11
Penanganan Complex Odontoma pada Rahang Bawah (Laporan Kasus) Ocky Pranata M*, Borman Sumadji**, Kiki Akhmad R*** * Residen Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung ** Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung *** Sub bagian Bedah Onkologi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Abstrak Complex Odontoma adalah tumor odontogenik yang berasal dari sel epitel dan ektomesenkim yang menunjukan diferensiasi sempurna yang ditandai oleh adanya email dan dentin yang anatominya tidak mirip dengan gigi. Enukleasi konservatif direkomendasikan sebagai pilihan perawatan kompleks odontoma. Dilaporkan suatu kasus odontoma kompleks rahang bawah kanan pada seorang pria 32 tahun dan diterapi dengan tindakan enukleasi dengan hasil relatif baik. Kata kunci : Complex Odontoma, mandibula, enukleasi Abstract Complex odontoma is an odontogenic tumour of epithelial and ectomesenchyme with well differentiated that characterized by unlike normal enamel and dentine. Conservative enucleation is recommended as the treatment of choice for it. There was reported a case of Complex odontoma of right mandible of 32 years old man and had been treated using enucleation method with relative good result. Keywords : Complex odontoma, mandible, enucleation PENDAHULUAN Odontoma dikenal sebagai tumor odontogenik jaringan keras, yang ditandai dengan pertumbuhannya yang lambat. Tumor ini terdiri dari email, dentin, sementum dan kadang- kadang jaringan pulpa. Ada dua jenis odontoma yang dikenal : compound dan complex. Compound odontoma muncul sebagai bentuk gigi kecil yang jumlahnya banyak atau gigi rudimenter, sedangkan complex odontoma muncul sebagai konglomerasi yang tidak teratur dari jaringan keras. 1

Complex Odontoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Etiologi dan Patogenesis Odontoma complex

Citation preview

Penanganan Complex Odontoma pada Rahang Bawah(Laporan Kasus)

Ocky Pranata M*, Borman Sumadji**, Kiki Akhmad R**** Residen Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung** Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran,

RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung*** Sub bagian Bedah Onkologi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung.

AbstrakComplex Odontoma adalah tumor odontogenik yang berasal dari sel epitel dan ektomesenkim yang menunjukan diferensiasi sempurna yang ditandai oleh adanya email dan dentin yang anatominya tidak mirip dengan gigi. Enukleasi konservatif direkomendasikan sebagai pilihan perawatan kompleks odontoma. Dilaporkan suatu kasus odontoma kompleks rahang bawah kanan pada seorang pria 32 tahun dan diterapi dengan tindakan enukleasi dengan hasil relatif baik.

Kata kunci : Complex Odontoma, mandibula, enukleasi

AbstractComplex odontoma is an odontogenic tumour of epithelial and ectomesenchyme with well differentiated that characterized by unlike normal enamel and dentine. Conservative enucleation is recommended as the treatment of choice for it. There was reported a case of Complex odontoma of right mandible of 32 years old man and had been treated using enucleation method with relative good result.

Keywords : Complex odontoma, mandible, enucleation

PENDAHULUAN

Odontoma dikenal sebagai tumor odontogenik jaringan keras, yang ditandai dengan

pertumbuhannya yang lambat. Tumor ini terdiri dari email, dentin, sementum dan kadang-

kadang jaringan pulpa. Ada dua jenis odontoma yang dikenal : compound dan complex.

Compound odontoma muncul sebagai bentuk gigi kecil yang jumlahnya banyak atau gigi

rudimenter, sedangkan complex odontoma muncul sebagai konglomerasi yang tidak teratur

dari jaringan keras. 1

Menurut Regezi2, terdapat kecenderungan compound odontoma untuk muncul pada

anterior rahang dan compleks odontoma yang muncul pada posterior rahang, sedangkan

Neville3 mengatakan, compound Odontoma dan complex odontoma memiliki frekuensi dan

insidensi yang sama.3

Lesi ini kadang juga dimasukkan dalam malformasi hamartomatous ameloblas

enamel dan odontoblas pada dentin, karena walau pun sel dan jaringannya tampak normal,

namun bentuknya mengalami perubahan. Perkembangan abnormal dari jaringan tersebut

itulah menimbulkan suatu pemikiran bahwa odontoma lebih dianggap sebagai hamartoma

dibandingkan sebagai suatu neoplasma.2,4

Sejauh ini odontoma merupakan lesi nonkistik odontogenik yang paling umum,

jumlahnya sekitar 70% dari seluruh tumor odontogenik. Hampir semua odontoma ditemukan

pada dekade pertama dan kedua.4 Namun, selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010

ditemukan lima kasus complex odontoma di bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran/ RSHS bandung.

LAPORAN KASUS

Seorang pria 19 tahun datang ke Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran/ RSHS pada tanggal 9 Mei 2010 dengan keluhan benjolan di pipi

kanan yang awalnya kecil dan makin membesar. Keluhan sudah berlangsung selama tujuh

tahun, tidak disertai rasa sakit dan belum pernah diobati.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan status generalis dalam batas normal,

pemeriksaan ekstra oral ditemukan benjolan pada pipi kanan dengan ukuran 5 X 5 X 5 cm,

permukaan licin, warna sama dengan jaringan sekitar, terlokalisir, tidak dapat digerakan dari

dasarnya, konsistensi keras, tidak ditemukan fluktuasi, ulkus serta krepitasi, tidak terdapat

nyeri tekan dan suhu afebris.

2

Pada pemeriksaan intra oral ditemukan sisa akar gigi 46, tidak ditemukan gigi 47 dan

48.

Gambar 1. Gambaran ekstra oral dari sisi kanan, depan serta kiri pasien, nampak wajah asimetris dengan oedem pada sisi kanan

Pada pemeriksaan radiologis tampak zona radiolusen yang mengelilingi gambaran

masa radioopak dengan derajat radiopasitas yang berbeda-beda yang terdapat pada regio 46

hingga regio 48, sisa akar gigi 46 serta tidak nampak adanya gigi 47 dan 48. Dari riwayat

penyakit, gambaran klinis, dan radiografis maka diagnosis klinisnya adalah complex

odontoma. Rencana perawatannya adalah enukleasi kuretase dalam anestesi umum untuk

mengeluarkan masa dengan prognosis ad bonam.

Gambar 2. Gambaran radiologis odontoma kompleks. Tanda panah menunjukan lokasi odontoma.

Saat operasi dilakukan persiapan alat, pasien, operator dan asisten operator, dilakukan

pemasangan infus di lengan kiri, anestesi umum dengan menggunakan 02, N20 dan enfluran,

3

pemasangan NGT di lubang hidung kiri, tindakan intubasi, pemasangan kateter, penutupan

mata dengan salep mata dan hypafix, tindakan aseptik pada ekstra oral dengan alkohol 70%

dan betadine solution 10%, pada intra oral dengan betadine solution 10%, penutupan tubuh

pasien, kecuali daerah operasi, dipasang mouth spreader, anestesi lokal a/r mandibula dextra

dengan pehacain, insisi a/r vestibulum bucal dextra. Ekstraksi radiks 46, pemotongan tulang

menggunakan bur tulang dan knable tang, pengambilan massa tumor dari jaringan tulang dan

sekitarnya, pengambilan kapsul tumor, penghalusan tulang dengan bone file, ditutup dengan

surgical pack, penjahitan mukosa dengan benang silk 3.0 serta pembersihan daerah operasi

dan tindakan ekstubasi.

Dari hasil enukleasi didapatkan sediaan biopsi yang dikirim ke bagian Patologi

Anatomi RSUP Dr Hasan Sadikin/ Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran berupa

keping jaringan keras seperti tulang berwarna putih kecoklatan.

Gambar 3. Struktur makroskopis compleks odontoma yang didapat setelah enukleasi

Pada hari ke 3 post enukleasi didapatkan hasil pemeriksaan dari Patologi Anatomi

secara mikroskopis berupa jaringan yang terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen dengan

serbukan masif sel radang limfosit, histiosit dan sel plasma disertai bendungan pembuluh

darah dan perdarahan. Tampak pula dentin dan enamel serta cementum like tisue yang tidak

beraturan. Kesimpulan pemeriksaan histopatologi adalah odontoma tipe kompleks

4

Gambar 4. Gambaran mikroskopis kompleks odontoma yang memperlihatkan struktur jaringan keras gigi yang tidak biasa (pembesaran 10X)

Pack diangkat pada hari keempat, sedangkan benang diangkat pada hari ketujuh,

pasien kemudian dirujuk ke bagian Prostodonsia untuk pembuatan obturator.

Pada hari ke 10 post enukleasi, dipasang obturator dari bahan akrilik.

Kontrol pada hari ke 21 setelah pembedahan, terdapat penyembuhan luka, obturator

masih tetap terpasang dan secara klinis tidak menampakkan suatu kelainan.

PEMBAHASAN

Odontoma biasanya ditemukan pada dekade kedua secara tidak sengaja pada

pemeriksaan radiografis saat gigi permanen tidak tumbuh pada usia yang seharusnya.

Kaugars, et al menemukan bahwa 53,9% odontoma didiagnosa pada dekade kedua. Owens, et

al juga menemukan 59% kasus pada dekade yang sama.1,5

Selain itu Reichart6 menyatakan berdasarkan survey terhadap 137 kasus complex

odontoma, usia rata rata saat di diagnosis adalah 19.9 tahun (kisaran 2 sampai 74 tahun),

dengan distribusi survey saat didiagnosis adalah 83,9 kasus muncul sebelum usia 30 tahun

dengan puncaknya pada usia dekade ke dua.

Menurut Reichart6 rasio perbandingan terjadinya complex odontoma pada pria :

wanita adalah 1.5 : 1 namun dari penelitian yang berbeda ada juga yang menyatakan 1.6 :1

atau 0.8 : 1.

5

Asal odontogenik complex odontoma tidak pernah dipertanyakan. Hal ini

dipertimbangkan karena self limiting kelainan pertumbuhan atau hamartomatous malformasi

yang ditandai dengan masa yang tidak termasuk jenis tertentu dari jaringan gigi. Akhir-akhir

ini, dikatakan bahwa odontoma cenderung bertambah ukurannya sesuai usia pasien.6

Etiologi complex odontoma tidak diketahui. Ada beberapa teori yang sudah diajukan,

seperti trauma lokal, infeksi, riwayat keluarga dan mutasi genetik, ada pula yang

menambahkan bahwa odontoma diwariskan kemungkinan dari gen mutant post natal dengan

kontrol genetik perkembangan gigi.6

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan odontoma.

Faktor ini antara lain tidak berhasilnya atau perubahan interaksi ectomes enchymal pada fase

awal pertumbuhan benih gigi dan/atau membuat berbeda pada fase subsekuen pada

perkembangan jaringan ini. Diasumsikan pula bahwa yang membuat berbeda pada

mekanisme mineralisasi dengan modifikasi komponen mineral pada email dapat

menyebabkan maturasi inkomplet.6

Radiografi seringkali merupakan langkah pertama dalam diagnosis tumor

odontogenik, screening secara radiografi dilakukan dan dievaluasi. Radiografi juga dapat

merupakan langkah terakhir sebelum membuat diagnosis kerja, setelah anamnesis lengkap

diambil serta pemeriksaan fisik dan laboratorium dilakukan. 6

Gambaran radiografis complex odontoma seringkali memperlihatkan adanya masa

ireguler, radioopak dengan banyak nodul dan dikelilingi zona tipis yang radiolusen. Lesi ini

unilocular dan dipisahkan dari tulang normal oleh garis kortikasi yang jelas.7,4

Tahap pertumbuhan tumor dan derajat kalsifikasinya dapat dibedakan berdasarkan

gambaran radiografis. Tahap pertama ditandai dengan adanya lesi radiolusen pada jaringan

gigi tanpa kalsifikasi. Pada tahap intermediat, kalsifikasi sebagian dapat terlihat dengan

gambaran yang tersebar. Pada tahap ketiga, terlihat gambaran radioopak dengan jaringan

