2
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengtatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy CBT, terutamauntuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosionalberasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsun kalau dicapai perubahan polapola berpikir selama proses terapi. !emikian pula pada berpikir yang maladapti"e (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku. !engan memah merubah pola tersebut, pasien diharapkan mampu melakukan perubahan cara berpikirnya mampu mengendalikan ge#ala ge#ala dari gangguan yang dialami. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) berorientasi pada pemecahan masalah dengan t yang dipusatkan pada keadaan $disini dan sekarang%, yang memandang indi"idu sebagai pengambil keputusan penting tentang tu#uan atau masalah yang akan dipecahkan dalam terapi. !engan cara tersebut, pasien sebagai mitra ker#a terapis dalam mengatasi ma dengan pemahaman yang memadai tentang teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah Tu#uan utama dalam teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah & '. embangkitkan pikiran pikiran negati"e berbahaya, dialog internal atau bicar (swelftalk), dan interpretasi terhadap ke#adian ke#adian yang dialami. Pikir negati"e tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadarann pa apabila menghadapi situasi stress atau mengingat ke#adian penting masa lalu. !istorsi tersebut perilaku maladapti"e yang menambah berat masalahnya. *. Terapis bersama klienmengumpulkan buktiyang mendukung atau menyanggah interpretasi yang telah diambil. +leh karena pikiran otomastis sering didasar kesalahan logika, maka program Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan untuk membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Pasien dilatih meng pikiranya, dan mendorong untuk menggunakan ketrampilan, menginterpretasikan s lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladapti"e. .enyusun desain eksperimen (peker#aan -umah) untuk mengu#i "aliditas interpret men#aring data tambahan un#tuk diskusi di dalam proses terapi !engan demikian Cognitive Behavioral Therapy CBT diharapkan berperan sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan depresi tidak mengancam, karena pasien bela#ar mengata factor yang menyebabkan munculnya gangguan.

Cognitive Behavioral Therapy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CBT

Citation preview

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengtatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy CBT, terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola tersebut, pasien diharapkan mampu melakukan perubahan cara berpikirnya dan mampu mengendalikan gejala gejala dari gangguan yang dialami.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) berorientasi pada pemecahan masalah dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan disini dan sekarang, yang memandang individu sebagai pengambil keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang akan dipecahkan dalam proses terapi. Dengan cara tersebut, pasien sebagai mitra kerja terapis dalam mengatasi masalahnya dan dengan pemahaman yang memadai tentang teknik yang digunakan untuk mengatasi masalahnya.

Tujuan utama dalam teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah :

1. Membangkitkan pikiran pikiran negative/ berbahaya, dialog internal atau bicara sendiri (swelf-talk), dan interpretasi terhadap kejadian kejadian yang dialami. Pikiran pikiran negative tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadarann pasien, apabila menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku maladaptive yang menambah berat masalahnya.

2. Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomastis sering didasarkan atas kesalahan logika, maka program Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan untuk membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Pasien dilatih mengenali pikiranya, dan mendorong untuk menggunakan ketrampilan, menginterpretasikan secara lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.

3. Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan unjtuk diskusi di dalam proses terapi

Dengan demikian Cognitive Behavioral Therapy CBT diharapkan berperan sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan depresi tidak mengancam, karena pasien belajar mengatasi factor factor yang menyebabkan munculnya gangguan.