CLINICAL PATHWAY BEDAH 1.docx

Embed Size (px)

Citation preview

RSUD Puri Husada Tembilahan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)KEPERAWATAN

APPENDISITIS

1. Pengertian (Definisi)Penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

2. Masalah Keperawatan1. Nyeri akut2. Resiko kekurangan volume cairan 3. Ansietas 4. Resiko infeksi

3. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : distensi jaringan usus oleh inflamasi, 2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan yang berlebihan melalui rute normal : muntah3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.5. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan/ insisi bedah.6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak kuat sekunder akibat puasa, kehilangan volume cairan secara aktif : perdarahan

4. Intervensi Keperawatan1. Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Laporkan kepada DPJP jika tindakan tidak berhasil dan respon obat pemberian analgesic : gunakan obat analgetik untuk menghilangkan nyeri sesuai program dokter manajemen medikasi : fasilitasi penggunaan obat resep kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan obat analgetik secara oral/IV monitor vital sign sebelum dan sesudah tindakan lakukan koreksi dosis sesuai respon pasien terhadap nyeri) Manajemen sedasi : Memberikan obat sedative sesuai DPJP Pantau respon pasien Berikan dukungan fisiologis selama tindakan diagnostic dan terapeutik

2. Manejemen cairan/elektrolit : Monitor TTV Monitor masukan cairan/makanan Monitor status hidrasi Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai tungkai pasien bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan Timbang berat badan setiap hari Berikan cairan intravena sesuai indikasi) pemantauan elektrolit : Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan Pasang kateter urine jika perlu terapi intravena : Berikan terapi intravena sesuai program Berikan tranfusi darah jika perlu sesuai indikasi manajemen nutrisi : Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Lakukan hygiene oral sebelum dan setelah makan Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan sepanjang sift siang, sore dan malam3. Penurunan ansietas : Pantau respon fisik misalnya palpitasi, takikardia, gerakan berulang, gelisah Berikan tindakan kenyamanan seperti mandi dengan air hangat gosokan punggung perubahan posisi Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi pada rencana pengobatan Anjurkan pasien melakukan tehnik relaksasi misalnya nafas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi Kolaborasikan dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu teknik menenangkan diri : Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas Yakinkan pasien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan non verbal secara bergantian Sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh pasien dukungan emosi : Pada saat ansietas berat, dampingi pasien bicara dengan tenang dan berikan ketenangan serta rasa nyaman Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan pasien untuk menangis4. Perawatan luka insisi : Buka balutan Monitor karakteristik luka Bersihkan dengan cairan normal salin Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril Hindari luka tertekan Jelaskan pada keluarga tentang tanda-tanda infeksi Dokumentasikan lokasi, ukuran dan tampilan luka), kontrol infeksi : Bersihkan lingkungan sekitar pasien Ganti peralatan setelah dipakai pasien Isolasi pasien dari agen yang dapat menginfeksi Batasi pengunjung Anjurkan untuk selalu mencuci tangan pada tim kesehatan dan pengunjung yang kontak dengan pasien Lakukan tindakan invasif dengan tehnik aseptic Ajarkan keluarga tehnik pencegahan infeksi Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotic, bila perlu perlindungan infeksi : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Pertahankan teknik isolasi bila perlu Saring pengunjung terhadap penyakit menular Berikan perawatan kulit pada area eritema Inspeksi kulit dan membram mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai instruksi dokter manajemen nutrisi : Timbang berat badan pasien setiap hari Kaji diet pasien yang berhubungan dengan nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan pasien

5. Observasi1 Skala nyeri2 Keseimbangan cairan3 Tingkat ansietas4 Tanda infeksi.

6. Evaluasi1. Klien tampak rileks2. Intake dan Output seimbang3. Ansietas berkurang4. Tidak ada tanda-tanda infeksi.

7. Informasi & Edukasi1. Perawatan luka2. Mobilisasi bertahap3. Perawatan di rumah

8. Discharge Planning1. Pulang biasa/bukan pulang kritis

9. Nasehat pulang/ Instruksi kontrol1. Menjaga kebersihan daerah operasi2. Obat diminum secara teratur3. Kontrol ke poliklinik bedah4. Kondisi darurat yang mengharuskan segera ke RSUD

10. PrognosisAdvitam : bonamAd sanationam :bonamAdfumgsionam : bonam

11. Penelaah Kritis1. SPF Penyakit bedah

12. IndikatorPulang sesuai dengan hari rawat yang ditentukan

13. Kepustakaan1. Smelzter & Bare (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart, Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta2. Ahern, Wilkinson (2011), Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, EGC, Jakarta

RSUD Puri Husada Tembilahan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS (ELEKTIF)

1. Pengertian (Definisi)Penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang dinding perut dilipat paha baik didapat atau congenital

2. Masalah Keperawatan1. Defisiensi pengetahuan 2. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi3. Nyeri akut4. Resiko Infeksi5. Resiko kekurangan volume cairan

3. Diagnosa Keperawatan1. Defisiensi pengetahuan penyakit hernia berhubungan dengan keterbatasan kognitif2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit: hernia3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : distensi jaringan usus oleh inflamasi, 4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute yang tidak normal : inflamasi peritoneum dengan cairan asing6. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan/ insisi bedah.7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak kuat sekunder akibat puasa, kehilangan volume cairan secara aktif : perdarahan

1. Intervensi Keperawatan1. Edukasi kesehatan : bina hubungan saling percaya ciptakan lingkungan yang kondusif pilih materi pengajaran yang sesuai beri waktu kepada klien untuk bertanya penyuluhan pra bedah : jelaskan persiapan operasi, prosedur anestesi, jalannya pembedahan, efek samping operasi penyuluhan program aktivitas / latihan : jelaskan program mobilisasi berikan fasilitas libatkan keluarga2. Manajemen nutrisi : Kaji jenis makanan kesukaan pasien Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada asupan pasien Timbang berat badan pasien secara teratur Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah Berikan perawatan oral sebelum dan sesudah makan Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein dan tinggi kalori yang siap dikonsumsi Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan Hindari prosedur invasif sebelum makan pemantauan nutrisi : Monitor adanya penurunan berat badan Monitor lingkungan selama makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor kalori dan intake nutrisi kolaborasi : Awasi BUN, protein, albumin, glukosa Tambahkan diet sesuai toleransi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan Berikan larutan IV sesuai indikasi3. Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Laporkan kepada DPJP jika tindakan tidak berhasil dan respon obat pemberian analgesic : gunakan obat analgetik untuk menghilangkan nyeri sesuai program dokter manajemen medikasi : fasilitasi penggunaan obat resep kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan obat analgetik secara oral/IV monitor vital sign sebelum dan sesudah tindakan lakukan koreksi dosis sesuai respon pasien terhadap nyeri Manajemen sedasi : Memberikan obat sedative sesuai DPJP Pantau respon pasien Berikan dukungan fisiologis selama tindakan diagnostic dan terapeutik3. Perawatan luka insisi : Buka balutan Monitor karakteristik luka Bersihkan dengan cairan normal salin Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril Hindari luka tertekan Jelaskan pada keluarga tentang tanda-tanda infeksi Dokumentasikan lokasi, ukuran dan tampilan luka), kontrol infeksi : Bersihkan lingkungan sekitar pasien Ganti peralatan setelah dipakai pasien Isolasi pasien dari agen yang dapat menginfeksi Batasi pengunjung Anjurkan untuk selalu mencuci tangan pada tim kesehatan dan pengunjung yang kontak dengan pasien Lakukan tindakan invasif dengan tehnik aseptic Ajarkan keluarga tehnik pencegahan infeksi Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotic, bila perlu perlindungan infeksi : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Pertahankan teknik isolasi bila perlu Saring pengunjung terhadap penyakit menular Berikan perawatan kulit pada area eritema Inspeksi kulit dan membram mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai instruksi dokter manajemen nutrisi : Timbang berat badan pasien setiap hari Kaji diet pasien yang berhubungan dengan nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan pasien4. Manejemen cairan/elektrolit : Monitor TTV Monitor masukan cairan/makanan Monitor status hidrasi Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai tungkai pasien bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan Timbang berat badan setiap hari Berikan cairan intravena sesuai indikasi) pemantauan elektrolit : Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan Pasang kateter urine jika perlu terapi intravena : Berikan terapi intravena sesuai program Berikan tranfusi darah jika perlu sesuai indikasi manajemen nutrisi : Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Lakukan hygiene oral sebelum dan setelah makan Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan sepanjang sift siang, sore dan malam

