisis yang dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif

    dan signifikan terhadap LDR. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    LDR. Pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR.

    Exchange Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR

    Barry, et al., (2000) melakukan peneltian yang berjudul Living with High

    Loan to Deposit Ratio at Agriculture Banks Period 1996-1999. Variable

    dependen yang digunakan dalam penelitian ini LDR. Sedangkan variabel

    independen yang digunakan ROA, ROE, Yield/Cost Spread, CAR dan NPL.

    Universitas Sumatera Utara

  • Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi

    deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Yield/Cost Spread,

    CAR dan NPL secara parsial berpengaruh signifikan terhadap LDR.

    Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dilihat dari pada Tabel 2.3 berikut

    ini, yaitu:

    Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

    No Peneliti/Tahun Judul Penelitian

    Variabel Metode Analisis

    Hasil Peneliti

    1. Hersugondo &

    Handy Setyo Tamtomo (2012)

    Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia periode 2006-2009

    Dependen: Loan to Deposit Rasio (LDR) Independen: adalah CAR, NPL, BOPO dan NIM

    Regresi Linear Berganda

    CAR, DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifi-kan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifi-kan terhadap LDR.

    2. Nasiruddin (2005)

    Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi Loan to Deposit di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang

    Dependen: Loan to Deposit Rasio (LDR) Independen: CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit

    Regresi Linear Berganda

    CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR NPL berpengaruh negatif dan signi-fikan terhadap kre-dit perbankan

    3. Nandadipa (2010)

    Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Per-tumbuhan DPK, Exchange Rate Terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008

    Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, inflasi, Pertumbuhan Kredit dan Exchange Rate

    Regresi Linear Berganda

    CAR, Inflasi dan Pertumbuhan DPK Berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap LDR. NPL dan Exchange Rate berpengaruh negatif dan signi-fikan terhadap LDR.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.3 Lanjutan

    No Peneliti/Tahun Judul

    Penelitian Variabel Metode

    Analisis Hasil

    Peneliti

    4. Irene Tangko (2012)

    Analisis Pengaruh CAR) Dan NPL Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-2010

    Dependen: Loan to Deposit Ratio (LDR) Independen: CAR & NPL

    Regresi Linear Berganda

    CAR berpengaruh positif dan signifi-kan terhadap LDR. NPL berpengaruh negatif dan signifi-kan terhadap LDR.

    5. Jen Kharisa Granita (2011)

    Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap LDR Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2002-2009

    Dependen: Loan to Deposit Ratio (LDR) Independen: DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs

    Regresi Linear Berganda

    NIM, Kurs, DPK, Suku Bunga, NPL, Inflasi dan CAR secara parsial ber-pengaruh signifi-kan terhadap LDR

    6. Barry, Peter J; Esclante, Cesar; Ellinger, Paul N

    Living with High Loan to Deposit Ratio at Agriculture Banks Period 1996-1999

    Dependen: Loan To Deposit Ra-tio (LDR) Independen: ROA, ROE, Yield/ Cost Spread CAR dan NPL

    Regresi Linear Berganda

    Hasil penelitian menunjukkan bah-wa Yield/ Cost Spread, CAR dan NPL berpengaruh signifikanTerhadap LDR

    2.5. Kerangka Konseptual

    Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan

    manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan

    (Dendawijaya, 2003:120). Return on Assets (ROA) adalah indikator yang akan

    menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah

    Universitas Sumatera Utara

  • digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan

    ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Semakin besar Return on Assets

    (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

    tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih

    banyak dan akan meningkatkan LDR itu sendiri. Pada Penelitian Hersugondo dan

    Tamtomo (2012) meneliti bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap

    LDR.

    Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank

    telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan dasar untuk menilai prospek

    kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin tinggi CAR maka semakin baik

    kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva

    produktif yang berisiko. Dengan kecukupan modal yang tinggi maka bank mampu

    membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar

    bagi profitabilitas serta meningkatkan kepercayaan diri dalam menyalurkan kredit

    sehingga meningkatkan nilai LDR.

    Non Performing Loan (NPL) menurut (Dendawijaya 2009:186)

    merupakan hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income)

    dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi

    kemampuan untuk memberikan kredit. Bank dikatakan mempunyai NPL yang

    tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar daripada jumlah kredit

    yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi,

    maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun

    biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • akan mengganggu kinerja bank tersebut yang tercermin dari nilai LDRnya. Hasil

    penelitian Nasiruddin (2010) berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR.

    Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan

    manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

    pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan

    bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam

    memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam

    bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) maka

    semakin efektif bank dalam penempatan aktivanya dalam bentuk kredit yang akan

    berpengaruh pada meningkatnya nilai LDR.

    Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

    perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Bank

    yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi

    dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya

    jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk

    memperoleh ppendapatan operasional (Rivai, et al., 2007:722). Semakin kecil

    Biaya BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang

    besangkutan atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka

    kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

    Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut, maka kerangka konseptual

    pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.1

    Kerangka Konseptual

    2.6. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan dari kerangka konseptual, maka dapat dihipotesiskan

    bahwa Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

    PerformingLoan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional

    terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh signifikan terhadap Loan to

    Deposit Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

    ROA

    CAR

    NPL

    NIM

    BOPO

    LDR

    Universitas Sumatera Utara