Upload
puteri-rahmia
View
138
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uud praktek kedokteran
Citation preview
CONTOH KASUS MALPRAKTEK
Muhammad Raihan, bocah usia 10 tahun yang kini hanya dapat berbaring lemah di tempat
tidur salah satu kamar Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta,
dinyatakan lumpuh total. Pengakuan ini disampaikan langsung oleh ayahanda Raihan, M Yunus,
saat dihubungi oleh liputan6.com, Selasa (8/1/2013)
Terhitung sejak November 2012, kini sudah hampir 2 bulan bocah kelas 5 sekolah dasar ini
dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta. "Keadaan
Raihan sekarang lumpuh total. Tidak bisa melihat dan tidak bisa merespons. Sarafnya pun kini
tak lagi berfungsi," kata Yunus.
Tindakan yang sedang dilakukan Yunus sekarang adalah mempertanyakan kepada pihak dokter
yang menangani Raihan mengenai langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengobati Raihan.
Bukan hanya Yunus yang meminta kepada tim dokter untuk tidak langsung mengoperasi
buah hatinya. Istrinya, Puspa Dewi, juga minta kepada tim dokter untuk melakukan USG.
Namun sayangnya, pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta tidak
melakukan itu.
"Saya tidak langsung menyetujui untuk Raihan melakukan operasi. Saya bilang ke istri saya agar
Raihan dirawat dulu selama 2 sampai 3 hari sambil dilakukan observasi. Tapi, dokter yang
menangani Raihan mengatakan, 'Saya sudah berpengalaman untuk soal operasi ini. Saya biasa
mengerjakan itu..'," kata Yunus.
Yunus juga sempat menanyakan kepada dokter yang memeriksa Raihan mengenai efek apa yang
akan terjadi jika anaknya tidak menjalani operasi atau efek apa yang terjadi setelah anaknya
menjalani operasi.
Tapi pihak dokter tetap kekeuh kalau operasi yang dijalani Raihan akan berjalan lancar.
Hingga kini Yunus beserta istri masih menunggu itikad baik dari pihak Rumah Sakit Medika
Permata Hijau (RSMPH) Jakarta. Tapi sayangnya, sampai hari ini pula tidak ada tanggapan dari
pihak rumah sakit tersebut.
Pukul 04.00 WIB
Raihan dibawa oleh Ibundanya, Oti Puspa Dewi, ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau
(MPH) Jakarta dengan maksud untuk mendapatkan pengobatan atas sakit yang diderita Raihan.
Penanganan awal ditangani oleh bagian IGD Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH)
Jakarta. Setelah pihak IGD melakukan tindakan, selanjutnya Raihan dimasukkan di ruang rawat
inap anak di lantai 5 Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.
Sekitar pukul 10.00 WIB
Dokter spesialis Anak melakukan kunjungan pada Raihan dan melakukan diagnosa awal dan
menduga Raihan mengalami sakit usus buntu.
Sekitar pukul 13.00 WIB
Ibunda Raihan melakukan konsultasi ke dokter Bedah Umum dan mendapat penjelasan
bahwa penyakit yang diderita oleh Raihan adalah usus buntu dan disampaikan secara mendesak
agar segera dilakukan tindakan operasi.
Pukul 13.30 WIB
Terjadi pembicaraan via telepon antara ayahanda Raihan, Muhammad Yunus (yang sedang
berada di Kalimantan Selatan) dengan dokter bedah umum Rumah Sakit Medika Permata Hijau
(MPH) Jakarta yang telah menyarankan untuk segera dilakukan operasi pada Raihan.
Muhammad
Yunus pun menanyakan mengapa anaknya harus segera dioperasi. Dijelaskan oleh dokter
bedah umum bahwa Raihan mengalami usus buntu akut yang secepatnya untuk segera dioperasi,
jika tidak dioperasi dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Dalam pembicaraan via telepon antara
Yunus dengan dokter bedah umum tersebut, Yunus memohon kepada dokter tersebut untuk
dilakukan semacam second opinion atas dugaan usus buntunya Raihan. Dan sekalian meminta
dirawatinapkan terlebih dahulu guna dilakukan observasi lebih lanjut atas dugaan dokter
tersebut. Namun, dokter bedah umum tersebut tetap menyatakan Raihan menderita usus buntu
akut dan harus sesegera mungkin diambil langkah operasi sore hari itu juga.
