30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan perubahan-perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan tersebut dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga kemiskinan dan lingkungan hidup masyarakat mengalami perubahan. Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara atau bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, misalnya pembangunan dibidang ekonomi, apabila pembangunan ekonokmi telah berjalan dengan baik maka pembangunan dibidang lain akan berjalan dengan baik. (Siagian, 2000:4) Suatu skema baru otonomi daerah yang didalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus adanya seluruh aspirasi masyarakat semenjak dini (Abe, 2005) Lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, melalui otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah. Universitas Sumatera Utara

Chapter Iwr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ytre

Citation preview

Page 1: Chapter Iwr

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan

perubahan-perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan tersebut

dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah perbaikan

kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga kemiskinan dan

lingkungan hidup masyarakat mengalami perubahan.

Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan

pertumbuhan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara atau bangsa

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, misalnya pembangunan dibidang

ekonomi, apabila pembangunan ekonokmi telah berjalan dengan baik maka pembangunan

dibidang lain akan berjalan dengan baik. (Siagian, 2000:4)

Suatu skema baru otonomi daerah yang didalamnya termuat semangat melibatkan

masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh

sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus adanya seluruh

aspirasi masyarakat semenjak dini (Abe, 2005)

Lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, melalui

otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif

masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter Iwr

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah juga harus ada sebab

masyarakat adalah pemilik kedaulatan, masyarakat adalah membayar pajak dan

masyarakat adalah subjek dalam pembangunan. Selain itu, program-program yang di

rumuskan dan dilaksanakan secara partisipasi turut memberikan kesempatan secara

langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka

dan melaksanakan sendiri serta memetik hasil program yang dicapai.

Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu elemen proses

pembangunan desa, oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu

dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga dengan

adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan merasa diberi

peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan, karena pada dasarnya

menggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan

desa itu sendiri.

Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas

kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu ikut masyarakat dilibatkan

baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah

yang dianggap lebih tahu kondisi lingkungannya.

Dimana dominasi Negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran serta

langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan

demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan

secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya

partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek

semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh”

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter Iwr

terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek

pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara

aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan,

terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat

kualitas.

Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu

akan memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan

serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan

pembangunan. Masyarakat lokallah yang mengetahui apa permasalahan yang di hadapi

serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya, bahkan pola mereka akan mempunyai

“pengetahuan lokal” untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut.

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa

keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya

tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam

pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi

seringkali ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan.

Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat

untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum

menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khsususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh

ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-

program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan

pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan

keputusan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter Iwr

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari

partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk pemerintah desa yaitu Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai

lembaga legislatif desa.

Secara historis desa merupakan embrio bagi terbentuknya masyarakat politik dan

pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum Negara dan pemerintahan ini terbentuk,

etensitas sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, telah menjadi

institusi sosial yang mempunyai posisi sangat penting. Mereka ini merupakan institusi

yang otonom dengan tradisi, adat sitiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar kuat,

secara relatif mandiri dari campur tangan etensitas kekuasaan dari luar. (Santoso, 2003:2)

Adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan kewenangan kepada daerah

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi yang berkembang pada masyarakat. Kebijakan tersebut memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh proses kebijakan

pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan.

Untuk mewujudkan kegiatan pembangunan yang lebih demokratis sebagai upaya

dalam mendukung berjalannya roda pemerintahan, pemerintah pusat telah memberikan

wewenang kepada daerah untuk lebih menentukan nasib pembangunan daerah itu sendiri

melalui UU No. 32 Tahun 2004 tetang pemerintah daerah. Maksud dan tujuan Undang-

Undang tersebut adalah menciptakan pemerataan pembangunan nasional dalam mengatasi

kesenjangan antar daerah, karena dengan pembangunan daerah itulah yang akan dapat

menjangkau pelosok negeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter Iwr

Konsekuensi implementasi otonomi daerah yang diamanatkan dalam UU No. 32

Tahun 2004 mengenai pemerintah desa, terdapat dalam pasal 206 yaitu mengenai urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup sebagai berikut:

1. Urusan pemerintah desa yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

2. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau

pemerintah/kabupaten/kota.

