29
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Susu dan produk olahannya adalah bahan pangan dan pangan bagi konsumsi manusia. Kebutuhan akan susu terus semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan selera masyarakat. Tetapi kualitas susu harus tetap dipertanyakan seiring dengan meningkatnya permintaan susu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas susu. Salah satunya adalah pakan ternak. Sehubungan dengan pakan ternak, besar keinginan kami untuk mengetahui pakan ternak beserta kandungannya yang diberikan untuk sapi perah. Agar kami dapat memahami pengaruh dari pakan ternak yang diberikan terhadap kualitas susu sapi perah tersebut. Hasil dari pemahaman kami, kami bentuk dalam karya tulis ini. Adapun judul yang kami ajukan adalah “Pengaruh Pakan Ternak terhadap Kualitas Susu Sapi Perah.” B. Rumusan Masalah Dalam karya tulis ini kami membuat rumusan masalah agar mudah dipahami sebagai berikut : 1. Apakah jenis pakan ternak yang diberikan untuk sapi perah? 2. Apakah kandungan yang dibutuhkankan sapi perah dalam pakan tersebut? 3. Apakah pengaruh yang diberikan pakan ternak terhadap kualitas susu sapi perah? C. Batasan Masalah Dari perumusan masalah diatas, kami memberikan batasan masalah agar pembahasan yang akan dibahas lebih terfokus. Adapun batasan masalah tersebut adalah pemahaman pakan ternak untuk sapi perah dalam segi jenis dan kandungan yang ada didalamnya. Sehingga dapat dipahami pengaruh yang diberikan pakan ternak terhadap kualitas susu sapi perah. D. Tujuan Adapun tujuan yang didapat dari karya tulis siswa ini, sebagai berikut : 1. Agar pembaca dapat megetahui jenis pakan ternak yang diberikan untuk sapi perah.

Complete Feed Perah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sapi perah