6

terkalsifikasi yang predominan. Pada tahap ketiga ini lebih banyak terlihat pada pasien

setidaknya berumur 6 tahun. 7

Gambaran radiografis , lokasi , batas jelas usia okurensi, zona lusen di sekitar lesi

dapat membedakan complex odontoma dari lesi opak lain pada rahang, seperti focal

scleroting osteomyelitis, idiopathic osteosclerosis, periapical cemental dysplasia, cemento

ossifying fibroma, cementoblastoma, osteoma, osteoblastoma dan osteoid osteoma.8

Focal sclerosing osteomyelitis biasanya terlihat pada apex gigi dengan long standing

pulpitis. Saat gigi dicabut, lesi ini dapat tersisa pada gigi secara tidak terbatas. Diagnosis

dapat dibuat dengan dari riwayat penyakit dan gambaran radiografis.8

Complex odontoma dan idiopathic sclerotic dapat dibedakan dari garis radiolusen

yang mengelilingi odontoma dan ketebalan dan ketajaman radiopak yang disebabkan email

pada odontoma. Complex odontoma juga muncul lebih jarang dibanding idiopathic

osteosclerosis dan biasanya terlihat pada mahkota gigi yang unerupsi.8

Periapical cementoosseous dysplasia biasanya muncul di dalam tulang alveolar,

dimana complex odontoma sering meluas kedalam alveolus kearah crest ridge. Biasanya, lesi

ini terbentuk pada individu lebih dari 30 tahun, sedangkan odontoma berkembang pada

pasien yang lebih muda.8

Cementoblastoma dapat muncul dengan gambaran klinis dan radiografis yang mirip

dengan complex odontoma, namun complex odontoma tidak memperlihatkan opasitas

homogen seperti pada sementoblasoma yang matur, selain itu sementoblastoma sering

bergabung dengan akar gigi yang terlibat.8

Complex odontoma dibedakan pula dengan cemento-ossifying fibroma dari

kecenderungannya untuk berhubungan dengan gigi molar yang unerupsi dan biasanya lebih

radioopak dibandingkan cemento-ossifying fibroma.8

7

Periapikal cemental dysplasia dapat menyerupai complex odontoma namun dysplasia

biasanya multiple dan terpusat pada regio periapikal gigi.8

Meskipun gambaran klinis dan radiografis osteoid osteoma dan osteoblastoma dapat

mirip dengan complex odontoma, namun osteoid osteoma dan osteoblastoma ditandai oleh

adanya nyeri. Odontoma dapat disalah diartikan secara radiografi dengan osteoma, namun

odontoma biasanya penampilannya tidak sehomogen osteoma.8

Compleks odontoma dibedakan dari susunan masa email, dentin dan pulpa yang

tunggal, berbenjol-benjol, tidak terstruktur tanpa ada bentuk gigi yang dikenali. 4

Pada complex odontoma matur, kapsul jaringan lunak dari jaringan penghubung

longar terdiri dari untaian atau pulau epitelium odontogenik. Pada complex odontoma yang

berkembang, bagian terluar odontoma terdiri dari zona sel kaya dari jaringan lunak dengan

bentukan email dan dentin, tidak mirip morfologi gigi. Lesi muncul sebagai masa dentin

tubular primer dengan lingkaran sirkuler tertutup atau struktur oval dengan ruang kosong dari

email matang dekalsifikasi., matriks email yang memproduksi epitelium dan jarigan konektif.

Struktur jaringan keras gigi bermacam-macam. Lesi terutama terdiri dari dinding berombak

dari tubuler atau dentin displastik yang ditutupi oleh email. Diantara kedua dinding ini

terdapat celah curvilinear yang berisi matriks email yang memproduksi epitelium dan

jaringan penghubung. Sementum langka kecuali pada permukaan akar struktur mirip gigi.

Ghost cell yang terpencar dapat ditemukan. 9

Menurut Sapp4 penanganan odontoma adalah enkapsulasi dan enukleasi dari sekitar

tulang sedangkan Balaji10 mengatakan bahwa penanganan complex odontoma adalah secara

enukleasi atau kuretase, jika odontoma merupakan sumber potensial obstruksi gigi yang akan

tumbuh atau jika kemungkinan menjadi focus infeksi.

Menurut Bateman et al11 enukleasi adalah adalah pengangkatan seluruh tumor secara

bedah11. Sedangkan menurut Dorland12 enukleasi adalah pengangkatan organ, tumor atau

8

bagian tubuh lainnya dengan suatu cara sehingga keluar dari tubuh seluruhnya dengan

bersih, seperti kacang dari kulitnya.

Baros Et al7 melaporkan pasiennya dipantau secara klinis dan radiografis selama 5

tahun tanpa ada tanda rekurensi dan terlihat adanya pembentukan tulang baru, bahkan

Slootweg13 mengatakan tidak terlihat adanya rekurensi. Rekurensi hanya pernah dilaporkan

pada kasus pengangkatan yang tidak sempurna pada complex odontoma yang sedang

berkembang.9

KESIMPULAN

Odontoma adalah tumor campuran (mixed tumor) odontogenik yang berasal dari

epitel dan mesenkim dan kadang juga dimasukkan dalam malformasi hamartomatous

ameloblas pada enamel dan odontoblas pada dentin. Odontoma dibagi dalam dua subdivisi;

Compound odontoma, yaitu suatu struktur yang menyerupai gigi dengan ukuran dan bentuk

yang bervariasi dan Complex odontoma yang mengandung kesatuan massa dari enamel dan

dentin, dimana tidak ditemukan gambaran anatomi gigi. Penanganan Odontoma dan lesi-lesi

lain disekitarnya dapat dilakukan dengan enukleasi dan kuretase. Rekurensi dapat terjadi

pengangkatan yang dilakukan pada Complex odontoma yang sedang berkembang tidak

sempurna.

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Tozoglu S, Yildirim U, Buyukkurt C. An Erupted Complex odontoma. J New York

State Dental 2010 : 52.

2. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK, Pathology Clinical Pathology correlations. 4th

edition. Saunders. 2003

3. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral and Maxillofacial Phatology.

WB Saunders. 2002: 631-2

4. Sapp JP, Lewis R. Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial

Pathology. 2nd ed. St Louis: Mosby, 2004: 155-6.

5. Singer SR, Mupparapu M, Milles M, Rinaggio J, Pisano D, Quaranta P, et al.

UNUSUALLY LARGE COMPLEX ODONTOMA in Maxillary Sinus Associated

with Unerupted Tooth Report of Case and Review of Literature. J New York State

Dental 2007.

6. Reichart PA, Philipsen HP. Odontogenic Tumors and Allied Lesions. Quontessence

Publishing Co Ltd. United Kingdom. 2004: 140-6

7. Barros DL, Utumi ER, Pedron IG, Zambon CE, Rocha AC. Complex odontoma:

Report of a Five-year Follow-up Case. Journal of Dentistry for Children American

Academy of Pediatric Dentistry 2010.

8. Özeç I, Kiliç E, Yeler H, Göze F, Yeler D. Large Complex odontoma Associated

With a Primary Tooth . Quintessence Int 2007;38:521–524.

9. Praetorius F, Piattelli A. Odontoma, complex type. In : Barnes L, Eveson JW,

Reichart P, Sidransky D. Pathology and Genetics of Head and Neck Tumours. Lyon :

IARC Press, 2005:310

10.Balaji SM. Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. Elsevier, India 2009:379-80

10

11.Bateman H, Hillmore R, Jackson D, Lusznat S, McAdam K, Regan C. Dictionary of

Medical Terms . 4th ed. A& C Black, London, 2005

12.Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32nd ed. .WB Saunders company, Elsevier

- Health Sciences Division, 2011.

13.Slootweg P J. Maxillofacial Skeleton and Teeth. In : Cardesa A, Slootweg PJ.

Pathology of the Head and Neck. Berlin: Springer, 2006 : 117

11