4. Urusan pemerintah lainya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan

kepada desa.

Kemudian dalam pasal 208 terdapat tugas dan kewajiban kepala desa dalam

memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Makna utama dari undang-undang ini bagi desa adalah kedudukan desa yang tidak

lagi dibawah kecamatan. Desa adalah entitas politik yang otonom. Fungsi kecamatan

dalam konteks ini adalah sekedar menjalankan fungsi administratif dan koordinatif di

wilayah kecamatan, sesuai dengan status kecamatan yang tidak lagi menjadi sebuah

wilayah kekuasaan melainkan sekedar sebagai perpanjangan dari kabupaten.

Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah yang

dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Pemerintah daerah yang dimaksud adalah termasuk didalamnya pemerintah

desa. Pemerintah desa diharapkan mampu membentuk daerah baik kemampuan ekonomi,

potensi daerah, kependudukan, sosial politik maupun pertahanan dan keamanan. Disini

jelas bahwa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelenggaraan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter Iwr

otonomi daerah perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar

Pemerintahan Daerah.

Hakikat otonomi daerah adalah efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan, yang ada pada akhirnya bernuansa pada pemberian pelayanan kepada

masyarakat yang hakikatnya semakin lama semakin baik, disamping untuk memberi

peluang peran serta masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan secara

luas dalam konteks demokrasi, dan bila dikaitkan dengan pemerintah desa yang

keberadaanya adalah berhadapan langsung dengan masyarakat, maka sejalan dengan

otonomi daerah yang dimaskud, upaya untuk memberdayakan pemerintah desa harus

dilaksanakan, karena posisi pemerintah yang paling dekat masyarakat adalah pemerintah

desa

Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan

penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya, tidak akan dapat berjalan

secara maksimal, bilamana pemerintah desa (Kepala Desa) sebagai orang yang terdepan

dengan memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator

pembangunan besifat apatis atau acuh tak acuh terhadap kondisi masyarakatnya dan

pemerintahannya, maka yang terjadi adalah kefakuman.

Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 yaitu pada pasal 208 “Tugas dan

kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintah desa diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Peraturan

Pemerintah tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang

pemerintah desa yaitu pasal 8 yang isinya “Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan

Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa sebagaimana dimaksud

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter Iwr

dalam pasal 7 huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Dari ketentuan diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa yaitu

kepala desa adalah sebagai administrator pembangunan pada bidang pemerintahan,

administrator pada bidang kemasyarakatan, administrator pada bidang ekonomi,

administrator pada bidang keamanan dan ketertiban, dan administrator pada bidang-

bidang hukum dan adat

Konsekuensi dari kenyataan tersebut, pemerintah desa (Kepala Desa) harus

mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin masyarakat dalam berbagai bidang

pembangunan dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Keadaan inilah

yang terkadang kurang dipahami oleh pemerintah desa sehingga antara harapan

masyarakat dengan kenyataan yang dihadapi tidak pernah bersentuhan, dengan kata lain

antara ketentuan dengan rasa ego yang saling berhadapan.

Hal yang menarik dan sejauh pengamatan penulis di Desa Pulau Kumpai terlihat

bahwa pemerintah desa (Kepala Desa) belum maksimal dalam melakukan fungsi

motivator sebagai pemerintah desa. Dan keadaan yang terjadi di Desa Pulau Kumpai

pemerintah desa yakni kepala desa sebagai motivator pemerintahan tidak terwujud di

tengah-tengah masyarakat. Pelayanan akan kebutuhan masyarakat dalam bidang tidak

terpusatkan kepada salah satu tempat strategis yang secara khusus sebagai tempat

pelayanan.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan” (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai

Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter Iwr

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar di ketahui arah jalannya suatu penelitian.

Batasan masalah bukan batasan pengertian. Tidak jarang mahasiswa yang

mencampuradukkan kedua jenis batasan tersebut. Ada yang menganggap sebagai dua hal

tetapi sama. Ada yang mengunakan secara tebalik. Batasan masalah merupakan sejumlah

masalah yang merupakan pertayaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui

penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan

permasalahan. (Arikunto, 2005:14)

Berpangkal tolak dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Pulau Kumpai?

