15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, S., 2005, hal. 180) 2. Proses Terjadinya Persalinan Persalinan terjadi karena adanya : (a) penurunan kadar estrogen dan progesteron, dimana progesteron merupakan penenang otot-otot rahim dan estrogen meningkatkan kontraksi otot. Selama kehamilan kadar progesteron dan estrogen seimbang di dalam darah tetapi di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his, menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, (b) oksitosin meningkat sehingga timbul kontraksi rahim, (c) dengan majunya kehamilan maka otot-otot rahim semakin menegang dan timbul kontraksi untuk Universitas Sumatera Utara

Chapter II.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter II.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan

adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan

selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa

komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, S., 2005, hal. 180)

2. Proses Terjadinya Persalinan

Persalinan terjadi karena adanya : (a) penurunan kadar estrogen dan progesteron,

dimana progesteron merupakan penenang otot-otot rahim dan estrogen meningkatkan

kontraksi otot. Selama kehamilan kadar progesteron dan estrogen seimbang di dalam

darah tetapi di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his,

menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan

dimulai, (b) oksitosin meningkat sehingga timbul kontraksi rahim, (c) dengan majunya

kehamilan maka otot-otot rahim semakin menegang dan timbul kontraksi untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

mengeluarkan janin, (d) hipofise dan kadar suprarenal janin memegang peranan penting

sehingga pada ancephalus kelahiran sering lebih lama, (e) kadar prostaglandin dalam

kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan menyebabkan

kontraksi miometrium (Prawirohardjo, S., 2005, hal. 181).

3. Persalinan Kala I

Secara klinis persalinan diawali bila adanya kontraksi dan mengeluarkan lendir

yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir

kanalis servikalis karena serviks mulai membuka, sedangkan darahnya berasal dari

pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena

pergeseran karena serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his

dibagi dalam 2 fase, yaitu : (a) fase laten yaitu dari awal kontraksi hingga pembukaan 3

cm, durasi 20-30 detik, tidak terlalu mules, berlangsung 7-8 jam, (b) fase aktif yaitu

pembukaan dari 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin, durasi 40 detik

atau lebih dengan frekuensi 3x10 menit atau lebih dan sangat mules, berlangsung 6 jam

dengan 3 sub fase yaitu : (1) periode akselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan

menjadi 4 cm, (2) dilatasi maksimal berlangsung 2 jam danpembukaan menjadi 9 cm, (c)

periode deselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 10 cm. Fase-fase tersebut

dijumpai pada primigravida dan multigravida, hanya pada multigravida fase laten, fase

aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Ketuban akan pecah dengan sendirinya

ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Pada primigravida kala I

berlangsung kira-kira 13 jam dan pada multipara kira-kira 7 jam ( Prawirohardjo, S.,

2005, hal. 182).

4. Asuhan Persalinan Kala I

Merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat proses persalinan. Asuhan ini

bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang optimal. Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional,

mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asuhan cairan dan nutrisi, keleluasaan

untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang

sesuai.

B. Nyeri Persalinan

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat

subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding

suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Bare dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

Smeltzer, 2001, hal. 212). Menurut Telfer (1997), nyeri merupakan fenomena

multifaktorial, yang subjektif, personal, dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor

psikologis, biologis, sosial budaya, dan ekonomi (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A.,

2009, hal. 461).

2. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri, diantaranya :

a. Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar

dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis.

Hal ini disebut neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang

di dalam medula spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui

medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan

sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik.

Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory),mekanisme hambatan neurol

atau spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula

spinalis. Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan

jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan

apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat

mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut

tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Fraser,

D. M., dan Cooper, M. A., 2009, hal. 464).

3. Penyebab Nyeri Persalinan

Selama persalinan kala-satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor

dalam adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat

dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma

pada serat otot dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : a) berkurangnya

pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika interval antara

kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih), b)

meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran), c) tekanan bayi pada saraf di dan

dekat leher rahim dan vagina, d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung

rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi, e) Tekanan pada saluran

kemih, kandung kemih, dan anus, f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan

vagina, g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon

stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan

timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, P., Whalley, J., dan

Keppler, A., 2007, hal. 150).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Persalinan

Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia wanita yang

sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih tinggi, b)

primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan multipara

mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat

pada persalinan kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan

presentasi abnormal, d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami

peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin,

e)kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan

menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal

yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah

kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat korteks

serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang

nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot, f)

faktor sosial dan budayadimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan

membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk

menyatakan perasaan (Walsh, L. V., 2007, hal. 261).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

5. Fisiologi Nyeri Persalinan kala I

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus,

peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah

sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls

nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal

bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan

serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri

viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan

menurun ke paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat

relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang

disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum.

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan

memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang

dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit.

Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis,

gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di

seluruh tubuh (Bobak I. M., at all. 2004, hal. 253).

Teori gate control atau pengendalian nyeri yang dikemukakan oleh Melzack dan

Well (1965) mengemukakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.Mekanisme pertahanan dapat

ditemukan pada medulla spinalis, talamus, dan sistem limbik yang mengandung

enkefalin yang menghambat transmisi nyeri (Potter, P. A., dan Perry, A. G., 2005, hal.

1507).

6. Klasifikasi Nyeri

Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. (a) Nyeri akut

merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6

bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot dan cemas, (b) Nyeri kronis

merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan biasanya berlangsung dalam

waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan meliputi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis

dan psikosomatik.

Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya (a)

Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit

(supervisial) pada otot dan tulang. Nyeri somatic dan visceral berbeda karakteristiknya

terutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab-sebabnya, dan gejala yang menyertainya, (b)

Nyeri menjalar (Referrent pain) dimana nyeri terasa pada daerah lain daripada yang

mendapat ransang, misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang menjalar

kebawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi pada miokardium, (c) Nyeri

psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul dari pikiran

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

pasien atau psikologis, (d) Nyeri phantom dari ektremitas yaitu nyeri pada salah satu

ekstremitas yang telah diamputasi, (e) Nyeri neurologis yang timbul dalam berbagai

bentuk, dimana neuralgia adalah nyeri yang tajam (Bare, B. G., dan Smeltzer, S. C.,

2001, hal. 213).

7. Pengukuran Intensitas Nyeri

Mendeskripsikan nyeri berbeda antara bidan dan pasien. Skala deskriptif

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala

pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang

terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di

sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang

tidak tertahankan.

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata dengan menggunakan skala 1-10. Skala analog

visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas

nyeri. Skala nyeri digunakan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

a. Numerik ( 0-10 )

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri sedang Nyeri

Nyeri sangat hebat

b. Deskriptif

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri nyeri ringan sedang hebat sangat hebat

c. Skala Analog visual (VAS)

Tidak Nyeri Nyeri sangat hebat

(Bare, B. G., dan Smeltzer, S.C., 2001, hal. 218).

8. Penatalaksanaan Nyeri

Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi

tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa nyeri

selama proses persalinan. Penny simpkin (2007) mengatakan cara untuk mengurangi

rasa sakit ini ialah : mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan ransangan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu terhadap

rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan

pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis.

Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan

sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara farmakologis adalah dengan

pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf

yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan

pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta,

sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu

terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak membahayakan

bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang

kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I meliputi, relaksasi, akupresur,

kompres dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan masase. Masase sangat efektif

mengurangi nyeri dan ketegangan otot, seperti deep back massage dan firm counter

pressure.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

C. Masase

1. Pengertian Masase

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,

tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki sirkulasi. Malkin

(1994) merincikan enam gerakan dasar yang dilakukan yaitu : effleurage (gerakan

tangan mengurut), petrissage (gerakan tangan mencubit), tapotement (gerakan tangan

melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan mencincang), kneading (gerakan tangan

meremas), dan cupping (tangan membentuk seperti mangkuk) (Mander, R., 2003, hal.

164).

Masase dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan.

Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama

tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena masase (pijat) meransang

tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami dan

menciptakan perasaan nyaman. Bagian tubuh ibu yang dapat dimasase adalah kepala,

bahu, perut, kaki, tangan dan punggung (tetapi bukan masase tubuh yang penuh). Saat

memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah

tepat (Meiliasari, M., dan Danuatmaja, B., 2004, hal. 67).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

2. Metode Masase

Masase merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori masase adalah teori gate control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall, dalam Depkes RI (1997) yang menjelaskan bahwa

ada dua macam serabut saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf

berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda.

Impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil menyebabkan gate

control di spinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan

menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan

memberikan ransangan pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control

akan tertutup dan ransangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada

prinsipnya ransangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada

kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh

saraf berdiameter kecil mencapai korteks serebral.

Beberapa macam masase yang dapat dilakukan untuk meransang saraf

berdiameter besar yaitu :

a. Effluerage, yaitu pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua

telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar dari arah

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan

melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien.

b. Deep Back Massage, yaitu pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga

pasien menekan daerah sakrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan

tekan lagi, begitu seterusnya.

c. Firm Counter Pressure, yaitu pasien dalam posisi duduk kemudian bidan atau

keluarga pasien menekan sakrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan

secara mantap dan beraturan.

d. Abdominal Lifting, yaitu dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang

dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang

belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan ke

arah puncak perut tanpa menekan ke arah dalam, kemudian ulang lagi. Begitu

seterusnya (Gadysa, G., 2009, hal. 6).

3. Prosedur Penatalaksanaan Masase

Masase merupakan tindakan melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan

posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki

sirkulasi.

Manfaatnya adalah sebagai berikut : mengurangi ketegangan bahu, leher dan

nyeri punggung, memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri,

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II.pdf

kram dan inflamasi, memperlambat frekuensi nadi dan menurunkan tekanan darah,

menimbulkan relaksasi pikiran (Price, 1997, hal. 120).

Persiapan yang dibutuhkan meliputi persiapan alat yaitu tempat tidur pasien,

kursi dan bantal, persiapan pasien yaitu membuka sedikit pakaian yang menutupi

daerah sakrum dan yang tidak sedang mendapat terapi obat-obatan seperti induksi

dan persiapan bidannya yaitu mencuci tangan supaya bersih dan posisi bidan di

sebelah kanan ibu. Masase dilakukan setiap kontraksi selama 20 menit. Indikasi

pelaksanaan masase adalah ibu inpartu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan

sedangkan kontraindikasinya adalah memar, luka bakar, bisul, sayatan, penyakit

jantung berat dan terdapat infeksi. Tahap pelaksanaan masase meliputi : (a)

memberitahu ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya, (b) menganjurkan ibu

mencari posisi yang nyaman seperti posisi berbaring miring ke kiri ataupun duduk,

(c) jika ibu sedang berbaring miring di tempat tidur maka lakukan deep back

massage saat terjadi kontraksi, menekan daerah sakrum secara mantap dengan

telapak tangan setiap kontraksi selama 20 menit, lepaskan dan tekan lagi, begitu

seterusnya selama kontraksi, (d) mengajarkan kepada suami atau keluarga teknik

masase tersebut untuk melanjutkan intervensi, (e) mengevaluasi metode masase

tersebut.

Universitas Sumatera Utara