24
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS NYERI DADA (CHEST PAIN) A. Pengertian Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain). Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard. Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit. B. Etiologi Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Nyeri dada pleuritik Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan penumomediastinum

Chest Pain

Embed Size (px)

DESCRIPTION

i

Citation preview

Page 1: Chest Pain

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS NYERI DADA (CHEST PAIN)

A. Pengertian

Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan

seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain).

Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai

aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme

miokard.

Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan

paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim

paru tidak menimbulkan rasa sakit.

B. Etiologi

Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti

ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan

nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga,

pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis.

Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli

paru, keganasan atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan penumomediastinum

2. Nyeri dada non pleuretik

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke

tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru :

a. Kardial

1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang

menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih

sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher,

rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal. Nyeri

disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iskemik

miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri

berasal sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4

yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis

Page 2: Chest Pain

yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat

dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah

ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah

koroner.

Ada 3 sindrom iskemik yaitu :

a) Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri dada khas

yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan

menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul

setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan

atau gangguan emosi.

b) Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis

Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh

rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan

berlangsung lebih lama.

c) Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30

menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih

lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan angina

pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas

fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping

itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa

ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.

2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau

substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur

akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat

membantu menegakan diagnose.

3) Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat

menimbulkan nyeri dada iskemik.

b. Perikardial

Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas

diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal,

tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya

seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau

bergerak.

Page 3: Chest Pain

Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu

dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.

Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan

punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis

c. Aortal

Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi

untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat

timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark

miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler

serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.

d. Gastrointestinal

Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri

esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di tengah, dapat menjalar ke punggung, bahu

dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat

menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi

gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga

mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersama

– sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan

berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto gastrointestinal

secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan

gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa.

e. Muskuloskletal

Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering

menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik,

berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri

pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga

timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak

demikian.

f. Fungsional

Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak

di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa

Page 4: Chest Pain

adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional

dengan nyeri iskemik miokard.

g. Pulmonal

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat

menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru

akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai

dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer

lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu

exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar

ke pleura, organ medianal atau dinding dada.

C. Patofisiologi

Terjadi penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi

sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan

akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.

Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan

transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik

ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya.

Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan

bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan

akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard Kompensasi ini jelas tidak akan memadai

bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila

infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan

hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus

berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik

ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat sering terjadi perubahan

bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark

maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang

nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik ini tidak statis. Bila makin tenang fungsi jantung

akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang

tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akan menjadi akinetik,

karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami

hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan

Page 5: Chest Pain

atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,

regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik

jantung.

Aritmia merupakan penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-

jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa

refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan.

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :

1. Nyeri ulu hati

2. Sakit kepala

3. Nyeri yang diproyeksikan ke

lengan, leher, punggung

4. Diaforesis / keringat dingin

5. Sesak nafas

6. Takikardi

7. Sesak nafas

8. Kulit pucat

9. Sulit tidur (insomnia)

10. Mual, Muntah, Anoreksia

11. Cemas, gelisah, fokus pada diri

sendiri

12. Kelemahan

13. Wajah tegang, merintih, menangis

14. Perubahan

15. kesadaran

E. Pemeriksaan penunjang

1. EKG 12 lead selama episode nyeri

a. Takhikardi / disritmia

b. Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis

c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu

dilakukan. Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung

koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark

miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut.

2. Laboratorium

a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH

b. Fungsi hati : SGOT, SGPT

c. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin

d. Profil Lipid : LDL, HDL

3. Foto Thorax

4. Echocardiografi

5. Kateterisasi jantung

Page 6: Chest Pain

F. Terapi / penatalaksanaan

1. Pengobatan

a. Nitrat

Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial

tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada

arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral

sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul

pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian

topikal atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan

peningkatan dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina.

Nitrat yang short-acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus

dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat

sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi

b. Beta bloker

Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar

penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung,

kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang

dipilih diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek

samping jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita

dengan riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung. 7

c. Ca-antagonis

Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner,

Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek

nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan

yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif

karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik

pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada

pemberian beta-bloker saja.

Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di

samping sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat

ditambahkan nifedi-pin. Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker

dapat diberi dilti azem suatu jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi.

Bila dengan pengobatan ini masih ada keluhan angina maka penderita harus

direncanakan untuk terapi bedah koroner. Pengobatan pada angina tidak stabil

Page 7: Chest Pain

prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan

akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis

harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita sengan

pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test

exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi

harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun.

Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk

kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.

d. Antipletelet dan antikoagulan

Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan antikoagulan.