Muhammad Yunus menanyakan apa efek yang akan terjadi jika dilakukan operasi dan jika
tidak dilakukan operasi secepat itu seperti permintaan dokter bedah tersebut. Dokter tersebut
menjawab, bahwa operasi yang akan dilakukan Raihan adalah operasi kecil dan biasa dilakukan
oleh dokter tersebut. Lalu 2 atau 3 hari setelah operasi dokter meyakinkan bahwa Raihan sudah
bisa pulang. Namun jika tidak segera dioperasi, dikhawatirkan akan terjadi infeksi atau pecah
dan kemungkinan bisa menjadi operasi besar. Bukan hanya Yunus yang meminta untuk tidak
dilakukan operasi tersebut, istrinya Oti Puspa Dewi juga melakukan hal yang sama. Oti meminta
untuk dilakukan pemeriksaan berupa dilakukannya USG untuk melihat kebenaran dugaan
tersebut, namun tidak dilakukan oleh dokter tersebut dan menyatakan tidak perlu.
Karena menurut pengalamannya, hal ini umum terjadi dan sudah 99 persen usus buntu akut.
Penolakan awal untuk tidak segera dilakukan operasi tersebut mengingat kondisi psikologis
Raihan, terlebih saat itu ayahnya sedang tidak berada di sampingnya. Dan orangtua Raihan
merasa bahwa hal ini tidak separah dugaan dokter tersebut sambil menunggu kepulangan
ayahnya dari Kalimantan.
Sekitar pukul 16.00 s/d selesai
Akhirnya setelah menerima keyakinan dokter tersebut dan harapan terbaik untuk Raihan,
operasi pada Raihan dilakukan dengan dokter yang terlibat dalam operasi itu adalah dokter bedah
umum dan dokter anastesi.
Sekitar pukul 18.00
Tiba-tiba ibunda Raihan, Oti Puspa Desi, dipanggil ke dalam ruang operasi untuk melihat
Raihan yang sudah dalam keadaan kritis dan terkulai tidak sadarkan diri tanpa adanya
pertolongan yang maksimal. Pihak keluarga pun akhirnya menyangsikan kelengkapan peralatan
di ruangan operasi tersebut.
Menurut ibunya sangat disayangkan, dalam kondisi kritis dan koma tersebut, Raihan tidak
langsung dibawa ke ruang ICU untuk tindakan darurat. Padahal ruang operasi dan ruang ICU
sangat dekat (bersebelahan)
Nahas, Raihan harus terlantar di ruang operasi dalam keadaan kritis serta koma dan harus
menunggu selama 1,5 sampai 2 jam sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang ICU. Menurut Oti,
pihak keluarga diminta terlebih dahulu untuk menyelesaikan segala macam adminitrasi dan
segala hal lainnya baru kemudian Raihan dimasukkan ke ruang perawatan ICU.
"Iya, keluarga diminta melakukan deposit sebesar Rp 12 juta baru bisa Raihan dipindahkan ke
ruang ICU. Seharusnya setelah koma, tidak harus menunggu proses pembayaran. Pihak keluarga
kami pun marah. Dan omnya Raihan sampai bilang 'Selamatkan dulu anaknya, masalah uang
gampang'," cerita Oti.
Karena pada saat itu pihak keluarga Oti tidak memegang uang sebanyak itu, adik iparnya
menjaminkan uang sebesar USS$ 600 atau sebesar Rp 4,7 juta kepada pihak Rumah Sakit
Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.
Setelah menerima jaminan uang tersebut, baru pada pukul 21.00 WIB Raihan akhirnya
dipindahkan ke ruang ICU Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap potongan usus buntunya 'Ternyata Tidak' menunjukkan
sakit akut seperti dugaan dokter di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang
mendesak untuk segera dilakukan operasi. Menurut keluarganya, salah satu parameter hasil
pemeriksaan menunjukkan untuk Procalcitonin dengan hasilnya PCT : 1,53 (artinya
kemungkinan Sepsis), sedangkan jika Sepsis Berat PCT >=10, serta hasil lainnya masih normal.
Sampai saat ini pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) belum mengeluarkan atau
menyampaikan penjelasan resmi mengenai kejadian sebenarnya berupa kronologis atas kejadian
yang menimpa Raihan selama di ruang operasi tersebut. Pihak rumah sakit tidak bersedia
memberikan keterangan saat dihubungi
Sumber berita: www.liputan6.com.