Upload
aprlia
View
97
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CLP
Citation preview
5/26/2018 Clp
1/40
1
LONG CASE PRESENTATION SUBDIVISI BEDAH PLASTIK
Bagian Ilmu Bedah Plastik
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
I. IDENTITAS PASIENNama : Muh.Riski Nur Wahyu
No. Registrasi : 595092
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun
Tanggal MRS : 7 Desember 2013
Ruangan : Lontara 3 Atas Belakang
Status : Jamkesmas
II. ANAMNESISKeluhan utama :Celah pada langit-langit mulut
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak lahir, riwayat trauma (-), riwayat sering sesak(-), riwayat sering
batuk (-), riwayat sering demam (-), BAB kesan normal, BAK kesan lancar.
Riwayat ANC di bidan/puskesmas, riwayat ibu konsumsi alkohol, minum
obat-obatan/ jamu-jamuan saat hamil disangkal.
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat operasi sebelumnya (+) labioplasty pada April 2013
III. PEMERIKSAAN FISISSTATUS GENERALISSakit sedang/ Gizi cukup/ composmentis
STATUS VITALIS
T: 100/70 P: 24x/menit
N: 96x/menit S: 36,8C
5/26/2018 Clp
2/40
2
STATUS LOKALIS
Regio Oral
Labium : Tampak bekas operasi labioplasty pada labium superior.Edema (-) Hematom
(-) Nyeri tekan (-)
Gnatum : Tidak tampak defek, edema (-) hematom (-), nyeri tekan (-)
Palatum : Tampak defek pada palatum durum hingga ke palatum molle, edema (-), nyeri tekan (-)
Regio Colli
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, hematom (-) Massa tumor(-)
Palpasi :Nyeri tekan sulit dinilai , massa tumor (-)
Regio Thorax
Inspeksi : Dinding thorax simetris kiri = kanan
Palpasi : Massa tumor tidak ada
PerkusI : Sonor pada kedua lapangan paru, pekak pada batas jantung, kesan
normal
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan ronkhi -/-
wheezing -/-
Regio Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kanan pada linea sternalis kanan, batasjantung kiri pada linea midclavicularis kiri
Auskultasi: Bunyi jantung I/II murni reguler, bising jantung tidak ada
Regio Abdomen
Inspeksi :datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat
5/26/2018 Clp
3/40
3
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-) hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, kesan normal, nyeri ketok (-)
Ekstremitas
Inspeksi :Tidak ada kelainan
Palpasi : Edema tidak ada, massa tumor tidak ada, akral hangat
Foto klinis
Hasil laboratorium
Tanggal 27 November 2013
WBC 13,6 x 10 / L
RBC 3,99 x 10 / L
HGB 14 g/dLHCT 11,1%
PLT 236x 10 / L
CT 700
BT 300
Ureum 22 mg/dl
Creatinin 0.2 mg/dl
SGOT 42 u/l
SGPT 20 u/l
5/26/2018 Clp
4/40
4
Foto thoraks
Tidak tampak kelainan pada foto thoraks ini
IV. RESUMESeorang bayi laki-laki berumur 1 tahun datang dengan keluhan celah
pada langit-langit mulut.Dialami sejak lahir. Riwayat trauma tidak ada,
riwayat susah minum dan makantidak ada, tidak sering sesak, batuk, maupun
demam. BAB kesan normal, BAK kesan lancar. Riwayat ibu melakukan
ANC di bidan/puskesmas dan riwayat saat hamil mengkonsumsi alkohol,
obat-obatan atau jamu-jamuan disangkal.Riwayat keluhan yang sama dalam
PT 10,6
APTT 22,2
Na 127 mmol/l
K 4,2 mmol/l
Cl 105 mmol/lHbsAg Non reactive
Anti HCV Non reactive
5/26/2018 Clp
5/40
5
keluarga disangkal. Riwayat operasi sebelumnya (+) operasi labioplasty pada
April 2013.
Berdasarkan pemeriksaan fisis di dapatkan keadaan umum baik, sakitsedang, gizi cukup, composmentis.TD 100/70 mmHg, N 96x/menit P
24x/menit T 36,8oC. Status lokalis berupa Regio Oral Labium :
Tampak bekas operasi labioplasty pada labium superior. Edema (-)
Hematom (-) Nyeri tekan (-), Gnatum : Tidak tampak defek, edema (-)
hematom (-), nyeri tekan (-), Palatum : Tampak defek pada palatum
durum hingga ke palatum molle , edema (-), nyeri tekan (-).
V. DIAGNOSISPalatoschisis
IV. TERAPIPalatoplasty
5/26/2018 Clp
6/40
6
CLEFT LIP PALATE
A. CLEFT LIPI. Pendahuluan
Cleft lipatau labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada
bibir atas diantara mulut dan hidung.Kelainan ini dapat komplit dan inkomplit.
Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral dan jika celah terdapat pada
kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini terjadi karena adanya
gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan tergangguanya
proses tumbuh kembang janin.1,2
Permasalahan pada penderita celah pada bibir dan langit-langit sudah
muncul sejak penderita lahir.Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah
menyadari dirinya berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah akan
membuat kesukaran minum karena adanya daya hisap yang kurang. Se1ain itu
terjadi permasalahan dalam segi estetik/kosmetik, perkembangan gigi yang tidak
sempurna serta gangguan pertumbuhan rahang dan gangguan bicara berupa suara
sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada penderita celah bibir adalah
infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran.1
Pada orang kulit putih, cleft lipdengan atau tanpa cleft palateditemukan
sekitar 1 dari 1000 kelahiran hidup, dua kali lebih banyak di banding populasi di
Asia dan setengah dari populasi di Amerika.Kelainan ini lebih sering ditemukan
pada laki-laki daripada wanita, juga dikatakan bahwa kelainan ini lebih banyak
ditemukan pada sisi wajah sebelah kiri daripada sebelah kanan.
3,4,5,6
Secara umum, kelainan ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
lingkungan.Sekitar 33- 36 % dari kasus yang ditemukan menunjukkan riwayat
keluarga yang menderita celah pada bibir berisiko menderita kelainan yang sama.