4. Observasi1. Tingkat pengetahuan2. Intake nutrisi3. Skala nyeri4. Tanda infeksi5. Input dan output cairan

5. Evaluasi1. Pengetahuan meningkat2. Nutrisi adekuat3. Klien tampak rileks4. Tidak ada tanda infeksi5. Intake dan Output seimbang

6. Informasi & Edukasi1. Perawatan luka2. Mobilisasi bertahap3. Perawatan di rumah

7. Discharge Planninga. Normal

8. Nasehat pulang/ Instruksi control1. Menjaga kebersihan daerah operasi2. Obat diminum secara teratur3. Kontrol ke poliklinik bedah4. Kondisi darurat yang mengharuskan segera ke RSUD

9. PrognosisAdvitam : bonamAd sanationam :bonamAdfumgsionam : bonam

10. PenelaahKritisa. SPF Penyakit bedah

11. IndikatorPulang sesuai dengan hari rawat

12. Kepustakaan1. Smelzter & Bare (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart, Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta2. Ahern, Wilkinson (2011), Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, EGC, Jakarta

RSUD Puri Husada Tembilahan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)KEPERAWATAN

CARSINOMA MAMMAE

1. Pengertian (Definisi)Gangguan dalam pertumbuhan sel normal dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang cepat dan menginfiltrasikan jaringan limfe dan pembuluh darah di dalam payudara.

2. Masalah Keperawatan1. Nyeri akut / kronis2. Ansietas3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer4. Resiko kekurangan volume cairan 5. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi6. Gangguan citra tubuh7. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

3. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut / kronis berhubungan agen cedera biologis proses inflamasi dan metastase2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak kuat sekunder akibat puasa, kehilangan volume cairan secara aktif : perdarahan5. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit: Ca Mammae6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan7. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan/ insisi bedah.8. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

