Chapter II(67)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2

Citation preview

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    2.4.1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah

    Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat

    lahir kurang dari 2500 gram. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya,

    bayi berat lahir rendah dibedakan dalam (Saifuddin, 2001) :

    Bayi dengan berat badan lahir rendah, berat lahir 1500-2499 gram. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, berat lahir 1000-1499 gram. Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah, berat lahir

  • sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit

    tertentu (Depkes, 1999).

    2) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)

    Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya untuk

    masa gestasi, yakni dibawah percentile ke 10, yang dapat merupakan bayi kurang

    bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post term). Bayi ini disebut

    juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date (SDA).

    Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam uterus

    (Intra Uterine Growth Retardation) sehingga pertumbuhan janin mengalami

    hambatan. KMK dibagi atas :

    a. Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), adalah janin yang

    menderita distress yang lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi

    berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir, sehingga berat,

    panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi

    keseluruhannya masih berada di bawah masa gestasi yang sebenarnya.

    b. Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation, terjadi akibat distress

    sub-akut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum

    janin lahir. Pada keadaan ini panjang badan bayi dan lingkar kepala normal,

    akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak kurus dan

    lebih panjang dengan tanda-tanda sedikit jaringan lemak di bawah kulit, kulit

    kering keriput dan mudah diangkat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.2. Faktor Resiko Berat Badan Lahir Rendah

    Menurut Setiawan (1995), beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian

    BBLR antara lain ;

    Faktor biologis : jenis kelamin bayi, paritas, umur ibu, ras, fektor keluarga, tinggi badan dan berat badan orang tua, pertambahan berat badan selama hamil, riwayat

    kehamilan terdahulu, hipertensi dan pre eklamsi, oedema ibu, komplikasi

    kehamilan, dan ukuran plasenta.

    Faktor lingkungan : status sosial ekonomi, status gizi dan kebiasaan merokok. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian Berat Badan Lahir Rendah

    Setiawan (1995) :

    1. Umur Ibu

    Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun,

    di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun

    persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal,

    kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal,

    sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan.

    Sebaliknya usia ibu yang lebih tua telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis maupun

    reproduksi secara umum, sehingga lenih sering terjadi akibat yang merugikan pada

    bayi (Setyowati dkk, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • Beberapa studi telah melaporkan bahwa perkawinan di usia muda (
  • Tinggi badan ibu dilaporkan berperan terhadap kejadian BBLR. Hubungan

    antara tinggi badan ibu dengan berat badan bayi yang dilahirkan merupakan

    hubungan positif, dimana semakin tinggi ibu semakin berat bayi yang dilahirkan. Ibu

    dengan tinggi badan

  • 6. Jarak Kelahiran

    Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak

    dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu

    selanjutnya akan mempengaruhi reproduksi (Wibowo, 1992).

    Dari hasil penelitian Prayoga (1994) di Surabaya didapatkan angka kejadian

    BBLR pada ibu dengan jarak kehamilan 12-23 bulan sebesar 2,2%, pada jarak

    kehamilan 24-59 bulan sebesar 1,5% dan pada jarak 60-98 bulan sebesar 2,3%. Dari

    angka tersebut dapat dikatakan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan jarak

    kehamilan 4 tahun adalah 1,5 kali lebih kecil dibandingkan ibu dengan

    jarak kehamilan 2-4 tahun.

    7. Kadar Hb Ibu Menjelang Persalinan

    Kadar Hb menjelang persalinan digunakan sebagai indikator untuk

    menentukan adanya anemia seorang ibu hamil. Anemia saat ibu hamil dapat berakibat

    buruk pada ibu dan janin. Apabila ibu hamil menderita anemia akan menyebabkan

    resiko kelahiran bayi premature, BBLR dan perdarahan sebelum dan saat melahirkan.

    Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan dalam (Soetjoenoes, 1999):

    - Hb 11 gr/dl : tidak anemia

    - Hb 9-10 gr/dl : anemia ringan

    - Hb 7-8 gr/dl : anemia sedang

    - Hb

  • 8. Umur Kehamilan

    Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama mensturasi

    terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga

    kelompok, yaitu :

    1. Pre-term : < 37 minggu (< 259 hari)

    2. Term : 37 minggu sampai dengan < 42 minggu (259-293 hari) 3. Post-term : 42 minggu

    Menurut Manuaba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah

    sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian

    BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran semakin kurang sempurna

    pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu

    lahir.

    2.4.3. Pencegahan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan

    berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini

    akan lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan

    BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya

    untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini merupakan

    tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan kesehatan optimim

    dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Wiknjosastro, 1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

    sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin kehamilan

    yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat. Yang perlu

    diperhatikan antara lain :

    a) Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.

    b) Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra-nikah untuk

    mencegah penyakit tetanus.

    c) Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.

    d) Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat

    memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.

    e) Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari

    akohol dan rokok, karena 13rematu dapat mengganggu tumbuh kembang janin

    sementara rokok akan menyebabkan kelahiran 13remature atau kelainan letak

    plasenta pada janin. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin

    mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan ketuban

    pecah (dini) tidak pada waktunya.

    2.5. Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK)

    2.5.1. Pengertian Kematian Janin dalam Kandungan

    Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

    kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau

    Universitas Sumatera Utara

  • Intra uterine fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20

    minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.

    Sebelum kehamilan 20 minggu ; kematian janin dapat terjadi dan biasanya

    berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan

    tetap tinggal dalam rahim disebut dengan missed abortion.

    Sesudah 20 minggu ; biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak

    kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin

    dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim (Anonim, 2010).

    2.5.2. Tanda-Tanda Kematian Janin dalam Kandungan

    Tanda-tanda kematian janin dalam kandungan adalah sebagai berikut

    (Anonim, 2010) :

    a) Bunyi /denyut jantung tidak terdengar lagi

    Dalam keadaan normal, frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120 /menit

    s/d 160 /menit. Apabila terjadi kematian janin maka tidak terdengar adanya

    denyut jantung melalui pemeriksaan.

    b) Rahim tidak membesar, fundus uteri menurun

    Apabila janin telah lama mati (dalam beberapa minggu), dengan pemeriksaan

    yang teliti biasanya dapat ditunjukkan bahwa besar uterus tidak sesuai dengan

    perkiraan umur kehamilannya, bahkan uterus menjadi lebih kecil dibandingkan

    dengan pemeriksaan sebelumnya.

    c) Pergerakan janin tidak teraba lagi oleh pemeriksa

    d) Palpasi janin menjadi tidak jelas

    Universitas Sumatera Utara

  • Janin yang sehat dan hidup dapat dirasakan melalui palpasi. Apabila janin mati

    maka palpasi menjadi tidak jelas.

    e) Reaksi kehamilan menjadi negative setelah anak mati

    f) Pada foto rontgen dapat dilihat :

    1. Tulang-tulang tengkorak saling menutupi (tanda spalding)

    Terjadinya perimpitan (overlap) yang jelas antara tulang-tulang tengkorak

    akibat perlunakan otak, yang memerlukan waktu beberapa hari.

    2. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)

    Timbulnya lengkungan ini sangat tergantung pada tingkat maserasi ligament

    pada tulang belakang.

    3. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin

    Timbulnya gas dalam tubuh janin merupakan sesuatu yang tidak biasa, dan

    merupakan tanda yang dapat dipercaya adanya kematian janin.

    2.5.3. Faktor Resiko Kematian Janin dalam Kandungan

    1. Umur

    Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap kehamilan. Ibu yang berumur

  • Ibu yang berumur >35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya

    sudah mulai menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik dan seoptimal pada usia

    20-35 tahun (Winkjosastro, 2002).

    Berdasarkan hasil penelitian Umar (2001) di RS dr. Pirngadi Medan tahun

    2001 diperoleh bahwa ibu yang berumut >35 tahun mempunyai resiko sebesar 17,716

    kali lebih besar terhadap kematian perinatal dibanding ibu hamil dengan umur 20-34

    tahun.

    2. Paritas

    Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah

    dialami ibu dengan mencapai viabilitas. Ditinjau dari tingkatannya paritas

    dikelompokkan menjadi tiga antara lain:

    1) Paritas rendah atau primipara

    Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan primipara (jumlah anak 2)

    2) Paritas sedang atau multipara

    Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai

    empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada

    kasus-kasus obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat

    kurang dari 2 tahun

    3) Paritas tinggi

    Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil

    dan melahirkan di atas 5 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena

    paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada

    paritas tinggi, antara lain : plasenta praevia, perdarahan postpartum, dan lebih

    Universitas Sumatera Utara

  • memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi pre

    eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak terjadi pada ibu usia lebih 35

    tahun

    Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas adalah wanita yang pernah

    melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :

    1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali

    2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di

    mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali

    3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima

    kali.

    Adapula sumber yang didapat dari wikipedia terdapat beberapa istilah tentang

    paritas yaitu :

    1) Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau

    melahirkan untuk pertama kali

    2) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali

    Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

    maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

    maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal

    (Winkjosastro, 2002).

    Primipara dan gravida pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko

    tinggi untuk toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika

    sudah menjadi eklamsi (Winkjosastro, 2002).

