12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan untuk menggerakkan turbin uap. Pada umumnya HRSG tidak dilengkapi pembakar (burner) dan tidak mengkonsumsi bahan bakar, sehingga tidak terjadi proses perpindahan/penyerapan panas radiasi. Proses perpindahan/penyerapan yang terjadi hanyalah proses konveksi dan konduksi dari gas buang turbin gas ke dalam air yang akan diproses menjadi uap melalui elemen-elemen pemanas didalam ruang boiler HRSG. Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) HRSG sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna (efisiensi) bahan bakar yang dipakai pada unit turbin gas, yang selanjutnya akan menggerakkan unit turbin uap. Sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan proses ini yaitu PLTGU (Pusat listrik tenaga gas dan uap). HRSG adalah bagian penting PLTGU, dimana unit pembangkit PLTGU disebut juga Blok PLTGU. Universitas Sumatera Utara

Chapter II(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

su

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian HRSG

    HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang

    memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan

    air dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan

    untuk menggerakkan turbin uap. Pada umumnya HRSG tidak dilengkapi

    pembakar (burner) dan tidak mengkonsumsi bahan bakar, sehingga tidak terjadi

    proses perpindahan/penyerapan panas radiasi. Proses perpindahan/penyerapan

    yang terjadi hanyalah proses konveksi dan konduksi dari gas buang turbin gas ke

    dalam air yang akan diproses menjadi uap melalui elemen-elemen pemanas

    didalam ruang boiler HRSG.

    Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

    HRSG sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna (efisiensi) bahan

    bakar yang dipakai pada unit turbin gas, yang selanjutnya akan menggerakkan

    unit turbin uap. Sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan proses ini yaitu

    PLTGU (Pusat listrik tenaga gas dan uap). HRSG adalah bagian penting PLTGU,

    dimana unit pembangkit PLTGU disebut juga Blok PLTGU.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kapasitas produksi uap yang dapat dihasilkan HRSG tergantung pada

    kapasitas energi panas yang masih mengandung gas buang dari unit turbin gas

    yang berarti masih tergantung pada beban unit turbin gas. Pada dasarnya turbin

    gas yang beroperasi pada putaran tetap, aliran udara masuk kompressor juga tetap,

    perubahan beban turbin yang tidak konstan dengan aliran bahan bakar tetap,

    sehingga suhu gas buang juga berubah mengikuti perubahan turbin gas.

    2.2 Bagian Bagian Utama HRSG

    Heat Recovery Steam Generator terdiri dari beberapa bagian elemen yaitu

    pemanas awal kondensat (kondensat preheater), ekonomiser, evaporator, dan

    superheater yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Pada sub bab ini

    akan membahas fungsi masing-masing elemen pada Heat Recovery Steam

    Generator.

    1. Pemanas awal kondensat (condensate preheater atau CPH)

    Pemanas awal kondensat berfungsi memanaskan air yang berasal dari

    kondensat keluaran turbin uap, kemudian air yang sudah dipanaskan ini

    dialirkan dan dikumpulkan ke tangki air umpan. Umumnya pemanas awal

    kondensat ini diletakkan di bagian paling atas sekali dari posisi pipa pipa

    pemanas yang ada dan diikuti oleh pipa pipa lainnya.

    2. Ekonomiser

    Ekonomiser terdiri dari pipa-pipa air yang ditempatkan pada lintasan gas

    asap setelah pipa-pipa evaporator. Pipa-pipa ekonomiser dibuat dari bahan

    baja atau besi tuang yang sanggup untuk menahan panas dan tekanan tinggi.

    Ekonomiser berfungsi untuk memanaskan air pengisi sebelum memeasuki

    steam drum dan evaporator sehingga proses penguapan lebih ringan dengan

    memanfaatkan gas buang dari HRSG yang masih tinggi sehingga

    memperbesar efisiensi HRSG karena dapat memperkecil kerugian panas pada

    HRSG tersebut. Air yang masuk pada evaporator sudah pada temperatur tinggi

    sehingga pipa - pipa evaporator tidak mudah rusak karena perbedaan

    temperatur tidak terlalu tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Evaporator

    Evaporator merupakan elemen HRSG yang berfungsi untuk mengubah

    air hingga menjadi uap jenuh. Pada evaporator dengan adanya pipa pipa

    penguap akan terjadi pembentukan uap. Biasanya pada evaporator kualitas uap

    sudah mencapai 0,8 0,98 sehingga sebagian masih berbentuk fase cair.

    Evaporator akan memanaskan uap air yang turun dari drum uap panas lanjut

    yang masih dalam fase cair agar berbentuk uap sehingga bisa diteruskan

    menuju superheater. Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator adalah

    film pool boiling, dimana air yang dipanaskan mendidih sehingga mengalami

    perubahan fase menjadi uap jenuh. Jenis evaporator ada 2 (dua) jenis yaitu

    evaporator bersikulasi alami (bebas) dan evaporator bersikulasi paksa (dengan

    pompa).

    4. Superheater

    Superheater rmerupakan alat yang berfungsi untuk menaikkan

    temperatur uap jenuh sampai menjadi uap panas lanjut (superheater vapour).

    Uap lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi

    didalam turbin atau mesin uap tidak akan mengembun, sehingga mengurangi

    kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik

    (back stroke) yang diakibatkan mengembunnya uap belum pada waktunya

    sehingga menimbulkan vakum ditempat yang tidak semestinya di daerah

    ekspansi.

    Selain komponen komponen utama HRSG di atas, HRSG juga

    dilengkapi peralatan bantu lainnya yang fungsinya sangat menunjang kinerja

    HRSG, antara lain:

    Drum uap

    Sebagai wadah yang berfungsi memisahkan campuran air uap dan

    keluarannya berupa uap jenuh kering (saturated steam), yang kemudian

    dialirkan ke superheater.

    Cerobong asap

    Sebagai laluan yang membantu tarikan gas buang ke atmosfer. Cerobong

    asap terdiri dari diffuser, diverter dan silencer.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2 Diagram PLTGU dengan HRSG Single Pressure

    2.3 Siklus Gabungan (Combine Cycle)

    Siklus gabungan adalah suatu siklus yang memanfaatkan gas buang dari

    turbin gas (PLTGU) untuk memanaskan air dalam ketel, dengan menggunakan

    heat exchanger berupa HRSG dan uap yang dihasilkan HRSG tersebut digunakan

    untuk menggerakkan generator listrik.

    Gas turbin dari turbin gas keluar pada umumnya 500C. Disebabkan

    tekanan rendah, suhu tinggi (entalpi tinggi) ini, gas buang tidak dapat

    dimanfaatkan menjadi fluida kerja. Regenerator dapat digunakan untuk

    memanfaatkan gas terbuang ini dengan cara memanaskan gas keluar dari

    kompressor sebelum masuk ke ruang bakar. Beberapa halangan dalam

    penggunaan regenerator:

    1. Regenerator mengakibatkan penurunan tekanan antara outlet

    kompressor dan inlet ruang bakar yang menyebabkan naiknya kerja

    kompressor karena untuk tekanan inlet turbin yang tertentu. Outlet

    compressor tekanannya harus lebih tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Regenerator menimbulkan naiknya tekanan luar (back pressure) turbin

    yang menyebabkan turunnya kerja turbin.

    3. Regenerator sulit untik melayani debit aliran yang tinggi.

    Pada gambar 2.3 berikut menampilkan skema pembangkit daya dengan

    menggunakan HRSG.

    HRSG

    C

    Gambar 2.3 Pembangkit daya siklus gabungan Keterangan:

    P = Pompa

    HRSG = Heat Recovery Steam Generator

    TU = Turbin Uap

    C = Condenser

    K = Kompressor

    RB = Ruang Bakar

    TG = Turbin Gas

    Pembangkitan daya seperti gambar 2.3 diatas, disamping menghasilkan

    efisiensi yang tinggi dan keluaran daya yang lebih besar siklus gabungan bersifat

    luwes, mudah dinyalakan dengan beban tak penuh, cocok untuk operasi beban

    RB

    TG

    TU

    K

    P

    Universitas Sumatera Utara

  • besar dan turbin bersiklus mempunyai efisiensi dalam daerah beban yang luas.

    Kelemahannya berkaitan dengan keruwetannya, karena pada dasarnya instalasi ini

    menggabungkan dua teknologi didalam satu kompleks pembangkit daya.

    2.4 Siklus Turbin Gas

    Turbin gas merupakan alat yang mengkonversi energi kimia bahan bakar

    menjadi energi mekanis melalui proses pembakaran, kemudian energi mekanis

    tersebut dikonversi oleh generator menjadi energi listrik.

    Prinsip kerja sistem ini adalah udara atmosfer masuk ke dalam kompresor

    yang berfungsi menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga

    temperaturnya naik. Kemudian udara bertekanan tinggi itu masuk ke dalam ruang

    bakar. Di dalam ruang bakar disemprotkan bahan bakar ke dalam arus udara

    tersebut, sehingga terjadi proses pembakaran.

    Proses pembakaran tersebut berlangsung pada tekanan konstan, sehingga

    bisa dikatakan bahwa ruang bakar hanyalah digunakan untuk menaikkan

    temperatur udara. Gas pembakaran yang bertemperatur tinggi itu kemudian masuk

    ke dalam turbin gas dimana energinya dipergunakan untuk memutar sudu turbin

    60 % dari daya yang dihasilkan turbin untuk memutar kompresornya sendiri,

    sisanya baru digunakan untuk memutar generator.

    Siklus ideal ini terdiri dari 2 proses isobar yang terjadi diruang bakar dan

    proses pembuangan gas bekas, serta 2 proses isentropik yang terjadi pada

    kompresor dan ekspansi gas pada turbin.

    Gambar 2.4 Siklus Turbin Gas Terbuka

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.5 Diagram T-s

    Gambar 2.6 Diagram P-V

    Jalannya proses dapat diterangkan sebagai berikut (Frietz Dietzell, 1992,

    hal 156) :

    1-2 : merupakan proses kompresi isentropik dalam kompresor,

    kondisi 1 adalah udara atmosfer, sedangkan temperatur

    udara hasil kompresi T2 dapat diketahui dari hubungan:

    T2 = T1 .1

    Dimana : rp = rasio tekanan P2/P1 =perbandingan panas spesifik pada tekanan

    konstan, untuk udara nilai = 1,4

    Universitas Sumatera Utara

  • 2-3 : proses penambahan panas pada tekanan konstan dalam ruang

    bakar, panas yang ditambahkan pada ruang bakar adalah:

    Qin = Cp (T3 T2)

    3-4 : proses ekspansi isentropik dalam turbin, temperatur gas

    keluar T4 dihitung dengan hubungan:

    T4 = T3 . 11

    4-1 : merupakan proses pelepasan kalor ke lingkungan pada

    tekanan konstan, besarnya kalor yang dilepas dapat dihitung:

    Qin = Cp (T4 T1)

    Kerja netto turbin ( Wnet ) merupakan kerja berguna yang dihasilkan

    turbin setelah kerja ekspansi dikurangi dengan kerja kompresi. Besar kerja netto

    turbin adalah:

    Wnet = WT - WK

    = (h3 h4) (h2 h1) Daya netto turbin merupakan daya keluaran turbin (daya yang dibutuhkan

    generator) setelah memperhatiksn kerugian-kerugian, maka daya netto turbin

    adalah:

    Pnet = g. WT g. WK Efisiensi siklus merupakan perbandingan antara jumlah kalor yang dengan

    efektif dengan kalor yang dimasukkan ke sistem (Yunus A.Cengel, 1979), yaitu:

    = W net

    = (3 2 ) (4 1)/(3 2) =1 - 4 1

    32 2.5 Neraca Kalor

    Panas pada instalasi turbin gas murni (siklus brayton), panas Qout ini

    dibuang ke udara atmosfer. Gas yang dibuang ini masih memiliki kandungan

    energi panas yang tinggi. Dengan menggunakan HRSG panas yang dibuang ini

    akan dimanfaatkan.

    Panas yang dibuang ini dimanfaatkan untuk memanaskan air pada HRSG

    yang distribusikan pada superheater, evaporator, ekonimiser dan preheater.

    Universitas Sumatera Utara

  • Apabila dianggap tidak ada kerugian panas ke udara atmosfer peralatan, dapat

    dituliskan kesetimbangan energi pada setiap peralatan HRSG:

    1. Pipa superheater:

    Qsup = ms (h7 h6) = mgas (he hg)

    2. Pipa evaporator:

    Qeva = ms (h6 h5) = mgas (hg hf)

    3. Pipa ekonomiser:

    Qeko = ms (h5 h4) = mgas (hf - hh)

    4. Pipa preheater:

    Qpre = ms (h3 h2) = mgas (hh h1)

    Jadi, jumlah energi panas yang dimanfaatkan HRSG adalah:

    QHRSG = Qsup + Qeva + Qeko + Qpre

    = ms (h7 h2)

    Laju aliran massa uap dapat diperoleh dari hukum kesetimbangan kalor,

    dimana:

    Quap = Qgas

    uap (h2 h1) = gas (hg in hg out)

    uap = gas (hg in hg out) / h2 h1

    2.6 Proses Pembentukan Uap

    Gas buang dari siklus gas masuk ke HRSG untuk mengubah air umpan

    menjadi uap kering yang akan digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin uap

    hingga dapat memutar beban dalam hal ini generator listrik. Setelah melalui

    beberapa tingkatan sudu turbin sebagian uap diekstraksikan ke pemanas awal

    tekanan tinggi dan tekanan rendah, sedangkan sisanya masuk ke kondensor untuk

    dikondensasikan dan selanjutnya akan dipompakan ke HRSG melalui pemanas air

    pada tekanan tinggi, dari HRSG ini air umpan yang sudah menjadi uap kering

    dialirkan ke turbin.

    Beberapa parameter desain yang penting berkaitan dengan turbin uap

    adalah tekanan uap masuk turbin. Mengambil tekanan uap masuk lebih tinggi

    akan menguntungkan, karena ukuran sudu-sudu akan menjadi lebih kecil. Namun

    tekanan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan efisiensi akan menurun.

    Universitas Sumatera Utara

  • Parameter lain yang penting dari turbin uap adalah tekanan kondensor, dalam hal

    ini turbin uap dan kondensor akan disesuaikan dengan Heat Recovery Steam

    Generator (HRSG).

    2.7 Alat Penukar Kalor

    Alat penukar kalor (heat exchanger) adalah suatu alat yang berfungsi

    sebagai tempat terjadinya perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya

    tinggi ke tempat temperaturnya rendah atau sebaliknya, tanpa ada pencampuran

    antara fluida satu dengan fluida lainnya.

    Kalor yang dilepas fluida panas sebesar:

    qh = h . Ch . (1 - 2) Kalor yang diterima fluida dingin:

    qc = c . Cc . (1 - 2) Dimana kalor yang dilepas fluida panas sama dengan klaor yang diterima

    fluida dingin.

    Subskrip h dan c masing masing menandakan fluida panas dan dingin.

    qg = . c . dT

    Dimana c = panas spesifik.

    TC TC

    Th1 Th1

    Th2 Tc2 Th2

    Tc2 Tc1

    Tc1

    L(m) L(m)

    a.Perpindahan panas searah b.Perpindahan panas berlainan arah

    Gambar 2.7 Distribusi temperatur pada alat penukar kalor.

    Laju pindahan panas dapat dinyatakan dengan beda temperatur rata rata

    logaritma LTMD:

    Universitas Sumatera Utara

  • Q = U . A . LTMD Dimana:

    U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m2.C)

    A = luas permukaan perpindahan kalor (m2)

    LTMD = Beda temperatur logaritma rata rata (C)

    LTMD = (1 Tc 1) (Th 2 Tc 2) ln[(1 1)/(2 2)] ..(J.P.Holman,1998, hal.491)

    Persamaan ini dapat digunakan untuk aliran lawan arah. Maka dapat

    dikatakan LTMD adalah beda suhu pada satu ujung penukar kalor dikurangi beda

    suhu pada ujung yang satu lagi dibagi logaritma almiah dari perbandingan kedua

    suhu tersebut.

    Pada proses penguapan evaporasi dan pengembunan (kondensasi) satu

    fluida tidak mengalami perubahan suhu, walaupun perpindahan panas telah

    berlangsung diantara kedua fluida. Hal ini disebabkan kalor yang diterima dan

    yang dilepas oleh fluida (kalor laten) tidak digunakan untuk menaikkan

    temperatur tetapi digunakan untuk mengubah fase fluida. Distribusi temperatur

    evaporasi dapat dilihat pada gambar berikut:

    TC TC

    Th1 Th1

    Th2 Th2

    Tc1 Tc2 Tc1 Tc2

    L(m) L(m)

    a.Distribusi temperatur aliran sejajar b.Distribusi temperatur aliran silang

    Gambar 2.8 Distribusi temperatur pada proses evaporasi

    Universitas Sumatera Utara

  • Maka beda suhu rata rata logaritma adalah:

    LTMD = (1 Tc 1) (Th 2 Tc 2) ln[(1 1)/(2 2)].(J.P. Holman,1998, hal.491)

    Gambar 2.9 Faktor koreksi untuk penukar kalor shell and tube

    Universitas Sumatera Utara