contoh cover

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh cover

Citation preview

  • HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN SC (SECTIO CAESAREA) TERHADAP PROSES

    PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI

    RUANG KEBIDANAN RSUDZA BANDA ACEH

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

    Program Studi Diploma III Kebidanan SIKes UBudiyah Banda Aceh

    Oleh :

    ZAHRATI FAUZA

    NIM : 10010111

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UBUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

    BANDA ACEH TAHUN 2013

  • ABSTRAK

    HUBUNGAN MOBILISAS I DINI PADA IBU POS TPARTUM DENGAN SC(SECTIO

    CAESAREA) TERHADAP PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI RS UDZA

    BANDA ACEH TAHUN 2013

    Nurlaila Ramadhan, SST

    Tenaga Pengajar Pada STIKes UBudiyah Banda Aceh

    Abstract

    Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh, diperoleh data pad a tahun

    2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat diruang kebidang sebanyak 145 orang. Dan

    pada bulan Oktober ada 37 ibu postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan

    bulan Desember ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang

    melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi dini dengan

    alasan takut. Tujuan penelitian in i untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu

    postpartum dengan SC terhadap percepatan pemulihan pos tpartum SC di Ruang Kebidanan

    RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013. Penelit ian ini bersifat Analit ik dengan pendekatan cross

    sectional. Dengan populasi 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental

    Sampling. Cara pengumpulan data menggunakan lembaran Observasi. Penelit ian in i dilakukan

    pada 16 Juni sampai 2 Agustus 2013. Didapatkan bahwa tidak ada hubungan mobilisasini dengan

    penyembuhan luka dengan P value 0,959 dengan nilai OR 1,28, tidak ada hungan antara mobilisasi

    dini dengan involusi uterus dengan P value 0,218 (< 0,05), tidak ada hubungan antara mobilisasi

    dini dengan pengeluaran lochea dengan P value 0,083 (< 0,05) dengan nilai OR 4,27, tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan postpartum SC dengan p value 0,478 (< 0,05) . Bahwa dari 38 responden terdapat 18 o rang responden yang melakukan mobilisasi dini baik dengan

    percepatan pemulihan postpartum baik ternyata tidak ada hubungan mobilisasi dini pada ibu

    postpartum dengan section caesarea (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum di Rsudza

    Banda Aceh Tahun 2013. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan

    informasi.

    Kata Kunci : Penyembuhan Luka, Pengeluaran lochea, Involusi uterus

  • KATA PENGANTAR

    BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas

    rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

    ini dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum SC (Sectio

    Caesarea) Terhadap Percepatan Penyemuhan Postpartum SC (Sectio

    Caesarea) Di RSUDZA dr.Zainol Abidin Banda Aceh 2013 .

    Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus

    di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan

    STIKes Ubudiyah Banda Aceh.

    Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak

    menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan UBudiyah Indonesia.

    2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes Ubudiyah Banda aceh.

    3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes

    Ubudiyah Banda Aceh. .

    4. Ibu Nurlaila Ramadhan S, SST selaku pembimbing saya yang telah banyak

    meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

  • 5. Terima kasih yang istimewa kepada Waled dan Ibunda Siti raziah tercinta

    yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun doa bagi

    peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

    6. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu khususnya untuk

    kelas IIIB sehingga selesainya penulisan ini.

    7. Terima kasih kepada Rifka Ajirna, Riska Salfida dan Yenni Milda yang

    terlibat untuk membantu, memotifasi, memfasilitasi dan membimbing

    peneliti dalam menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

    peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

    jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan,

    maupun isinya. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan

    dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat

    membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian selanjutnya.

    Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada

    satupun yang terjadi tanpa kehendaknya.

    Banda Aceh, 14 Agustus 2013

    Peneliti

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    ABSTRAK ............................................................................................................ ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

    PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ..xii

    BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8

    A. Postpartum ................................................................................... 8

    B. Section Caesarea........................................................................... 14

    C. Mobilisasi Dini............................................................................. 16

    D. Penyembuhan Luka ...................................................................... .24

    E. Pengeluaran Lochea ..................................................................... .31

    F. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses Percepatan Penyembuhan

    Postpartum ........................................................................................ 32

    BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 34

    A. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 34

    B. Defenisi Operasional .................................................................... 35

    C. Hipotesis Penelitian...................................................................... 36

    D. Cara Pengukuran Variabel ........................................................... 36

    BAB IV METODE PENELITI

    A. Jenis Penelitian............................................................................. 38

    B. Populasi dan Sampel .................................................................... 38

    C.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38

    D.Instrument Penelitian .................................................................... 39

  • Pengumpulan Data ................................................................................................. 39

    Pengolahan dan Analisa Data................................................................................. 39

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 42

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 42

    B. Hasil Penelitian ................................................................................... 42

    C. Pembahasan ......................................................................................... 47

    BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 53

    A. Kesimpulan.......................................................................................... 53

    B. Saran .................................................................................................... 53

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca secsio caesaria

    disarankan untuk melakukan mobilisasi dini. tetapi pada ibu yang yang

    mengalami seksio caesaria, disarankan untuk melakukan mobolisasi dini. Tetapi,

    pada ibu yang mengalami seksio caesaria rasanya sulit untuk melaksanakan

    mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah

    ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu diperlukan pendidikan

    kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria sehingga

    pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang

    mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilissasi dini, namun

    ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Suriniah, 2004 ).

    Menurut WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan sectio

    caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara

    berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika

    Serikat, Kanada 2003 memiliki angka 21%.

    Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5%. Dirumah sakit

    pemerintah rata-rata 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih dari 30%

    (Anonymous, 2007).

    Angka kejadian sectio caesarea di indonesia menurut data survey nasional

    tahun 2007 adalah 927.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 %.

    (Anonymous, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi

  • Medan pada tanggal 26 Oktober 2010 di dapatkan informasi dari 10 orang ibu

    bersalin dengan operasi sectio caesarea mengatakan bahwa sangat takut untuk

    melakukan mobilisasi dini pasca operasi sectio caesarea. Hal ini disebabkan

    karena ibu merasa sangat sakit saa sakit efek dari anastesi telah hilang sehingga

    tidak mampu untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas

    operasi akan merengang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadi ruam atau

    lecet pada bagian punggung bagian bawah, kekuatan atau penegangan o tot-otot

    seluruh tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun

    berkemih serta bengkak pada tunggakai kaki.

    Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap

    mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting

    pada periode post operasi secsio untuk mencegah komplikasi. Kemampuan

    pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan

    yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang

    maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur menbantu mencegah

    komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskular, mencegah dekubitus,

    merangsang peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdu, 2005).

    Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan

    pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya.

    Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk

    tidak berdiam diri ditempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi

    (Kasdu, 2005).

  • Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses

    penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila

    terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka

    operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang diikuti dengan latihan

    adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2005).

