3
Cidera kepala Komplikasi neurologis dari cidera kepala antara lain perdarahan intra kranial atau intra cerebral, disfungsi neurologis fokal, infeksi, epilepsi, disfungsi kognitif, dan kerusan saraf kranial. Setelah pemulihan dari fase akut keputusan layak terbang tergantung kepada pemulihan cognitif menyeluruh stabilitas emosional fungsi motor, indra perasa yang utuh dan resiko rendah untuk terjadinya epilepsi. Setiap cidera kepala tumpul yang berat dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran yang tidak dapat dihindari hal ini dikarenakan beberapa derajat dari gegar otak dengan adanya resiko cidra permanen, dan semakin berat gegar otak maka semakin tinggi resiko yang terjadi. Walaupun gegar otak ringan dapat menimbulkan gangguan fungsi otak secara temporer, dan pada awak pesawat penting untuk tidak terbang sampai mereka memiliki waktu yang cukup untuk masa pemulihan (periode minimum adalah 4 minggu) dan bebas dari gejala dan bebas dari kemungkinan terjadinya kekambuhan disfungsi atau resiko berkembangnya suatu komplikasi. Pada cidera kepala tumpul lamanya waktu tidak sadar adalah penanda beratnya dari gegar otak, tapi hal ini sulit dinilai sebaliknya. Namun lamanya post traumatik amnesia juga berhubungan dengan beratnya cidera kepala, dan periode ini bisa di tentukan secara akurat oleh pasien dan biasanya berlangsung permanen. Jika cidera kepala diikuti oleh periode tidur natural atau alami atau berhubungan dengan anemsia karena alkohol atau sedasi, maka periode dari amnesia mungkin akan memanjang, tapi pada kondisi ini faktor tersebut merupakan indikasi baik dari beratnya cidera kepala. Bila tidak ada faktor lainnya dan pemulihan sudahterjadi secara penuh maka ijin untuk kembali terbang sudah bisa diberikan 4 sampai 6 minggu setelah cidera kepala tumpul ringandimana PTA kurang dari 30 menit. Jika cidera kepala lebih berat maka periode dari tidak layak terbang tergantung dari durasi lamanya PTA ; jika PTA lebih lama dari 24 jam, maka periode dari tidak layak terbang lebih lama dari 1 tahun. Ct scan kepala pada fase akut juga dapat dijadika acuan untuk melihat komplikasi selanjutnya, jika ada kecurigaan perdarhan cerebral, perdarhan intracranial atau hematoma, maka resiko kerusakam otak permanen dan epilepsi juga meningkat. Epilepsi Post Trauma

Cidera kepala

  • Upload
    apri

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cidera kepala

Cidera kepala

Komplikasi neurologis dari cidera kepala antara lain perdarahan intra kranial atau intra cerebral, disfungsi neurologis fokal, infeksi, epilepsi, disfungsi kognitif, dan kerusan saraf kranial. Setelah pemulihan dari fase akut keputusan layak terbang tergantung kepada pemulihan cognitif menyeluruh stabilitas emosional fungsi motor, indra perasa yang utuh dan resiko rendah untuk terjadinya epilepsi.

Setiap cidera kepala tumpul yang berat dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran yang tidak dapat dihindari hal ini dikarenakan beberapa derajat dari gegar otak dengan adanya resiko cidra permanen, dan semakin berat gegar otak maka semakin tinggi resiko yang terjadi. Walaupun gegar otak ringan dapat menimbulkan gangguan fungsi otak secara temporer, dan pada awak pesawat penting untuk tidak terbang sampai mereka memiliki waktu yang cukup untuk masa pemulihan (periode minimum adalah 4 minggu) dan bebas dari gejala dan bebas dari kemungkinan terjadinya kekambuhan disfungsi atau resiko berkembangnya suatu komplikasi. Pada cidera kepala tumpul lamanya waktu tidak sadar adalah penanda beratnya dari gegar otak, tapi hal ini sulit dinilai sebaliknya. Namun lamanya post traumatik amnesia juga berhubungan dengan beratnya cidera kepala, dan periode ini bisa di tentukan secara akurat oleh pasien dan biasanya berlangsung permanen. Jika cidera kepala diikuti oleh periode tidur natural atau alami atau berhubungan dengan anemsia karena alkohol atau sedasi, maka periode dari amnesia mungkin akan memanjang, tapi pada kondisi ini faktor tersebut merupakan indikasi baik dari beratnya cidera kepala. Bila tidak ada faktor lainnya dan pemulihan sudahterjadi secara penuh maka ijin untuk kembali terbang sudah bisa diberikan 4 sampai 6 minggu setelah cidera kepala tumpul ringandimana PTA kurang dari 30 menit. Jika cidera kepala lebih berat maka periode dari tidak layak terbang tergantung dari durasi lamanya PTA ; jika PTA lebih lama dari 24 jam, maka periode dari tidak layak terbang lebih lama dari 1 tahun. Ct scan kepala pada fase akut juga dapat dijadika acuan untuk melihat komplikasi selanjutnya, jika ada kecurigaan perdarhan cerebral, perdarhan intracranial atau hematoma, maka resiko kerusakam otak permanen dan epilepsi juga meningkat.

Epilepsi Post Trauma

Salah satu dari komplikasi serius dari cidera kepala adalah terjadinya epilepsi; semakin berat cidera kepala semkin tinggi resikonya. Angka insiden terjadinya epilepsi adalah 5 persen. Beberpa komlikasi lain dapat meningktan resiko epilepsi. Studi menunjukan bahwa setengah dari kasus epilepsi post trauma atau PTE berkembangdalam waktu 1 tahun, dan 75 persen terjadi dalam 2 tahun. Pada cidera kepala ringan insiden terjadinya dalam 5 tahun, tapi pada cidera kepala berat yang disertai dengan berbagai komplikasi angka terjadinya epilepsi lebih tinggi, dan angka insidensinya terus meniungkat sampai lebih dari 20 tahun

Jennett (1975) menemukan bahwa PTE biasa terjadi pada cidera kepala yang memiliki kompikasi adanya cidera otak, fraktur depresi dari tulang tengkorak yang merobek duramater, gejala fokal neurologis, hematom intracranial atau awal kejang. Baru-baru ini penelitian yang besar dan lama menunjukan bahwa perdarahan itrakranial, terutama subdural hematom dengan gegar otak, dihubungkan dengan resiko terjadinya, begitu juga fraktur tulang tengkorak, PTA yang lebih lama 24 jam atau usia lebih dari 65 tahun (Annagers dkk, 1998). CT scan tidak termasuk pada saat studi dari jennett, dan dalam

Page 2: Cidera kepala

dekade terakhir lebih bnyak studi terbaru, tapi dari 24 subjek menunjukan bahwa terjadinya geger otak yang ditunjukan pada scan tidak berkembang menjadi PTE; studi kecil lainnya menunjukan pada subjek dengan gambaran scan adanya perarahan intra serebral disertai adanya hematom intra cerebral memiliki angka insidensi tinggi dari PTE (D’Alessandro dkk 1982) tabel 45.1 memberikan ringkasan faktor resiko yang paling penting. Resiko terjadinya PTE dapat dihitung dengan menjumlahkan berbagai faktor resiko tersebut, dan selanjutnya resiko dapat dikurangi setiap tahunnya tergantung perkembangannya untuk menilai kemungkinan kembali laik untuk terbang.

Hasil EEG menunjukkan normal pada 33% dari kasus PTE, dan pada hasil EEG yang abnormal sebagian besar juga tidak berkembang menjadi PTE. Oleh karena itu EEG tidak berguna untuk menilai terjadinya PTE.

Tabel 45.1 Komplikasi dari cedera kepala yang meningkatkan resiko terjadinya Post-Traumatic Epilepsy.

Komplikasi Faktor Resiko (%)Cedera OtakFraktur depresi tulang tengkorak dengan duramaterPerdarahan Intracranial (hematomsubdural,hematomintakranial)Gejala fokal neurologisKejang epilepsi awalKejang epilepsi lanjutPTA>24 jam

4030

35

30258013

PTA, post traumatic amnesia. Data Jennett(1975)