Citation preview

PendahuluanA.Latar Belakang MasalahSapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Susu dan produk olahannya adalah bahan pangan dan pangan bagi konsumsi manusia. Kebutuhan akan susu terus semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan selera masyarakat. Tetapi kualitas susu harus tetap dipertanyakan seiring dengan meningkatnya permintaan susu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas susu. Salah satunya adalah pakan ternak.Sehubungan dengan pakan ternak, besar keinginan kami untuk mengetahui pakan ternak beserta kandungannya yang diberikan untuk sapi perah. Agar kami dapat memahami pengaruh dari pakan ternak yang diberikan terhadap kualitas susu sapi perah tersebut.Hasil dari pemahaman kami, kami bentuk dalam karya tulis ini. Adapun judul yang kami ajukan adalah Pengaruh Pakan Ternak terhadap Kualitas Susu Sapi Perah.B.Rumusan MasalahDalam karya tulis ini kami membuat rumusan masalah agar mudah dipahami sebagai berikut :1. Apakah jenis pakan ternak yang diberikan untuk sapi perah?2. Apakah kandungan yang dibutuhkankan sapi perah dalam pakan tersebut?3. Apakah pengaruh yang diberikan pakan ternak terhadap kualitas susu sapi perah?C.Batasan MasalahDari perumusan masalah diatas, kami memberikan batasan masalah agar pembahasan yang akan dibahas lebih terfokus. Adapun batasan masalah tersebut adalah pemahaman pakan ternak untuk sapi perah dalam segi jenis dan kandungan yang ada didalamnya. Sehingga dapat dipahami pengaruh yang diberikan pakan ternak terhadap kualitas susu sapi perah.D.TujuanAdapun tujuan yang didapat dari karya tulis siswa ini, sebagai berikut :1. Agar pembaca dapat megetahui jenis pakan ternak yang diberikan untuk sapi perah.2. Agar pembaca dapat memahami kandungan yang terdapat dalam pakan ternak sapi perah.3. Agar pembaca dapat mengerti akan pengaruh yang diberikan pakan terhadap kualitas susu sapi perah.BAB IILandasan TeoriA.Pakan Ternak Sapi PerahPakan untuk ternak, terutama untuk ternak Sapi yang sehat memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas. Nutrisi yang terkandung dalam pakan ternak merupakan unsur penting untuk menjamin kesehatan sapi, pertumbuhan badan yang optimal dan kesehatan reproduksi. Sapi muda memerlukan jumlah pakan yang terus meningkat sampai dicapai pertumbuhan badan yang maksimal. Sapi yang sedang bunting memerlukan pakan dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pertumbuhan fetus. Pakan hijauan kaya akan berbagai nutrisi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Disamping itu, sapi memerlukan ketersediaan serat kasar yang cukup. Jenis pakan : (1) pakan kasar; merupakan pakan yang kadar nutrisinya rendah, yakni kandungan nutrisi pakan tidak sebanding dengan jumlah fisik volum pakan tersebut. Misalnya rumput alam, jerami, batang jagung, pucuk daun singkong, dll. Sapi sangat membutuhkan pencernaan untuk bekerja secara baik, membuat rasa kenyang dan mendorong kelancaran getah kelenjar pencernaan ke luar. Rumput yang sudah menua kandungan nutrisinya telah menurun. (2) pakan penguat; merupakan pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian, jagung giling, tepung kedelai, dedak, dll. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso BT. (1996) yang dikutip olehhttp://duniaveteriner.com).B.Kualitas Susu Sapi PerahSusu yang berkualitas, adalah susu yang memenuhi standar kandungan sususapi. Menurut Prof. Douglas Goff, seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi.Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu), dan laktosa (karbohidrat susu) (http://brohenk.multiply.com).BAB IIIMetodologi PenulisanA.Metode Pengambilan DataDalam penyusunan karya tulis siswa (KTS), pengambilan atau pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) dan telaah pustaka.B.Instrumen Pengambilan DataAdapun alat yang digunakan untuk mengambil atau mengumpulkan data adalah dengan wawancara, pengambilan gambar (foto) di lokasi pengamatan, serta internet dan buku untuk menelaah pustaka.BAB IVPembahasanA.Pakan Sapi PerahPakan adalah seluruh bahan material yang bisa dibuat untuk ransum (hasil racikan) dan aman untuk dikonsumsi ternak. Jadi, pakan adalahraw materialatau bahan baku pakan (Firman, 2010). Pakan sapi terdiri dari 60% hijauan dan 40% konsentrat (http://wah1d.wordpress.com).Jenis pakan : (1) pakan kasar; merupakan pakan yang kadar nutrisinya rendah, yakni kandungan nutrisi pakan tidak sebanding dengan jumlah fisik volum pakan tersebut. Misalnya pada hijauan yang terdiri dari rumput alam, jerami, batang jagung, pucuk daun singkong,dll. (2) pakan penguat; merupakan pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian, jagung giling, tepung kedelai, dedak, dll (Akoso BT.(1996) yang dikutip oleh(http://duniaveteriner.com).1.HijauanYang dimaksud hijauan adalah makanan berserat kasar tinggi (celluloseatauhemi-cellulosa) yang biasa dikonsumsi oleh ternak, biasanya berupa tanam-tanaman (Firman, 2010).Namun hijauan yang sering diberikan pada sapi perah berupa rumput-rumputan dan leguminosa. Ada berbagai jenis rumput yang dapat diberikan kepada sapi perah (Firman, 2010). Berdasarkan Hartadi, dkk (1990), ada 14 macam rumput yang diidentifikasi dapat diberikan pada ternak ruminansia, termasuk sapi perah, yaitu rumput benggala, rumput bintang afrika (african star grass), rumput ekor rubah afrika, rumput gajah, rumput gigirinting, rumput jaragua, rumput jukut jaladi, rumput kikuyu, rumput pangola, rumput para, rumput ruzi, rumput rhodes, rumput setari/setaria, dan rumput signal. Akan tetapi, hijauan yang sering diberikan kepada sapi perah di Indonesia adalah rumput gajah atau rumput raja. Sedangkan jenis leguminosa yang biasa dikonsumsi oleh ternak ruminansia, termasuk sapi perah, seperti daun kaliandra, daun turi, daun garnal, callopo, siratro, lamtoro, daun akasia, daun nangka, daun ubi jalar dan sebagainya (Firman, 2010).Rumput gajah mampu menghasilkan rumput sebanyak 200 300 ton/ha/tahun. Rumput gajah dapat dipanen setiap 36 42 hari sekali dan mampu menghasilkan rumput gajah sebannyak 22 33 ton/ha setiap kali panen. Rumput raja bisa lebih tinggi produksinya, yaitu bisa mencapai 400 ton/ha/tahun atau kalau dalam bentuk bahan kering produksinya mencapai 72 ton/ha/tahun. Rumput raja dapat diproduksi pada umur 2-3 bulan pada penanam pertama. Tujuan pemotongan pada umur tersebut untuk menyamakan pertumbuhan dan selanjutnya dapat dipanen setiap 6 minggu sekali. Sedangkan rumput benggala mampu berproduksi 60 100 ton/ha/tahun (Firman, 2010).Selain jenis rumput dan leguminosa yang dapat diberikan pada ternak, juga jenis hijauan lainnya yang mempunyai serat kasar tinggi ataupun hijauan yang diawetkan ataupun hasil ikutan pertanian lainnya, seperti jerami padi, jerami jagung, silase (salah satu cara pengawetan hijauan), limbah sayur-sayuran, dan sebagainya. Yang jelas, hijauan yang diberikan itu bisa mempertimbangkan tingkat palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan, dan tidak bersaing dengan manusia. Hal ini diperlukan karena ternak tersebut dikandangkan. Berbeda halnya dengan sapi perah yang dilepas atau tidak dikandangkan (grazing system), sapi perah dipaksa untuk mencari rumputnya sendiri. Melalui penciumannya, sapi perah mampu mendeteksi jenis hijauan yang disukainya dan menyingkirkan hijauan yang tidak disukainya, termasuk hijauan yang beracun (Firman, 2010).Pakan hijauan kaya akan berbagai nutrisi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Akoso BT. (1996) yang dikutip oleh(http://duniaveteriner.com). Berdasarkan Bamualim, dkk (2009), umumnya hijauan sapi perah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) rumput berkualitas medium (menengah), (2) rumput berkualitas rendah menengah, dan (3) hijauan berkualitas rendah. Rumput berkualitas menengah mempunyai protein tercerna antara 10 15%, contohnya rumput gajah, rumput raja, hijauan tanaman jagung, dan sebagainya. Rumput berkualitas rendah menengah adalah rumput yang mempunyai protein tercerna antara 4 10%, contohnya rumput lapangan dan gurma. Terakhir adalah hijauan berkualitas rendah yaitu hijauan yang mempunyai protein tercerna 0 4%, contohnya limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, dan sisa-sisa potongan ataupun sayur-sayuran terbuang).Kebiasaan peternak sapi perah di Indonesia adalah pemberian hijauan pada ternak dengan sistemcut and carry. Artinya, para peternak mencari dan mengumpulkan hijauan hari ini untuk kebutuhan sapi perah esok harinya. Kebutuhan hijauan untuk sapi perah dalam bentuk segar adalah 10% dari bobot tubuhnya. Misalnya, jika bobot badan sapi perah sebesar 400 kg, maka hijauan yang diberikan minimal 40 kg/hari/perekor. Bisa dibayangkan, jika petani mempunyai sapi perah sedang laktasi sebanyak 3 ekor dengan berat tersebut diatas, maka perhari petani tersebut harus menyediakan rumput sebanyak 120 kg/harinya. Sekarang ini, harga rumput gajah merangkak naik sehingga kondisi ini bisa menyebabkan biaya pakan membengkak. Di samping itu, kebiasaancut and carryyang dilakukan oleh peternak sapi perah ini akan mengalami hambatan di saat musim kemarau karena hijauan yang dicari semakin terbatas. Peternak kita belum terbiasa untuk menyimpan cadangan hijauan dalam bentuk kering ataupun memberikannya dalam bentuk kering kepada sapi perahnya. Situasi kekurangan hijauan pada musim kemarau terus menerus berulang dari tahun ke tahun, walaupun ada beberapa peternak sudah menerapkan pakan hijauan kering kepada sapi perahnya (Firman, 2010).Seringkali bahan pakan ternak dibuat dalam bentuk hijauan/bahan kering (BK) (Firman, 2010). Berdasarkan Tabel 1.1 (terlampir), dapat dengan jelas digambarkan kebutuhan hijauan / bahan kering untuk setiap periode perkembangan sapi perah. Ada dua faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan bahan kering untuk ternak, yaitu umur dan bobot hidup ternak. Menurut Hartadi, dkk (1990), bahan kering dibagi menjadi tiga dasar bahan kering, yaituas feed(kering jemur),partially dry(kering oven),dry(bebas air).As feed(kering jemur) adalah makanan yang dimakan oleh ternak atau bisa juga diberikan dalam bentuk kering jemur/kering udara (misalnya, hay). Biasanya, bahan kering dalam bentukas feedmasih mengandung banyak air di dalam bahan pakan tersebut.Partially dry(kering oven) adalah pakan yang diberikan sudah dalam bentuk kering oven. Biasanya, bahan pakan dikeringkan dalam suhu 60C atau kering beku. Hasilnya adalah bahan pakan tersebut mengandung bahan kering sebesar 88% dan kandungan air sebanyak 12%. Umumnya, konsentrat yang diproduksi oleh pabrik pakan dan koperasi berbentuk kering oven. Terakhir adalahdry(kering tanpa air) yaitu bahan pakan yang telah dikeringkan sampai 105C sehingga kandungan air di dalam bahan pakan tersebut nol.2.KonsentratBerdasarkan Hartadi, dkk (1990), konsentrat adalah suatu bahan makanan yang digunakan bersama dengan bahan makanan lainnya untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampurkan sebagai suplemen atau pelengkap. Jadi, konsentrat adalah makanan pelengkap utama bagi sapi perah yang kaya akan energi dan protein. Pakan konsentrat terdiri dari berbagai bahan makanan yang dicampur berdasarkan komposisi nutrisinya, misalnya total nutrisi tercerna (Total Digestible Nutrient= TDN) atau energi, dan protein kasar (PK). Selain itu, sapi perah juga memerlukan mineral untuk kebutuhan hidupnya, misalnya natrium (Na), kalsium (Ca), phosphorm (P), dan vitamin-vitamin. Untuk mengantisipasi ternak sapi perah kekurangan mineral, para peternak biasanya menggantungkan garam batu di kandang sapi perah. Jika sapi perah kekurangan mineral dari pakan yang diberikan, maka sapi perah akan menjilati garam sampai terpenuhi kebutuhan mineralnya (Firman, 2010).Perhitungan kebutuhan protein dan energi berdasarkan berat bedan sapi dan produksi susu serta kandungan lemak susu berdasarkan Tabel 1.2 (terlampir):Misalnya berat badan sapi 350 Kg, produksi susu 10 liter dengan kandungan lemak 3% maka :Kebutuhan protein : 341 + (10 x 77) = 1111 gramKebutuhan ME : 10,76 + (10 x 1,07) = 21,46 M KalKebutuhan TDN : 14 + (10 x 0,282) = 16,82 Kg(http://www.linkpdf.com)Bahan-bahan makanan yang dijadikan konsentrat sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut: palatabilitasnya tinggi, kandungan nutrisinya cukup baik, tersedia setiap saat dan tidak bersaing dengan manusia, serta harga terjangkau. Selain kriteria tersebut, di dalam mencari sumber bahan pakan penyusun konsentrat, perlu juga memperhatikan adanya anti nutrisi di dalam bahan pakan tersebut. Anti nutrisi ini bisa menjadi racun bagi ternak, kandungannya tidak diukur terlebih dahulu (Firman, 2010).Sebenarnya, Indonesia kaya akan sumber-sumber bahan pakan untuk konsentrat sapi perah. Akan tetapi, baru beberapa sumber pakan yang dapat diidentifikasi dan ketersediaannya terbatas sehingga belum mampu diproduksi dalam jumlah besar. Berdasarkan Bamualim, dkk (2009), ada tiga kelompok bahan pakan sebagai bahan dasar penyusun konsentrat, yaitu:1. Sumber Energi (energi yang siap digunakan