Cleft lip dengan atau palate dikaitkan dengan lebih dari 150 sindrom, sindrom
yang paling umum adalah Van der Woude. Sedangkan faktor lingkungan antara
lain infeksi virus misalnya Rubella, penggunaan obat-obat teratogenik selama
5/26/2018 Clp
7/40
7
trimester pertama kehamilan seperti steroid dan antikonvulsan, penyalahgunaan
alkohol, kebiasaaan merokok saat hamil, serta kekurangan nutrisi saat hamil
khususnya asam folat.3,4,5,6
II. AnatomiAnatomi bibir dan hidung merupakan hal yang penting dalam memahami
kelainan yang disebabkan oleh celah facial. Elemen yang terdapat pada bibir
normal terdiri dari philtrum sentral, sebelah lateral dibatasi oleh collum philtral
dan sebelah inferior dibatasi oleh tuberkel dan cupid bow. Cupid bowmerupakan
bagian tengah dari bibir atas yang dibentuk oleh philtrum groove dan collum
philtral yang kedalamannya berbeda untuk tiap individu, sedangkan tuberkel
adalah bagian tengah vermillion yang menonjol. Pertemuan antara vermillion dan
kulit merupakan jembatan mukokutaneus yang biasa disebut white roll. Dua
cuping hidung dipisahkan oleh kolumella pada bagian luar dan septum pada
bagian dalam.4,5
Gambar 1. Anatomi Bibir
Bibir bagian bawah memiliki satu unit kosmetik yaitu pada bagian mental
crease yang memisahkan bibir dengan dagu.Vermilion merupakan bagian bibir
yang paling penting dari sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam
yaitu epidermis, dermis, jaringan subkutaneus, m. orbicularis oris, submukosa dan
5/26/2018 Clp
8/40
8
mukosa. Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2
buahphilthrum ridge yang sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya
terbentuk philthrum collum. Disamping itu mempunyai cupid bow, dibagian
permukaan mempunyai vermilion yang simetris.7
Otot primer pada bibir adalah orbicularis oris, yang memiliki dua
komponen yaitu komponen eksternal dan internal. Serabut otot internal berjalan
horizontal atau sirkumferensial yang berperan dalam proses makan. Sedangkan
serabut otot eksternal berjalan obliq dan berfungsi untuk membentuk ekspresi dan
pergerakan bibir saat berbicara.4,5
Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus
ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.
1.Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levatorlabii superior, m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator
anguli oris.
2.Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m.zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.
3.Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris danm. depresor labiiinferior. Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan
m. platysma, sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.8
Serabut superficial dari orbicularis menembus garis tengah dan masuk ke
lateral kulit yang berlawanan dengan philtral groove forming dari philtrumcollum.
Hasilnya bagian sentral philtral collum tertekan akibat tidak adanya serabut otot
yang secara langsung masuk ke dermis pada garis tengahnya. Tuberkel bibir
terbentuk oleh pars marginalis, pembagian orbicularis sepanjang vermillion
membentuk tuberkel bibir dengan terjadinya eversi dari otot, vermillion cutaneousjunction.5,6
Pada bibir atas, levator labii superioris berperan dalam pembentukan bibir.
Serabutnya berjalan dari arah medial lingkaran infraorbita, melingkupi kebawah
masuk ke daerah dekat vermillion cutaneus junction. Hampir semua dari serabut
medial elevator labii superioris ke bawah untuk masuk ke sudut ipsilateral dari
5/26/2018 Clp
9/40
9
collum philtrum dan vermillion junction, membantu untuk mempertahankan
daerah terbawah collum philtrum dan puncak dari cupid bow.4,5
Gambar 2. Otot pada bibir
(Am. levator labii superioris,Bm. zygomaticus minor, C - m. zygomaticus
major, D - m. risorius, E - m. depressor anguli oris, F - m. labii inferioris, G - m.
orbicularis oris)
Begitu halnya dengan otot-otot nasal juga memegang peranan penting.
Levator superioris alaeque berjalan dari arah processus frontralis maxillaris dan
masuk pada permukaan mukosa pada bibir dan alanasalis transverse berjalan
sepanjang dorsum nasal dan melingkupi sekeliling ala untuk masuk sepanjang
ambang nasi dari lateral ke medial menuju tulang nasal anterior dan puncak
incisal. Kemudian seratnya bergabung dengan serabut obliq dari orbicularis dan
depressi septi, dimana berjalan dari alveolus diantara sentral dan lateral incisors
kemudian masuk ke kulit culomella selanjutnya ke puncak nasi dan lantai dasar
dari crura media.4,5
Celah unilateral demikian mengganggu perjalaran akhir yang normal
serabut otot yang menyilang embryologic fault line dari processus nasalis dan
maxillaris. Hasilnya simetris tetapi terjadi pembentukan otot yang abnormal
diantara equilibrium normal yang ada dengan kelompok otot oral dan nasolabial.
Dengan adanya premaksila yang tidak terkendali, terbentuk deformitas dengan
5/26/2018 Clp
10/40
10
perbedaan pertumbuhan dari masing-masing elemen. Alar cartilages merenggang
keluar dan berputar ke arah caudal, dimana terjadi subluksasi dari posisi yang
normal. Konsekuensinya puncak nasi melebar, columella memendek serta dasar
ala nasi berputar menjauhi kepala.4,5
Vaskularisasi berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a.
facialis.Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai
zona transisi vemlilion-mukosa.8
Inervasi
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n.
trigeminus) dan n. infraorbitalis.Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n.
mentalis. Pengetahuan inervasi sensoris ini penting untuk melakukan tindakan
blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal dari n. cranialis VII (n.
facialis).Ramus buccalis n.facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m.
elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan
m. depressor labii.8
III. Patofisiologi
Ketika proses perkembangan embriologi dari kepala dan leher terjadi, akan
diikuti dengan proses pembentukan celah pada wajah.6,11Selama minggu ketiga
dan kedelapan, lima prominences pada wajah digabungkan. Bibir kemudian
berkembang antara minggu ketiga dan ketujuh yang diikuti dengan langit-langit
antara minggu kelima dan kedua belas minggu. Karena proses ini sangat rumit,
beberapa faktor-faktor genetik dan lingkungan dapat mempengaruhi jenis dan
tingkat keparahan celah bibir dan langit-langit dan mengakibatkan kerusakan
jaringan berbagai yang terlibat.
11
Terjadi fusi antara prominensia maxillaris, nasal media dan lateral melalui
apoptosis, diferensiasi epithelial, dan subepitelial mesenkim. Celah bibir dan
celah palatum terjadi jika terdapat kegagalan fusi dari jaringan ini.Beberapa
penelitian menunjukkan kelainan ini merupakan akibat sekunder dari defek
pertumbuhan mesenkim atau differensiasi epitel.Selain itu kesalahan dari
5/26/2018 Clp
11/40
11
pemprograman genetic juga dapat mengganggu fusi prominensia maxillaries dan
nasal medial. Akibatnya, suplai darah dan otot terganggu dan mengakibatkan
terjadinya cacat pada bibir dan palatum.11
V. Klasifikasi
Celah pada bibir dapat dibedakan menjadi unilateral dan bilateral.Selain
itu, dapat pula dibagi menjadi komplit, inkomplit, dan mikroform. Microform
merupakan bentuk yang paling ringan. Mikrofrom tampak sebagai defek kecil
pada bagian atas dari vermilion sehingga batas dari mukokutan hilang.1
Gambar 6. Cleft Mikroform
Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases
(ICD), mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah,
unilateral atau bilateral yang digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan
yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).8
Selain itu, celah pada bibir dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
unilateral komplit atau inkomplit dan bilateral komplit atau inkomplit.11
1.Unilateral komplit. Jika celah bibir yang terjadi hanya di salah satu sisibibir
5/26/2018 Clp
12/40
12
dan memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral komplit
memberikan gambaran keadaan dimana te1ah terjadi pemisahan pada salah
satu sisi bibir, cuping hidung dan gusi. Unilateral komplit memiliki dasar dari
palatum durum yang merupakan daerah bawah daripada kartilago hidung.
Gambar 7. Tipe unilateral komplit
2.Unilateral Inkomplit. Jika celah bibir terjadi hanya disalah satu sisi bibir dantidak memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral
inkomplit memberikan gambaran keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah
satu sisi bibir, namun pada hidung tidak mengalami kelainan.
