Upload
vukhue
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara konsep penelitian ini menggunakan konsep teori Community
Nursing Center, Nursing Center, Health Promotion Model, konsep teori Perilaku
Kinerja, dan konsep Ponkesdes.
2.1 Konsep Community Nursing Center
Community Nursing Center (CNC) berfungsi sebagai penghubung pada
tingkat pertama antara anggota populasi yang rentan dan juga memberikan sistem
pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat (Newman, 2005). CNC
menetapkan pedoman untuk memberikan perawatan oleh organisasi yang
menyediakan layanan untuk meningkatkan status kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat melalui akses langsung ke keperawatan (CHAP, 2014).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi keperawatan kesehatan
masyarakat menjadi tiga bidang praktek, Hemingway (2012):
1. Family oriented care (perawatan berorientasi pada keluarga)
Keperawatan fokus pada kebutuhan individu dan keluarga dilakukan
dengan kesadaran dari penilaian yang seksama terhdap keadaan social
dan ekonomi dan kondisi hidup secara keseluruhan keluarga.
2. Public health action
Kesehatan masyarakat membutuhkan berbagai pengetahuan sosial,
politik, dan ekonomi serta pengetahuan dan keterampilan dalam
perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan. Ketrampilan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
kepemimpinan dan advokasi juga diperlukan untuk menjadi efektif
dalam pengembangan masyarakat dan keterlibatan dalam bekerja.
Tujuan dari penelitian di jurnal ini perlindungan kesehatan sebagai
melindungi orang, mencegah bahaya dan mempersiapkan ancaman.
Sedangkan promosi kesehatan didefinisikan sebgai proses yang
memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan
mereka dan faktor-faktor penentunya dan dengan demikian
meningkatkan kesehatan masyarakat.
3. Policy Making
WHO membuat kebijakan dengan jelas menayatakan bahwa perawat
harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan dan mengelola perubahan. Pemahaman tentang politik
sebagai proses sosial dan kapasitas untuk berfikir diperlukan.
Diplomatik, jaringan, dan keterampilan negosiasi untuk bekerja dengan
kelompok yang beragam yang sangat penting.
Ada tujuh elemen inti untuk perawat umum dalam model Reproduced
with Permission from the Scottish Government. Sementara banyak
perawat komunitas yang mengidentifikasi dengan menggunakan model
itu. Mereka khawatir kalau mereka diharapkan bekerja dengan
sekelompok pasien atau klien dengan berbagai pengalaman dan
keahlian masyarakat dan membatasi kebutuhan penerimaan pasien baru
yang tidak perludi rumah sakit. Sementara untuk menanggapi
perubahan kebijakan yang sedang berlangsung maka konteks layanan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
mereka didesain ulang dan menjebatani kesenjangan antara rumah sakit,
masayarakat dan perawatan tersier.
Gambar. 2.3 Seven core elements (Scottish Executive 2006) Reproduced with Permission from the Scottish Government). Perubahan yang terjadi dimasyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat
individu, keluarga, masyarakat, dan sistem dimasyarakat. Ada beberapa
model berubah (Ervin, 2002), yaitu:
1. Model berubah Kurt Lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas
tidak lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari:
1) Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru
implementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas
menjadi siap untuk melakukan perubahan.
2) Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada
kelompok.
3) Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program
menjadi stabil, melalui pemantauan dan evaluasi.
2. Strategi berubah Chin & Benne
Nurses working in the
community
Meeting healtjh needs of communities
Supporting anticipatory care
Multi disciplinary team working Co-ordinating services
Adopting public health approaches to
protecting the public
Working directly with people
Supporting self-care
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Strategi berubah sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas
dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam
membuat keputusan untuk berubah. Strategi untuk melakukan
perubahan di komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut
model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan strategi
perubahan, yaitu:
3. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan
dikomunitas perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya
perubahan tersebut. Contoh: adanya kebiasaan merokok yang
banyak terjadi dimasyarakat, terutama remaja, diperlukan peran
perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan
memberikan promosi kesehatan bahaya merokok melalui media,
seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian
akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban
akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan
pada individu.
1) Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang
keselarasan perubahan dengan norma yang ada dimasyarakat.
2) Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan
sanksi baik politik maupun sanksi ekonomi. Misalnya, sanksi
terhadap perokok yang merokok di tempat umum berupa
denda atau kurungan.
4. First order and secon order change
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Menurut model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau
isi di dalam sistem, sedangkan pada second order, perubahan
ditujukan pada sistemnya.
2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama
promosi kesehatan. Menurut WHO, terdapat tiga strategi pokok untuk dapat
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui
advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan sesungguhnya tidak terlepas dari pemberdayaan
masyarakat pada umumnya,dimana pemberdayaan secara umum merupakan suatu
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, mengatasi,
memelihara, melindungi serta meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Menurut Depkes RI, pemberdayaan masyarakat dirumuskan sebagai upaya
fasilitas yang bersifat non-instruktif, dimana melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat, mereka akan mampu mengidentifikasi,
merencanakan, dan melakukan pemecahan masalah-masalah kesehatan setempat,
fasilitas dari lintas sektor dan LSM. Selanjutnya bahwa tujuan yang akan dicapai
dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, lebih berdaya
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya
terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa suatu
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
(misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
orang yang bersangkutan belum mengetahui dan dan menyadari bahwa suatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi
apapun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya,
maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah
yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberi bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community
development).
2.1.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Khusus untuk bidang kesehatan tentu saja mengenai hal-hal yang terkait
dengan peningkatan kesehatan. Adapun pendekatan yang ditempuh di lapangan
umumnya melalui 3 (tiga) langkah,yakni :
1. Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil
keputusan)
2. Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan
informal, misalnya melalui kegiatan pelatihan. Pada tahapan ini
diharapkan setelah penyebaran informasi, para tokoh masyarakat itu
setelah memiliki pengetahuan dan perilaku positif nantinya akan dapat
dicontoh oleh masyarakat. Selain itu biasanya pada tahap ini akan
terjalin dukungan sosial.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
3. Pada tahap selanjutnya, petugas bersama-sama tokoh, masyarakat
melakukan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan
sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan pada berbagai
kesempatan dan media yang ada.
2.1.3 Arah Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Mengacu pada tujuan pembangunan jangka panjang bidang untuk
kesehatan yaitu:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas), serta
5. Pengembangan keluarga berkualitas.
Pelaksanaan dan pembinaan peberdayaan masyarakat bidang kesehatan,
secara umum ditujukan pada meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga
dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Secara khusus ditujukan pada:
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat, dan
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2.1.4 Metode Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Dalam upaya mencapai tujuan pembedayaan masyarakat dibidang
kesehatan diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggung jawab
dalam mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat
penerimaan manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu
menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya dibidang
kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat
beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang
diinginkan.
Mengingat keberadaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang
sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut
tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada
satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan
pemberayaan masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam
suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode
sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator
harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan mengkonteksitualisasikan inovasi yang dimilki ke dalam budaya
masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat
yang dilaksankannya.
Dalam pelaksanakan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus
bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
setempat, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus
memperhatikan beberapa prinsip beikut:
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak
untuk berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang
dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat
sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa
memahami betul keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat dapat
ditunjukan beberapa contoh nyata tentang potensi masalah dan peluang
yang dapat ditemukan dilingkungan pekerjaannya sendiri sehingga
penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan
pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat
khususnya kepada mereka yang diakui masyarakat setempat sebagai
panutan atau tokoh masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima
manfaat karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan
mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakat.
2.1.5 Kemitraan dalam Kesehatan Masyarakat
Untuk merealisasikan visi & misi pembangunan kesehatan, tidak mungkin
hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja. Masalah kesehatan, merupakan
dampak dari semua sektor pembangunan. Pertimbangan lain masalah kesehatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
juga merupakan sesuatu yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Oleh
karena itu, masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.
Pemerintah/Kemenkes tetap sektor yang paling bertanggung jawab
(leading sector), namun dalam implementasi program, kebijakan bersama sektor
lain. Sektor kesehatan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan
(partnership) dengan sektor terkait.