ternak): dedak padi,wheat pollard, ongok/gaplek, dedak jagung, tetes tebu, dan sebagainya.2. Sumber Protein: bungkil kacang tanah, bungkil kacang kedelai, bunkil kelapa, ampas tahu, ampas kecap, serta bungkilan-bungkilan lainnya.3. Sumber Energi dan Protein: bungkil inti sawit (BIS), kulit kakao,dry destilled grain soluble(DDGS) yang merupakan pakan hasil ikutan pembuatan etanol jagung, ampas bir, dan sebagainya.Bamualim, dkk (2009), menyatakan bahwa produk konsentrat harus memenuhi standar baku, yaitu minimal 16% protein kasar dan 67% TDN, maksimal 12% kadar air, 6% lemak kasar, 11% serat kasar, 10% abu, serta kandungan mineral Ca sebanyak 0,9-1,2% dan P sebanyak 0,6-0,8%. Akan tetapi, beberapa hasil pemeriksaan terhadap beberapa yang beredar di masyarakat menunjukkan nilai TDN-nya kurang dari 55% dan protein kasar di bawah 13%. Hal ini bisa menyebabkan produksi susu menjadi rendah, bahkan untuk kebutuhan pokok saja tidak tercukupi. Oleh karena itu diperlukan pengawasan yang ketat terhadap produk konsentrat yang diproduksi oleh pabrik pakan ataupun koperasi ujung-ujungnya yang rugi adalah peternak sapi itu sendiri. Bahkan, guna memenuhi kekurangan kebutuhan nutrisi sapi perah, para peternak sering kali menambahkan ongok atau ampas tahu kepada ternaknya. Artinya, beban biaya pakan pun akan bertambah yang nantinya akan mengurangi pendapatan peternak dari pendapatan susu (Firman, 2010).Salah satu bahan pakan hijauan yang dapat dijadikan pakan alternatif pengganti konsentrat adalah Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Kaliandra termasuk tanaman leguminosa yang biasanya tumbuh namun bisa dimanfaatkan sebagai pengendali erosi dan tanaman naungan (Djaja, dkk., 2007). Kandungan nutrisi daun Kaliandra cukup potensial sebagai sumber pakan alternatif pengganti konsentrat karena mengandung 26,4% bahan kering, 24% protein kasar, 21,7% serat kasar, 8% abu, 1,6% Ca, 0,2% P, dan 12,6% energi (Nadaraja, 1978 yang dikutip oleh Simbaya, 2002). Faktor pembatas pemanfaatannya adalah tanin, namun tidak berpengaruh bila pemberiannya sekitar 30-40% dalam ransum (Djaja, 2007).Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Djaja, dkk., 2007 bahwa ada dua manfaat dari kombinasi rumput, konsentrat 80% + daun kaliandra 20% yaitu produksi susu 4% FCM meningkat dan mampu menghemat anggaran untuk pembelian konsentrat. Dengan demikian, pemberian daun Kaliandra dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan terhadap biaya pakan.B.Istilah-istilah Nutrisi PakanDi dalam mempelajari pakan ternak, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Di bagian ini hanya akan dijelaskan beberapa istilah umum terkait dengan pakan ternak.Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.1 (terlampir), sapi perah sangat membutuhkan nutrisi bagi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Nutrisi adalah kandungan zat-zat nutrisi yang terdapat di dalam bahan pakan (Firman, 2010). Adapun kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan sapi sebagai berikut:1. Air; Air dibutuhkan pada masa pertumbuhan, masa laktasi, dan pada saat suhu udara panas. Kebutuhan air rata-rata sapi dewasa sebanyak 20-30 liter setiap hari. Kebutuhan cairan tidak hanya berasal dari air minum, tetapi juga berasal dari pakan hijauan/rumput.2. Karbohidrat; Bahan pakan hijauan kaya akan serat kasar dan memiliki daya cerna rendah. Biji-bijian tanaman seperti jagung dan gandum mengandung karbohidrat bervariasi antara 65-75 %. Karbohidrat dibutuhkan untuk membentuk energi dan menghasilkan lemak tubuh. Tumbuh-tumbuhan membentuk karbohidrat dari air dan karbon dioksida dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis.3 Lemak; Lemak diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi dan pembawa vitamin yang larut di dalamnya seperti vitamin A, D, E, dan K.4. Protein; Di dalam tubuh hewan, protein dipergunakan untuk membangun jaringan tubuh, hormon dan enzim-enzim. Sampai batas tertentu sapi dapat mengatasi sendiri kekurangan protein karena adanya jasad renik dalam rumen yang mampu membentuk unsur tersebut.5. Vitamin A; Diperlukan untuk memelihara kekuatan epitel terutama pada mata, alat respirasi, alat digesti, alat reproduksi dan kulit. Disamping itu, vitamin A juga diperlukan untuk membantu proses pertumbuhan, reproduksi, dan ketahanan terhadap infeksi. Sumber vitamin A : tanaman hijau dan jagung (karotin B). Kebutuhan sapi terhadap vitamin A adalah 2.200 IU/50 kg BB/hari.6. Vitamin D; tidak berasal dari pakan hijauan, melainkan dibentuk dengan bantuan sinar matahari, susunan pakan ternak atau oleh kulit hewan itu sendiri. Sumber vitamin D : produk hewani seperti minyak ikan, mentega dan kuning telur. Vitamin D diperlukan untuk metabolisme dan mengatur keseimbangan pemakaian unsur Ca dan P di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang. Kebutuhan sapi terhadap vitamin D adalah 330 IU/50 kgBB/hari.7. Vitamin E; banyak terdapat dalam minyak bijian dan hijau daun. Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan, baik dalam pakan maupun dalam sel hati setelah penyerapan.8. Vitamin K; hampir setiap jenis tanaman mengandung vitamin K. Disamping itu, vitamin K juga dibentuk oleh jasad renik yang terdapat di dalam usus. Vitamin K disintesis dalam bentuk menadion atau menadion sodium bisulfit yang sudah ada di pasaran.9. Vitamin B; dapat dibentuk sepenuhnya di dalam rumen sehingga sangat kecil kemungkinan defisiensi vitamin B pada sapi, kecuali terjadi kekurangan pakan. Air susu sapi juga mengandung vitamin B.10. Kalsium; konsentrasi Ca dalam pakan kasar cukup tinggi, tetapi pada biji-bijian relatif rendah. Leguminose kaya akan Ca dibandingkan rumput atau jerami. Pada sapi perah, karena kebutuhan Ca yang tinggi, sebaiknya pakan harus cukup mengandung Ca dan P dengan rasio 2:1.11. Fosfor; ransum sapi yang berasal dari alam biasanya kekurangan P karena ransum serat kasar sering kurang. Apabila pakan utama hanya berasal dari rumput alam dan tongkol jagung misalnya, maka tingkat kandungan P akan menurun. Ini disebabkan kandungan P berkurang pada rumput yang mulai menua. Untuk proses pencernaan yang baik, level P di dalam ransum harus mendekati 0.2%. Pakan yang mengandung protein tinggi secara relatif juga mengandung P yang cukup. Umumnya pakan padi-padian mengandung P yang cukup. Sapi memerlukan P sebanyak 44-66 mg/kgBB.(Akoso BT. (1996) yang dikutip oleh (http://duniaveteriner.com)C.Kandungan Susu SapiProf. Douglas Goff, seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi.Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu), dan laktosa (karbohidrat susu).1.Lemak susuPersentase lemak susu bervariasi antara 2,4% 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan-ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil (carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu adalah asam butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid) yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid flavour) pada susu ketika asam butirat ini dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak (fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 15 mikron. Butiran lemak tersusun atas butirantrigliseridayang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Komponen utama dalam FGM adalah protein dan fosfolipid (phospholipid). FGM salah satunya berfungsi sebagai stabilisator butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer (aqueous) dari susu, karena susu sapi mengandung air 87%.Lemak susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang sanggup mencegah kanker (anticancer potential), termasuk asam linoleat konjugasi (conjugated linoleic acid), sphingomyelin, asam butirat, lipid eter (ether lipids), b-karoten, vitamin A, dan vitamin D. Meskipun susu mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids) dan trans fatty acids yang dihubungkan dengan atherosklerosis dan penyakit jantung, namun susu juga mengandung asam oleat (oleic acid) yang memiliki korelasi negatif dengan penyakit tersebut. Lemak susu mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (linoleic acid) dan linolenat (linolenic acid) yang memiliki bermacam-macam fungsi dalam metabolisme dan mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia pada manusia (D. Mc Donagh dkk., (1999) yang dikutip olehhttp://brohenk.multiply.com).2.Protein susuProtein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa.Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah bahan makanan penting, karena mengandung kasein yang merupakan protein berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan.Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil, perekat, dan kosmetik.Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa dalam susu disebut whey protein.Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu.Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu (milk protein allergy).3.Karbohidrat susuKarbohirat merupakan zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dapat dikelompokan berdasarkan jumlah molekul gula-gula sederhana (simple sugars) dalam karbohidrat tersebut. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida merupakan beberapa kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa.Laktosa dapat memengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih. Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase agar dapat diserap usus.Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Enzim adalah suatu zat yang bekerja sebagai katalis untuk melakukan perubahan kimiawi, tanpa diikuti perubahan enzim itu sendiri. Jika kekurangan enzim laktase dalam tubuhnya, manusia akan mengalamigangguan pencernaan pada saat mengonsumsi susu. Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan memengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat memasuki usus. Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa.(http://brohenk.multiply.com)BAB VPenutupA. KesimpulanSeperti yang sudah pernah dibahas dalam landasan teori, bahwa susu sapi yang berkualitas adalah susu sapi yang memenuhi standar kandungan susu sapi perah. Adapun kandungan-kandungan susu tersebut ialah air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Yang kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Kandungan-kandungan tersebut sebagian besar terkandung juga dalam pakan ternak. Adapun kandungan yang terdapat dalam pakan ternak ialah sebagai berikut: air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, D, E, K, B, kalsium dan fosfor. Kandugan-kandungan pakan tersebut sangat dibutuhkan untuk produktivitas susu agar dapat memenuhi standar kandungan susu. Apabila tidak terpenuhi, susu yang dihasilkan pastilah tidak memenuhi standar.Maka dari itu tidak dapat dipungkiri bahwa pakan ternak mempunyai peranan penting dalam produktivitas susu yang berkualitas.B. SaranAdapun saran yang kami berikan melalui karya tulis siswa ini, agar pemerintah dapat lebih memerhatikan pakan yang disediakan peternak untuk sapi perah agar kebutuhan kandungan nutrisi terpenuhi dengan baik, sehingga susu yang dihasilkanpin berkualitas.Selain itu, bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik dan saran, kunjungi blog kami yaitu dihttp://kelompok19.blog.com.Daftar PustakaBamualim, Abdullah M, Kusmartono, dan Kuswandi. 2009. Aspek Nutrisi SapiPerah. Dalam Buku Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.Djaja, Willyan, Sondi Kuswaryan, dan Ujang H. Tanuwiria. 2007. Efek SubstitusiKonsentrat Oleh Daun Kering Kaliandra. Dalam Ransum Sapi Perah Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Susu, Bobot Badan, Dan Pendapatan Peternak. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jatinagor.Firman, Achmad. 2010. Agribisnis Sapi Perah.Bandung: Widya PadjadjaranHartadi, Hari., Soedomo Reksohadiprodjo, dan Allen D. Tilman. 1990. TabelKomposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Simbaya, J. 2002.Potential of Fodder Tree/Shrub Legumes as a FeedResource forDry Season Supplementation of Smallholder Ruminant Animals. Proceedings of Development and Field Evaluation of Animal Feed Supplementation Packages.IEFA Technical Co-operation Regional AFRA Project organized by the Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Techniques in Food and Agriculture and held in Cairo, Egypt, 2529 November 2000.Sutardi, Toha. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu NutrisiTernak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.Wahju, Juju. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke 3. Penerbit Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.http://brohenk.multiply.comhttp://duniasapi.comhttp://duniaveteriner.comhttp://www.kambingetawa.orghttp://www.linkpdf.comhttp://www.pikiran-rakyat.comhttp://wah1d.wordpress.comhttp://wb4.indo-work.comhttp://wb7.itrademarket.comhttp://w10.itrademarket.comhttp://1.bp.blogspot.comhttp://2.bp.blogspot.comhttp://4.bp.blogspot.comLampiranTabel 1.1. Kebutuhan Bahan Kering (BK) untuk Sapi Perah dari Periode Pedet sampai LaktasiNo.Umur (bulan)Bobot hidupKebutuhan BK

Kg% bobot badan

Periode menyusui

10 130 400,48 0,641,6

21 240 500,64 1,002,0

32 350 571,00 1,402,4

43 457 641,40 1,802,8

Disapih 1 tahun

54 664 831,80 2,302.89

66 883 1102,30 3,102,8

78 10110 1363,10 3,702.7

810 12136 1803,70 4,902,7

1 3 tahun

912 18180 2754,90 7,202,6

1018 24275 3627,20 8, 302,3

1124 30362 4128,30 8,602,1

1230 36412 4358,60 8,702,0

Sumber: Tanuwiria, 2005Tabel 1.2. Kebutuhan Zat-zat Gizi untuk Hidup Pokok dan Produksi Sapi PerahBERATBADANUNTUK HIDUP POKOKKADARLEMAKSUSUUNTUK PRODUKSI 1 KGSUSU

PROTEIN(Gr)ME(M. Kal)TDN(Kg)LEMAKSUSU(%)PROTEIN(Gr)ME(M. Kal)TDN(Kg)

35034110,76142,5720,990,260

40037311,90153,0771,070,282

45040312,99173,5821,160,304

50043214,06184,0871,240,326

55046115,11204,5921,310,344

60048916,12215,0981,390,369

Sumber: (http://www.linkpdf.com)

PENDAHULUANKeberhasilan suatu produksi bergantung kepada faktor genetik dan lingkungan, diantaranya meliputi peningkatan kemampuan teknis peternakan, yang terdiri dari; peningkatan kemampuan tatalaksana reproduksi, tatalaksana pemberian pakan, dan tatalaksana pemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak harus dimiliki. Masalah penyebab kerugian suatu usaha peternakan sapi perah diakibatkan belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik dalam usaha peternakan sapi perah, sehingga berpengaruh lebih lanjut terhadap aspek-aspek lainnya, terutama menghambat peningkatan produksi susu. Sebagian peternak, kenyataannya belum melaksanakan tatalaksana peternakan yang baik atau sesuai dengan harapan dalam menjalankan usaha peternakannya(Suherman, 2010).Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang salah satunya mencakup aspek pemberian pakan. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri (Australia dan New Zealand, Kompas 2003). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi. Peternakan rakyat menurut data tahun 2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala kepemilikan 3-4 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari. Hal ini disebabkan antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal. Pemberian pakan yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan(Kasim,2011). Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen pemberian pakan yang baik agar sapi bisa tumbuh dengan baik dan memiliki produksi yang baik(Kusnadi,2006).

ISIPakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi (Akramuzzein,2009).Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang di perluakan dbagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi, agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprajitna,2008).Bahan makanan sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999). Sapi perah biasa mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap. Namun ketersedian pakan masih menjadi masalah dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam jangka panjang. Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembangbiak.Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:a) sistem penggembalaan (pasture fattening)b) kereman (dry lot fattening)c) kombinasi cara pertama dan kedua.Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari (Djarijah,1996).Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (Djarijah,1996).Reaves et al., 1973 menyatakan bahwa manajemen pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.

Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet)(Utomo,2010).

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPILAKTASI)Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang ataumilking parlorberubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan senidanilmu pemberian pakan(Muljana,2005).A. Phase FeedingPhase Feedingadalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan. Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi:1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 70 hari setelah beranak.Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1 atau lebih.Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat me-menuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein yang dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak (di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dandisplaced abomasum. Untuk meningkatkan konsumsi zat-zat makanan:beri hijauan kualitas tinggi,protein ransum cukup,tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,pemberian pakan yang konstan, danminimalkanstress.2.Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal.Untuk meningkatkan konsumsi pakan:beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,beri bahan pakan kualitas tinggi,batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,minimalkanstress,gunakan TMR (total mix ration).

Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:produksi susu turun dengan cepat,kadar lemak rendah,periodesilent heat(berahi tidak terdeteksi),ketosis.

3.Fase 3, pertengahan laktasi akhir, 140 305 hari setelah beranak.Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.4.Fase 4, periode kering, 45 60 hari sebelum beranak.Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik:maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering.Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, sepertigrass hay, lebih disukai untuk membatasi konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode kering.Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;meminimalkanstressterhadap perubahan ransum setelah beranak.Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadianmilk fever.Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadianmilk fever, mengurangiretained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet.Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever, displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera makan rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan denganfat cow syndrome.Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi:observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, danbatasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi problem bengkak ambing.Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,54,0. Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 200 lbs.B.Challenge Feeding (Lead Feeding).Challenge feedingataulead feeding, adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi.Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 8 minggu setelah beranak.Persiapan untukchallenge feedingdimulai selama periode kering;sapi kering dalam kondisi yang baik,transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen.Setelah beranakchallenge feedingdimaksudkan untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi genetiknya.Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein tubuhnya untuk suplementasi ransumnya. Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah.Challenge feedingmembantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis sapi mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.C. Corral (Group) Feeding(Pemberian pakan (group) di kandang).Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah kemechanized group feeding.Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan kefeed efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan beberapa peternakan bahkan me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi di-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut:besar peternakan (herd size),tipe dan harga bahan pakan,tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahanintegrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, dan lain-lain.Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk 5 kelompok:sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. susu/ekor/hari)sapi-sapi produksi medium (65 lb. susu/ekor/hari)sapi-sapi produksi rendah (45 lb susu/ekor/hari)sapi-sapi keringsapi-sapi dara beranak pertamaLebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok. Melalui sistem ini setiap ke-lompok diberi makan menurut kebutuhannya. Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan.Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan, sepertipeck ordertetapi masalah ini tidak terlalu besar. Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam kelompok baru sebelum diberi makan.Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaancomplete feedsyaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu, tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang menggunakancomplete feedslebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnyalong stemmed haysecara terpisah untuk meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karenalong haysulit dicampur dalammixer.Keuntungan pemberian pakan berkelompok dancomplete feedadalah:produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk ternakmengeliminasi kebutuhan penyediaan mineralad libitumkonsumsi ransum yang tepatdifasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkanmengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak terkontrol dari bahan pakan tertentumengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti sepertidisplaced abomasummengurangi pemberian pakan di tempat pemerahanpenggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendahmenutupi bah.pakan yang tidak palatabel, seperti ureadapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensionalmemungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap proporsi konsentrat dalam ransummengurangi resiko kekuranganmicronutrientmenyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian dapat digunakan memperbaiki manajemenDi antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dancomplete feedadalah:memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara meratatidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompoktidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakansulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandangdapat terjadi mismanagement sepertifat cow syndromedan problem kesehatan seperti kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah, konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam berbagai kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera, biasanya muncul beberapa bulan kemudian.(Anonim, 2010).

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPIDARA)Antaradisapihdan beranak(12 minggusampaiumur2 tahun) nutrisi sapi dara sering tidakdiperhatikan.Sebaiknyaprogram manajemenpemberi pakan inimeliputi3 faseyang berbeda, yaitu:1.Sejakdisapih(12 minggu) hinggaumur1 tahun.Selama periodeini, sapidaradiberimakanhijauanfree choice dan butiran/ konsentrat terbatas. Jumlahdan kandungan protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura dapatdigunakandenganbaik dalam program pemberianpakan, sepanjangdisuplementasidengangrain mix, hijauankering,dan mineral yang mencukupi(dapatdiberikandalam grain mixataufree choice). Perludisediakanair bersihdan segar.Selamaperiodeinisapidarajanganoverfeedingdan terlalugemuk. Kondisiyang berlebihan akan menghambatperkembanganjaringan sekretori ambing selamaperiodekritis(per-kembanganyang maksimal) antara umur 3-9 bulandan menyebabkanproduksisusurendah. Overconditioningsetelahumur15 bulan tidak mempengaruhi jaringan sekretori ambing.