Gambar 8. Tipe unilateral inkomplit
5/26/2018 Clp
13/40
13
3. Bilateral Komplit. Jika celah bibir terjadi di kedua sisi bibir dan memanjanghingga ke hidung. Dapat terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla,
yang disebabkan tidak adanya hubungan dengan daerah lateral dari palatum
durum.
Gambar 9. Tipe bilateral komplit
4.Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana keduahidung dan daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya
menyertakan dua sisi bibir.
Gambar 10. Tipe bilateral inkomplit
IV. Sistem Kode Lokasi Celah
Ada cara penulisan lokasi celah bibir dan langit-langit yang diperkenalkan
5/26/2018 Clp
14/40
14
oleh Otto Kriens, yaitu sistem LAHSHAL yang sangat sederhana dapat
menjelaskan setiap lokasi celah pada bibir, alveolar, hard palate dan soft palate.
Kelainan komplit, inkomplit, microform, unilateral atau bilateral.1
Bibir disingkat sebagai L (lips), gusi disingkat sebagai A (alveolar), langit-
Iangit dibagi menjadi dua bagian yaitu H (hard palate) dan S (soft palate).Bila
norrnal (tidak ada celah) maka urutannya dicoret, celah komplit (lengkap) dengan
huruf besar, celah inkomplit (tidak lengkap) dengan huruf kecil dan huruf kecil
dalam kurung untuk kelainan microform.Pemakaian sistem LAHSHAL ini juga
sesuai dengan ICD(International Code Of Diagnosis).1
LAHSAL SYSTEM
L=Lip; A=Alveolus; H=Hard Palate; S=Soft Palate
S selalu di tengah Yang mendahului S adalah bagian kanan dan sesudah S adalah bagian kiri Huruf besar menunjukkan bentuk ce1ah total Huruf kecil menunjukkan bentuk partial Di dalam kurung adalah bentuk microform Strip berarti normal atau intak.1
Gambar 11. Sistem LAHSHAL
5/26/2018 Clp
15/40
15
Contoh :
1. CLP/L-----L
Cleft Lip and Palate lokasi celah berada di bibir kanan dan kiri, celah komplit
2. CLP/-----SHAL
CLP dengan lokasi celah komplit pada soft palate, alveolus dan bibir bagian
kiri.
3. CLP/ i-----
CLP celah bibir sebelah kanan inkomplit.1
V. Diagnosis
Diagnosis Cleft lip and palate ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang.
1. AnamnesisPada anamnesis adanya keluhan yang diderita sejak lahir berupa celah
pada bibir yang menyebabkan kesulitan menyusui, makan, berbicara, dan
kesulitan mendengar. Riwayat keluarga dengan keluhan serupa, adanya riwayat
defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu dan penggunaan obat-obatan teratogenik
selama trimester pertama kehamilan, serta adanya riwayat penyalahgunaan
alcohol dan kebiasaan merokok saat hamil.2,5,8
2. Pemeriksaan FisisPada pemeriksaan Fisis di daerah wajah diagnosis Cleft Lip dapat di tegakkan.
Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD),
mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral
atau bilateral; digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
oleh World Health Organization (WHO).8
3. Pemeriksaan PenunjangPada saat dalam kehamilan, pemeriksaan celah dini pada janin dapat kita
lihat dengan menggunakan transvagina ultrasonografi pada minggu ke-l1 masa
5/26/2018 Clp
16/40
16
kehamilan dan bisa juga dideteksi dengan menggunakan transabdominal
ultrasonografi pada usia kehamilan minggu ke-16.
Gambar 12. Cleft lip bilateral pada fetus usia 18 minggu
Namun,dalam mendiagnosis deformitas bibir atau langit-langit
ultrasonographer harus dapat melihat wajah janin.Hal ini sering tidak mudah dan
tes mungkin harus diulangi beberapa kali.Salah satu studi besar melaporkan
bahwa kurang dari sepertiga dari deformitas (celah) bibir dan langit-langit kasus
sebelumnya didiagnosis dengan USG. Tingkat deteksi bervariasi tergantung pada
keahlian sonographer, kehamilan usia, kehadiran anomali lain, dan keterampilan
radiolog membaca film.10,13
Jika celah pada bibir dapat dideteksi, maka janin kemungkinan mengalami
malformasi, gangguan kromosom atau kedua-duanya.Bagaimanapun seorang
dokter ahli dapat mendiagnosa sekitar 80% dari pemeriksaan prenatal jika mereka
menggunakan3-dimensi ultrasonografi.Untuk mendeteksi celah pada langit-langit
sepertinya agak sulit jika menggunakan ultrasonografi.MRI lebih memiliki
ketelitian lebih baik dibandingkan ultrasonografi.10,13
5/26/2018 Clp
17/40
17
(a) (b)
Gambar 13.USG 3-dimensi memperlihatkan adanya facial cleft pada fetus usia 22
minggu(a) dan facial cleft pada usia kehamilan 32 minggu
VI. Penatalaksanaan
Penderita Cleft Lip mengalami berbagai permasalahan yang ditimbulkan
akibat cacat ini adalah psikis, fungsi, dan estetik dimana ketiganya saling
berhubungan.Untuk fungsi dan nilai estetik baik untuk bibir, hidung dan
rahangnya diperlukan pembedahan. Disamping jasa seorang spesialis Bedah
Plastikjuga dibutuhkan sebuah tim dokter lain yang terdiri dati dokter THT ,
dokter gigi spesialis ortodentis, dokter anak, tim terapi bicara dan pekerja sosial. 2,3
Bayi yang baru lahir dengan Cleft Lip segera dipertemukan dengan pekerja
sosial untuk diberi penerangan (edukasi) agar keluarga penderita tidak mengalami
stress dan menerangkan harapan yang bisa didapatkan dengan perawatan yang
menyeluruh bagi anaknya. Selain itu dijelaskan juga masalah yang akan dihadapikelak pada anak. Menerangkan bagaimana memberi minum bayi agar tidak
banyak yang tumpah. Pekerja sosial membuatkan suatu record psicososialpasien
dari sini diambil sebagai bagian record Cleft Lip pada umumnya. Pekerja sosial
akan mengikuti perkembangan psikososial anak serta keadaan keluarga dan
lingkungannya. Ahli THT untuk mencegah dan menangani timbulnya otitis media
dan kontrol pendengaran.1
5/26/2018 Clp
18/40
18
VII. Preoperasi
Sebeum dilakukan observasi pada penderita kondisi bayi harus sehat,
tindakan pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi berumur lebih 10
minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin lebih dari 10 gr% dan
tak ada infeksi lekosit di bawah 10.000.1,10
Memberikan penerangan terhadap keluarga penderita sehingga tidak stress
dan menerangkan harapan nyata yang bisa didapat dengan perawatan menyeluruh
bagi anaknya. Selanjutnya menginstruksikan kepada keluarga penderita untuk
konsisten memperhatikan penderita sejak lahir hingga dewasa tanpa
memperlihatkan empati yang berlebih.5
Dalam penanganan penderita Cleft lip dipedukan kerjasama para spesialis
dalam suatu tim yang akan diatur dalam sebuah protokol Cleft lip, yaitu:1
1. Pasien umur 3 bulan (the over tens)a. Operasi bibir dan hidung
b. Pencetakan model gigic. Evaluasi telingad.Pemasangan grommets bila perlu
2. Pasien umur 10 - 12bulana. Operasi palatum
b. Evaluasi pendengarann dan telinga
3. Pasien umur 1 - 4 tahuna. Evaluasi bicara, dimulai3 bulan pasca operasi, follow up dilakukan oleh
speech pathologist.b. Evaluasi pendengaran dan telinga
4. Pasien umur 4 tahunKalau bicara tetap jelek dipertimbangkan repalatografy ataupharyngoplasty.
5. Pasien umur 6 tahuna. Evaluasi gigi dan rahang,pembuatan model
b. Melakukan nasoendoskopibagi yang memerlukan
5/26/2018 Clp
19/40
19
c. Evaluasi pendengaran
6. Pasien umur 9-10 tahunAlveolar bone graft
7. Pasien umur 12 -13 tahuna. Final touch untuk operasi-operasi yang dulu pemah dilakukan, bila masih
ada kekurangannya.
8. Pasien umur 17 tahuna. Evaluasi tulang-tulang muka
b. Operasi advancement osteotomy Le Fort I
VIII. Intraoperesi (Teknik Pembedahan Celah Bibir)
1. Teknik untuk Mikroform Cleft LipHal penting yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi celah tipe
mikroform adalah ketinggian vertical bibir.Jika ketinggian vertical bibir
mendekati normal maka ketidakseimbangan ini dapat dihilangkan dengan elips
eksisi. Flap triangular dariwhite roll dan vermillon dapat digunakan untuk
menyeimbangkan penutupan celah yang dikenal dengan teknik double unilimb Z-
Plasty dimana didapatkan skar luka hanya teratas pada bagian bawah bibir.4,14
Gambar 14. Titik-titik anatomi Cornu-vermilion-mukosa (Kiri). Desain dua
segitiga isosceles lateral (Cornu dan vermilion) (kanan)
2. Teknik untuk unilateral cleft lipBeberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah
dikemukakan dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight
5/26/2018 Clp
20/40
20
Line Closure, Randall-Tennison triangular flap repair, Millard rotation-
advancement repair, LeMesurier quadrilateral flap repair, Lip adhesion, and
Skoog dan Kernahan-Bauer upper dan lower lip Z-plasty repair. Dan masih
banyak lagi teknik-teknik yang lainseperti teknik Delaire danteknikPoole. Setiap
teknik tersebut bertujuan untuk mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari
musculus orbicularis dan menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya
mencoba untuk memperpanjang pemendekan philtrum pada bagian bercelah
dengan melekatkan jaringan dari elemen bibir lateral ke elemen bibir medial,
dengan menggunakan berbagai kombinasi antara lain merotasi, memajukan. dan
mentransposisikan penutup.3,5
Teknik Rose Thompsonn straight line closure merupakan teknik untuk
penyambungan linear defek minimal dari lengkung bibir dengan pertimbangan
megenai titik anatomis yang ada. Teknik Hagedorn-LeMesurier, dimana unsur
medialis bibir diperpanjang dengan memperkenalkan sebuah lipatan quadrilateral
yang dikembangkan dari unsur bibir lateral. Sedangkan teknik Skoog, unsur
medialis bibir diperpanjang dengan memperkenalkan dua lipatan segitiga kecil
yang dikembangkan dari unsur bibir lateral. Dua teknik yang sering digunakan
yaitu teknik triangular (Tennison Randall) dan teknik rotasi Millard..3,5
Tennison Randallmenggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan
ke sudut di sisi medial dari celah tepat di atas batas vermillion, melintasi collum
philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini menambah panjang di sisi
terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang bibir yang baik tetapi
jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat alami.3,5
Gambar 16. Teknik Tennison Randall
5/26/2018 Clp
21/40
21
Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan
oleh Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip
komplit maupun inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik
dan tangan yang bebas karena merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian
nasal rekonstruksi harus didudukkan pada posisi anatomi sphincter oral, rotasi
seluruh crus lateral + medial dari kartilago lateral, rekonstruksi dasar hidung (baik
lebar dan tingginya) dengan koreksi asimetris maksila yang hipoplastik untuk
meninggikan ala bawah yang mengalami deformitas dan penempatan kolumella
dan septum nasi ke midline untuk memperoleh nostril yang simetris. Keuntungan
dari teknik rotasi Millardadalah jaringan parut yang terbentuk berada pada jaluranatomi normal dari collum philtral dan batas hidung.3,5
Gambar 17. Teknik Millard
Teknik Millardmembuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi medial
dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal
dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar
kolumella.3
Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang
sumbing pada teknikMiliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupids bow
5/26/2018 Clp
22/40
22
harus diiris sepanjang bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika
normal. Bagian bibir yang sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi
gap celah yang telah disiapkan pada bibir yang sehat.3,5
3. Teknik untuk Bilateral Cleft LipSebuah prosedur bedah yang dengan banyak variasi untuk perbaikan dari
bilateral cleft lip telah banyak dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya adalah teknik
yang diperkenalkan Veau III, Tennison , Manchester , Millard , dan lain-lain.Dua
metode umum yang digunakan untuk membangun pusat bibir vermilion .
Pertama. melibatkan mukosa terlihat pada aspek yang lebih rendah dari prolabial
kulit untuk membentuk pusat vermilion , seperti yang digunakan Manchester.
Manchester tidak mengembalikan kontinuitas orbicularis oris. Teknik ini tidak
memberikan hasil yang memuaskan karena mengakibatkan penampilan abnormal
pada bibir atas. Sebaliknya, Millard memperbaiki ketinggian lengkap terlibat
prolabium dan reconstitution orbicularis di premaxilla. Selain itu, Millard
membelok segmen lateral prolabium yang dimaksudkan untuk menambahkan
tinggi columellar pada tahap berikutnya.3,5
Gambar 18. Teknik Millard pada bilateral cleft lip
IX. Postoperasi
Makanan oral : untuk anak yang masih menyusui, setelah operasi boleh
langsung disusui. Namun ada beberapa center yang masih menganjurkan untuk
5/26/2018 Clp
23/40
23
memberikan makanan lewat NGT sampai 10 hari postoperatif kemudian baru bisa
makan sebagaimana biasa.5
Aktifitas : menginstruksikan kepada kedua orang tua untuk tidak
memberikan mainan atau dot yang memiliki permukaan yang tajam selama 2
minggu setelah operasi. Beberapa center menganjurkan untuk memakai Velcro
elbow immobilizers pada pasien selama 10 hari untuk meminimalisir resiko
cedera pada bibir yang telah direkonstruksi. Secara periodik diganti beberapa kali
sehari dibawah supervisi.5
Perawatan Bibir : garis jahitan luka yang terbuka pada dasar dari bibir dan
hidung dapat dibersihkan menggunakan cotton swabs yang dicelupkan ke
hidrogen peroksida serta antibiotik topikal dapat diberikan beberapa kali sehari.
