16
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal. Hasil penelitian in menunjukkan bahwa struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan. Mayangsari (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan : pengujian pecking order hyphotesis. Penelitian menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba lebih mungkin menggunakan dana internal. Nurhayati (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang. Peneltian ini menjelaskan bahwa pengaruh struktur modal (total modal) terhadap return on investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja. Dimana struktur modal mempengaruhi laba. Return on investment (ROI) juga dipengaruhi oleh total aktiva (investasi). Dan antara laba dan total aktiva (investasi) harus seimbang. Oktavia (2011) melihat pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri. Hasil analisis menunjukkan variabel bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE. Universitas Sumatera Utara

Chapter II.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter II.pdf

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal. Hasil

penelitian in menunjukkan bahwa struktur modal sangat berpengaruh terhadap

profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional

menentukan profit yang diinginkan.

Mayangsari (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pendanaan perusahaan : pengujian pecking order hyphotesis. Penelitian

menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba

lebih mungkin menggunakan dana internal.

Nurhayati (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat

pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang. Peneltian ini

menjelaskan bahwa pengaruh struktur modal (total modal) terhadap return on

investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya

dipengaruhi oleh struktur modal saja. Dimana struktur modal mempengaruhi laba.

Return on investment (ROI) juga dipengaruhi oleh total aktiva (investasi). Dan

antara laba dan total aktiva (investasi) harus seimbang.

Oktavia (2011) melihat pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas

pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri. Hasil analisis menunjukkan variabel

bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel

terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

19

Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Kesimpulan

1 Nakman Harahap (2003)

Analisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal

struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan

2 Mayangsari (2001)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hyphotesis

perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba lebih mungkin menggunakan dana internal.

3 Dwi Nurhayati (2003)

Analisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang

Struktur modal (total modal) terhadap return on investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja.

4 Rina Oktavia (2011)

pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri

variabel bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.

Sumber : Peneliti

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Modal

Modal merupakan suatu faktor penting yang dibutuhkan oleh setiap

perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya yaitu sebagai sumber

pembelanjaan aktivitasnya yang akan digunakan untuk operasi, pengembangan

usaha dan investasi. Pengertian modal menurut (Nitisemito,1984), modal adalah

“elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

20

baku, mesin, gedung, dan sebagainya. Tapi modal juga dapat berupa elemen-

elemen dalam pasiva suatu neraca yang merupakan sumber modal berupa hutang

jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa modal meliputi uang dan barang yang terdapat

alam neraca baik disisi aktiva maupun pasiva. Disisi aktiva dapat berupa kas,

pihutang, persediaaan dan aktiva tetap. Sedangkan disisi pasiva berupa sumber

permodalan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan

modal sendiri.

2.2.2 Struktur Modal

2.2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Menurut Darmawan (2009), struktur modal merupakan perimbangan

antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: hutang jangka pendek yang

bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari:

saham preferen dan saham biasa.

Menurut Sadalia (2010), struktur modal menyatakan adanya hubungan

campuran antara hutang dan modal sendiri dalam struktur keuangan jangka

panjang perusahaan.

Weston dan Copeland (1992) menyatakan bahwa “struktur modal adalah

pembiayaan yang permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

preferen dan modal pemegang saham”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa struktur modal adalah pembiayaan perusahaan yang bersifat

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

21

permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham biasa dan saham

preferen.

2.2.2.2 Komponen Struktur Modal

a. Hutang Jangka Panjang

Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal

pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat

berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada

umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang

jangka pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), “hutang jangka panjang merupakan

salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo

lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang

dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli

mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui

penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal,

bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).

b. Modal Sendiri

Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal

menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

22

hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung resiko yang lebih besar

dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri.

Menurut Sundjaja (2003), “modal sendiri/equity capital adalah dana

jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang

saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa)

serta laba ditahan”.

Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:

1. Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak

istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada

pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham

preferen dalam jumlah yang banyak.

2. Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang

menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa

yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik

residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas

pendapatan dan asset telah dipenuhi.

c. Rasio Struktur Modal

1. Rasio hutang dengan modal sendiri (DER)

Rasio yang membandingkan hutang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk

memenuhi seluruh kewajibannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

23

Rumus :

DER =

2. Rasio hutang jangka panjang dengan asset (LDAR)

Merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total asset.

Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan hutang jangka panjang

dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.

Rumus :

LDAR =

3. Rasio ekuitas dengan asset (EAR)

Merupakan variabel yang dikembangkan berdasarkan pernyataan (Sjahrial,

2006), bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan

saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan

jumlah aktiva.