2.Sapidara, umur1 tahun- 2 bulansebelumberanakpadaumur2 tahun.BBilatersediahijauankualitastinggi, dapatmenjadisatu satunya bahan pakan untuksapidaraumur1 tahun(tanpakonsentrat), dilengkapi denganmineral mixyang disediakanfree choice(adlibitum). Sapi daradapattumbuh0,8-0,9 kg/hari. Bilapertumbuhantidak memuaskan dapatditambahkankonsentrat.3.Duabulansebelumberanak- beranak.Pemberianpakanperiodeinidapatmempengaruhiproduksisususelamalaktasipertama. Selama2 bulan terakhirkebuntingansapidaraakan bertambah bobotbadannyasekitar0,9 kg /hari, sedangkanpadaawal kebuntingan0,8 kg/hari. Sapidarayang tumbuh dengancepatpada waktu beranak dan secarakontinyutumbuhselama laktasi pertama alan menjadi penghasil susu yang lebihpersistendibandingkan dengansapidara yangfull-size padasaatberanak.Jumlahkonsentratyang diberikan sebelum beranak akan dipengaruhi oleh : kualitas hijauan, ukurandan kondisisapidara. Sebagaipatokanberi konsentrat 1% daribobotbadanmulai6 minggusebelumberanak. Ransum. perlucukupprotein, mineral, dan vitamin. Kelebihankonsumsigaramakan menyebabkanbengkakambing, perludicegahpada2 minggu terakhirsebelumberanak.Sapidarayang tumbuhdenganbaiktidakakanmenghadapiproblem yang seriuspadawaktuberanak. Namunmanajemennutrisidapat memudahkan saat beranakdalam2 hal, yaitu: (1) ukuranpedet, dan (2) tingkat kegemukaninduk. Sapidarayang gemukakan menghadapiinsiden distokiayang lebihtinggikarenapembukaanpelvic yang kecil dan biasanyaukuranpedetyang lebihbesar.Underfeedingatau sapidarayang tumbuh jelekmembutuhkanlebihbanyakasistensaatberanakdan resiko kematianlebihtinggi.(Sudono,1990).Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah(PEDET)Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan manajemen pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa. Dengan manajemen yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar. Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam).Ada 4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a) kolostrum, (b) susu, (c)milk replacer, dan(d)calf starterKolostrumperlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran (idealnya 15 menit atau dalam jangka waktu 4 jam) untuk proteksi terhadap penyakit. Kolostrum dapat diberikan langsung dari induk, botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlu-kan karena :1.Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi terhadap pe-nyakit.2.Kemampuan pedet untuk menyerapimmunoglobulin(komponen proteksi penya-kit) berkurang setelah 24-36 jam.3.Pedet mudah terinfeksi dengan bakteri patogen segera setelah lahir.Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6% dari bobot badan.Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan dan disimpan dalam jangka waktu 1 tahun atau lebih tanpa kehilangan nilai antibodinya. Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100F.Sour colostrumadalah surplus kolostrum yang disimpan dan difermentasi secara alami.Kolostrum terdiri dari bahan kering yang sepertiga lebih banyak dari susu ataureconstituted milk replacer, dan sangat mudah dicerna. Oleh karena itu, penyimpan-an untuk pemberian pakan selanjutnya sangat dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat dibekukan kemudian dicairkan sebelum diberikan; atau disimpan se-bagaisour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan diberikan pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk mencegahoverfeedingdanscours (diarrhae).Pemberian pakan dengansusupenuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu hingga disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat. Metode ini merupakan yang terbaik ditinjau dari pertambahan bobot badan (PBB) dan menimbulkan gangguan lambung yang terendah, tetapi susu merupakan makanan yang mahal.Milk replacerbervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari labelnya. Yang terbaik terdiri dari:- minimal20% protein, semua dari produk susu sepertiskim milk, butter milkpowder, casein, milk albumendll. Bila protein dalammilk replacerberasal dari tumbuhan, perlu protein lebih dari 22%. Sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu.- lemak 10-20%Milk replacerdapat diberikan pada hari ke tiga setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan oleh pabrik dalam mencampurmilkreplacer. Metode umum: 1 poundmilk replacerditambah dengan 9 pound air.Calf startermerupakan campuran butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan gandum biasanya merupakan komponen utama daricalf starter.Startermengandung sumber protein tinggi plus mineral dan vitamin.Starterharuspalatablesupaya pedet dapat makan sesegera mungkin. Beberapa ada yang ditambah dengan molase supaya terasa manis. Pedet lebih menyukai bentuk yang kasar daripada yang digiling halus.Calf startersebaiknya mengandung 16-18% protein dan 72-75% TDN untuk mencukupi zat-zat makanan esensial bagi pedet.Calf growerdiberikan bila pedet berumur 6-8 minggu. Level (kandungan) protein disesuaikan dengan kualitas hijauan.Hijauanberupahaykualitas bagus dapat diberikan bila pedet berumur 2 minggu atau umur 5-10 hari.Silage(jagung) atau pastura jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air yang tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan pertumbuhan(Sudono,1990).

KESIMPULANKeberhasilan produksisapi perahbergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsidigunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Manajemenpakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan.Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet)

1.DAFTAR PUSTAKAAkramuzzein. 2009. Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak Dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.Anonim, 2010.Master KuliahManajemenTernakPerahFAPETUNPAD. Bandung.Anonim, 2010.Master KuliahManajemenTernakPerahFAPETUNPAD. Bandung.Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.Kasim , S.N. dkk . 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) .Kusnadi, Uka dan E. Juarini. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah Dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. WARTAZOA Vol. 17 No. 2.Muljana. 2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. John Wiley and Sons Inc. Canada.Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.Suherman,Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1.Suprajitna.2008. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Utomo, Budi dan Miranti D P. 2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan Manajeman Pemeliharaan. Caraka Tani XXV No.1.