2. Bagaimana peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di Desa Pulau Kumpai?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai

atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun

yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di

Desa Pulau Kumpai.

2. Untuk mengetahui peranan pemerintah desa dalam mendorong partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter Iwr

3. Untuk mengetahui faktor-fakor penghambat dan pendorong yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.

D. Manfaat Penelitian

Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik

bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun

manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan

bagi yang mengunakannya.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai

permasalahan dan juga masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat di Kecamatan

Pangean dalam melaksanakan pembangunan.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama pemerintah desa

dan masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan brfikir

dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa

perkuliahan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter Iwr

E. Kerangka Teori

Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh,

dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya

landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2003:55)

Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2003:55), teori adalah seperangkat

konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan

menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan

teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Peranan Pemerintah Desa

1.1 Peranan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat

tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan

peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1989)

Menurut Soekanto (1990:268) peranan meliputi norma yang dihubungkan

dengan posisi seseorang dalam masyarakat sebagai rangkaian peraturan yang

membimbing seseorang dalam kehidupan sosial. Artinya adalah posisi yang dimiliki

seseorang tersebut seperti kepala desa yang merupakan pemerintahan desa, dengan

posisi tersebut pemerintah desa akan lebih memiliki wewenang untuk menegakkan

peraturan-peraturan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter Iwr

Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204)

meliputi:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian

peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai

struktur sosial masyarakat.

Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2004:148) peranan diartikan sebagai

perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya

menurut Ali (2000: 304) peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang

memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali

tersebut mangandung maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang

yang lebih memiliki tanggungan dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran dan

tanggung jawabnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

oleh masyarakat yang dipimpinnya.

1.2 Pemerintah Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/Kota di bentuk pemerintahan desa yang

terdiri dari kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perangkat desa

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari

Sekretaris Desa (SEKDES) dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter Iwr

pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. pembentukan, penghapusan, dan

penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa

di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi

kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah (PERDA).

Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga Negara Republik

Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh Peraturan

Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang

memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala

desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,

hukum adat istiadat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan

sebaga unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari

penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan

dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga,

pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh dan pemuka masyarakat

lainya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat

diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Badan Permusyarawatan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Adapun

wewenang BPD yaitu membahas rancangan peraturan desa dan peraturan kepala desa,

mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, membentuk panitia

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter Iwr

pemilihan kepala desa, menggali menampung, menghimpun, merumuskan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, dan menyusun tata tertib BPD

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai hak, meminta keterangan

kepada pemerintah desa, menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban

mangamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan,

melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,

mempertahankan dan memilihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti

aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala desa, mendahulukan kepentingan

umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai

sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, dan menjaga norma dan etika

dalam hubungan kerja dengan lembaga masyarakat.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut

Nurcholis (2005:138) pemerintah mempunyai tugas pokok:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,

membangun dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten

Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan

langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pemerintah

desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu

didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat (Rivai, 2004:53)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter Iwr

Adapun fungsi pemerintah desa secara operasional dapat dibedakan dalam

fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemerintah sebagai komunikator

merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana

pemerintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai

usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan

mungkin perlu konsultasi dengan masayarakat-masyarakat yang di pimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa berusaha mengaktifkan

masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi

dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak

mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau

menetapkan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pemerintah.

Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu

mengantar aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam. Koordinasi yang

efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter Iwr

Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat mewujudkannya

melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa

pemerintah desa mempunyai tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud

adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti

pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan

Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang

dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana

fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga,

urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan

kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat

istiadat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala desa mempunyai

wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD

b. Mengajukan rancangan pengaturan desa

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mangenai APB Desa untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. Membina kehidupan masyarakat desa

f. Membina preekonomian desa

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter Iwr

g. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif

h. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan dapat menunjukan kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam

aktivitas pemerintah desa secara integral.

Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:

1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja

2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan

mengeluarkan pendapat

3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas

4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil

keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing

5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis

6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan

memiliki tanggung jawab

7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat

pengendali

Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan

tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka

pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter Iwr

kenyataan bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-

keterbatasan, baik dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan

tersebut tidak memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan,

harapan, cita-cita dan kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh

orang lain.