Rumus :

EAR =

2.2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

1. Struktur Aktiva Menurut Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan industri

dimana sebagian besar modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri

sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan

adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan

bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

24

aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang

sebagian besar dari aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya

dengan hutang, jadi dapat dikatakan bahwa struktur modal dalam

penelitiannya bahwa struktur aktiva akan mempengaruhi keputusan modal

yang dilakukan oleh manajer.

2. Tingkat pertumbuhan penjualan dimana perusahaan dengan penjualan relatif

stabil dapat aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung bahan

tetap yang lebih tinggi di bandikan dengan perusahaan yang penjualan tidak

stabil.

3. Tingkat pertumbuhan aktiva, Weston dan Brigham (1986) mengatakan

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus banyak

mengandalkan pada modal eksternal.

4. Profitabilitas, Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan

dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi menggunakan

hutang yang relatif kecil, tingkat pengembalian yang lebih tinggi

memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan

dengan dana dihasilkan secara internal.

5. Leverage keuangan: jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage

operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk mempebesar leverage

keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

6. Pajak: Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan,

sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin besar keuntungan dari

penggunaan pajak, semakin besar daya tarik pengguna hutang

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

25

7. Pengendalian: pengaruh hutang terhadap posisi pengendalian manajemen bisa

mempengaruhi struktur modal.

8. Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan, maka dalam menjual

sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.

9. Kondisi Internal Perusahaan: Apabila perusahaan memperoleh keuntungan

yang rendah sehingga tidak menarik investor, maka perusahaan lebih

menyukai pembelanjaan dengan hutang dari pada mengeluarkan saham.

10. Fleksibelitas keuangan : seseorang manajer pendanaan yang pintar adalah

selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan dalam mendukung

operasional perusahaan.

2.2.2.4 Teori Struktur Modal

Menurut (Warsono,2002) pendekatan yang digunakan dalam struktur

modal adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan teori struktur modal pada pasar modal sempurna dan tidak

ada pajak.

i. Pendekatan Laba Bersih (Net Income)

Pendekatan ini menganalisis pengaruh perubahan hutang keuangan

terhadap nilai total perusahaan dan tingkat kapitalisasi yang menyeluruh (biaya

modal keseluruhan), dengan asumsi laba operasi/sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

26

dan tingkat kapitalisasi ekuitas konstan. Jika leverage meningkat, maka nilai total

perusahaan akan meningkat dan tingkat kapitalisasi menyeluruh menurun.

ii. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income)

Pendekatan Laba operasi bersih (NOI) mengasumsikan bahwa investor

memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan.

Pendekatan ini melihat bahwa biaya rata-rata tertimbang konstan berapapun

tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa

biaya hutang konstan. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh

pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karena

itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan

meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekwensinya

biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan

struktur modal menjadi tidak penting.

iii. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan ini diasumsikan adanya struktur modal yang optimum dan

perusahaan dapat meningkatkan nilai totalnya melalui penggunaan leverage yang

bijaksana. Pendekatan tradisional mengatakan bahwa mula-mula perusahaan

tersebut dapat menurunkan biaya modalnya dan menaikkan nilai totalnya malalui

leverage. Apabila leverage meningkat, maka nilai total perusahaan meningkat.

Namun peningakatan tersebut mempunyai batas tertentu. Setelah mencapai batas

tertentu maka dengan meningkatnya leverage justru akan menurunkan nilai total

perusahaan.

iv. Pendekatan Modligiani–Miller (MM Approach)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

27

Menurut (Sartono,2001) MM memperkenalkan teori struktur modal

dengan beberapa asumsi berikut:

1. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba

sebelum bunga dan pajak, perusahaan yang memiliki resiko bisnis

sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.

2. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama

terhadap EBIT perusahaan di masa datang, dengan demikian semua

investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectation

tentang laba perusahaan dan tingkat risiko perusahaan.

3. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang

sempurna atau perfect capital market.

MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang surat berharga

dari suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur modalnya.

Oleh karena itu, nilai total perusahaan tersebut haruslah sama, tanpa

memperdulikan bauran pembiayaannya. Alasannya adalah kemungkinan

munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham atau nilai

perusahaan baik yang tidak menggunakan hutang atau yang tidak menggunakan

hutang akhirnya sama. Teori MM didukung oleh proses arbitrase, yaitu proses

mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan harga

yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

28

b. Pendekatan Pasar Modal Sempurna dengan Ada Pajak

Munculnya teori struktur modal pada pasar modal yang sempurna dengan

memasukkan unsur pajak dilatar belakangi oleh dua hal, yaitu:

i. Bunga yang dibayarkan dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan

yang dikenakan pajak

ii. Perusahaan yang mempunyai hutang (dan harus membayar bunga) akan

membayar pajak (income tax) dalam jumlah lebih kecil, karena bunga

merupakan pos deduksi perhitungan pajak. Dengan kata lain apabila ada

dua perusahaan yang mempunyai laba operasi sama tetapi yang satu

menggunakan hutang (dengan konsekuensi membayar bunga) sedangkan

yang satu tidak. Maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar

pajak lebih kecil, dengan demikian nilai perusahaan yang menggunakan

hutang akan lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan

hutang. Jadi dengan adanya pajak, keputusan pendanaan menjadi relevan.

Hal ini disebabkan adanya pembayaran bunga yang bisa meningkatkan

nilai perusahaan. Jadi, perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai

perusahaan maka memerlukan penggunaan hutang.

Teori Trade-off (Trade-off Theory)

Menurut Brigham dan Gapenski (1993), “Teori Trade-off menjelaskan

bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan

pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

29

pertambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari pertambahan hutang di

trade-off (saling tukar) satu sama lain”.

Menurut Brealey dan Myers (1991), “Teori Trade-off menjelaskan adanya

hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang

disebabkan keputusan struktur modal diambil perusahaan. Asumsi dasar yang

digunakan dalam teori trade-off adalah adanya informasi simetris yang

menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu

adanya informasi yang memiliki oleh pihak menajemen suatu perusahaan dimana

perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik.

Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan tidak

menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan

pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan

terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua

instrument pembiayaan.

Balancing Theory

Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories ( Myers,1984 dan

Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu

menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya

yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai

akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah.

Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka

hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

30

bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan

(agency cost).

Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus

dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu

kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu

perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan

dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan

hutang.

Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri

akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun

memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar

berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir

dengan menaikkan biaya perusahaan.

Teori Pecking Order

Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori ini,

mereka menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer

pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang,

dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (Weston dan copeland, 1995).

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan

preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang

profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut

disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

31

Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai

hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi

kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana

eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena

pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding

dengan biaya emisi saham.

Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat

informasi yang berbeda antara insiders/pihak manajemen dan Outsiders/pihak

pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada

pihak pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai

informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi

bahwa perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan

memuat informasi mengenai nilai saham.

2.2.3 Kinerja Perusahaan

Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran

sumber dana permanen dengan kontribusi hutang dan ekuitas secara optimal agar

mampu memaksimalkan harga saham dan tercapai tujuan manajemen keuangan

dalam menciptakan kinerja perusahaaan yang baik. Struktur modal yang optimal

dapat dilihat proporsi hutang dan modal sendiri yang dapat mewujudkan kinerja

perusahaan yang baik.

Peningkatan kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai indikator

keuangan seperti earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER), book

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II.pdf

32

value (BV) dan price to book value (PBV), return on equity (ROE) harga saham

dan kapitalisasi pasar, free cash flow (FCF), maupun economic value added

(EVA) dan market value added (MVA).

Menurut Sadalia (2010), kinerja perusahaaan juga dapat dihitung

berdasarkan tingkat pengembalian investasi (ROI) yang diisyaratkan dengan

rumus :

ROI =

2.3 Kerangka Konseptual

Alur pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang pentingnya tingkat

pengembalian investasi berpengaruh oleh struktur modal. Struktur modal

merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang dan

ekuitas. Pemilihan struktur modal merupakan penentuan berapa banyak hutang

(leverage keuangan) yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai aktivanya.

Menurut Weston (1996), yang dimaksud dengan leverage keuangan adalah

penggunaan hutang. Apabila hasil pengembalian atas investasi lebih besar dari

pada biaya hutang, leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas

modal dengan penggunaan leverage ini juga akan meningkat. Bila hasil

pengembalian atas aktiva lebih kecil dari biaya hutang, maka leverage akan

mengurangi hasil pengembalian atas modal.

Struktur modal yang optimal bertujuan untuk menciptakan bauran

pendanaan yang baik dalam mewujudkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

terlihat dalam kinerja perusahaan yang baik, dimana dalam penelitian ini diwakili

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II.pdf

33

oleh return on investment (ROI), tingkat pengembalian investasi. ROI adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilki.

Menurut Jogiyanto (2000) bahwa : “Return merupakan hasil yang

diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi

adalah return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di

masa mendatang”.

Struktur modal dalam penelitian ini diwakili oleh Debt to Equity Ratio

(DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR).

Uraian di atas bermanfaat dalam menentukan atau memilih variabel-

variabel dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Gambar 2.1 tentang kerangka

konseptual penelitian, sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Imam (2006), Harahap (2003), Sadalia (2010)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir penelitian, maka

diajukan hipotesis yaitu, struktur modal yang optimal berpengaruh signifikan

terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara