Upload
nelson-belo
View
43
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap
profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal. Hasil
penelitian in menunjukkan bahwa struktur modal sangat berpengaruh terhadap
profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional
menentukan profit yang diinginkan.
Mayangsari (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pendanaan perusahaan : pengujian pecking order hyphotesis. Penelitian
menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba
lebih mungkin menggunakan dana internal.
Nurhayati (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat
pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang. Peneltian ini
menjelaskan bahwa pengaruh struktur modal (total modal) terhadap return on
investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya
dipengaruhi oleh struktur modal saja. Dimana struktur modal mempengaruhi laba.
Return on investment (ROI) juga dipengaruhi oleh total aktiva (investasi). Dan
antara laba dan total aktiva (investasi) harus seimbang.
Oktavia (2011) melihat pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas
pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri. Hasil analisis menunjukkan variabel
bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel
terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.
Universitas Sumatera Utara
19
Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Kesimpulan
1 Nakman Harahap (2003)
Analisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal
struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan
2 Mayangsari (2001)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hyphotesis
perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba lebih mungkin menggunakan dana internal.
3 Dwi Nurhayati (2003)
Analisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang
Struktur modal (total modal) terhadap return on investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja.
4 Rina Oktavia (2011)
pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri
variabel bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.
Sumber : Peneliti
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Modal
Modal merupakan suatu faktor penting yang dibutuhkan oleh setiap
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya yaitu sebagai sumber
pembelanjaan aktivitasnya yang akan digunakan untuk operasi, pengembangan
usaha dan investasi. Pengertian modal menurut (Nitisemito,1984), modal adalah
“elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan
Universitas Sumatera Utara
20
baku, mesin, gedung, dan sebagainya. Tapi modal juga dapat berupa elemen-
elemen dalam pasiva suatu neraca yang merupakan sumber modal berupa hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa modal meliputi uang dan barang yang terdapat
alam neraca baik disisi aktiva maupun pasiva. Disisi aktiva dapat berupa kas,
pihutang, persediaaan dan aktiva tetap. Sedangkan disisi pasiva berupa sumber
permodalan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
modal sendiri.
2.2.2 Struktur Modal
2.2.2.1 Pengertian Struktur Modal
Menurut Darmawan (2009), struktur modal merupakan perimbangan
antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: hutang jangka pendek yang
bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari:
saham preferen dan saham biasa.
Menurut Sadalia (2010), struktur modal menyatakan adanya hubungan
campuran antara hutang dan modal sendiri dalam struktur keuangan jangka
panjang perusahaan.
Weston dan Copeland (1992) menyatakan bahwa “struktur modal adalah
pembiayaan yang permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen dan modal pemegang saham”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa struktur modal adalah pembiayaan perusahaan yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
21
permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham biasa dan saham
preferen.
2.2.2.2 Komponen Struktur Modal
a. Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal
pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat
berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada
umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang
jangka pendek.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), “hutang jangka panjang merupakan
salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo
lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang
dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli
mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui
penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal,
bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).
b. Modal Sendiri
Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal
menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan
Universitas Sumatera Utara
22
hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung resiko yang lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri.
Menurut Sundjaja (2003), “modal sendiri/equity capital adalah dana
jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang
saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa)
serta laba ditahan”.
Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:
1. Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak
istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada
pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham
preferen dalam jumlah yang banyak.
2. Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa
yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik
residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas
pendapatan dan asset telah dipenuhi.
c. Rasio Struktur Modal
1. Rasio hutang dengan modal sendiri (DER)
Rasio yang membandingkan hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
23
Rumus :
DER =
2. Rasio hutang jangka panjang dengan asset (LDAR)
Merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total asset.
Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan hutang jangka panjang
dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.
Rumus :
LDAR =
3. Rasio ekuitas dengan asset (EAR)
Merupakan variabel yang dikembangkan berdasarkan pernyataan (Sjahrial,
2006), bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan
saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan
jumlah aktiva.
Rumus :
EAR =
2.2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1. Struktur Aktiva Menurut Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan industri
dimana sebagian besar modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri
sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan
adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan
bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah
Universitas Sumatera Utara
24
aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang
sebagian besar dari aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya
dengan hutang, jadi dapat dikatakan bahwa struktur modal dalam
penelitiannya bahwa struktur aktiva akan mempengaruhi keputusan modal
yang dilakukan oleh manajer.