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Riwayat Penyakit

    Penyakit yang diderita ibu semasa kehamilannya sangat mempengaruhi

    hasil akhir kehamilan, dimana dapat mengakibatkan kematian janin, keguguran

    ataupun persalinan prematur (Behrman, 1994). Penyakit yang sering muncul selama

    masa kehamilan antara lain :

    a. Penyakit infeksi pada kehamilan

    Hampir setiap infeksi yang dialami oleh ibu yang disertai oleh manifestasi

    sistemik yang parah dapat mengakibatkan terjadinya keguguran, kematian janin

    dalam kandungan atau persalinan prematur. Infeksi pada kehamilan dapat berupa ;

    Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih dapat berupa sistitis dan lebih berat berbentuk

    pielonefritis yang dapat menimbulkan keguguran atau lahir prematur. Pada

    kondisi akut dapat menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu

    ibu berupa demam, nyeri pinggang, menggigil, sakit di daerah supra simfisis,

    disuria, dan sebagainya.

    TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simpleks) TORCH merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada ibu hamil

    dapat menyebabkan abortus, kematian janin dalam kandungan, lahir prematur,

    dan cacat bawaan.

    Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit disebut Toxiplasma gondi, yang

    hidup dan berkembang biak pada kucing. Tetapi parasit ini juga dapat hidup

    pada manusia, burung, kambing dan hewan ternak lainnya. Bila seseorang

    Universitas Sumatera Utara

  • terinfeksi Toksoplasmosis, pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang

    jelas sehingga biasanya tidak disadari oleh penderitanya.

    Infeksi saluran pernafasan a) Bronkhitis

    Bronkhitis dapat disebabkan oleh virus atau kuman.

    b) Pneumonia

    Pneuminoa dapat disebabkan oleh virus, kuman, dan zat kimia.

    c) Influenza

    Wanita hamil yang menderita influenza mempunyai komplikasi yang lebih

    tinggi daripada wanita yang tidak hamil. Angka kematian janin pada

    wanita yang terserang influenza adalah 10-20%.

    Malaria Penyakit malaria disebabkan oleh plasmodium, gejala klinik malaria pada

    wanita hamil adalah ; demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut.

    b. Penyakit dasar pada ibu hamil

    a) Diabetes Melitus (DM)

    Pengaruh DM pada kehamilan :

    - Kemungkinan gestosis (hipertensi dalam kehamilan setelah kehamilan 20

    minggu) 4 kali lebih besar

    - Infeksi lebih mudah terjadi

    - Kemungkinan abortus dan partus prematurus sedikit lebih besar

    Universitas Sumatera Utara

  • - Mengakibatkan bayi mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan karena

    kadar gula darah dalam tubuh ibu tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan

    janin

    - Janin sering mati intrauterine terutama sesudah minggu ke-35

    - Jika lahir, anak sering mengalami hipoglikemia dan hipoksia

    b) Penyakit jantung

    Penyakit jantung pada wanita hamil masih merupakan penyebab kematian

    yang penting, dimana tingkat kematian janin akibat penyakit jantung bawaan

    sekitar 22%. Penyakit jantung yang berat dianggap menyebabkan partus

    prematurus atau kematian janin karena kekurangan oksigen.

    d) Anemia pada Kehamilan

    Menurut WHO kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20-89%

    dengan menetapkan Hb 11 gr/dl sebagai dasarnya. Jika persediaan Fe

    minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan

    akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Depkes, 2000).

    Prevalensi anemia lebih tinggi pada kehamilan trimester II dibandingkan

    dengan kehamilan trimester I dan III. Hal ini sejalan dengan penelitian I Made

    Bakta dkk, yang mengatakan bahwa kadar Hb pada ibu hamil akan menurun

    pada trimester I dan mencapai titik paling rendah pada akhir semester II

    kemudian sedikit meningkat pada akhir semester III.

    Pada anemia berkurangnya Hb sebagai alat transport oksigen dari paru-paru

    ke jaringan akan di ikuti penurunan oksigen dalam darah ibu dan darah janin.

    Sehingga menganggu metabolism pada jaringan tubuh janin yang dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • menyebabkan abortus, partus prematurus, kematian janin dakam kandungan

    dan BBLR.

    d) Hipertensi dalam Kehamilan

    Hipertensi pada wanita hamil juga masuk kategori sebagai penyebab janin

    mati dalam kandungan. Hipertensi menyebabkan sirkulasi darah dalam

    plasenta kurang baik dan menyebabkan terjadinya pengapuran sehingga

    nutrisi ke janin terganggu.

    Wanita yang mengalami kehamilan pertama kali berada dalam resiko terbesar

    terhadap hipertensi dalam kehamilan. Begitu juga dengan ubu usia muda 35 tahun. Wanita yang pada kehamilan sebelumnya pernah

    mengalami hipertensi mempunyai kemungkinan 13-45% untuk menderita

    penyakit ini kembali pada kehamilan berikutnya.

    4. Riwayat Kehamilan

    Riwayat kehamilan terdahulu yang dialami ibu juga merupakan resiko tinggi

    dalam terjadinya komplikasi kehamilan. Abortus berulang, kematian intrauterin,

    pendarahan saat hamil, infeksi sewaktu hamil, anak terkecil

  • menual, persalinan dengan pendarahan post partum serta semua persalinan tidak

    normal yang pernah dialami ibu juga merupakan resiko tinggi untuk terjadinya

    kematian intrauterine (Manuaba,1999).

    6. Pemerikasaan Kehamilan

    Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti

    yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin

    yang dikandungnya. Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

    ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

    Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, yang

    bertujuan untuk menurunkan komplikasi kehamilan, menentukan dan menetapakan

    keadaan patologis sedini mungkin sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera

    dirujuk untuk mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif

    (Manuaba,1999).

    Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali oleh

    tenaga kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991

    diperoleh 55% kelahiran (lahir hidup dan lahir mati) pernah diperiksa 4 kali atau lebih

    selama dalam kandungan. Dari hasil SKDI 1997 diperoleh 89% kelahiran hidup tidak

    pernah diperikasa kesehatannya ketika dalam kandungan (Budiarso,1999).

    2.5.4. Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan

    Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan berbagai upaya :

    a. Memerikasakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan yang

    meliputi 5T yaitu : timbang badan, periksa tekanan darah, periksa tinggi

    Universitas Sumatera Utara

  • fundus, pemberian tablet Fe, suntikan TT. Pemeriksaan kehamilan

    dilakukan minimal 4 kali kunjungan, dengan kunjungan I pada kehamilan

    12-24 minggu, kunjungan ke II pada kehamilan 28-32 minggu, kunjungan

    ke III pada kehamilan 34 minggu, dan kunjungan ke IV pada kehamilan

    36 minggu.

    b. Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu

    Menuju Sehat (KMS) ibu hamil agar perencanaan pertolongan persalinan

    dan rujukan kasus dapat dilakukan lebih dini.

    c. Melakukan diagnosa keadaan janin pada kehamilan, dengan cara :

    1. Amniosentesis

    Pengeluaran cairan amnion secara transabdominal yang dilakukan

    selama kehamilan untuk tujuan diagnostic. Biasanya dilakukan antara

    minggu ke 16-18 kehamilan.

    2. Mikroanalisa darah janin

    Pengambilan darah janin yang diambil dari kulit kepala janin dengan

    alat-alat khusus kemudian darah ini diperiksa secara biokimia.

    Gunanya untuk memastikan adanya gawat janin. Dengan teknik

    pemeriksaan ini dapat dilakukan persalinan yang lebih dini bagi gawat

    janin sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan hasil yang

    memuaskan, mempertinggi kemungkinan hidup janin dan mengurangi

    angka kesakitan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Amnioskopi

    Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat

    melihat kutub bawah janin. Selain itu dapat dilihat juga cairan amnion.

    Bila cairan amnion mengandung mekonium pada bayi dengan letak

    kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin dan harus segera

    diselamatkan.

    4. Registrasi jantung bayi

    Pencatatan jantung bayi secara terus menerus dapat memberikan

    penilaian yang lebih tepat tentang keadaan janin daripada control

    bunyi jantung dengan auskultasi.

    d. Melakukan program KB

    e. Pendayagunaan tenaga paramedis yang bukan bidan, pemanfaatan tenaga

    kader dan dukun bayi terlatih dalam mobilisasi sasaran dan pelaksanaan

    deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat beserta rujukannya (Anonim,

    2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6. Kerangka Konsep Penelitian

    : yang diteliti

    : tidak diteliti

    Sosio Demografi - Umur - Tingkat pendidikan - Jenis Pekerjaan ibu

    KJDK Biomedis - Paritas - Umur kehamilan - Jarak kehamilan - Tekanan darah - Kadar Hb

    Antropometri - LILA

    BBLR

    Pola Makan

    Keterangan :

    BBLR dan KJDK dapat disebabkan oleh faktor sosio demografi (umur,

    tingkat pendidikan, jenis pekerjaan), faktor biomedis (paritas, umur kehamilan, jarak

    kehamilan, tekanan darah, kadar Hb), dan faktor Antropometri (LILA) serta pola

    makan ibu selama hamil, tetapi pada penelitian tidak melihat hubungan antara faktor

    sosiodemografi, biomedis, antropometri terhadap BBLR dan KJDK, melainkan hanya

    melihat secara univariat yang mengalami BBLR dan KJDK.

    Universitas Sumatera Utara