Cairns dkk 1985 melakukan penelitian terhadap penderita angina tak stabil selama

lebih dari 2 tahun, ternyata aspirin dapat menurunkan mortalitas dan insidens

infark miokard yang tidak fatal pada penderita angina tidak stabil. Pemberian

heparin i.v juga efeknya sama dan sering diberikan daripada aspirin untuk jangka

pendek dengan tujuan menstabilkan keadaan penderita sebelum arteriografi.

Terdapat obat-obatan pada angina pektoris tak stabil secara praktis dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1) Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama fase

akut maupun sesudahnya

2) Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum mendapat

pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak ada kontra

indikasi. Tidak ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-antagonis

diberikan sekaligus pada permulaan pengobatan.

3) Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat

ditambah dengan nifedipin.

4) Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan.

2. Pembedahan

Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) Walupun

pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat

memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan

pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal yang

berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium yang

luas (Rahimtoola 1985).

Page 8: Chest Pain

Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas

exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada

90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun.

Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat

kesulitan teknis saat operasi sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 –

12 tahun sering karena adanya graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh

peninggian kolesterol dan diabetes.

Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik

dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan tidak

lebih dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil dengan fungsi

ventrikel kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat

penyakit yang lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun

memberikan respons yang baik dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa

dilakukan pada penderita umur 20 tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit

yaitu sering didapatkan perubahan neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%.

Akan tetapi kebanyakan penderita lambat laun akan kembali seperti semula.

G. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan

kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk

memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan

untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak.

Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik

ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan

spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.

Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem

asuhan keperawatan antara lain :

1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien

yang datang ke ruang gawat darurat.

2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.

3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia,

seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.

4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan

ketepatan yang tinggi.

Page 9: Chest Pain

5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di

ruang gawat darurat.

Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat di ruang gawat darurat meliputi :

1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus

menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi.

2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.

3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi

masalah biologi dan psikososial klien.

4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk

menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.

5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.

6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat.

7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.

Page 10: Chest Pain

Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan

Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat

darurat.

1. Pengkajian

a. Standar

Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal

dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam

lingkup kegawatdaruratan.

b. Keluaran

Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat

darurat.

c. Proses

Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah

keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :

1) Pengkajian Primer (primary survey)

Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah

aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan

pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.

Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :

A = Airway dengan kontrol servikal

Kaji :

- Bersihan jalan nafas

- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas

- Distress pernafasan

- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

B = Breathing dan ventilasi

Kaji :

- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada

- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut

- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

Page 11: Chest Pain

C: Circulation

- Denyut nadi karotis

- Tekanan darah

- Warna kulit, kelembaban kulit

- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

D = Disability

Kaji :

- Tingkat kesadaran

- Gerakan ekstremitas

- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P =

pain/respon nyeri, U: unresponsive.

- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.

E = Eksposure

Kaji :

- Tanda-tanda trauma yang ada.

2) Pengkajian Sekunder (secondary survey)

Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada

pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif

dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari

kepala sampai kaki.

a) Pengkajian Riwayat Penyakit :

Komponen yang perlu dikaji :

- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit

- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit

- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera

- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)

- Waktu makan terakhir

- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,

imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.

Page 12: Chest Pain

b) Tanda-tanda vital dengan mengukur :

- Tekanan darah

- Irama dan kekuatan nadi

- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan

- Suhu tubuh

c) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :

Pengkajian kepala, leher dan wajah

- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah

Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,

adakah perdarahan serta benda asing.

- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir

Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau

keluaran lain seperti cairan otak.

- Periksa leher

Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau

tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan

menelan.

Pengkajian dada

Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :

- Kelainan bentuk dada

- Pergerakan dinding dada

- Amati penggunaan otot bantu nafas

- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan,

sianosis, abrasi dan laserasi

Pengkajian Abdomen dan Pelvis

Hal-hal yang perlu dikaji :

- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen

- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi,

distensi abdomen dan jejas

- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas

- Nadi femoralis

Page 13: Chest Pain

- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)

- Distensi abdomen

Pengkajian Ekstremitas

Hal-hal yang perlu dikaji :

- Tanda-tanda injuri eksternal

- Nyeri

- Pergerakan

- Sensasi keempat anggota gerak

- Warna kulit

- Denyut nadi perifer

Pengkajian Tulang Belakang

Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :

- Deformitas

- Tanda-tanda jejas perdarahan

- Jejas

- Laserasi

- Luka

Pengkajian Psikosossial

Meliputi :

- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan

- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti

sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun

anggota keluarga

- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang

dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan

hiperventilasi.

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Radiologi

b) Pemeriksaan laboratorium

c) USG dan EKG

2. Diagnosa Keperawatan

Page 14: Chest Pain

Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Nyeri Dada

(chest pain) antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

b. Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai 02

miokard dan kebutuhan

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Page 15: Chest Pain

DAFTAR PUSTAKA

Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,

NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC

Page 16: Chest Pain