30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan praktikum Citra Landsat ini adalah : a) Mahasiswa Dapat menentukan Pola pengaliran dari foto Citra b) Mahasiswa melakukan dapat interpretasi foto Citra dengan menggunakan prinsip – prinsip interpretasi yang benar c) Mahasiswa mampu mengidentifikasi bentuk lahan dan litologi suatu daerah pada foto citra d) Mahasiswa dapat menentukan Satuan Geomorfologi. 1.2 Dasar Teori a. Pola Aliran Sungai Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan 1

Citra Landsat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GCPJ

Citation preview

Page 1: Citra Landsat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan praktikum Citra Landsat ini adalah :

a) Mahasiswa Dapat menentukan Pola pengaliran dari foto Citra

b) Mahasiswa melakukan dapat interpretasi foto Citra dengan menggunakan

prinsip – prinsip interpretasi yang benar

c) Mahasiswa mampu mengidentifikasi bentuk lahan dan litologi suatu

daerah pada foto citra

d) Mahasiswa dapat menentukan Satuan Geomorfologi.

1.2 Dasar Teori

a. Pola Aliran Sungai

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut :1. Pola Aliran Dendritik

Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten

1

Page 2: Citra Landsat

terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2. Pola Aliran Radial Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang

arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada

2

Page 3: Citra Landsat

bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.

3. Pola Aliran Rectangular Pola rectangular umumnya berkembang pada

batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur

3

Page 4: Citra Landsat

kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.

4. Pola Aliran Trellis Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran

yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran

4

Page 5: Citra Landsat

utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.

5. Pola Aliran Sentripetal  Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang

berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.

6. Pola Aliran Annular Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang

arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik

5

Page 6: Citra Landsat

ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar) Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran

yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.

b. Struktur

i. Lipatan

Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang

mekanismenya disebabkan dua proses, yaitu bending ( melengkung )

dan bucking ( melipat ). Pada gejala bucking gaya yang bekerja

sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya

yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan. (hill

1953)

Beberapa unsur lipatan

1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal

pada bidang vertikal.

6

Page 7: Citra Landsat

2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar

sumbu lipatan.

3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu

dijumpai pada antiklin

4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal

diukur pada bidang poros.

5. Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.

6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.

7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang

imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan.

8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip

(sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin

sampai hinge sinklin) atau updip (sayap yang dimulai dari

lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin).

Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar),

melengkung (curve), atau bergelombang (wave).

9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.

10. Back Limb, sayap yang landai.

11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan

maksimum pada suatu perlipatan.

12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada

suatu perlapisan yang sama.

13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.

14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal

yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap

permukaan lapisan pada sebuah antiklin.

15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu

permukaan khayal dimana terletak didalamnya semua garis

puncak dari suatu lipatan.

16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai

pada sinklin

7

Page 8: Citra Landsat

17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik

terendah pada setiap permukaan lapisan pada sebuah

sinklin.

18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.

19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik

dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan

dari suatu struktur lapisan.

20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut

sama besar antara sayap-sayap lipatannya.

Klasifikasi Lipatan

Klasifikasi  lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain :

1. Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu :

a. Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau

lipatan setangkup)

b. Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tidak

simetris)

c. Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan

menggantung)

d. Recumbent Fold (lipatan rebah)

2. Klasifikasi lipatan berdasarkan bentuknya, antara lain :

a. Concentric Fold

b. Similar Fold

c. Chevron Fold

d. Isoclinal Fold

e. Box Fold

f. Fan Fold

g. Closed Fold

h. Harmonic Fold

i. Disharmonic Fold

8

Page 9: Citra Landsat

j. Open Fold

k. Kink Fold, terbagi atas :

- Monoklin- Homoklin- Terrace

3. Lipatan dapat dibagi lagi berdasarkan porosan lipatan atau

garis sumbu dan bentuknya, sebagai berikut:

a. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan

yang tetap; Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak

lapisan sejajar dengan sumbu utama;

b. Lipatan disharmonik adalah lipatan yang tidak teratur

karena lapisannya tersusun dari bahan-bahan yang

berlainan;

c. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap

sumbunya;

d. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang

planar;

e. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar yang

disebabkan oleh tekanan yang terus menerus;

f. Lipatan klin bands adalah lipatan bersudut tajam yang

dibatasi oleh permukaan planar;

g. Lipatan tegak adalah lipatan yang garis sumbunya

membagi secara simetris atau sma besar antara antiklin

dan sinklin;

h. Lipatan miring adalah lipatan yang garis sumbunya tidak

simetris, membentuk sudut;

i. Lipatan menggantung adalah lipatan mirip lipatan miring

tetapi bagian puncaknya terdorong sangat tinggi

sehingga bentuknya seperti menggantung;

9

Page 10: Citra Landsat

j. Lipatan rebah adalah lipatan yang tertekan terus

menerus  menyebabkan puncaknya melandai seperti

rebahan;

k. Lipatan kelopak adalah lipatan yang bagian dalamnya

bekerja daya tekanan dan sayap tengah tidak menjadi

tipis;

l. Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang

terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

Bagian-bagian Lipatan

Salah satu bagian dari lipatan adalah axial plane atau axial

surface. Axial plane merupakan bidang yang memotong puncak

sehingga bagian samping dari lipatan menjadi kurang simetris.