Pengangkatan jahitan luka yang permanen pada 5 sampai 7 hari postoperatif jika
menggunakan cyanoacrylate adhesive, tidak ada penatalaksanaan tambahan
selama periode pertengahan postoperatif dan secara bertahap mulai meningkat 6-
12 bulan setelah rekonstruksi. Kedua orang tua juga diinstruksikan untuk memijat
bibir atas selama fase ini dan mencegah untuk menempatkan anak pada daerah
yang terkena cahaya matahari langsung sampai scarnya sembuh.5
X. Prognosis
Tindakan operasi yang berhati-hati dan rekonstruksi yang mendetail pada
umumnya menghasilkan perbaikan yang lebih baik, sehingga terlihat sebagai bibir
yang normal. Pada kenyataannya banyak faktor yang berpengaruh di luar dari
teknik perbaikan itu sendiri. Pada akhirnya, hasil yang dicapai tergantung dari
komplikasi yang terjadi, keadaan tulang tengkorak dimana terjadi celah, dan efek
pertumbuhan dan perkembangan jaringan dari masing-masing individu.
5
5/26/2018 Clp
24/40
24
B. CLEFT PALATEI. Pendahuluan
Kepala dan leher dibentuk oleh beberapa tonjolan dan lengkungan, antara
lain processus frontonasalis, processus nasalis medialis dan lateralis, processus
maxillaries, dan processus mandibularis. Kegagalan penyatuan processus maxilla
dan processus nasalis medial akan menimbulkan celah pada bibir (labioschisis)
yang terjadi unilateral atau bilateral. Bila processus nasalis medialis, bagian yang
membentuk dua segmen antara maxilla, gagal menyatu maka terjadi celah pada
atap mulut atau langitan yang disebut palatoschisis.15
Cleft palate atau palatoschisis merupakan kelainan kongenital pada wajah
dimana atap/langitan dari mulut yaitu palatum tidak berkembang secara normal
selama masa kehamilan, mengakibatkan terbukanya (cleft) palatum yang tidak
menyatu sampai ke daerah cavitas nasalis, sehingga terdapat hubungan antara
rongga hidung dan mulut. Oleh karena itu, pada palatoschisis, anak biasanya pada
waktu minum sering tersedak dan suaranya sengau. Cleft palate dapat terjadi pada
bagian apa saja dari palatum, termasuk bagian depan dari langitan mulut yaitu
hard palate atau bagian belakang dari langitan mulut yang lunak yaitu soft palate.
17,18
Cleft palate mempunyai banyak sekali implikasi fungsional dan estetika
bagi pasien dalam interaksi social mereka terutama kemampuan mereka untuk
berkomunikasi secara efektif dan penampilan wajah mereka. Koreksi sebaiknya
sebelum anak mulai bicara untuk mencegah terganggunya perkembangan bicara.
Penyuluhan bagi ibu si anak sangat penting, terutama tentang cara memberikan
minum agar gizi anak memadai saat anak akan menjalani bedah rekonstruksi.
Kelainan bawaan ini sebaiknya ditangani oleh tim ahli yang antara lain terdiri atas
ahli bedah, dokter spesialis anak, ahli ortodonsi yang akan mengikuti
perkembangan rahang dengan giginya, dan ahli logopedi yang mengawasi dan
membimbing kemampuan bicara.16
5/26/2018 Clp
25/40
25
II.Embriologi
Jaringan-jaringan wajah, termasuk didalamnya bibir dan palatum berasal
dari migrasi, penetrasi, dan penyatuan mesenkimal dari sel-sel cranioneural
kepala. Ketiga penonjolan utama pada wajah (hidung, bibir, palatum) secara
embriologi berasal dari penyatuan processus fasialis bilateral.19
Embriogenesis palatum dapat dibagi dalam dua fase terpisah yaitu pembentukan
palatum primer yang akan diikuti dengan pembentukan palatum sekunder.
Pertumbuhan palatum dimulai kira-kira pada hari ke-35 kehamilan atau
minggu ke-4 kehamilan yang ditandai dengan pembentukan processus fasialis.
Penyatuan processus nasalis medialis dengan processus maxillaries, dilanjutkan
dengan penyatuan processus nasalis lateralis dengan processus nasalis medialis,
menyempurnakan pembentukan palatum primer. Kegagalan atau kerusakan yang
terjadi pada proses penyatuan processus ini menyebabkan terbentuknya celah pada
palatum primer. 18
Pembentukan palatum sekunder dimulai setelah palatum primer terbentuk
sempurna, kira-kira minggu ke-9 kehamilan. Palatum sekunder terbentuk dari sisi
bilateral yang berkembang dari bagian medial dari processsus maxillaries.
Kemudian kedua sisi ini akan bertemu di midline dengan terangkatnya sisi ini.
Ketika sisi tersebut berkembang kearah superior, proses penyatuan dimulai.
Kegagalan penyatuan ini akan menyebabkan terbentuknya celah pada palatum
sekunder.18
III.Anatomi
Palatum terdiri atas palatum durum dan palatum molle (velum) yang
bersama-sama membentuk atap rongga mulut dan lantai rongga hidung. Processus
palatine os maxilla dan lamina horizontal dari os palatine membentuk palatum
durum. Palatum molle merupakan suatu jaringan fibromuskuler yang dibentuk
5/26/2018 Clp
26/40
26
oleh beberapa otot yang melekat pada bagian posterior palatum durum. Terdapat
enam otot yang melekat pada palatum durum yaitu m. levator veli palatine, m.
constrictor pharyngeus superior, m.uvula, m.palatopharyngeus, m.palatoglosus
dan m.tensor veli palatini.18
Ketiga otot yang mempunyai konstribusi terbesar terhadap fungsi
velopharyngeal adalah m.uvula, m.levator veli palatine, dan m.constriktor
pharyngeus superior. M.uvula berperan dalam mengangkat bagian terbesar velum
selama konstraksi otot ini. M.levator veli palatine mendorong velum kearah
superior dan posterior untuk melekatkan velum kedinding faring posterior.
Pergerakan dinding faring ke medial, dilakukan oleh m.constriktor pharyngeussuperior yang membentuk velum kearah dinding posterior faring untuk
membentuk sfingter yang kuat. M.palatopharyngeus berfungsi menggerakkan
palatum kearah bawah dan kearah medial. M.palatoglossus terutama sebagai
depressor palatum, yang berperan dalam pembentukan venom nasal dengan
membiarkan aliran udara yang terkontrol melalui rongga hidung. Otot yang
terakhir adalah m.tensor veli palatine. Otot ini tidak berperan dalam pergerakan
palatum. Fungsi utama otot ini menyerupai fungsi m.tensor timpani yaitu
menjamin ventilasi dan drainase dari tuba auditiva. 18
Suplai darahnya terutama berasal dari a.palatina mayor yang masuk
melalui foramen palatine mayor. Sedangkan a.palatina minor dan m.palatina
minor lewat melalui foramen palatine minor. Innervasi palatum berasal dari
n.trigeminus cabang maxilla yang membentuk pleksus yang menginervasi otot-
otot palatum. Selain itu, palatum juga mendapat innervasi dari nervus cranial VII
dan IX yang berjalan disebelah posterior dari pleksus.