    Proses penyembuhan luka akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi,

    proliferasi, fibroblastikdan maturasi (Johnson, 2005).

    Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan

    nutrisi kedalam jaringan, Oksigen yang berikatan dengan molekul protein

    hemoglobin diedarkan ke jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem peredaran

    darah. Oksigen ini berfungsi selain untuk oksidasi biologi juga oksigenasi

    jaringan (Johnson, 2005).

    Secara klinis luka sudah tidak menunjukkan tanda edema, hangat pada

    kulit, oedema dan rasa sakit (fase inflamasi) setelah hari ke-3 atau ke-4. Sehingga

    dalam perawatan normal ibu post partum akan lebih aman pulang setelah hari ke-4

    atau ke-5. Akan tetapi secara teori luka harus di observasi sampai 7 hari setelah

    operasi. Dimana penyembuhan luka fase pembentukan kolagen dimulai dengan

    ditandai menyatunya jaringan kulit (Johnson, 2005).

    Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat

    mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan

    mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk

    mempertahankan fisik secara optimal , maka sistem saraf, otot dan skeletal harus

    tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter, Perry, 2005).

  • Menurut sepengetahuan penulis, penelitian tentang pasca partum sudah

    pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Harfa Aini pada bulan juni-juli

    tahun 2012 dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu postpartum Sectio

    Caesarea(SC) Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Di Ruang Kebidanan

    Rumah Sakit Tingkat III Iskandar Muda Kesdam Tahun 2012, peneliti mengukur

    perbedaan waktu kesembuhan antara mobilisasi dini lambat pada pasien pasca

    sectio caesarea. Hasil penelitian didapatkan pada mobilisasi dini waktu

    kesembuhan luka cepat 32 0rang ( 78,0%) dan kesembuhan lambat 9 orang

    (22,0%), sementara mobilisasi cepatnya 24 orang (58,5%) dan mobilisasi dini

    lambat 17 orang (41,5%). Dan pada tanggal 23 Agustus- 10 September 2012

    penelitian tentang post partum juga pernah diteliti oleh Nova Desi Sari dengan

    judul Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengerahui Mobilisasi Dini Pada Ibu

    Postpartum Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sigli, peneliti

    mengukur respon melakukan mobilisasi dini berada pada katagori cukup yaitu 17

    responden (54,8%) dan minoritas berada pada katagori kurang yaitu 5 responden

    (16,1%). Dan mayoritas mendapatkan imformasi tentang mobilisasi dini pasca

    sectio caesarea yaitu sebanyak 27 responden (87,1%), sedangkan yang minoritas

    tidak mendapatkan imformasi yaitu sebanyak 4 responden (12,9%).

    Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh,

    diperoleh data pada tahun 2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat

    diruang kebidang sebanyak 145 orang. Dan pada bulan Oktober ada 37 ibu

    postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan bulan Desember

    ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang

  • melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi

    dini dengan alasan takut.

    Hanya sebagian besar ibu- ibu post partum Sectio caesarea melakukan

    mobilisasi dini setelah 6-24 jam pasca operasi, ibu yang tidak mau melakukan

    mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasa

    nyeri apabila digerakkan, dan ibu mengatakan takut jahitannya terlepas,

    seharussnya ibu- ibu post sectio caesarea harus bergerak karena akan mencegah

    trombosis atau trombo emboli dan kekuatan otot-otot sendi sehingga juga

    mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah dan mengembalikan

    kerja fisiologis yang pada akhirnya akan mempercepat penyembuhan (Kusmawan,

    2008).

    Berdasarkan fenomena tersebut dan pentingnya mobilisasi dini untuk

    penyembuhan luka post sectio caesarea dan pemulihan kesehatan ibu. Alasan

    peneliti memilih judul tentang Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum

    Dengan SC(Secti Caesarea) Terhadap Proses Percepatan Pemulihan Postpartum

    Di Ruang Kebidanan RSUDZA Tahun 2013. Karena peneliti ingin mengetahui

    apakah ada hubungan antar mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan

    postpartum dan ingin mengetahui efek dan ingin mengetahui efek dari tidak

    melakukan mobilisasi dini.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang

    diangkat adalah Bagaimanakah Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum

  • Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap proses Percepatan Pemulihan

    Postpartum Di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 ?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan

    sectio caesaria (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum SC (Sectio

    Caesarea) di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui mobilisasi dini pada ibu post partum SC di ruang

    kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

    b. Untuk mengetahui proses penyembuhan ibu post partum SC (Sectio

    Caesare) di ruang kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

    D. Manfaat Penelitian

    Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

    semua pihak yang terkait, antara lain:

    1. Bagi peneliti

    Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman, ilmu terbaru,

    kemampuan skill dalam melakukan penelitian karya tulis ilmiah.

    2. Bagi institusi pendidikan

    Untuk menambah literature atau bacaan di perpustakaan sebagai bahan kajian

    dan menambah informasi yang berkaitan dengan mobilisasi dini pada ibu post

    partum SC (Sectio Caesarea).

  • 3. Bagi petugas kesehatan

    Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk memberikan

    imformasi bagi bidan tentang penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat

    mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca section caesarea.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Postpartum

    1. Pengertian

    Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir

    ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

    (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

    minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2011).

    Masa nifas adalah 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

    Waktu yang tepat disebut postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam sampai 6 hari, 2 jam

    sampai 6 minggu (boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu) pasca

    melahirkan (Ahmad, 2012).

    2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

    Mendeteksi adanya perdarahan masa njfas. Tujuan perawatan masa nifas adalah

    untuk menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan postpartum

    dan infeksi. Oleh karena penolong persalinan sebaiknya tetap waspada,sekurang-

    kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan Terjadinya

    komlikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih

    bila partus berlangsung lama (Vivian, 2011).

    Menjaga kesehtan ibu dan bayinya. Baik fisik maupun psikologis harus

    diberikan oleh penolong persalinan. Ibi dianjurkan untuk menjaga kebersihan

  • seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan

    daerah kelamin dengan sabun dan air. Melaksanakan skiring secara komprehensif

    dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada

    ibu maupun bayinya. Seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala

    IV yang meliputi pemerilsaan plasenta, pengawasan TFU, konsistensi rahim,

    keadaan umum. Bila ada masalah maka harus melakukan tindakan sesuai standar

    pelayanan (Vivian, 2011).

    3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas

    Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

    partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:

    1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

    sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

    psikologis selama masa nifas.

    2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

    3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

    nyaman.

    4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan

    anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

    5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

    6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

    mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

    baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

  • 7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

    menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

    mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

    kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

    8. Memberikan asuhan secara professional (Vivian, 2011).

    Tahapan tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

    a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

    dan berjalan.

    b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

    yang lamanya 6-8 minggu.

    c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

    sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

    komplikasi (Vivian, 2011).

