Upload
senthil-kumar
View
210
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah "Choroidal Neovascularization" by Senthil Kumar, S.ked
Citation preview
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
BAB 1
PENDAHULUAN
Choroidal Neovascularization (CNV) adalah pertumbuhan menyimpang
dari pembuluh darah di bawah makula terkait dengan berbagai gangguan, yang
paling signifikan adalah age related macular degeneration (ARMD). Beberapa
kondisi lain yang terkait dengan CNV termasuk peradangan intraokular, angioid
streak, pecah koroidal, miopia patologis, bekas luka chorioretinal, atau distrofi
chorioretinal. 1, 2
Meskipun penyebab yang berbeda, teknik untuk diagnosis dan pengobatan
adalah sama untuk CNV. Penting dalam manajemen pasien adalah pemahaman
yang menyeluruh tentang prinsip-prinsip angiografi mata untuk menegakkan
diagnosis, mengkategorikan proses penyakit yang mendasari, dan strategi
manajemen. Baru-baru ini, terapi fotodinamik (PDT) menggunakan verteporfin
telah efektif untuk beberapa jenis CNV dalam uji klinis acak. 1, 2
Penyelidikan lebih lanjut dari teknik pengobatan termasuk studi pilot
menggunakan photocoagulation laser, terapi fotodinamik (PDT), operasi dan
terapi farmakologi. Semua penelitian ini masih dalam tahap awal dan untuk
menangani pasien mengikut standar profesi adalah penting untuk menguasai
kompetensi yang tersedia.1, 2
1
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
BAB 2
ISI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Koroid
Koroid merupakan bagian traktus uvea paling posterior yang menutrisi
retina bagian luar. Ketebalannya sekitar 0,25mm dan terdiri atas tiga lapisan yaitu
koriokapiler yang paling dalam, pembuluh kecil bagian tengah dan pembuluh
besar bagian luar. Koroid terbentang dari diskus optik sampai ora serrata.2
Gambar 1. Potongan mikroskopik koroid.2
Struktur koroid tipis halus, berupa lapisan berwarna coklat melapisi sklera
bagian dalam dan memiliki banyak vaskularisasi. Permukaan dalam koroid halus,
melekat erat pada pigmen retina, sedangkan permukaan luarnya kasar dan melekat
erat pada saraf optik dan tempat dimana arteri siliaris posterior dan nervus siliaris
memasuki bola mata, juga melekat pada tempat keluar keempat vena vortex.2
Lamina suprakoroid merupakan bagian ini merupakan suatu membran tipis
dengan serat kolagen yang padat, melanosit dan fibroblast. Bagian ini
bersambungan dibagian anterior dengan lamina suprasiliaris. Antara membran ini
dan sklera terdapat suatu ruang potensial yang disebut suprachoroidal space. Di
dalam ruangan suprachoroidal space ini dapat ditemukan arteri dan nervus siliaris
posterior longus dan brevis. 2
Stroma koroid adalah bagian mengandung jaringan kolagen dengan
beberapa jaringan elastik dan serat retikulum. Bagian ini juga mengandung sel-sel
2
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
pigmen dan sel-sel plasma. Pada lapisan ini, penyusun utamanya juga terdiri dari
tiga lapis yaitu : (i) lapisan pembuluh darah besar (Haller’s layer), (ii) lapisan
pembuluh darah sedang (Sattler’s layer) dan (iii) lapisan koriokapilaris.2
Ketiga lapisan pembuluh darah tersebut diatas disuplai oleh arteri dan vena.
Arterinya berasal dari cabang arteri posterior brevis yang berjalan ke anterior.