IV.Insiden
Insidens dari berbagai tipe cleft di laporkan oleh Veau. Insidens secara
keseluruhan dari cleft di laporkan oleh Fogh Andersen yakni 1 dari 655 kelahiran
dan oleh Ivy yakni 1 dari 762 kelahiran, dimana lebih sering dijumpai pada laki-
5/26/2018 Clp
27/40
27
laki dibandingkan perempuan. Peningkatan resiko palatoschisis bertambah seiring
dengan meningkatnya usia maternal dan adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit bawaan yang sama. Faktor etnik juga mempengaruhi angaka kejadian
palatoschisis. Palatoschisis paling sering ditemukan pada ras Asia dibandingkan
ras Afrika. Insiden palatoschisis pada ras Asia sekitar 2,1/1000, 1/1000 pada ras
kulit putih, dan 0,41/1000 pada ras kulit hitam. Menurut data tahun 2004, di
Indonesia ditemukan sekitar 5.009 kasus cleft palate dari total seluruh penduduk .
Palatoschisis yang tanpa labioschisis memiliki rasio yang relatif konstan yaitu
0,45-0,5/1000 kelahiran. Tipe yang paling sering adalah uvula bifida dengan
insiden sekitar 2% dari populasi. Setelah itu diikuti oleh palatoschisis komplit
unilateral kiri. 18,20-23
V.Etiologi
Pada tahun 1963, Falconer mengemukakan suatu teori bahwa etiologi
palatoschisis bersifat multifaktorial dimana pembentukan celah pada palatum
berhubungan dengan faktor herediter dan faktor lingkungan yang terlibat dalam
pertumbuhan dan perkembangan processus.19
1. Faktor herediter
Sekitar 25% pasien yang menderita palatoschisis memiliki riwayat
keluarga yang menderita penyakit yang sama. Orang tua dengan palatoschisis
mempunyai resiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan palatoschisis. Jika
hanya salah satu orang tua yang menderita palatoschisis, maka kemungkinan
anaknya menderita palatoschisis adalah sekitar 4%. Jika kedua orangtuanya tidak
menderita palatoschisis, tetapi memiliki anak tunggal dengan palatoschisis maka
resiko generasi berikutnya menderita penyakit yang sama juga sekitar 4%. Dugaan
mengenai hal ini ditunjang kenyataan, telah berhasil diisolasi suatu X-linked gen,
yaitu Xq13-21 pada lokus 6p24.3 pada pasien sumbing bibir dan langitan.
Kenyataan lain yang menunjang, bahwa demikian banyak kelainan / sindrom
disertai celah bibir dan langitan (khususnya jenis bilateral), melibatkan anomali
skeletal, maupun defek lahir lainnya.
5/26/2018 Clp
28/40
28
2. Faktor lingkungan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid
(golongan vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi.
Infeksi selama kehamilan semester pertama seperti infeksi rubella dan
cytomegalovirus, dihubungkan dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan
yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi makanan (seperti defisiensi
asam folat) dapat menyebabkan palatoschisis.17,18,22
VI.Patofisiologi
Pasien dengan palatoschisis mengalami gangguan perkembangan wajah,
inkompetensi velopharyngeal, perkembangan bicara yang abnormal, dan
gangguan fungsi tuba eustachi. Kesemuanya memberikan gejala patologis
mencakup kesulitan dalam intake makanan dan nutrisi, infeksi telinga tengah yang
rekuren, ketulian, perkembangan bicara yang abnormal, dan gangguan pada
pertumbuhan wajah. Adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengisap pada bayi.17
Insersi yang abnormal dari m.tensor veli palatine menyebabkan tidak
sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi telinga yang rekuren telah
dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang memperburuk cara bicara pada
pasien dengan palatoschisis. Mekanisme velopharyngeal yang utuh penting dalam
menghasilkan suara non nasal dan sebagai modulator aliran udara dalam
pembentukan fonem lainnya yang membutuhkan nasal coupling. (Manipulasi
anatomi yang kompleks dan sulit dari mekanisme ini, jika tidak sukses dilakukan
pada awal perkembangan bicara, dapat menyebabkan berkurangnya pengucapan
normal).17
VII.Klasifikasi
5/26/2018 Clp
29/40
29
Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau
disertai dengan labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh
sebagai celah hanya pada palatum molle, atau hanya berupa celah pada
submukosa. Celah pada keseluruhan palatum terbagi atas dua yaitu komplit
(total), yang mencakup palatum durum dan palatum molle, dimulai dari foramen
insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis juga dapat bersifat
unilateral atau bilateral. 16,23
Gambar 19. Klasifikasi celah palatum
Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu
1. Cleft palatum molle
2. Cleft palatum molle dan palatum durum
3. Cleft lip dan palatum unilateral komplit
4. Cleft lip dan palatum bilateral komplit
Klasifikasi Jalur-Y untuk cleft lip dan palate berdasarkan modifikasi Millard dari
Kernohan. Lingkaran kecil mengindikasikan foramen insisivum; segitiga
mengidikasikan ujung nasal dan dasar nasal.
5/26/2018 Clp
30/40
30
VIII.Penatalaksanaan
Penanganan kecacatan pada celah bibir dan celah langit-langit tidaklah
sederhana, melibatkan berbagai unsur antara lain, ahli Bedah Plastik, ahli
ortodonti, ahli THT untuk mencegah menangani timbulnya otitis media dan
kontrol pendengaran, dan anestesiologis. Speech therapist untuk fungsi bicara.
Setiap spesialisasi punya peran yang tidak tumpang-tindih tapi saling saling
melengkapi dalam menangani penderita CLP secara paripurna. 16
1. Terapi Non-bedah
Palatoschisis merupakan suatu masalah pembedahan, sehingga tidak ada
terapi medis khusus untuk keadaan ini. Akan tetapi, komplikasi dari palatoschisis
yakni permasalahan dari intake makanan, obstruksi jalan nafas, dan otitis media
membutuhkan penanganan medis terlebih dahulu sebelum diperbaiki.17
Perawatan Umum Pada Cleft Palatum. Pada periode neonatal beberapa hal yang
ditekankan dalam pengobatan pada bayi dengan cleft palate yakni:
a. Intake makanan
Intake makanan pada anak-anak dengan cleft palate biasanya mengalami
kesulitan karena ketidakmampuan untuk menghisap, meskipun bayi tersebut dapat
melakukan gerakan menghisap. Kemampuan menelan seharusnya tidak
berpengaruh, nutrisi yang adekuat mungkin bisa diberikan bila susu dan makanan
lunak jika lewat bagian posterior dari cavum oris. pada bayi yang masih
disusui, sebaiknya susu diberikan melalui alat lain/ dot khusus yang tidak perludihisap oleh bayi, dimana ketika dibalik susu dapat memancar keluar sendiri
dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat pasien
menjadi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan nutrisi menjadi tidak
cukup. Botol susu dibuatkan lubang yang besar sehingga susu dapat mengalir ke
dalam bagian belakang mulut dan mencegah regurgitasi ke hidung. Pada usia 1-2
minggu dapat dipasangkan obturator untuk menutup celah pada palatum, agar
5/26/2018 Clp
31/40
31
dapat menghisap susu, atau dengan sendok dengan posisi setengah duduk untuk
mencegah susu melewati langit-langit yang terbelah atau memakai dot lubang
kearah bawah ataupun dengan memakai dot yang memiliki selang yang panjang
untuk mencegah aspirasi. 20
b. Pemeliharaan jalan nafas
Pernafasan dapat menjadi masalah anak dengan cleft, terutama jika dagu
dengan retroposisi (dagu pendek, mikrognatik, rahang rendah (undershot jaw),
fungsi muskulus genioglossus hilang dan lidah jatuh kebelakang, sehingga
menyebabkan obstruksi parsial atau total saat inspirasi (The Pierre Robin
Sindrom).