    4. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Post Partum

    a. Perubahan Fisiologi

    1. Involusi Uterus

    Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

    akhirnya kembali seperti sebelum hamil.otot uterus berkontraksi segera

    pada post partum.pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara otot-

    otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

    plasenta lahir (Vivian, 2011).

  • Table:tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi (Saleha, 2009)

    Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

    Bayi lahir

    Plasenta lahir

    1 minggu

    2 minggu

    6 minggu

    8 minggu

    Setinggi Pusat

    2 jari dibawah pusat

    Pertengahan pusat simpisis

    Tidak teraba diatas simpisis

    Bertambah kecil

    Sebesar normal

    1000 gram

    750 gram

    500 gram

    350 gram

    50 gram

    30 gram

    2. Servik

    Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kenur,

    dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian

    anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya

    yang tinggi, lubang serviks lamban laun mengecil, beberapa hari setelah

    persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher

    serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada

    saat 4 minggu pospartum (Saleha, 2009).

    Perubahan perubahan yang terdapat pada servik setelah post partum

    bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan

    corpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak

    berkontraksi, sehingga pada perbatasan antara corpus dan servik uteri

  • terbentuk semacam cincin. Warna servik merah kehitaman karena penuh

    pembuluh darah dan konsisitensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan,

    tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam kavum uteri, setelah 2

    jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu hanya dapat

    dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam

    menangani kala III(uri) (Soleha, 2009).

    3. Payudara (Mamae)

    Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

    alami. Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI. Fisiologi

    laktasi itu sedangkan prolaktin meningkat. Hisapan bayi pada puting susu

    memacu atau merangsang sendiri adalah pada saat persalinan hormone

    estrogen dan progesteron menurun kelenjar hipofise anterior untuk

    mempruduksi atau melepaskan proklatin sehingga terjadi sekreksi ASI.

    Pada wanita menyusui involusi menjadi lebih efesien, yang kemungkinan

    berkaitan dengan peningkatan aliran oksitosin (meningkat kontraksi,

    retraksi, serat otot uterus). Hal ini berarti bahwa involusi akan

    berlangsung lebih lambat bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi,

    retaksi secara efektif. Ini dapat terjadi setelah sectio caesarea, uterus robek

    atau sisa produk konsepsi (Johnson, 2005).

    b. Perubahan Psikologis

    1. Fase taking in atau tahap tergantungan

    Terja

  • di pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, pasif

    dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan

    berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah

    informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

    2. Fase Taking Hold

    Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri

    dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi tubuhnya, misalnya

    kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktefitas duduk, jalan, belajar

    tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga

    mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat

    dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi bagi ibu muda atau primipara

    karena pada phase ini seiring dengan terjadinya post partum blues.

    3. Fase letting Go atau saling ketergantungan

    Dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca kelahiran.Tubuh ibu telah

    sembuh, secara fisik ibu mampun menerima tanggung jawab normal dan

    tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan

    kembali (Soleha, 2009).

    5. Tanda Tanda Bahaya Pada Masa

    Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin

    meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi

    penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga

    terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan

  • patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan

    merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan

    infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua

    alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya

    suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut

    selama dua hari (Enkin, 2005).

    Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

    1. Infeksi Lokal

    Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna lokal,

    pengeluaran lochia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri,

    temperatur badan dapat meningkat.

    2. Infeksi General

    Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat diatas 39 oC, tekanan darah

    dapat menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan napas

    terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan

    involusi uterus, lochia : berbau, bernanah serta kotor.

    B. SECTIO CAESARIA

    1. Pengertian

    Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

    insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

    utuh serta berat janin diatas 500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa sectio

    caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan

    kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut

  • (laparatomi) dan dinding uterus ( histerektomi). Persalinan sectio caesaria adalah

    persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh

    dengan berat janin > 1. 000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Winknjosasto,

    2005).

    2. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria

    Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria diambil, harus

    dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin terjadi. Pertimbangan

    tersebut harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap yang mengacu

    pada syarat syarat pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat

    darurat ( Saifuddin, 2009).

    Tindakan sectio caesaria memang memiliki keuntungan dn kerugian.

    Keuntungannya diantara lain adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih

    singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.

    Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi yang

    dikandungnya.

    a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain:

    1. Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.

    2. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.

    3. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan

    persalinan normal.

  • 4. Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis- lapis

    dan proses keringnya bisa tidak merata.

    5. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak bersih.

    6. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

    7. Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.

    8. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.

    9. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan

    10. kematian mendadak saat mencapai paru paru dan jantung (Sunaryo,

    2008).

    b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :

    1. Resiko kematian 2 3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang

    lahir melalui proses persalinan biasa.

    2. Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru parunya

    tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi

    tekanan.

    3. Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada

    sang ibu jug mengenai bayi. (Widjarnako, 2008 ).

    C. MOBILISASI DINI

    1. Pengertian

    Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan

    aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk

    bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat

    pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting

  • pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian.

    Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

    kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk

    mempertahankan fungsi fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan

    untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

    membimbing selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2010)

    Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan,posisi atau

    adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jammelahirkan dengan

    persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu

    harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah

    mengalami secsio saesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak

    pasca operasi secsio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak

    itu semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara hati hati.

    (Wirnata,2010).

    Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada

    pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segara

    menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah

    menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari jarinya agar kerja organ pencernaan

    segara kembali normal. (Kasdu, 2005 )

    2. Tujuan Mobilisasi

    Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk

    Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu

    pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin, mengembalikan

  • aktifimas tertentu,sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi

    kebutuhan gerak harian., memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi

    atau komunikasi.

    Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan,

    Menglancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium,

    mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat grastrointestinal dan alat

    kelamin, meningkatkan kelancaran perdaran darah sehingga mempercepat fungsi

    ASI dan pengeluaran sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu

    memeliha/merawat anaknya

    3. Manfaat Mobilisasi

    Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

    memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

    menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem respirator

    meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi

    alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafgragma

    pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatkan

    penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril,

    meningkatkan mobilisasi lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada

    sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi

    sendiri.memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa

    otot pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan,

    meningkatkan toleransi terhadap sters, perasaan lebih baik, dan berkurangnya

    penyakit(Potter, 2005).

  • 4. Tahap Tahap Mobilisasi

    Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap - tahap mobilisasi dini

    pada ibu post partum operasi secsio caesarea (Kasdu, 2002).6 jam pertama Ibu

    post secsio caesarea istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang

    adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar

    pergelangan kaki , mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan

    menggeser kaki.

    a) 6 -10 jam

    Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah

    trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat

    tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan.

    Setelah 24 jam

    Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat

    tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan

    pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu

    b. Setelah ibu dapat duduk,dianjurkan ibu belajar berjalan.

    5. Pelaksanaan Mobilisasi

    Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum

    secsio caesarea terdiri dari:

    a. Hari ke 1:

    1. Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6 -10

    jam setelah ibu sadar.

  • 2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini

    mungkin setelah sadar.

    b. Hari ke 2 :

    1. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam dalam lalu

    menghembuskannya disertai batuk batuk kecil yang gunanya untuk

    melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan

    pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.

    2. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk

    3. Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang sudah

    melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.

    c. Hari ke 3 sampai ke 5

    1. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari sete lah operasi

    2. Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat

    dapat membantu penyembuhan luka.

    Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur pelaksanaan mobilisasi

    terdiri dari :

    1. Hari 1 4

    a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan

    Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran

    dengan telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini seperti sedang

    menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah

    lainnya. Kemudian regangkan masing masing telapak kaki dengan cara

    menarik jari jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki

  • kearah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi.

    Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

    b. Bernafas dalam dalam

    Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di

    bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu

    tekanlah dada saat ibu menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit

    lebih dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,sehingga ibu

    dapat merasakan paru paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti

    sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut .

    hal ini akan merangsang jaringan jaringan disekitar bekas luka. Sanggah

    insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut diatas

    daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam

    lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani ,2009).

    c. Duduk tegak

    Tekuk lutut dan miring kesampin,putar kepala ibu dan gunakan

    tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat

    melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak

    nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu

    berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat. Kemudian,

    mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga ibu dapat

    menggoyangkan pinggul kearah belakang. Duduk setegak mungkin dan

    tarik nafas dalam dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung dengan

  • cara mengangkat tulang tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk

    menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali (Handiyani, 2009).

    d. Bangkit dari tempat tidur

    Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan

    pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong kedepan

    dan perlahan turunkan telapak kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal

    dengan ketat diatas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah

    bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki

    kaki ibu (Aliahani, 2010).

    e. Berjalan

    Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka, berjalanlah kedepan.

    Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah

    berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur

    (Handiyani, 2009).

    f. Berdiri dan meraih

    Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga

    berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot otot punggung agar

    dada mengembang dan merenggang,cobalah untuk mengangkat tubuh ,

    mulai dari pinggang perlahan lahan, melawan dorongan alamiah untuk

    membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu menit (Handiyani,

    2009).

    g. Menarik perut

  • Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar pelvis,

    dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan lahan letakkan kedua tangan

    diatas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan

    ibu, lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.

    h. Saat menyusui

    Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot otot perut selama

    beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

    menyusui (Alihani, 2010).

    2. Hari 4 7

    a. Menekuk pelvis

    Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ketempat

    tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga

    8 tekukkan selama 2 detik.

    b. Meluncurkan kaki

    Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara normal. Lalu

    luncurkan kaki diatas tempat tidur , menjauhi tubuh .Seraya mendorong

    tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan

    disekitar insisi. Lakuakan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

    c. Sentakan pinggul

    Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas dan

    rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari

    jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke

    arah bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh

  • dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk masing masing

    tubuh.

    d. Menggulingkan lutut

    Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan disamping tubuh

    untuk menjaga keseimbangan. Perlahan lahan gerakkan kedua lutut ke

    satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar.

    Lakukan 3 kali ayunan lutut kemasing - masing sisi. Akhiri dengan

    meluruskan kaki.

    e. Posisi jembatan

    Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.

    Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan

    telapak kaki kebawah dan perlahan lahan angkat pinggul dari tempat

    tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali

    sehari.

    f. Posisi merangkak

    Perlahan lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki

    diatas tempt tidur. Saat ibu mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa

    tidak nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan dalam

    rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur dan cobalah untuk

    melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul

    terdorong kearah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan

    merasa seolah olah menggoyang goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5

    kali sehari.

  • D. PENYEMBUHAN LUKA

    Penyembuhan uka dimulai sejak terjadinya cidera pada tubuh, luka

    memiliki tepi berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat

    denganintensi pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama

    penyembuhan melalui intensi sekunder. Ada 4 fase penyembuhan luka,

    hemostasis, inflamasi, prolifeasi, maturasi (Johnson, 2005).

    Untuk mempercepat penyembuhan luka operasi sebaiknya dijaga agar

    tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak mandi, cukup menyeka.

    Tidak sedikit penderita kanker yang menderita luka luka karena berbagai

    sebab:bekas operasi, efek radiasi, terlalu lama berbaring, terjatuh atau

    pertumbuhan sel-sel kanker samapai keluar kulit. Sebagian diantaranya

    merupakan luka kronis yang tidak sembuh dlam waktu 14 hari. Supaya tidak

    menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan

    khusus (Ismail , 2008).

    Menurut Johnson (2005) proses fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi

    ke dalam 3 fase utama, yaitu:

    a. Fase Inflamasi (0-3 hari)

    Jaringan yang rusak dan sel yang mati melepaskan histamine dan

    mediator lain, sehingga dapat menyebabkan vasodilatsi dari pembuluh

    darah sekeliling masih utuh serta meningkatkannya penyediaan daerah

    tersebut, sehingga menyebabkan merah dan hangat. Permiabilitas kapiler

    darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial

    menyebabkan oedema local.

  • b. Fase Destruksi ( 1-6 hari)

    Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi

    dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan

    menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya

    singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel

    tersebut.

    c. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari)

    Fibrolas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan untuk

    sel-sel yang bermagrasi. Fibrolast melakukan sintesis kolagen dan

    mukopolisakarida.

    d. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari)

    Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel

    pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel membelah dan mulai berimigrasi

    diatas jaringan glanurasi baru.

    1. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

    a. Faktor luka

    1. Kontaminasi Luka

    Tehnik pembalutan yang tidak adekuat, bila terlalu kecil

    memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri jika terlalu kencang

    dapat mengurangi Suplay oksigen yang membawa nutrisi dan oksigen.

    2. Edema

  • Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat tekanan

    intersisial pada pembuluh darah. Hemoragi Akumulasi darah

    menciptakan ruang rugi sel-sel mati yang harus disingkirkan.

    b. Faktor Umum

    1. Usia

    Makin tua pasien,makin kurang lentur jaringan.

    2. Nutrisi

    Pada penyembuhan luka kebutuhan luka akan nutrisi

    meningkat seiring dengan stress fisiologis yang menyebabkan

    defisiensi protein, nutrisi yang kurang dapat menghambat sintesi

    kolagen dan terjadi penurunan fungsi leokosit.

    3. Obesitas

    Pada pasien obesitas jaringan adipose biasanya mengalami

    avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba sangat

    lemah dan mengganggu suplay nutrisi kearah luka, akibatnya

    penyembuhan luka menjadi lambat.

    4. Medikasi

    Pada beberapa obat dapat mempengaruhi penyembuhan luka,

    seperti steroid, anti koagulan, anti biotic spectrum luas.

    c. Faktor local

    1. Sifat injuri

    Kedalaman luka dan luas jaringan yang rusak mempengaruhi

    penyembuhan luka, bahkan bentuk luka.