2.1.5.1 Pengertian
Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama
dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan
peranan masing-masing. Kemitraan dibidang kesehatan adalah kemitraaan yang
dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
2.1.5.2 Syarat Kemitraan
1) Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
2) Saling mempercayai dan saling menghormati
3) Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan
4) Ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama
5) Berpijak pada landasan yang sama
6) Kesediaan untuk berkorban
2.1.5.3 Landasan Kemitraan (7 Saling)
1) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing
(structure)
2) Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
3) Saling menghubungi (linkage)
4) Saling mendekati (proximity); kekeluargaan & pertemanan (freindship)
5) Saling terbuka dan bersedia membantu (openes)
6) Saling mendorong dan saling mendukung (synergy)
7) Saling menghargai (reward)
2.1.5.4 Tujuan Kemitraan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya.
2) Tujuan Khusus
(1) Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing
dalam pembangunan kesehatan.
(2) Meningkatkan komunikasi antar sektoral.
(3) Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah
kesehatan
(4) Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama tercapainya
upaya kesehatan yang efisien dan efektif.
2.1.5.5 Langkah-langkah Kemitraan
1) Penjajakan/persiapan; identifikasi mitra yang potensial untuk diajak
bermitra dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi bersama.
2) Penyamaan persepsi; pertemuan awal, agar masing-masing memahami
kedudukan, tugas, peran dan fungsi.
3) Pengaturan peran; peran berbeda, pengaturan peran dibicarakan
bersama, ada kesepakatan tertulis secara jelas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
4) Komunikasi intensif; untuk menjalin dan mengetahui perkembangan
program perlu komunikasi teratur dan terjadwal, apabila ada masalah
penting dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.
5) Melaksanakan kegiatan; kegiatan yang disepakati dilaksanakan sesuai
rencana kerja.
6) Pemantauan dan penilaian; evaluasi pelaksanaan upaya penanggulangan
masalah kesehatan.
2.1.5.6 Pilar Kemitraan
Mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan 3 tahap yaitu;
1) Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor
kesehatan sendiri.
2) Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi
pemerintah.
3) Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas
program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi.
2.1.5.7 Indikator Keberhasilan
1) Input
(1) Banyaknya mitra yang terlibat
(2) Sumber daya yang tersedia
(3) Proses pertemuan-pertemuan / lokakarya
(4) Kesepakatan bersama
(5) Kontribusi mitra
(6) Frekuensi pertemuan
(7) Jumlah kegiatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
(8) Keberlangsungan
2) Output
(1) Terbentuknya jaringan kerja
(2) Tersusun program dan pelaksanaan kegiatan bersama
(3) Percepatan upaya
(4) Efektifitas
(5) Efisiensi
3) Hasil
(1) Membaiknya indikator derajat kesehatan
(2) Peran tenaga kesehatan dalam kemitraan bidang kesehatan
(3) Initiator; memprakarsai kemitraan
(4) Motor atau dinamisator; sebagai penggerak kemitraan melalui
pertemuan, kegiatan bersama, dan lain-lain
(5) Anggota aktif; berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif
(6) Peserta kreatif; memberi masukan, ide, pendapat.
(7) Fasilitator; memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kemitraan
dapat berjalan lancer.
(8) Pemasok input teknis; memberi masukan program kesehatan
dukungan sumber daya; sesuai keadaan, masalah dan potensi yang
ada
2.1.5.8 Model Komunitas Sebagai Mitra/Klien (Community as Partner Model)
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane.
Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan
pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut
turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya.
Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem
dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang
memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat
ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan
keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan
dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane,
2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster,
2004; Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of
resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa
kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa
dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama
yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang
mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan
proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan
tanda-tanda (alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan perjanjian
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
manusia) verbal maupun non verbal yang disadari maupun tidak disadari yang
bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain. Komunikasi adalah proses dimana
individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-
lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang
lain (Carl. I Hovland).
Ekonomi adalah sains praktikal tentang sebuah pengeluaran dan
pendapatan (Mill. J. S., 1928). Suatu bidang pengajian yang mencoba
menyelesaikan masalah keperluan asa kehidupan manusia melalui
penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berdasakan prinsip
serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efesien.
Lingkungan adalah Suatu konsep yang memiliki arti beragam pada setiap
orang. Di dalam istilah kesehatan lingkungan, lingkungan bukan hanya mencakup
alam saja namun juga dunia buatan manusia di rumah, sekolah tempat kerja dan
lingkungan tetangga, kesehatan lingkungan bukan hanya pengaruh fisik dan kimia
saja tetapi juga faktor sosial dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan kita.
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2.1.5.9 Konsep Model Community As Partner:
Model Community As Partner Anderson & McFarlane (2000) merupakan
pengembangan model Betty Newman, dengan fokus komunitas sebagai mitra dan
proses keperawatan sebagai pendekatan. Model ini menekankan partisipasi aktif
masyarakat dalam meningkatkan dan mencegah masalah kesehatan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Pengkajian pada model ini berdasarkan pada data inti masyarakat, dengan
delapan subsistem lain, seperti lingkungan fisik, pendidikan, komunikasi, layanan
kesehatan dan sosial, keamanan dan transportasi, ekonomi, rekreasi, serta politik
dan pemerintahan. Setelah data dianalisis, ditegakkan diagnosis berdasarkan
tingkat reaksi komunitas terhadap stresor. Fokus intervensi keperawatan yang
dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun, digunakan untuk
menurunkan stressor dengan memperkuat garis pertahanan. Ketiga garis
pertahanan tersebut akan dilalui oleh stresor manusia yang menyebabkan
ketidakseimbangan.
Reaksi manusia terhadap stresor digambarkan melalui tiga garis
pertahanan (fleksibel, normal, resistan). Asuhan keperawatan yang bertujuan
mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi bertujuan
mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi (intervensi primer)
dilakukan apabila terdapat gangguan pada garis pertahanan fleksibel guna
meningkatkan kesehatan dan menyeimbangkan garis pertahanan normal.
Intervensi yang bersifat prevensi (intervensi sekunder) berupa deteksi dini adanya
gangguan pada garis pertahanan kesehatan normal. Sementara itu, intervensi
kuratif rehabilitasi (intervensi tersier) dilakukan apabila terdapat gangguan pada
garis pertahanan resistan.
2.2 Konsep Nursing center
2.2.1 Pengertian nursing center
Nursing center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan,
pendidikan, dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
yang ada secara optimal. Dalam nursing center selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga nursing
center memiliki karakteristik tertentu (Suharyati, 2002).
Konsep nursing center pertama kali dicetuskan dalam seminar nasional
keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati sewindu Program
Studi ilmu Kedokteran Universitas Padjajaran (PSIK FK Unpad) tanggal 23 Maret
tahun 2002. Dalam seminar nasional yang dilanjutkan dengan loka karya tersebut,
konsep nursing center mendapatkan masukan dan kritik yang sangat positif dari
peserta semiloka, yang digunakan untuk memperbaiki konsep yang telah ada.
Pada tahun yang sama, Nursing center diuji cobakan penerapannya di Kecamatan
Paseh Kabupaten Sumedang, dengan melibatkan dua institusi pendidikan
keperawatan, yaitu PSIK FK Unpad dan Akademi Keperawatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumedang dan berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang.
Tahun 2003, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat membentuk Tim
Pengembangan Keperawatan Komunitas Propinsi Jawa Barat dan memberikan
dukungan dana untuk pengembangan daerah uji coba baru maupun untuk
penyusunan buku pedoman teknis dan pengelolaan nursing center dan
Keperawatan Komunitas. Pengalaman penerapan nursing center juga telah
disosialisasikan secara nasional pada Workshop Nasional Pemantapan
Pengelolaan Keperawatan Dasar (Peskesmas) di Kabupaten/Kota dalam
mendukung Desa Siaga, pada tanggal 25-27 Juli 2007 di Bogor, yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depkes RI.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Penelitian yang dilakukan oleh Mundinger terhadap 1316 pasien diare
pelayanan kesehatan menunjukkan tidak adanya berbedaan bermakna dalam hasil
pelayanan pada pasien yang dilayani oleh Nurse Practisioner (Vivian De Back,
2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Mundinger menyarankan agar
pendidikan keperawatan ditekankan pada upaya pencegahan penakit, promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan serta upaya mengkoordinasikan sumber-
sumber yang ada dimasyarakat.
2.2.2 Tujuan Nursing Center
Nursing center memiliki tujuan khusus sebagai berikut :
1. Teridentifikasinya kebutuhan klien dan mahasiswa atau peserta latihan
baik aktual maupun potensial untuk itu perlu dipersiapkan instrumen
pengkajian yang komprehensif, valid dan reliable yang juga dapat
digunakan untuk penelitian.
2. Tersusunnya rencana pelayanan dan pengalaman belajar lapangan yang
terpadu, dalam hal ini kebutuhan belajar mahasiswa atau peserta latihan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan klien.
3. Terselenggaranya pengalaman belajar lapangan dan pelayanan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama.
4. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi pengalaman belajar dan
pelayanan keperawatan.
5. Tersusunnya rencana penelitian keperawatan dan pelaksanannya.
6. Tersusunnya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian
ilmiah.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Melihat tujuan yang hendak dicapai oleh nursing center seperti tersebut
diatas, maka perlu ditetapkan criteria nursing center yang baik.
Adapun kriteria nursing center yang baik adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan komunitas dan kebutuhan
belajar mahasiswa atau peserta latihan secara terpadu.
2. Memberikan arahan pengkajian
3. Memberikan arah dalam analisa dan perencanaan
4. Memberikan arahan implementasi
5. Memfasilitasi evaluasi
6. Merupakan garis besar kurikulum suatu pendidikan (dalam hal mi
pendidikan keperawatan komunitas)
7. Representasi kerangka kerja penelitian untuk pcngcmbangan teori
maupun praktik.
2.2.3 Karateristik Nursing Center
Sesuai dengan batasan nursing center, maka yang menjadi ciri utama
nursing center adalah:
1. Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi
program penidikan, pelayanan, dan penelitian atau pengembangan
keperawatan. Keterpaduan pengelolaan dalam pendidikan, pelayanan,
dan penelitian keperawatan diperlukan untuk mencapai sinergitas dalam
setiap langkah pengelolaan.
2. Dengan keterpaduan pengelolaan maka akan terjadi pemberdayaan
seluruh potensi yang ada secara optimal. Untuk itu diperlukan adanya
kesadaran, keterbukaan dan kebersamaan dalam menghadapi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
pelaksanaan tugas pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang
dipandang sebagai tanggung jawab bersama.
3. Untuk dapat mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada tersebut,
diperlukan persepsi seluruh personal yang terlibat terhadap keperawatan
komunitas baik eksternal maupun internal keperawatan komunitas.
4. Secara internal keperawatan, persamaan persepsi dapat diperoleh
melalui membangun masyarakat ilmiah keperawatan komunitas,
dimana seluruh anggota profesi bersatu padu dalam mengembangkan
keperawatan komunitas baik dalam teori maupun praktik.
5. Secara eksternal, persamaan persepsi juga mutlak diperlukan dari
seluruh stake holder yang terkait dengan semua upaya kesehatan
masyarakat melalui kolaborasi dengan berbagai sektor (Suharyati,
2007).
2.2.4 Nursing Center sebagai Model Keperawatan Komunitas
Model adalah suatu ide atau gagasan yang dijelaskan dengan menggunakan
simbol dan visualisasi fisik. Model konseptual keperawatan merupakan rancangan
terstruktur yang terdiri dari berbagai konsep yang memilki hubungan spesifik dan
dapat digunakan sebagai landasan dalam praktik keperawatan.
Nursing center sebagai model keperawatan komunitas beranjak dari
berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan pelayanan, pedidikan, dan
penelitian-penelitian pengembangan keperawatan komunitas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Gambar 2.2 Model Nursing Center (Suhariyati, 2007)
2.2.5 Asumsi Dasar Nursing Center
Kualitas pelayanan keperawatan komunitas menjadi tanggung jawab seluruh
anggota profesi keperawatan. Untuk dapat memikul tanggung jawab profesi,
maka anggota keperawatan komunitas dituntut untuk memiliki kemampuan yang
memadai, yang hanya dapat ditumbuh kembangkan melalui proses pendidikan
yang memungkinkan pengembangan potensi maksimal bagi calon perawat dan
pembinaan selama kehidupan karirnya sebagai perawatan. Pelayanan dan
pendidikan keperawatan komunitas merupakan satu kesatuan utuh yang harus
dikembangkan secara logis dan sistematis serta berkesinambungan melalui
penelitian ilmiah.
Berdasarkan ketiga asumsi dasar tersebut diatas, disusunlah model
pelayanan keperawatan komunitas yang menggambarkan hubungan antara konsep
keperawatan komunitas sebagai sistem, caring, serta penelitian pendidikan,
organisasi profesi dan pelayanan keperawatan komunitas dalam seluruh proses
pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.2.6 Konsep yang Digunakan untuk Menyusun Model Nursing Center
Model Nursing Center, disusun berdasarkan delapan konsep utama, yaitu
konsep pelayanan keperawatan sebagai sistem, konsep pendidikan orang dewasa ,
konsep organisasi profesi, konsep caring, dan konsep penelitian keperawatan serta
masyarakat. keenam konsep utama dihubungkan satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk model nursing center.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2.2.7 Tahapan Pengembangan Nursing Center
1. Tahap Initial/Persiapan
Dalam tahap initial atau tahap persiapan dilakukan sosialisasi tentang
konsep nursing center kesemua pihak terkait untuk memperoleh
komitmen dan dukungan.
2. Tahap Begining/Awal
Tahap awal mulai diidentifikasi dan dipersiapkan berbagai faktor
pendukung pelaksanaan nursing center baik perangkat keras maupun
perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pelayanan, pendidikan dan
penelitian keperawatan.
3. Tahap Working/Kerja
Nursing center pada tahap ini sudah dapat dimulai sesuai kesiapan
sumber dan kebutuhan yang ada. Pada tahun pertama biasanya kegiatan
difokuskan pada pelayanan dan pendidikan. Sedangkan kegiatan
penelitian baru dapat dimulai setelah kegiatan pelayanan dan pendidikan
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data dasar dari hasil
pendataan atau survei mawas diri yang dilakukan oleh masyarakat
didampingi oleh staf puskesmas, mahasiswa atau peserta pelatihan dan
dosen.
4. Tahap Terminal
Tahap terminal dilakukan evaluasi dan perbaikan atau modifikasi sesuai
hasil tahap kerja yang telah dilakukan. Evaluasi dan modifikasi dilakukan
baik terhadap perencanaan maupun proses pelaksanaan dan hasil yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
didapat. Pada tahap ini perlu dilakukan kerjasama lintas sektor seperti
pendidikan, dinas kesehatan, puskesmas, pemda, dan sektor terkait.
5. Tahap Adopsi
Nursing center yang telah berlangsung beberapa waktu dan telah
dievaluasi serta dianggap bermanfaat bagi kesehatan masyarakat,
biasanya akan dikembangkan di daerah lain. pada tahap ini nursing
center yang lama dapat melakukan fungsi pendamping dan bimbingan
bagi nursing center yang baru memasuki tahap persiapan dan awal.
2.2.8 Pelayanan Keperawatan Komunitas sebagai Suatu Sistem
Sebagai suatu system, keperawatan komunitas memiliki supra sistem dan
sub sistem. Supra sistem keperawatan komunitas adalah keperawatan dan
kesehatan serta pembangunan nasional. Sedangkan sub sistem keperawatan
komunitas adalah pendidikan, pelayanan, penelitian, serta organisasi profesi dan
caring serta masyarakat seluruh komponen sub sistem keperawtan komunitas
saling pengaruh mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya keenam sub sistem
keperawatan komunitas akan dibahas lebih rinci.
Keperawatan komunitas, merupakan sintesa ilmu keperawatan dengan
kesehatan masyarakat yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit di kelompok masyarakat. Peningkatan kesehatan dilakukan
dengan berbagai tingkatan upaya yang terdiri dari tingkat promosi, prevensi,
restorasi (untuk pelayanan kesehatan dasar dan referal) serta rehabilitasi.
Sedangkan pencegahan penyakit meliputi tingkat pencegahan primer, sekunder,
dan tertier.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Pencegahan primer merupakan perlindungan khusus untuk meningkatkan
kesehatan dan penyakit, misalnya makan makanan sehat dan imunisasi serta
olahraga. Pencegahan sekunder adalah identifikasi dini dan treatement terhadap
masalah kesehatan yang timbul, misalnya skrining masalah kesehatan yang terjadi
di suatu kelompok masyarakat dan upaya penanggulangannya. Pencegahan tertier
merupakan pengembalian fungsi optimal klien setelah mengalami sakit, misalnya
setelah tirah baring yang cukup lama, klien dilatih untuk duduk, berdiri, dan
berjalan secara bertahap.
Dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
tersebut, perawat komunitas mempunyai berbagai peran, yaitu peran yang
berorientasi pada individu dan pada kelompok. Sasaran kegiatan merupakan
konsep yang jelas tentang siapa atau apa yang dilakukan untuk rnencapai tujuan.
Untuk dapat mencapai tujuan nursing center, maka yang menjadi sasaran utama
adalah peserta didik/pelatihan keperawatan dan klien (individu, keluarga,
kelompok khusus maupun masyarakat umum) dan semua umur. Sedangkan yang
dilakukan nursing center adalah kegiatan pelayanan, pendidikan dan atau
pelatihan dan penelitian pengembangan keperawatan.
2.3 Konsep Teori Health Promotion Model
Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam
peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
kesehatan dari kuratif kearah promotif dan preventif ini telah direspon oleh ahli
teori keperawatan Pender dengan menghasilkan karya tentang Health Promotion
Model atau model promosi kesehatan.
Health Promotion Model atau Model Promosi Kesehatan pertama kali
dikembangkan oleh Nola J. Pender pada tahun 1987 dan direvisi pada tahun 2006.
Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan
teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori
yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah
suatu hal yang logis dan ekonomis.
Model ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan mengubah perilaku
mereka saat ini kecuali mereka pertama termotivasi atau cenderung untuk
mengambil tindakan (misalnya untuk bergerak menuju terlibat dalam perilaku
yang berkelanjutan). Kedua, individu termotivasi harus diaktifkan untuk
melakukan tindakan. Ketiga, orang yang mengambil tindakan harus dihargai atau
diperkuat. Perilaku yang tidak dihargai tidak akan bertahan (Savelson, 2005)
2.3.1 Komponen Teori Model Promosi Kesehatan
Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory)
Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan
ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan
tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu:
1) Hasil tindakan bersifat positif
2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang di
inginkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku
yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:
1) Pengarahan diri (self direction)
2) Pengaturan diri (self regulation)
3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy)
Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar
yaitu:
1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai
petunjuk untuk tindakan yang akan datang.
2) Pikiran kedepan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan
merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu
3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk
generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu
me1akukan trial and error
4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi
diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan
ekstemal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak
5) Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara
aktif memodifikasinya
Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan
refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari:
1) Pengenalan diri (self atribut)
2) Evaluasi diri (self evaluation)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
3) Kemajuan diri (self efficacy)
Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman,
belajar dari pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons badaniah
terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari
kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi
dan kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM.
2.3.2 Asumsi dari Model Promosi Kesehatan
1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan
dapat mengekspresikan keunikannya
2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya,
termasuk penilaian terhadap kemampuannya
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang stabil.
4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan
lingkungannya secara terus menerus
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal
yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.
7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku
2.3.3 Proposisi Model Pomosi Kesehatan
1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan
keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku seperti perilaku nyata.
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan.
5. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.
6. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak
7. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
8. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah
sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah
atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
9. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.
10. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka
waktu yang lama.
11. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan
perilaku yang diharapkan apabila seseorang mempunyai kontrol yang
rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
12. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan
Gambar 2.1 Health promotion Model in nursing practice (Pender, 2006)
2.3.4 Penjelasan Health Promotion Model Pender
1. Karakteristik dan pengalaman individu
Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman
yang dapat mempengaruhi tindakanya. Karakteristik individu atau
aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel sebagai variabel karena lebih
relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi utama.
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:
Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi
kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang
mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
otomatis. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self
efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruh aktivitas yang muncul dari
perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik
sebelum, saat itu ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan
dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan
kembali saat akan melakukan perilaku tersebut dikemudian waktu.
Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku
yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku
tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam
melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan kadar efficacy dan
pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang
positif.
1) Faktor Personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan
social budaya. Faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang
didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku
2) Faktor Biologis Personal
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status
pubertas, status menopause, kapasitas erobik, kekuatan, kecerdasan
atau keseimbangan.
3) Faktor Psikologis Personal
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri,
motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat
4) Faktor social kultural
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
5) Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi
2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific
Cognitionsand Affect)
1) Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)
Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak
langsung mendetermin rencana kegiatan untuk mencapai manfaat
sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau
reinforcement positif bagi perilaku.
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada
antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan.
Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi
perilaku positif. Berdasarkan teori expecting value atau teori nilai
ekspentasi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang
dari pengalaman dahulu melalui pelajaran observasi dari orang lain
dalam perilaku. Individu cenderung untuk menghabiskan waktu
dan hartanya dalam beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif.
Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intristik atau ekstrinstik.
Intristik bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan ekstrinsik
reward keuangan atau interaksi positif. Manfaat ekstrinsik perilaku
kesehatan menjadi motivasi yang tinggi dimana manfaat instrinsik
lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat
penting yang paling diharapkan dan secara tempo berhubungan
dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif dari
harapan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2) Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to
Actions)
Hambatan yang diantisipasi secara berulang telah terlihat dalam
penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam
suatu perilaku nyata yang dilaksanakan. Dalam hubungannya
dengan perilaku promosi kesehatan, hambatan-hambatan ini dapat
berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas: persepsi
mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, kesulitan biaya
atau penggunaan waktu untuk tindakan tertentu. Hambatan-
hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan
dan personal cost dari perilaku yang diberikan. Hilangnya
kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan perilaku yang
merusak kesehatan seperti merokok atau makan makanan tinggi
lemak, untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat juga dapat
menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya membangunkan
motivasi untuk menghindari perilaku yang dikerjakan. Bila
kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka
tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak
tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan
tindakan lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam
HPM mempengaruhi prornosi kesehatan secara langsung dengan
bertindak sebagai locks terhadap tindakan seperti penurunan
komitmen untuk merencanakan tindakan.
3) Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment
atau keputusan dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi
dan menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari personal
efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalarn tujuan. Perceived
self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk
menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya
atau harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi
(contohnya benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan
dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam
domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-perilaku yang
mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam performance
seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/menjalankan
perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak
terampil. Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan
pada 4 tipe informasi:
(1) Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan
secara nyata dan evaluasi performance yang berhubungan
dengan beberapa standar pribadi atau umpan balik yang
diberikan.
(2) Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performance
orang lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan
umpan balik dan orang lain.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
(3) Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tindakan
tertentu.
(4) Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di
mana seseorang menyatakan kemampuannya.
Dalam Health Promotion Model, self efficacy yang diperoleh
dipengaruhi oleh aktivity related affect. Makin positif affeck,
makin besar persepsi eficacynya, sebaliknya self efficacy
mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy yang tinggi
akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan
perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku
promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan
secara tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan dan
komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.
4) Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)
(1) Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah
suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu
sendiri. Respon afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat dan
secara sadar di nanti, disimpan didalam memori dan
dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya.
Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3
komponen yaitu: emosional yang muncul terhadap tindakan itu
sendiri (activity-related), menindak diri sendiri (self-related),
atau lingkungan dimana tindakan itu terjadi (context-related).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
(2) Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi
apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau
mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung
pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku
kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan
dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang
negatif kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa
menimbulkan perasaan positif dan negatif. Dengan demikian,
keseimbangan di antara afek positif dan negatif sebelum, saat
dan setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting
untuk diketahui.
Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap
sikap yang dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi
evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada
hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat
stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang
diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus
diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam
beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif
diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak
rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi telah
diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan
tenang. Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara
self-efficacy dan activity related affect.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat
latihan merupakan predictor yang penting terhadap efficacy setelah
latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon
emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat
melakukan suatu perilaku berperan sebagai sumberi informasi
efficacy. Dengan demikian, activity-related affect dikatakan
mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun tidak
langsung melalui self efficacy dan komitmen terhadap rencana
tindakan.
5) Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai
perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain.
Kesadaran ini bisa atau tidak bisa sesuai dengan kenyataan.
Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi
kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman,
dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi:
norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling
(pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang).
Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan
tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan perilaku
promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan
yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan sosial
untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen
berikutnyadari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang
penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif social.
Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan
secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan sosial atau
dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan. Individu
sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh
pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk
berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh
interpersonal, individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku
yang akan menimbulkan pujian dan dukungan sosial bagi mereka.
6) Pengaruh Situasional (Situational Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau
keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.
Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi
terhadap pilihan yang ada, karakteristik permintaan, dan ciri-ciri
estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan.
Individu tertarik dan lebih kompeten dalam perilakunya di dalam
situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih cocok dari
pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang berhubungan
dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari
pada lingkungan yang tidak aman dan mengancam. Lingkungan
yang menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan perilaku
kesehatan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai
pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan.
Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku dengan
menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-
petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau
lingkungan yang ditulis dilarang merokok akan menciptakan
karakteristik perilaku tidak merokok di lingkungan tersebut seperti
yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk
tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit
perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih
lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting bagi
perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting
dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk
memfasilitasi penerimaan dan pemelihaman perilaku kesehatan.
3. Hasil Perilaku
Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan.
Perilaku ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil
kesehatan positif ini akhirnya secara langsung ditujukan pada
pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi
kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup sehat yang
menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan
peningkatkan kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan
kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.
Berikut ini macam-macam hasil dari perilaku, yaitu :
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
1) Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan
awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan
mendorong individu ke arah perilaku yang diharapkan
2) Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA). Manusia
umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.
Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan
berperilaku. Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM
yang telah direvisi menunjukkan pokok yang mendasari proses
kognitif.
3) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada
waktu dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu
atau secara sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi.
4) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk
mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku.
5) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan
pada tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya
merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut
bahwa perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh
perawat dan klien akan sukses diimplementasikan. Tanggung jawab
sendiri tanpa strategi-strategi dari teman sejawat sering
mengahasilkan tujuan yang baik, namun gagal membentuk suatu
nilai perilaku kesehatan.
6) Kebutuhan untuk segera berkompetisi dan pilihan-pilihan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
7) Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk
pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan
sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera
diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang
direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku
alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang
rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja
atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon
terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak
menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang
penting. Pilihan berkompetisi dipandang sebagai alternatif perilaku
dengan kekuatan penuh yang bersifat lebih yang mana individu
relatif menggunakan level kontrol yang tinggi. Mereka dapat
mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi
perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu melawan
pilihan kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi
pengatur diri. Contoh dari memberi pilihan kompetisi adalah
memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak karena rasa
atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi;
selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat
atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi
dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang
salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda
dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil
yang tidak baik/tidak terhitungkan dapat terjadi. Pilihan kompetisi
dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu, karena
pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada
hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan
kesehatan yang positif.
Terdapat macam kemampuan untuk individu untuk mendukung
perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat
mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih
mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan
pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri
sendiri. Komitmen yang kuat untuk melakukan tindakan dapat
mendukung pengabdian untuk melengkapi suatu perilaku
mengingat kebutuhan akan kompetisi atau pilihan. Di dalam HPM,
kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan secara langsung
mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan
sebagaimana pengganti tanggung jawab moderate.
4. Perilaku Promosi Kesehatan
Variabel pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku
sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku
promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM.
Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada
akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang
positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua
aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif
disepanjang proses kehidupan.
2.3.5 Analisis Teori
Analisis teori Health Promotion Model, pada tahun 1975 Dr. Pender
mempublikasikan model konseptual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah
bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka
sendiri dalam komteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor yang
ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan individu
dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan
dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal
tentang kesehatan pertama kali dimuat tahun 1975 dan mengalami revisi pada
tahun 1987 di buku edisi kedua. Edisi ketiga tahun 1996 memuat revisi terakhir
tentang model promosi kesehatan dan dipresentasikan.
1. Kemampuan Teori Menghubungkan Konsep Dalam Melihat Fenomena
Nola J Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik
dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini
menggambungkan dua teori yaitu teori nilai pengharapan dan teori
pembelajaran sosial dalam perspektif keperawatan manusia dilihat dari
fungsi holistik. Konsep dalam teorinya dengan menekankan bahwa
sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku promsi kesehatan
adalah ekonomis. Pada beberapa bagian bahwa fokus dari perawatan
adalah individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2. Tingkat Generalisasi Teori
Teori dan model yang dikemukan oleh Pender adalah berfokus pada
upaya promosi kesehatan dan prevensi penyakit. Sehingga teori bersifat
spesifik dan sederhana, namun demikian teori ini dapat
didemonstrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan justifikasi
dan pembenaran bagaimana konsep yang dikemukakan saling
berhubungan. Teori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh yang
berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat
digeneralisasikan dan konsep yang dikemukakan dalam teori dapat
diaplikasikan.
3. Tingkat Kelogisan Teori
Teori ini cukup logis untuk dipahami karena memberi pemahaman yang
luas dan komperehensif tentang promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit pada klien. Pandangan tentang aspek promotif adalah lebih
murah daripada aspek kuratif dan rehabilitati sangat logis dan telah
diterima dimasyarakat.
4. Testabilitas Teori
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset
kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun Negara lain. Bahkan
teori ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji
oleh para sarjana dari Jepang, China, dan Taiwan. Selama
perkembangan teori banyak studi yang berhubungan dengan
pengaplikasian teori yang dapat dijadikan sebagai dasar riset.
5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model memberikan
kontribusi secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari
ilmu keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuaratif rehabilitatif
kearah promotif dan preventif. Pender meyakini bahwa dengan mutu
kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki sistem
kesehatan secara integral.
6. Konsistensi Teori
Teori pender konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah sesuatu
yang logis dan eknomis. Teori ini telah mengalami 2 kali revisi namun
fokus teori ini tetap pada aspek promotif.
2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori
1. Kelebihan
1) Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa
promosi kesehatan sesorang sangat didukung oleh nilai yang
diharapkan serta teori kognitif sosial yang menekankan pada self
regulation, self direction dan persepsi terhadap self efficacy.
Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan
menentukan status kesehatan. Nola J Pender telah belajar dari
pengalaman pribadi dan hasil penelitiannya untuk memunculkan
teori ini.
2) Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2. Kekurangan
1) Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki
harapan nilai dan kognisi sosial. Demikian juga dengan sesorang
yang sudah mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti malfungsi
sel yang berperan untuk daya tahan tubuh.
2) Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi
lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena sesorang dengan
sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau cenderung untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi
meningkatkan status kesehatannya.
3) Membutuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi
masyarakat disekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah telah
mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah
mengamalkannya sehingga bisa mempengaruhi klien atau
masyarakat.
4) Masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang
menjadi hambatan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori
ini.
2.3.7 Kemanfaatan Teori Pada Pengembangan Praktek Keperawatan
Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus promosi
kesehatan akan sangat terbuka. Bagi Pender (2006) adalah sesuatu yang sangat
menggairahkan untuk membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku
kuratif dan rehabilitatif kearah perilaku promotif dan rehabilitatif. Pender (2006)
menekankan practical nurse dapat memainkan suatu peran yang sangat penting
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
dalam partnership antar ilmuan dan konsumen serta praktisi untuk
mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi populasi.
2.4 Konsep Komitmen
2.4.1 Pengertian Komitmen
Dalam hal ini komitmen yang dimaksud adalah komitmen dalam
organisasi. Banyak para ahli mendefinisikan arti komitmen organisasi antara lain,
Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah tingkat sampai
dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan
untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin
dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.
Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational commitment)
adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan
terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi
kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Cut Zurnali
(2010) mendefinisikan pengertian komitmen organisasional dengan mengacu pada
pendapat-pendapat Meyer and Allen (1993), Curtis and Wright (2001), dan
S.G.A. Smeenk, et.al. (2006) dimana komitmen organisasional didefinisikannya
sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan
dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan
tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga
komponen yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif.
Definisi komitmen organisasional ini menarik, dikarenakan yang dilihat adalah
sebuah keadaan psikologi karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Menurut Fred Luthan (2005), komitmen organisasi didefinisikan sebagai:
1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas
karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi
mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta
kemajuan yang berkelanjutan.
2.4.2 Dimensi Komitmen
1. Dimensi Komitmen Menurut Mowday
Mowday et.al., dalam Curtis, Susan, and Dennis Wright (2001),
mengemukakan komitmen telah didefinisikan sebagai kekuatan
identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Curtis and
Wright (2001) menjelaskan bahwa konsep ini dapat dipecah menjadi tiga
komponen, yaitu:
1) Keinginan memelihara keanggotaan dalam organisasi;
2) Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi; dan
3) Kesediaan bekerja keras sebagai bagian dari organisasi
2. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Porter
Porter et.al. dalam Ik-Whan dan Banks (2004), bahwa telah dikembangkan
tiga bagian dari definisi komitmen organisasional:
1) Keyakinan dan penerimaan yang kuat dari tujuan dan nilai organisasi;
2) Kesediaan untuk bekerja keras sebagai bagian dari organisasi, dan
3) Keinginan yang kuat untuk mengingat organisasi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
3. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Newstrom and Davis
Menurut Newstrom and Davis (2002), komitmen organisasional
merupakan tingkat dimana individu memihak dan ingin secara kontinyu
berpartisipasi aktif dalam organisasi, yang tercermin melalui karakteristik-
karakteristi sebagai berikut:
1) Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan
organisasi,
2) Kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi organisasi, dan
3) Adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam organisasi.
4. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Allen and Meyer
Menurut Cut Zurnali (2010), hal menarik dalam pengertian komitmen
organisasional adalah apa yang dikemukakan oleh Durkin (1999:127),
bahwa komitmen organisasional merupakan perasaan yang kuat dan erat
dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam
hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan
nilai-nilai tersebut. Kemudian dinyatakan bahwa gambaran yang lebih
jelas mengenai definisi komitmen organisasional adalah yang
dikemukakan oleh Allen and Meyer (1993), yang mengemukakan:
"commitment organizational is identified three types of commitment;
affective commitment, continuance commitment, and normative
commitment as a psychological state “that either characterizes the
employee’s relationship with the organization or has the implications to
affect whether the employee will continue with the organization".
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Lebih lanjut Cut Zurnali (2010) mengemukakan bahwa pendapat Allen
and Meyer (1993) ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang Ilmu
Perilaku Organisasi dan Ilmu Psikologi. Bahwa komitmen organisasional
sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan
karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi
apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang
teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu:
1) Komitmen afektif (affective commitment), yaitu: keterlibatan
emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada
organisasi.
2) Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu: persepsi
seseorang atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat
ini. Artinya, terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu:
melibatkan pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan
ketiadaan alternatif yang tersedia bagi orang tersebut.
3) Komitmen normatif (normative commitment) ), yaitu: sebuah dimensi
moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada
organisasi yang mempekerjakannya.
Secara umum, riset yang berkaitan dengan para karyawan yang memiliki
komitmen afektif yang kuat akan tetap tinggal bersama organisasi dikarenakan
mereka ingin tinggal (because they want to). Para karyawan yang memiliki
komitmen kontinyu yang kuat dikarenakan mereka harus tinggal bersama
organisasi (because they have to). Dan para karyawan yang memiliki komitmen
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
normative yang kuat dikarenakan mereka merasa bahwa mereka harus tinggal
bersama (because they fell that they have to).
Dalam riset-riset tentang komitmen organisasional yang mencoba
menganalisis karyawan-karyawan perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas
organisasi bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi seperti
perusahaan telekomunikasi dan informasi, perbankan, pertambangan, pemasaran,
konsultan perencanaan, otomotif, semi konduktor, dan bioteknologi, Cut Zurnali
(2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut
sebagai berikut:
1) Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaaan cinta pada
organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan
membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan
organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi.
2) Komitmen kontinyu (continuance commitment) adalah perasaan berat
untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan
dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan
penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi.
3) Komitmen normatif (normative commitment) adalah perasaan yang
mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban
dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas
pertimbangan norma, nilai dan keyakinan karyawan.
2.5 Konsep Teori Perilaku Kinerja
2.5.1 Pengertian Kinerja
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Kinerja berasal dari kata to perform artinya: (1) melakukan, menjalankan,
melaksanakan (to do or carry of a execute), (2) memenuhi atau melaksanakan
kewajiban suatu intense atau niat (to discharge of fulfill), (3) melaksanakan atau
menyempurnakan sesuatu yang diharapkan oleh sesorang atau mesin (to execute
or complete an understanding), (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh
sesorang atau mesin (to do what is expected of a person, machine) (supriyanto,
2010).
Kinerja dalam organisasi diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan
tugas atau memenuhi target yang ditetapkan. Definisi kinerja menurut (Wirawan,
2009), adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan
atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2001). Sedangkan menurut Rivai & Basri
(2004) kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu
di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Kinerja bila dikaitkan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata
performance, maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya
pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral dan etika (Wirawan, 2009).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu: (1) kompetensi berarti
individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat
kinerjanya, (2) produktifitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan
kedalam tindakan atau kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja
(outcome). Penentuan kinerja sangat diperlukan agar suatu lembaga atau individu
dapat mengetahui apakah mereka telah berhasil dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang
dicapai selama periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada prestasi
kelompok dan kinerja kelompok memberikan kontribusi pada kinerja organiasi.
Kinerja individu adalah dasar dari kinerja organisasi (Gibson, James L.,
Ivancevich, John M., and Donelly JR, James H., 1997). Kinerja yang tidak efektif
dari tiap tingkatan merupakan tanda bagi manajemen untuk segera melakukan
perbaikan.
Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para
pakar yaitu : (1) indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau
kondisi, (2) indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan
satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan,
(3) indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung (WHO, 1981).
Karakteristik suatu indikator antara lain: (1) sahih (valid): artinya indikator
dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
(reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali,
untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, (3) peka (sensitive): cukup peka
untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak, (4) spesifik (specific)
memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih, (5)
relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal.
Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai
alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan.
Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui
penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan
dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self assesment).
Gambar 2.1 model perilaku kinerja Gibson (1997)
Sesuai analisa (Gibson,1997) terhadap tiga variabel yang mempengaruhi
perilaku dan kinerja undividu, variabel individu yang dikelompokan pada sub
variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis sub variabel
kemampuan dan ketrampilan yang merupakan faktor utama mempengaruhi
kinerja individu. Kemampuan ketrampilan yang dimiliki oleh pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan akan mempengaruhi kinerja
individu.
2.5.2 Syarat Penilaian Kinerja
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Penilaian kinerja yang efektif mempunyai kurang lebih dua syarat utama
yang diperlukan yaitu: (1) adanya criteria yang dapat diukur secara objektif dan
(2) adanya objektifitas dalam proses evaluasi (Gomes. 2003). Sudut pandang
kegunaan kinerja menurut Siagian (2008) menjelaskan bahwa bagi individu
penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti
kemampuan, keletihan, kekurangan dan pootensinya yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menentukan tujuan, alur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan bagi organisasi, hasil penelitian kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi
kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program
pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai aspek lain
dalam proses manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan kegunaan tersebut,
maka penilaian yang baik harus dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian
kriteria yang ditetapkan secara rasional serta diterapkan secara objektif serta
didokumentasikan secara sistemik. Dengan demikian, dalam melakukan penilaian
atas prestasi kerja para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara
para pejabat pimpinan dan bagian kepegawaian.
2.5.3 Metode Penilaian Kinerja
Metode dalam mengukur prestasi kinerja, sebagaimana diungkapakan oleh
Gomes (2003), adalah sebagai berikut:
1. Metode Tradisional
2. Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk
menilai prestasi dan diterapkan secara tidak sistematis maupun
sistematis. Yang termasuk kedalam metode tradisional adalah: rating
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
scale, employee comparation, chek list, free form essay, dan critical
incident. a) rating scale, metode ini merupakan metode penilaian yang
paling tua yang banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan
oleh atasan atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya
mengenai inisiatif, ketergantungan, kematangan dan kontribusinya
terhadap tujuan kerjanya. b) employee comparation, metode ini
merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkann antara seorang pegawai dengan pegawai lainnya.
Metode ini terdiri dari: (1) alternation ranking yaitu metode penilaian
dengan cara mengurutkan peringkat pegawai dari yang terendah sampai
yang tertinggi berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. (2) paired
comporation yaitu metode penilaian dengan cara seorang pegawai
dibandingkan dengan seluruh pegawai lainnya, sehingga terdapat
berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat
digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif sedikit. (3) porced
comporation (grading) yaitu metode ini sama dengan paired
comporation, tetapi digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif
banyak. c) check list metode ini hanya memberikan asukan/informasi
bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian personalia. d) freeform
essay, dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan
yang berkenan dengan orang/karyawan/pegawai yang sedang
dinilaianya. e) critical incident dengan metode ini penilai harus
mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-
hari yang kemudian dimasukan kedalam buku catatan khusus yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
terdiri dari berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya.
Misalnya mengenai inisiatif, kerjasama dan keselamatan.
3. Metode Modern
Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam
menilai prestasi kerja. Yang termasuk kedalam metode ini adalah :
assessment centre, management by objective (MBO = MBS), dan
human asset accounting.
2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu
Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas
maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun
kelompok (Ilyas, 1993). Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang
kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinant) kinerja individu, perlu
dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik sangat
mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan
fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Pada
kesempatan ini pembahasan kita fokuskan pada lingkungan non-fisik, yaitu
kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat dengan sistem manajerial
perusahaan.
Prawirosentono (1999) menjelaskan bahwa kinerja seorang pegawai akan
baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja,
adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Secara
teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
individu, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan,
latar belakang pribadi dan demografis. Gibson (1987) juga menyatakan bahwa
variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Variabel demografis
mempunyai pengaruh yang tidak langsung. Kelompok variabel psikologis terdiri
dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini
menurut Gibson (1987) terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan,
imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Kopelman (1986) menjelaskan, variabel
imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara
langsung mempengaruhi kinerja individu. Penelitian Robinson dan Larsen (1990)
terhadap para pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Colombia menunjukan
bahwa pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja
pegawai dibanding pada kelompok pegawai yang tidak diberi. Mitchell dalam
Timpe (1999) menyatakan bahwa motivasi bersifat individual, dalam arti bahwa
setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat.
Peningkatan kinerja individu dalam organisasi nmenuntut para manajer untuk
mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan motivasi melalui suasana
organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih produkstif. Suasana ini
tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor organisasi dalam bentuk pengaturan
sistem imbalan, struktur, desain pekerjaan serta pemeliharaan komunikasi melalui
praktek kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya.
2.6 Konsep Ponkesdes
2.6.1 Pengertian Ponkesdes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) adalah sarana kesehatan yang berada
di desa atau kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa
(Polindes) sebagai jaringan pelayanan kesehatan (Pergub, 2010).
2.6.2 Tujuan Ponkesdes
Ponkesdes didirikan dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
Desa/Kelurahan, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat di Desa/Kelurahan
yang setinggi-tingginya.
2.6.3 Misi Ponkesdes
1. Menggerakkan masyarakat Desa/Kelurahan, agar menciptakan
lingkungan Desa/Kelurahan yang sehat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
Desa/Kelurahan
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Ponkesdes
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat desa.
5. Ponkesdes bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas serta meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di desa/kelurahan,
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat di desa/kelurahan yang
setinggi-tingginya.
2.6.4 Tata Kerja dan Jaringan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
1. Ponkesdes menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
masyarakat di tingkat Desa/ Kelurahan
2. Tenaga Ponkesdes minimal terdiri dari bidan dan perawat. Ponkesdes
dikoordinir oleh salah satu tenaga bidan atau perawat ditentukan dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas
3. Dalam menyelenggarakan tugasnya Ponkesdes berkoordinasi dengan
Puskesmas Pembantu dalam satu wilayah kerjanya
4. Ponkesdes sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat di wilayahnya.
2.6.5 Upaya dan Asas Penyelenggaraan
1. Upaya Kesehatan yang dilaksanakan di Ponkesdes adalah upaya
Kesehatan wajib dan upaya Kesehatan pengembangan seperti yang
dilakukan di Puskesmas
2. Upaya Kesehatan wajib meliputi enam pelayanan kesehatan dasar yaitu
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta
KB, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, serta upaya pengobatan
3. Asas pertanggung jawaban wilayah, yaitu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa/Kelurahan
wilayah kerjanya
4. Asas pemberdayaan masyarakat yaitu memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat agar berperan aktif setiap dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
5. Asas keterpaduan, yaitu melakukan keterpaduan lintas program, lintas
sektor dan jejaring pelayanan kesehatan lainnya, untuk memperoleh
hasil yang optimal
6. Asas Rujukan, yaitu melaksanakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan di Desa/
Kelurahan yang tidak mampu dilaksanakan Ponkesdes ke Puskesmas
atau sarana pelayanan kesehatan lainnya yang lebih tinggi.
2.6.6 Tugas Pokok, Fungsi Perawat dan Bidan
1. Perawat di Ponkesdes mempunyai tugas melaksanakan:
1) Program Kesehatan Lingkungan
2) Program Kesehatan Gizi Masyarakat
3) Program Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular
4) Promosi Kesehatan
5) Pengobatan Sederhana.
2. Perawat di Ponkesdes mempunyai fungsi:
1) Pelaksana Program Kesehatan Lingkungan
2) Pelaksana Program Kesehatan Gizi Masyarakat
3) Pelaksana Program Pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular
4) Pelaksana Promosi Kesehatan yang terkait dengan Kesehatan
Lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
5) Pelaksana Pengobatan sederhana sesuai kewenangan
6) Pelaksana Upaya Kesehatan Pengembangan sesuai tugas yang
diberikan kepala Puskesmas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
7) Pelaksana Koordinasi dan kerjasama dengan bidan Ponkesdes,
lintas sektor, Iintas program dalam mencapai VISI, MISI dan
Tujuan Ponkesdes
8) Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
3. Bidan di Ponkesdes mempunyai tugas melaksanakan:
1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta KB,
2) Program Kesehatan Gizi Masyarakat,
3) Promosi Kesehatan dan Pengobatan Sederhana
4. Bidan di Ponkesdes mempunyai fungsi:
1) Pelaksana Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta KB sesuai
dengan kompetensi
2) Pelaksana Program Kesehatan Gizi Masyara
3) Pelaksana Promosi Kesehatan yang terkait dengan KIA, KB dan Gizi
4) Pelaksana pengobatan sederhana untuk Ibu dan Anak sesuai kewenangan
5) Pelaksana Upaya Kesehatan Pengembangan sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh kepala Puskesmas
6) Pelaksana Koordinasi dan kerjasama dengan perawat Ponkesdes,
Iintas sektor, lintas program dalam mencapai VISI, MISI dan Tujuan
Ponkesdes
7) Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
2.6.7 Kewenangan Perawat dan Bidan
1. Perawat mempunyai kewenangan:
1) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
tindakan keperawatan dan evaluasinya sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi
2) Melakukan intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan
3) Melakukan pelayanan tindakan medik berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter
4) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan dengan tujuan untuk penyelamatan jiwa
5) Memberikan Pelayanan kesehatan lainnya yang diatur dengan
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
2. Bidan mempunyai kewenangan:
1) Memberikan Pelayanan Kebidanan, Pelayanan Keluarga
Berencana dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang ditujukan
kepada ibu dan anak
2) Memberikan Pelayanan kepada ibu pada masa pranikah, prahamil,
masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa
antara (periode interval) yang meliputi penyuluhan dan konseling,
pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan normal,
pertolongan pada kehamilan abnormal, pertolongan persalinan
normal, pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini
tanpa infeksi, perdarahan post partum, pelayanan ibu nifas normal,
pelayanan ibu nifas abnormal, yang mencakup retensio plasenta,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
renjatan dan infeksi ringan, pelayanan dan pengobatan pada
kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak
teratur dan penundaan haid, pelayanan Keluarga Berencana
(memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat
kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan
kondom).