Venanya lebih besar dan bergabung dengan vena verticose yang kemudian
menembus sklera dan bergabung dengan vena-vena ophthalmikus. Lapisan
koriokapiler memiliki dinding pembuluh darah tipis dan mengandung fenestra
multiple, terutama pada permukaan yang menghadap retina. Kapiler juga
mengandung jaringan ikat yang mengandung melanosit dan densitas kapiler
terbanyak dan terbesar terdapat di daerah makula. 2
Membrane Bruch’s, lapisan terdalam koroid adalah membran Bruch’s,
berasal dari fusi antara membran basalis RPE dan koriokapiler. Membran ini
dimulai dari diskus optic sampai oraserata.Pada pemeriksaan ultrastruktural terdiri
atas lima lapisan dari luar ke dalam yaitu, membran basalis koriokapiler, lapisan
serat kolagen luar, jaringan serat elastik, lapisan serat kolagen dalam dan lamina
basalis RPE. 3
Perdarahan koroid berasal dari tiga arteri dan vena yaitu: 3
1. Arteri siliaris posterior brevis muncul menjadi dua cabang dari arteri
oftalmika, masing-masing cabang terbagi menjadi 10-20 cabang yang
menembus sklera di sekitar saraf optik dan mensuplai darah koroid
secara segmental.
2. Arteri siliaris posterior dibagi menjadi dua bagian, nasal dan temporal.
Pembuluh darah ini menembus sklera dengan cara melintang di sisi
medial dan lateral dari saraf optik dan berjalan ke depan ruang
subaraknoid mencapai otot siliris tanpa percabangan. Pada ujungnya
berakhir di otot siliaris dan beranastomosis dengan arteri siliaris anterior
dan memberikan pasokan darah bagi korpus siliaris.
3
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
3. Arteri siliaris anterior berasal dari cabang-cabang arteri otot mata,
jumlahnya ada 7, 2 masing-masing dari arteri rektus superior, rektus
inferior, dan otot rektus medial dan saru dari rektus lateralis. Arteri ini
menembus anterior episklera dan memberikan cabang ke sklera, limbus,
konjungtiva, dan akhirnya menembus sklera dekat limbus untuk
memasuki otot siliaris. Pada bagian akhir ini beranastomosis dengan dua
arteri siliaris posterior longus untuk membentuk sirkulus arteri mayor
dan menyuplai prosesus siliaris. Cabang-cabang dari sirkulus ini secara
radial melewati pinggiran pupil dan beranastomose satu sama lainnya
menjadi sirkulus arteri minor.
4. Drainase vena, vena-vena kecil mengalir dari iris, korpus siliaris, dan
koroid bergabung membentuk vena vorteks. Vena vorteks ini terbagi
menjadi empat yaitu superior temporal, inferior temporal, superior nasal,
dan inferior nasal. Pembuluh vena ini menembus sklera di belakang
ekuator dan mengalir ke vena oftalmika superior dan inferior yang
dimana akan mengalir ke sinus kavernosus.
Gambar 2. Vaskularisasi darah arteri dan vena pada traktus uvea. 3
Koroid memiliki fungsi terutama untuk mensuplai darah ke epitel pigmen
retina (RPE) sampai ke dua pertiga lapisan nuklear dalam dari neurosensori retina.
4
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Koriokapiler yang memerankan fungsi ini membawa darah melalui pembuluh-
pembuluhnya ke bagian anterior bola mata. Koroid juga diperkirakan berperan
dalam proses pertukaran panas di retina karena tingginya aliran darah di pembuluh
darah koroid. Sel-sel pigmen koroid menyerap cahaya yang berlebihan yang
berpenetrasi ke retina tapi tidak diserap sel-sel fotoreseptor. Di samping itu koroid
juga memberikan peranan yang besar pada pemeriksaan fundus karena respon dari
pigmen dan warna koroid.3
2.2 Definisi
Choroidal Neovascularization adalah pertumbuhan pembuluh darah
abnormal dan disertai oleh infiltrat seluler yang berasal dari koroid, yang
membentang melalui membran Bruch untuk berproliferasi di bawah retina, epitel
pigmen retina, atau keduanya. Ini adalah proses tahap akhir yang umum
menyebabkan kehilangan penglihatan berat pada sejumlah penyakit mata yang
berbeda.4
2.3 Epidemiologi
Di Amerika, prevalensi CNV berhubungan dengan degenerasi makula
terkait usia (ARMD) adalah 1.2%, pada orang dewasa berusia 43-86 tahun.