  • 2. Adanya infeksi

    Jika pada luka terdapat kuman pathogen penyebab infeksi, maka

    penyembuhan luka menjadi lambat.

    3. Lingkungan setempat

    Dengan adanya drainase pada luka. PH yang harusnya antara 7,0

    sampai 7,6 menjadi berubah sehingga mempengaruhi penyembuhan

    luka. Selain itu, adanya tekanan pada area luka dapat mempengaruhi

    sirkulasi daerah pada daerah luka.

    2. Indikator Pemulihan Pasca Sectio Caesarea dengan Mobilisasi dini

    Pada hari ke tiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan

    pulang kerumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan

    kesembuhan ibu pasca sectio carsarea dapat dilihat dari hari kehari. Hari

    kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan

    kateter, dan melakukannya dikamar mandi dengan dibantu suami atau

    keluarga. Hari ketiga umumnya inu baru akan buang air besar, dimana saat

    awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari ke empat

    lochea pada ibu pasca operasi normalnya 2x ganti doek/hari, perubahan

    ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk

    kembali ke kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri

    berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi

    luka bekas sayatan mengering ( Kasdu, 2005).

    3. Perawatan luka

  • Luka insisi diinspeksikan setiap hari, sehingga pembalut yang

    relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan. Secara

    normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.

    Paling lambat pada hari ketiga post partum pasien sudah dapat mandi

    tanpa membahayakan luka insisi.

    Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi perawatan luka

    insisi, diet, mobilisasi dini, aspek kontrol ulang, aktivitas seksual paska

    melahirkan, dan involusi uterus. Perawatan pertama selesai operasi

    adalah pembalutan luka dengan baik, sebelum penderita dipindahkan

    dari kamar operasi (Ismail, 2008).

    Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit atau

    kelp diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan. Pada hari ketiga

    port partum, mandi dengan pancuran tidak membahayakan insisi.

    Jaringan subkutis yang tebal (lebih dari 3 cm) merupakan faktor resiko

    untuk infeksi luka operasi(Ismail, 2008).

    4. Cara merawat bekas sayatan operasi

    Menurut Kasdu (2002) merawat bekas sayatan biasanya benang operasi

    terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai

    berikut:

    a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan

    shower atau mandi bersiram, kalau ingin mandi bersiram, kalau ingin

    mandi di Bath up bersihkan tempat mandi sebelum dan setelah

    digunakan.

  • b. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk

    yang lembut, kertas, tisu atau kapas.

    c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena celana

    seperti ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.

    d. Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit

    segera periksa ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya

    infeksi.

    5. Pemberian cairan

    Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi

    pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup

    pemberian anestesi local, regional atau umum. Perkembangan preparat

    anastesik,akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obatan kerja singkat dan

    pemulihan yang lebih cepat. Anestesi secara umum sering dapat menimbulkan

    mual dan muntah pada saat digunakan, yang kemudian menimbulkan

    komplikasi yang serius dan bersifat fatal, sehingga perawat menyampaikan

    kepada pasien untuk berpuasa sebelum operasi. Hal ini dilakukan untuk

    menghentikan semua asupan oral hingga 4 jam dan makanan padat antara 2

    sampai 6 jam sebelum operasi. Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca

    operasi, maka pemberian cairan peri infus, harus cukup banyak dan

    mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertermia,

    dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh. Cairan tubuh yang diberikan

    biasanya dektrosa 5% gram fisioligis dan ringer laktat secara bergantian.

    Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya 20n tetes

  • permenit, jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat

    dipakai sebagai pedoman pemberian cairan (Perry dan Potter, 2005).

    E. PENGELUARAN LOKHEA

    Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan uetrus melalui vagina dalam masa

    nifas sifat lokhea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran dan lendir waktu

    menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari tempat melekatnya plasenta).

    Lokhea dibagi dalam beberapa jenis (Soleha, 2009) :

    a. Lokhea rubra

    Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

    kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.

    b. Lokhea sanguinolenta

    Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca

    persalinan.

    c. Lokhea serosa

    Bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari pasca

    persalinan.

    d. Lokhea alba

    Cairan putih, setelah 2 minggu.

  • e. Lokhea purulenta

    Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

    f. Lochiostasis

    Lokhea tidak lancar keluarnya, apabila pengeluaran lokhea lebih lama dari

    pada yang disebabkan kemungkinan adanya :

    a. Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang

    kurang baik.

    b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lokhea rubra lebih

    banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

    c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga

    lebih lama mengeluarkan lokhea dan lokhea berbau anyir atau amis.

    Bila lokhea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah

    kemungkinan diagnosisnya adalah metrisis. Metritis adalah infeksi uterus setelah

    persalinan yang merupakan salah satu penyebab tersebar kematian ibu. Bila

    pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abseb pelvik,

    peritonitis, syok septik (Soleha, 2009).

    F. HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PERCEPATAN

    PENYEMBUHAN POSTPARTUM

    Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi akan membantu memperoleh kekuatan,

    mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus besar

    serta kandung kemih.

    Dengan adanya mobilisasi secara langsung berdampak pada akselerasi

    proses penyembuhan post partum hasil penulisan yang dilakukan oleh Jensen

  • Situmarong (2010) menyebutkan bahwa ibu post sectio caesarea yang melakukan

    mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

    Mobilisasi dini dilakukan oleh ibu post sectio, baik yang mengalami

    persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi

    tergantung pada keadaan umum, jenis persalinan atau tindakan persalinan.

    Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses

    pengeluaran lokhea dan membantu proses penyembuhan luka (Manuaba, 2003).

    Bobak (2004), menjelaskan mobilisasi dini sangat bermanfaat untuk

    melancarkan sirkulasi, trombosit. Sebagian besar ibu pasca Sectio Caesarea dapat

    melakukan mobilisasi dini setelah efek-efek obat-obatan yang diberi saat

    melahirkan telah hilang aktifitas tersebut sangat berguna bagi semua s istem tubuh

    paru terutama bagi fundus usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal

    tersebut juga membantu mencegah pembekuan (trombosit) pada pembuluh.

    Banyak manfaat melakukan mobilisasi dini yang telah dikonfirmasikan oleh

    sejumlah penulis, para wanita, menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan

    kuat setelah melakukan mobilisasi dini dan komplikasi kandung kemih dan

    konstifasi jarang terjadi (Farrer, 2000).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007) dengan judul

    hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC (Sectio caesarea) dengan proses

    penyembuhan luka operasi diruang kebidanan Rsudam provinsi lampung dengan

    hasil penelitian tidak ada hubungan secara statistik antara mobilisasi dini post

    operasi dengan penyembuhan luka (p < 0,05).