c. Gangguan telinga tengah
Otitis media merupakan komplikasi yang biasa terjadi pada cleft palate
dan sering terjadi pada anak-anak yang tidak dioperasi, sehingga otitis supuratif
rekuren sering menjadi masalah. Komplikasi primer dari efusi telinga tengah yang
menetap adalah hilangnya pendengaran. Masalah ini harus mendapat perhatian
yang serius sehingga komplikasi hilangnya pendengaran tidak terjadi, terutama
pada anak yang mempunyai resiko mengalami gangguan bicara karena cleft
palatum. Pengobatan yang paling utama adalah insisi untuk ventilasi dari telinga
tengah sehingga masalah gangguan bicara karena tuli konduktif dapat dicegah.(5)
2. Terapi bedah
Terapi pembedahan pada palatoschisis bukanlah merupakan suatu kasusemergensi, dilakukan pada usia antara 12-18 bulan. Pada usia tersebut akan
memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberi kesempatan
jaringan pasca operasi sampai matang pada proses penyembuhan luka sehingga
sebelum penderita mulai bicara dengan demikian soft palate dapat berfungsi
dengan baik.
5/26/2018 Clp
32/40
32
Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk
memperbaiki celah palatum, yaitu:
1. Teknik von Langenbeck
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh von Langenbeck yang merupakan
teknik operasi tertua yang masih digunakan sampai saat ini. Teknik ini
menggunakan teknik flap bipedikel mukoperiosteal pada palatum durum dan
palatum molle. Untuk memperbaiki kelainan yang ada, dasar flap ini disebelah
anterior dan posterior diperluas ke medial untuk menutup celah palatum.
Gambar 20. Teknik von Langenbeck
2. Teknik V-Y push-back
Teknik V-Y push-back mencakup dua flap unipedikel dengan satu atau dua
flap palatum unipedikel dengan dasarnya disebelah anterior. Flap anterior
dimajukan dan diputar ke medial sedangkan flap posterior dipindahkan ke
belakang dengan teknik V to Y akan menambah panjang palatum yang diperbaiki.
5/26/2018 Clp
33/40
33
Gambar 21. Teknik V-Y Pushback
Gambar 22. Teknik V-Y Pushback menggunakan mukosa pipi
3. Teknik double opposing Z-plasty (Furlow)
Teknik ini diperkenalkan oleh Furlow untuk memperpanjang palatum molle
dan membuat suatu fungsi dari m.levator.
Gambar 23. Teknik double opposing Z-plasty (Furlow)
5/26/2018 Clp
34/40
34
4. Teknik palatoplasty two-flap
Diperkenalkan oleh Bardach dan Salyer (1984). Teknik ini mencakup
pembuatan dua flap pedikel dengan dasarnya di posterior yang meluas sampai
keseluruh bagian alveolar. Flap ini kemudian diputar dan dimajukan ke medial
untuk memperbaiki kelainan yang ada.
Gambar 24. Teknik two-flap
Speech terapi mulai diperlukan setelah operasi palatoplasty yakni pada usia
2-4 tahun untuk melatih bicara benar dan miminimalkan timbulnya suara sengau
karena setelah operasi suara sengau masih dapat terjadi suara sengau karena anak
sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi
memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila setelah palatoplasty dan speech
terapi masih didapatkan suara sengau maka dilakukan pharyngoplasty untuk
memperkecil suara nasal (nasal escape) biasanya dilakukan pada usia 4-6 tahun.Pada usia anak 8-9 tahun ahli ortodonti memperbaiki lengkung alveolus sebagai
persiapan tindakan alveolar bone graft dan usia 9-10 tahun spesialis bedah plastic
melakukan operasi bone graft pada celah tulang alveolus seiring pertumbuhan gigi
caninus.24
5/26/2018 Clp
35/40
35
Perawatan setelah dilakukan operasi, segera setelah sadar penderita
diperbolehkan minum dan makanan cair sampai tiga minggu dan selanjutnya
dianjurkan makan makanan biasa. Jaga hygiene oral bila anak sudah mengerti.
Bila anak yang masih kecil, biasakan setelah makan makanan cair dilanjutkan
dengan minum air putih. Berikan antibiotik selama tiga hari. Pada orangtua pasien
juga bisa diberikan edukasi berupa, posisi tidur pasien harusnya
dimiringkan/tengkurap untuk mencegah aspirasi bila terjadi perdarahan, tidak
boleh makan/minum yang terlalu panas ataupun terlalu dingin yang akan
menyebabkan vasodilatasi dan tidak boleh menghisap /menyedot selama satu
bulan post operasi untuk menghindari jebolnya daerah post operasi.24
IX.Komplikasi
Anak dengan palatoschisis berpotensi untuk menderita flu, otitis media,
tuli, gangguan bicara, dan kelainan pertumbuhan gigi. Selain itu dapat
menyebabkan gangguan psikososial. 23
Komplikasi post operatif yang biasa timbul yakni:
a. Obstruksi jalan nafas
Seperti disebutkan sebelumnya, obstruksi jalan nafas post operatif
merupakan komplikasi yang paling penting pada periode segera setelah dilakukan
operasi. Keadaan ini timbul sebagai hasil dari prolaps dari lidah ke orofaring saat
pasien masih ditidurkan oleh ahli anastesi. Penempatan Intraoperatif dari traksisutura lidah membantu dalam menangani kondisi ini. Obstruksi jalan nafas bisa
juga menjadi masalah yang berlarut-larut karena perubahan pada dinamika jalan
nafas, terutama pada anak-anak dengan madibula yang kecil. Pada beberapa
instansi, pembuatan dan pemliharaan dari trakeotomi perlu sampai perbaikan
palatum telah sempurna.
5/26/2018 Clp
36/40
36
b. Perdarahan
Perdarahan intraoperatif merupakan komplikasi yang potensil terjadi.
Karena kayanya darah yang diberikan pada paltum. Hal ini bisa berbahaya pada
bayi, yakni pada meraka yang total volume darahnya rendah. Penilaian
preoperative dari jumlah hemoglobin dan hitung trombosit sangat penting. Injeksi
epinefrin sebelum di lakukan insisi dan penggunaa intraoperatif dari
oxymetazoline hydrochloride dapat mengurangi kehilangan darah yang bisa
terjadi. Untuk menjaga dari kehilangan darah post operatif, area palatum yang
mengandung mucosa seharusnya diberikan avitene atau agen hemostatik lainnya.
c. Fistel palatum
Fistel palatum bisa timbul sebagai komplikasi pada periode segera setelah
dilakukan operasi, atau hal tersebut dapat menjadi permasalahan yang tertunda.
Suatu fistel pada palatum dapat timbul dimanapun sepanjang sisi cleft. Insidennya
telah dilapornya cukup tinggi yakni sebanyak 34%, dan berat-ringannya cleft telah
dikemukanan bahwa hal tersebut berhubungan dengan resiko timbulnya fistula.
Fistel cleft palate post operatif bisa ditangani dengan dua cara. Pada pasien yang
tanpa disertai dengan gejala, prosthesis gigi bisa digunakan untuk menutup defek
yang ada dengan hasil yang baik. Pasien dengan gejala diharuskan untuk terapi
pembedahan. Sedikitnya supply darah, terutama supply ke anterior merupakan
alasan utama gagalnya penutupan dari fistula. Oleh karena itu, penutupan fistula
anterior maupun posterior yang persisten seharusnya di coba tidak lebih dari 6-12
bulan setelah operasi, ketika supply darah telah memiliki kesempatan untuk
mengstabilkan dirinya. Saat ini, banyak centre menunggu sampai pasien menjadilebih tua (paling tidak 10 tahun) sebelum mencoba untuk memperbaiki fistula.
Jika metode penutupan sederhana gagal, flap jaringan seperti flap lidah anterior
bisa dibutuhkan untuk melakukan penutupan.
5/26/2018 Clp
37/40
37
d. Midface abnormalities
Penanganan Cleft palate pada beberapa instansi telah fokus pada intervensi
pembedahan terlebih dahulu. Salah satu efek negatifnya adalah retriksi dari
pertumbuhan maksilla pada beberapa persen pasien. Palatum yang diperbaiki pada
usia dini bisa menyebabkan berkurangnya demensi anterior dan posteriornya,
yakni penyempitan batang gigi, atau tingginya yang abnormal. Kontrofersi yang
cukup besar ada pada topik ini karena penyebab dari hipoplasia, apakah hal
tersebut merupakan perbaikan ataupun efek dari cleft tersebut pada pertumbuhan
primer dan sekunder pada wajah, ini tidak jelas. Sebanyak 25% pasien dengan
cleft palate unilateral yang telah dilakukan perbaikan bisa membutuhkan bedahorthognathic. LeFort I osteotomies dapat digunakan untuk memperbaiki
hipoplasia midface yang menghasilkan suatu maloklusi dan deformitas dagu.18
e. Wound expansion
Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih.
Bila hal ini terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari
rekonstruksi langitan, dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat
dilakukan tanpa membutuhkan anestesi yang terpisah.
f. Wound infection
Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena
wajah memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat
kontaminasi pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana
sensasi pada bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang
dapat terjadi akibat simpul yang terbenam.
g. Malposisi Premaksilar
Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi
setelah operasi.
5/26/2018 Clp
38/40
38
h. Whistle deformity
Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin
berhubungan dengan retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari
dengan penggunaan total dari segmen lateral otot orbikularis.
i. Abnormalitas atau asimetri tebal bibir
Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran intraoperatif yang tepat dari
jarak anatomis yang penting lengkung.24
X.Prognosis
Meskipun telah dilakukan koreksi anatomis, anak tetap menderita
gangguan bicara sehingga diperlukan terapi bicara yang bisa diperoleh disekolah,
tetapi jika anak berbicara lambat atau hati-hati maka akan terdengar seperti anak
normal.24
5/26/2018 Clp
39/40
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Marzoeki J. Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta: SagungSeto; 2001; Hal. 1-8
2. Anonim. Cleft lip and Palate.3. Hopper RA, Cutting C, Grayson B. Cleft Lip and Palate. In : Thorne CH,
Beasley RW, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL, editors. Grabb and
Smiths Plastic surgery. 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2007; p. 201-14
4. Margulis A. Cleft Lip. In Kryger ZB, Mark Sisco. Practical Plastic Surgery.Austin,Texas: Landes Biosciencep. 2007; p. 348-54
5. Patel PK. Crani ofacial, Unil ateral Cleft L ip Repair6. Dixon MJ, Mary L, Terri H, Jefferey CM. Cleft lip and palate Synthesizing
genetic and environmental influences.NIH public Access. 2011.
7. Sandberg DJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair.2002.8. Al Fatih M. Labio Gnato Palatoschisis.9. Patel PK. Crani ofacial, Bilateral Cleft L ip Repair. 13 April, 2009.10.Egan T and Gregory A. Clef Lip and palate. In Dolan RW. Facial Plastic,
Reconstructive, and Trauma Surgery. New York: Marcel Dekker. p.358-70
11.Anonim. Cleft Lip and Cleft Palate. UNSW Embriology.12.Anonim. Cleft Lip and Palate. Wikipedia.13.Mulliken JB. The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate.
NEJM.
14.Mulliken JB. Double Unilimb Z-Plastic Repair of Microform Cleft Lip.Boston Mass.
15.Tessier P (June 1976). Anatomical classification facial, cranio-facial andlatero-facial clefts.J Maxillofac Surg4(2): 6992
16.Kim EK, Khang SK, Lee TJ, Kim TG (May 2010). Clinical features of themicroform cleft lip and the ultrastructural characteristics of the
orbicularis oris muscle. Cleft Palate Craniofac. J.47(3): 297302.
5/26/2018 Clp
40/40
40
17.Yuzuriha S, Mulliken JB (November 2008). Minor-form, microform, andmini-microform cleft lip: anatomical features, operative techniques, and
revisions.Plast. Reconstr. Surg.122(5): 148593. Tosun Z, Honuter M,
Sentrk S, Savaci N (2003). Reconstruction of microform cleft lip. Scand
J Plast Reconstr Surg Hand Surg37(4): 2325.
18.Tollefson TT, Humphrey CD, Larrabee WF, Adelson RT, Karimi K, Kriet JD(2011). The spectrum of isolated congenital nasal deformities resembling
the cleft lip nasal morphology.Arch Facial Plast Surg13(3): 15260.
19. Statistics by country for cleft palate. WrongDiagnosis.com. Retrieved2007-04-24.
20.Sloan GM (2000). Posterior pharyngeal flap andsphincterpharyngoplasty: the state of the art. Cleft Palate Craniofac. J.37(2): 112
22.
21.Costello BJ, Edwards SP, Clemens M (October 2008). Fetal diagnosis andtreatment of craniomaxillofacial anomalies.J. Oral Maxillofac.
Surg.66(10): 198595.
22.Dudas M, Li WY, Kim J, Yang A, Kaartinen V (2007). Palatal fusion where do the midline cells go? A review on cleft palate, a major human
birth defect.Acta Histochem.109(1): 114.
23.Dudas M, Li WY, Kim J, Yang A, Kaartinen V (2007). Palatal fusion where do the midline cells go? A review on cleft palate, a major human
birth defect.Acta Histochem.109(1): 114.
24.Beaty TH, Ruczinski I, Murray JC, et al.(May 2011). Evidence for gene-environment interaction in a genome wide study of isolated, non-
syndromic cleft palate. Genet Epidemiol35(6): 46978.
http://archfaci.ama-assn.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=21576661http://archfaci.ama-assn.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=21576661http://archfaci.ama-assn.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=21576661