Miopia adalah penyebab paling umum kedua dari CNV di Amerika Serikat dan
Eropa. CNV diperkirakan terjadi pada 5-10% dari penderita miopia, 60-75% di
antaranya adalah subfoveal.4
2.4 Klasifikasi
5
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Berdasarkan fluorescein angiogram kita bisa mengklasifikasikan CNV kepada
dua tipe, yaitu: 4
1) CNV klasik
2) CNV occult
CNV Occult terbagi kepada dua jenis, yaitu:
a) Pigmen Epitelium Detachment (PED) fibrovaskular
b) Kebocoran lambat dari sumber yang tidak ketahui
Gambar 3:4
a) CNV klasik b) CNV Occult
Ingrowth vaskular menyebabkan perubahan fisiologis yang luar biasa di
daerah makula, dan perubahan ini dapat dideteksi dan dievaluasi dengan
angiografi. Pembuluh darah biasanya tumbuh di bagian dalam membran Bruch,
meskipun mereka dapat menembus kedalam ruang subretinal. Penampilan
angiografik CNV diatur oleh lokasi, kepadatan, dan kematangan pembuluh darah
baru, serta jumlah dan karakter jaringan yang intervensi. Pertumbuhan yang relatif
akut adalah pembuluh darah di bagian dalam membran Bruch, atau bahkan di
ruang subretinal, dengan penyertaan jaringan yang minimal dalam jaringan
pembuluh darah menunjukkan hyperfluorescence segera setelah munculnya
diberi pewarna. Dalam pola ingrowth pembuluh darah ini, pembuluh darah sendiri
sering dapat mudah divisualisasikan selama fase awal angiogram. Pembuluh darah
ini menunjukkan kebocoran yang menonjol selama angiogram, dan pembuluh
darah sering dikaburkan oleh fluorescein diatasnya yang telah bocor dari
pembuluh darahnya sendiri. Pola topografi dan temporal mendefinisikan CNV
6
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
klasik. Dalam klasik CNV ada hyperfluorescence awal dengan kebocoran pada
akhirnya. Pembuluh darah di klasik CNV dapat muncul sebagai "brush" atau
"cartwheel" di awal angiogram. Pola ini sebagai komponen murni terlihat hanya
sekitar 10% dari pasien dengan AMD tetapi dalam proporsi yang jauh lebih tinggi
dari pasien dengan penyebab lain dari CNV.5
Mengubah ingrowth fibrovascular dengan intervensi jaringan mengubah
penampilan fluorescein dari lesi, dalam lesi tersebut kita dapat mengamati
karakteristik fluorescein dari pembuluh darah secara tidak langsung. Karena kita
tidak melihat pembuluh darah secara langsung tetapi, sebaliknya, menyimpulkan
kehadiran mereka melalui efek tidak langsung, jenis CNV ini disebut okultisme
CNV. Ada dua jenis angiografik fluorescein dari okultisme CNV, dan diferensiasi
tergantung pada elevasi relatif dari lesi yang bocor. Fibrovascular ingrowth
menyebabkan elevasi RPE, menghasilkan fibrovascular PED. Setelah suntikan
fluorescein, fluoresensi dalam fibrovascular PED secara perlahan meningkat,
seringkali dengan cara yang heterogen. Retensi pewarna dalam fibrovascular PED
akhir angiogram mengarah kepenampilan pewarnaan. Kebocoran dari
fibrovascular PED dapat mengakibatkan munculnya hypofluorescence internal
elevasi ke fibrovascular, dan ke ruang subretinal, atau bahkan ke dalam
retina. Kebocoran ini dapat mengaburkan margin luar fibrovascular PED. Bentuk
kedua dari okultisme CNV disebut kebocoran lambat yang sumber susah
ditentukan. Dalam bentuk okultisme CNV, ada sedikit atau langsung tidak ada
hyperfluorescence awal dan kebocoran yang berasal dari daerah yang sudah
ditentukan buruk pada angiogram. Kebocoran yang lambat dengan sumber yang
susah ditentukan tidak meningkat, seperti sebuah PED fibrovascular.5
2.5 Etiologi
7
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Terdapat banyak penyakit dan kondisi yang bisa menyebabkan CNV.
Antaranya adalah: 6
a) Kondisi Degeneratif
ARMD
Myopia
Angioid streaks
b) Inflamasi atau peradangan
Histoplasmosis
Sarcoidosis
Multifocal choroiditis
PIC
c) Tumor koroid
Nevi
Melanoma
Hemangioma
Osteoma
d) Trauma
Rupture koroid
Fotoagulasi laser
e) Idiopatik
2.6 Patofisiologi
8
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Mekanisme CNV tidak dipahami dengan baik. Hampir setiap proses
patologis yang melibatkan RPE dan kerusakan membran Bruch dapat menjadi
CNV. CNV dapat dianggap sebagai respon penyembuhan luka yang disebabkan
dari RPE. Suatu protein yang berasal dari RPE, pigmen epitel derived factor
(PEDF), ditemukan memiliki efek penghambatan pada okular neovaskularisasi.
Peptida lain, vascular endothelial growth factor (VEGF), adalah yamg sebagai
faktor angiogenik okular.7
Keseimbangan antara faktor antiangiogenik (misalnya, PEDF) dan faktor
angiogenik (misalnya, VEGF) adalah berspekulasi untuk menentukan
pertumbuhan CNV. Penyebab upregulation VEGF pada CNV masih belum jelas.
VEGF upregulation diketahui terjadi akibat hipoksia, glukosa dan protein c-kinase
aktivasi yang tinggi, produk akhir glikasi lanjut, spesies oksigen reaktif, onkogen
yang diaktifkan, dan berbagai sitokin.7
VEGF secara temporal dan spasial dikaitkan dengan perkembangan CNV.
Spesimen histopatologi diperoleh dari operasi submacular mengungkapkan
adanya VEGF pada CNV. Selain itu, beberapa peneliti telah mendorong
pembentukan CNV pada model binatang dengan meningkatkan ekspresi VEGF.
Setelah dilepaskan, VEGF berikatan dengan reseptor tirosin kinase dalam sel
endotel mengaktifkan beberapa jalur transduksi sinyal. Aktivasi VEGF
menginduksi permeabilitas pembuluh darah, proliferasi sel endotel, dan migrasi
sel. Produk akhir adalah pembentukan jaringan pembuluh baru.8
Sebagai pembuluh darah choroidal baru tumbuh, mereka dapat masuk ke
dalam ruang sub - RPE (Gass tipe 1) atau ke dalam ruang subretinal (Gass tipe 2).