Dalam suatu masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana

tujuan yang hendak dicapai masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai

tidak rumit, kerjasama dengan orang lain sudah dirasakan pentingnya.

Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa masyarakat terdiri dari individu-

individu yang mempunyai jati diri yang khas dengan cita-cita, harapan, keinginan dan

kebutuhan yang berbeda, perbedaan tersebut harus diterima dan diakui sebagai

kenyataan. Mengakui dan menerima kenyataan secara implisit juga berarti bahwa

manusia merupakan makhluk yang dinamis. Salah satu implikasi dinamika itu ialah

bahwa makin maju seseorang dan suatu masyarakat maka kebutuhannya pada

giliranya menjadikan upaya pencapaiannya semakin sulit (Siagian, 2000:132).

Dua manisfestasi yang menonjol dari dinamika tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Semakin maju suatu masyarakat, mereka semakin sadar bahwa pemuasan

kebutuhan yang bersifat fisik saja seperti sandang, pangan dan papan tidak lagi

memadahi seperti kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan sosial, pengakuan

akan harkat dan martabat, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat

azasi.

2. Berkat keberhasilan suatu Negara menyelenggarakan pembangunan dibidang

sosial budaya khususnya pendidikan, para warga Negara dan masyarakat semakin

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter Iwr

cerdas sehingga membuat mereka semakin sadar akan hak dan kewajiban,

meskipun harus diakui bahwa tidak sedikit diantara mereka yang cenderung lebih

mengutamakan perolehan haknya dibandingkan dari kewajiban

Dari dua hal diatas terlihat bahwa dinamika masyarakat baik secara individu

sebagai masyarakat dan akhirnya sebagai bangsa menuntut peningkatan peranan

pemerintah desa dengan seluruh jajarannya untuk memainkan peranan secara proaktif

dan menyelenggarakan fungsinya secara efisiensi dan efektif.

Untuk mewujudkan peranan pemerintah desa tersebut maka perlu dan harus

melakukan komunikasi dengan masyarakat supaya mereka mengerti tentang ide

pembangunan sehingga dapat dan mau berpartisipasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang akan dan sedang

dilakukan.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

2.1 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan maupun secara berkelompok maupun masyarakat untuk menyatukan

kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan masyarakat tersebut. Partisipasi dapat di definisikan sebagai

keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok

yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha

mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter Iwr

Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisipasi

merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk

mambantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua,

partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai

pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan

pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk

membangun.

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut

mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara (2004:84)

partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga Negara yang mempunyai hak

dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi

institusi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan

berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi

masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari

kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa

tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat menyetujui

suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan

sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Menurut Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat di definisikan

sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.

Peningkatan partisipasi masyarakat tersebut merupakan salah satu bentuk

pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter Iwr

pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber

daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai

berikut:

a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan

teknologi)

b. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan)

c. Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efesiensi)

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengarkan

dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau

sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna

meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha

pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian

“pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua dimensi yakni

keluar dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan

pemerintahan itu sendiri dan kedua, menyangkut partisipasi warga desa terhadap

jalannya pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah

menyangkut seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal

ini dapat tercermin dari penegakkan demokrasi, manjalin hubungan yang harmonis

dengan lembaga adat ataupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan

masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai

dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter Iwr

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi

masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari

kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa

tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat mensetujui

suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Muncul apabila mereka dapat mensetujui

suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan

sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian

masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara

bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara

maksimal.

Menurut Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam

pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

kegiatan pembangunan.

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang

harus ditumbuhkembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki

(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responbility) dari masyarakat

secara sadar, bergairah dan tanggung jawab (Tjokromidjojo, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter Iwr

Menurut Taliziduha Ndraha ada beberapa wadah bagi terwujudnya partisipasi

masyarakat, sebagai berikut:

1. Wadah partisipasi buah pikiran (yang diberikan dalam rapat), rapat yang

dimaksud seperti rapat mingguan di desa, seminar, penataran-penataran.

2. Wadah partisipasi tenaga.

Yang diberikan dalam perbaikan pembangunan agar partisipasi tenaga merupakan

pendorong, perlu di usahakan penertiban, penjelasan-penjelasan tentang manfaat.

Dari partisipasi ini banyak hal yang didapat antara lain bangkitnya rasa berlomba,

rasa tanggung jawab.

3. Wadah partisipasi benda.

Dikalangan masyarakat masih hidup kesediaan memberikan harta benda terhadap

usaha yang dirasakan meringankan beban hidup mereka seperti perbaikan kondisi

jalan, sumbangan, ronda malam.

4. Wadah partisipasi keterampilan.

Di desa banyak yang memiliki keterampilan, tetapi belakang ini mangalami skill

drain, karena mereka telah mengalir ke kota.

Dilihat dari pengamatan penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi

masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut

dapat bersifat positif maupun negatif. Faktor-faktor yang bisa menjadi daya

pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi yaitu:

a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa

diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik

diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter Iwr

b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah

ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup

masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.

d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus

dihormati dan diakui.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat masyarakat tidak ikut berpartisipasi

adalah:

a. Faktor ekonomi

Lapisan masyarakat setempat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari. Pada

umumnya sebagian besar masyarakat memiliki mata pencharian bertani, dengan

bertani mereka merasa kebutuhan masih belum mencukupi sehingga, masyarakat

menilai bahwa pembangunan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan

daerah.

b. Pendidikan yang relatif rendah

Dengan adanya tingkat pendidikan yang relatif rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keahlian dan keterampilan tertentu sehingga, seseorang

kurang memahami permasalahan yang dihadapi.

c. Terdapatnya kecederungan kaum elit komunitas atas saja yang mampu dan

berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan

pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter Iwr

d. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbaur politik artinya pembangunan

masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.

Partisipasi yang dilibatkan warga desa adalah menyangkut keikutsertaan yang

bertalian dengan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan yang dapat terlihat

dari bentuk partisipasi masyarakat baik dari segi moral ataupun material. Ikut

menyumbang ide-ide, peduli terhadap pembuatan keputusan dan hasil keputusan,

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan desa dan senantiasa menunaikan

kewajibannya selaku warga Negara yang baik yaitu dengan membayar pajak yang

berguna pendanaan pembangunan di desa itu sendiri pada khususnya maupun untuk

pembangunan Negara ada umumnya merupakan sedikit contoh bagaimana bentuk dari

partisipasi masyarakat yang harus dilakukan. Selanjutnya partisipasi masyarakat desa

dalam pembangunan yang sering di abaikan dan hampir tidak kelihatan adalah

partisipasi dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa selama ini

kebijakan-kebijakan yang ada adalah kebijakan yang diambil secara sepihak yaitu

pemerintahan itu sendiri baik dari level yang paling atas (pemerintah pusat) sampai

pada akhirnya jatuh kepada kepala desa. Pengambilan keputusan ini seringkali tidak

melibatkan masyarakat desa sehingga pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan

sulit menterjemahkan kebijakan yang ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun

keinginan masyarakat setempat.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat akan sangat tergantung kepada siapa yang menentukannya,

bagaimana proses penentuannya serta bagaimana diimplementasikanya agar

masyarakat dapat membangun opini dan menentukan berpihakan publik, maka

diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat

berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu harus ada

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter Iwr

rumusan ataupun strategi yang di ciptakan guna melibatkan masyarakat dalam

pengambilaan keputusan mengenai kebijakan yang bersifat langsung melibatkan

kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.

Hidayat (2004:74) membuat strategi perencanaan bersama masyarakat yaitu

melalui serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat berusaha menguatkan

kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat

antar berbagai pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat)

dalam menghasilkan kebijakan yang benar-benar dibutuhkan daerah.

Strategi perencanaan masyarakat yang dilakukan adalah untuk menjadikan

partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah

daerah dengan alasan kebaikan hati melainkan dimaksudkan sebagai suatu pelayanan

dasar yang tersedia dan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan

daerah di era ini. Adapun tujuan dari serangkaian aktivitas perencanaan bersama

masyarakat meliputi antara lain mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan

antara masyarakat dengan pemerintahannya, mendorong masyarakat dan aparat

pemerintah secara bersama-sama untuk mencapai jalan keluar dari berbagai masalah

umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan

demokratisasi, membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan

pembangunan daerah secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang

diupayakan. Untuk itu keterlibatan antara kedua belah pihak ini (Aparat pemerintah

dan masyarakat) dalam pembangunan sangatlah di butuhkan guna kemajuan bersama

sebagai bentuk orientasi dari pembangunan.

Dengan demikian selanjutnya penulis akan menekan penulisan ini pada sejauh

mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kebijakan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter Iwr

yang ada di desa tersebut, pertisipasi yang berbentuk materi yang merupakan bentuk

parstisipasi paling konkret dalam pembangunan, partisipasi dalam tenaga yang

tercermin dari keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangatlah dibutuhkan

guna kemajuan bersama sebagai motivasi guna pembangunan yang berkelanjutan.

2.2 Pembangunan

dalam Agus Suryono memberikan definisi pembangunan bahwa

pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses

pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam

lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative caution). Pembangunan sudah

menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan

sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga negaranya

(Budiman, 1995:1).

Menurut Suroto, pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada

tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan

keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di

perlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif

yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain,

kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai

pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua

atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau di

perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter Iwr

optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif. (Suroto,

1983:78).

Pembangunan sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi

masa depan mempunyai beberapa implikasi tertentu. Pertama, berarti memberikan

perhatian terhadap kapasitas, terhadap apa yang diperlukan dilakukan untuk

mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua, ia

mencakup keadilan (equity), perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu

akan memecah belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan

kuasa dan wewenang, dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai

kuasa dan wewenang manfaat tertentu maka mereka akan menerima manfaat

pembangunan. Dan pada akhirnya pembangunan berarti perhatian yang sungguh-

sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa

masa depan dapat ditunjang kelangsungannya. (Ketaren, 2008:37)

Randy dan Riant memberikan definisi pembangunan secara sederhana, yaitu

pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat

kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam menyelenggarakan tindakan

pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatanya. Dana

tersebut dihimpun dari warga Negara dalam bentuk: pajak, pungutan, serta yang di

peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak dan laba perusahaan publik.

Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan pembangunan, motivasi pelaku

pembangunan, dan perioritas pembiayaan pembangunan. (Randy dan Nugroho,

2006:10)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter Iwr

F. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat

fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49)

konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia yang

dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah

istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial

(Singarimbun, 1995:33).

Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep adalah:

a. Peranan merupakan perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan jabatan atau

fungsinya.

b. Pemerintah desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintah desa.

c. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang

(benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).

d. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat

yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan

sosial, dan demokrasi politik.

G. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi

operasional berisi tentang indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter Iwr

variabel. Maka yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian adalah pemerintah desa

dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Indikator dari pemerintah desa dilihat dari fungsi kepemimpinan kepala desa:

a. Fungsi instruktif, menentukan perintah, mengerjakan perintah, bagaimna cara

mengerjakan.

b. Fungsi konsultatif, cara menetapkan keputusan.

c. Fungsi partisipasi, mengaktifkan orang-orang dalam pengambilan keputusan

maupun dalam melaksanakannya.

d. Fungsi delegasi, melimpahkan wewenang sementara kepada bawahan.

Dan indikator dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan:

a. Wujud atau demensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam

Musrenbang, misalnya berupa ide, gagasan, materi maupun sumbangan.

b. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah.

Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat diibatkan dalam proses

penyusunan program-program pembangunan, sperti penyusunan program

pembuatan jalan, jembatan, sumur bersih, rumah layak huni, Mandi Cuci Kakus

(MCK) dan lain-lain.

c. Kesesuaian pembangunan derah yang akan dilakukan dengan kebutuhan

masyarakat. Artinya apakah program yang ditetapkan sesuai dengan hasil

musrenbang yang telah dilaksanakan.

d. Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan

pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter Iwr

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, definisi operasional dan

sistematika penulisan

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,

teknik pengumpulan data dan teknik analisa data

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana

penelitian dilakukan

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisis

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang disajikan

sebagai bahan pertimbangan objek penelitian

Universitas Sumatera Utara