3. Memberikan Pelayanan Kebidanan kepada anak pada masa bayi baru
lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah yang meliputi:
1) Pemeriksaan bayi baru lahir
2) Perawatan tali pusat
3) Perawatan bayi
4) Resusitasi pada bayi baru lahir
5) Pemantauan tumbuh kembang anak
6) Pemberian imunisasi
7) Pemberian Penyuluhan.
4. Memberikan Pelayanan kesehatan lainnya yang diatur dengan
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
2.6.8 Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Perawat dan Bidan
1. Kebutuhan Bidan dan Perawat di Ponkesdes ditentukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Pelaksanaan seleksi Bidan dan Perawat dilakukan oleh
Bupati/Walikota.
3. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Bidan di wilayah
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/Walikota.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
4. Pemindahan Bidan antar Kabupaten/Kota dilakukan oleh Gubernur.
5. Perawat Ponkesdes dalam masa penugasan tidak diijinkan pindah.
2.6.9 Kewajiban dan Hak bagi Perawat dan Bidan
1. Kewajiban Bidan dan Perawat di Ponkesdes adalah:
1) Mentaati dan melaksanakan segala peraturan perundang – undangan
dan ketentuan yang berlaku
2) Dalam melaksanakan tugas dan praktek, bidan harus memliki Surat
Izin Bidan (SIB) dan Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sesuai masa
berlakunya
3) Dalam melaksanakan tugas dan praktek, perawat harus memiliki
Surat Izin Perawat (SIP), Surat Ijin Kerja (SIK) dan Surat Ijin
Praktek Perawat (SIPP) sesuai masa berlakunya
4) Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
2. Hak Bidan dan Perawat di Ponkesdes adalah:
1) Mendapatkan perlindungan hukum selama melaksanakan tugas
sesuai dengan kewajiban dan kompetensinya
2) Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta
kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
bidangnya
3) Mendapatkan gaji sesuai dengan kemampuan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
4) Mendapatkan Cuti; e. mendapat bimbingan dan perlindungan Kepala
Puskesmas, sama seperti Perawat dan Bidan yang ada di Puskesmas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
Induk dan Puskesmas Pembantu.
2.6.10 Pembinaan dan Pembiayaan
1. Pembinaan dan pengawasan Ponkesdes dilaksanakan secara berjenjang
mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan
bersama - sama dengan organisasi profesi.
2. Pembiayaan penyelenggaraan Ponkesdes dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2.6.11 Landasan Hukum Ponkesdes
1. UU Nomor 4 tahun 1984 tentang Penanggulangan Wabah
2. UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagai
perubahan UU no 8 tahun 1974
3. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
4. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
5. PP Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 919/MENKES/PER/X/1993
tentang Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa resep
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
9. Peraturan Menteri Kes. RI No. 512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Hk.02.02/MENKES/149/I/2010/ Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 161/MENKES/PER/I/2010
Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Kebidanan
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Pukesmas
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002/
Tentang Registrasi dan Praktik Bidan
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
16. Peraturan Menteri Kesehatan No 46 Tahun 2013 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
17. Peraturan Menteri Kesehatan No 17 Tahun 2013 Tentang Praktek
Perawat
18. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 Tentang
Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) di Jawa Timur
19. Surat Edaran Gubernur 188/139/013/2010 Tanggal 20 Januari 2010
Tentang Ponkesdes.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
2.7 Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini dapat ditinjau berdasarkan penelitian yang terkait,
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian yang Terkait dengan Penelitian No. Judul Metode Hasil 1 District nurses’
role in palliative care provision: A realist review
Assumptions about district nursing practice with palliative care patients are derived from a range of sources. Reviewed papers are interrogated to support, refute or develop these statements.
Forty six papers employing a range of research methods are incorporated into the review. Studies focus on district nurses, patients, family carers and other professionals and include work from a range of countries. Studies highlight the value district nurses place on palliative care provision, the importance of developing a relationship with patients, and the emotional difficulties of providing such care. District nurses have key skills in providing physical care and in coordinating the work of others, but struggle more with psychological aspects of care.
2 Using a virtual community to enhance nursing student’s understanding of primary health care
Using Wiimali to facilitate learning. Virtual communities have been described as fictional web-based communities formed through an aggregate of character and community stories
Nurses are ideally placed to contribute to reform of the Australian healthcare system towards primary health care and to the health of communities. Whilst there are already over 29,000 nurses employed in Australian primary Health care settings , further development of nursing roles and opportunities are needed in this sector to support the required shift in health system orientation to primary health care espoused by the national reform agenda.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
3 Developing and
Testing a Measurement Tool for Assessing Predictors of Breakfast Consumption Based on a Health Promotion Model
Design: A questionnaire on Health Promotion Model variables was developed and potential predictors of breakfast consumption were assessed using this tool. Analysis:Internal consistency (Cronbach alpha), content validity index, content validity ratio, multiple linear regression using stepwise method, and Pearson correlation.
Content validity index and content validity ratio scores of the developed scale items were 0.89 and 0.93, respectively. Internal consistencies (range, .74–.91) of subscales were acceptable. Prior related behaviors, perceived barriers, self-efficacy, and competing demand and preferences were 4 constructs that could predict 63% variance of breakfast frequency per week among subjects.
4 Secondary analysis of a scoping review of health promotion interventions for persons with disabilities: Do health promotion interventions for people with mobility impairments address secondary condition reduction and increased community participation?
They conducted a secondary analysis of the results of a scoping review of health promotion programs containing physical activity for people with mobility impairments (N55). This secondary analysis examined the relationship between health promotion containing physical activity and prevention of secondary conditions among people with various physical disabilities. They further examined evidence and effects of independent variables on the outcome of increased community participation for study participants.
The outcomes from this investigation are varied, with 2 studies providing evidence of reducing secondary conditions while another shared anecdotal statements referencing a decrease in secondary conditions. Of the remaining 2 studies in this paper, 1 showed no intervention effect on reducing secondary conditions while the remaining study reported an increase in secondary conditions. Regarding increased participation in the community, 2 of 5 studies directly reported on these outcomes, while increased community participation was referenced in another 2 articles, but without any data presented. The final study did not report on any post intervention in the community.
5 Contemporary sociological approaches to the community, emphasizing
This focus contrasts that on education guiding most community health
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR
PENGEMBANGAN PONKESDES MENJADI ...
how collective and personal identities are developed in a situation with massive external and global influences, are introduced. The article advocates a stronger concern with particular local contexts and the inhabitants’ self-interpretations, to learn more about whether and how local identities and cultures can be mobilized in health promotion initiatives.
promotion projects. Inspired by contemporary methodological discussions centering around the concept of mechanism and contextual analysis in community studies, the article also criticizes the quasi-experimental research designs involved in many community Health promotion projects.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI MIFTAHUL MUNIR