Lokasi, pola pertumbuhan, dan jenis (1 atau 2) CNV tergantung pada usia pasien
dan penyakit yang mendasarinya. Perdarahan dan eksudasi terjadi dengan
pertumbuhan lebih lanjut, akuntansi untuk gejala visual.8
Perubahan patologis mendasar dalam CNV adalah invasi pembuluh darah
melalui bagian luar membran Bruch.Seiring dengan invasi pembuluh darah,
biasanya ada proporsi berbagai sel inflamasi termasuk limfosit dan
9
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
makrofag. Setelah membran Bruch tercapai, pembuluh darah dapat berproliferasi
di bagian dalam membran Bruch, atau dalam ruang subretinal, atau mungkin
melakukan keduanya.Ada kecenderungan yang berproliferasi yang abnormal pada
fibrovascular jaringan semasa perdarahan. Darah bebas dapat menumpuk di
bawah RPE, dalam ruang subretinal, atau bahkan mungkin menerobos ke dalam
rongga vitreous. Organisasi darah dapat menyebabkan jaringan parut. Sel-sel RPE
di daerah sekitar CNV mungkin menunjukkan hiperplasia dan metaplasia
berserat. Pencampuran elemen-elemen jaringan menghasilkan bekas luka
fibrocellular dikenal sebagai bekas luka disciform. Bagian dalam dari bekas luka
secara karakteristik kurang vaskular dibandingkan bagian terluar. Serous,
serosanguineous, atau detasemen retina hemoragik mungkin terjadi. Eksudasi
cairan kronis biasanya disertai dengan pengendapan bahan subretinal kekuningan
disebut sebagai lipid. Bahan ini mungkin terdiri dari lipid dan lipoprotein dan
tampaknya menumpuk, karena fase berair eksudasi yang diserap lebih cepat dari
lipid dan lipoprotein, ia dikeluarkan dari ruang subretinal melalui mekanisme
transportasi yang berbeda.9
Disciform Scar
Dengan perjalanan waktu, terjadi eksudasi, perdarahan, proliferasi
pembuluh adarah, hiperplasia sel REP, serta invasi fibroblast secara terus menerus
sehingga bekas luka yang cukup besar bisa terbentuk di daerah makula. Kadang-
kadang bekas luka menjadi putih dan berserat dalam penampilan, yang hampir
sepenuhnya tanpa terlihat pembuluh darah. Ini adalah manifestasi stadium akhir
khas, yang disebut sebagai bekas luka disciform, meskipun studi tertentu telah
menggunakan definisi yang sedikit berbeda berdasarkan fluorescein
angiografi. Bekas disciform adalah perkembangan stadium akhir umum di AMD
tetapi dapat dilihat dalam sejumlah penyakit yang berbeda yang menyebabkan
CNV.
2.7 Manifestasi Okuler
Pembuluh darah yang invasi menyebabkan efek visual yang signifikan
melalui berbagai mekanisme. Kehadiran fisik pembuluh darah abnormal
10
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
menyebabkan distorsi mekanik langsung ke jaringan makula. Neovaskularisasi
sering dapat dilihat sebagai perubahan warna keabu-abuan di bawah retina.
Pembuluh darah ini biasanya tidak kompeten dan mengalami beberapa tingkat
kebocoran. Cairan berlebihan yang dihasilkan mengakumulasi dalam jaringan
atau diantara serat jaringan dan hasilnya adalah detasemen dari RPE, makula, dan
edema intraretinal. Ketegangan dari membran fibrovascular yang berkontraksi dan
tekanan hidrostatik yang berlebihan dapat menyebabkan robekan RPE. Kebocoran
kronis dikaitkan dengan deposisi lipid dan perubahan degeneratif dalam retina
yang terlepas. Pembuluh darah yang baru tumbuh menampilkan kecenderungan
untuk berdarah, yang dapat mengakibatkan perdarahan di bawah RPE atau retina
atau, dalam kasus yang ekstrim, dapat menyebabkan perdarahan terobosan ke
dalam rongga vitreous. Akhirnya mengakibatkan proliferasi RPE, fibroblas, sel
glial membantu dalam pengendapan jaringan parut, yang mengarah ke akumulasi
keputihan di bawah makula.9
Sumber untuk CNV, seperti yang tersirat pada namanya, adalah
koroid. Koroid bukanlah satu-satunya sumber aliran darah.Pembuluh darah retina
dapat menyelam kedalam ruang subretinal, dan berkontribusi pada proses
neovascular. Contoh yang paling jelas dari kecenderungan ini adalah frank
chorioretinal anastomosis, yang dapat dilihat pada kondisi peradangan seperti
toksoplasmosis dan ARMD.9
2.8 Gejala Klinis
Pada anamnesa sering dijumpai: 10
Kehilangan visus tanpa nyeri
11
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Metamorphosia
Parasentral atau scotoma sentral
Perubahan dalam ukuran pandangan
Pada pemeriksaan fisik dijumpai: 10
Pendarahan subretinal
Cairan subretinal
Eksudasi lipid
Detasemen epitel pigmen retina
Fibrosis subretina (disciform scar)
2.9 Faktor Resiko
Faktor resiko sistemik bervariasi dengan penyebab CNV. Pasien dengan
angioid streak biasanya memiliki penyebab predisposisi, yang paling umum
adalah elasticum Pseudoxanthoma. Mereka dengan lesi inflamasi pada mata
mungkin memiliki kondisi sistemik umum. Interaksi antara faktor-faktor risiko
sistemik dan CNV telah dipelajari kebanyakan pada pasien dengan
ARMD. Menariknya, banyak dari studi ARMD diidentifikasi faktor-faktor risiko
yang berbeda tergantung pada populasi diteliti. Salah satu faktor risiko umum
untuk kebanyakan studi untuk pengembangan CNV di ARMD adalah
merokok. Faktor risiko lain yang diidentifikasi dalam beberapa penelitian
termasuk hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penyakit Studi kasus-kontrol mata
hanya segelintir wanita yang menggunakan pengganti estrogen, tetapi pasien ini
tampaknya memiliki resiko lebih rendah untuk neovaskularisasi dibandingkan
perempuan yang tidak menggunakan estrogen. Hipertensi tampaknya menjadi
faktor risiko untuk respon yang buruk terhadap termal laser antara pasien dengan
juxtafoveal CNV.10
2.10 Diagnosa
12
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Untuk menegakkan diagnosa CNV dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan dengan cara
autoanamnesis dan heteroanamnesis. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik.
Jika, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum bisa dipastikan
penyakitnya, maka boleh dilakukan pemeriksaan penunjang.10
A) Test Laboratorium
Tidak dilakukan secara rutin, hanya dilakukan jika ada kondisi tertentu seperti
pseudoxantoma elasticum.10
B) Pencitraan
Fluorescein angiography (FA)
Fluorescein angiography (FA) adalah alat penting dalam mendiagnosa dan
mengelola CNV. Pola angiografik yang telah dijelaskan untuk CNV adalah
sebagai berikut: 10
Sebuah lesi yang hyperfluorescence di fase awal angiogram,
mempertahankan perbatasan berbatas tegas, dan kebocorannya terlambat
(menutupi perbatasannya) - Klasik CNV
Sebuah lesi yang batas-batasnya tidak dapat ditentukan oleh FA -
Okultisme CNV
Sebuah lesi, baik ditandai atau buruk ditandai, yang meningkat padat dan
hyperfluoresces tidak teratur dengan derajat yang berbeda - fibrovascular
detasemen epitel pigmen (PED), sebuah bentuk okultisme CNV)
Sebuah lesi yang batas tidak teratur, tidak jelas, terlambat, kebocoran sub-
RPE – late leakage from undetermined source (LLUS), sebuah bentuk
okultisme CNV
13
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Gambar 4 : Fluorescein angiography10
Indocyanine Angiografi Hijau (ICG)
Indocyanine Angiografi Hijau(ICG) memiliki daya serap puncak dan fluoresensi
dalam kisaran inframerah dekat, yang memungkinkan visualisasi Choroidal
patologi melalui cairan serosanguineous, pigmen, atau lapisan tipis perdarahan
yang biasanya menghalangi visualisasi selama FA.10
Karena ICG terikat erat pada protein plasma, sehingga pewarna susah lolos dari
sirkulasi Choroidal, memungkinkan definisi yang lebih baik dari pembuluh darah
choroidal yang patologik.
Optikal Koheran Tomografi (OCT)
Suatu teknik pencitraan diagnostik medis yang memanfaatkan fotonik (photonics)
dan serat optik untuk mendapatkan gambar dan karakterisasi jaringan mata.
Pada tomografi baru ini, saraf optik dan strukturretina digambarkan pada tingkat
resolusi yang sangat tinggi. Lapisan anatomi retina dapat dibedakan dan ketebalan
retina dapat diukur.10
14
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
Gambar 5: Optikal Koheran Tomografi (OCT) 10
2.11 Diagnosa Banding
A. Angioid Streaks
Angioid Streaks, juga disebut Knapp Streaks atau Knapp striae adalah bagian
kecil dalam membran Bruch, sebuah jaringan elastis yang mengandung membran
retina yang mungkin menjadi kalsifikasi dan retak.11
B. ARMD eksudatif
Pembentukan CNV dibawah retina pada tipe basah dari degeneratif macula yang
berkaitan dengan usia.11
C. Korioretinopati
Korioretinopathy Serosa Tengah (CSCR) adalah penyakit di mana satu detasemen
serosa dari retina neurosensorik terjadi di area seluas kebocoran dari
koriokapillaris melalui epitel pigmen retina (RPE).11
D. Edema Makula
Edema makula cystoid (CME) adalah suatu kondisi menyakitkan di mana terjadi
inflamasi atau penebalan pada retina pusat (macula) dan biasanya berhubungan
dengan penglihatan sentral kabur atau terdistorsi. Gejala yang kurang umum
termasuk metamorphopsia, micropsia, scotomata, dan fotofobia.11
15
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
2.12 Pencegahan
Pencegahan CNV, yaitu:
a. Anti-oksidan dan Zink
Pasien dengan ARMD (age related macular degeneration) bisa mencegah dari
terjadinya CNV dengan cara mengambil supplemen atau pengasupan makanan
yang mengandungi vitamin C, vitamin E, beta Carotene,zink oxide dan cupric
oxide.11
2.13 Terapi
1) Anti-VEGF
Terapi anti-VEGF bekerja sebagai antagonis angiogenesis dan meningkatkan
permeabilitas vascular, dimana ia membantu dalam mengurangkan akumulasi
cairan subretinal.Keterbatasan utama dari pengobatan anti-VEGF adalah beban
injeksi. Kebanyakan pasien memerlukan beberapa suntikan. Oleh karena itu,
sejumlah protokol yang berbeda melihat menggabungkan terapi photodynamic,
kortikosteroid, dan obat-obatan anti-VEGF.Saat ini, pengobatan pilihan untuk
CNV sekunder untuk degenerasi makula terkait usia eksudatif (ARMD) adalah
terapi anti-VEGF intravitreal. Intravitreal anti-VEGF agen yang digunakan untuk
pengobatan CNV adalah sebagai berikut:12
Pegaptanib natrium
ranibizumab
Bevacizumab (off-label)
Pendekatan pengobatan lain
2) Fotokoagulasi Laser12
3) Terapi photodynamic - Menggunakan obat yang diaktifkan cahaya (misalnya,
verteporfin) dan cahaya nonthermal untuk mencapai kehancuran selektif CNV,
dapat dikombinasikan dengan agen intravitreal.12
16
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
4) Eksisi bedah dari subfoveal CNV melalui pars plana vitrectomy12
5) Translokasi Bedah fovea, untuk subfoveal CNV, yang dihasilkan juxtafoveal
atau extrafoveal CNV maka dapat diobati dengan fotokoagulasi laser standar atau
PDT.12
6) Terapi radiasi dosis rendah.12
2.14 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi setelah mendapatkan terapi pada pasien CNV
adalah 55% pasien dengan eksudatif ARMD, 33% pasien dengan presumed
ocular histoplasmosis (POHs), dan 34% dari pasien dengan idiopatik CNV
memiliki CNV berulang atau persisten setelah laser fotokoagulasi. Eksisi bedah
pada CNV mempunyai komplikasi ablasi retina, postvitrectomy katarak,
perdarahan koroidal, membran epimacular, dan lubang makula. CNV yang
kambuh berikut eksisi terjadi hingga 44%.12
2.15 Prognosis
CNV merupakan salah satu manifestasi dari beberapa kondisi mata yang
diketahui ataupun idiopatik.Prognosisnya tergantung kepada penyebab dari
CNVnya sendiri dan juga dari terapi yang diberikan. Kekambuhan pasca terapi
adalah sangat tinggi sehingga prognosisnya tidak baik.12
BAB 3
17
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
KESIMPULAN
Koroidal Neovaskularisasi (CNV) merupakan suatu pembentukkan
pembuluh darah abnormal yang berasal dari koroid dan pecah melalui membrane
Brunch ke dalam epitelium pigmen sub-retina atau sub-retinal space. Kondisi
berlaku karena berbagai punca, salah satunya adalah degenerative makula yang
berkaitan dengan usia dan ada juga idiopatik.