Bagian dari lipatan yang lain adalah limbs atau dalam bahasa

Indonesia disebut sebagai sayap lipatan. Limbs adalah bidang

miring yang membangun struktur sinklin atau antiklin. Limbs

memanjang dari axial plane pada lipatan satu ke axial plane

pada lipatan lainnya. Inflection pointadalah titik dimana terdapat

perubahan pada lengkungan yang mana lengkungan ini masih

termasuk bagian dari limbs itu sendiri.

Selain itu masih ada lagi bagian-bagian lipatan lainnya.

Diantaranya adalah crest dan through. Crest adalah garis

sepanjang bagian atau daerah tertinggi dari suatu lipatan. Atau

lebih tepatnya garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi

dari suatu lipatan pada bidang yang sama. Crest dapat pula

disebut sebagai hinge line. Adapun bidang pada lipatan tempat

terbentuknya crest disebut sebagai crestal plane.

Sedangkan through sendiri adalah kebalikan dari crest. Through

merupakan garis yang menempati bagian paling rendah dari

suatu lipatan. Dengan kata lain, garis ini menghubungkan titik-

10

Page 11: Citra Landsat

titik paling rendah dari bidang yang sama. Dan bidang tempat

terbentuknya through dinamakan dengan trough line.

ii. Sesar

Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah

mengalami “pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu

sesar dapat berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal.

Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai semacam jalur yang terdiri

dari beberapa sesar minor. Jalur sesar atau jalur penggerusan,

mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala

minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang memperlihatkan

pergeseran bisa juga disebut sebagai sesar minor. Rekahan yang

cukup besar akibat regangan, amblesan, longsor, yang disebut

Fissure, tidak termasuk dalam definisi sesar.

Beberapa indikasi umum adanya sesar :

1. Kelurusan pola pengaliran sungai.

2. Pola kelurusan punggungan.

3. Kelurusan Gawir.

4. Gawir dengan Triangular Facet.

5. Keberadaan zona hancuran.

6. Keberadaaan kekar.

7. Keberadaan lipatan seret (Dragfolg)

8. Keberadaan bidang gores garis (Slicken Side) dan Slicken

Line.

9. Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.

10. Keberadaan mata air panas.

11

Page 12: Citra Landsat

Klafikasi Sesar

1. Slip (pergeseran relatif)

Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari jarak blok

pada bidang pergeseran titik-titik yang sebelumnya

berhimpit. Jarak total dari pergeseran disebut dengan Net

Slip.

Slip Fault terbagi atas:

a. Strike Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif

paralel dengan strike bidang sesar. (Pitch 00 – 100).

Sesar ini disebut juga sebagai Sesar Mendatar. Sesar

mendatar terbagi lagi atas :

- Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang

blok batuan kirinya lebih mendekati pengamat.

- Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang

blok batuan kanannya lebih mendekati pengamat.

b. Dip Slip Fault, sesar yang arah pergerakan nya relatif

tegak lurus strike bidang sesar dan berada pada dip

bidang sesar. (Pitch 800 – 900). Dip Slip Fault terbagi

lagi atas :

- Sesar Normal, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-

Wallnya relatif turun terhadap Foot-Wall.

- Sesar Naik, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-

Wallnya relatif naik terhadap Foot-Wall.

c. Strike-Dip Slip Fault atau (Oblique Fault), yaitu sesar

yang vektor pergerakannya terpengaruh arah strike dan

dip bidang sesar. (Pitch 100 – 800). Strike-Dip Slip Fault

terbagi lagi atas kombinasi-kombinasi Strike Slip Fault

dan Dip Slip Fault, yaitu:

12

Page 13: Citra Landsat

- Sesar Normal Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan

Hanging-Wallnya relatif turun dan sinistral terhadap

Foot-Wall.

- Sesar Normal Dextral, yaitu sesar yang pergerakan

Hanging-Wallnya relatif turun dan dextral terhadap

Foot-Wall.

- Sesar Naik Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan

Hanging-Wallnya relatif naik dan sinistral terhadap

Foot-Wall.

- Sesar Naik Dextral, yaitu sesar yang pergerakan

Hanging-Wallnya relatif naik dan dextral terhadap

Foot-Wall.

2. Separation (Pergeseran Relatif Semu)

Bila pitch tidak dapat ditemukan, maka pergeseran tidak

dapat ditentukan, maka pergeseran disebut separation.

Unsur-unsur Struktur Sesar

Unsur-unsur struktur sesar terdiri dari :

1. Bidang Sesar, yaitu bidang rekahan tempat terjadinya

pergeseran yang kedudukannya dinyatakan dengan jurus

dan kemiringan.

2. Hanging-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang berada

relatif diatas bidang sesar.

3. Foot-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang relatif

berada dibawah bidang sesar.

4. Throw, yaitu besarnya pergeseran vertikal pada sesar.

5. Heave, yaitu besarnya pergeseran horizontal pada sesar.

6. Pitch, yaitu besarnya sudut yang terbentuk oleh

perpotongan antara gores garis (Slicken Line) dengan garis

horizontal (garis horizontal diperoleh dari penandaan

13

Page 14: Citra Landsat

kompas pada bidang sesar saat pengukuran Strike bidang

sesar).

iii. Kekar

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan

akibat suatu gaya yang bekerja padabatuan tersebut dan belum

mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:

1. Pemotongan bidang perlapisan batuan;

2. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit,

kuarsa dsb;

3. Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan

berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arahgaya

yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya

dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

- Shear Joint

(Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang

membentuk pola salingberpotongan membentuk sudut

lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear

jointumumnya bersifat tertutup.

- Tension Joint

Adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan

arah gaya utama,Umumnya bentuk rekahan bersifat

terbuka.

- Extension Joint

(Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola

tegak lurus denganarah gaya utama dan bentuk

rekahan umumnya terbuka.

Klasifikasi Kekar

Klasifikasi kekar ada beberapa macam , tergantung dasar

klasifikasi yang digunakan , diantaranya :

14

Page 15: Citra Landsat

1. Berdasarkan bentuknya

2. Berdasarkan kerapatannya

3. Berdasarkan kecepatannya

4. Berdasarkan cara terjadinya ( genesanya )

Klasifikasi Kekar berdasarkan genesanya :

1. Shear Joint ( kekar gerus ) yaitu kekar yang terjadi

akibat adanya tegasan tekanan ( compressive stress ) .

2. Tension Joint ( Tension stress ) dibedakan atas :

- Extension Joint yaitu kekar yang terjadi akibat

pemekaran / tarikan

- Release Joint yaitu kekar yang terjadi akibat

berhentinya gaya yang bekerja .

Klasifikasi kekar berdasarkan kedudukan relatifnya yaitu :

1. Kekar menjurus ( strike joint ) kekar yang arah

jurusnya sejajar atau hampir sajajar dengan jurus

perlapisan batuan

2. Kekar kemiringan ( dip joint ) kekar yang arahnya

sejajar dengan arah kemiringan lapisan .

3. Diagonal joint yaitu kekar yang jurusnya terletak di

antara arah jurus dan kemiringan batuan yang

berasosiasi dengannya .

4. Kekar perlapisan ( bedding joint ) kekar yang sejajar

dengan bidang perlapisan batuan . Klasifikasi Kekar

berdasarkan bentuknya  yaitu :

- Kekar sistematik yaitu keakar dalam bentuk

berpasangan arahnya  sejajar satu dengan yang

lainnya .

- Kekar non sistematik yaitu kekar yang tidak teratur

biasanya melengkung dapat saling bertemu

15

Page 16: Citra Landsat

( bersilangan ) di antara kekar lainnya atau tidak

memotong kekar lainnya dan berakhir pada bidang

perlapisan

Klasifikasi kekar berdasarkan genesa dan keaktifan gaya

yang membentuknya yaitu :

1. Kekar orde pertama yaitu sebagai hasil langsung dari gaya

pembentuk Kekar .Umumnya mempunayui bentuk dan pola

yang teratur dan ukurannya relative besar .

2. Kekar orde kedua yaitu kekar sebagai hasil pengaturan kembali

atau pengaruh gaya balik / lanjutan untuk mencapai

kesetimbangan massa batuan .