4. Intervensi Keperawatan1. Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Laporkan kepada DPJP jika tindakan tidak berhasil dan respon obat pemberian analgesic : gunakan obat analgetik untuk menghilangkan nyeri sesuai program dokter manajemen medikasi : fasilitasi penggunaan obat resep kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan obat analgetik secara oral/IV monitor vital sign sebelum dan sesudah tindakan lakukan koreksi dosis sesuai respon pasien terhadap nyeri) Manajemen sedasi : Memberikan obat sedative sesuai DPJP Pantau respon pasien Berikan dukungan fisiologis selama tindakan diagnostic dan terapeutik 2. Penurunan ansietas : Pantau respon fisik misalnya palpitasi, takikardia, gerakan berulang, gelisah Berikan tindakan kenyamanan seperti mandi dengan air hangat gosokan punggung perubahan posisi Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi pada rencana pengobatan Anjurkan pasien melakukan tehnik relaksasi misalnya nafas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi Kolaborasikan dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu teknik menenangkan diri : Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas Yakinkan pasien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan non verbal secara bergantian Sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh pasien dukungan emosi : Pada saat ansietas berat, dampingi pasien bicara dengan tenang dan berikan ketenangan serta rasa nyaman Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan pasien untuk menangis3. Penyuluhan : ajarkan klien dan keluarga tentang program diet dan pengobatan perawatan sirkulasi arteri dan vena laporkan tanda dan gejala kepada dokter Manajemen cairan/elektrolit : Monitor TTV Monitor masukan cairan/makanan Monitor status hidrasi Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai tungkai pasien bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan Timbang berat badan setiap hari Berikan cairan intravena sesuai indikasi kolaborasi : dengan ahli gizi untuk TKTP pemberian transfusi darah, pemeriksaan laboratorium4. Manejemen cairan/elektrolit : Monitor TTV Monitor masukan cairan/makanan Monitor status hidrasi Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai tungkai pasien bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan Timbang berat badan setiap hari Berikan cairan intravena sesuai indikasi) pemantauan elektrolit : Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan Pasang kateter urine jika perlu terapi intravena : Berikan terapi intravena sesuai program Berikan tranfusi darah jika perlu sesuai indikasi manajemen nutrisi : Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Lakukan hygiene oral sebelum dan setelah makan Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan sepanjang sift siang, sore dan malam5. Manajemen nutrisi : Kaji jenis makanan kesukaan pasien Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada asupan pasien Timbang berat badan pasien secara teratur Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah Berikan perawatan oral sebelum dan sesudah makan Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein dan tinggi kalori yang siap dikonsumsi Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan Hindari prosedur invasif sebelum makan pemantauan nutrisi : Monitor adanya penurunan berat badan Monitor lingkungan selama makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor kalori dan intake nutrisi kolaborasi : Awasi BUN, protein, albumin, glukosa Tambahkan diet sesuai toleransi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan Berikan larutan IV sesuai indikasi6. Peningkatan citra tubuh : kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal klien tentukan harapan klien tentang citra tubuh identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien kolaborasi rujuk ke layanan sosial untuk merencakan perawatan rujuk klien untuk mendapatkan terapi fisik tawarkan klien untuk menghubungi sumber komunitas perawatan dirumah : kaji tingkat oenerimaan keluarga terhadap perubahan tubuh kien kaji dampak perubahan terhadap kondisi keuangan atau lainnya evaluasi kebutuhan terhadap layanan petugas psikiatrik7. Perawatan luka insisi : Buka balutan Monitor karakteristik luka Bersihkan dengan cairan normal salin Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril Hindari luka tertekan Jelaskan pada keluarga tentang tanda-tanda infeksi Dokumentasikan lokasi, ukuran dan tampilan luka), kontrol infeksi : Bersihkan lingkungan sekitar pasien Ganti peralatan setelah dipakai pasien Isolasi pasien dari agen yang dapat menginfeksi Batasi pengunjung Anjurkan untuk selalu mencuci tangan pada tim kesehatan dan pengunjung yang kontak dengan pasien Lakukan tindakan invasif dengan tehnik aseptic Ajarkan keluarga tehnik pencegahan infeksi Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotic, bila perlu perlindungan infeksi : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Pertahankan teknik isolasi bila perlu Saring pengunjung terhadap penyakit menular Berikan perawatan kulit pada area eritema Inspeksi kulit dan membram mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai instruksi dokter manajemen nutrisi : Timbang berat badan pasien setiap hari Kaji diet pasien yang berhubungan dengan nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan pasien

8. Observasi1. Skala nyeri2. Tingkat ansietas3. Konsentrasi Hb4. Status nutrisi5. Intake dan Output6. Citra tubuh7. Tanda Infeksi

6. Evaluasia. Klien tampak rileksb. Ansietas berkurangc. Hb meningkat / normald. Nutrisi seimbange. Intake dan Output seimbangf. Citra tubuh maksimalg. Tidak ada tanda infeksi

7. Informasi & Edukasia. Perawatan lukab. Mobilisasi bertahapc. Perawatan di rumah

8. Discharge Planning

9. Nasehat pulang/ Instruksi kontrol1. Menjaga kebersihan daerah operasi2. Obat diminum secara teratur3. Kontrol ke poliklinik bedah4. Kondisi darurat yang mengharuskan segera ke RSUD

5. PrognosisAdvitam : bonamAd sanationam :bonamAdfumgsionam : bonam

6. PenelaahKritisa. SPF Penyakit bedah

7. IndikatorPulang sesuai dengan hari rawat

8. Kepustakaana. Doengus, Marylin, rencana asuhan keperawatan edisi 8, EGC, Jakarta 2001.b. Ahern, Wilkinson (2011), Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, EGC, Jakartac. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 13), EGC, Jakarta

1