Pasien bisa mencegah situasi ini dengan mengambik multivitamin dan
multimineral yang mengandungi anti-oksidan dan mineral zink.Ini terutamanya
dapat membantu pada penderita yang menderita ARMD, sehingga tidak jatuh
kepada tipe basah dari ARMD.
Ada beberapa metode yang digunakan mendiagnosa kondisi ini, dengan
bantuan alat mahupun tanpa bantuan alat. Suatu anamnesa yang lengkap harus
diambil untuk melihat manifestasi klinis dari kondisi ini seperti kehilangan visus
tanpa nyeri, metamorphosia, parasentral atau scotoma sentral dan perubahan
dalam ukuran pandangan. Selain itu pemerikasaan fisik mata dan pemeriksaan
penunjang dengan fluorescein angiography, indocyanine angiografi hijau, dan
optikal koheran tomografi (OCT).
Mekanisme CNV tidak dipahami dengan baik. Hampir setiap proses
patologis yang melibatkan RPE dan kerusakan membran Bruch dapat menjadi
CNV. Peptida lain, faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), adalah yang
berperan sebagai faktor angiogenik okular.
Terapi yang diberikan pada CNV bisa berupa farmakologi dan non-
farmakologi. Contoh terapi farmakologi adalah terapi anti-VEGF.Contoh terapi
non-farmakologi adalah surgical misalnya eksisi bedah subfoveal dan translokasi.
Namun begitu komplikasi pasca terapi adalah sangat tinggi sehingga mencegah
sebelum terjadinya CNV adalah yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
18
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Senthil KumarNIM : 080100406
1. Eva P.R.Vaughan & Asbury: General Pthalmology. 17th Edition. USA:
Lange. 2009. p. 389-388
2. American Academy of Ophthalmology. Fundamentals and Principals of
Ophtalmology. Singapore. 2011-2012. p. 64-67
3. Elaine N Marieb. Human Anatomy and Physiology. USA: Pearson. 2010.
p551,554
4. Khurana, A K. Comprehensive Ophtalmology Edisi 4. India: New Age
International. 2007. p. 587-372.
5. Jackson, Timothy L. Moorfields Manual of Ophtalmology. Edisi 1. China:
Elsevier Limited. 2008. p. 443-463
6. T.Scholate. et.al. Pocket Atlas of Ophthalmology. German: Thieme. 2006. p.
117,170
7. K.Weng Sehu, Opthalmic Pathology. Australia: Blackwell Publishing. 2005
p.225-227
8. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous. Section 4.
Singapore. 2011-2012. p. 71 - 89.
9. Liteh Wu, MD. 2009. Choroidal Neovascularization. 15 Sep 2013 [ Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1190818 ]
10. Leonard A.Levin, Ocular Disease Mechanism and Management. China:
Elsevier. 2010.p522-528
11. Myron Yanoff, Yanof and Duker Opthalmologhy. China: Elsevier. 2009.
p651-656
12. Richard F. Spaide. 2009. Choroidal Neovascularization. 31 December 2010
[ Available from http://medtextfree.wordpress.com/3010/12/31/chapter-124-
choroidal-neovascularization]
19