206
BAB II IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA A. Ruang Lingkup Corporate Governance 1. Sejarah Ringkas Corporate Governance Menurut Davies (1999), sebagaimana dikutip oleh Akhmad Syakhroza pada awalnya perkembangan governance dikenal melalui berbagai aturan yang diterapkan atau didominasi oleh kaum gereja. Dalam perkembangan selanjutnya dominasi ini beralih pada konsep revolusi industri serta akhirnya bermuara pada munculnya kapitalisme sampai akhir abad lalu. Dominasi kapitalisme sangat kental ditemukan dalam pola governance korporasi di awal abad ke 19. Pertumbuhan secara perlahan dari serikat pekerja selama paruh pertama abad ini mulai mengimbangi dominasi perusahaan yang sebelumnya mampu menekan tingkat upah dalam upaya memenangkan persaingan bisnis. Mulai paruh abad ke-19 kekuatan serikat pekerja semakin besar dan bertumbuh sedemikian rupa. Fenomena ini menambah kompleksitas governance pada masa itu dan hal ini ditandai dengan munculnya hubungan (axis) antara para pemegang saham dengan Board of Director sebagai suatu bentuk respons atas meningkatnya kekuatan serikat pekerja. 73 73 Akhmad Syakroza, Op. Cit., hal. 6. 59 Universitas Sumatera Utara

Conflict of Interests

  • Upload
    alanbgt

  • View
    3.312

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Conflict of Interests

BAB II

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA

A. Ruang Lingkup Corporate Governance

1. Sejarah Ringkas Corporate Governance

Menurut Davies (1999), sebagaimana dikutip oleh Akhmad Syakhroza

pada awalnya perkembangan governance dikenal melalui berbagai aturan

yang diterapkan atau didominasi oleh kaum gereja. Dalam perkembangan

selanjutnya dominasi ini beralih pada konsep revolusi industri serta akhirnya

bermuara pada munculnya kapitalisme sampai akhir abad lalu. Dominasi

kapitalisme sangat kental ditemukan dalam pola governance korporasi di awal

abad ke 19. Pertumbuhan secara perlahan dari serikat pekerja selama paruh

pertama abad ini mulai mengimbangi dominasi perusahaan yang sebelumnya

mampu menekan tingkat upah dalam upaya memenangkan persaingan bisnis.

Mulai paruh abad ke-19 kekuatan serikat pekerja semakin besar dan

bertumbuh sedemikian rupa. Fenomena ini menambah kompleksitas

governance pada masa itu dan hal ini ditandai dengan munculnya hubungan

(axis) antara para pemegang saham dengan Board of Director sebagai suatu

bentuk respons atas meningkatnya kekuatan serikat pekerja.73

73 Akhmad Syakroza, Op. Cit., hal. 6.

59

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Conflict of Interests

Pada era tahun 1970-an, kekuatan yang mempengaruhi governance

dalam organisasi khususnya korporasi, menjadi semakin kuat. Sebagian besar

waktu manajer pada masa ini dihabiskan untuk melakukan negosiasi dengan

serikat pekerja. Pada periode ini pula perkembangan governance pada unit bisnis

ditandai dengan berkembangnya era consumerism. Hal ini diindikasikan dengan

semakin meningkatnya persaingan antar sesama korporasi melalui peningkatan

kekuatan konsumen sebagai salah satu stakeholders dari sebuah korporasi.

Perkembangan ini membawa pengaruh signifikan terhadap iklim pengelolaan

korporasi yang ditandai dengan munculnya berbagai tantangan baru bagi

perkembangan corporate governance. 74

Dari sudut pandang lainnya, fenomena perkembangan corporate

governance dapat dilihat dari upaya untuk mengakomodasi berbagai

kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan korporasi. Secara

konseptual, keberadaan corporate governance dapat ditelusuri balik hingga ke

akhir abad 18 masehi. Para ahli di bidang governance sepakat untuk

menyatakan bahwa Adam Smith (1776) merupakan filosof pertama yang

dianggap menjadi peletak dasar dalam upaya formalisasi konsep corporate

governance dalam karyanya The Wealth of Nations.75

Melalui perkembangannya hingga permulaan abad ke 21, konsep

corporate governance telah melalui dua tahapan generasi.

74 Ibid, hal. 7. 75 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Conflict of Interests

Generasi pertama, dibidani oleh Berle dan Means (1932), dengan

penekanan pada konsekuensi dari terjadinya pemisahan antara kepemilikan

dan kontrol atas suatu perusahaan modern (the modern corporation). Menurut

mereka sejalan dengan berkembangnya perusahaan menjadi semakin besar,

maka pengelolaan perusahaan yang semula dipegang oleh pemilik (owner

manager) harus diserahkan pada kaum profesional. Dalam kaitan ini, isu yang

dianggap dominan adalah: perlunya suatu mekanisme untuk menjamin bahwa

manajemen (agent) yang merupakan orang gajian pemilik modal (principal),

akan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan pemilik. Peran penting

dari penjelasan ini adalah terdapatnya potensi konflik kepentingan (conflict of

interests) antara pihak agent dan principal dalam suatu perusahaan.

Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada

generasi pertama ini ditandai dengan kemunculan Jensen dan Meckling

(1976) hampir setengah abad kemudian. Kedua ekonom ini terkenal dengan

teori keagenan (Agency Theory) yang menandai tonggak perkembangan riset

yang luar biasa di bidang governance (Denis dan Mc Connel 2003). Melalui

teori ini, berbagai bidang ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, manajemen

stratejik, manajemen keuangan, akuntansi, etika bisnis, dan organisasi, mulai

menggunakan pendekatan teori keagenan untuk memahami fenomena

corporate governance. Akibatnya perkembangan corporate governance

menjadi multi dimensi. Tumbull (1997) menyebutnya sebagai sebuah multi

disiplin ilmu. Dibandingkan periode sebelumnya, dimana pemanfaatan teori

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Conflict of Interests

dimaksud masih didominasi oleh para ahli hukum (legal) dan ekonom

(economist). Pada era generasi pertama ini pula muncul berbagai derivasi

teori keagenan sebagai hasil dari sintesis melalui proses dialektika dan

berbagai bidang keilmuan tersebut di atas.

Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya

generasi kedua dari corporate governance, ditandai dengan hasil karya La-

Porta dan koleganya pada tahun 1998 (Denis dan Mc Connel 2003). Secara

signifikan mengidentifikasi kecenderungan terdapatnya konsentrasi

kepemilikan pada pihak tertentu. Berbeda dengan Berle dan Means (1932),

menurut La-Porta (1998, 1999) bahwa penerapan corporate governance di

suatu negara sangat dipengaruhi oleh perangkat hukum di negara tersebut

dalam upaya melindungi kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan

perusahaan, terutama pemilik minoritas. Jika sebelumnya konflik kepentingan

dianggap terjadi antara pemilik modal (principal) dengan pengelola (agent),

La-Porta (1999) menyatakan bahwa berbagai negara lainnya di luar Amerika

Serikat dan Inggris, justru sebaliknya kepemilikan perusahaan sangat

terkonsentrasi. Akibatnya, konflik kepentingan akan terjadi antara “pemilik

mayoritas yang kuat” dengan “pemilik minoritas” yang berada pada posisi

yang lemah. Lebih lanjut, La-Porta (1999, 2000) berpendapat bahwa sistem

hukum yang tidak kondusif dan belum berpihak pada kepentingan umum,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Conflict of Interests

mengakibatkan konflik ini menjadi semakin tajam sehingga berpotensi

merusak sistem perekonomian negara secara keseluruhan. 76

Terlepas dari tahapan perkembangan konsepsinya, secara umum dapat

disimpulkan bahwa corporate governance akan selalu muncul jika terdapat

potensi konflik kepentingan di dalam suatu perusahaan. Sementara konflik

kepentingan pada dasarnya disebabkan oleh “perbedaan kepentingan” itu

sendiri dan adanya “ketidakseimbangan kekuatan” antara berbagai pihak

yang berkepentingan. Tidak seimbangnya kekuatan ini membawa

implikasi bahwa “ketidakseimbangan kekuatan” dan akan adanya “peluang

untuk mengeksploitasi sesuatu kepentingan”, sehingga akan berdampak

luas pada terganggunya keseimbangan suatu sistem. Untuk itu dibutuhkan

seperangkat aturan main yang jelas agar berbagai perangkat organisasi

dalam sebuah sistem dapat menjalankan fungsinya masing-masing secara

optimal.77

Corporate governance sebagai suatu sistem membutuhkan berbagai

perangkat, seperti struktur governance (governing body and management

appointment) yang diikuti dengan kejelasan aturan main (definition of roles

and powers serta code of conducts) dalam suatu bentuk mekanaisme

(governance mechanisms) yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada

76 Ibid, hal. 5-6. 77 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Conflict of Interests

prinsipnya hal ini dibutuhkan untuk menjamin terjaganya kepentingan

berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan, sehingga dengan

berjalannya mekanisme ini, diharapkan dapat menghasilkan dampak

lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara

untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of nation) seperti

kondisi sebagaimana yang dimaksud oleh Adam Smith.78

2. Teori dan Pengertian Corporate Governance

Teori utama yang terkait dengan corporate governance, sebagaimana

dikutip oleh Mas Achmad Daniri79, ada dua yaitu Stewardship theory dan

agency theory.

Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat

manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu

bertindak dengan penuh tangung jawab, memiliki integritas dan kejujuran

terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang

dikehendaki oleh para pemegang saham. Stewardship theory memandang

manajemen sebagai institusi yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada umumnya maupun

shareholders pada khususnya.

78 Ibid, hal. 11. 79 Mas Achmad Daniri; Good Corporate Governance, Konsep dan penerapannya dalam

konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 5-6.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Conflict of Interests

Agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi

pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,

bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham

sebagaimana yang diasumsikan dalam stewardship model. Bertentangan dengan

stewardship theory, agency theory memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya

untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada

umumnya maupun shareholders pada khususnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons

yang lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.

Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan

bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi

dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan

penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan yang berlaku. Upaya ini

menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang harus dikeluarkan

sebagai biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan

setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. Agency costs ini mencakup

biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; dan biaya yang dikeluarkan

oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya

audit yang independen dan pengendalian internal.

Di berbagai kalangan (pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan

dan lain sebagainya) corporate governance merupakan isu yang tidak pernah

usang dan selalu menarik minat mereka untuk memperbincangkannya secara

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Conflict of Interests

serius80, sehingga pemahaman tentang praktik corporate governance terus

berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas corporate governance mulai

disinggung pertama kalinya oleh Barle dan Means pada tahun 1932, yang

dalam kajian mereka memisahkan antara kepemilikan saham (ownership)

dengan pengawas pada suatu perusahaan modern. Pemisahan tersebut pada

gilirannya telah memunculkan konflik kepentingan (conflik of interest) antara

para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan

perusahaan yang tersebar (dispersed ownership).81

Di Indonesia istilah corporate governance seringkali diterjemahkan

sebagai tata kelola perusahaan.82 Sedangkan pengertian corporate governance

itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak institusi dan para pakar. Berikut ini

80 Lihat juga Sedarmayanti yang mengemukakan bahwa berbagai peristiwa

dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan Corporate Governance menjadi isu penting di kalangan eksekutif, Non Government Organization (NGO), kosultan korporasi, akademisi, dan pembuat kebijakan (pemerintah) di berbagai belahan dunia. Isu yang terkait dengan Corporate Governance seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan perlindungan investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah satu isu penting bagi pelaku usaha di Indonesia. Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2007), hal. 59.

81 Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 24. 82 Dalam konteks GCG, di kalangan pemerintah governance sering juga disebut “tata

pamong” atau “penadbiran”, sedangkan di kalangan pebisnis istilah GCG sering diartikan “tata kelola”. Dengan mengikuti kelaziman tersebut, maka istilah corporate governance dan tata kelola perusahaan yang dipergunakan oleh penulis secara bergantian dalam disertasi ini memiliki pengertian dan maksud yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Conflict of Interests

disajikan beberapa definisi corporate governance yang banyak digunakan

sebagai acuan dalam diskusi dan tulisan-tulisan.83

Usaha untuk melembagakan corporate governance untuk kali pertama

dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992

dengan membentuk Cadbury Committee. Komite ini bertugas menyusun

corporate governance code yang menjadi acuan utama (benchmark) di

banyak negara. Menurut Komite ini corporate governance adalah “sistem

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar

mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh

perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan

pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan

kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya”.84

The Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) merupakan salah satu organisasi international yang sangat aktif

mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh

dunia. OECD mendefinisikan corporate governance sebagai berikut85 :

“Corporate Governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it

83 Lihat Etty Retno Wulandari, Good Corporate Governance: Konsep, Prinsip, dan Praktik,

(Jakarta: Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, 2007), hal. 9. 84 Lihat Misahardi Wilamarta, Op.Cit., hal. 40. 85 Lihat Siswanto Sutojo & E. John Aldridge, Op.Cit., hal. 2-3

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Conflict of Interests

also provides the structures through which the company objectives are set, and means of attaining those objectives and monitoring performance”. Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) sebagai suatu

organisasi yang mendorong perkembangan ekonomi negara-negara di benua

Asia juga menaruh perhatian yang besar terhadap corporate governance.

Dalam laporannya sebagai hasil penilaian terhadap kondisi corporate

governance di 5 negara Asia, ADB (2001) mendefinisikan corporate

governance sebagia berikut:

“A corporate governance system consists of (1) a set of rules that define the relationships between shareholders, managers, creditors, the government and other stakeholders (i.e. their respective rights and responsibilities) and (2) a set of mechanisms that help directly or indirectly to enforce these rules”(p.5). Stijn Claessens & Joseph P.H. Fan antara lain mengemukakan bahwa

pengertian tentang corporate governance dapat dimasukkan dalam dua

kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku

perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan,

perlakuan terhadap para pemegang saham dan stakeholders. Kategori pertama

ini akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji

corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana dewan

direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan

keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive

perusahaan. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normative,

yaitu segala ketentuan hukum, baik yang berasal dari sistem hukum, sistem

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Conflict of Interests

peradilan, pasar keuangan dan sebagainya, yang mempengaruhi perilaku

perusahaan. Kategori kedua ini dijadikan dasar analisis dalam mengkaji

corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana

berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan

mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya.86

Berdasarkan beberapa pengertian corporate governance tersebut di

atas, maka corporate governance secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu

sistem yang mengandung elemen-elemen tertentu untuk menata,

mengendalikan dan mengawasi perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan

secara optimal.

3. Jenis-jenis Corporate Governance

Sentralisasi isu corporate governance, menyusul berbagai

perkembangan yang terjadi di industri pasar modal, korporasi, dan profesi

audit, dan juga terjadinya krisis finansial di Asia, berikut konsep dan definisi

mengenai korporasi dan corporate governance, membawa kita untuk melihat

lebih jauh beberapa jenis sistem corporate governance dan alternatif board

structures yang ada dan bagaimana penerapannya di Indonesia yang berbasis

two-tier board system.87

86 Stijn Claessens & Joseph P.H. Fan,” Global Corporate Governance Forum”, Amsterdam

2003 . 87 I Nyoman Tjager, et.all, Op.Cit., hal. 29-30

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Conflict of Interests

Dalam praktiknya ada beberapa jenis sistem corporate governance

yang berkembang di berbagai negara. Ini mencerminkan adanya perbedaan

tradisi budaya, kerangka hukum, praktik bisnis, kebijakan, dan lingkungan

ekonomik institusional dimana sistem-sistem corporate governance yang

berbeda-beda itu berkembang. Setiap sistem memiliki kekuatan dan

kelemahannya masing-masing, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk

mendalami faktor-faktor apa yang membuat suatu sistem corporate

governance efektif dan dalam kondisi seperti apa, dengan tujuan agar negara-

negara yang saat ini sedang dalam transisi dari perekonomian komando

menuju perekonomian pasar dapat memiliki panduan yang memadai.88

Pembahasan mengenai berbagai sistem corporate governance

didominasi oleh dua isu penting : (1) apakah perusahaan harus dikelola

dengan single-board system atau two-board system; dan (2) apakah para

anggota Dewan (Dewan Komisaris dan Direksi) sebaiknya terdiri atas para

outsiders atau lebih terkonsentrasi pada insiders, termasuk misalnya, sejumlah

kecil institusi finansial yang memberi pinjaman kepada perusahaan,

perusahaan lain yang memiliki hubungan perdagangan dengan suatu

perusahaan, karyawan, manajer dan lain lain.

Pembahasan mengenai board structures ini penting karena board

structures memperlihatkan bagaimana berbagai peran dan fungsi dalam

88 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Conflict of Interests

organisasi saling berhubungan dan bekerja serta bagaimana berbagai

kepentingan dari para stakeholders terlindungi. Secara umum board

structures ini dapat dioperasikan dengan salah satu dari dua sistem yang

berbeda, yaitu Single-board system atau Two-board system.

Model board structures perusahaan-perusahaan di Inggris dan

Amerika serta negara-negara lain yang dipengaruhi langsung oleh model

Anglo-Saxon, pada umumnya berbasis single-board system dimana

keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi tidak dipisahkan. Dalam model ini

anggota Dewan Komisaris juga merangkap anggota Direksi dan keduanya

berada dalam sebuah board of directors.89

Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya berbasis two-tier

system yang dengan tegas memisahkan keanggotaan Dewan Komisaris

sebagai pengawas dan Direksi sebagai eksekutif korporasi.

Pada umumnya undang-undang perusahaan di seluruh dunia yang

menganut model single-board system tidak membedakan berbagai gaya

(styles) dan sebutan (title) direktur. Semua Direktur yang telah ditunjuk secara

sah oleh para pemegang saham bertanggung jawab atas governance korporasi.

Bahkan, dalam banyak hal, siapa pun yang menyebut dirinya direktur harus

bertanggung jawab. Namun dalam praktik, kita perlu membedakan antara para

direktur yang menempati posisi manajemen dan para komisaris yang

89 Ibid., hal. 31.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Conflict of Interests

mengawasi (oversight) mereka. Berkaitan dengan hal itu, two-tier board

system memiliki beberapa kelebihan dibandingkan single-board system:90

Pertama, pengaruh pemegang saham dalam two-tier system dapat

dijalankan melalui Dewan Komisaris sehingga tidak harus mengganggu

aktivitas normal manajemen, dan memungkinkan pemegang saham

meningkatkan pengaruhnya tanpa harus menunggu terjadinya skandal publik

atau ketidaksepakatan publik. Dalam hal ini persepsi manajemen mengenai

pengaruh pemegang saham tidak harus menunggu saat krisis. Sebaliknya,

two-tier system memungkinkan tekanan terhadap manajemen untuk

menghasilkan kinerja yang baik.

Kedua, Direksi (top management) dapat mempertahankan tingkat

independensi yang lebih besar pada saat operasional. Pemisahan antara

Dewan Komisaris dan Dewan Eksekutif, merupakan hal yang cukup penting.

Ini sulit dilakukan dalam model single-board system, karena dalam model ini

seseorang dapat menjalankan salah satu atau kedua peran itu sekaligus.

Direksi, karena pengaruh pemegang saham yang kuat melalui Dewan

Komisaris, harus memperhatikan dengan serius pandangan para pemegang

saham.

Ketiga, memungkinkan masuknya lebih banyak Komisaris

Independen, tanpa harus mengganggu kerja normal perusahaan.91

90 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Conflict of Interests

Keempat, tidak mungkin bagi seseorang untuk berperan sebagai

Komisaris Utama sekaligus sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan,

dimana kedua posisi tersebut dalam kedua kepengurusan perusahaan tidak

saling mendominasi sebagaimana terjadi dalam one-tier system di mana

Chairman (Presiden Komisaris) dan Chief Executive Officer CEO mungkin

dijabat oleh satu orang.92

Kelima, karakter yang cenderung tidak sehat pada perusahaan

keluarga dapat dicegah bahkan ketika perusahaan dihadapkan pada masalah

ketidakmampuan manajerial generasi keluarga yang mengelola. Permasalahan

akut dalam perusahaan keluarga yang sedang bertumbuh adalah ketika suatu

generasi keluarga benar-benar tidak kompeten untuk menjalankan bisnis pada

skala yang telah dicapai perusahaan. Dengan struktur two-board system maka

bahaya ini dapat dihindari karena Direksi yang profesional dapat menutupi

kelemahan tersebut.

91 Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan lainnya. Komite Kebijakan Nasional Corporate Governance (2001) menyebutkan bahwa paling tidak 20 persen anggota dewan komisaris harus berasal dari luar perusahaan. Meskipun dewan komisaris ini memang diakui banyak pihak sangat penting dan secara intuitif itu benar, namun tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa pada akhirnya yang teramat penting adalah kompetensi dan perilaku anggota dewan komisaris indenpenden tersebut. Lihat Ronny Kusuma Muntoro, ”Membangun Dewan Komisaris yang Efektif”, http://www.lmfeui.com/data/ mui_Membangun%20Dewan%20Komisaris%20%20yang%20Efektif_Ronny%20K%20Muntoro.pdf, diakses tanggal 28 April 2010.

92 Perusahaan-perusahaan Amerika telah memperkenalkan istilah-istilah yang membi-ngungkan seperti “Chairman and Chief Executive Officer atau President and Chief Executive Officer”. Two-board system sangat memungkinkan penghapusan konsep yang menggabungkan chairman dan managing director seperti itu, sehingga memungkinkan chairman (presiden komisaris/komisaris utama) melakukan tugas pengawasasan (oversight) dan manajemen harus benar-benar memperhatikan suara Dewan Komisaris sebelum membuat keputusan sebagaimana direkomendasikan oleh Cadbury Code of Conduct maupun prinsip-prinsip international best practices yang dikembangkan OECD. Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Conflict of Interests

Keenam, Two-board system merupakan mekanisme yang relatif

sederhana dalam menjawab kebutuhan publik akan pengendalian seraya tetap

mempertahankan independensi manajemen.

Perlu dicatat bahwa Masyarakat Eropa (Uni Eropa) semula

mengusulkan agar two-tier board ini diterapkan perusahaan-perusahaan di

seluruh negara anggota. Namun usul ini ditolak terutama oleh Inggris dan

Amerika Serikat serta perusahaan-perusahaan mereka di Eropa. Pemikiran

yang kemudian banyak diterima adalah menerapkan two-tier board system

maupun single-board system dengan catatan lebih banyak melibatkan outside

directors (atau semacam komisaris indpenden). Pilihan lainnya adalah single-

board system dengan pembentukan badan perwakilan karyawan (statutory

employee council).93

4. Good Corporate Culture (GCC) Sebagai Landasan GCG

Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang

berkembang dari ilmu manajemen serta psikologi industri dan organisasi.

Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih dalam mengupas penggunaan

konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi dengan tujuan

meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang

berbentuk perusahaan.

93 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Conflict of Interests

Ada berbagai definisi budaya perusahaan, mulai dari yang bersifat

sangat kompleks sampai yang sangat sederhana, bergantung pada orientasi

dari pakar yang mengemukakannya.94

Definisi budaya yang banyak digunakan, yaitu suatu pola dimensi

milik bersama yang dipelajari suatu kelompok pada saat memecahkan

masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah cukup berhasil

sehingga dianggap tidak berubah dan, kerena itu, akan diajarkan kepada

anggota kelompok baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsi, berpikir,

dan merasa dalam menghadapi masalah serupa.95 Sejumlah dimensi penting

tersebut memang sering tidak diucapkan tetapi dimiliki bersama oleh anggota-

anggota suatu komunitas.

Djokosantoso Moeljono, dengan mengutip Kotter dan Heskett,

mengemukakan bahwa budaya perusahaan memiliki dua tingkat.96 Pada

tingkat yang lebih dalam dan kurang dapat diamati (abstrak), budaya diartikan

sebagai nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota di dalam suatu

kelompok dan cenderung untuk menetap bahkan meskipun anggota-anggota

kelompok telah berganti. Pada tingkat yang lebih dapat diamati (konkret),

budaya menggambarkan pola perilaku atau gaya kerja di suatu perusahaan

yang secara otomatis dianjurkan oleh karyawan lama untuk diikuti rekan-

94 Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture Sebagai Inti Dasar Good Corporate Governance, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo ,Kelompok Gramedia, Januari 2006), hal. 40.

95 Ibid. 96 Jokosantoso Moeljono mengutip pendapat Kotter, J.P. and Heskett, Corporate Culture and

Performance. (New York: The Free Press A Division Simon & Schuster Inc. 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Conflict of Interests

rekan kerja mereka yang baru. Budaya tingkat ini lebih mudah untuk diubah

dibandingkan dengan budaya pada tingkat yang lebih dalam.

Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai

suatu sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang

dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan,

berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku dalam

organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.97

Sedangkan good corporate culture (GCC) adalah “suatu kondisi di mana

suatu organisasi atau perusahaan sudah mempunyai sistem nilai-nilai yang

unggul, serta telah diyakini oleh semua anggota organisasi, diterapkan dan

dikembangkan secara berkesinambungan, dan secara sadar menjadi sistem

perekat, untuk dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.98 Dalam hal ini, hubungan antara GCG

dengan GCC sangat erat, dimana GCC merupakan sisi dalam atau hulu dari

GCG itu sendiri.

Kalau dikaji secara lebih mendalam, menurut Martin Hann, ada 10

(sepuluh) parameter budaya perusahaan yang baik99 :

1. Pride of the organization: Employees defend their company against unjustified critique and they say that they like working for their company;

97 Ibid, hal. 67. 98 Ibid., hal. 71. 99 Lihat http://ezinearticles.com/?Ten-Parameters-of-Good-Corporate-Culture&id=119152,

diakses pada tanggal 1 Februari 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Conflict of Interests

2. Orientation towards (top) achievements: ‘In our company, every-body tries to do a better job’ and ‘our company is number one and that should stay so’;

3. Teamwork and communication: Employees listen well and try to understand the ideas/opinions of others and employees and managers really try to help each other;

4. Supervision and leadership: Managers are really interested in the problems of others and it is customary to ask help when needed;

5. Profit orientation and cost awareness: All expenditures are evaluated if they are effective or not and all members are strongly thinking about profit;

6. Employee relationships: Employees are not trying to better themselves from the mistakes of other employees and new employees are accepted quickly;

7. Client and consumer relations: Everything is oriented towards a better service for the customer;

8. Honesty and safety: Safety rules are strictly implemented and everybody sees company properties as being sacred;

9. Education and development: Everybody supports education and training programs and the company really tries to develop its employees;

10. Innovation: Systems and procedures are constantly being pursued and new ideas are always welcome.

Selanjutnya untuk dapat mengembangkan suatu budaya perusahaan

yang baik, John Nesheim berpendapat sebagai berikut100 :

“A startup is a series of progressive accomplishments and milestones one after the other and if all you do is work, good, you got that done. You soon get a work culture and not a fun culture and you have to have some joy in order to make an adventure out of it and we found in startups that when it’s not an adventure, it’s just work and that’s no fun. Then you should just quit and go away. So the culture is a place I want to go to, to work and the

100 Lihat http://www.allbusiness.com/interview/12274657-1.html, diakses pada tanggal 2

Februari 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Conflict of Interests

culture is made up of people who share similar values and ideas. The famous Google statement, don’t do evil is a simple oversimplification of what they’ve done with their culture and many other companies have as well. I just read another one the other day that was entirely different but it was clear the CEO was focused on that’s the kind of culture I want. So articulate it in writing, short as possible, the principles that make it very important to you as leader and then find people that are willing to share that and work on it and reinforce it. You hire people that share values and operate on those principles and the culture like yeast then begins to grow and we get a good culture”.

Pada dasarnya setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang

dibuat oleh para leluhur dan diturunkan secara turun temurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya untuk dianut dan dilestarikan bersama.101

Dalam hubungan ini, perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari

banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang

yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.

Dengan demikian suatu perusahaan terdiri dari individu dengan kultur bawaan

yang berbeda-beda. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah

mereka yang beragam itu bersama-sama mencapai satu tujuan perusahaan

dengan cara saling memahami, membantu, dan mengerti satu sama lain?

Dengan cara yang tepat, jawabannya pasti bisa, karena perusahaan seperti

juga halnya lingkungan tempat tinggal, pasti memiliki budaya yang

101 Secara ringkas pengertian “budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan,

pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut”. Lihat AIMS Consultant, http://www.aimsconsultants.com/html/article1.html, diakses pada tanggal 2 Februari 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Conflict of Interests

dirumuskan oleh para pendiri dan top manajemen perusahaan dan dianut oleh

setiap komponen perusahaan.102

Sehubungan dengan itu, keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun

motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas

yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses,

tetapi manfaat yang akan diperoleh dari unsur-unsur tersebut belum maksimal

apabila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya

yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka

memiliki persepsi yang sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat

membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya

berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan demikian

budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk

dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan

perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya.

Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan

rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah

terjadi, maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan

seperti ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para

karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu mengakomodasi perubahan

dalam perusahaan ke arah yang positif.103

102 Ibid. 103 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Conflict of Interests

Sebagaian besar perusahaan-perusahaan dunia yang sukses adalah

perusahaan yang memiliki ”budaya kerja yang kuat”. Terlepas dari nilai-nilai

positif dan luhur yang terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud

”budaya kerja yang kuat” adalah seluruh komponen perusahaan mengamalkan

nilai atau norma yang telah ditetapkan bersama sebagai sebuah budaya dengan

komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali. Tanpa adanya kata atau kalimat yang

menegaskan mengenai budaya yang dianut perusahaan, akan menyulitkan

para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk itu perlu adanya sebuah

pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya perusahaan yang

mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian spesifik mengenai tujuan

perusahaan, dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan kata lain, pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah

pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi.

Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan

nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan

visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan

bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan

mengimplementasikannya kedalam usaha-usaha pencapaian tujuan

perusahaan.104

104 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Conflict of Interests

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Kotter dan Heskett,

ternyata terdapat korelasi yang positif di antara penerapan budaya perusahaan

dengan prestasi bisnis yang dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang

cukup panjang. Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki

peranan penting dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para

karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan.105

Visi dan misi suatu perusahaan agar dapat membentuk corporte culture

yang unggul haruslah mempunyai kriteria:

Pertama, visi-misi harus diungkapkan dalam satu atau dua kalimat

saja. Taburan aneka kalimat seperti yang selama ini dilihat pada visi-misi

perusahaan justru mengaburkan esensinya. Bahkan, tidak jarang lantaran

sangat panjangnya kalimat visi-misi, seluruh karyawan kesulitan untuk

menghafalnya. Kita tahu, hafal sebuah visi-misi merupakan langkah awal

bagi implementasinya.

Kedua, visi-misi harus dapat dimengerti oleh karyawan tingkat bawah

sampai eksekutif. Hal demikian menjadi wajar mengingat yang melaksanakan

visi-misi itu seluruh warga organisasi, walaupun masing-masing warga

organisasi mempunyai tanggung jawab dan hak yang berbeda sesuai dengan

wewenang dan jabatannya. Jangan sampai visi-misi cuma mentok dimengerti

sampai level manajer, sementara level supervisor apalagi staf tidak mengerti

105 Moeljono ; loc. cit hal 53

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Conflict of Interests

sama sekali esensi dari visi-misi tersebut. Bagaimana visi-misi akan berjalan

dengan sempurna manakala orang-orang yang ada di lapangan (supervisor dan

staf) sama sekali tidak mengerti esensinya?

Ketiga, visi-misi harus mampu menggetarkan hati seluruh warga

organisasi. Visi-misi bukanlah sebatas kata-kata indah yang menarik untuk

ditempel-tempel di dinding kantor. Juga bukan sekedar retorika para petinggi

perusahaan untuk menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan

bersangkutan memiliki visi-misi yang menawan. Visi-misi ini harus mampu

membuat seluruh warga organisasi bergetar ketika mengucapkannya.

Soekarno dengan visinya yang luar biasa “Indonesia merdeka!” membuat

seluruh rakyat bersedia berdiri di belakang sosok Bung Karno mengejar visi

bersama.106

B. Praktik GCG di Dunia Internasional

Corporate governance telah menjadi pokok bahasan penting para pelaku

bisnis di seluruh dunia menyusul adanya, antara lain, desakan dari Institutional

Investors, NGOs (non-governmental organizations), dan media masa agar perusahaan

menerapkan GCG.107

106 A.M. Lilik Agung, Visi dan Misi yang Kuat, Corporate Culture, Challenge to Excellence, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo Gramedia 2007), hal. 91-92 107 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, Komisaris Independen - Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia 2004), hal. 13-23, menguraikan Kejayaan Korporasi (The Triumph of the Corporation), OECD Corporate Governance Principles, Corporate Governance Framework and Corporate Governance di Jerman, Perancis dan Jepang.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Conflict of Interests

Corporate governance telah berkembang sejak peradaban manusia mengenal

korporasi. Dengan kata lain, corporate governance dalam praktik bukanlah sesuatu

yang baru. Namun beberapa perkembangan terakhir telah mendorong sentralisasi isu

corporate governance secara signifikan antara lain sebagaimana diindikasikan

berbagai hal berikut ini.

1. Kejayaan Korporasi (The Triumph of the Corporation)

Kejayaan korporasi telah diekspresikan dalam bentuk privatisasi

secara luas. Pemerintah meminimalkan perannya dalam perekonomian. Program

privatisasi yang dikembangkan adalah untuk menaruh kepercayaan penuh terhadap

kejayaan korporasi tanpa campur tangan pihak pemerintah misalnya

privatisasi terhadap beberapa perusahaan milik negara (BUMN) menjadi

korporasi swasta. Korporasi diharapkan dapat menjadi prime driver bagi

pertumbuhan ekonomi. Menuju kearah korporasi yang mandiri tersebut diperlukan

mekanisme corporate governance yang mampu menjawab kepentingan setiap

stakeholders. Kejayaan korporasi seperti di Inggris dan Perancis serta korporasi yang

sedang bertumbuh seperti Eropa Timur, Asia dan Amerika Selatan semakin

mendorong korporasi untuk memiliki corporate governance yang memadai, sehingga

mereka sebagai prime drivers pertumbuhan ekonomi dapat beroperasi dan

bertumbuh kembang secara bertanggung jawab melalui pengelolaan yang

bertanggung jawab dan transparan terhadap stakeholders.

Menurut Zulkarnain Sitompul bahwa konsentrasi kepemilikan

perusahaan di Indonesia, baik milik pemerintah (BUMN) maupun perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Conflict of Interests

milik swasta, telah menimbulkan permasalahan yang cukup rumit dan

signifikan, terutama dalam kaitannya dengan efektivitas pengawasan internal

dan eksternal. Oleh sebab itulah program privatisasi di Indonesia pada

tahapan selanjutnya harus diartikan sebagai upaya untuk menghilangkan

kosentrasi kepemilikan perusahaan, baik oleh negara melalui pengelolaan

pemerintah maupun pihak swasta. Tujuannya adalah agar program privatisasi

bukan semata-mata merupakan pengalihan konsentrasi kepemilikan

perusahaan, “oleh pemerintah menjadi oleh swasta”.108

Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem pengelolaan perusahaan,

efektifitas pengawasan sangat terkait erat dengan bentuk dan struktur kepemilikan

perusahaan. Bentuk dan struktur kepemilikan perusahaan merupakan bagian

penting dalam upaya mewujudkan perusahaan yang sehat dan efisien. Konsentrasi

kepemilikan perusahaan memungkinkan timbulnya campur tangan pemilik secara

berlebihan dalam pengurusan dan pengelolaan perusahaan. Hal ini antara lain

mengakibatkan fungsi pengawasan internal menjadi kurang berfungsi. Misalnya,

komisaris yang fungsinya sebagai pengawas perusahaan menjadi tidak efektif,

padahal komisaris memiliki peran strategis dalam pengawasan jalannya suatu

perusahaan. Inefisiensi dan ketidaksehatan suatu perusahaan antara lain disebabkan

oleh dominasi pemilik sehingga komisaris bersikap pasif dalam melakukan

pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Agar gagasan tentang penyebaran

108 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, (Bandung: Books Terrace & Limbrary,

2005), hal. 130-131.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Conflict of Interests

kepemilikan saham dengan cara pemecahan “kepemilikan terkonsentrasi” itu

menjadi “kepemilikan tersebar” dapat diwujudkan maka dibutuhkan prasyarat dan

kondisi sebagai berikut109 :

1. Tersedianya perangkat hukum yang memberikan perlindungan kepada

pemegang saham minoritas.110 Studi empiris menunjukkan bahwa

tingkat proteksi yang diberikan oleh sistem hukum suatu negara

kepada outside investor berdampak signifikan terhadap regim

pengelolaan perusahaan di negara tersebut. Proteksi hukum yang kuat

bagi pemegang saham minoritas berkaitan erat dengan banyaknya

jumlah perusahaan yang tercatat di bursa efek, lebih bernilainya pasar

modal, lebih rendah manfaat kontrol pribadi dan lebih terpecahnya

kepemilikan saham. Singkatnya, konsentrasi kepemilikan perusahaan

adalah konsekuensi dari lemahnya perlindungan hukum bagi

pemegang saham minoritas. Oleh sebab itu pemberian perlindungan

109 Ibid, hal. 17-19. 110 Dapat dikatakan bahwa konsekuensi dari pencantuman kata “melindungi” dalam UUD

1945 pada hakikatnya “memberikan dasar yang paling kuat bagi negara untuk menjalankan tugasnya melindungi segenap bangsa Indonesia, melindungi warganya dari tindakan-tindakan yang tidak adil, karena kekerasan dan kezaliman termasuk perbuatan melanggar hukum yang dapat merugikan kepentingan anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, negara Indonesia yang diwajibkan oleh konstitusi untuk melindungi segenap bangsa Indonesia (sebagaimana ternyata dalam konteks umum UUD 1945), harus konsekuen dan konsisten menegakkan dan mengaplikasikan hukum. Artinya, negara wajib melindungi segenap anggota masyarakat yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak yang lemah, termasuk Pemegang Saham Minoritas dalam Perseroan Terbatas (PT). … UUD 1945 sebagai hukum dasar yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi dari peraturan lainnya telah menandaskan dengan tegas, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia. Segala macam produk hukum yang ada di bawahnya harus tunduk pada UUD 1945 tersebut”. Lihat Misahardi Wilamarta, Op. Cit., hal. 225-226.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Conflict of Interests

hukum bagi pemegang saham minoritas merupakan prasyarat untuk

menciptakan sistem kepemilikan perusahaan yang tersebar (disperse).

2. Adanya sistem peradilan yang efisien. Investor asing dan domestik

akan merasa terlindungi apabila kegiatan ekonomi didukung oleh

sistem peradilan yang efisien, sehingga mereka tertarik untuk

membeli saham yang ditawarkan dengan harga pasar. Kuatnya

permintaan investor pada gilirannya mendorong pemilik saham

mayoritas untuk menjual sahamnya pada masyarakat luas. Namun

apabila hakim korup atau pengadilan tidak memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan sengketa dengan cepat, maka investor akan

kurang percaya terhadap perlindungan yang diberikan oleh hukum.

Dan apabila hukum demikian lemahnya sehingga kontrak sederhana

saja tidak dapat ditegakkan, maka membangun suatu corporate

institution yang kompleks akan sangat sulit dilakukan. Namun

apabila sistem peradilan sudah berjalan baik, maka aturan hukum

akan dapat secara potensial melindungi pemegang saham minoritas

dari perlakuan sewenang-wenang orang dalam atau pengelola

perusahaan.

3. Efektifnya pengawasan internal dan eksternal. Institusi pengawas

harus mampu mendeteksi secara dini terjadinya salah kelola atau

perbuatan-perbuatan curang yang dilakukan pengelola

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Conflict of Interests

perusahaan.111 Di samping itu kemampuan menjatuhkan sanksi

tegas haruslah dimiliki oleh institusi pengawas. Deteksi dini

diperlukan untuk meminimalkan kerugian akibat terjadinya salah

kelola dan atau perbuatan curang dalam pengelolaan perusahaan.

Dengan adanya prasyarat dan kondisi seperti yang dikemukakan di

atas, maka gagasan tentang penyebaran kepemilikan saham dengan cara

pemecahan “kepemilikan terkonsentrasi” itu menjadi “kepemilikan tersebar”

dapat terlaksana untuk menciptakan BUMN yang sehat dan efisien sehingga

amanat UUD 1945 yaitu penerapan secara nyata sistem ekonomi yang

berkeadilan (demokrasi ekonomi)112 untuk merealisikan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat Indonesia.

111 Perbuatan curang dalam pengelolaan bank BUMN bisa saja terjadi karena pengawasan

internal perusahaan yang sangat lemah. Dalam hal ini Kwik Kian Gie pernah mengemukakan, bahwa “pengucuran kredit sampai jumlah yang tidak masuk akal besarnya oleh bank BUMN kepada usaha besar didasarkan korupsi, yaitu bahwa pribadi pimpinan bank mengucurkan kredit karena mendapatkan komisi yang terkenal dengan istilah kick back commission. Ada juga persekongkolan bahwa Direktur bank BUMN mempunyai saham dalam perusahaan debitur, walaupun tidak atas namanya. Dengan demikian dikesankan bahwa perusahaan besar dianakemaskan, karena memperoleh kredit dengan sangat mudah dalam jumlah besar. Contohnya adalah Eddy Tansil yang memperoleh kredit hampir 1 triliun tanpa mempunyai pembukuan. Pembukuannya ada di dalam ingatan istrinya”. Kompas, 16 Nopember 1998.

112 Menurut Tadjuddin Noersaid (mantan Anggota Komisi APBN DPR) bahwa “program demokrasi ekonomi itu mustahil bisa tercapai, kalau sistem politik dan sistem hukum tidak ditata (diperbaiki) untuk mendukung program demokrasi ekonomi. Pengalaman masa lalu telah membuktikan, meskipun sudah ada UU yang membatasi praktek monopoli dalam bidang industri, tetapi dalam pelaksanaannya program itu tidak tercapai. Konglomerasi terjadi dimana-mana. Mengapa ini bisa terjadi? Karena sistem politik yang terlalu sentralistik, lemahnya kontrol DPR dan tidak adanya kepastian (wibawa) hukum akibat intervensi kekuasaan. Jadi, meski telah ada ketentuan yang mengatur pemusatan ekonomi atau persaingan usaha yang tidak sehat, kalau sistem politik dan hukum tidak menunjang, semua ini tidak mungkin bisa diharapkan. … Dalam mengatur semua pelaku ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, tidak bisa dipertentangkan satu sama lain. Sebaliknya, semua pelaku harus ditata secara baik. Dalam hal ini, pemerintah menjadi kunci dalam mengatur

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Conflict of Interests

2. OECD Corporate Governance Principles

Code yang dirumuskan oleh Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) yang berpusat di Paris menawarkan corporate

governance framework sebagai berikut: 113

1) Hak-hak dan perlindungan terhadap pemegang saham.

Pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu yang harus dilindungi oleh

hukum dan perusahaan. Hak-hak dasar pemegang saham meliputi hak

untuk memperoleh perlindungan kepemilikan sahamnya secara aman,

mentransfer sahamnya, memperoleh informasi perusahaan secara berkala

dan tepat waktu, berpartisipasi dalam rapat umum pemegang saham

(RUPS), dan dapat memilih direksi dan komisaris, serta berhak atas

keuntungan perusahaan sesuai dengan porsi kepemilikannya.

2) Tanggung jawab pemegang saham

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham memiliki hak dan tanggung

jawab terhadap perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pelaksanaan hak dan tanggung jawab pemegang saham tersebut harus

semua pelaku ekonomi tersebut melalui perpajakan atau skema pembatasan kegiatan usaha bagi usaha kecil, menengah dan besar”. Lihat Kompas, 11 Nopember 1998.

113 Etty Retno Wulandari, Good Corporate Governance: Konsep, Prinsip dan Praktik; LKDI, (Jakarta 2009), hal 34-36, menguraikan tentang Hak-hak dan perlindungan Pemegang saham, Tanggung jawab pemegang saham, Hak-hak stakeholders, Pengungkapan dan transparansi, Peran dan struktur Dewan.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Conflict of Interests

memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Begitu pula perusahaan

harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab para

pemegang saham.

3) Hak-hak stakeholders

Kerangka corporate governance harus mengakui hak-hak pemangku ke

pentingan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Apabila hak-hak tersebut dilanggar, perusahaan harus

memastikan bahwa pemangku kepentingan akan memperoleh

penggantian. Perusahaan juga harus mendorong kerja sama aktif antara

perusahaan dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan

kesejahteraan dalam rangka menjaga keberlangsungan perusahaan.

Pemangku kepentingan juga harus memiliki akses terhadap informasi

yang relevan. Ketersediaan mekanisme bagi para pemangku kepentingan

untuk menyuarakan pendapatnya harus disediakan perusahaan termasuk

hak- hak kreditur juga dapat dilaksanakan.

4) Pengungkapan dan transparansi

Keterbukaan informasi perusahaan secara akurat dan tepat waktu harus

dilakukan dan mencakup informasi mengenai kinerja keuangan

perusahaan, transaksi benturan kepentingan, pengelolaan risiko, struktur

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Conflict of Interests

pengelolaan dan kebijakan perusahaan, khususnya tentang prinsip

corporate governance. Laporan keuangan harus diaudit oleh auditor

independent, kompeten dan memiliki kualitas yang tinggi.

5) Peran dan struktur dewan

Pengurus perusahaan harus bertindak berdasarkan informasi yang cukup,

dengan niat baik dan semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Pengurus perusahaan juga harus memperlakukan semua pemegang

saham secara setara dan berdasarkan standar etika. Pengurus perusahaan

harus melakukan berbagai fungsi penting seperti antara lain menelaah

dan memutuskan strategi pengelolaan perusahaan, menyusun

perencanaan, kebijakan pengelolaan risiko, menyusun anggaran serta

menerapkannya dan mengawasinya, memonitor dan mengelola

kemungkinan timbulnya benturan kepentingan diantara pengurus,

pemegang saham, dan karyawan.

OECD principles ini telah diterima secara global sebagai dasar

umum corporate governance yang mengatasi berbagai perbedaan

kepentingan, praktik, diimplementasikan dengan baik sebagai pedoman

praktis untuk membantu Dewan Komisaris dan Direksi (corporate boards),

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Conflict of Interests

sehingga perusahaan dapat beroperasi secara efisien, dan bersaing secara

efektif untuk menarik investor.

3. Corporate Governance Framework

Walaupun setiap negara memilik corporate governance code masing-

masing, pada prinsipnya ada beberapa aspek universal corporate governance

framework yang terdapat di masing-masing code tersebut, meliputi114:

a. Tujuan korporasi (corporate objective).

Korporasi sudah seharusnya berusaha menjamin kelangsungan

hidup bisnisnya dalam jangka panjang dan mengelola hubungan

dengan stakeholders secara efektif, tercermin pada:

(1) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen

risiko; (2) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi

pemegang saham; (3) Terlindungnya kepentingan pemangku

kepentingan secara wajar; (4) Terlaksananya suksesi kepemimpin-

an yang wajar demi kesinambungan manajemen di semua lini

organisasi.115

Korporasi seharusnya mengungkapkan informasi dengan akurat,

memadai, dan tepat waktu yang juga bersikap transparan terhadap

114 Antonius Alijoyo-Subarto dan Zaini, Op.cit, hal 16

115 Tujuan Korporasi merupakan tanggung jawab bersama Organ Perusahaan dimana Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada terlaksananya kontrol internal dan manajemen risiko, imbal hasil (return) optimal, terlindungnya kepentingan Stakeholder, dan suksesi kepemimpinan yang wajar. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, (Jakarta 2006), hal. 12

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Conflict of Interests

investor tentang akuisisi, hak dan kewajiban kepemilikan, serta

penjualan saham.

Membangun landasan kerja yang kuat bagi manajemen perusahaan

dan Board of Directors (Establish solid foundation for

management and oversight by the Board). Agar dapat mencapai

tujuan bisnis mereka secara berhasil perusahaan wajib membangun

kesadaran para anggota manajemen atas hak dan tanggung jawab

mereka. Board of Directors wajib menghayati dan melaksanakan

hak mereka mengendalikan dan mengawasi kegiatan bisnis

perusahaan.116

Mengembangkan kebiasaan mengambil keputusan yang etis dan dapat

dipertanggung jawabkan (Promote ethical and responsible decision

making). Kebiasaan tersebut wajib dimulai dari tingkat atas dalam

organisasi perusahaan.

Menyadari adanya resiko bisnis dan mengelolanya secara professional

(Recognise and manage risk). Perusahaan yang ditata kelola secara

sehat menyusun prosedur mengevaluasi resiko bisnis dan investasi

yang mungkin akan mereka hadapi. Mereka mengelola resiko bisnis

secara professional.

116 Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, Op. cit, hal. 14

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Conflict of Interests

Mendorong peningkatan kinerja pengurus dan menajemen perusahaan

(Encorage enhanced performance).117

b. Hak Suara (voting right).

Pemegang saham biasanya mengeluarkan satu suara untuk satu saham

Korporasi seharusnya menjamin hak pemilik untuk memberikan

suara. Regulator seharusnya menfasilitasi hak memberikan suara dan

mewajibkan adanya disklosur yang terkait dengan proses

pengambilan putusan yang tepat waktu.

c. Non-executive corporate board.

Terdapat desakan yang kuat agar board melibatkan non-executive

yang independen dalam jumlah dan kompetensi yang memadai. Non-

executive yang independen sebaiknya tidak kurang dari 2 (dua)

anggota (tergantung besaran board) dan sama banyaknya dengan

substantial majority. Komite Audit, Komite Remunerasi, dan Komite

Nominasi sebaiknya mayoritas beranggotakan non-executive yang

indepeden.

d. Kebijakan remunerasi korporasi (corporate remuneration policies).

Dalam setiap laporan tahunan korporasi seharusnya mengungkapkan

(disclose) kebijakan board tentang remunerasi sehingga investor

117 Ibid, hal 15

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Conflict of Interests

dapat memutuskan apakah praktik dan kebijakan remunerasi tersebut

telah sesuai dengan standar, kepatuhan, dan kepantasan.

e. Fokus strategik (strategic focus).

Modifikasi strategik yang penting bagi bisnis utama (core business)

seharusnya tidak dibuat bila modifikasi yang diusulkan tidak disetujui

shareholders. Demikian juga bila terjadi perubahan penting korporasi

yang mendasar dan secara material berpengaruh melemahkan ekuitas

atau mengikis economic interest atau hak kepemilikan saham dari

shareholders yang ada.

f. Kinerja operasional (operating performance).

Corporate governance framework seharusnya memfokuskan

perhatian board pada hal-hal yang berkaitan dengan mengoptimalkan

kinerja perusahaan.

g. Shareholders returns corporate governance framework.

Shareholders returns corporate governance framework seharusnya

memfokuskan perhatian board pada mengoptimalkan return

kepada shareholders.

h. Corporate citizen.

Korporasi harus taat kepada berbagai peraturan dan ketentuan

hukum yang berlaku pada wilayah hukum dimana korporasi

tersebut beroperasi.

i. Implementasi corporate governance

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Conflict of Interests

Apabila di suatu negara telah ada code yang menjadi rujukan atau

pedoman praktik good corporate governance (GCG), maka code

tersebut harus diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut.

4. Penerapan Corporate Governance di Beberapa Negara

a. Jerman

Praktik bisnis di Jerman menggunakan kerangka kerja institusi

dengan berbasis two-tier board system. Semua public limited company

(AG) dan private limited company (GmbH) yang memilik karyawan

lebih dari 500 orang mempunyai supervisory board (aufsichtstrat) dan

executive board merupakan bagian yang sah dalam perusahaan untuk

melakukan pertemuan dalam rapat tahunan.118

Supervisory board pertama kali ditunjuk oleh pendiri, dan

selanjutnya oleh rapat pemegang saham. Sepertiga (untuk perusahaan

kecil) sampai setengah (untuk perusahaan dengan karyawan lebih dari

2000 orang) anggota supervisory board dipilih oleh karyawan, dan

sisanya oleh shareholders.

Supervisory board secara umum terdiri dari penasihat-

penasihat profesional korporasi seperti pengacara, akuntan, perwakilan

dari bank, dan perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan 118 Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Log. Op. cit, hal. 17.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Conflict of Interests

bisnis dengan korporasi. Shareholders dapat mengganti supervisory

board setiap saat dengan mayoritas ¾ suara. Periode penugasan

supervisory board maksimal 4 tahun dengan remunerasi yang

ditentukan oleh perusahaan dan disetujui oleh rapat umum. Executive

board ditunjuk oleh supervisory board dengan periode maksimum 5

tahun.119

Perencanaan strategik, pengawasan bisnis sehari-hari dan

kajian atas kinerja perusahaan merupakan kompetensi executive board,

tetapi keputusan penting tetap berada di tangan supervisory board

yang memilik hak veto. Pada praktiknya, pemisahan dua Dewan tidak

dipertahankan dengan kaku, misalnya anggota supervisory, yang

berasal dari perwakilan bank dapat melakukan persetujuan langsung

dengan executive board. Dan terkait isu yang sangat penting, seperti

takeovers, suatu komite informal terdiri dari supervisory board dan

executive board dapat dibentuk.

Seperti negara-negara lain, German juga memiliki Governance

Code. Praktik governance di Jerman saat ini karena kurangnya

disclosure masih dianggap menjadi hambatan yang signifikan bagi

119 Di Indonesia berdasarkan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 121, menegaskan bahwa dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan Komisaris dapat membentuk komite yang antara lain komite audit, komite remunerasi, nominasi, yang anggotanya seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris; Di dunia perbankan telah diatur lebih detail dengan dilengkapi dengan komite pemantau risiko. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 Pasal 39 ayat (1), anggota Komite pemantau risiko paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen sebagai Ketua, seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian dibidang keuangan, dan seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Conflict of Interests

masuknya investor institusi internasional, sedangkan perusahaan-

perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana

investasi dari para investor global tersebut.

Pada Januari 2000, Jerman mengakomodir tekanan

internasional dan menghasilkan corporate governance code yang

menjadi pedoman nasional mereka. Suatu diskusi panel yang terdiri

dari perwakilan perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil,

pengacara, investor individu dan institusi menghasilkan suatu code

yang fokus pada disklosur yang telah disempurnakan, kemudian voting

(pemberian suara), pembayaran atas kinerja dan profesionalisme

supervisory board, serta perlindungan hak-hak pemegang saham

minoritas. Rekomendasi atau saran hasil German Corporate

Governance Code yang sudah secara luas dipraktikkan adalah

pemberdayaan supervisory board, yang bekerja secara profesional,

dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham.

b. Perancis

Manajemen pada perusahaan di Perancis berkuasa secara

ekstrim, le president directeur-general (PDG) bebas melakukan

pengendalian atas perusahaan. Satu orang menentukan strategi

perusahaan, menjalankannya, dan mengendalikannya, tanpa counter

power dari board of directors. Dalam pembentukan board system,

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Conflict of Interests

terdapat aturan legal yang kompleks yang mempengaruhi struktur dan

komposisi board.120

Perusahaan Perancis bisa memilih di antara 2 metode board

governance yaitu bisa mengambil suatu unitary boardroom structure

(seperti Anglo Saxon one-tier board system) atau two-tier board

seperti pada perusahaan Jerman.

Dalam praktik, kebanyakan perusahaan di Perancis memilih

one-tier board system dalam sistem governancenya.

Perancis melancarkan reformasi corporate governance melalui

code of best practices yang dikeluarkan tahun 1995 (Vienot I) dan

1999 (Vienot II), diketuai oleh Marc Vienot. Di bawah Undang-

undang Perancis, Perusahaan dapat memilih one-tier board system

dengan mengkombinasikan Chair & Chief Executive Officer, atau two-

tier structure, memiliki manajemen dan supervisory board yang

terpisah dan juga memisahkan antara Chairman dan CEO.

Laporan Vienot I memfokuskan rekomendasinya pada

komposisi, fungsi, dan kewajiban board of directors perusahaan-

120 Menyimak UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, baik yang berbentuk Persero

maupun Perum keduanya menganut two tier system, yang berdasarkan Pasal 19 menyebutkan, dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi wajib mencurahkan tenaga pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan perusahaan, sedangkan Pasal 31 menegaskan Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi; khusus bagi Perum tugas pengawasan dan memberi nasihat terhadap Direksi dilakukan oleh Dewan Pengawas (Pasal 60). Demikian juga dengan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 92, tugas kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi; sedangkan tugas mengawasi dan memberi nasihat kepada Direksi dilakukan oleh Komisaris. (Pasal 108)

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Conflict of Interests

perusahaan publik Perancis. Sementara disamping mengulangi

berbagai rekomendasi pada Vienot I, Vienot II merekomendasikan

agar perusahaan-perusahaan publik Perancis lebih memperhatikan

masalah independensi dari board of directors. Laporan Vienot II juga

mengusulkan beberapa reformasi yang signifikan berkaitan dengan

kegiatan operasi Dewan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pada tingkat Dewan.121

Vienot II misalnya merekomendasikan agar sedikitnya 1/3

komite audit dan 1/3 komite nominasi adalah independent directors

(atau Komisaris Independen). Selain itu Vienot II juga

merekomendasikan agar laporan tahunan mengungkapkan kompensasi

yang diterima manajemen.

Bouton report merupakan reaksi terhadap skandal Enron dan

Vivendi Universal. Laporan setebal 25 halaman ini dikeluarkan pada

tanggal 23 September 2002, berisi penekanan yang lebih keras

terhadap pentingnya independensi board of directors, peran komite-

komite, dan independensi board of directors, peran komite-komite,

dan independensi auditor serta transparansi dan kebenaran informasi

finansial.

121 Robert A.G. Monks and Nell Minow, Corporate Governance (Blackwell Publishing 2004)

hal.335

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Conflict of Interests

c. Jepang

Board of directors yang dipilih oleh shareholders menentukan

semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk eksekutif

perusahaan yang mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut.

Pada praktiknya yang berlaku umum saat ini, corporate board di

Jepang mewakili kepentingan perusahaan122

Dua hal yang muncul dari praktik governance tersebut adalah:

(i) hampir semua direktur merupakan senior manajer atau mantan

karyawan perusahaan. Hampir 80% korporasi di Jepang tidak

mempunyai anggota Dewan dari luar. Jikapun ada, tidak lebih 2 orang;

dan (ii) Shareholders merupakan pemilik pasif. Komposisi pemegang

saham biasanya didominasi business partner dan investor institusi

dengan membentuk block of friendly serta stable shareholders (60%-

80%), sedangkan individual hanya sebagai pemegang saham

minoritas.

Institutional investors cenderung tertarik pada long-term

capital gain, sehingga pada banyak kasus, stable shareholders tidak

tertarik berpartisipasi pada manajemen perusahaan, melainkan pada

seluruh kesehatan dan pertumbuhan perusahaan. Hubungan bisnis

antara pemerintah dan korporasi Jepang sangat erat dan bersahabat.

Ikatan yang lebih kuat terjadi dengan memberi posisi kepada birokrasi 122 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, op. cit., hal. 21

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Conflict of Interests

yang telah pensiun pada suatu perusahaan dengan proses yang telah

diatur terlebih dahulu.

Otoritas Board dan Peran Manajemen Korporasi Jepang secara

teoritis, board of director harus melakukan pengawasan terhadap

manajemen. Manajemen bertanggung jawab kepada dewan, sehingga

fungsi kontrol dan manajemen merupakan hal yang terpisah. Dalam

praktiknya, fungsi kontrol dan manajemen dipadupadankan pada

korporasi Jepang.

Board of authority dipusatkan pada senior board members,

biasanya mewakili direksi (the company president dan bawahannya

langsung). Senior board members tidak mempunyai tanggung jawab

individual, tetapi sebagai suatu kelompok dengan membentuk the

management committee atau operating committee. The chairman of

the board seringnya merupakan the company president yang telah

pensiun atau pegawai pemerintah yang telah pensiun yang fungsi

utamanya mempertahankan jaringan hubungan pribadi dengan

pegawai pemerintah. Formal authority dipegang oleh the company

president dan dewan direktur. Real authority dipegang oleh the

company president dan the operating committee.

Corporate Governance Forum of Japan mengeluarkan

corporate governance code pada bulan Mei 1998. Forum ini terdiri

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Conflict of Interests

dari eksekutif, akademisi, pengacara, dan perwakilan shareholders.

Shareholders, penyedia equity capital, diberi posisi istimewa.123

Forum membuat beberapa rekomendasi yang memberi

perubahan penting bagi corporate governance di Jepang.

Rekomendasi-rekomendasi tersebut antara lain: (i) mengharuskan

lebih banyak outside directors dalam keanggotaan dewan; (ii)

mengharuskan dibentuknya Komite Audit, Komite Remunerasi, dan

Komite Nominasi yang independen.

Dalam pelaksanaannya, Corporate Governance Forum of

Japan sendiri yang memonitor kemajuan dan mendesak Tokyo Stock

Exchange untuk menyertakan the code dalam daftar aturan listing

(listing rules).

d. Temasek Holdings Pte Ltd - Singapura

Temasek Holdings didirikan pada tahun 1974 mengelola investasi

dan saham di dalam perusahaan yang sebelumnya dipegang oleh Menteri

Keuangan Singapura.124 Hal ini menandai pemisahan yang jelas antara

peran pemerintah Singapura sebagai pembuat kebijakan dan regulator

pasar, dengan peran Temasek sebagai sebuah institusi investasi komersial

123 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, op. cit., hal. 3. 124 Lihat Temasek Review 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Conflict of Interests

dengan mandat untuk menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan bagi

para pemegang saham.

Misi Temasek adalah untuk menciptakan dan memaksimalkan

peran pemegang saham sebagai Investor aktif dan pemegang saham dari

sebuah perusahaan yang sukses. Adapun nilai-nilai, berpedoman pada:

1) Meritokrasi ( Meritocracy)

Penilaian kehormatan karyawan berdasarkan pada kontribusi

dan prestasinya, yaitu : keunggulan (excellence), menghargai

karyawan (respect for people), integritas (integrity), inovasi

(innovation), dan kerjasama tim (teamwork).

2) Membangun masa depan bersama.

Sejak 2003 telah mengalokasikan sejumlah keuntungan ekonomi

perusahaan untuk diinvestasikan kembali ke dalam komunitas

yang lebih luas di Asia. Secara khusus, perusahan telah

mendonasikan sumbangan awal sebesar S$ 500 juta ke Temasek

Trust untuk mendukung harapan kesempatan yang lebih baik

bagi masa depan bersama di Asia. Di antara penerima dana

adalah Temasek Foundation dengan mandat Pan Asia untuk: (i)

membangun masyarakat melalui layanan kesehatan, pendidikan,

dan penelitian; (ii) membangun jembatan antara anggota

masyarakat; (iii) membangun lembaga unggul melalui tata

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Conflict of Interests

kelola dan etika yang baik; dan (iv) memulihkan hidup dan

kehidupan mereka yang terkena bencana alam.

Penerima dana lainnya termasuk Singapore Technologies

Endowment Programe yang mensponsori program pertukaran,

Singapore Millennium Foundation yang mendanai penelitian, dan

termasuk Life Sciences Laboratory yang membina penelitian bio

sains antar disiplin.

3) Melembagakan tata kelola yang baik.

Otonomi Temasek sebagai perusahaan Investasi komersial dan

bebas dari campur tangan pihak eksekutif pemerintah, semakin

dikokohkan pada tahun 1991 melalui amandemen Fifth Schedule

dari Konstitusi Singapura untuk melindungi cadangan kekayaan

Temasek dan menjaga independensi dari Dewan perusahaan.

Berdasarkan amandemen konstitusi 1991, Presiden Singapura

yang terpilih memegang kunci independen dengan kekuatan veto

atas pengangkatan dan pemberhentian setiap anggota Dewan atau

CEO Temasek.

Amandemen ini serta amandemen lainnya dalam fifth Schedule

melembagakan tata kelola dan independensi Dewan Perusahaan,

serta melindungi Temasek dari segala keterlibatan operasional

oleh para pemegang saham yang dapat merusak posisi dan

cadangan keuangan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Conflict of Interests

4) Bersama Perusahaan Portofolio

Tata kelola yang kuat oleh Dewan Perusahaan, keunggulan

manajemen dan disiplin operasional telah mengokohkan

keberhasilan dan berkelanjutan perusahaan selama bertahun-

tahun. Sebagai pemegang saham, Temasek tidak terlibat dalam

kegiatan operasional, bisnis ataupun keputusan investasi

sehari-hari dari perusahaan portofolionya. Dipercayai bahwa

disiplin dan persaingan pasar sebagai falsafah dasar dari

perkembangan bisnis yang kompetitif. Untuk menekankan

pengertian yang kuat tentang tata kelola dan kenunggulan

bisnis, Temasek secara berkala berinteraksi dengan Dewan

Perusahaaan dan manajemen perusahaan portofolio serta

mendorong sharing adopsi sejumlah praktik terbaik.

Suatu pendekatan yang berdisiplin atas keputusan bisnis dan

investasi merupakan dasar dari pengembalian (return) yang

berkelanjutan bagi pemegang saham dalam jangka panjang.

Untuk melembagakan disiplin keuangan yang sehat,

perusahaan secara kontinu meminta komentar pihak luar dan

pemangku kepentingan internasional atas kinerja dan investasi

perusahaan yang telah dilakukan.

Cukup menarik dikemukan bahwa dibidang telekomunikasi di

Indonesia, Temasek melalui Singapore Telecommunications Ltd,

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Conflict of Interests

Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd, STT Communica-

tions Ltd, Singapore Telecom Mobile Pte Ltd dan Indonesian

Communications Limited memiliki saham sebesar 35% pada

Telekomsel dan sebesar 40,77% pada PT.Indosat Tbk.125

e. Malaysia

1) Petronas (Petrolium Nasional Berhad).

Sesuai dengan profilnya, perusahaan ini berdiri pada

tanggal 17 Agustus 1974 berdasarkan Undang-undang Perseroan

tahun 1965. Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah

Malaysia dan berwenang untuk menguasai dan mengawasi sumber

daya minyak Malaysia melalui Undang-undang Pembangunan

Perminyakan tahun 1974.126

Visinya adalah Menjadi suatu pilihan utama Minyak dan

Gas Multinasional. Sedangkan Misinya, yaitu : (i) Petronas adalah

sebuah entitas bisnis; (ii) Perminyakan adalah bisnis utama

perusahaan; (iii) Tanggung jawab utama perusahaan adalah

membangun dan memberi nilai tambah ke sumber daya alam ini;

dan (iv) Tujuan perusahaan ialah memberikan kontribusi untuk

kesejaheraan masyarakat dan bangsa.

125 Ibid 126 Annual Report Petronas 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Conflict of Interests

Korporasi mendorong para stafnya untuk mencapai hasil

prima baik sebagai sebuah tim maupun sebagai individu. Investasi

perusahaan dalam pengembangan profesi ditujukan untuk

menyuburkan sifat-sifat unggul dari sikap proaktif dan

mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan kinerja

terobosan (breakthrough performances).

Untuk membentengi kesetiaan staf kepada perusahaan di

tengah-tengah godaan untuk berpindah kerja karena besarnya

kebutuhan dunia akan tenaga terlatih di bidang Migas. Petronas

menerapkan Employee Value Proposition (EVP). Program EVP ini

menjadikan karier di Petronas bernilai baik secara moneter

maupun pengembangan pribadi. Dipadukan dengan kedua hal

diatas, Petronas juga berburu tenaga profesional di tingkat dunia

dengan mengikuti kebiasaan- kebiasaan rekrutmen staf yang

berlaku secara global dengan kriteria : (i) Nilai (share values); (ii)

Kesetiaan : Setia kepada bangsa dan perusahaan; (iii)

Profesionalisme: Berkomitmen, inovatif dan proaktif dan selalu

mengejar keunggulan; (iv) Integritas : jujur dan terhormat; (v)

Daya rekat : bersatu dalam satu kehendak dan rasa pertemanan;

dan (vi) Sistem Nilai dan Integritas.

Petronas dibimbing secara kuat oleh suatu kode moral yang

berisikan system nilai (value) dan integritas yang tidak ada

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Conflict of Interests

komprominya dalam hal kejujuran dan perilaku yang terhormat

dalam segala aspek operasi. Petronas juga memiliki hasrat yang

sama kuatnya untuk kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat

dan bangsa dimana perusahaan beroperasi secara berkelanjutan

untuk hari ini dan generasi mendatang.

Dalam hal “investasi sosial perusahaan”, Petronas berupaya

berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat yang berada dalam

jangkauan pengaruhnya. Berfokus pada pendidikan dan

pengembangan kapasitas sebagai kunci pendorong kemajuan,

perusahaan mendorong berbagai inisiatif dalam bidang ini dengan

bekerja sama erat dengan bangsa-bangsa yang menjadi partner, juga

dengan lembaga yang terkait untuk mencapai hasil yang

berkelanjutan. Kegiatan itu antara lain: Bakti Pendidikan

PETRONAS, PETROSAINS Science Discovery Centre, Malaysian

Philharmonic Orchestra dan kerja sama Petronas dan Asosiasi

Nasional Pencegahan Obat Bius (PEMADAM). Selain itu Petronas

aktif mensponsori pemberian beasiswa strata 3 di Malaysia dan luar

negeri.

Lebih jauh lagi, Petronas terus bekerja sama erat dengan

lembaga akademik setempat untuk merancang dan meningkatkan

kurikulum ilmu perminyakan dan geologi di Malaysia. Hal ini sejalan

dengan tujuan bisnis korporat yaitu mengembangkan bibit unggul di

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Conflict of Interests

bidang ilmu perminyakan dan geologi untuk menghadapi pasar tenaga

kerja dunia yang ketat.127

2) Bernas (Padi Beras Nasional Berhad)

Visi Bernas adalah “Produk Pangan yang dihasilkan oleh

Bernas digunakan oleh setiap rumah tangga di Malaysia”.128

Sedangkan misinya adalah “Penciptaan Nilai (value creation)

dengan cara pertumbuhan pangsa pasar, pengenalan produk baru

dan mengakuisisi produk-produk pelengkap (complementary

products). Adapun tujuan perusahaan adalah untuk menjadi yang

terdepan di pasar (market leader) di Malaysia. Bernas bertindak

sesuai gerakan pasar, difokuskan pada beberapa area seperti: (i)

pembangunan merek; (ii) mutu produk, c) layanan pelanggan.

Nilai-nilai Korporasi adalah: (1) Tantangan, dengan

lingkup memperbaiki kinerja dan memperbaharui pemahaman atas

perubahan bisnis; (2) Perilaku meliputi integritas, etika,

kejujuran, dan tata kelola perusahaan/transparansi; (3) Komitmen

dengan lingkup memberikan nilai kepada pelanggan, kerjasama

tim, berbagi tujuan dengan pihak regulator, dan memberikan nilai

kepada pemegang saham.

127 Ibid 128 Padi beras Nasional Berhard 2006.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Conflict of Interests

Aktivitas utama perusahaan adalah berhubungan dengan

pengimporan beras, pendistribusian beras dan juga investasi.

Sesuai dengan perjanjian privatisasi antara perusahaan dengan

pemerintah Malaysia tanggal 12 Januari 1996 (“Perjanjian

Privatisasi”), perusahaan juga bertugas memastikan suplai beras

yang cukup dan pada tingkat harga yang wajar dan stabil.

Kewajiban perusahaan sesuai Perjanjian Privatisasi juga meliputi:

(1) pemeliharaan stok beras; (2) pendistribusian subsidi harga

gabah ke petani atas nama pemerintah; (3) pengelolaan skema

penggilingan beras Bumiputera; dan (4) bertindak sebagai pembeli

(buyer of last resort) atas jaminan harga gabah rendah.

Bernas menyadari kenyataan bahwa sumber daya manusia

(SDM) adalah asetnya yang paling berharga. Oleh sebab itu,

pengembangan SDM menjadi investasi utama sebagai suatu cara

memastikan bahwa Bernas bisa mencapai tujuan organisasinya.

Divisi SDM bagi Bernas adalah partner strategis yang

menghasilkan bahan pemikiran tentang SDM dan jasa konsultasi

yang terintergrasi dengan rencana bisnis Bernas demi mencapai

tujuan organisasi. Adapun misi SDM yaitu : (1) meningkatkan

peran strategis SDM untuk memberikan dukungan penuh kepada

organisasi yang beroperasi dalam suatu lingkungan yang sangat

bersaing dan bertuntutan tinggi; (2) menghasilkan jasa konsultasi

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Conflict of Interests

yang lengkap di bidang SDM dengan menjadi bagian integral dari

rencana bisnis perusahaan; dan (3) menciptakan suatu bisnis yang

positif dan lingkungan kerja yang kondusif, serta menghasilkan

organisasi dan tempat kerja yang sempurna.129

Melihat berbagai perkembangan dalam reformasi good corporate

governance (GCG) di berbagai negara yang telah dibahas diatas, dapat

disimpulkan bahwa trend kearah konvergensi dalam praktik good corporate

governance (GCG) antara lain tentang keharusan pembentukan Komite Audit

dan Komisaris Independen. Sementara pada saat yang sama, pemberdayaan

fungsi board of directors secara proporsional dan penekanan kembali arti

independensi board of directors telah mendapatkan perhatian yang luas.

Bentuk konvergensi global lain adalah akan diterapkannya penyatuan atau

penyelarasan International Accounting Standard (IAS) di tahun 2005 bagi

seluruh negara di Uni Eropa, sehingga pemahaman laporan keuangan

perusahaan lintas negara akan lebih mudah dipahami tidak hanya bagi para

board of directors tetapi juga bagi semua stakeholders terkait.

Upaya-upaya yang bersifat global ini pada hakikatnya adalah untuk

memastikan agar supervisory board atau organ pengawas (Komisaris) akan

lebih mampu dan efektif dalam menjalankan fungsi dan perannya. Mereka

akan terdukung dengan keharusan adanya Komisaris Independen dan

129 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Conflict of Interests

pembentukan komite-komite, terutama Komite Audit. Mereka juga akan

terbantu dengan adanya standarisasi rujukan penyusunan laporan keuangan

lintas negara, sehingga mampu untuk melakukan perbandingan-perbandingan

laporan keuangan yang lebih komprehensif dan lugas.130

5. Penegakan Hukum Untuk Tata Kelola Perusahaan

Jean Stephen131 mengemukakan bahwa perlu dilakukan kegiatan yang pada

dasarnya “mengubah syarat-syarat ketentuan menjadi keunggulan kompetitif” dengan

memperhatikan langkah-langkah antara lain:

a. Menempatkan praktik-praktik yang baik ke dalam perspektif.

Oleh karena diantara penyebab inti krisis ekonomi dan keuangan Amerika Serikat

yang dihadapi saat ini adalah meluasnya kesalahan dalam tata kelola korporasi

(shareholder Bill of Right Act 2009), maka peranan GCG sangat penting untuk

mekanisme pasar, serta adanya kebutuhan untuk penyatuan ketentuan yang

diterapkan.

b. Tata Kelola Korporasi.

(1) Digerakkan oleh Regulator, maka akan berdampak,

(a) bisa efektif dalam menciptakan kepercayaan penuh pasar,

(b) cenderung bersifat:”satu ukuran untuk semuanya (one- size fits all),

130 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini; op. cit hal 23 131 Jean Stephens, CEO of RSM International; Law enforcement for Good Governance; The

3rd Top Executive Forum on Governance; Nusa Dua-Bali 13-14 May 2010

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Conflict of Interests

(c) akan bergerak kearah “penegakan” ketimbang sebagai pencegahan,

(d) cenderung dipengaruhi oleh pertimbangan dan tekanan politik.

(2) Digerakkan oleh Pemegang Saham,

(a) beroperasi pada tataran satu persatu perusahaan,

(b) lebih responsif kepada kebutuhan perusahaan.

Dalam konteks tata kelola ini Jean Stephen mengutip pepatah lama “Afish rots

from the head” (seekor ikan itu membusuk dimulai dari kepalanya). Perwujudan dari

lemahnya tata kelola korporasi, umumnya adalah suatu gejala dari seorang CEO yang

gagal (Alan Greenspan).132

c. Menempatkan Para Direktur pada pusat perdebatan

Krisis ekonomi saat ini telah membawa banyak investor mengganggap serius masalah

akuntabilitas dan daya tanggap (responsiveness) beberapa perusahaan dan dewan

direksi terhadap kepentingan pemegang saham, dan hal ini telah menimbulkan suatu

kehilangan kepercayaan investor. (Mary Schopiro, chairperson SEC, “Proposed

Rules on Proxy Access)

d. Menjadi seorang Direktur terbukti sangat tinggi tuntutannya.

Posisi seorang Direktur memerlukan,

(1) pemahaman yang baik tentang menajemen risiko,

(2) komunikasi dengan pemegang saham,

132 Ibid, hal 2

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Conflict of Interests

(3) melaksanakan tugas dengan kepeduliaan (a duty of care),

(4) harapan yang tinggi mengenai kapabilitas, ketrampilan dan kompetensi, sehingga

cukup untuk memberikan tantangan kepada eksekutif manjemen,

(5) memiliki keahlian untuk secara efektif menguji strategi bisnis,

(6) kemampuan untuk melakukan penilaian secara obyektif dan independen.

e. Tahap selanjutnya dari evolusi Tata Kelola Korporasi.

Beberapa kegiatan yang perlu dipertimbangkan dalam tahap evolusi terhadapa tata

kelola korporasi antara lain,

(1) pelatihan dan pengembangan Direksi dengan melakukan “uji kepatutan dan

kelayakan”,

(2) dilakukan evaluasi oleh pihak eksternal terhadap dewan direksi,

(3) remunerasi (sistem penggajian) yang setara.

f. Area lain dimana Tata Kelola Perusahaan yang lebih kuat akan menghasilkan

keunggulan kompetitif seperti,

(1) biaya pinjaman yang lebih rendah,

(2) biaya litigasi yang lebih rendah,

(3) kecil kemungkinannya terjadi aksi oleh pemegang saham,

(4)meningkatnya kemungkinan perekrutan dan bertahannya Direksi yag berkualitas

tinggi,

(5) meningkatnya kemungkinan perekrutan top manajemen yang berkualitas tinggi,

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Conflict of Interests

(6) meningkatnya kepercayaan pasar dan, vii) harga saham yang lebih tinggi.

g. Masa Depan; pada masa yang akan datang perlu dipertimbangkan dengan seksama

bahwa,

(1) tata kelola korporasi adalah suatu tujuan akhir,

(2) dibutuhkan suatu pendekatan internasional,

(3) Auditor juga harus direformasi.

Rangkuman: Dengan terciptanya suatu keinginan besar dari publik akan adanya

reformasi, krisis yang ada saat ini menawarkan kesempatan lain untuk perbaikan tata

kelola. “Kesempatan itu jangan dilewatkan” (Lucian Bebchuk,Harvard)133

C. Pedoman Umum GCG di Indonesia

Pada tahun 1998, Grup Penasihat Sektor Bisnis (Business Sector Advisory

Group/BSAG) telah memberi rekomendasi kepada OECD mengenai standar inti dari

pengelolaan perusahaan yaitu: transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), kewajaran (fairness), responsibilitas (responsibility).134

Manajemen dalam setiap suatu perusahaan yang menginginkan pengelolaan

perusahaannya berjalan secara sehat harus berpedoman pada prinsip-prinsip GCG.

Agar manajemen BUMN dapat berjalan secara sehat haruslah berpedoman pada

prinsip-prinsip GCG, yang oleh OECD telah dijadikan acuan dalam menilai suatu

133 Ibid ,hal 5 134 Sofyan Djalil, Good Corporate Governance, (2005), hal. 213.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Conflict of Interests

perusahaan dalam upaya menumbuhkan iklim usaha dan kepercayaan masyarakat

sebagai mitra bisnis dalam perdagangan global.

Kepercayaan investor dan efisiensi pasar sangat tergantung dari

pengungkapan kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Agar informasi

tersebut bernilai di pasar modal global, informasi yang disajikan harus jelas,

konsisten, dan dapat diperbandingkan serta menggunakan standar akuntansi yang

diterima di seluruh dunia, atau dengan kata lain setiap perusahaan harus menerapkan

prinsip transparansi. Dampak positif dari penerapan transparansi adalah bahwa pihak-

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat memperhitungkan resiko

bertransaksi dengan perusahaan.

Salah satu solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah antara direksi dan

pemegang saham adalah dengan menerapkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas

yang didasarkan pada sistem internal checks and balances, juga mencakup praktik

audit yang sehat. Akuntabilitas juga dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang

didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris, dan

direksi. Praktik audit yang sehat dan independen mutlak diperlukan untuk

menerapkan akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan

mengefektifkan Komite Audit.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, selain dengan menerapkan prisip

transparansi dan akuntabilitas, juga harus memperhatikan hak-hak pemegang saham

dengan penerapan prinsip fairness. Dalam hal ini, fairness meliputi kejelasan hak-hak

pemegang saham untuk melindungi kepentingan pemegang saham, termasuk

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Conflict of Interests

pemegang saham minoritas, dari kecurangan seperti praktik insider trading135 yang

merugikan atau dari keputusan direksi atau pemegang saham mayoritas yang

merugikan kepentingan pemegang saham secara keseluruhan.

Lebih jauh lagi, para pengelola perusahaan seyogianya mempunyai tanggung

jawab untuk mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku termasuk

ketentuan yang mengatur lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan,

ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan yang tidak sehat,

kesehatan dan keselamatan kerja, dan peraturan lainnya yang mengatur kehidupan

perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha.

Pada tahun 2006 Komite Nasional Kebijakan Governance telah menerbitkan

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang menjadi acuan bagi

pelaksanaan Good Corporate Governance oleh pelaku usaha di Indonesia.

Pedoman tersebut berlaku bagi semua perusahaan yang didirikan berdasarkan

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Meskipun pada awalnya

Pedoman tersebut hanya meliputi perseroan terbuka, badan usaha milik negara dan

perusahaan yang menggunakan atau mengelola dana publik saja, namun pada

akhirnya juga berlaku bagi semua perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas

dasar prinsip syariah. Pedoman ini memuat prinsip dasar dan pedoman pokok

pelaksanaan GCG, merupakan standar minimal yang oleh masing-masing perusahaan

135 James D. Cox, dkk, Corporations, (Aspen Law & Business, A Division of Aspen Publishers, Inc., 1997), hal. 275-276

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Conflict of Interests

perlu membuat manual yang lebih operasional mengingat adanya perbedaan antara

satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, pelaksanaan Pedoman ini juga

mempertimbangkan kekhususan karakter setiap perusahaan, seperti besarnya modal,

pengaruh dari kegiatannya terhadap masyarakat dan tingkat internasionalnya.

Pedoman penerapan GCG ini merupakan pembaharuan dan penyempurnaan

dari yang pernah dikeluarkan sebelumnya yang antara lain memuat : (a) asas GCG;

(b) etika bisnis dan pedoman perilaku; (c) organ Perusahaan; (d) pemangku

kepentingan; dan (e) pedoman praktis penerapan GCG.136

1. Asas GCG

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada

setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan

diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan

memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).137

a. Transparansi (Transparency).

Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan

136 KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia; (Jakarta, Komite

Nasional Kebijakan Governance 2006), hal. 5-6 137 Penjelasan Pasal 5 ayat (3) UU BUMN No. 19 Tahun 2003, menegaskan Direksi yang

ditugasi melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip good corporate governance.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Conflict of Interests

cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku

kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah

diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

(2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak

terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,

kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,

pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota

Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota

keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem

manajemen resiko, sistem pengawasan dan pengendalian

internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat

kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi

kondisi perusahaan.

(3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak

mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Conflict of Interests

perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

(4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. 138

b. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola

secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan

dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat

yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.139

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung

jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan

secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan

(corporate values), dan strategi perusahaan.

138 Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep 117/M-MBU/2002, Pasal 3 merumuskan

transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 139 Berdasarkan Pasal 5 huruf c, UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003, menegaskan bahwa akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Conflict of Interests

(2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan

dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan

tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

(3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian

internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

(4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan,

serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and

punishment system).

(5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap

organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada

etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah

disepakati.

c. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha

dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Conflict of Interests

corporate citizen. 140

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian

dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

(2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan

antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian

lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat

perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

d. Independensi (Independency)

Prinsip Dasar

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi

oleh pihak lain.141

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya

dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh

140 Pada Keputusan Menteri BUMN No: Kep 117/M-MBU/2002 menggunakan kata

Pertanggungjawaban sebagai padanan kata Responsibilitas, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.

141 Sebagai padanan kata Independensi digunakan Kemandirian yang rumusannya adalah keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; lihat Penjelasan UU No. 19 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (3) b

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Conflict of Interests

kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of

interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

(2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi

dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau

melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.142

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan

pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses

terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam

lingkup kedudukan masing-masing.

(2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar

142 Sedangkan Kewajaran (fairness) dijelaskan yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam

memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundan-undangan yang berlaku; Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M-MBU/2002, Pasal 3.e.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Conflict of Interests

kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan

kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

(3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya

secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,

golongan, gender, dan kondisi fisik.

2. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku

Prinsip Dasar

Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu

dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman

perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua

karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga

menjadi bagian dari budaya perusahaan.143 Prinsip-prinsip dasar yang

harus dimiliki oleh perusahaan adalah:

1) Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang

menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

2) Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,

perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh

143 Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Ethics is the study of right and wrong and of the morality of choice made by individuals. An ethical decision or action is one that is right according to some standards of behavior. Etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Lihat Buchari Al,a; Pengantar Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hal 184.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Conflict of Interests

organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang

merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami

dan diterapkan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Nilai-Nilai Perusahaan

(a) Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai

visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan

nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan.

(b) Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun

dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha

serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan.

(c) Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya,

adil dan jujur.

2) Etika Bisnis

(a). Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku

kepentingan .

(b). Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara

berkesinambungan mendukung terciptanya budaya perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Conflict of Interests

(c). Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang

disepakati bersama dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman

perilaku.

3) Pedoman Perilaku

(a) Fungsi Pedoman Perilaku

(1) Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai

perusahaan dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha

sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua

karyawan perusahaan;

(2). Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan

kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi,

kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan

pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

(b) Benturan Kepentingan

(1) Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik

antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan

ekonomis pribadi pemegang saham, angggota Dewan

Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan;

(2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan

Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan harus

senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan

diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Conflict of Interests

pihak lainnya;

(2) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan

perusahaan dilarang menyalahgunakan jabatan untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak-

pihak lain;

(4) Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang

mengandung unsur benturan kepentingan, pihak yang

bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;

(5) Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus

mengeluarkan suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang

saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan;

(6) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan

perusahaan yang memiliki wewenang pengambilan keputusan

diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memiliki

benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah

dibuat olehnya dan telah melaksanakan pedoman perilaku

yang ditetapkan oleh perusahaan.

(c) Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi

(1) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta

karyawan perusahaan dilarang memberikan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Conflict of Interests

menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung,

kepada pejabat negara dan atau individu yang mewakili

mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan;

(2) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta

karyawan perusahaan dilarang menerima sesuatu untuk

kepentingannya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari

mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan;

(3) Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset

perusahaan kepada partai politik atau seorang atau lebih

calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya

boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Dalam batas kepatutan sebagaimana ditetapkan

oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat dibenarkan;

(4) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta

karyawan perusahaan diharuskan setiap tahun membuat

pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima

sesuatu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

(d) Kepatuhan terhadap Peraturan

(1) Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Conflict of Interests

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan

perusahaan;

(2) Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan

karyawan perusahaan melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan peraturan perusahaan;

(3) Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan

modal secara benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

(e) Kerahasiaan Informasi

(1) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta

karyawan perusahaan harus menjaga kerahasiaan informasi

perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha144;

(2) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang

saham serta karyawan perusahaan dilarang menyalah-gunakan

informasi yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk tetapi

tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan,

penggabungan usaha dan pembelian kembali saham;

144 UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, BAB V Pasal 17.b.

menegaskan Informasi Yang Dikecualikan adalah informasi yang apabila dibuka dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Conflict of Interests

(3) Setiap mantan anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta

karyawan perusahaan, serta pemegang saham yang telah

mengalihkan sahamnya, dilarang mengungkapkan informasi

yang menjadi rahasia perusahaan yang diperolehnya selama

menjabat atau menjadi pemegang saham di perusahaan, kecuali

informasi tersebut diperlukan untuk pemeriksaan dan

penyidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau

tidak lagi menjadi rahasia milik perusahaan.

(f) Pelaporan atas pelanggaran dan perlindungan bagi pelapor

(1) Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan

memastikan bahwa pengaduan tentang pelanggaran terhadap

etika bisnis , pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan

peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat

waktu;

(2) Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin

perlindungan terhadap individu yang melaporkan terjadinya

pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan

perusahaan dan peraturan perundang-undangan. Dalam

pelaksanannya, Dewan Komisaris dapat memberikan tugas

kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi

GCG.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Conflict of Interests

3. Organ Perusahaan

Yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris

dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara

efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ

mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung

jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.145

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Prinsip Dasar

RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang

saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan

modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan

ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada

kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau

pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas,

fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak

mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai

dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk

untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan

145 Berdasarkan Pasal I Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peseroan Terbatas,

menyebutkan Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Conflict of Interests

Komisaris dan atau Direksi.146

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar

dan transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan

untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka

panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

(a) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat

dalam RUPS harus terdiri dari orang-orang yang patut dan

layak (fit and proper) bagi perusahaan. Bagi perusahaan

yang memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi, dalam

pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi harus

mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang

disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada mereka yang

mempunyai hak untuk mengajukan calon kepada RUPS.

(b) Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak

laporan Dewan Komisaris dan Direksi, perlu

dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan

dengan Good Corporate Governance.

(c) Bagi perusahaan yang memiliki Komite Audit, dalam

menetapkan auditor eksternal harus mempertimbangkan

146 RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Lihat Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007, Pasal 75 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Conflict of Interests

pendapat komite tersebut yang disampaikan kepada Dewan

Komisaris.

(d) Dalam hal anggaran dasar dan atau peraturan perundang-

undangan mengharuskan adanya keputusan RUPS tentang

hal-hal yang berkaitan dengan usaha perusahaan,

keputusan yang diambil harus memperhatikan

kepentingan wajar para pemangku kepentingan.

(e) Dalam mengambil keputusan pemberian bonus, tantiem

dan dividen harus memperhatikan kondisi kesehatan

keuangan perusahaan.

2) RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dan dengan memperhatikan anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan, serta dengan persiapan yang

memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah.

Untuk itu:

(a) Pemegang saham diberikan kesempatan untuk

mengajukan usul mata acara RUPS sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

(b) Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai

mata acara, tanggal, waktu dan tempat RUPS;

(c) Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Conflict of Interests

panggilan RUPS harus tersedia di kantor perusahaan

sejak tanggal panggilan RUPS, sehingga memungkinkan

pemegang saham berpartisipasi aktif dalam RUPS dan

memberikan suara secara bertanggung jawab. Jika bahan

tersebut belum tersedia saat dilakukan panggilan untuk

RUPS, maka bahan itu harus disediakan sebelum RUPS

diselenggarakan;

(d) Penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan

mata acara RUPS dapat diberikan sebelum dan atau pada

saat RUPS berlangsung;

(e) Risalah RUPS harus tersedia di kantor perusahaan, dan

perusahaan menyediakan fasilitas agar pemegang saham

dapat membaca risalah tersebut.

3) Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi.

Untuk itu, Direksi harus mempersiapkan dan

menyelenggarakan RUPS dengan baik dan dengan berpedoman

pada butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi berhalangan, maka

penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh Dewan Komisaris atau

pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan anggaran dasar perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Conflict of Interests

b. Dewan Komisaris dan Direksi

Prinsip Dasar

Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem

dua badan (two-board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi

yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai

dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan

dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan

(fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai

tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha

perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan

Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap

visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.147

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam

menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang

tercermin pada:

(a) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;

(b) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi

pemegang saham;

(c) Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara

147 Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007, Pasal 92 ayat (1) menegaskan bahwa Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Conflict of Interests

wajar;

(d) Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi

kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.

2) Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan

Komisaris dan Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-

hal tersebut di bawah ini:

(a) Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja

dan anggaran tahunan;

(b) Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan

perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan serta

dalam menghindari segala bentuk benturan kepentingan;

(c) Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam

perusahaan dan personalianya;

(d) Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi

yang dapat mendukung tercapainya visi, misi dan nilai-nilai

perusahaan.

c. Dewan Komisaris

Prinsip Dasar

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan

dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa

Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Conflict of Interests

Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan

operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris

termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama

sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan

Dewan Komisaris.148

Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara

efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta

dapat bertindak independen.

2) Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu

berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat

menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan

bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua

pemangku kepentingan.

3) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris

mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada

pemberhentian sementara.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

148 Berdasarkan Pasal 108 Ayat (1) Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas menyebutkan Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. Pada ayat (2), pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan Perseroan secara menyeluruh dan sesuai tujuan Perseroan.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Conflict of Interests

1) Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewa

Komisaris

(a) Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan

dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap

memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.

(b) Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak

berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai

Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi.

Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang

mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan

pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan

Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri.

Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang

terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu

tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.

(c) Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar

mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari

Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang

akuntansi atau keuangan.

(d) Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan

oleh RUPS melalui proses yang transparan. Bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Conflict of Interests

perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, badan

usaha milik negara dan atau daerah, perusahaan yang

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan

yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,

serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap

kelestarian lingkungan, proses penilaian calon anggota

Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS

melalui Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan

Komisaris Independen harus memperhatikan pendapat

pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui

Komite Nominasi dan Remunerasi.

(e) Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh

RUPS berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada

anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk

membela diri.

2) Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

(a) Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat

kemampuan dan integritas sehingga pelaksanaan fungsi

pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan

perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.

(b) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan

perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Conflict of Interests

usahanya dan atau pihak lain.

(c) Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi

anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan tugasnya. .

(d) Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan

melaksanakan Pedoman GCG ini.

3) Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris

(a) Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil

keputusan operasional. Dalam hal Dewan Komisaris me-

ngambil keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan

dalam anggaran dasar atau peraturan perundang undangan,

pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam

fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan

operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.

Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap

dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan

penasihat.

(b) Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan,

Dewan Komisaris dapat mengenakan sanksi kepada

anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian sementara,

dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan

penyelenggaraan RUPS.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Conflict of Interests

(c) Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam

keadaan tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan dan anggaran dasar, untuk sementara

Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi.

(d) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan

Komisaris baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri

berhak mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang

perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.

(e) Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman

kerja (charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat

terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu

alat penilaian kinerja mereka.

(f) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,

menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan

atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam rangka

memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab

(acquit et decharge) dari RUPS.

(g) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat

membentuk komite. Usulan dari komite disampaikan

kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan.

Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Conflict of Interests

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan

yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,

serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap

kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus

membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain dibentuk

sesuai dengan kebutuhan.

4) Komite Penunjang Dewan Komisaris

(a) Komite Audit.

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk

memastikan bahwa, laporan keuangan disajikan secara

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan

dengan baik. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal

dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan

tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh

manajemen;

Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk

imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan

Komisaris;

Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan

kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan

efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Conflict of Interests

yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,

perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau

jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris

Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris

dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang

anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi

dan keuangan.

(b) Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu

Dewan Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan

calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta system

remunerasinya. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas

membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota

Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran

remunerasinya.149 Dewan Komisaris dapat mengajukan calon

tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan

149 Walter J. Salmon, mengemukakan bahwa pemilihan anggota Direksi sebaiknya dilakukan

oleh Komite Nominasi, dan bukan didelegasikan ke CEO. Hal ini karena CEO cenderung memilih orang yang bisa diandalkannya, dan biasanya berasal dari komunitas/pergaulan yang sama. Akibatnya, jika terjadi hal yang kurang baik, CEO segan menegur/mengkritik Direksi yang bersangkutan. Lihat Walter J. Salmon, How to Gear Up Your Board, Harvard Business Review on Corporate Governance, (Harvard Business School Press, Boston, 2000), hal 10

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Conflict of Interests

RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan

yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,

serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap

kelestarian lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi

diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat

terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar

perusahaan.

Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata

Kerjanya dilaporkan dalam RUPS.

(c) Komite Kebijakan Risiko

Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan

Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang

disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang

dapat diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan

Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun

bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari

luar perusahaan.

(d) Komite Kebijakan Corporate Governance

Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Conflict of Interests

membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan

GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta

menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian

dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility).

Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri

dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu

dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate

Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan

Remunerasi.

5) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris

(a) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,

menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan

atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan

pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari

laporan tahunan yang disampaikan kepada RUPS untuk

memperoleh persetujuan.

(b) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan

pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah

memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab

kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Conflict of Interests

hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan

tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota

Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau

kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian

bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset

perusahaan.

(c) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS

merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas

pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas

GCG.

d. Direksi

Prinsip Dasar

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing

anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil

keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya.150

150 John Pound; Pada intinya, tata kelola perusahaan bukanlah mengenai kekuasaan melainkan

tentang memberikan keyakinan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara efektif. Yang dibutuhkan adalah sebuah sistem dimana senior manager dan dewan Direksi benar-benar berkolaborasi dalam membuat keputusan dan keduanya secara berulang mencari masukan dari pemegang saham. Di dalam banyak perusahaan, peranan dari sistem tata kelola diartikan hanyalah menempatkan manajer yang tepat di posisinya, memantau perkembangannya, dan mengganti mereka jika gagal. Tidak ada Direksi atau pemegang saham memberikan pandangan mengenal strategi atau kebijakan kecuali para manajer tadi nyata-nyata telah gagal. Langkah pertama untuk memperbaiki tata kelola perusahaan ialah memikirkan kembali peran dari Direksi. Direksi haruslah memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai industri yang bersangkutan dan di bidang keuangan. Direksi harus punya akses yang lebih baik terhadap informasi; mereka juga harus mendedikasikan waktu yang cukup untuk perusahaan. Kompensasi yang diterima Direksi harus dikaitkan dengan kinerja saham. Langkah kedua, Para

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Conflict of Interests

Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi

tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-

masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.

Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah

mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas

Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip

berikut:

(1) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat

dan cepat, serta dapat bertindak independen.

(2) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki

pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk

menjalankan tugasnya.

(3) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan

agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan

memastikan kesinambungan usaha perusahaan.

(4) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam

RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

Manajer, Direksi dan Pemegang Saham harus menetapkan jalur komunikasi regular dan langsung. Lihat John Pound, The Promise of the Governed Corporation, Harvard Business Review on Corporate Goverance (Havard Business School Press, Boston, 2000), hal 79-82

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Conflict of Interests

(1) Komposisi Direksi

(a) Jumlah anggota Direksi harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan

efektifitas dalam pengambilan keputusan.

(b) Anggota Direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS

melalui proses yang transparan. Bagi perusahaan yang

sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,

perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau

jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, proses penilaian calon anggota Direksi

dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite

Nominasi dan Remunerasi.

(c) Pemberhentian anggota Direksi dilakukan oleh RUPS

berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada yang

bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

(d) Seluruh anggota Direksi harus berdomisili di Indonesia, di

tempat yang memungkinkan pelaksanaan tugas

pengelolaan perusahaan sehari-hari.

(2) Kemampuan dan Integritas Anggota Direksi

(a) Anggota Direksi harus memenuhi syarat kemampuan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Conflict of Interests

integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengelolaan

perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.

(b) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk

kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan

atau pihak lain.

(c) Anggota Direksi harus memahami dan mematuhi anggaran

dasar dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan tugasnya.

(d) Anggota Direksi harus memahami dan melaksanakan

Pedoman GCG ini.

(3) Fungsi Direksi

Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5

(lima) tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko,

pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.

(a) Kepengurusan

Pertama, Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai

serta program jangka panjang dan jangka pendek

perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan

Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar.

Kedua, Direksi harus dapat mengendalikan sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien.

Ketiga, Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar

Universitas Sumatera Utara

Page 92: Conflict of Interests

dari pemangku Kepentingan.

Keempat, Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite

yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan tugasnya atau

kepada karyawan perusahaan untuk melaksanakan tugas

tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada Direksi.

Kelima, Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja

(charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan

efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian

kinerja.

(b) Manajemen Risiko151

(1) Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem

manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh

aspek kegiatan perusahaan;

(2) Untuk setiap pengambilan keputusan strategis,

termasuk penciptaan produk atau jasa baru, harus

151 Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum menguraikan bahwa: Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank, sedangkan Manajemen Risiko yaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank. Menurut aspek kegiatan perbankan Risiko sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham. Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan ‘bank rush’ (penarikan dana besar-besaran dari bank). Hal ini dapat terjadi saat sebuah bank tidak dapat memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka. Perlu diperhatikan bahwa ketidakmampuan memenuhi kewajiban dan membayar kembali para deposan belum tentu menunjukkan kondisi yang sebenarnya: bisa jadi ketidakmampuan ini hanya sebatas persepsi nasabah. Lihat Global Association of Risk Professional & Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, (2008), hal. A: 7.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: Conflict of Interests

diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya,

dalam arti adanya keseimbangan antara hasil dan beban

risiko;

(3) Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko

dengan baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau

penanggungjawab terhadap pengendalian risiko.

(c) Pengendalian Internal

(1) Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem

pengendalian internal perusahaan yang handal dalam

rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta

memenuhi peraturan perundang-undangan.

(2) Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan

yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,

perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh

masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki satuan kerja pengawasan internal.

(3) Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas

membantu Direksi dalam memastikan pencapaian

tujuan dan kelangsungan usaha dengan melakukan

evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 94: Conflict of Interests

memberikan saran dalam upaya memperbaiki

efektifitas proses pengendalian risiko, melakukan

evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan

perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-

undangan; serta memfasilitasi kelancaran pelaksanaan

audit oleh auditor eksternal.

(4) Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal

bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau

Direktur yang membawahi tugas pengawasan internal.

Satuan kerja pengawasan internal mempunyai

hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui

Komite Audit.152

(d). Komunikasi

(1) Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi

antara perusahaan dengan pemangku kepentingan

dengan memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;

(2) Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah memastikan

kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan

152 Gordon Donaldson menawarkan Audit Strategis yang memungkinkan Direksi meninjau Strategi tanpa harus menyerang “ranah” manajemen. Pemantauan strategi yang efektif dapat mengantisipasi permasalahan, sekaligus memperlihatkan kepada pemegang saham bahwa Direksi dan CEO mempunyai komitmen bersama bagi terselenggaranya tata-kelola yang efektif dan teratur. Hal ini penting karena banyak strategi, yang gagal namun karena perlahan-lahan, tidak segera terdeteksi dan sudah terlambat untuk dikoreksi. Lihat Gordon Donaldson, A New Tool for Boards The Strategic Audit, Harvard Business Review on Corporate Goverance (Havard Business School Press, Boston, 2000), hal 53

Universitas Sumatera Utara

Page 95: Conflict of Interests

pemangku kepentingan dan menjamin tersedianya

informasi yang boleh diakses oleh pemangku

kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari

pemangku kepentingan;

(3) Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan

yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,

perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh

masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki Sekretaris Perusahaan yang fungsinya dapat

mencakup pula hubungan dengan investor (investor

relations);

(4) Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerja

kepatuhan (compliance) tersendiri, fungsi untuk

menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan dilakukan oleh Sekretaris Perusahaan;

(5) Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris

Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi.

Laporan pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan

disampaikan pula kepada Dewan Komisaris.

(e). Tanggung Jawab Sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 96: Conflict of Interests

(1) Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha

perusahaan, Direksi harus dapat memastikan

dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan;

(2) Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang

jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab

sosial perusahaan.

(f). Pertanggungjawaban Direksi

(1) Direksi harus menyusun pertanggungjawaban

pengelolaan perusahaan dalam bentuk laporan tahunan

yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan

kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.

(2) Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS,

dan khusus untuk laporan keuangan harus memperoleh

pengesahan RUPS.

(3) Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

untuk memungkinkan pemegang saham melakukan

penilaian.

(4) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan

dan pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS

telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung

jawab kepada masing-masing anggota Direksi sejauh

Universitas Sumatera Utara

Page 97: Conflict of Interests

hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan

tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing

anggota Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau

kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan

kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi

dengan aset perusahaan.

(5) Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan

perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan

dalam rangka pelaksanaan asas GCG.153

4. Pemangku Kepentingan

Prinsip Dasar

Pemangku kepentingan selain pemegang saham adalah mereka yang

memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh

secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan,

yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat

153 Peter Wallace & John Zinkin; untuk mewujudkan tata-kelola yang baik sehingga

mendapatkan hasil yang baik ada 3 elemen yang saling berhubungan dekat dikombinasikan yaitu melalui pengambilan keputusan strategik yang baik, mengelola risiko-risiko, dan menangani krisis yang dihadapi langsung secara efektif pada saat kejadian. Bentuk keputusan yang strategik itu antara lain, susunlah keputusan yang tepat, disertai alternatif yang kreatif berdasarkan pada informasi yang berarti dan dapat dipertanggungjawabkan, mengidentifikasi nilai-nilai dari organisasi, selalu didasarkan pada alasan yang benar secara logika, dan mewujudkan komitmen dalam bentuk tindakan (kegiatan). Lihat Peter Wallace & John Zinkin, From Good Governance to Good Results, Mastering Business in Asia – Corporate Governance (John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore, 2005), hal 126-127

Universitas Sumatera Utara

Page 98: Conflict of Interests

terutama sekitar tempat usaha perusahaan.154 Antara perusahaan dengan

pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas

kewajaran dan kesetaraan (fairness) berdasarkan ketentuan yang berlaku

bagi masing-masing pihak. Agar hubungan antara perusahaan dengan

pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

a) Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku,

agama, ras, golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil

dan jujur dalam mendorong perkembangan karyawan sesuai dengan

potensi, kemampuan, pengalaman dan keterampilan masing-masing.

b) Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan

kedua belah pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan.

c) Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama

masyarakat sekitar perusahaan, serta pengguna produk dan jasa

perusahaan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

(a). Karyawan

(1) Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria

yang terkait dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam

mengambil keputusan mengenai penerimaan karyawan.

(2) Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan, penetapan

154 KNKG, Op. Cit., hal 23.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: Conflict of Interests

jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan

secara obyektif, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,

gender, dan kondisi fisik seseorang, atau keadaan khusus lainnya

yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.

(3) Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur

dengan jelas pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.

(4) Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang

kondusif, termasuk kesehatan dan keselamatan kerja agar setiap

karyawan dapat bekerja secara kreatif dan produktif.

(5) Perusahaan harus memastikan tersedianya informasi yang perlu

diketahui oleh karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan

baik dan tepat waktu. Perusahaan harus memastikan agar

karyawan tidak menggunakan nama, fasilitas, atau hubungan baik

perusahaan dengan pihak eksternal untuk kepentingan pribadi.

Untuk itu perusahaan harus mempunyai sistem yang dapat

menjaga agar setiap karyawan menjunjung tinggi standar etika dan

nilai-nilai perusahaan serta mematuhi kebijakan, peraturan dan

prosedur internal yang berlaku.

(6) Karyawan serta serikat pekerja yang ada di perusahaan berhak

untuk menyampaikan pendapat dan usul mengenai lingkungan

kerja dan kesejahteraan karyawan.

(7) Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis dan

Universitas Sumatera Utara

Page 100: Conflict of Interests

pedoman perilaku, serta peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan perusahaan.

(b) Mitra Bisnis

(1) Mitra Bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur, dan

pihak lainnya yang melakukan transaksi usaha dengan perusahaan.

(2) Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin

dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan

perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

(3) Mitra bisnis berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai

hubungan bisnis dengan perusahaan sehingga masing-masing

pihak dapat membuat keputusan atas dasar pertimbangan yang adil

dan wajar.

(4) Kecuali dipersyaratkan lain oleh peraturan perundang-undangan,

perusahaan dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan

informasi dan melindungi kepentingan masing-masing pihak.

(c) Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

(1) Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin

terjaganya keselarasan hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat sekitar, termasuk penerapan program kemitraan dan

bina lingkungan.

(2) Perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan serta dampak negatif terhadap dan keselamatan

Universitas Sumatera Utara

Page 101: Conflict of Interests

pengguna.

(3) Perusahaan bertanggungjawab atas dampak negatif yang

ditimbulkan oleh kegiatan usaha perusahaan terhadap masyarakat

dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Oleh karena itu,

perusahaan harus menyampaikan informasi kepada masyarakat

yang dapat terkena dampak kegiatan perusahaan.

5. Pedoman Praktis Penerapan GCG

Prinsip Dasar

Pelaksanaan dilakukan secara sistematis, untuk itu diperlukan pedoman

praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam

melaksanakan penerapan GCG.155

Pedoman Pokok Pelaksanaan

a) Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus

menyusun pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada

Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada). Pedoman GCG

perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal sebagai

berikut:

(1) Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

(2) Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi,

155 KNKG, Op.Cit., hal 27

Universitas Sumatera Utara

Page 102: Conflict of Interests

komite penunjang Dewan Komisaris, dan pengawasan internal;

(3) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ

perusahaan secara efektif;

(4) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,

pengendalian internal yang efektif dan pelaporan keuangan yang

benar;

(5) Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan

dan etika bisnis;

(6) Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya;

(7) Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan

dalam rangka memenuhi prinsip GCG.

b) Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses

keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan

tahapan sebagai berikut:

(1) Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk

melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan

Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua

karyawan;

(2) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan

dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang

Universitas Sumatera Utara

Page 103: Conflict of Interests

diperlukan;

(3) Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG

perusahaan;

(4) Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk

rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta

pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan

sehari-hari;

(5) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa

pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan

GCG secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut

diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS

tahunan.

D. Motivasi dan Proses Penerapan GCG di Indonesia

1. Motivasi Penerapan GCG

Dorojatun Kuncoro Djakti156 berpendapat bahwa krisis ekonomi yang

berkepanjangan, tuntutan persaingan global, dan kebutuhan akan modal

mengharuskan Pemerintah Indonesia memobilisasi kapital dengan

meluncurkan berbagai inisiatif strategik antara lain restrukturisasi sektor

perbankan, program privatisasi BUMN, dan reformasi GCG.

156 Dorojatun Kuncoro Djakti; Good Corporate Governance di Indonesia; Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta: PT INDEKS, 2004), hal 25

Universitas Sumatera Utara

Page 104: Conflict of Interests

Terkait dengan reformasi GCG, Pemerintah pada intinya

mengharapkan agar dengan mengimplementasikan GCG yang lebih baik,

persepsi positif investor terhadap perusahaan-perusahaan Indonesia akan

menguat.

Penerapan GCG yang lebih baik tersebut sejalan dengan Perception

survey yang dilakukan Mc Kinsey yang menunjukkan bahwa lebih dari 70%

investor institusional bersedia membayar lebih untuk saham perusahaan yang

“well governed”.157 Dengan kata lain, GCG menjadi kriteria penting bagi

investor dalam membuat keputusan investasi. Kesediaan untuk membeli

saham dengan harga premium kepada Indonesia memperlihatkan

kecenderungan penurunan yang dapat berarti bahwa tingkat kepercayaan

investor menguat dibandingkan dengan hasil survey tahun 2000.

Corporate governance diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya

perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur

organisasi, yang bertujuan untuk mendorong : (1) pertumbuhan kinerja

perusahaan; (2) pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan

efektif; dan (3) pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan

stakeholders lainnya.158

157 Ibid 158 Ibid, hal. 31.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: Conflict of Interests

Oleh sebab itu, reformasi GCG ditingkat korporasi ditekankan pada

sedikitnya ketiga aspek di atas, dan perlunya upaya-upaya untuk

mengembangkan code yang bersifat sektoral. Untuk BUMN bahkan telah

diartifikasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang

mencerminkan prinsip-prinsip GCG, dimana sebelumnya Menteri Negara

BUMN telah mengeluarkan keputusan (Keputusan Menteri Nomor 117/2002)

mengenai implementasi GCG.159

Tantangan-tantangan yang diuraikan berikut ini merupakan sebagian

permasalahan yang perlu dituntaskan bila benar-benar diharapkan adanya

pertumbuhan dalam kehidupan bisnis atau perekonomian di Indonesia.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa praktik suap menyuap banyak

terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, dalam Pedoman GCG (NCCG) tahun

2001 terdapat suatu rekomendasi spesifik mengenai Etika Berusaha dan Anti

Korupsi yang selengkapnya berbunyi160:

“Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan perseroan dilarang untuk memberikan atau menawarkan baik langsung ataupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau seorang pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Ditambahkan juga dalam Pedoman GCG tersebut, bahwa :

159 Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yo Keputusan Menteri BUMN Nomor

117/M-MBU/2002. 160 Ibid, hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: Conflict of Interests

“Suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah, sumbangan, atau entertainment, sekali-kali tidak boleh dilakukan pada suatu keadaan yang dianggap suatu perbuatan yang tidak patut”.

Oleh karena itu perseroan wajib membuat suatu pedoman tentang

perilaku etis, yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika berusaha.

Ketentuan dalam pedoman harus dinyatakan dengan singkat dan jelas, tetapi

cukup rinci guna memberikan arahan yang jelas perihal perilaku etika

berusaha kepada siapa pedoman itu ditujukan.

Selanjutnya apa yang harus dilakukan oleh sektor korporasi dalam

merespons rekomendasi Indonesian Code tersebut, terutama dalam rangka

pelaksanaan corporate governance. Dalam hal ini tentunya setiap perusahaan

tidak dalam posisi untuk menyelesaikan “masalah klasik” tersebut secara

nasional, tetapi paling tidak dapat mempraktikkan etika berusaha dalam

lingkup kegiatan bisnisnya. Apabila setiap perusahaan menerapkan GCG,

diharapkan lambat laun akan tercipta kehidupan komunitas bisnis yang lebih

sehat, saling melengkapi untuk menjadi lebih baik lagi.161

Seperti kasus Spin off PT Semen Gresik merupakan indikator masih

rendahnya perlindungan investor, khususnya pemegang saham minoritas.

Keputusan sepihak pemegang saham mayoritas sangat berpotensi merugikan

citra investasi di Indonesia.162

161 Ibid hal. 33 162 Dapat ditambahkan bahwa masyarakat Minang ramai-ramai menuntut

pemisahan (spin-off) atas PT Semen Padang dari PT Semen Gresik (SG). Pemerintah Pusat pada 1995, yang menggabungkannya sebagai anak perusahaan SG. Tuntutan

Universitas Sumatera Utara

Page 107: Conflict of Interests

Selain itu, independensi komisaris juga rendah. Sebagaimana

diketahui bahwa independensi merupakan persoalan penting dalam penerapan

GCG. Hilangnya independensi Komisaris dalam proses pengambilan

keputusan bisnis akan menghilangkan objektivitasnya dalam mengambil

keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal bila ternyata harus

mengorbankan kepentingan perusahaan yang seharusnya mendapat prioritas

utama. Keberpihakan karena adanya “utang budi” yang berlaku dalam budaya

dan tata nilai masyarakat Indonesia dapat menghilangkan sifat independensi

seseorang. Mereka lebih cenderung berpihak pada orang yang telah berjasa

atas dirinya dari pada harus bersikap independen.163

Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan

bisnis, perlu pula dikembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktik di

tingkat corporate board, terutama di tingkat Komisaris yang oleh undang-

undang didaulat untuk melakukan pengawasan yang independen terhadap

pengelolaan perusahaan oleh direksi.

spin-off masyarakat Minang terhadap SP bisa dibilang wajar, mengingat kedekatan mereka terhadap SP yang sudah berdiri di tengah mereka sejak 18 Maret 1910. Ia adalah pabrik semen tertua sekaligus pelopor pabrik semen di Indonesia. Belakangan, seiring dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini, pada tahun 1998 Pemerintah Pusat berniat melakukan privatisasi (menjual) saham SG sebesar 40% kepada Cemex. Penjualan (privatisasi) ini dikecam keras masyarakat Sumatera Barat dengan melayangkan berbagai petisi dan demo. Akibat protes ini, akhirnya pemerintah hanya menjual 14% sahamnya di Semen Gresik Group kepada Cemex. Lihat “Tuntutan Spin Off dan Bahaya Kartel”, http://www.bpkp.go.id/unit/Pusat/TuntutanSpinOff danBahayaKartel.pdf, penulis adalah Peneliti pada Puslitbangwas BPKP.

163 Dorojatun Kuncoroyakti, op. cit hal. 33-35

Universitas Sumatera Utara

Page 108: Conflict of Interests

Dalam pengalaman korporasi-korporasi di Indonesia, Komisaris

memiliki kecenderungan yang bisa membiaskan independensinya.

Kecenderungan tersebut antara lain terlalu kuatnya peran Komisaris dalam

perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena komisaris mewakili pemegang saham

mayoritas atau ia sebagai pemegang saham mayoritas itu sendiri, sehingga

komisaris terlalu banyak mengintervensi direksi dalam menjalankan tugasnya.

Akibatnya efektivitas direksi dalam mengambil keputusan yang bersifat teknis

menjadi terhambat, bahkan bisa jadi tidak melibatkan direksi sama sekali

dalam proses pengambilan keputusan perusahaan.

Di sisi lain, peran Komisaris dalam melaksanakan fungsinya

cenderung lemah. Kecenderungan lemahnya Komisaris dalam melaksanakan

fungsinya ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

Pertama, kedudukan Direksi yang kuat ini dimungkinkan karena

Direksi mewakili pemegang saham mayoritas atau pemegang saham

mayoritas itu sendiri. Direksi tidak memberikan informasi yang cukup

sehingga tak ada perencanaan dan mekanisme pengawasan terhadap

manajemen.

Kedua, pengangkatan Komisaris yang tidak didasarkan pada

kompetensi dan integritas. Misalnya pengangkatan Komisaris sebagai suatu

penghargaan semata atau karena hubungan pertemanan atau kekeluargaan

atau bahkan pengangkatan mantan atau pejabat pemerintah yang masih aktif

dengan tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 109: Conflict of Interests

bersangkutan. Dalam hal ini bukannya tidak mungkin bahwa para Komisaris

tersebut bertindak sekedar karena keterbatasan kompetensi mereka atau

karena adanya benturan kepentingan.

Ketiga, sering kali bahwa Komisaris menduduki posisi yang sama di

beberapa perusahaan sekaligus. Akibatnya, komitmen dan alokasi waktu

mereka terhadap suatu perusahaan menjadi tidak memadai dan pengawasan

menjadi tidak efektif.

Selain persoalan yang dikemukan di atas, penegakan hukum di

Indonesia tergolong lemah. Hal ini berdampak buruk oleh karena penegakan

hukum sangat berpengaruh terhadap perwujudan good corporate governance

(GCG). Penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum mencerminkan

perlindungan yang menyeluruh dan belum memihak pada “keadilan” seperti

yang diharapkan masyarakat. Banyak permasalahan hukum, misalnya dalam

beberapa kasus BLBI, yang diselesaikan dengan pendekatan politis dan bukan

hukum, dengan kata lain kepentingan politik banyak mewarnai proses hukum

di negeri ini. Hal ini jelas menimbulkan kesangsian dunia internasional

terhadap supremasi hukum di Indonesia.

Selain itu tingkat transparansi pada perusahaan-perusahaan kita cukup

rendah. Hal ini menjadi tantangan lain yang dihadapi dalam implementasi

prinsip dasar GCG, mengingat akar budaya Indonesia yang belum terbiasa

dengan transparansi atau keterbukaan. Hambatan muncul ketika transparansi

bukan hanya menyangkut gaji kolektif Komisaris atau Direksi tetapi termasuk

Universitas Sumatera Utara

Page 110: Conflict of Interests

kewajiban untuk merinci segala bentuk manfaat yang diterima masing-masing

anggota kedua Dewan tersebut. Demikian pula dengan pengungkapan agenda

rapat dan tingkat kehadiran Komisaris dan Direksi, pengungkapan adanya

perbedaan pendapat (dissenting mechanism) antar Komisaris dan Direksi, dan

pengungkapan hal lain yang sensitif seperti pengungkapan kegagalan.

2. Pentahapan Penerapan GCG

Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi

perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis

atas situasi dan kondisi perusahaan serta tingkat kesiapannya, sehingga

penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari

seluruh unsur di dalam perusahaan.164

Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam

menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: (1) Awareness Building,

(2) GCG Assessment; dan (3) GCG Manual Building.

Awareness building merupakan langkah sosialisasi awal untuk

membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen

bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan

164 Mas Achmad Daniri; Good Corporate Governance Konsep dan penerapannya dalam

konteks Indonesia, Edisi kedua,(Jakarta: Ray Indonesia 2006), hal 128-132

Universitas Sumatera Utara

Page 111: Conflict of Interests

meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk

kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi

kelompok.

GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih

tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat

ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal atau level penerapan

GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna

mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif

bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain GCG

Assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang

perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa

yang dapat diambil untuk mewujudkannya.

GCG Manual Building adalah langkah berikut setelah

assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan

perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapan, penyusunan

manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan

manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari

luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk

organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota

perusahaan, mencakup berbagai aspek sepert:

1) Kebijakan GCG Perusahaan

2) Pedoman GCG bagi Organ-organ Perusahaan;

Universitas Sumatera Utara

Page 112: Conflict of Interests

3) Pedoman Perilaku

4) Audit Committee Charter

5) Kebijakan Disklosur dan Transparansi

6) Kebijakan Manajemen Risiko

7) Roadmap Implementasi

b. Tahap Implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjut

adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3

internalisasi.

Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh

perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG

khususnya mengenai Pedoman Penerapan GCG. Upaya sosialisasi

perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,

langsung dibawah pengawasan Direktur Utama atau salah satu

Direktur yang ditunjuk sebagai GCG Champion di perusahaan. 165

Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan

Pedoman GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan

165 Pelaksanaan sosialisasi terkait erat dengan pengembangan budaya baru, yang masih perlu dilengkapi dengan upaya pembudayaan dari semua panduan dan pedoman yang bersifat legal dan formal tersebut, sehingga pada akhirnya apa yang diharapkan di dalam berbagai panduan dan pedoman ini akan dapat terlaksana sebagai suatu kebiasaan yang mencerminkan budaya perusahaan yang baru. Lihat G. Suprayitno, et.al. Internalisasi Good Corporate Governance dalam proses Bisnis (Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2005), hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: Conflict of Interests

Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan. Implementasi hendaknya

mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management)

guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi

GCG. 166

Internalisasi adalah tahap jangka panjang dalam implementasi.

Internal seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur

operasi (misalnya prosedur pengadaan dan lain-lain), sistem kerja, dan

berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan

bahwa penerapan GCG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar

kepatuhan yang bersifat superfisial, tetapi benar-benar tercermin

dalam seluruh aktivitas perusahaan.

c. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara

teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas

penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen

melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang

ada.167 Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan

jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan

166 Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan, 1) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing; 2) mendapatkan cost capital yang lebih murah; 3) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kerja ekonomi perusahaan; 4) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan; 5) Melindungi Direksi dan Komisaris dari tuntutan hukum. Lihat Indra Surya dan Ivan Yustiawan; Penerapan Good Corporate Governance, Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana 2006), hal. 68 167 Mas Achmad Daniri, Op. Cit, hal. 128.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: Conflict of Interests

yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit

atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti

yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu

perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian

perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan

perbaikan perusahaan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang

diberikan.

Dalam hal membangun GCG dan terkait dengan

pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku

setiap individu dalam perusahaan yang pada gilirannya akan

membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG, maka diperlukan

langkah-langkah berikut:

Pertama, menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan

perusahaan, serta sistem operasional pencapaiannya secara jelas.

Hal ini menjadi penting karena hanya dengan cara inilah

didapat acuan bagi semua pihak dalam perusahaan. Dalam UUPT, hal

ini dikenal dengan istilah fiduciary duty (menjalankan amanah), organ

perusahaan harus selalu bertindak semata-mata untuk kepentingan

perusahaan. Jika semua visi berikut penjabarannya dibuat jelas, maka

koordinasi dalam pencapaian tujuan menjadi semakin mudah.

Demikian pula setiap transaksi yang mengandung benturan

kepentingan akan terlihat gamblang.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: Conflict of Interests

Kedua, mengembangkan suatu struktur yang menjaga

keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan (Checks and

balances).

Di antara beberapa kelemahan praktik korporasi di Indonesia,

salah satu yang mencolok adalah begitu kuatnya pengaruh pemegang

saham pengendali yang acap berperan rangkap, menjabat manajemen

perusahaan. Alhasil, tak heran jika yang muncul adalah munculnya

fungsi pengawasan yang seyogiyanya dilakukan Dewan Komisaris.

Sebaliknya, Direksi menjadi begitu dominan sehingga fungsi kemudi,

pedal gas, dan rem seperti mengendarai sebuah mobil menjadi tidak

harmonis.

Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan

Komisaris, Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui peraturan

pencatatan yang dikeluarkannya, mengharuskan setiap perusahaan

tercatat memiliki Komisaris Independen dan komite audit. Dua unsur

ini menjadi penting meski terjadi perdebatan seru karena ada yang

menggugat keabsahan Komisaris Independen.

Ketiga, membangun sistem informasi, baik untuk keperluan

proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan

informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Keputusan yang diambil perusahaan biasanya dilakukan pada

level Direksi, Dewan Komisaris dan RUPS. Keputusan tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 116: Conflict of Interests

seyogiyanya didukung ketersediaan informasi yang lengkap,

menyeluruh, tepat waktu dan seketika. Dalam mengungkap informasi

material dan relevan; hal pertama, yang harus dilakukan adalah

mendefinisikan secara jelas apa yang dimakud informasi material dan

relevan tersebut. Karena setiap perusahaan mempunyai kekhususan

tersendiri. Kedua, membuat daftar kewajiban pelaporan dan

mengembangkan format-format laporan yang standar. Jika telah

diketahui kejelasan perihal informasi material dan relevan, maka

tindakan berikutnya adalah mengembangkan sistem pelaporan internal

unit-unit perusahaan yang memasok informasi tersebut.

Keempat, informasi guna pengambilan keputusan harus

dibagikan kepada para pengambil keputusan di perusahaan terutama

Direksi dan Komisaris simetris artinya; seluruh anggota Direksi dan

Komisaris harus mendapatkan informasi yang sama satu dengan yang

lain, termasuk dalam hal waktu diterimanya informasi tersebut. Hal ini

sangat penting untuk mengurangi risiko tanggung renteng dalam

pengambilan keputusan oleh Direksi dan Komisaris. Informasi yang

simetris juga memungkinkan tercapainya collective wisdom dalam

pengambilan keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan akan

berkualitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: Conflict of Interests

Kelima, membangun sistem audit yang handal, yang tak

terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi

standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan.

Selain mengawasi dan mengendalikan, suatu audit internal juga

memonitor transaksi yang mengandung benturan kepentingan

sekaligus merekomendasikan kepada Direksi bagaimana sebaiknya

menyikapi masalah tersebut. Satuan audit internal ini juga bertugas

memonitor apakah pelaksanaan GCG sudah dilakukan dengan benar.

Pada perusahaan-perusahaan champion corporate governance

biasanya tiga fungsi di atas dipisah, baik pada level kendali Direksi

maupun Dewan Komisaris. Di tingkat Dewan Komisaris, ketiga

komite tersebut adalah komite GCG (termasuk sistem nominasi dan

remunerasi para pimpinan puncak), komite pengendalian risiko yang

berperan di dalam mengantisipasi risiko perusahaan atau mengkaji hal-

hal yang akan diputuskan Direksi, dan Komite Audit yang lebih

memfokuskan terhadap kajian hal-hal yang sudah diputuskan Direksi.

Keenam, membangun sistem yang melindungi hak-hak

pemegang saham secara adil (fair) dan setara diantara para pemegang

saham.

Idealnya, hubungan antara pemegang saham mayoritas dan

minoritas dalam perusahaan haruslah serta harmonis berdasarkan asas

kekeluargaan dan itikad baik. Namun dalam praktiknya seringkali

Universitas Sumatera Utara

Page 118: Conflict of Interests

terjadi ketidakseimbangan terjadi karena adanya peraturan yang

memberi kekuasaan dominan bagi pemegang saham mayoritas. Karena

pemegang saham mayoritas yang tidak beritikad baik dapat dengan

mudah menyisihkan kepentingan pemegang saham minoritas. Sebagai

jalan keluar maka kewenangan mayoritas yang terkait dengan prinsip

one share one vote mesti diimbangi hak minoritas seperti dibukanya

kemungkinan hak mengajukan calon Komisaris Independen melalui

mekanisme akumulatif voting.

Dalam upaya melindungi pemegang saham minoritas,

perusahaan juga dapat menunjuk staf khusus yang bertugas memonitor

transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Jika transaksi tidak

dapat dihindari, harus diungkap apa latar belakangnya dan wajib

mendapat persetujuan sebagian besar pemegang saham minoritas

dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) sesuai

peraturan yang berlaku. Untuk menghindari transaksi dengan

menggunakan informasi orang dalam maka perusahaan juga perlu

membangun semacam “Tembok Cina” sehingga dapat mendeteksi

setiap kebocoran berikut sumbernya secara cepat.

Ketujuh, membangun sistem pengembangan Sumber Daya

Manusia (SDM) termasuk pengukuran kinerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 119: Conflict of Interests

Sebagai pendukung pencapaian tujuan perusahaan,

pengembangan SDM merupakan inti dari keberhasilan pengembangan

pilar-pilar lainnya.

Di sini ada tiga hal strategis yang terkait dalam pengembangan

SDM. Pertama, kesuksesan proses perubahan paradigma merupakan

modal dasar terbentuknya kultur perusahaan. Kedua, pengembangan

SDM menjadi strategis karena terkait langsung dengan proses

kaderisasi dan kelangsungan perusahaan. Ketiga, sistem penilaian

kerja pegawai yang efektif akan menjadi mesin pendorong tercapainya

pengembangan pilar lainnya.

Political Will Pemerintah untuk mengimplementasikan GCG diwujudkan dengan

sarana hukum berupa Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/200

tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance dan Undang-undang Nomor

19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.168

E. Penerapan GCG pada PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.

PT. Antam Tbk, selanjutnya disebut ANTAM, adalah perusahaan tambang

dan logam Indonesia milik negara yang telah melakukan aktivitas eksplorasi,

eksploitas, produksi, proses manufaktur, pemurnian serta pemasaran ke seluruh dunia

sejak tahun 1968. 169

168 Lihat Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-MBU/2002. 169 Antam, “Pencapaian dan Pengkajian untuk Bertumbuh”, Laporan Tahunan 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: Conflict of Interests

Antam mengekspor biji nikel ke Jepang dan Cina, memproses bijih nikel

menjadi feronilel untuk dijual ke perusahaan-perusahaan stainless steel di Eropa dan

Asia Timur. ANTAM juga menjual emas dan produk sampingan dari proses

pemurnian emas, yaitu perak, ke pengusaha perhiasan di Indonesia dan luar negeri.

Bauksit ANTAM yang merupakan bahan baku untuk aluminium, dijual ke Jepang

dan Cina. ANTAM satu-satunya pabrik yang mengoperasikan pemurnian logam

mulia di Indonesia.

Strategi yang dibuat ANTAM untuk mencapai tujuan perusahaan adalah

memaksimalkan nilai pemegang saham dengan berfokus pada keunggulan

perusahaan, menjalankan operasi yang berkelanjutan, serta mempertahankan

kondisi keuangan perusahaan yang solid. Strategi perusahaan berawal

dari jumlah cadangan yang merupakan faktor terpenting bagi perusahaan

pertambangan.

Saat ini perusahaan memiliki cadangan nikel dan bauksit

yang besar serta cadangan emas yang memadai. Keunggulan perusahaan adalah

menemukan, menambang dan mengolah cadangan tersebut. Untuk memaksimalkan

nilai, perusahaan akan bergeser dengan meningkatkan kegiatan pengolahan dan pada

saatnya akan menghentikan ekspor biji semata. Perusahaan memiliki konsumen yang

terdiversikasi dan tersebar di seluruh dunia sehingga perusahaan tidak tergantung

pada satu pasar semata dan juga pada China boom.

Proyek-proyek perusahaan didesain untuk mengoptimalkan nilai dari

cadangan. Perusahaan akan bekerja sama dengan mitra perusahaan kelas dunia untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 121: Conflict of Interests

mengembangkan proyek-proyek ini yang akan didanai melalui hutang secara agresif

tanpa recourse ANTAM serta memiliki tingkat imbal hasil ekuitas minimal 15%.

Perusahaan bukanlah yang ingin meraih keuntungan semata secara cepat dan lebih

berfokus pada profitabilitas yang berkelanjutan dan bersifat jangka panjang.

Perusahaan juga tidak akan mengambil risiko finansial dan akan menjaga kondisi

neraca yang kuat dengan jumlah hutang yang rendah.

Sejak didirikan pada tahun 1968 hingga pada tahun 2009, ANTAM telah

menerima berbagai macam penghargaan antara lain:

a. Perusahaan Terbaik Asia 2006, Finance Asia :

(1) Tata Kelola Perusahaan Terbaik (No. 10).

(2) Hubungan Investor Terbaik (No.8).

(3) Komitmen terhadap Dividen Yang Tinggi Terbaik (No.6).

b. LACP International 2005 Annual Report Award:

(1) Top 16 dari 1900 peserta 16 negara

(2) Pemenang Platinum untuk kategori Materi

(3) Pemenang Emas untuk kategori Cover Terbaik

c. Anugerah Business Review 2006:

(1) Sekretaris Perusahaan Terbaik

(2) Program Kemitraan UMKM & Bina Lingkungan Terbaik

(3) Kinerja Keuangan, saham dan Dewan Komisaris Terbaik II

(4) Korporasi Terbaik III

(5) Emiten Terbaik II Investor Award 2006

Universitas Sumatera Utara

Page 122: Conflict of Interests

(6) Website Terbaik dalam Indonesia Sustainability Reporting Award

2008

(7) Piagam Terbaik dalam kriteria teknis untuk Praktik Tata Kelola

Perusahaan

(8) Untuk kategori kapitalisasi pasar kecil/sedang di Asia Pasifik dari IR

Global Rankings

(9) Medali Emas dalam International Conference on quality control

circles

(10) Piagam Pratama kategori Perunggu (Safety Award) tahun 2006 dari

Kementerian ESDM

Pada ANTAM, Code of Conduct (Pedoman Perilaku) menggunakan

istilah “Standar Etika Perusahaan” yang melingkupi Visi, Misi dan Nilai-nilai

Perusahaan170, Komitmen Perusahaan, Tujuan dan Obyek Standar Etika,

Tanggung jawab terhadap Standar Etika, Kebijakan Perilaku Perusahaan; dan

Pelanggaran Atas Standar Etika Perusahaan.

Visi 2010 ANTAM adalah “Menjadi perusahaan pertambangan

berstandard internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar

170 Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) mengemukakan

pentingnya menetapkan kompetensi inti dan mengaitkannya dengan Visi, Misi, Nilai-nilai, lingkungan kompetitif dan rencana-rencana tindakan (Action Plans), Vincent Gaspersz, GE Way and Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 365

Universitas Sumatera Utara

Page 123: Conflict of Interests

global”.171Sedangkan Misi ANTAM adalah : (1) Menghasilkan produk-

produk berkualitas tinggi yaitu nikel, emas, dan mineral lain dengan

mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memperhatikan

kelestarian lingkungan; (2) Beroperasi secara efisien (berbiaya rendah);

Memaksimalkan shareholders dan stakeholders value; (3) Meningkatkan

kesejahteraan karyawan; dan (4) Berpartisipasi di dalam menyejahterakan

masyarakat di sekitar daerah operasi penambangannya.172

Adapun nilai-nilai dasar yang dianut jajaran perusahaan dan

diwujudkan dalam praktik bisnis sehari-hari adalah PIONIR (Pengembangan

Diri, Integritas, Harmoni, dan Reputasi). Penjabaran dari keempat nilai

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan Diri

Setiap insan ANTAM harus mempunyai kesadaran yang tinggi

dan kemauan yang keras untuk selalu mengasah dan meningkatkan

keterampilan serta pengetahuan dalam rangka pengembangan diri

insan ANTAM secara berkesinambungan.

ANTAM berkomitmen untuk selalu berupaya meningkatkan

kualitas insan ANTAM dengan memberikan pelatihan dan pengajaran

171 Standard Etika Perusahaan, Pedoman Kebijakan Manajemen Standar Etika Perusahaan,

PT Antam Tbk, hal. 12. 172 Djoko Santoso; Corporate Culture Challenge to Excellence (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007) hal. 88, mengutip pendapat Peter M. Senge bahwa Visi adalah apa? Yaitu gambaran masa depan yang ingin kita capai. Sedangkan untuk Misi, Djoko Santoso mengutip pendapat Seven Habits dan Stephen R. Covey mengatakan Misi organisasi merupakan sesuatu yang merefleksikan visi dan nilai-nilai bersama, guna menciptakan kesatuan komite yang kuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 124: Conflict of Interests

secara berkesinambungan, terarah dan adil kepada setiap insan

ANTAM.

ANTAM bertekad untuk menciptakan kesempatan untuk maju

yang sama dan seluas-luasnya untuk setiap insan ANTAM.

Setiap pemimpin ANTAM didorong untuk mengembangkan

kemampuan serta ketrampilan insan ANTAM dalam jajarannya guna

menciptakan sumber daya manusia yang tangguh serta melahirkan

pemimpin-pemimpin yang baru;

Proses pengembangan sumber daya manusia dalam ANTAM

selalu berorientasi pada pencapaian unjuk kerja yang tinggi.173

2) Integritas

Dalam menjalankan usahanya, ANTAM bertekad untuk selalu

menjunjung tinggi dan menjaga integritas Perusahaan;

Sebagai bagian dari Perusahaan, setiap Insan ANTAM harus

selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran serta menjadikannya

sebagai dasar dari segala pikiran perasaan dan perilaku dalam bekerja;

Dengan segenap hati, setiap Insan ANTAM harus memberikan

komitmennya untuk:

173 Siswanto Sutojo-E.John Aldrige; Good Corporate Governance; PT Damar Mulia Pustaka

2008, hal. 92 mengemukakan bahwa: “It is the men and the management who make profit”, hal ini dimaksudkan manajemen dan para karyawan yang profesional, akuntabel, beretika dan bermoral tinggilah yang menciptakan keuntungan bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 125: Conflict of Interests

(a) Bekerja keras dalam rangka memberikan kinerja terbaik

bagi ANTAM;

(b) Menegakkan disiplin yang tinggi dalam bekerja;

(c) Memberikan dedikasinya terhadap ANTAM;

(d) Selalu konsisiten untuk melaksanakan apa yang telah

disepakati untuk dilaksanakan;

(e) Memupuk rasa memiliki atas perusahaan dalam diri

masing-masing untuk meningkatkan loyalitas pada

ANTAM.

3) Harmoni

Untuk menciptakan budaya kebersamaan dalam perusahaan,

setiap Insan ANTAM harus mampu untuk bekerja sama dengan Insan

Antam lainnya untuk mengembangkan solusi yang inovatif dalam

rangka mencapai tujuan perusahaan;

Kerja sama tim diarahkan untuk menciptakan sinergi antar unit

dalam perusahaan, yang pada akhirnya akan menciptakan peningkatan

produktivitas kegiatan operasi;

ANTAM berkomitmen untuk menciptakan hubungan yang

harmonis serta membangun hubungan kemitraan yang saling

menguntungkan dengan stakeholders (Pemegang Saham, Pemerintah,

Mitra Kerja dan Masyarakat);

Universitas Sumatera Utara

Page 126: Conflict of Interests

ANTAM selalu menjunjung tinggi prinsip keadilan dan

keselarasan dalam menjalankan kegiatan usaha serta dalam

berinteraksi dengan semua pihak.174

4) Reputasi

ANTAM akan selalu memastikan bahwa setiap insan Antam

berpartisipasi dalam menciptakan dan menjaga reputasi baik

perusahaan di mana pun Insan ANTAM berada.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, ANTAM akan selalu

menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis serta seluruh peraturan

perundangan yang berlaku.

Setiap Insan ANTAM harus berperilaku sesuai dengan Standar

Etika Perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam bekerja maupun

dalam berhubungan dengan pihak-pihak di luar ANTAM.

Untuk menjaga reputasi baik perusahaan, ANTAM akan selalu

memenuhi komitmennya untuk selalu menghasilkan produk-produk

tambang berkualitas tinggi serta berorientasi pada kepuasan

pelanggan.175

174 Dalam pengelolaan perusahaan secara jelas komitmen pengurus PT. Antam berpegang

teguh pada asas fairness (kewajaran) yaitu keadilan dan kesertaan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN Pasal 3 (e).

175 Reputasi lebih bersifat intangible dan tidak mudah dianalisis atau diukur. Meskipun terdapat berbagai tantangan yang disebutkan diatas, diakui bahwa mengelola risiko reputasi sangat penting untuk kesuksesan bisnis secara berkelanjutan. Lihat RMCI, One day Workshop on Risk Profile (Jakarta: Profil Risiko Reputasi, Refreshment Program 2010), hal. 4

Universitas Sumatera Utara

Page 127: Conflict of Interests

Dalam menjalankan usahanya, ANTAM berkomitmen untuk mencapai

level tertinggi dari pelaksanaan nilai-nilai serta etika bisnis; Untuk mencapai

hal tersebut maka:

1) Seluruh insan ANTAM harus menjunjung tinggi dan berperilaku

sesuai dengan nilai-nilai standar perilaku yang tercantum dalam

Standar Etika Perusahaan;

2) Seluruh pimpinan dari setiap tingkatan dalam perusahaan

bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Standar Etika

Perusahaan ini dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh setiap

Insan ANTAM pada jajaran masing-masing;

3) Seluruh Mitra Kerja Perusahaan (konsultan, kontraktor dan

rekanan kerja) harus memahami dan mentaati ketentuan-ketentuan

yang terkait dari Standar Etika Perusahaan ini;

4) Seluruh Insan ANTAM termasuk Komisaris dan Direksi akan

melakukan penandatanganan ulang Komitmen Pribadi Standar

Etika Perusahan minimal satu tahun sekali.176

176 Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titiktolak pedoman perilaku

dalam menjalankan praktik bisnis menurut Sonny Keraf yaitu, prinsip otonom, prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan dan prinsip integritas moral. Lihat Sukrisno Agoes – I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat 2009), hal 127

Universitas Sumatera Utara

Page 128: Conflict of Interests

Adapun tujuan dan maksud dari penyusunan Standar Etika Perusahaan

adalah agar dapat dimanfaatkan :

1) Sebagai petunjuk praktis dan pedoman perilaku bagi seluruh Insan

Antam yang harus dipatuhi dalam berinteraksi sehari-hari dengan

semua pihak serta harus dijadikan landasan berpikir dalam proses

pengambilan keputusan;

2) Sebagai sarana untuk menciptakan dan memelihara lingkungan

kerja yang positif dan yang mendukung perilaku-perilaku etis dari

seluruh Insan Antam;

3) Sebagai sarana untuk meningkatkan kepekaan perusahaan dan

Insan Antam terhadap nilai-nilai etika bisnis dengan

mengembangkan diskusi-diskusi atau pengembangan wacana

mengenai etika.177

Obyek standar etika perusahaan adalah pihak-pihak yang wajib mematuhi dan

melaksanakan Standar Etika Perusahaan ANTAM yaitu :

1) Seluruh Insan Antam semua level. Yang dimaksud dengan Insan

Antam adalah manusia-manusia Antam yang mempunyai atribut

Antam dan atau yang bertindak atas nama Antam.

177 Ibid, hal. 121. Lebih jauh lagi pentingnya kesadaran bahwa setiap fungsi/pekerjaan di

dalam perusahaan bersifat “melayani” pihak lain atau masyarakat sehingga setiap orang harus bersikap profesional, yaitu menguasai ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap serta perilaku etis (ethical attitude and behaviour) yang relevan dengan pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 129: Conflict of Interests

2) Anak perusahaan dan afiliasi di bawah pengendalian adalah anak

perusahaan atau badan usaha lain yang dimiliki Antam, baik secara

langsung maupun tidak langung, dengan lebih dari 50% hak suara

Antam memiliki kemampuan untuk mengendalikan badan usaha

tersebut.

3) Mitra Kerja seperti kontraktor, konsultan dan rekanan kerja.178

Sehubungan dengan itu, Insan ANTAM memiliki tanggung jawab

sebagai berikut :

1) Mempelajari secara detail Standar Etika Perusahaan yang terkait

dengan pekerjaannya. Setiap Insan Antam harus memahami

standar etika yang dituangkan dalam Standar Etika Perusahaan ini;

2) Menghubungi atasan langsung, Satuan Kerja Human Resources,

Satuan Kerja Affairs atau pihak-pihak yang telah ditetapkan oleh

Direksi, apabila Insan Antam mempunyai pertanyaan mengenai

pelaksanaan Standar Etika Perusahaan;

178 Buchari Alma mengemukakan bahwa dalam dunia bisnis semua orang tidak

mengharapkan memperoleh perilaku tidak jujur sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi bisnis itu sendiri. Masalahnya ialah tidak ada hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika tersebut, karena nilai etika hanya ada dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam menyadari perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupan di dunia maupun akhirat. Lihat Buchari Alma; Pengantar Bisnis (Bandung: Penerbit Alfabeta 2008), hal. 183

Universitas Sumatera Utara

Page 130: Conflict of Interests

3) Segera membicarakan kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan

oleh Direksi, setiap dijumpai masalah mengenai kemungkinan

pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan;

melaporkan kemungkinan pelanggaran terhadap Standar Etika

Perusahaan;

4) Bersedia untuk bekerjasama dalam proses investigasi terhadap

kemungkinan pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan.179

Pada jajaran yang lebih tinggi, yaitu para Pimpinan ANTAM memiliki

tanggung jawab sebagai berikut :

1). Membangun dan menjaga budaya kepatuhan terhadap Standar

Etika Perusahaan melalui:

a) Secara pribadi mendorong kepatuhan terhadap Standar Etika

Perusahaan;

b) Melakukan pengawasan secara teratur mengenai program-

program yang bertujuan untuk mendorong kepatuhan Insan

Antam terhadap Standard Etika Perusahaan;

c) Memberikan contoh yang baik dalam cara bersikap maupun

dalam bertindak sehari-hari.

179 Lihat Buchari Alma kemudian mnegaskan orang-orang bisnis diharapkan bertindak

secara etis dalam berbagai aktivitasnya dimasyarakat. Diharapkan orang bsinis, memiliki standar etika yang lebih tinggi di masyarakat karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat, yang selalu mengawasi kegiatan mereka. Buchari Alma; Pengantar Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta 2008), Hal.185.

Universitas Sumatera Utara

Page 131: Conflict of Interests

2) Memastikan bahwa setiap Insan Antam mengerti bahwa ketaatan

atas Standar Etika Perusahaan sama pentingnya dengan pencapaian

unjuk kerja;

3) Mendorong Insan Antam untuk bertanya mengenai berbagai

masalah integritas dan etika bisnis;

4) Mempertimbangkan masalah kepatuhan terhadap Standar Etika

Perusahaan dalam mengevaluasi dan memberikan penghargaan

pada Insan Antam;

5) Mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap Standar

Etika Perusahaan melalui:

a) Memastikan bahwa risiko kemungkinan terjadinya pelanggaran

atas Standar Etika Perusahaan yang berhubungan dengan

proses bisnis dapat diidentifikasi secara dini dan sistematis;

b) Melakukan identifikasi dan melaporkan sesuai prosedur yang

ditetapkan terhadap kegiatan anak perusahaan, afiliasi serta

mitra kerja yang dapat menimbulkan kemungkinan

pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan;

c) Memastikan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan tentang

Standar Etika Perusahaan bagi seluruh Insan Antam, anak

perusahaan, afiliasi dan melakukan sosialisasi kepada mitra

kerja agar pihak-pihak tersebut mengerti dan memahami

Standar Etika Perusahaan secara menyeluruh.

Universitas Sumatera Utara

Page 132: Conflict of Interests

6) Melakukan deteksi atas kemungkinan pelanggaran terhadap

Standar Etika Perusahaan melalui:

a) Menerapkan pengawasan melekat untuk memperkecil risiko

kemungkinan terjadinya pelanggaran atas Standar Etika

Perusahaan;

b) Menciptakan sistem pelaporan atas kemungkinan-

kemungkinan terjadinya pelanggaran atas Standard Etika

Perusahaan yang sesuai untuk melindungi kerahasiaan dari

Insan Antam yang melaporkan;

c) Memastikan dilaksanakannya evaluasi secara berkala terhadap

pelaksanaan Standar Etika Perusahaan oleh Satuan Kerja

Internal Audit untuk menilai efektifitas pelaksanaan dan cara

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.

7) Menindaklanjuti laporan kemungkinan terjadinya pelanggaran atas

Standar Etika Perusahaan melalui:

a) Memperbaiki secara cepat kekurangan yang dijumpai dalam

penilaian kepatuhan atas pelaksanaan Standar Etika

Perusahaan;

b) Memberikan tindakan-tindakan indisipliner yang sesuai;

c) Melakukan konsultasi dengan Satuan Kerja Legal Affairs

jika pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 133: Conflict of Interests

terjadi memerlukan campur tangan penegak hukum atau

pihak yang berwajib.180

Dalam pengelolaan dan pengoperasian perusahaan, ANTAM

memiliki Kebijakan Perilaku Perusahaan dalam berbagai hal sebagai

berikut :

1. Persamaan dan Penghormatan Hak Asasi Manusia

Antam percaya bahwa hak asasi manusia adalah sesuatu

yang bersifat universal. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

masyarakat, ANTAM mendorong usaha-usaha untuk menjamin

terpenuhinya hak asasi manusia serta mempertimbangkan setiap

akibat dari kegiatan operasi terhadap masyarakat sekitar. ANTAM

berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap kegiatan operasi

perusahaan tidak melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.

1) Standar Etika :

a) Memastikan bahwa seluruh Insan ANTAM memahami

peraturan perundangan mengenai hak asasi manusia;

180 PT.Antam Tbk; Pedoman KebijakanManajemen Standar Etika Perusahaan (Jakarta:

2007) hal 27-47; merumuskan Kebijakan Perilaku Perusahaan mencakup, 1) Persamaan dan penghormatan pada HAM, 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan, 3) Kesempatan Kerja Yang Adil, 4) Benturan kepentingan, 5) Pembayaran tidak wajar, 6) Hadiah dan hiburan, 7) Hubungan dengan Pemerintah, 8) Hubungan dengan Pemasok, 9) Perdagangan Internasional, 10) Kerahasiaan Informasi, 11) Pengawasan dan penggunaan Aset, 12) Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Universitas Sumatera Utara

Page 134: Conflict of Interests

b) Memastikan bahwa masyarakat sekitar turut merasakan

kesejahteraan yang diciptakan ANTAM serta menghormati hak

asasi yang dimilikinya;

c) Mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam

menangani konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat,

serikat pekerja atau karyawan;

d) Melakukan analisa yang berkaitan dengan hak asasi manusia

dan bekerja sama dengan organisasi di luar perusahaan seperti

Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pada

tahap awal setiap proses pengembangan usaha, khususnya di

dalam analisis dampak sosial dalam penyusunan dokumen

AMDAL;

e) Bekerja sama dengan Pemerintah dan LSM yang terkait untuk

menghindari pelanggaran atas hak-hak yang terkait dengan

kepemilikan dari masyarakat setempat;

f) Mengembangkan sikap-sikap menghargai hak asasi manusia

pada pihak ketiga yang bekerja sama dengan atau yang

mewakili ANTAM.

2) Hal-hal yang harus diperhatikan :

a) Dampak negatif dari kegiatan operasi ANTAM terhadap

kesejahteraan masyarakat sekitar;

Universitas Sumatera Utara

Page 135: Conflict of Interests

b) Memburuknya hubungan atau munculnya konflik dengan

masyarakat sekitar, Pemerintah atau LSM yang terkait;

c) Keterlibatan aparat keamanan yang kontra produktif;

d) Pelanggaran hak-hak yang terkait dengan kepemilikan dari

masyarakat;

e) Penggunaan kekerasan yang tidak sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku untuk menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan masalah-masalah ketenagakerjaan atau

masyarakat sekitar;

f) Penggunaan tenaga kerja anak-anak;

g) Kemungkinan terjadinya hal-hal yang dianggap sebagai

pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Mitra

Kerja ANTAM.181

2. Keselamatan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan.

ANTAM berkomitmen untuk mencapai standar Keselamatan

dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan (K3LP) yang

181 PT. Antam secara konsepsional menerapkan asas pada GCG khususnya asas

pertanggung jawaban (responsibilitas) yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan per-undang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dimana berdasarkan UUPT No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat (1) berbunyi, Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Ketentuan ini bermaksud menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

Universitas Sumatera Utara

Page 136: Conflict of Interests

tinggi. Hal ini merupakan tanggung jawab dari pimpinan dan seluruh

Insan ANTAM.

1). Standar Etika

a) Mematuhi semua peraturan perundangan mengenai Keselamatan

dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan yang

berlaku, baik di tingkat nasional maupun internasional;

b) Menciptakan dan menjaga lingkungan kerja yang aman serta

mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja;

c) Mengurangi limbah, emisi dan penggunaan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3);

d) Menghilangkan risiko-risiko yang tidak wajar baik dari kegiatan

operasi maupun produk-produk yang dihasilkan;

e) Menangani masalah pencemaran lingkungan yang terjadi dengan

efektif dan efisien;

f) Setiap Insan ANTAM harus mengikuti pelatihan mengenai

peraturan perundangan dan kebijakan perusahaan mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan

Pertambangan;

g) Setiap Insan ANTAM harus memahami seluruh prosedur

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan

Pertambangan yang telah ditetapkan;

Universitas Sumatera Utara

Page 137: Conflict of Interests

h) Setiap Insan Pertambangan harus bersedia untuk melaksaanakan

pemeriksaan kesehatan, apabila dirasakan perlu oleh manajemen

Antam.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a) Kegiatan atau kondisi-kondisi yang tidak aman seperti:

(1) Kelalaian menggunakan alat pengaman diri seperti helm

pengaman (safety helmet), sepatu pengaman (safety shoes),

kaca mata pengaman (safety goggle), perlindungan

pendengaran (ear plug), pelampung (life vest) dan

sebaginya;

(2) Bahan kimia yang tidak diberi label;

(3) Kabel listrik yang terbuka dan tidak aman;

(4) Pintu keluar kebakaran yang terhalang;

b) Kelalaian untuk mematuhi peraturan dan prosedur mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan;

(1) Keluhan-keluhan mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja yang muncul dari Insan Antam;

(2) Bahaya atau kecelakaan kerja serta kerusakan lingkungan

yang timbul;

Universitas Sumatera Utara

Page 138: Conflict of Interests

(3) Ketidakmampuan dalam mengurangi jumlah dan dampak

dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).182

3. Kesempatan Kerja yang Adil

ANTAM berkomitmen untuk menciptakan kesempatan kerja

yang adil, termasuk di dalamnya larangan terhadap segala bentuk

diskriminasi. ANTAM memberikan kesempatan yang sama dan

perlakuan yang adil kepada seluruh Insan Antam.

1) Standar Etika

a). Mentaati peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, termasuk di

dalamnya peraturan yang mengatur kebebasan untuk

berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat;

b). Menggunakan kriteria kemampuan, kualifikasi (seperti

pendidikan pengalaman, kompetensi dan lain-lain) dan kriteria

lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai satu-

satunya dasar bagi semua keputusan yang berkaitan dengan

Insan ANTAM dan pelamar kerja;

182 Pasal 68 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup menegaskan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: a) memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu; b) menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup dan c) mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. PT Antam sangat peduli dengan ketentuan dimaksud dengan penjabaran yang jelas dan lugas.

Universitas Sumatera Utara

Page 139: Conflict of Interests

c). Melakukan rekruitmen tenaga kerja, pelatihan, pemberian

kompensasi serta pemberian syarat lain mengenai kesempatan

kerja tanpa memperhatikan latar belakang agama/kepercayaan,

ras/suku bangsa, hubungan pribadi (pertemanan dan

kekerabatan), warna kulit, kewarganegaraan, jenis kelamin

(termasuk kehamilan), preferensi seksual, umur, cacat, status

veteran atau karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum;

d). Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan,

seperti pelecehan terhadap seseorang karena latar belakang

agama/kepercayaan, ras/suku bangsa, warna kulit,

kewarganegaraan, jenis kelamin (termasuk kehamilan),

preferensi seksual, umur, cacat, status veteran atau

karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum;

e). Menghormati hak pribadi Insan ANTAM dengan

menggunakan, menjaga dan menyimpan data pribadi mereka

sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku;

f). Untuk keperluan perusahaan, Antam berhak untuk memonitor

penggunaan aset-aset perusahaan seperti komputer, email,

telepon, informasi mengenai hak kekayaan intelektual milik

ANTAM dan sebagainya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 140: Conflict of Interests

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a). Suasana kerja yang tidak nyaman seperti menceritakan lelucon

atau memperlihatkan barang yang mengejek atau menyinggung

anggota masyarakat dari etnis atau ras tertentu;

b). Mempertimbangkan ras, hubungan pribadi (pertemanan dan

kekerabatan), warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin,

preferensi seksual, umur, cacat fisik, status veteran atau

karakteristik lain yang dilindungi hukum sebagai faktor dalam

mempekerjakan, mempromosikan, mengkompensasikan, atau

keputusan lain yang berkaitan dengan Insan ANTAM;

c). Membicarakan hal-hal yang berkonotasi seks yang tidak

menyenangkan dengan Insan ANTAM lain;

d). Melakukan pelanggaran terhadap hukum ketenagakerjaan;

e). Menolak bekerja sama dengan individu tertentu karena ras,

agama, jenis kelamin dan sebagainya;

f). Memberitahukan data Insan ANTAM kepada orang yang tidak

memiliki kepentingan usaha, kewenangan atau persetujuan dari

subyek yang bersangkutan.

ANTAM menyadari bahwa setiap Insan ANTAM mempunyai

hak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan keuangan, usaha dan

Universitas Sumatera Utara

Page 141: Conflict of Interests

kegiatan lain yang sah diluar pekerjaan Insan ANTAM dengan tetap

memperhatikan kewajiban Insan ANTAM kepada perusahaan.

Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan

dengan tanggung jawab mereka sebagai Insan ANTAM. Insan

ANTAM tidak boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh

ANTAM sehingga dapat mendiskreditkan nama baik dan reputasi

ANTAM.

1) Standar Etika

a). Memberitahukan kegiatan Insan ANTAM di bidang kegiatan

keuangan diluar perusahaan atau usaha lain atau segala

hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Insan

ANTAM berkewajiban untuk memberikan semua informasi

mengenai hal tersebut dalam penjelasan tertulis kepada atasan,

satuan kerja human resources atau satuan kerja legal affairs

perusahaan;

b). Menghindari tindakan atau hubungan yang dapat

memunculkan konflik dengan pekerjaan atau kepentingan

ANTAM;

c). Menghindarkan diri dari tindakan penyalahgunaan sumber

daya ANTAM, hak milik intelektual, waktu dan fasilitas

ANTAM termasuk peralatan kantor seperti telepon, faksimil,

email, komputer dan lain-lain;

Universitas Sumatera Utara

Page 142: Conflict of Interests

d). Mendapatkan persetujuan dari atasan langsung sebelum

menerima posisi sebagai pejabat pada dewan dalam suatu

LSM, dimana Antam mungkin mempunyai hubungan usaha

dengan badan tersebut atau mempunyai pengharapan untuk

memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lain dari

ANTAM.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a). Memiliki hubungan keuangan dengan suatu perusahaan dimana

Insan ANTAM secara pribadi dapat mempengaruhi hubungan

usaha Antam dengan perusahaan tersebut;

b). Melakukan pekerjaan paruh waktu dimana Insan ANTAM

dapat terdorong untuk melakukan pekerjaan tersebut selama

jam kerja aktif ANTAM atau menggunakan peralatan atau

material ANTAM;

c). Menerima hadiah dari pemasok, pelanggan atau pesaing,

sementara Insan ANTAM berada di posisi yang dapat

mempengaruhi atau dipandang dapat mempengaruhi keputusan

ANTAM atas si pemberi hadiah tersebut;

d). Menerima secara pribadi diskon atau keuntungan lain dari

pemasok, penyedia jasa atau pelanggan, yang tidak diberikan

kepada masyarakat umum atau Insan Antam yang lain dalam

situasi yang serupa;

Universitas Sumatera Utara

Page 143: Conflict of Interests

e). Menerima tawaran untuk membeli saham dari perusahaan lain,

padahal Insan ANTAM tersebut dalam menjalankan

pekerjaannya berhubungan dengan perusahaan itu;

f). Memberikan perlakuan khusus kepada pemasok yang dimiliki

atau dikelola oleh keluarga atau sahabat dekat;

g). Menyalahgunakan sumber daya ANTAM, posisi atau pengaruh

Insan ANTAM untuk memposisikan atau membantu usaha

lain;

h). Mempunyai preferensi khusus dalam mempekerjakan atau

membuat keputusan promosi jabatan mengenai istri, keluarga

atau sahabat dekat;

i). Hubungan pribadi, asmara atau hubungan lain yang dapat

menimbulkan konflik kepentingan dengan tanggung jawab

Insan ANTAM atau dapat menimbulkan munculnya kompromi

atas kepentingan ANTAM.

4. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest).

ANTAM menyadari bahwa setiap Insan ANTAM mempunyai

hak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan keuangan, usaha dan

kegiatan lain yang sah diluar pekerjaan Insan ANTAM dengan tetap

memperhatikan kewajiban Insan ANTAM kepada perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 144: Conflict of Interests

Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan

dengan tanggung jawab mereka sebagai Insan ANTAM. Insan

ANTAM tidak boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh

ANTAM sehingga dapat mendiskreditkan nama baik dan reputasi

ANTAM.

1) Standar Etika

a). Memberitahukan kegiatan Insan ANTAM di bidang kegiatan

keuangan diluar perusahaan atau usaha lain atau segala

hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Insan

ANTAM berkewajiban untuk memberikan semua informasi

mengenai hal tersebut dalam penjelasan tertulis kepada atasan,

satuan kerja human resources atau satuan kerja legal affairs

perusahaan;

b). Menghindari tindakan atau hubungan yang dapat

memunculkan konflik dengan pekerjaan atau kepentingan

ANTAM;

c). Menghindarkan diri dari tindakan penyalahgunaan sumber

daya ANTAM, hak milik intelektual, waktu dan fasilitas

ANTAM termasuk peralatan kantor seperti telepon, faksimil,

email, komputer dan lain-lain;

d). Mendapatkan persetujuan dari atasan langsung sebelum

menerima posisi sebagai pejabat pada dewan dalam suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 145: Conflict of Interests

LSM, dimana Antam mungkin mempunyai hubungan usaha

dengan badan tersebut atau mempunyai pengharapan untuk

memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lain dari

ANTAM.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a). Memiliki hubungan keuangan dengan suatu perusahaan dimana

Insan ANTAM secara pribadi dapat mempengaruhi hubungan

usaha Antam dengan perusahaan tersebut;

b). Melakukan pekerjaan paruh waktu dimana Insan ANTAM

dapat terdorong untuk melakukan pekerjaan tersebut selama

jam kerja aktif ANTAM atau menggunakan peralatan atau

material ANTAM;

c). Menerima hadiah dari pemasok, pelanggan atau pesaing,

sementara Insan ANTAM berada di posisi yang dapat

mempengaruhi atau dipandang dapat mempengaruhi keputusan

ANTAM atas si pemberi hadiah tersebut;

d). Menerima secara pribadi diskon atau keuntungan lain dari

pemasok, penyedia jasa atau pelanggan, yang tidak diberikan

kepada masyarakat umum atau Insan Antam yang lain dalam

situasi yang serupa;

Universitas Sumatera Utara

Page 146: Conflict of Interests

e). Menerima tawaran untuk membeli saham dari perusahaan lain,

padahal Insan ANTAM tersebut dalam menjalankan

pekerjaannya berhubungan dengan perusahaan itu;

f). Memberikan perlakuan khusus kepada pemasok yang dimiliki

atau dikelola oleh keluarga atau sahabat dekat;

g). Menyalahgunakan sumber daya ANTAM, posisi atau pengaruh

Insan ANTAM untuk memposisikan atau membantu usaha

lain;

h). Mempunyai preferensi khusus dalam mempekerjakan atau

membuat keputusan promosi jabatan mengenai istri, keluarga

atau sahabat dekat;

i). Hubungan pribadi, asmara atau hubungan lain yang dapat

menimbulkan konflik kepentingan dengan tanggung jawab

Insan ANTAM atau dapat menimbulkan munculnya kompromi

atas kepentingan ANTAM.183

183 KNKG pada tahun 2006 dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia

tentang Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku; khususnya mengenai Benturan Kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan diatas kepentingan pribadi. Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta.

Universitas Sumatera Utara

Page 147: Conflict of Interests

5. Pembayaran yang Tidak Wajar

Insan ANTAM dilarang untuk menawarkan dan/atau

memberikan sesuatu yang berharga untuk memperoleh suatu

keuntungan yang tidak wajar atau perlakuan istimewa dalam

melakukan penjualan atas barang atau pemberian jasa atau melakukan

transaksi keuangan kepada pejabat Pemerintah atau pihak-pihak lain di

luar ANTAM.184

Kebijakan Pembayaran Tidak Wajar mengatur standar etika

dan praktik ANTAM mengenai pembayaran khusus, hiburan dan

sumbangan politis, baik kepada pejabat pemerintah maupun pihak-

pihak di luar ANTAM. ANTAM tidak mentolerir praktik-praktik yang

tidak memenuhi kebijakan ini. ANTAM akan memproses lebih lanjut

pelanggaran atas kebijakan ini sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

1) Standar Etika

a). Dalam keadaan apapun, dilarang keras memberikan,

menawarkan atau mewenangkan penawaran, baik secara

langsung maupun tidak langsung, sesuatu yang berharga (uang,

barang atau jasa) kepada pejabat pemerintah dan pihak-pihak

184 Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik

GCG , Pasal 4.c. mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilan-dasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu PT. Antam telah merumuskan dalam Pedoman perilaku tentang larangan “Pembayaran yang tidak wajar, Hadiah dan hiburan”.

Universitas Sumatera Utara

Page 148: Conflict of Interests

di luar ANTAM untuk memperoleh keuntungan yang tidak

wajar dan/atau perlakuan istimewa.

b). Kebijakan ini tidak melarang pemberian penggantian yang sah,

misalnya untuk akomodasi dan biaya perjalanan yang

ditanggung oleh pihak-pihak luar Antam yang secara langsung

berkaitan dengan promosi produk dan jasa dari ANTAM,

proses pengembangan usaha ANTAM atau terhadap

pelaksanaan suatu kontrak;

c). Dilarang keras untuk memberi hadiah atau pembayaran lain

kepada pihak-pihak di luar ANTAM dan pejabat pemerintah

untuk mempercepat tindakan administrasi (facilitating

payment) tanpa terlebih dahulu mengkonsultasikannya kepada

pimpinan ANTAM atau Satuan Kerja Legal Affairs

Perusahaan;

d). Apabila facilitating payment seperti diatas dilakukan harus

dipastikan bahwa hal tersebut merupakan tujuan yang jelas,

serta secara tepat dan transparan dicatat dalam pembukuan

ANTAM;

e). Dilarang keras untuk menyumbangkan dana perusahaan atau

aset perusahaan untuk tujuan politik baik di dalam maupun

diluar negeri;

Universitas Sumatera Utara

Page 149: Conflict of Interests

f). Mensyaratkan kepada mitra kerja untuk mematuhi ketentuan

pembayaran tidak wajar ini dan seluruh peraturan perundangan

yang berhubungan dengan hal tersebut;

g). Sebelum bekerja sama dengan pihak ketiga, ANTAM harus

melakukan pemeriksaan secara seksama terhadap kepatuhan

pihak ketiga tersebut atas standar etika mengenai pembayaran

tidak wajar.

2) Hal-hal Yang harus diperhatikan

a) Pihak ketiga yang mempunyai hubungan kerja atau yang

mewakili ANTAM yang:

(1) Pernah dituduh melakukan kegiatan usaha yang tidak sah;

(2) Pernah terlibat dalam kasus pembayaran tidak wajar atau

mempunyai reputasi yang buruk mengenai pembayaran

tidak wajar;

(3) Memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang dapat

mempengaruhi keputusan pelanggan atau pemerintah

secara tidak wajar;

(4) Melakukan pendekatan terhadap Insan Antam pada saat

keputusan akan diambil dan menjelaskan bahwa pihak ketiga

tersebut mempunyai special arrangement dengan pejabat

pemerintah atau pelanggan;

Universitas Sumatera Utara

Page 150: Conflict of Interests

(5) Mendesak untuk menerima komisi pembayaran sebelum

ANTAM melakukan pengumuman mengenai keputusan

yang diambil.

b) Setiap pembayaran komisi atau pembayaran lainnya yang

dilakukan di negara lain atau menggunakan nama orang lain;

c) Pembayaran komisi yang besarnya dianggap signifikan

dibandingkan dengan nilai jasa yang diberikan.

6. Hadiah dan Hiburan

Penerimaan dan pemberian hadiah, hiburan atau bantuan dalam

pekerjaan, dapat menyebabkan benturan kepentingan serta turunnya

kepercayaan publik terhadap integritas perusahaan. Oleh karena itu

ANTAM menetapkan standar etika yang mengatur secara khusus

mengenai penerimaan dan pemberian hadiah serta hiburan dari pihak

ketiga di luar perusahaan.185

1) Standar Etika

a) Dilarang keras menerima atau memberikan hadiah baik dalam

bentuk uang maupun barang atau segala bentuk hiburan dalam

kondisi yang dapat menimbulkan pandangan ketidakwajaran;

185 Lebih jauh Kep. Men BUMN Nomor 117 Pasal 32 tentang Etika Berusaha dan Anti

Korupsi; suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah, sumbangan atau “entertainment” tidak boleh dilakukan pada saat keadaan yang dapat dianggap sebagai perbuatan yang tidak patut.

Universitas Sumatera Utara

Page 151: Conflict of Interests

b) Semua hadiah atau hiburan harus diungkapkan kepada atasan

langsung dan Satuan Kerja Human Resources, yang kemudian

akan memutuskan tindakan-tindakan apa yang akan diambil

berkenaan dengan hal tersebut. Hanya hadiah dengan nilai

yang wajar atau hiburan yang pantas, yang diperkenankan

untuk diterima atau diberikan;

c) Kewajaran atas nilai suatu hadiah, pemberian khusus maupun

hiburan perlu ditetapkan oleh Direksi secara periodik dengan

mempertimbangkan hal-hal berikut:

(1) Tidak melanggar aturan hukum yang berlaku pada tempat

dimana perusahaan beroperasi;

(2) Tidak melebihi kewajaran yang berlaku sesuai dengan adat

istiadat serta kebiasaan yang berlaku pada daerah setempat;

(3) Dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka baik secara

moril maupun materiil pada pihak-pihak terkait dan

masyarakat secara luas.

d) Tanda terima dari semua hadiah atau hiburan harus dicatat

secara jelas dan akurat dalam pembukuan ANTAM;

e) Semua pengeluaran yang berhubungan dengan hadiah dan

dipertanggungjawabkan dengan jelas.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 152: Conflict of Interests

a) Segala bentuk hadiah, pemberian khusus maupun hiburan yang

bersifat tidak resmi;

b) Pemberian atau penawaran uang, biaya, komisi, kredit, hadiah,

benda berharga atau kompensasi dalam bentuk apapun yang

melebihi kewajaran.

7. Hubungan dengan Pemerintah

ANTAM berkomitmen untuk membangun hubungan dengan

semua instansi dan pejabat pemerintah berdasarkan standar etika bisnis

dan peraturan perundangan yang berlaku.186

1) Standar Etika

a) Tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku khususnya

mengenai hubungan dengan pemerintah;

b) Membangun hubungan yang harmonis dengan pemerintah selaku

pihak regulator dan pemegang saham;

c) Mengharuskan semua Mitra Kerja ANTAM untuk mematuhi

standar etika hubungan dengan pemerintah yang diterapkan

ANTAM;

d) Jujur dan transparan dalam berhubungan dengan semua instansi

dan pejabat pemerintah;

186 Dalam rangka menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan Good Public Governance diperlukan tiga pilar, yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat. Dunia usaha juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang bertalian dengan sektor usahanya. Lihat KNKG, Public Governance (Jakarta: Penerbit Salemba, 2008) hal 150

Universitas Sumatera Utara

Page 153: Conflict of Interests

e) Setiap pelaporan, pernyataan, sertifikasi dan pemohonan yang

ditujukan kepada pemerintah harus transparan, jelas, akurat,

lengkap, serta tidak mengandung hal-hal yang dapat

disalahtafsirkan.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a) Persyaratan-persyaratan khusus atau pengenaan biaya yang

tidak sah sehubungan dengan proses perijinan yang

dikeluarkan oleh pemerintah;

b) Penyerahan informasi atau data perusahaan yang tidak akurat

atau tidak lengkap yang dibutuhkan oleh pemerintah;

c). Pelanggaran atas peraturan pemerintah mengenai larangan

pemberian hadiah dan peraturan mengenai pemberian hiburan

serta prosedur pensertifikatan.

8. Hubungan dengan Pemasok

ANTAM mendasarkan hubungan perusahaan dengan pemasok

pada prinsip-prinsip usaha yang sah, efisien dan wajar (fair). Antam

mengharapkan agar setiap pemasok selalu menjunjung tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 154: Conflict of Interests

peraturan perundangan yang berlaku dalam berhubungan dengan Insan

Antam, antar pemasok dan ANTAM sebagai sebuah perusahaan.187

1) Standar Etika

a) Mengikuti seluruh peraturan pengadaan barang dan jasa yang

ditetapkan ANTAM, pada saat melakukan pengadaan atas

barang atau jasa yang dibutuhkan;

b) Memberikan kesempatan bagi pemasok usaha kecil terutama

pengusaha lokal, untuk mendapatkan bagian dari volume

pembelian ANTAM;

c) Antam hanya menggunakan pemasok-pemasok yang

memenuhi kualifikasi yang ditetapkan ANTAM dan secara

konsisten mampu memenuhi standar kualitas, biaya dan

pengiriman yang diharapkan pelanggan;

d). Melakukan hubungan kerja hanya dengan pemasok yang

mematuhi peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan

tambahan dari ANTAM, terutama yang berkaitan dengan

perburuhan, lingkungan, kesehatan dan keamanan, hak

kekayaan intelektual dan pembayaran yang tidak wajar.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

187 Pemasok adalah salah satu mitra bisnis perusahaan, maka perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Perusahaan dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-masing pihak. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006) hal 24

Universitas Sumatera Utara

Page 155: Conflict of Interests

a) Pemilihan pemasok yang tidak melalui pelelangan (tender)

yang terbuka dan kompetitif;

b) Potensi konflik kepentingan dalam pemilihan pemasok,

termasuk penerimaan uang, hadiah, hiburan atau barang lain

yang berharga, kecuali yang secara tegas sesuai dengan

kebijakan perusahaan;

c) Pemilihan pemasok yang dimiliki atau dikelola oleh keluarga

atau teman;

d). Pemasok tidak memenuhi persyaratan Antam mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan

Pertambangan (K3LP) dan peraturan ketenagakerjaan;

e) Lemahnya kontrol terhadap proses pengadaan perusahaan;

f) Praktek mark-up harga dan kuantitas, kolusi diantara pemasok

dalam penetapan harga (price fixing) maupun pembagian

pekerjaan (bid pooling) dan ketergantungan kepada suatu

pemasok dalam jangka panjang.

9. Perdagangan Internasional

Sebagai perusahaan yang banyak melakukan perdagangan

internasional, ANTAM selalu berusaha untuk menghormati segala

Universitas Sumatera Utara

Page 156: Conflict of Interests

ketentuan hukum dan peraturan internasional yang berkaitan dengan

perdagangan internasional.188

1). Standar Etika

a) Mengikuti semua peraturan perdagangan internasional yang

terkait, termasuk masalah perijinan, dokumentasi pengapalan,

dokumentasi impor, pelaporan dan penyimpangan dokumen

yang disyaratkan;

b) Memastikan bahwa semua transaksi internasional Antam yang

terkait;

c) Berkonsultasi dengan Satuan Kerja Legal Affairs perusahaan

apabila terjadi konflik dengan peraturan atau undang-undang

negara tujuan.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a). Pelanggan yang tidak dikenal baik dan tanpa referensi yang

meyakinkan;

b). Syarat-syarat transaksi atau pembayaraan yang tidak wajar;

c). Transaksi yang melibatkan negara yang diembargo, warga

negara atau perwakilan dari negara yang diembargo serta

188 PT. Antam berketetapan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam memenuhi

harapan pemerintah yang pada intinya agar implementasi good corporate governance (GCG), persepsi positif investor terhadap perusahaan Indonesia akan menguat. Lihat Dorojatun Kuncoro Djakti; good corporate governace di Indonesia; Komisaris Independen (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hal 25

Universitas Sumatera Utara

Page 157: Conflict of Interests

individu atau badan yang sedang dikenai sanksi oleh

pemerintah.

10. Kerahasiaan Informasi

Kebijakan kerahasiaan informasi perusahaan disusun untuk

menjamin keamanan informasi dan memastikan bahwa informasi yang

perlu diungkapkan oleh ANTAM, telah secara adil dan merata

disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tanpa adanya

perlakuan istimewa untuk pihak tertentu.189

1) Standar Etika

a) Setiap Insan ANTAM tidak diizinkan untuk membicarakan

“informasi material” mengenai perusahaan kepada siapapun.

Pelanggaran ini meliputi suami atau isteri, rekan di rumah,

sanak saudara dari rekan di rumah, pialang (broker) dan Insan

ANTAM lainnya (kecuali rekan kerja yang perlu mengetahui

tentang hal tersebut);

b) Setiap Insan ANTAM tidak diperbolehkan untuk melakukan

jual beli saham perusahaan apabila mereka memiliki informasi

yang dapat mempengaruhi harga saham ANTAM tersebut;

189 Dalam Pedoman Umum Good Corpoprate Governance Indonesia tentang Kerahasian

Informasi merumuskan bahwa anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia bisnis. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance, (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal 10

Universitas Sumatera Utara

Page 158: Conflict of Interests

c) Persetujuan dari Manajemen Senior harus diperoleh sebelum

Insan ANTAM melakukan jual beli saham perusahaan lain

yang mempunyai hubungan bisnis dengan Antam;

d) Informasi yang dianggap sebagai rahasia meliputi rencana

bisnis dan strategi perusahaan, hasil-hasil penelitian dan

pengembangan yang digunakan dalam proses produksi, standar

dan prosedur operasi perusahaan, dokumen-dokumen internal

yang ditandatangani manajer perusahaan, hak kekayaan

intelektual ataupun informasi-informasi penting lainnya yang

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan apabila tersebar ke

luar ANTAM, kecuali apabila informasi tersebut telah

dipublikasikan;

e) Untuk seluruh Insan ANTAM yang masih bekerja di Antam,

perusahaan melarang keras penggunaan yang tidak sah atau

pemberian informasi rahasia tersebut kepada pihak eksternal

tanpa sepengetahuan corporate security perusahaan;

f) Bagi Insan ANTAM yang tidak bekerja lagi di perusahaan,

dilarang keras mengambil informasi-informasi rahasia sebelum

meninggalkan perusahaan. Semua dokumen yang telah dibuat

oleh Insan Antam yang bersangkutan menjadi hak milik

perusahaan sepenuhnya. Sebelum meninggalkan perusahaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 159: Conflict of Interests

Insan ANTAM tidak diperkenankan untuk membawa dokumen

apa pun;

g) Perusahaan menghormati hak-hak kepemilikan informasi

perusahaan lain dan mengharuskan Insan Antam untuk

mentaati semua peraturan perundangan yang berkaitan dengan

masalah hak kepemilikan informasi;

h) Mengumpulkan informasi mengenai perusahaan lain

diperkenankan sepanjang informasi tersebut didapatkan dari

sumber-sumber yang sah, seperti media massa ataupun press

release dari perusahaan tersebut;

i) Bagi Insan ANTAM yang masih bekerja di perusahaan,

perusahaan melarang keras pengumpulan informasi eksternal

yang dilakukan secara tidak sah, seperti memata-matai,

mencuri informasi, atau dengan memalsukan identitas diri;

j) Mencari informasi rahasia dari Insan ANTAM yang baru yang

pindah dari perusahaan lain tidak diperbolehkan;

k) Upaya pengumpulan informasi dari perusahaan lain harus

dilaksanakan dengan sepengetahuan pimpinan satuan kerja

terkait;

l) Bagi Insan ANTAM yang tidak bekerja lagi di perusahaan,

ANTAM melarang keras pemalsuan identitas dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 160: Conflict of Interests

menggunakan nama ANTAM untuk memperoleh informasi

rahasia dari perusahaan lain;

m) Apabila ada keraguan ataupun masalah yang timbul dalam

kaitannya dengan masalah informasi perusahaan, harap

menghubungi corporate secretary.190

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a) Pengendalian yang tidak mencukupi seperti hal-hal yang

memungkinkan akses oleh orang yang tidak berwenang

terhadap informasi ANTAM yang material;

b) Penyampaian atau permintaan penyampaian informasi rahasia

ANTAM atau informasi mengenai pelanggan dan pemasok

ANTAM oleh pihak-pihak yang tidak memiliki wewenang

untuk memperoleh informasi tersebut;

c). Penyampaian atau penerimaan informasi non publik tentang

ANTAM ataupun perusahaan lain yang dapat mempengaruhi

keputusan untuk menjual atau membeli saham atau efek dari

ANTAM atau perusahaan lain tersebut, yang dapat disinyalir

sebagai informasi orang dalam.

190 Penjelasan Pasal 20 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, menjelaskan bahwa Sekretaris

Perusaan (Corporate Secretary) berfungsi untuk memastikan bahwa Persero mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip good corporate governance.

Universitas Sumatera Utara

Page 161: Conflict of Interests

11. Pengawasan dan Penggunaan Aset

Standar etika pengawasan dan penggunaan aset ditujukan

untuk memastikan seluruh aset fisik, keuangan, hak milik intelektual,

dan aset lain yang digunakan dan dilindungi secara optimal.

1) Standar Etika

a) ANTAM mengikuti standar akuntansi dan pelaporan yang

berlaku umum dalam mencatat dan melaporkan aset

perusahaan.

b) Seluruh aset perusahaan harus digunakan secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan perusahaan;

c) Seluruh aset perusahaan baik fisik, keuangan dan lainnya harus

dilindungi dari penggunaan-penggunaan yang tidak sah,

penggelapan (embezzlement) dan kecurangan (fraud);

d) Insan ANTAM dilarang untuk menggunakan aset perusahaan

selain untuk kepentingan perusahaan;

e) Perusahaan harus menerapkan proses pengendalian yang

efektif dan efisien atas penggunaan asset perusahaan

untuk menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang

mungkin terjadi;

Universitas Sumatera Utara

Page 162: Conflict of Interests

f) Insan ANTAM berkewajiban untuk melaporkan indikasi maupun

terjadinya kecurangan (fraud) di lingkungan perusahaan secara

dini, kepada atasan langsung, Satuan Kerja Human Resources,

Satuan kerja Legal Affairs dan pihak-pihak yang telah ditunjuk

Direksi.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a) Penggunaan aset perusahaan selain untuk kepentingan

perusahaan;

b) Aset fisik atau sumber daya lainnya yang digunakan secara

berlebihan, dipindahtangankan atau dihapusbukukan secara tidak

sah;

c) Kontrol terhadap unit bisnis yang terletak jauh dari kantor pusat;

d) Tidak adanya kontrol yang efektif untuk melindungi aset

perusahaan dari risiko kerugian dan kecurangan (fraud);

e) Catatan keuangan yang tidak akurat seperti kelebihan pencatatan

biaya hidup dan perjalanan, faktur atau jam kerja yang salah.

12. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Hak Atas Kekayaan Intelektual (meliputi paten, rahasia dagang,

merk dagang, hak cipta, dan kepemilikan informasi lainnya yang dimiliki

perusahaan) merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi setiap

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 163: Conflict of Interests

1) Standar Etika

a) Insan ANTAM harus menghormati hak kekayaan intelektual

pihak lain karena setiap penggunaan yang tidak sah atas hak

milik intelektual orang lain dapat mengakibatkan Antam

menanggung gugatan hukum secara perdata dan ganti rugi;

b) Seluruh Insan ANTAM harus berpartisipasi secara aktif untuk

melindungi hak atas kekayaan intelektual milik Antam;

c) Insan ANTAM yang turut serta/bekerja dalam pengembangan

suatu proses atau produk yang akan digunakan oleh Antam,

atau Insan Antam yang memiliki atas hasil karya tersebut,

harus memperlakukan informasi yang terkait dengan proses

atau produk tersebut sebagai milik Antam baik selama masa

kerja maupun setelah Insan Antam tidak bekerja lagi untuk

ANTAM;

d) Seluruh Insan ANTAM harus menginformasikan hasil karya

yang dihasilkannya baik selama maupun di luar jam kerja, jika

hasil karya tersebut terkait dengan bisnis atau operasi

ANTAM. ANTAM berhak atas seluruh manfaat (exclusive

benefits) dari paten, kuasa pertambangan, dan lain-lain yang

terkait dengan hasil karya dimaksud di atas;

e) Seluruh Insan ANTAM harus menandatangani pernyataan

untuk menjaga kerahasiaan maupun kesediaan untuk membantu

Universitas Sumatera Utara

Page 164: Conflict of Interests

ANTAM dalam proses memperoleh hak kekayaan intelektual atas

nama ANTAM.

2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a) Menerima informasi yang terkait hak atas kekayaan intelektual dari

pihak lain, tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Satuan

Kerja Legal Affairs, dimana terdapat kondisi kerahasiaan

(confidentiality) yang harus dijaga;

b) Mempekerjakan seseorang yang tadinya bekerja di kompetitor tanpa

memberikan perlindungan dan pencegahan agar orang tersebut tidak

membocorkan atau menggunakan hak milik informasi kompetitor;

c) Memperkenalkan suatu produk atau jasa baru, atau nama produk

atau jasa baru, sebelum pengecekan mengenai pelanggaran paten

atau merk dagang;

d) Membicarakan hak kekayaan intelektual maupun informasi yang

terkait dengan hak kekayaan intelektual Antam dengan pelanggan

atau pemasok tanpa melalui prosedur resmi yang telah ditetapkan

ANTAM;

e). Menyampaikan atau membocorkan informasi mengenai suatu

produk baru atau jasa sebelum permohonan paten dilakukan atau

keputusan untuk tidak membuat permohonan dilakukan secara

resmi oleh ANTAM.191

191 Undang-undang No.13 Tahun 1997 Tentang Paten, pada Konsideran Menimbang

mengutarakan bahwa pemberian perlindungan hukum terhadap HAKI khususnya Paten sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional

Universitas Sumatera Utara

Page 165: Conflict of Interests

Tabel 1 Penerapan Good Corporate Governance pada ANTAM

Jawaban

No Pernyataan Ya Tidak

Keterangan

1 Komitmen dalam penerapan GCG

a Apakah telah disusun pedoman atau manual GCG Ya

b Apakah ada fungsi khusus yang mengurusi GCG Ya

c Apakah dialokasikan anggaran untuk pelaksanaan program GCG Ya

d

Apakah prinsip-prinsip GCG sudah mulai dimasukkan dalam indikator keberhasilan manajemen sehingga kesadaran, urgensi, dan respon terhadap masalah GCG cukup baik dalam operasional bisnis

Ya

2

Perusahaan telah melakukan proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas

a

Apakah pemilihan anggota Dewan Komisaris, Direksi melalui proses kemampuan dan kelayakan (fit and proper test)

Ya

b

Untuk membantu tugas Dewan Komisaris, apakah telah dibentuk Komite Audit, Komite Pemantau Resiko, Komite Remunerasi dan Nominasi

Ya

c

Siapakah yang memimpin Komite-Komite tersebut Apakah pemilihan Komite sesuai prosedur yang ada

Ya Oleh komisaris

3 Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi dilandasi checks and balances

Universitas Sumatera Utara

Page 166: Conflict of Interests

a

Apakah tugas pokok Dewan Komisaris sudah sesuai dengan UU BUMN; berapa jumlah anggota Dewan Komisaris dan berapa % dari luar

ya Komisaris 5 orang dan 30% dari luar

b Apakah Dewan Komisaris ada yang merangkap jabatan Direksi pada BUMN atau perusahaan lain

Tidak

c Apakah Dewan Komisaris berperan sebagai supervisor dari pada eksekutif

Ya

d Apakah Dewan Komisaris telah mempunyai jadwal dan pengaturan rapat

Ya

e Apakah Dewan Komisaris dan Komite-Komite sudah mampu bertugas efektif

Ya

4

Direksi perusahaan telah menjalankan tugasnya secara profesional, berdasarkan kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya, serta evaluasi kinerja

a Berapa anggota Direksi dan berapa % dari luar

5 dari luar

b

Direksi terbuka dalam mengambil keputusan sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja yang mengikat seluruh anggota Direksi. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinion), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat lengkap dengan alasannya

Ya Dicantumkan dalam notulen

c Apakah Direksi sudah menyiapkan rencana jangka panjang/strategi lima tahunan

Ya, sudah

d

Apakah Direksi sudah membuat rencana kerja dan anggaran tahunan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang

Ya, sudah

Universitas Sumatera Utara

Page 167: Conflict of Interests

e

Apakah rencana jangka panjang yang telah ditandatangani bersama dengan Dewan Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk mendapatkan pengesahan

Ya, sudah

f

Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan yang ditandatangani semua Direksi dan Dewan Komisaris kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan

Ya, sudah

g

Dalam hal ada anggota Direksi dan Dewan Komisaris tidak menanda-tangani laporan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis

Ya Harus ditandatangani

h

Apakah Direksi memangku jabatan rangkap sebagai Direksi/pengurus pada BUMN/BUMD/jabatan struktural pada pemerintahan pusat/daerah

Tidak ada

5 Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip GCG

a Transparasi

(1) Penerbitan laporan keuangan setengah tahunan/kwartal tepat waktu

Ya, tepat waktu

(2) Penempatan informasi khusus tentang GCG dalam laporan tahunan

Ya, ada

(3) Keterbukaan yang segera atas output tanpa kebocoran yang mendahului pengumuman

Ya

(4)

Kebijaksanaan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders

Ya Investor relation

(5) Keterbukaan informasi meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi

Ya

Universitas Sumatera Utara

Page 168: Conflict of Interests

keuangan, susunan pengurus perusahaan, pengelolaan risiko, pengawasan kepatuhan

b Akuntabilitas

(1)

Perusahaan harus menerapkan secara rinci tugas dan tanggung jawab masing-masing organ pengurus (Komisaris, Direksi dan pejabat struktural)

Ya, sudah

(2)

Perusahaan harus meyakinkan bahwa semua organ organisasi perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab

Ya, sudah

(3)

Perusahaan harus memastikan terdapatnya checks and balances system dalam pengelolaan perusahaan

Ya, ada

(4)

Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)

Ya,ada

(5)

Dalam melaksanakan tugasnya semua organ dan karyawan harus berpegang pada code of conduct yang telah disepakati

Ya Standar etika

c Responsibilitas

(1)

Perusahaan harus mematuhi Peraturan Perundang-undang- an, Peraturan Perusahan dan Anggaran Dasar Perusahaan

Ya Tidak ada kasus

(2)

Perusahaan harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial

Ya Annual Report

(3) Bertindak secara efektif terhadap Ya

Universitas Sumatera Utara

Page 169: Conflict of Interests

individu yang melanggar

(4) Adanya pencatatan atas kasus-kasus kesalahan manajemen Ya

d Kemandirian Ya

(1)

Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat

Ya

(2) Dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari manapun

Ya

(3) Dewan Komisaris Independen dari manajemen Ya

(4) Komite-Komite dipimpin oleh Komisaris independen Ya Sesuai bidangnya

e Kewajaran

(1)

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasar kan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment)

Ya

(2) Shareholders mayoritas memperlakukan dengan baik shareholders minoritas

Ya

(3)

Perusaahaan harus memberikan kesempatan kepada stakeholders memberikan masukkan kepada perusahaan

Ya

(4) Peningkatan jumlah remunerasi total tidak boleh melebihi dari keuntungan perusahaan

Ya Dalam RUPS

Universitas Sumatera Utara

Page 170: Conflict of Interests

Pada PT. Antam Tbk192 penerapan Good Corporate Governance

dimaksudkan berdampak kepada sebuah perusahaan yang berwawasan keberlanjutan.

Hal ini dapat dilihat bahwa sejak menjadi perusaahaan yang terdaftar pada Bursa

Efek di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1997 dan di Australia (ASX) pada tahun

1999, maka prinsip-prinsip GCG harus diterapkan mematuhi panduan praktik terbaik

yang dikeluarkan oleh Bursa Efek; yang setiap tahunnya dinilai oleh konsultan

independen.

Struktur organisasi PT.Antam Tbk didasarkan pada sistem two tier yang berlaku di

Indonesia, dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas

(Komisaris). Tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi dan

Komisaris dipaparkan dalam charter Direksi dan Komisaris.

Direksi bertanggung jawab untuk menentukan arah strategis perusahaan, dengan

persetujuan Komisaris. Dengan demikian Direksi juga bertanggung jawab untuk

menerapkan strategi yang sudah disetujui tersebut dan menjalankan perusahaan

secara efisien, termasuk melakukan sistem pengendalian dan akuntabilitas.

Komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi dan menyetujui rencana strategis dan

tahunan perusahaan. Komisaris juga bertanggung jawab untuk memantau penerapan

praktek-praktek GCG yang dilakukan Direksi. Dari lima Komisaris dua diantaranya

adalah Komsaris Independen. Komisaris dibantu oleh 5 Komite yaitu di bidang

192 Menerapkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik; Laporan Keberlanjutan ANTAM 2006,

hal 19-20

Universitas Sumatera Utara

Page 171: Conflict of Interests

Audit, Manajemen Risiko, Good Corporate Governance, Nominasi Remunerasi dan

SDM, Lingkungan Hidup dan Pasca Tambang.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), merupakan suatu sarana dan mekanisme

yang disediakan bagi para pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas

dapat berpartisipasi secara aktif. RUPS ajang kegiatan bisnis yang paling penting

dimana keputusan-keputusan diambil berkaitan dengan kegiatan usaha yang

dilakukan melalui konsultasi mendalam dengan para pemegang saham. Bilamana

para pemegang saham merasa perlu menyampaikan resolusi-resolusi mendesak atau

penting hal tersebut dapat difasilitasi melalui prosedur yang disebut Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB).

F. Penerapan GCG dan GPG pada BULOG

Perum BULOG adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2003, sebagai pengganti Badan Urusan Logistik

(BULOG).193 Jika dirunut lebih jauh ke belakang, kehadiran lembaga pangan

semacam ini sebenarnya juga sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram, yang

dikenal dengan adanya lumbung-lumbung pangan yang berfungsi sebagai penyedia

pangan pada saat langka. Sedangkan pada zaman Belanda secara formal didirikan

Voeding Middelen Fonds (VMF), dan pada zaman Jepang disebut Nanyo Kohatsu

193 Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2003,

menjelaskan Perusahaan Umum (PERUM) BULOG adalah Badan Usaha Milik Negara, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham

Universitas Sumatera Utara

Page 172: Conflict of Interests

Kaisha. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia dikenal

Yayasan Bahan Makanan (Bama), yang kemudian berubah menjadi Yayasan Urusan

Bahan Makanan (YUBM) dan Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1964, YUBM dan YUPP dilebur menjadi Badan

Pelaksana Urusan Pangan (BPUP) dibawah Dewan Bahan Makanan. Memasuki Era

Orde Baru berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 87 Tahun

1966, pengendalian operasional pangan dipegang oleh Komando Logistik Nasional

(KOLOGNAS), yang kemudian dengan berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet

Nomor 114/Kep/1967 tanggal 10 Mei 1967 KOLOGNAS diganti dengan Badan

Urusan Logistik (BULOG).194

Sebagai badan usaha yang berbentuk Perum, Perum BULOG mempunyai dua

tugas yaitu tugas publik dan tugas komersial. Sifat usaha perusahaan adalah

menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud didirikannya perusahaan adalah

menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi

pemenuhan hajat hidup orang banyak.

Visi Perum BULOG adalah “menjadi lembaga pangan yang handal untuk

memantapkan ketahanan pangan”, yang mencerminkan Misi yang diembankan

194 Perum BULOG, BULOG for a Brighter Future, 2006, hal. 4

Universitas Sumatera Utara

Page 173: Conflict of Interests

pemerintah, khususnya berkaitan dengan ketahanan pangan nasional. Penjabaran dari

Visi tersebut sebagai berikut:195

1) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam

rangka memantapkan ketahanan nasional dari berbagai aspek.

2) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam

arti profesional dan kompetitif;

3) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam

arti senantiasa memiliki rasa dan nilai terhadap kepekaan atas

tanggung jawabnya serta taat dan menjunjung tinggi nilai-nilai

etika dalam melaksanakan bisnis.

Dalam upaya untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, Perum BULOG telah

menetapkan Misi sebagai berikut:

1). Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang

keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional;

2). Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan dan usaha lain

secara berkelanjutan, yang memberikan manfaat kepada perekonomian

nasional;

195 Perum BULOG, Panduan Perilaku (Code of Conduct), Tahun 2006, hal. 7-35,

merumuskan Visi, Misi, Nilai-Nilai Dasar Perum BULOG; Elemen–elemen Panduan Perilaku, Serta Rincian Kewajiban Insan Perusahaan mencakup 1) Tanggung jawab Kepada Pemilik Modal, 2). Kepatuhan terhadap hukum dan Kebijakan Perum Bulog, 3) Hubungan dengan konsumen, 4) Hubungan dengan mitra kerja, 5) Hubungan dengan insan perusahaan, 6) Hubungan antar insan perusahaan, 7) Intergritas, keterbukaan dan akurasi akuntansi, 8) Kerahasiaan informasi, 9) Benturan kepentingan, 10) Suap, 11) Bantuan Donasi, Jamuan dan Hadiah, 12) Sumbangan kegiatan, 13) Tanggung jawab sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 174: Conflict of Interests

3). Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan dan usaha

lain secara berkelanjutan dan bermanfaat bagi stakeholders;

4). Menjalankan usaha dalam bidang produksi, pemasaran dan jasa di

bidang komoditi pangan guna mendukung program pengembangan

hasil pertanian khususnya pangan dan bidang usaha lainnya

dengan upaya memaksimalkan produktivitas, efisien dan

kemampuan untuk menghasilkan laba.

Dalam melaksanakan tugas pokok yang diembannya, Perum BULOG selama

ini selalu berpedoman pada motto yang berbunyi: Hope for the best, prepare for the

worst Artinya, setiap Insan Perusahaan dalam mengemban tugas pokoknya selalu

berbuat dan berkarya yang terbaik, namun siap untuk menghadapi setiap

kemungkinan yang terjadi.

Perum BULOG memiliki Nilai-Nilai Dasar. Pentingnya Nilai-Nilai Dasar ini

karena Nilai-Nilai Dasar merupakan nilai-nilai luhur yang dianut dan menjadi dasar

pertimbangan yang berharga untuk menentukan sikap/perilaku dalam menghadapi

masalah/kejadian dalam bekerja berdasarkan nilai-nilai yang dianut, sehingga

menjadi motivator/inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik. Dalam hubungan ini,

fungsi utama Nilai-nilai Dasar yaitu:

1). Memberikan tujuan, arti, kesenangan pada kehidupan untuk

melakukan sesuatu

2). Mempermudah dalam membuat keputusan;

Universitas Sumatera Utara

Page 175: Conflict of Interests

3). Menentukan bagaimana kita melihat dan memahami persoalan;

4). Memberikan pedoman berperilaku yang baik.

Nilai-Nilai Dasar Perum BULOG dapat disingkat menjadi satu kata ”TEGAR”

sehingga mudah diingat oleh seluruh insan perusahaan. Singkatan kata TEGAR

tersebut dapat dijabarkan menjadi:196

1). Taqwa dan Amanah.

Insan perusahaan di dalam menjalankan tugasnya senantiasa

dilandasi oleh sifat-sifat taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

antara lain jujur, rendah hati, bersahaja dan sifat-sifat amanah

antara lain disiplin, kerja keras dan terpercaya.

2). Efisiensi dan Profesional

Insan Perusahaan dalam melaksanakan tugas harus dilandasi oleh

sikap efisiensi dan profesional dengan mengoptimalkan seluruh

potensi sumber daya yang tersedia, serta berusaha menghindarkan

diri dari tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan.

196 Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi

perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskan nya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Governance, (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal.8.

Universitas Sumatera Utara

Page 176: Conflict of Interests

Senantiasa berpikir positif, memiliki wawasan dan kedalaman

penghayatan tata kehidupan sistem perusahaan untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik.

3). Gotong Royong

Insan Perusahaan berperan aktif dalam mencapai sasaran sesuai

tujuan yang ditetapkan, dan berinisiatif saling membantu dalam

pelaksanaan tugas untuk masa depan yang lebih baik.

4). Adaptif

Insan Perusahaan cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan

dunia bisnis, sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi,

disesuaikan dengan paradigma baru yang harus mengubah dari

pola pikir birokrat ke wirausaha.

5). Responsif dan Kreatif

Insan Perusahaan harus selalu tanggap terhadap perubahan

lingkungan masyarakat khususnya yang menyangkut kebutuhan

pangan, jeli memanfaatkan peluang pasar. Selalu memperbaiki

pelayanan dan mencari temuan-temuan baru guna mempercepat

kemajuan perusahaan.

Perum Bulog memberi istilah “Panduan Perilaku” untuk Code of Conduct

seperti yang termuat dalam Keputusan Perusahaan Umum Bulog Nomor: KD-

101/DU101/04/2006, tanggal 28 April 2006, yang menegaskan bahwa panduan

Universitas Sumatera Utara

Page 177: Conflict of Interests

Perilaku (Code Of Conduct) adalah dokumen tertulis atas standar Perilaku Etis yang

diharapkan oleh Perusahaan dan Perilaku Bisnis Perusahaan (Dewan Pengawas,

Direksi, Manajer dan Karyawan) atau daftar peraturan yang menyangkut Perilaku

yang harus dan yang dilarang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan Nilai Dasar

Perusahaan adalah nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang

dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi

sebagai perekat, dan dapat dijadikan acuan perilaku dalam organisasi untuk mencapai

tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Setiap Insan Perusahaan bertanggung jawab untuk mewujudkan Elemen-

elemen Panduan Perilaku ke dalam setiap perilaku mereka. Tanggung jawab untuk

memonitor hubungan pribadi dan profesional terletak pada masing-masing Insan

Perusahaan, sehingga tidak merusak citra perusahaan karena tingkah laku kita

mencerminkan etika perusahaan. Penghormatan terhadap hak pribadi Insan

Perusahaan dijunjung tinggi sepanjang persinggungannya dengan pelaksanaan hak

pribadi Insan yang lain tidak kontra produktif terhadap lingkungan kerja perusahaan.

Sehubungan dengan itu, maka setiap Insan Perusahaan memiliki tanggung

jawab pribadi untuk:

1). Menghormati antara sesama warga negara yang berbeda suku,

agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan antar

golongan (SARA).

2). Mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku untuk Perum

BULOG.

Universitas Sumatera Utara

Page 178: Conflict of Interests

3). Melaksanakan kerja dengan integritas yang tinggi, jujur, tertib,

cermat, dan bersemangat dalam kebersamaan untuk kepentingan

perusahaan.

4). Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan benturan

kepentingan atau kemungkinan munculnya benturan kepentingan.

5). Menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat menurunkan

kehormatan atau martabat.

6). Menjaga kerahasiaan informasi perusahaan dan menghindari

penyalahgunaan wewenang.

Rincian dari kewajiban Insan Perusahan dalam kerangka penyelenggaraan

Perum BULOG yang beretika dijelaskan di dalam Panduan Perilaku sebagai

berikut197:

1. Tanggung jawab Kepada Pemilik Modal

Melaksanakan secara profesional tugas pokoknya dalam

menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai

bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, turut berperan dalam tugas lain

yang dibebankan pemerintah untuk pengamanan harga pangan pokok,

197 Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, perusahaan Bulog adalah Badan Usaha Milik

Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan usaha-usaha lain. Perusahaan melakukan usaha-usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) Bulog Pasal 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 179: Conflict of Interests

pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada

golongan masyarakat tetentu.

Memberikan hal yang terbaik bagi pemilik modal yaitu pertumbuhan

yang konsisten dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya serta menjaga

investasi pemilik modal dan memberikan informasi secara jujur, akurat,

lengkap serta tepat waktu.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan kebijakan Perum BULOG

Kepatuhan terhadap hukum merupakan standar perilaku minimum

yang positif. Kepatuhan terhadap penegakan hukum dan semua produk

hukum/peraturan yang berlaku dalam kegiatan perusahaan adalah penting

dalam aktivitas operasional. Setiap Insan Perusahaan harus tunduk kepada

semua peraturan dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengharuskan Insan

Perusahaan untuk menjalankan standar tertinggi dalam semua kegiatan

usahanya.

Perusahaan berharap agar penegak hukum memiliki keyakinan dan

kepercayaan kepada perusahaan. Perusahaan harus terbuka dan bekerja sama

dengan tetap memberikan informasi menyangkut segala sesuatu yang

diharapkan dan layak diungkapkan kepada setiap upaya penegakan hukum.

Seluruh Insan Perusahaan berkewajiban memberikan informasi selengkap-

lengkapnya mengenai terjadinya suatu pelanggaran hukum yang telah

diketahuinya kepada penegak hukum.

Universitas Sumatera Utara

Page 180: Conflict of Interests

Perusahaan melarang seluruh Insan Perusahaan melakukan

pembayaran untuk tujuan-tujuan yang melanggar hukum serta terlibat dalam

kegiatan yang bertentangan dengan hukum.

3. Hubungan dengan konsumen

Kesuksesan perusahaan tergantung antara lain kepada terbentuknya

hubungan dengan konsumen berdasarkan integritas, perilaku etis, dan saling

percaya. Perusahaan menyadari bahwa setiap konsumen mempunyai

kebutuhan dan harapan dengan kesempatan yang berbeda-beda untuk

mencapai kesuksesan. Perusahaan mempunyai komitmen untuk secara terus

menerus mengembangkan budaya pelayanan profesional dengan selalu

mengutamakan kepuasan konsumen serta membangun hubungan jangka

panjang yang saling menguntungkan.198

Perusahaan berusaha memahami kebutuhan konsumen serta berupaya

untuk senantiasa:

a) Memberikan pelayanan prima yang tercermin dari ketepatan

jumlah dan kualitas bahan pangan pokok yang disalurkan secara

tepat waktu.

198 Kepentingan masyarakat konsumen berkesesuaian dengan prinsip responsibilitas, bahwa

perusahaan bertanggung jawab secara penuh terhadap segala produk yang mereka keluarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di suatu negara. Aturan-aturan penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam menjalankan prinsip responsibilitas adalah peraturan mengenai perlindungan konsumen dan lingkungan hidup. Lihat,Indra Surya dan Ivan Yustiavanda; Penerapan Good Corporate Governance, (Jakarta: Kencana 2008), hal 103

Universitas Sumatera Utara

Page 181: Conflict of Interests

b) Memberikan informasi yang relevan kepada konsumen secara adil

dan akurat mengenai segala syarat, kondisi, hak dan kewajibannya.

c) Memastikan seluruh Insan Perusahaan telah berperilaku

profesional, disiplin, dan jujur dalam memberikan pelayanan serta

dukungan tertib administrasi dan pertanggungjawabannya.

4. Hubungan dengan mitra kerja

Hubungan antara perusahaan dengan mitra kerja harus berlandaskan

pada sikap saling menghormati. Penetapan mitra kerja dilakukan secara jujur

dan transparan mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku.

Perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk:

a) Menjamin bahwa aktivitas usaha dilakukan bebas dari unsur

pemaksaan dan kolusi;

b) Jujur dan adil dalam berbisnis dengan mitra kerja;

c) Memelihara stabilitas hubungan jangka panjang dengan imbalan

berupa nilai yang menguntungkan perusahaan, kualitas yang sesuai

ketentuan, dan keterandalan pasokan;

d) Menjamin mitra kerja mendapatkan keuntungan yang wajar dalam

menjamin kerja sama dengan perusahaan;

e) Memilih mitra kerja secara obyektif dan adil dengan melihat

faktor-faktor seperti kualitas, harga, kehandalan dan integritas

mereka;

Universitas Sumatera Utara

Page 182: Conflict of Interests

f) Menjaga hubungan dengan pengaturan kontrak yang jelas

menepati perjanjian serta mekanisme dan ketetapan pembayaran.

g). Meminta mitra kerja untuk menerapkan standar etika yang setara

dalam berbisnis.

5. Hubungan dengan Insan Perusahaan

Perusahaan percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset utama,

maka baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari perusahaan, semua

Insan Perusahaan berusaha menjembatani setiap hambatan yang mengganggu

pencapaian kebijakan ini. Sukses perusahaan adalah kerja keras para Insan

Perusahaan yang terlatih dan berprestasi.199

Kebijakan Perusahaan Terhadap Insan Perusahaan adalah:

a). Memperlakukan setiap Insan Perusahaan dengan hormat;

b). Menjaga privasi dan harga diri setiap Insan Perusahaan termasuk

yang berkaitan dengan masalah suku, agama, ras, dan antar

golongan (SARA);

c). Mendorong dan membantu Insan Perusahaan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keahlian yang relevan;

d). Sepakat memberikan kesempatan kerja dan pengembangan karir

yang adil kepada seluruh karyawan sesuai dengan prestasi yang 199 Pengusaha dalam merekrut, melatih dan menaikan pangkat karyawan, agar selalu mengaitkan dengan perilaku, tanggung jawab, etika, tidak diskriminatif, SARA. Lihat Buchari Alma ; Pengantar Bisnis (Bandung: Alfabeta 2008) hal 183

Universitas Sumatera Utara

Page 183: Conflict of Interests

ditunjukkan, kualifikasi serta standar yang telah ditetapkan.

Berupaya menghindari praktik diskriminasi dan menjamin

perlakuan yang adil;

e). Menghargai prestasi karyawan dengan memberikan penghargaan,

perhatian, bonus, beasiswa, promosi, dan lain-lain sesuai ketentuan

perusahaan. Sebaiknya, sanksi akan diberlakukan sesuai peraturan

perusahaan bagi Insan Perusahaan yang melakukan pelanggaran;

f). Mengumpulkan dan menyimpan informasi personal dari karyawan

yang dibutuhkan untuk efektivitas operasional perusahaan;

g). Menjaga dan mengelola database karyawan untuk kepentingan

pengembangan sumber daya manusia secara adil dan transparan;

h). Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari segala tindakan

yang dapat diinterpretasikan sebagai tindakan pelecehan,

diskriminasi, ataupun intimidasi;

i). Mendorong penciptaan hubungan kerja yang kondusif untuk

meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan inovasi;

j). Menyediakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan

kondusif.

Setiap Insan Perusahaan memiliki tanggung jawab pribadi kepada

insan lain. Perusahaan tidak menempatkan diri pada tindakan atau keadaan

yang dapat mengganggu lingkungan kerja tersebut. Perusahaan mengharapkan

agar setiap Insan Perusahaan membuat dan melaksanakan komitmen untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 184: Conflict of Interests

terciptanya kesempatan kerja yang sama. Kebijakan perusahaan melarang

setiap bentuk diskriminasi, pelecehan atau intimidasi terhadap ras, warna

kulit, agama, jenis kelamin, umur, atau cacat tubuh. Tingkah laku ataupun

komentar tertentu yang tidak menyinggung seseorang tetapi menyinggung

orang lain merupakan hal yang tidak dapat diterima.

Insan Perusahaan didorong untuk mampu mengidentifikasi setiap

risiko yang terkait dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya serta

mengkomunikasikannya kepada atasan langsung. Setiap Insan Perusahaan

diharapkan dapat menjalankan pekerjaan dengan cara aman, bebas dari

pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang.

Kebijakan perusahaan mengenai pelecehan secara rinci diatur di dalam

sistem dan prosedur yang berlaku.

6. Hubungan antar Insan Perusahaan

Hubungan yang baik antar Insan Perusahaan akan menjadikan tim

kerja yang handal bagi perusahaan. Relasi kerja yang berhasil harus dibangun

berlandaskan kepercayaan. Setiap Insan Perusahaan wajib:

a). Menghargai pendapat dan privasi setiap Insan Perusahaan;

b). Melakukan kerjasama sebagai tim kerja yang handal, untuk

mencapai kemenangan bersama;

c). Membangun kompetisi yang sehat untuk memacu prestasi kerja;

Universitas Sumatera Utara

Page 185: Conflict of Interests

d). Membangun sikap toleransi dan solidaritas terhadap sesama Insan

Perusahaan;

e). Menghormati setiap Insan Perusahaan sebagaimana rasa hormat

kepada dirinya sendiri;

f). Menghargai hasil karya atau pekerjaan orang lain;

g). Menghindari kecenderungan pamer kekayaan pribadi.

Pimpinan menjadi panutan atas kepantasan, keadilan, dan integritas,

sehingga harus bersikap sebagai berikut:

a). Menjadi sikap teladan, jujur, disiplin, santun, dan profesional

dalam bekerja;

b). Menghargai pendapat setiap bawahan tanpa membeda-bedakan

suku, agama, ras, dan antar golongan;

c). Memberi kesempatan yang sama kepada bawahan untuk

mengembangkan karier;

d). Memberikan motivasi kepada setiap Insan Perusahaan dalam

bekerja;

e). Menghargai hasil kerja dan prestasi setiap Insan Perusahaan dan

mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya;

f). Melaksanakan komunikasi secara terbuka;

g). Memberikan kebebasan kepada setiap Insan Perusahaan untuk

berkreasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara

bertanggung jawab;

Universitas Sumatera Utara

Page 186: Conflict of Interests

h). Menanggapi setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran

disiplin dan menindaklanjuti sesuai peraturan perusahaan;

i). Membuka diri terhadap kritik yang membangun dan berusaha

meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan profesionalisme;

j). Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan,

dan kesatuan seluruh karyawan;

k). Menghindari terjadinya tekanan, penghinaan dan pelecehan

terhadap bawahan;

l). Menciptakan dan menjaga iklim kerja yang kondusif.

Hubungan karyawan dengan pimpinannya harus dilandasi

penghargaan dan kepercayaan. Sebagai bawahan, Insan Perusahaan memiliki

tanggung jawab untuk:

a). Bersikap dan bertingkah laku santun terhadap atasan dan sesama

karyawan;

b). Bekerja secara jujur dan profesional dalam menjalankan tugas

dengan penuh tanggung jawab;

c). Berkomunikasi secara terbuka;

d). Berani mengambil inisiatif dan inovasi dalam pemecahan masalah

sepanjang dalam batas kewenangannya;

e). Bekerja sama dan berkreativitas dalam penyelesaian tugas dan

tanggung jawabnya;

f). Berdisiplin dalam bekerja sesuai peraturan perusahaan;

Universitas Sumatera Utara

Page 187: Conflict of Interests

g). Berani menginformasikan kepada pimpinan bila terdapat indikasi

penyimpangan;

7. Integritas, keterbukaan dan akurasi akuntansi

Pencatatan dan pelaporan transaksi dilaksanakan secara konsisten,

sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Kegiatan akuntansi

harus menghasilkan laporan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan

kepada manajemen, pemilik modal, pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak

terkait lainnya. Semua catatan resmi mengenai kegiatan operasional

perusahaan harus akurat, jujur, lengkap, dan tepat waktu tanpa pembatasan

dalam bentuk apapun, dan menghindari terjadinya akuntansi ganda.

Insan Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan

secara jujur, obyektif, dan akurat serta menghindari:

a). Ketidakcermatan yang menghasilkan kesalahan pembukuan;

b). Menyembunyikan ketidakbenaran catatan atau transaksi yang

melanggar hukum;

c). Menyembunyikan data dan dokumen perusahaan selama menjabat

dan/atau setelah yang bersangkutan menyelesaikan masa tugas dan

jabatannya;

d). Memberikan dokumen ke pihak-pihak yang tidak berhak.

Universitas Sumatera Utara

Page 188: Conflict of Interests

e). Tidak ada toleransi (kelonggaran) terhadap setiap kesalahan yang

disengaja ataupun kegiatan yang menyesatkan dalam melakukan

akuntansi perusahaan.

8. Kerahasiaan Informasi

Insan Perusahaan wajib menjaga informasi perusahaan yang bersifat

rahasia. Direksi akan mengatur lebih lanjut kebijakan mengenai pengelolaan

informasi termasuk klasifikasi kerahasiaan informasi.

Insan Perusahaan tidak diperkenankan memanfaatkan dan/atau

menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk kepentingan pribadi,

keluarga, kerabat, teman, dan/atau pihak lain manapun serta tidak

diperkenankan memberikan dokumen ke pihak-pihak yang tidak berhak. Hal-

hal tersebut diatas berlaku baik selama yang bersangkutan menjadi Insan

Perusahaan maupun setelah tidak menjadi Insan Perusahaan.

9. Benturan kepentingan

Benturan kepentingan didefinisikan sebagai seseorang atau sebuah

entitas yang mempunyai dua atau lebih kepentingan yang saling bertentangan

yaitu antara kepentingan perusahaan dan kepentingan pribadi. Ini dapat terjadi

pada sebuah hubungan, peristiwa atau pertimbangan material tertentu dimana

objektivitas atau pertimbangan profesional telah dikesampingkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 189: Conflict of Interests

Insan Perusahaan tidak diperkanankan menempatkan diri pada posisi

atau situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan antara dirinya

dengan perusahaan atau dengan pihak terkait dengan perusahaan. Kebijakan

perusahaan dalam hal benturan kepentingan didasarkan pada prinsip bahwa

setiap keputusan yang dihasilkan Insan Perusahaan harus diambil semata-mata

bagi kepentingan terbaik perusahaan dan pihak yang dilayani.

Dalam melakukan transaksi, terkadang timbul suatu situasi yang dapat

menciptakan benturan kepentingan dan berpotensi menghilangkan independensi

dan objektivitas Insan Perusahaan. Dalam membuat keputusan Insan Perusahaan

tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan pribadi ataupun keluarga yang secara

sadar atau tidak sadar dapat mempengaruhi pertimbangan terbaiknya bagi

kepentingan perusahaan dan pihak yang dilayani.

Keadaan, posisi, atau situasi yang berpotensi menimbulkan benturan

kepentingan harus dihindari. Ketika benturan terjadi, Insan Perusahaan wajib

memastikan adanya perlakuan adil kepada stakeholders. Insan Perusahaan

tidak diperkenankan menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan

stakeholders secara tidak wajar.

Suatu keadaan sulit akan timbul jika seorang Insan Perusahaan atau

anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki

kepentingan bisnis yang menimbulkan benturan dengan kepentingan

perusahaan. Untuk memastikan semua keputusan perusahaan objektif, maka

Universitas Sumatera Utara

Page 190: Conflict of Interests

semua Insan Perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan kepentingan yang

berpotensi menimbulkan benturan kepada Sekretaris Perusahaan.

Benturan kepentingan dalam rangka pengelolaan perusahaan yang

baik harus dihindari dengan cara:

a). Mengklarifikasi kapan seseorang berbicara sebagai pribadi atau

Insan Perusahaan;

b). Tidak memanfaatkan atau menggunakan informasi penting dan

rahasia bagi keuntungan pribadi;

c). Menghindari kepentingan keuangan dalam organisasi mitra

ataupun rekanan;

d). Menghindari situasi yang dapat menyebabkan spekulasi

kecurigaan akan adanya benturan kepentingan;

e). Mengungkapkan setiap kemungkinan benturan kepentingan

sebelum kontrak/kesepakatan disetujui;

f). Tidak melakukan mark-up pembelian dan mark-down penjualan

demi imbalan yang akan diterima.

g). Penilaian atas timbulnya benturan kepentingan dilakukan dengan

pertimbangan yang wajar dan bijaksana.

10. Praktik Suap

Universitas Sumatera Utara

Page 191: Conflict of Interests

Suap adalah suatu perbuatan memberi atau menjanjikan sesuatu

kepada seseorang atau pejabat dengan maksud agar ia berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.

Suap dapat berupa korupsi, nepotisme dan kolusi. Korupsi

didefinisikan sebagai tindakan yang melawan hukum untuk memperkaya

seseorang atau orang lain (di dalam perusahaan yang sama) sehingga

menyebabkan kerugian bagi perusahaan atau ekonomi negara. Korupsi juga

berarti setiap orang yang memiliki tujuan memperkayakan seseorang atau

orang lain (atau perusahaan), penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau

posisi atau fasilitas yang diperoleh yang akan menyebabkan kerugiaan bagi

keuangan perusahaan atau ekonomi negara.

Nepotisme didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum yang

menguntungkan keluarga dan/atau kroni di atas keuntungan publik dan

negara.

Kolusi didefinisikan sebagai perjanjian atau kerjasama melawan

hukum.

Menawarkan, menerima, atau mengarahkan orang lain untuk

melakukan penyuapan merupakan hal yang tidak dapat diterima. Penyuapan

untuk tujuan komersial merupakan hal yang melawan hukum dan dapat

dikenakan tuduhan kriminal. Setiap Insan Perusahaan dilarang menerima suap

atau menerima pemberiaan dari pihak ketiga. Suap dari atau kepada siapapun

merupakan perbuatan yang dilarang.

Universitas Sumatera Utara

Page 192: Conflict of Interests

Manajemen Perum BULOG mendukung pelaksanaan Good Corporate

Governance dan pelaksaanaan hukum yang adil. Oleh karena itu Perum

BULOG melarang segala bentuk pemberian yang material baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada semua pihak eksternal dengan tujuan

mempengaruhi mereka untuk kepentingan perusahaan.

11. Bantuan, Donasi, Jamuan dan Hadiah

Bantuan, donasi, jamuan, dan hadiah yang diberikan kepada pihak ke

tiga merupakan praktek bisnis yang wajar sejauh dilakukan untuk kepentingan

perusahaan. Direksi menetapkan kebijakan dan prosedur baku menyangkut

pemberian kepada pihak ketiga. Kebutuhan dana yang wajar untuk kegiatan

tersebut harus dianggarkan dalam RKAP yang disetujui Pemilik Modal.

Pemberian bantuan, donasi, jamuan, dan hadiah hanya dapat dilakukan setelah

melalui persetujuan pejabat berwenang, serta menjadi bagian penilaian kinerja

divisi/direktorat terkait.

Dalam batas kepatutan, bantuan dan donasi untuk tujuan sosial dapat

dibenarkan selama masih tersedia anggarannya dan besarnya ditetapkan

berdasar keputusan Direksi. Sedangkan donasi untuk tujuan lain, hanya boleh

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemberian donasi tidak dapat dibenarkan apabila terdapat motif terselubung

yang bermaksud (secara negatif) mempengaruhi pihak lain dan/atau dapat

menimbulkan benturan kepentingan.

Universitas Sumatera Utara

Page 193: Conflict of Interests

Kebijakan Perum BULOG mengenai jamuan maupun hadiah

diarahkan untuk menjaga reputasi perusahaan agar bertindak dengan integritas

dan mendasarkan setiap keputusannya kepada pertimbangan profesional yang

taat hukum.

Demi kepentingan dan kelancaran usaha Perum BULOG, jamuan yang

diberikan kepada relasi bisnis harus telah dianggarkan dalam biaya

operasional sesuai karakteristik kegiatan masing-masing divisi/direktorat.

Jamuan bisnis dibatasi hanya dapat dilakukan di tempat-tempat terhormat

serta meningkatkan citra positif dan tidak menimbulkan interpretasi negatif

bagi Perusahaan.

Insan Perusahaan maupun anggota keluarga yang langsung maupun

tidak langsung dilarang menerima uang, hadiah atau pemberian dengan

bentuk tertentu, dimana diketahui atau patut diduga pemberian tersebut

diberikan dalam kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan Insan Perusahaan

yang bersangkutan. Larangan menerima uang atau yang disetarakan

dikecualikan apabila diberikan dalam batas kewajaran/kepatutan dalam

rangka:

a). Perkawinan karyawan atau anak karyawan;

b). Khitanan anak karyawan;

c). Sumbangan pada saat karyawan atau keluarga dekatnya mendapat

musibah;

d). Perayaan/acara tertentu menurut adat istiadat daerah setempat.

Universitas Sumatera Utara

Page 194: Conflict of Interests

Dalam hubungan ini, yang dimaksud dengan “hadiah atau pemberian

dengan bentuk dan nilai tertentu” meliputi:

a). Bingkisan dalam rangka memperingati hari raya keagamaan;

b). Benda-benda promosi;

c). Jasa pengaturan perjalanan dan akomodasi;

d). Fasilitas hiburan dan olahraga;

e). Cindera mata atau makanan yang dibawa sebagai buah tangan dari

daerah tertentu atau sebagai peristiwa khusus lainnya.

Insan Perusahaan harus mampu menilai sendiri kelayakan dari hadiah

atau kemudahan lain dalam setiap keadaan. Hadiah atau kemudahan lain yang

patut diduga sebagai diluar kewajaran harus diberitahukan kepada atasan

langsungnya sebelum keputusan diambil.

Dalam kaitannya dengan kemudahan yang lain, Insan Perusahaan

harus memastikan bahwa setiap jamuan yang mereka terima adalah wajar

sehingga tidak menimbulkan kewajiban yang bertentangan dengan ketentuan

yang berlaku.

Tidak terdapat batasan atas hadiah yang menggunakan logo Perum

BULOG, sepanjang hadiah tersebut diberikan dalam bisnis yang wajar dengan

si penerima. Setiap hadiah yang lain, sponsor, jamuan, jasa ataupun

pemberian yang lain harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari

Direksi. Prinsip utamanya adalah tidak ada kompromi dalam mempertahankan

objektivitas maupun profesionalisme.

Universitas Sumatera Utara

Page 195: Conflict of Interests

12. Sumbangan Kegiatan

Kebijakan Perum BULOG tidak memperkenankan dana, fasilitas, dan

sumber daya perusahaan disumbangkan kepada kandidat partai dan non partai

politik di manapun di seluruh dunia, termasuk kampanye politik,

penggalangan dana politik atau tujuan partisipasi politik.

Keputusan yang diambil oleh seorang Insan Perusahaan untuk

menyumbangkan waktu, uang, atau sumber daya personalnya bagi kampanye

atau aktivitas politik harus benar-benar merupakan pilihan dan risiko sendiri.

Tidak dibolehkan menggunakan aset/fasilitas perusahaan dan wewenangnya

untuk mendukung aspirasi politiknya.200

13. Tanggung jawab sosial

Sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di seluruh Indonesia,

setiap Insan Perusahaan menjunjung tinggi nilai masyarakat setempat. Setiap

Insan Perusahaan bertanggung jawab mendorong terciptanya perdamaian,

keamanan dan integrasi sosial pada masyarakat yang majemuk.

200 United Nations Convention Against Corruption 2003, Article 8, Codes of Conduct for

Public Officials “ In order to fight corruption, each State Party shall promote, inter alia, integrity, honesty and responsibility among its public officials, in accordance with the fundamental principles of its legal system”, (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Korupsi 2003, Pasal 8, Kode Perilaku bagi Pejabat-pejabat Publik,”untuk memerangi korupsi setiap negara Peserta wajib meningkatkan antara lain, integritas, kejujuran, dan tanggung jawab pejabat publik, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya”). Bulog telah mengakomodirnya sebagai Integritas, keterbukaan, akurasi akuntansi; Benturan Kepentingan; Praktik Suap; Bantuan, donasi, jamuan, hadiah; Sumbangan kegiatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 196: Conflict of Interests

Perusahaan berikut semua insannya memiliki komitmen menjadi

warga yang peduli lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Perusahaan

bertanggung jawab kepada masyarakat setempat untuk menggunakan sumber

daya yang ada berupa; bahan pangan pokok, sumber daya manusia dan energi,

dengan bijaksana. Perusahaan memiliki komitmen melalui dukungan

operasional terhadap aktivitas sosial yang juga bermanfaat bagi pemenuhan

kewajiban pelayanan masyarakat.

Perusahaan menyadari pentingnya peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat sekitar, dan mendukung langkah-langkah yang diambil

masyarakat setempat serta mendorong keterlibatan Insan Perusahaan di

dalamnya, dengan prioritas di bidang kesejahteraan, peningkatan kualitas

hidup, serta kelestarian lingkungan.201

Tabel 2

Penerapan GCG pada Perum BULOG

Jawaban Keterangan No. Pernyataan

Ya Tidak

1 Komitmen dalam Penerapan GCG

a Apakah telah disusun pedoman atau manual GCG Ya

b Apakah ada fungsi khusus yang mengurusi GCG Ya

201 Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial di sini, merupakan tanggung jawab moral

perusahaan baik terhadap karyawan (internal), maupun masyarakat di sekitar perusahaan (eksternal). Lihat, I. Nyoman Tjager et.al ; Corporate Governance (Jakarta: PT.Prenhallindo 2003), hal. 144

Universitas Sumatera Utara

Page 197: Conflict of Interests

c Apakah dialokasikan anggaran untuk pelaksanaan program GCG

Ya

d

Apakah prinsip-prinsip GCG sudah dimasukkan dalam indikator keberhasilan manajemen yang tercermin dalam operasional bisnis

Ya Sudah dilaksanakan

2

Proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas

a

Apakah pemilihan anggota Dewan Pengawass dan Direksi melalui proses kemampuan dan kelayakan (Fit and Proper Test)

Ya Sudah dilaksanakan

b

Untuk Dewan Pengawas, apakah telah dibentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi

Ya Sudah dilaksanakan

c

Siapa yang memimpin Komite-komite tersebut; bagaimana mekanisme pemilihan Ketua Komite dimaksud

Masing-masing dipimpin anggota Dewan Pengawas, dipilih dalam rapat Dewan Pengawas

3 Hubungan kerja Dewan Pengawas dan Direksi dilandasi checks and balances

a

Apa tugas pokok Dewan Pengawas, dan berapa anggotanya dan berapa % dari luar

Mengawasi dan memberi nasihat Direksi, jumlah 5,dan 100 % dari luar

b Apakah anggota Dewan Pengawas ada yang merangkap jabatan Direksi pada BUMN lain

Tidak ada

Universitas Sumatera Utara

Page 198: Conflict of Interests

c Rapat Dewan Pengawas bagaimana pengaturan dan jadwalnya

Diadakan secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan

d

Apakah Dewan Pengawas Independen dan berperan sebagai supervisor dari pada eksekutif

Ya

e Apakah Dewan Pengawas dan Komite-komite sudah mampu bekerja secara efektif

Ya

4 Direksi

a

Apakah Direksi sudah menjalankan tugasnya secara profesional berdasarkan kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya serta evaluasi kinerja

Ya

b Berapa anggota Direksi dan berapa % dari luar

Direksi 5 orang Direktur 40% dari luar

c

Rapat Direksi mengambil keputusan sesuai pedoman tata tertib kerja, jika terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinion), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat lengkap dengan alasannya

Sampai sekarang keputusan Direksi selalu berdasarkan mufakat, sehingga belum pernah tercatat dissenting opinion

d Apakah Direski sudah menyiapkan rencana jangka panjang/strategis 5 tahun

Ya Yang terbaru sedang dalam proses

e

Apakah Direksi sudah membuat rencana kerja dan anggaran tahunan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang

Ya Sudah dibuat

f Apakah Rencana jangka panjang yang telah ditandatangani

Belum Saat ini belum

Universitas Sumatera Utara

Page 199: Conflict of Interests

bersama dengan Dewan Pengawas telah disahkan kepada Menteri BUMN

g

Dalam waktu 5 bulan setelah tahun buku ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan yang sudah ditandatangani semua Direksi dan Dewan Pengawas kepada Menteri

Ya Sudah dilaksanakan

h

Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak menandatangani laporan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis

Ya Belum pernah terjadi

i

Apakah Direksi memangku jabatan rangkap sebagai pengurus pada BUMN/BUMD/Jabatan struktural pada pemerintah

Tidak Tidak ada

5 Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip GCG

a Transparansi

(1) Penerbitan laporan keuangan setengah tahunan/perkwartal tepat waktu

Tidak Belum tepat waktu

(2) Penempatan informasi khusus GCG dalam laporan tahunan Ya

(3)

Keterbukaan yang segera atas Out put dari perusahaan tanpa kebocoran yang mendahului pengumuman

Ya

(4)

Kebijaksanaan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders

Ya Ya; sebagian

(5) Keterbukaan informasi meliputi visi, misi, sasaran usaha dan

Ya Kecuali tentang keuangan

Universitas Sumatera Utara

Page 200: Conflict of Interests

strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan pengurus perusahaan, pengelolaan risiko, pengawasan kepatuhan

b Akuntabilitas

(1)

Perusahaan harus menetapkan secara rinci tugas dan tanggung jawab masing-masing organ pengurus Dewan Pengawas, Direksi dan Pejabat structural

Ya Sudah dilaksanakan

(2)

Perusahaan harus meyakinkan bahwa semua organ organisasi perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab

Ya Sudah dilaksanakan

(3)

Perusahaan harus memastikan terdapatnya checks and balances system dalam pengelolaan perusahaan

Ya Sudah dilaksanakan

(4)

Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)

Ya

KPI sedang dalam proses finalisasi

(5)

Dalam melaksanakan tugasnya semua organ dan karyawan harus berpegang pada code of conduct yang telah disepakati

Ya Ya sesuai dengan Panduan- Perilaku

c Responsibilitas

(1)

Perusahaan harus mematuhi Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Perusahaan, Anggaran Dasar Perusahaan

Ya Kecuali mantan Dirut yang telah dihukum

Universitas Sumatera Utara

Page 201: Conflict of Interests

(2)

Perusahaan harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial

Ya Sudah dilaksanakan

(3) Bertindak secara efektif terhadap individu yang melanggar Tidak/be

lum Belum sepenuhnya

(4) Adanya pencatatan atas kasus-kasus kesalahan manajemen Ya Sudah ada

d Kemandirian

(1)

Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat

Ya

(2) Dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan dari manapun

Ya

(3) Dewan Pengawas independen dari manajemen Ya

(4) Komite-komite dipimpin oleh Pengawas independen Ya

e Kewajaran

(1)

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment)

Ya

(2)

Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada stakeholders memberikan masukan kepada perusahaan

Ya

Universitas Sumatera Utara

Page 202: Conflict of Interests

(3)

Peningkatan jumlah remunerasi total tidak boleh melebihi dari keuntungan perusahaan

Ya

G. Analisis

Hasil penelitian pada PT. Antam Tbk dan Perum Bulog

Dari penelitian yang dilakukan mengenai implementasi prinsip-prinsip

Good Corporate Governance menyangkut beberapa indikator antara lain:

a). Komitmen dalam penerapan Good Corporate Governance;

b). Proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan

kompetensi dan kredibilitas;

c). Hubungan kerja Dewan Komisaris/Pengawas dan Direksi;

d). Direksi menjalankan tugasnya secara profesional berdasarkan

kompetensi;

e). Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip Good corporate

Governance: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,

Kemandirian, dan Kewajaran.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT ANTAM Tbk dan

Perum BULOG kedua BUMN tersebut telah melaksanakan semua indikator

tersebut di atas, kecuali pada indikator Responsibilitas yaitu mematuhi

Peraturan Perundang-undangan yang ternyata unsur pimpinan Perum

BULOG khususnya mantan Direktur Utama Wijanarko Puspoyo di vonis

Universitas Sumatera Utara

Page 203: Conflict of Interests

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Mahkamah Agung. Sehingga

ketidakpatuhan dan tidak konsistensinya penerapan prinsip-prinsip yang

terdapat dalam Good Corporate Governance justru berada pada unsur

pimpinan yang seyogiyanya diharapkan menjadi panutan bagi karyawan

yang berada pada lapisan yang lebih rendah.

Apabila semua karyawan selaku insan perusahaan telah memahami,

mempedomani dan menerapkan Code of Conduct yang telah ditetapkan

sebagai pegangan oleh perusahaan maka tentu saja Good Corporate

Culture yang merupakan sisi dalam atau hulu dari Good Corporate

Governance akan jelas terlihat mewarnai suasana bekerja di perusahaan

termasuk BUMN yang pada akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat.

Peranan Pimpinan BUMN sebagai role model (panutan) sangat

menentukan komitmen penerapan Good Corporate Governance, sebab

bagi suatu perusahaan yang pimpinannya secara nyata terlibat dalam

perbuatan yang berindikasi pidana, maka akibatnya bukan hanya sekedar

merusak reputasi perusahaan, tetapi lebih jauh menimbulkan kesan bahwa

Good Corporate Governance diterapkan secara ketat hanya terhadap

eselon bawahan sedangkan pada eselon atas sebagai pengambil keputusan

tidak konsisten dalam menerapkannya.

Menyimak dari hasil penelitian tentang organ perusahaan dikemukakan

antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 204: Conflict of Interests

Direksi

Pengisian Direksi baik pada PT. Antam Tbk maupun pada Perum Bulog

berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas, melalui proses

kemampuan dan kelayakan (Fit and Proper Test). Pengangkatan dan

Pemberhentian Direksi pada PT. Antam Tbk dilakukan oleh Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), sedangkan pada Perum Bulog dilakukan oleh Rapat

Pembahasan Bersama (RPB).

Dalam kegiatannya Direksi yang merupakan organ perusahaan

bertanggung jawab atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan

perusahaan serta menjalankan tugasnya secara professional berdasarkan

kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya serta evaluasi kinerja. Pada

implementasi asas GCG yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas,

responsibulitas, kemandirian dan kewajaran Direksi pada kedua perusahaan itu

telah melaksanakannya kecuali pada asas responsibilitas ternyata Direksi Perum

Bulog khususnya mantan Direktur Utama Rahadi Ramelan dan Wijanarko

Puspoyo telah dipidana kasus korupsi. Secara jelas terlihat bahwa ketidakpatuhan

dan tidak konsistensi menerapkan asas GCG justru berada pada unsur pimpinan.

Dewan Komisaris/Dewan Pengawas

Sebagaimana pada Direksi maka Komisaris PT Antam Tbk dan

Pengawas pada Perum Bulog pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan

oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk jabatan Komisaris pada

Universitas Sumatera Utara

Page 205: Conflict of Interests

PT Antam Tbk, sedangkan Pengawas pada Perum Bulog oleh Rapat

Pembahasan Bersama (RPB) melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatuhan

(fit and proper test), dilakukan secara transparan, professional, mandiri, dan

dapat dipertanggungjawabkan. Komisaris/ Pengawas bertanggung jawab

untuk mengawasi dan memberi nasihat Direksi serta mengesahkan rencana

strategis dan tahunan perusahaan. Disamping itu Komisaris/Pengawas juga

bertanggung jawab untuk memantau penerapan praktek GCG yang dilakukan

Direksi. Untuk kelancaran tugasnya Komisaris/Pengawas dibantu oleh Komite

yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi perusahaan.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)/Rapat Pembahasan Bersama

(RPB)

RUPS/RPB merupakan suatu sarana dan mekanisme dimana para

pemegang saham dapat berpartisipasi secara aktif menjalankan kekuasaannya,

kewenangannya yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan

Komisaris/Dewan Pengawas.

Secara khusus bagi Perum Bulog, pemilik modalnya adalah Negara

Republik Indonesia c.q Menteri BUMN.

Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas oleh

RUPS/RPB melalui mekanisme fit and proper test berdasarkan pertimbangan

keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan kelakuan baik serta

memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 206: Conflict of Interests

Universitas Sumatera Utara