Analisa Kekar

Secara skematis sebelum kita menganalisa kekar di

lapangan kita harus menjalankan beberapa prosedur kerja antara

lain sebagai berikut :

1. Pengumupulan / pencatatan data kekar semakin banyak

semakin akurat

2. Pengelompokan data

3. Penyajian data

4. Analisa data dengan menggunakan metode statistic yang

dilakukan Dengan :

a. Diagram Kipas

b. Histogram

c. Diagram Kontur , dengan menggunakan proyeksi

streografis dan proyeksi kutub

Tujuan Analisa Kekar di lapangan :

1. Menentukan kedudukan / arah umum dari kekar .

2. Menentukan arah umum dari gaya

16

Page 17: Citra Landsat

Prosedur analisa menggunakan diagram kipas Hal ini

digunakan untuk kekar –kekar yang mempunyai kemiringan dan

diukur nilai strike dan dipnya tetapi dalam diagram kipas hanya

menggunakan nilai strike. Gambar diagram kipasnya yaitu

berupa setengah lingkaran dengan jari-jari sepanjang harga

porsentase maksimum

c. Litologi

Bates dan Jackson (1985), mengartikan litologi menjadi 2:

1. Litologi adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan

karakteristiknya, seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir

sinonim dengan Petrografi.

2. Litologi adalah karakteristik fisik dari batuan.

1.3 Alat dan Bahan

Alat :

1. Spidol OHP

2. Penggaris

3. Stereoskop Saku

4. Isolasi

5. Pensil Warna

Bahan :

1. Foto Citra

2. Plastik Mika

1.4 Langkah Kerja

1. Letakkan plastic mika diatas foto citra, isolasi agar tidak bergerak.

2. Carilah pola aliran sungai pada foto citra pada mika.

3. Tentukan jenis pola alirannya.

17

Page 18: Citra Landsat

4. Setelah diketahui jenis pola alirannya, tentukan struktur yang

mempengaruhinya dan litologinya.

5. Buatlah satuan geomorfologinya.

6. Lalu buat peta geomorfologi dan peta geologi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan mendapat kan beberapa hasil dari

interpretasi, yaitu :

1. Pada foto citra ditemukan adanya 3 jenis pola liran sungai, yaitu :

a. Pola aliran rectangular

b. Pola aliran Trellis

c. Pola aliran Pararel

2. Berdasarkan pola aliran yang didapat, dapat disimpulkan bahwa daerah

pada foto citra ini dipengaruhi oleh struktur, pada pola aliran

rectangular biasanya dipengaruhi oleh sesar, sesar tersebut membentuk

kekar yang akhirnya diisi oleh air dan akhirnya menjadi sungai yang

memiliki pola aliran rectangular.

Pada pola aliran trellis biasanya dipengaruhi oleh struktur lipatan,

dimana bentuk sungai mengikuti alur kekar sepanjang lipatan yang

akan membentuk seperti pagar.

Pada pola aliran pararel biasanya dipengaruhi oleh sesar, dan pada

daerah pola aliran pararel pada foto citra, didapat adanya sungai yang

18

Page 19: Citra Landsat

berbelok secara tiba-tiba, dan hal tersebut mengindikasikan bahwa

adanya sesar geser.

3. Berdasarkan pola aliran yang ditemukan, litologi yang terdapat pada

daerah yang memiliki pola aliran rectangular ialah lempung, lanau,

hingga pasir halus.

Pada daerah yang memiliki pola aliran trellis didominasi oleh

batupasir sedang hingga kasar

Pada daerah yang memiliki pola liran pararel biasanya terdapat

batuan yang cukup resistan.

Pada daerah foto citra ini ditemukan adanya intrusi batuan beku

yang berupa Dike, intrusi ini biasanya terdiri atas dominasi andesit

hingga granit.

4. Satuan geomorfologi

5. Pada praktikum ini, praktikan menentukan stadia geomorfologi sebagai

berikut :

B. Asal B. Lahan Simbol Pemerian

Struktural Perbukitan blok

sesar

S.2 Morfologi: punggungan blok sesar

Morfommetri :

Curam-agak landau

Struktur : Sesar

Litologi : passir halus-lempung

P. aliran : Rectangular

Struktural Perbukitan

Lipatan

S.1 Morfologi : blok Lipatan

Morfometri : Agak curam-curam

Struktur : Lipatan

Litologi : pasir kasar-sedang

P. aliran : Trellis

Struktural Blok sesar/gawir

sesar,sesar geser

S.4 Morfologi : sesar geser

Morfometri : curam-agak curam

Struktur : sesar

Litologi : lempung

19

Page 20: Citra Landsat

P. aliran : Pararel

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Dengan menggunakan foto citra kita bisa menentukan jenis pola aliran,

dipengaruhi oleh struktur atau tidak beserta litologinya, dan dapat juga

menentukan satuan geomorfologinya.

2. Foto citra dapat mempermuddah seorang geologist untuk

menginterpretasikan suatu daerah.

3. Foto citra didapat dari sebuah satelit yang biasanya diambil dalam skala

1 : 250.000

20

Page 21: Citra Landsat

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Budi. 2016. Modul Praktikum Geologi Citra dan Penginderaan Jauh. Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

21