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep

    Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi dini akan membantu memperoleh

    kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus

    besar serta kandung kemih dan adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain

    dapat mempercepat prosees pengeluaran lochea dan membantu proses

    penyembuhan luka (Manuaba, 2003). Dari teori tersebut peneliti membuat

    kerangka konsep sebagai berikut :

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Mobilisasi Dini Pada

    Ibu Post Partum SC

    Percepatan Pemulihan

    postpartum SC

    - Penyembuhan luka

    - Involusi uterus

    - Lokhea

  • B. Defenisi Operasional

    Tabel Defenisi Operasional

    No Variabel

    Definisi

    Oprasional

    Alat Ukur Cara Ukur

    Hasil

    Ukur

    Skala

    Ukur

    Variabel Depend

    1 Percepatan

    Pemulihan

    postpartum

    SC

    Proses

    pemulihan

    pasca bersalin

    meliputi:

    Penyembuhan

    luka, involusi

    uterus dan

    pengeluaran

    lochea

    Lembaran

    Observasi

    Mengobservasi

    dengan cara :

    -Baik, bila luka

    sembuh.

    - involusi uterus

    baik.

    - lochea normal

    pada hari ke 6

    pospartum (x

    )

    -tidak baik bila

    luka tidak

    sembuh .

    - involusi uterus

    tidak baik.

    - lochea tidak

    normal pada hari

    ke 6 postpartum.

    (x

  • 2 Mobilisasi

    Dini

    Suatu gerakan

    yang dilakukan

    ibu setelah

    sectio caesarea

    dalam6 jam post

    sectio

    Lembaran

    Observasi

    Mengobservasi

    dengan cara :

    a. B

    aik jika. x 5

    b. Tidak baik

    jika,

    x <

    c. Baik

    d. Kurang

    Baik

    Ordinal

    C. Hipotesis Penulisan

    Ada hubungan antara mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan ibu

    postpartum dengan SC (Sectio Caesarea) di ruang Kebidan Rumah Sakit Umum

    Daerah dr.zainol Abidin Banda Aceh tahun 2013.

    D. Cara Pengukuran Variabel

    Cara pengukuran variabel penelitian ini adalah dengan cara:

    1. Luka Operasi

    Untuk mengetahui penyembuhan luka peneliti membuat cekhlist

    berjumlah 4 soal untuk setiap pertanyaan kriteria penilaian sebagai

    berikut :

    a. Baik : Bila (luka sembuh hari ke 6 postpartum)

    b. Kurang Baik: Bila (luka tidak sembuh hari ke 6 postpartum)

    2. Mobilisasi Dini

  • Untuk mengetahui mobilisasi, peneliti membuat cekhlist berjumlah 9

    soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut :

    a. Baik : Bila ( x )

    b. Kurang baik: Bila (x < )

    3. Involusi Uterus

    Untuk mengetahui involusi uterus, peneliti membuat cekhlis berjumlah

    3 soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut :

    a. Baik: Bila (involusi uterus baik).

    b. Kurang Baik: Bila (involusi uterus tidak baik)

    4. Lochea

    Untuk mengetahui lochea, peneliti membuat cekhlist berjumlah 3 soal

    untuk setiap kriteria peniliannya sebagai berikut:

    a. Baik : Bila (Lochea normal hari ke 6 postpartum)

    b. Kurang Baik: Bila (Lochea tidak normal hari ke 6 postpartum)

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini bersifat analitik dengan desain pendekatan cross

    sectional,yaitu untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum

    dengan SC(Sectio Caesarea) terhadap percepatan pemulihan postpartum di

    RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu post partum dengan tindakan

    SC di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh sebanyak.

    2. Sampel

    Menurut Notoatmodjo (2002) sampel adalah bagian yang diambil dari

    keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

    Dalam pengambilan sampel peneliti menunakan metode Accisidental

    sampling yaitu sampel penelitian diambil secara kebetulan atau yang berada

    pada saat penelitian sebanyak 38 orang..

    C. Tempat Penelitian

    1. Tempat penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun

    2013.

  • 2. Waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni sampai 2 Agustus 2013 di

    Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

    D. Instrument Penelitian

    Instrument yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini adalah

    kuesioner terdiri soal yaitu 9 soal tentang mobilisasi dini, 4 soal tentang

    penyembuhan luka, 3 soal tentang involusi uterus dan 3 soal tentang lokhea,

    berbentuk cheklist dengan skor 1 bila ya dan 0 bila tidak.

    E. Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh langsung dilokasi penelitian mengenai hubungan

    mobilisasi dini pada ibu post partum SC terhadap penyembuhan luka yang

    diperoleh langsung melalui angket dengan responden dengan menggunakan

    kuesioner.

    2. Data sekunder

    Data sekunder diperoleh dari bidan yang bertugas di ruang Kebidanan

    Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin dan berbagai revisi dari buku

    perustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini.

    F. Pengolahan Data dan Analisis Data

    1. Pengolahan data

    Dalam proses pengolahan data terdapat langkah langkah yang harus

    ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2009).

  • a. Editing

    Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

    dikumpulkan.

    b. Coding

    Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik(angka)terhadap data

    yang terdiri atas beberapa kategori.

    c. Transfering

    Dimana data yang diberi kode disusun secara berturut turut dari responden

    pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.

    d. Tabulating

    Yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah dan

    dipindahkan kedalam tabel untuk masing masing tabel dan untuk masing

    masing variabel.

    A. Teknis Analisis Data

    1. Analisa Univariat

    Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan menjabarkan

    secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti, baik variabel dependen

    maupun independen. Data dikumpulkan dalam bentuk kuesioner, jawaban

    tersebut diberi skor nilai, kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk

    tabel distribusi frekuensi terdiri dari nilai presentase, dengan rumus(Budiarto,

    2002).

    Perhitungan persentase tiap kategori dilakukan rumus sebagai berikut :

  • Keterangan : P = Angka Persentase

    f = Frekuensi yang di cari persentasinya

    n = Jumlah seluruh responden

    2. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga

    mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan

    adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa

    statistik dengan uji Chi square test (x) pada tingkat kemaknaan 95% ( p.

    Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna

    secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows.

    Melalui perhitungan Chis Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila

    nilai P lebih kecil dari nilai (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

    menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel

    bebas.

    Perhitungan yang digunakan pada uji Chi Square untuk Program

    komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut(Hartono, 2005) :

    1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari

    5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.

  • 2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e(harapan)kurang

    dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction.

    3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi(harapan) e kurang dari

    5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yates correction

    continu.

    4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

    hubungan tiga variabel.

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan

    rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi daerah

    istimewa Aceh dengan SK Menkes RI No.233/Sk/IV/1983 tanggal 11 juni 1983,

    beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh, Memiliki luas area

    196,480M2. Adapun batas letak Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin

    Banda Aceh sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bandar Baru

    2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambuk

    3. Sebelah Barat berbatasan dengan Keluharan Kuta Baro

    4. Sebelah Timur berbatasan dengan Keluran Beurawe

    B. Hasil Penelitian

    1. Analisa Univariat

    a. Mobilisasi Dini

    Tabel : 5.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum di Ruang

    Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

    No Mobilisasi Dini f %

    1 Baik 18 47,7

    2 Kurang Baik 20 52,6

    Jumlah 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

  • Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

    mayoritas melakukan mobilisasi dini kurang baik yaitu sebanyak 20

    orang(52, 6%).

    b. Penyembuhan Luka

    Tabel 5.2

    Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Pada Ibu Postpartum Banda Aceh Tahun 2013

    No Penyembuhan Luka f %

    1 Baik 28 73,7

    2 Kurang Baik 10 26,3

    Jumlah 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

    mayoritas yang penyembuhan lukanya baik yaitu sebanyak 28 0rang

    (73,7%).

    c. Involusi Uterus

    Tabel : 5.3

    Distribusi Frekuensi Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum Di Ruang

    Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

    No Involusi Uterus f %

    1 Baik 30 78,9

    2 Kurang Baik 8 21,1

    Jumlah 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

    mayoritas yang involusinya baik yaitu sebanyak 30 0rang (78,9%).

  • d. Lochea

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Lochea Pada Ibu Postpartum Di Ruang

    Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

    No Lochea f %

    1 Baik 11 28,9

    2 Kurang Baik 27 71,1

    Jumlah 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 38

    responden mayoritas yang pengeluaran locheanya kurang baik yaitu

    sebanyak 27 0rang (71,1%).

    e. Percepatan Pemulihan Postpartum

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Percepatan Pemulihan Postpartum Pada Ibu

    Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA

    Banda Aceh Tahun 2013

    No Percepatan Pemulihan Postpartum f %

    1 Baik 22 57,9

    2 Kurang Baik 16 42,1

    Jumlah 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 38

    responden mayoritas yang percepatan pemulihan postpartum baik

    yaitu sebanyak 22 0rang (57,9%).

  • 2. Analisa Bivariat

    a. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka

    Tabel 5.6

    Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

    Terhadap Penyembuhan Luka Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013

    Mobilisasi

    Dini

    Penyembuhan Luka

    P

    value

    OR

    Baik Kurang

    Baik Total

    f % F % F %

    Baik 14 77,8 4 22,2 18 100

    0,719 1,50 0,05 Kurang

    Baik 14 70,0 6 30,0 20 100

    Total 28 73,7 10 26,3 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 20 responden

    yang melakukam mobilisasi dini kurang baik yang mengalami

    penyembuhan lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari 18

    responden yang mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan

    baik sebanyak 14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=

    value = 0,719, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan

    penyembuhan luka sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa

    ibu yang yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik

    penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

  • b. Hubungan mobilisasi dini dengan involusi uetrus

    Tabel 5.7

    Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

    Terhadap Involusi Uterus Di Ruang Kebidanan RSUDZA

    Banda Aceh tahun 2013

    Mobilisasi

    Dini

    Involusi Uterus

    P

    value

    OR

    Baik Kurang

    Baik Total

    f % f % f %

    Baik 13 72,2 5 27,8 18 100

    0,438 0,45 0,05 Kurang

    Baik 17 85,0 3 15,0 20 100

    Total 30 78,9 8 21,1 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 20 responden

    yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi

    uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang

    mobilisasi dininya baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

    orang (72,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti

    tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai

    OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini

    berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak

    melakukan mobilisasi dini.

  • c. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea

    Tabel 5.8

    Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

    Terhadap Pengeluaran Lochea Di Ruang Kebidanan RSUDZA

    Banda Aceh tahun 2013

    Mobilisasi

    Dini

    Pengeluaran Lochea

    P

    value

    OR

    Baik Kurang

    Baik Total

    f % f % F %

    Baik 8 44,4 10 55,6 18 100

    0,10 4,53 0,05 Kurang

    Baik 3 15,0 17 85,0 20 100

    Total 11 28,9 27 71,1 38 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang

    melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik sebanyak 3

    orang (15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya baik

    pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%). Hasil uji statistik

    didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi

    dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang

    melakukan mobilisasi dini berpeluang 4,53 x lebih baik pengeluaran

    lokheanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

    d. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Percepatan Pemulihan Postpartum

    Tabel 5.9

    Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

    Terhadap Percepatan Pemulihan Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA

    Banda Aceh tahun 2013

    Mobilisasi Percepatan Pemulihan Postpartum P

  • Dini Baik

    Kurang

    Baik Total

    value

    OR

    f % f % f %

    Baik 12 66,7 6 33,3 18 100

    0,478 2,00 0,05 Kurang

    Baik 10 50,0 10 50,0 20 100

    Total 22 57,9 16 42,1 38 100

    Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang

    melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan postpartum

    baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang melakukan

    mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum baik

    sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value =

    0,478, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan

    pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang

    melakukan mobilisasi dini berpeluang 2,00 x lebih baik percepatan

    pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

    C. PEMBAHASAN

    1. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang

    melakukan mobilisasi dini kurang baik yang mengalami penyembuhan

    lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari 18 responden yang

    mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan baik sebanyak

    14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,719,

    berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan penyembuhan luka

  • sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang

    melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik penyembuhan

    lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulayani (2007) dengan

    judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post sc (section caesarea) dengan

    proses penyembuhan luka operasi Di Ruang Kebidanan Rsudam Propinsi

    lampung dengan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan secara statistik

    antar mobilisasi dini post operasi Sc dengan penyembuhan luka operasi

    (p

  • baik, dan penyembuhan luka juga dapat dipengaruhi oleh beberapa factor

    seperti kebersiahan luka, nutrisi, status gizi, personal hygiene dan penyakit

    DM(Diabetes Melitus). Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi

    proses penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui

    luka bila kebersihan diri kurang.

    2. Hubungan Mobilisasi dini Dengan involusi Uterus

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

    yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi

    uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang

    mobilisasi dininya baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

    orang (72,2%) Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti

    tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai

    OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini

    berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak

    melakukan mobilisasi dini.

    Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Varney H, 2000)

    yang menyebutkan bahwa pada ibu postpartum sebaiknya melakukan

    mobilisasi dini karena mempunyai pengaruh yang baik terhadap proses

    penyembuhan dan proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena

    itu sangat penting pula perhatikan pengawasan terhadap tinggi fundus

    uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya lebih lambat karena

    semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam

  • teori ini juga dikatakan factor- faktor yang dapat mempengaruhi involusi

    uterus adalah gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam

    lapangan involusi uterus juga dipengaruhi factor pengetahuan, lingkungan,

    dan prilaku dimana dalam menunjang untuk mempercepat proses involusi

    uterus.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratna Kautsar (2011)

    dengan judul hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus pada

    ibu nifas di BPS Vensentia Ismijati SST Surabaya dengan hasil penelitian

    bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus

    (p= 3,84).

    Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan antara mobilisasi

    dini dengan involusi uterus dikarenakan banyak responden yang kurang

    melakukan mobilisasi dini akan tetapi proses perubahn involusi uterusnya

    baik dan involusi dipengaruhi oleh status gizi , usia, paritas, menyusui, dan

    senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakuakn ibu- ibu setelah

    melahirkan guna mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki

    regangan pada otot-otot, pada senam nifas terjadi pergerakan fisik

    sehingga aliran darah akan meningkaat dan lancar.apabila otot rahim

    dirangsang dengaan latihan dan gerakan senam maka kontraksi uterus

    akan semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan involusi

    Pada ibu postpartum dengan status gizi yang baik akan mampu

    menghindarkan serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa

    nifas dan mempercepat proses involussi uterus. Sedangkan pada proses

  • menyusui ada reflek let down dari isapan bayi yang merangsang hipofise

    posterior mengeluarkan hormone oxitosin yang oleh darah hormone ini

    diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga

    proses involusi uterus terjadi.

    3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

    yang melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik

    sebanyak 3 orang ( 15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan

    mobilisasinya baik pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%)

    Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada

    hubungan antara mobilisasi dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR

    menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 4,53

    x lebih baik pengeluaran lokheanya daripada yang tidak melakukan

    mobilisasi dini.

    Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Ihsan (2006), pada

    seorang wanita pasca bersalin ditemui adanya lochea dalam jumlah sedikit

    sewaktu ia berbaring dan jumlahnya meningkat sewaktu ia berdiri. Dalam

    hal ini pergerakan yang dilakukan ibu dapat memperbanyak proses

    pengeluaran lochea sehingga dapat menyebabkan kekhawatiran kepada ibu

    postpartum SC (Section Caesarea) akan berbahaya jika tanpa penjelasan

    yang khusus, dan dianjurkan untuk tidak melakuakan mobilisasi dini.

  • Menurut Manuaba (2003) mobilisasi dini dilakukan oleh ibu

    postpartum, baik yang mengalami persalian normal maupun persalinan

    dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum

    ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan.

    Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini

    dengan pengeluaran lochea dikarenakan sebagian besar responden banyak

    yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi pengeluaran locheanya

    bagus. Dan pada saat melakukan mobilisasi dini pengeluaran lochea atau

    volume lochea meningkat sehingga ibu- ibu di RSUDZA jarang melakuakn

    mobilisasi dini karena bertambah banyak keluar lochea saat bergerak

    mebuat ibu- ibu postpartum pasca SC merasa tidak nyaman dengan

    banyaknya pengeluaran lochea. Menurut peneliti Pada saat melakukan

    mobilisasi dini kondisi kesehatan ibu dapat memperbaiki regangan pada

    otot-otot, terjadi pergerakan fisik sehingga aliran darah akan meningkaat

    dan lancar.apabila otot rahim dirangsang dengaan latihan dan gerakan

    maka kontraksi uterus akan semakin baik.

    4. Hubungan mobilisasi dini dengan perceptan pemulihan postpartum

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

    yang melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan

    postpartum baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang

    melakukan mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum

    baik sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=

    value = 0,478, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan

  • percepatan pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa

    ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 2,00 x lebih baik

    percepatan pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan

    mobilisasi dini

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hanida (2003) dengan

    judul factor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan postpartum hasil

    penelitian bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan

    involusi uterus (p= 0,11).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina Dwi (2004) dengan

    judul hubungan mobilisasi dini perceptan pemulihan postpartum di seluruh

    puskesmas singosari kabupaten malang menyatakan bahwa mobilisasi dini

    tidak berhubungan dengan pemulihan postpartum dengan p value=1,000

    menurut Dina Dewi yang berhubungan mobilisasi dini adalah budaya

    makan atau pola konsumsi

    Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini

    dengan percepatan pemulihan postpartum dikarenakan sebagian besar

    responden banyak yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi

    percepatan pemulihan postpartum bagus.. Menurut peneliti dapat

    disimpulkan bahwa antara mobilisasi dini dengan pemulihan postpartum

    yang meliputi penyembuhan luka, involusi uterus dan pengeluaran lochea

    tidak ada hubungan karena factor yang mempengaruhi proses pemulihan

    postpartum termasuk tingkat energy, kenyamanan psikologis dan

    fisik,kesehatan BBL, perawatan dan motivasi yang diberikan oleh tenaga

  • kesehatan professional dan keluarga sangat berperan dalam percepatan

    pemulihan postpartum, dimana pada periode ini lebih ditekankan pada

    kesejahteraan ibu dan respon dari bayi

  • BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

    1. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

    sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum di

    Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p

    value= 0,719).

    2. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus di Rumah

    Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p value=

    0,438).

    3. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan pengeluaran lochea di

    Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p

    value= 0,10).

    4. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan pemulihan

    postpartum.( p= value = 0,478)

    B. Saran

    1. Bagi peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai inspirasi, data dasar

    maupun sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara

    mendalam tentang hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan

    sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum.

  • 2. Bagi institusi pendidikan menambah literature atau bacaan diperpustakaan

    sebagai bahan kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan

    mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan sc(section caesarea).

    3. Bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan inforrmasi dan

    memacu petugas untuk melakukan penatalaksanaan mobilisasi dini dan

    manfaat mobilisasi dini terhadap pasien pasca sc(section caesarea).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Kasdu Deni, 2005. Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Puspa Swara,

    Jakarta.

    Enkin, 2002.Persalinan Dengan Kala II Memanjang.

    http:/www.bascommetro.com. diakses tanggal 29 Januari 2013.

    Jonhson Ruth, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EDC,Jakarta.

    Ismail, 2008. Luka dan Perawatan

    .http://www.images.mailmkes.multipy.multiplycontent. com. diakases tanggal 29

    Januari 2013.

    Dahro Ahmad, 2012. Psikologis Kebidanan. Salemba, Jakarta.

    Winkjosastro,2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

    Neonatal.http://wirnursing.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013.

    Bobak,2005. Keperawatan Maternitas.http://indonesiannursing.com.di akses

    tanggal 28 Januari 2013.

    Syaifuddin, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

    Neonatal.http://syaifuddin.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013.

    Saleha Sitti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,Salemba, Jakarta.

  • Aliahani,2010. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio

    Caesaria,http://honey72.wordpress.com,diakses tanggal 28 Januari 2013.

    Handiani, 2009, Mobilisasi dan Immobilisasi,http://pdfsearchpro.com,diakases

    tanggal 29 Januari 2013.

    Dewilia Nanny Vivian,2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Salemba,Jakarta.

    Saleha Sitti,2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Salemba,Jakarta.