2. Tingkat pertumbuhan penjualan dimana perusahaan dengan penjualan relatif
stabil dapat aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung bahan
tetap yang lebih tinggi di bandikan dengan perusahaan yang penjualan tidak
stabil.
3. Tingkat pertumbuhan aktiva, Weston dan Brigham (1986) mengatakan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus banyak
mengandalkan pada modal eksternal.
4. Profitabilitas, Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi menggunakan
hutang yang relatif kecil, tingkat pengembalian yang lebih tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana dihasilkan secara internal.
5. Leverage keuangan: jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage
operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk mempebesar leverage
keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
6. Pajak: Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan,
sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin besar keuntungan dari
penggunaan pajak, semakin besar daya tarik pengguna hutang
Universitas Sumatera Utara
25
7. Pengendalian: pengaruh hutang terhadap posisi pengendalian manajemen bisa
mempengaruhi struktur modal.
8. Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan, maka dalam menjual
sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.
9. Kondisi Internal Perusahaan: Apabila perusahaan memperoleh keuntungan
yang rendah sehingga tidak menarik investor, maka perusahaan lebih
menyukai pembelanjaan dengan hutang dari pada mengeluarkan saham.
10. Fleksibelitas keuangan : seseorang manajer pendanaan yang pintar adalah
selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan dalam mendukung
operasional perusahaan.
2.2.2.4 Teori Struktur Modal
Menurut (Warsono,2002) pendekatan yang digunakan dalam struktur
modal adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan teori struktur modal pada pasar modal sempurna dan tidak
ada pajak.
i. Pendekatan Laba Bersih (Net Income)
Pendekatan ini menganalisis pengaruh perubahan hutang keuangan
terhadap nilai total perusahaan dan tingkat kapitalisasi yang menyeluruh (biaya
modal keseluruhan), dengan asumsi laba operasi/sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Universitas Sumatera Utara
26
dan tingkat kapitalisasi ekuitas konstan. Jika leverage meningkat, maka nilai total
perusahaan akan meningkat dan tingkat kapitalisasi menyeluruh menurun.
ii. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income)
Pendekatan Laba operasi bersih (NOI) mengasumsikan bahwa investor
memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan.
Pendekatan ini melihat bahwa biaya rata-rata tertimbang konstan berapapun
tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa
biaya hutang konstan. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh
pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karena
itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan
meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekwensinya
biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan
struktur modal menjadi tidak penting.
iii. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Pendekatan ini diasumsikan adanya struktur modal yang optimum dan
perusahaan dapat meningkatkan nilai totalnya melalui penggunaan leverage yang
bijaksana. Pendekatan tradisional mengatakan bahwa mula-mula perusahaan
tersebut dapat menurunkan biaya modalnya dan menaikkan nilai totalnya malalui
leverage. Apabila leverage meningkat, maka nilai total perusahaan meningkat.
Namun peningakatan tersebut mempunyai batas tertentu. Setelah mencapai batas
tertentu maka dengan meningkatnya leverage justru akan menurunkan nilai total
perusahaan.
iv. Pendekatan Modligiani–Miller (MM Approach)
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut (Sartono,2001) MM memperkenalkan teori struktur modal
dengan beberapa asumsi berikut:
1. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba
sebelum bunga dan pajak, perusahaan yang memiliki resiko bisnis
sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.
2. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama
terhadap EBIT perusahaan di masa datang, dengan demikian semua
investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectation
tentang laba perusahaan dan tingkat risiko perusahaan.
3. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang
sempurna atau perfect capital market.
MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang surat berharga
dari suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur modalnya.
Oleh karena itu, nilai total perusahaan tersebut haruslah sama, tanpa
memperdulikan bauran pembiayaannya. Alasannya adalah kemungkinan
munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham atau nilai
perusahaan baik yang tidak menggunakan hutang atau yang tidak menggunakan
hutang akhirnya sama. Teori MM didukung oleh proses arbitrase, yaitu proses
mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan harga
yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Pendekatan Pasar Modal Sempurna dengan Ada Pajak
Munculnya teori struktur modal pada pasar modal yang sempurna dengan
memasukkan unsur pajak dilatar belakangi oleh dua hal, yaitu:
i. Bunga yang dibayarkan dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan
yang dikenakan pajak
ii. Perusahaan yang mempunyai hutang (dan harus membayar bunga) akan
membayar pajak (income tax) dalam jumlah lebih kecil, karena bunga
merupakan pos deduksi perhitungan pajak. Dengan kata lain apabila ada
dua perusahaan yang mempunyai laba operasi sama tetapi yang satu
menggunakan hutang (dengan konsekuensi membayar bunga) sedangkan
yang satu tidak. Maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar
pajak lebih kecil, dengan demikian nilai perusahaan yang menggunakan
hutang akan lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan
hutang. Jadi dengan adanya pajak, keputusan pendanaan menjadi relevan.
Hal ini disebabkan adanya pembayaran bunga yang bisa meningkatkan
nilai perusahaan. Jadi, perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai
perusahaan maka memerlukan penggunaan hutang.
Teori Trade-off (Trade-off Theory)
Menurut Brigham dan Gapenski (1993), “Teori Trade-off menjelaskan
bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan
pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari
Universitas Sumatera Utara
29
pertambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari pertambahan hutang di
trade-off (saling tukar) satu sama lain”.
Menurut Brealey dan Myers (1991), “Teori Trade-off menjelaskan adanya
hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang
disebabkan keputusan struktur modal diambil perusahaan. Asumsi dasar yang
digunakan dalam teori trade-off adalah adanya informasi simetris yang
menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu
adanya informasi yang memiliki oleh pihak menajemen suatu perusahaan dimana
perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik.
Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan tidak
menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan
pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan
terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua
instrument pembiayaan.
Balancing Theory
Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories ( Myers,1984 dan
Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu
menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya
yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah.
Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka
hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut
Universitas Sumatera Utara
30
bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan
(agency cost).
Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus
dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu
kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu
perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan
dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan
hutang.
Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri
akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun
memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar
berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir
dengan menaikkan biaya perusahaan.
Teori Pecking Order
Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori ini,
mereka menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer
pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang,
dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (Weston dan copeland, 1995).
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan
preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit.
Universitas Sumatera Utara
31
Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai
hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi
kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena
pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding
dengan biaya emisi saham.
Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat
informasi yang berbeda antara insiders/pihak manajemen dan Outsiders/pihak
pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada
pihak pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai
informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi
bahwa perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan
memuat informasi mengenai nilai saham.
2.2.3 Kinerja Perusahaan
Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran
sumber dana permanen dengan kontribusi hutang dan ekuitas secara optimal agar
mampu memaksimalkan harga saham dan tercapai tujuan manajemen keuangan
dalam menciptakan kinerja perusahaaan yang baik. Struktur modal yang optimal
dapat dilihat proporsi hutang dan modal sendiri yang dapat mewujudkan kinerja
perusahaan yang baik.
Peningkatan kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai indikator
keuangan seperti earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER), book
Universitas Sumatera Utara
32
value (BV) dan price to book value (PBV), return on equity (ROE) harga saham
dan kapitalisasi pasar, free cash flow (FCF), maupun economic value added
(EVA) dan market value added (MVA).
Menurut Sadalia (2010), kinerja perusahaaan juga dapat dihitung
berdasarkan tingkat pengembalian investasi (ROI) yang diisyaratkan dengan
rumus :
ROI =
2.3 Kerangka Konseptual
Alur pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang pentingnya tingkat
pengembalian investasi berpengaruh oleh struktur modal. Struktur modal
merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang dan
ekuitas. Pemilihan struktur modal merupakan penentuan berapa banyak hutang
(leverage keuangan) yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai aktivanya.
Menurut Weston (1996), yang dimaksud dengan leverage keuangan adalah
penggunaan hutang. Apabila hasil pengembalian atas investasi lebih besar dari
pada biaya hutang, leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas
modal dengan penggunaan leverage ini juga akan meningkat. Bila hasil
pengembalian atas aktiva lebih kecil dari biaya hutang, maka leverage akan
mengurangi hasil pengembalian atas modal.
Struktur modal yang optimal bertujuan untuk menciptakan bauran
pendanaan yang baik dalam mewujudkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
terlihat dalam kinerja perusahaan yang baik, dimana dalam penelitian ini diwakili
Universitas Sumatera Utara
33
oleh return on investment (ROI), tingkat pengembalian investasi. ROI adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilki.
Menurut Jogiyanto (2000) bahwa : “Return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi
adalah return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di
masa mendatang”.
Struktur modal dalam penelitian ini diwakili oleh Debt to Equity Ratio
(DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR).
Uraian di atas bermanfaat dalam menentukan atau memilih variabel-
variabel dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Gambar 2.1 tentang kerangka
konseptual penelitian, sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber : Imam (2006), Harahap (2003), Sadalia (2010)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir penelitian, maka
diajukan hipotesis yaitu, struktur modal yang optimal berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara