combus anak.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep combus

Citation preview

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. AnamneseMeskipun luka bakar terjadi pada semua kelompok umur, insidennya lebih tinggi pada kedua kemompok ujung kontinum usia. Orang yang usianya lebih lebih muda dari 2 tahun dan lebih tua dari 60 tahun mempunyai angka mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya dengan keparahan luka bakar yang sama. Seseorang yang berusia kurang dari 2 tahun akan lebih muda terkena infeksi karena respon imun yang imatur, dan orang yang tua mengalami proses degenaratif yang memperumit proses penyembuhan (Hudak dan Gallo, 1996)b. Riwayat keperawatan

1. Keluhan utama :Luas cedera akibat dari intensitas panas (suhu) dan durasi pemajanan, jika terdapat trauma inhalasi ditemukan keluhan stridor, takipnea, dispnea, dan pernafasan seperti bunyi burung gagak (Kidd, 2010).2. Riwayat penyakit sekarang:Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup, sehingga kecurigaan terhadap trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. Kapan kejadiannya terjadi (Sjaifuddin, 2006).3. Riwayat penyakit masa lalu:Penting dikaji untuk menetukan apakah pasien mempunyai penyakit yang tidak melemahkan kemampuan untuk mengatasi perpindahan cairan dan melawan infeksi (misalnya diabetes mellitus, gagal jantung kongestif, dan sirosis) atau bila terdapat masalah-masalah ginjal, pernapasan atau gastro intestinal. Beberapa masalah seperti diabetes, gagal ginjal dapat menjadi akut selama proses pembakaran. Jika terjadi cedera inhalasi pada keadaan penyakit kardiopulmonal (misalnya gagal jantung kongestif, emfisema) maka status pernapasan akan sangat terganggu (Hudak dan Gallo, 1996).4. Status kesehatan umumKaji tentang kesadaran pasien, tnda-tanda vital (TTV), berat badan (BB), dan pemeriksaan luka bakar (apakah termasuk luka bakar berat, sedang atau ringan)a. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya.b. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)2. Pemerikasaan fisika. BreathingKaji adanya tanda disteres pernapasan, seperti rasa tercekik, tersedak, malas bernafas, atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atu tenggorokan, hal ini menandakan adanya iritasi pada mukosa.Adanya sesak napas atau kehilangan suara, takipnea atau kelainan pada uaskultasi seperi krepitasi atau ronchi. (Sjaifuddin, 2006b. BloodPada luka bakar yang berat, perubahan permiabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyababkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravascular mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen kejaringan (syok). Sjaifuddin (2006c. BrainManifestasi sistem saraf pusat karena keracunan karbon monoksida dapat berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian (Huddak dan Gallok, 1996)d. BledderHaluaran urin menurun disebabkan karena hipotensi dan penurunan aliran darah ke ginjal dan sekresi hormone antideuretik serta aldosteron (Hudak dan Gallok, 1996)e. BoweAdanya resiko paralitik usus dan distensi lambung bisa terjadi distensi dan mual. Selain itu pembentukan ulkus gastrduodenal juga dikenal dengan Curlings biasanya merupakan komplikasi utama dari luka bakar (Hudak dan Gallok, 1996).f. BonePenderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain misalnya mengalami patah tulang punggung atau spine.3. Pemeriksaan penunjangMenurut Schwartz (2000) & Engram (2000), Kidd (2010) pemeriksaan diaknostik pada penderita luka bakar meliputi :

1) Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh segera setelah pasien tiba di fasilitas perawatan.2) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar massif3) Konsetrasi gas darah dan PO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50 %, FiO2= 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.4) Karboksihemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian oksigen dapat menutupi keparahan keracunan kerbon monoksida yang dialami penderita. Pada trauma inhalasi, kadar COHb akan menurun setelah penderita menghirup udara normal. Pada kadar COHb 35-45% (berat), bahkan setelah tiga jam dari kejadian kadar COHb masih pada batas 20-25%. Bila kadar COHb lebih dari 15% setelah 3 jam kejadian ini merupakan bukti kuat adanya trauma inhalasi5) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terhadap peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.6) Albumin serum, kadarnya mungkin rendah karena protein plasma terutama albumin hilang ke dalam jaringan yang cedera sekunder akibat peningkatan permeabilitas kapiler.7) Urinalis menunjukkan mioglobin dan hemokromagen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.8) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal9) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap10) Elektrocardiogram : EKG terutama diindikasikan pada luka bakar listrik karena disritmia jantung adalah komplikasi yang umum4. diagnosa keperawatan1. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal

2. Nyeri berhubungan dengan trauma kulit

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic dan pertahanan sekunder tidak adekuat4. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan katabolisme dan metabolisme, kehilangan nafsu makan

5. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kehilangan akibat evaporasi dari luka

6. Ganggguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi terhadap penampilan dan mobilitas

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasional ( anak dengan cedera yang serius )

5. Intervensi

Diagnosa : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal

Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan lukaKriteria hasil : : luka sembuh tanpa tanda-tanda kerusakan atau inflamasi

IntervensiRasional

1. Cukur rambut sampai kira-kira 5 cm dari tepi luka dan area sekitar luka dengan segeraUntuk menghilangkan reservoir infeksi

2. Bersihkan luka dan kulit sekiarnya dengan seksama dan angkat debris jaringan yang mengalami devitalisasi

Untuk menurunkan resiko infeksi dan untuk meningkatkan proses penyembuhan luka

3. Jaga pasien untuk tidak menggaruk dan mengorek lukaUntuk menghindari kerusakan jaringan yang sedang berepitelisasi dan bergranulasi

4. Diet tinggi kalori dan protein

Untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori yang meningkat dikarenakan peningkatan metabolisme dan katabolisme.

5. Pantau tanda dan gejala infeksi pada luka

Untuk memastikan pengenalan dan terapi yang tepat

6. Balut jari-jari tangan dan kaki secara terpisahUntuk mencegah perlekatan jaringan akibat kontak yang lama

Diagnosa : nyeri berhubungan dengan trauma kulit

Tujuan : pasien mengalami penuurunan nyeri sampai tingkat yang dapat diterima anakKriteria hasil : anak menunjukkan pengurangan nyeri sampai tingkat yang dapat diterima anak

IntervensiRasional

1. Beri posisi ekstensi Untuk meminimalkan nyeri akibat latihan fisik yang dilakukan untuk mendapatkam kembali posisi ekstensi

2. Implementasikan latihan fisik aktif dan pasif

Untuk meminimalkan pembentukan kontraktur

3. Redakan iritasi Untuk mencegah peningkatan nyeri

Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic dan pertahanan sekunder tidak adekuatTujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi lukaKriteria hasil : - Kemugkinan sumber infeksi dihilangkan

-Luka menunjukkan tanda-tanda infeksi minimal atau tidak ada tanda-tanda infeksi

IntervensiRasional

1. Pertahankan teknik cuci tangan yang seksama oleh tim medis dan pengunjungUntuk meminimalkan pajanan terhadap agen infeksius

2. Lakukan pengangkatan krusta dan lepuhanUntuk mengeliminasi reservoir bagi organisme

3. Oleskan preparat antimikroba topical dan pasang balutan pada luka sesuai indikasiUntuk mengendalikan proliferasi bakteri

4. Kaji data dasar dan lakukan serangkaian biakan lukaUntuk memastikan adanya peningkatan atau penuruan flora luka

Diagnosa : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungsn dengsn peningkatan katabolisme dan metabolisme, kehilangan nafsu makan

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang optimum

Kriteria hasil : pasien mengkonsumsi nutrisi dengan jumlah yang memadai dan mempertahankan berat badan sebelum mengalami luka bakar

IntervensiRasional

1. Sediakan makanan tinggi kalori dan proteinUntuk menghindari pemecahan protein dan memenuhi kebutuhan kalori yang meningkat

2. Sediakan makanan yang disukai pasienUntuk menstimulasi selera makan

3. Berikan makanan dan lingkungan yang menarikUntuk mendorong napsu makan

4. Temani anak saat makanUntuk menciptakan suasana makan seperti di rumah

5. Berikan pemberian makanan enteral tambahan sesuai programUntuk memenuhi kebutuhan yang telah diperhitungkan

6. Timbang berat badan per minggu Untuk memantau status nutrisi

Untuk memantau status nutrisi

7. Catat dengan akurat asupan nutrisiUntuk mengevaluasi kecukupan masukan nutrisi

Diagnosa : Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kehilangan akibat evaporasi dari luka

Tujuan : pasian mempertahankan status hidrasi cairan yang adekuat selama periode akut pascaterbakar

Kriteria hasil : resusitasi cairan yang adekuat dipertahankan yang ditandai dengan perfusi jaringan yang adekuat dan mempertahankan haluaran urine

IntervensiRasional

1. Berikan cairan kristaloid dan/atau cairan koloid per protocol, pantau efek dan pertahankan jalur intravena

Untuk mengganti kahilangan cairan yang berhubungan dengan luka bakar

2. Kaji status penggantian cairanUntuk mengetahui keseimbangan cairan yang sesuai

3. Pantau berat badan setiap hariUntuk mengevaluasi status retensi cairan atau dieresis

4. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematokrit, glukosa, kalium serum, natrium serum, protein serum, fosfor, dan magnesium)Untuk mengidentifikasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit