23
Pendahuluan Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kehamilan. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu. Insidensi plasenta previa meningkat pada keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang jarak kehamilannya pendek, mioma uteri, riwayat kuretase berulang, usia lanjut, riwayat sectio cesarea, perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kuran baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Gejala utama dari plasenta previa adalah perdarahan berulang per vaginam tanpa rasa nyeri yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah banyak. Perdarahan yang terjadi disebabkan separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya pada saat pembentukan segmen bawah rahim atau saat terjadinya dilatasi dan pendataran serviks. Terapi dari plasenta previa dibagi menjadi 2 golongan yaitu terapi ekspektatif dan terapi aktif. Ekspektatif dilakukan apabila umur kehamilan 24-34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik. Terapi aktif bertujuan untuk mengakhiri dan dilakukan pada kehamilan yang cukup bulan, perdarahan yang banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terminasi kehamilan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio cesarea. 1

Contoh kasus Plasenta Previa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Plasenta Previa

Citation preview

PendahuluanPlasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kehamilan. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.

Insidensi plasenta previa meningkat pada keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang jarak kehamilannya pendek, mioma uteri, riwayat kuretase berulang, usia lanjut, riwayat sectio cesarea, perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kuran baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Gejala utama dari plasenta previa adalah perdarahan berulang per vaginam tanpa rasa nyeri yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah banyak. Perdarahan yang terjadi disebabkan separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya pada saat pembentukan segmen bawah rahim atau saat terjadinya dilatasi dan pendataran serviks.

Terapi dari plasenta previa dibagi menjadi 2 golongan yaitu terapi ekspektatif dan terapi aktif. Ekspektatif dilakukan apabila umur kehamilan 24-34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik. Terapi aktif bertujuan untuk mengakhiri dan dilakukan pada kehamilan yang cukup bulan, perdarahan yang banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terminasi kehamilan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio cesarea.

1

Status Pasien

I. Identitas

Identitas PasienNama : Ny. NUmur : 32 tahun Alamat : Kp Cigula Rt 3, Cibangbulang, BogorAgama : IslamPendidikan : SMASuku bangsa : SundaPekerjaan : Karyawan Garmen

Identitas SuamiNama : Tn. RUmur : 31 tahun Alamat : Kp Cigula Rt 3, Cibangbulang, BogorAgama : IslamPendidikan : SMPSuku bangsa : SundaPekerjaan : Karyawan Konfeksi

2

II. Anamnesa (autoanamnesa)- Keluhan utama:

Keluarnya darah dari jalan lahir sejak ±8 jam SMRS - Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak ±8 jam SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar, jumlah ± 3 pembalut, tidak terdapat gumpalan, dan tidak disertai rasa nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya mulas ataupun keluarnya cairan tidak tertahankan dari jalan lahir. Pasien masih merasakan gerakan bayi pada saat dilakukan pemeriksaan. Pasien sempat dirawat di RS Kartika 1 bulan yang lalu karena keluhan yang sama. Disana pasien beberapa kali mengalami perdarahan berulang namun dapat berhenti sendiri. 3 hari yang lalu pasien diperbolehkan pulang dari RS Kartika dan keesokan harinya pasien mengalami perdarahan lagi sehingga pasien datang ke RS. R Syamsudin RH pada hari berikutnya.

- Riwayat penyakit dahulu:o Riwayat diabetes melitus disangkalo Riwayat hipertensi disangkalo Riwayat alergi disangkal o Riwayat trauma disangkalo Riwayat operasi disangkal

III. Riwayat Obstetri- Riwayat Haid

o Menarche : 13 tahuno Siklus : 30 hari, teraturo Lama Haid : 7 hario Dysmenore : +, sangat nyerio Banyaknya : ± 80 cco Keputihan : +, putih kekuningan, gatal +, berbau -o HPHT : 20 Oktober 2012o TP : 27 Juli 2013

- Riwayat Kontrasepsio Kontrasepsi : suntik 3 bulan, 2xo Kontrasepsi Terakhir : tahun 2012

- Riwayat Pernikahano Menikah : 1 kalio Lama perkawinan : 14 tahun

- Riwayat Obstetri : G1P0A0

Tahun Usia Kehamila

n

Jenis Kelamin

Berat Lahir

ASI/PASI Penolong Persalina

nIni

3

IV. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis. Tekanan darah : 130/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 360C Berat badan : 65 kg Tinggi badan : 150 cm

Kepala : Normocephali, deformitas - Muka : Raut wajah simetris Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/- Leher : Tidak teraba massa, pembesaran KGB - Thorax

o Jantung : Bj 1 & II reguler, murmur -, gallop –o Paru : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-o Mammae : Hiperpigmentasi areola +/+, retraksi puting -/-

Abdomeno I : cembung, striae gravidarum +, linea nigra +o P : nyeri tekan -o P : timpanio A : BU +

Ekstremitas :o Edema : -/-, Refleks fisiologis : +/+o CRT : ≤ 2 detik Refleks patologis : -/-

V. Pemeriksaan Obstetri TFU : 28 cm TBJ : 2325 gram DJA : 155 x/menit Leopold

I : teraba bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong.II : teraba tahanan memanjang di kiri dan bagian kecil dikanan, kesan

punggung kiriIII : teraba bagian besar, bulat, keras, melenting, kesan kepala belum masuk pintu

atas panggulIV : kovergen, 5/5

Pemeriksaan Inspekulo : tidak dilakukan Pemeriksaan Dalam : tidak dilakukan, tampak perdarahan

spotting

VI. Diagnosa AwalG1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan antepartum e.c suspek plasenta previa

4

5

VII. Pemeriksaan Penunjang NST

Hasil :o Baseline heart rate :130 kali per menito Variabilitas : dalam batas normalo His : tidak ada

Laboratorium (4/6/2013)

o Hemoglobin : 9,4 g/dL o Hematokrit : 33,5 %

o Leukosit : 11.100/μlo Trombosit : 302.000/ μl

USG

Hasil:

o Gravida 32-33 minggu dengan janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala

6

o Plasenta insersi di corpus posterior uteri menutupi ostium uteri internum

o TBJ : 2020 gram

VIII. Resumeo G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu menurut HPTHT dan

USG,.Anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak ±8 jam SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar, jumlah ± 3 pembalut, tidak terdapat gumpalan, dan tidak disertai rasa nyeri. Mulas, keluarnya cairan tidak tertahankan dari jalan lahir, dan riwayat trama disangkal. Pergerakan janin masih dirasakan. Pasien sempat dirawat di RS Kartika 1 bulan yang lalu karena keluhan yang sama. Riwayat penyakit atau pengobatan terdahulu seperti diabetes melitus, hipertensik alergi, trauma, dan operasi disangkal. Pemeriksaan fisik dalam batas normal, tanda-tanda vital ibu baik, TFU 28 cm, letak anak memanjang, presentasi kepala, DJA 155 x/menit, his negatif. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen cembung dan lembut dan bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan mudah dengan pemeriksaan leopold. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan obstetri berupa pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan dalam, maupun pemeriksaan fornises. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan CTG dengan hasil NST reaktif dan tidak ditemukan tanda-tanda gawat janin. Pemeriksan laboratorium ditemukan Hb= 9,4 g/dL, Ht= 33,5%, leukosit =11.100/μl, trombosit = 302.000/μl. Pada USG ditemukan adanya plasenta yang berinsersi di korpus posterior menutupi ostium uteri internum yang merupakan diagnosis pasti dari plasenta previa.

IX. Diagnosa KerjaG1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan antepartum e.c plasenta previa

X. Penatalaksanaan- Terapi ekpektatif

o Tirah baring totalo Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his, perdarahan ibu, dan

DJAo IVFD RL 1500 cc/24 jamo Dexamethasone 2x 5 mg IMo Nifedipine 3 x 20 mg IVo Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan o Transfusi darah 1 bag PRC

XI. Prognosis- Ibu : bonam- Bayi : bonam

7

8

XII. Follow up Hari ke -2 (5/6/2013)

o S : lemas +, gerakan janin +, perdarahan jalan lahir + banyako O : KU/Kes : tenang/CM

TD : 110/60 mmHg Nadi : 100 x/menit Nafas : 20 x/menit Suhu : afebris Abdomen : Cembung, supel, nyeri tekan –, DJA 144 x/menit

BAB -, BAK + Perdarahan pervaginam : +, sedikit

Laboratorium: Hemoglobin : 7 g/dL Hematokrit : 20,6 % Leukosit : 10.600/μl Trombosit : 106.000/ μl

o A : G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan antepartum e.c plasenta previa dan anemia

o P : o Tirah baring totalo Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his,

perdarahan ibu, dan DJAo IVFD RL 1500 cc/24 jamo Dexamethasone 2x 5 mg IMo Nifedipine 3 x 20 mg IVo Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan o Transfusi darah 1 bag PRC

Hari ke -3 (6/6/2013)o S : lemas +, gerakan janin +, perdarahan jalan lahir + banyako O : KU/Kes : tenang/CM

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Nafas : 22 x/menit Suhu : afebris

Abdomen : Cembung, supel, nyeri tekan –, DJA 152 x/menit BAB -, BAK + Perdarahan pervaginam : +, banyak Laboratorium:

Hemoglobin : 8,5 g/dL Hematokrit : 24,6 % Leukosit : 12.900/μl Trombosit : 318.000/ μl

Tes Nitrazin : -

o A : G1P0A0, 32 tahun, gravida 32-33 minggu, dengan perdarahan antepartum e.c plasenta previa dan anemia

o P : o Transfusi 2 bag PRC

9

o Pro sectio cesarea

Persiapan post op

Laboratoriumo GDS : 70 mg/dLo Albumin : 2,7 grmo Globulin : 2,7 grmo SGOT : 23,8 U/L/37˚Co SGPT : 19,2 U/L/37˚Co Ureum : 15,6 mg/Dlo Creatinin : 0,5 mg/dLo Na+ : 134,1 mmol/Lo K : 4,45 mmol/Lo Ca : 8,3 mmol/Lo Cl : 112 mmol/L

Jam Tindakan12.05 Dilakukan operasi sectio cesarea dengan insisi

mediana inferior12.15 Lahir bayi perempuan, BBL = 2270 gram, PBL = 49 cm,

A/S = 7/913.00 Operasi selesai

- Perdarahan ± 550 cc- TTV post op:- TD: 115/78 mmHg, N=84x/menit, R=22x/menit,

S=36,3˚C- Ditemukan adanya endometritis pada korpus uteri

Instruksi post op: IUFD RL:D5% = 2:1 50 gtt/24 jam Cefotaxime 2 x 1 gram IV Metronidazole 3 x 500 mg IV Ranitidine 2 x 50 mg IV Kaltrofen 3 x 1 supp

Hari ke-4 (7/6/2013)o S : ASI -/-, nyeri pada luka post operasi +o O : KU/Kes : tenang/CM

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Nafas : 20 x/menit Suhu : afebris

Abdomen : Datar, supel TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi sedang Nyeri tekan pada luka post operasi +

BAB -, BAK + (kateter)

10

Perdarahan pervaginam : +, sedikitLaboratorium:

Hemoglobin : 7,3 g/dL Hematokrit : 21,1 % Leukosit : 13.900/μl Trombosit : 349.000/ μl

o A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio cesarea a/i perdarahan antepartum e.c plasenta previa

o P: IUFD RL:D5% = 2:1 50 gtt/24 jam Cefotaxime 2 x 1 gram IV Metronidazole 3 x 500 mg IV Ranitidine 2 x 50 mg IV Kaltrofen 3 x 1 supp

Hari ke-5 (8/6/2013)o S : ASI +/+, nyeri pada luka post operasi +o O : KU/Kes : tenang/CM

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Nafas : 20 x/menit Suhu : afebris

Abdomen : Datar, supel TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi sedang Nyeri tekan pada luka post operasi +

BAB -, BAK + (kateter)Perdarahan pervaginam : +, sedikitLaboratorium:

Hemoglobin : 9,3 g/dL Hematokrit : 27,2 % Leukosit : 16.100/μl Trombosit : 429.000/ μl

o A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio cesarea a/i perdarahan antepartum e.c plasenta previa

o P: Transfusi 1 bag PRC IUFD RL:D5% = 2:1 50 gtt/24 jam Cefotaxime 2 x 1 gram IV Metronidazole 3 x 500 mg IV Ranitidine 2 x 50 mg IV Kaltrofen 3 x 1 supp

Hari ke-6 (9/6/2013)o S : -o O : KU/Kes : tenang/CM

TD : 120/70 mmHg Nadi : 84 x/menit

11

Nafas : 20 x/menit Suhu : afebris

Abdomen : Datar, supel TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi sedang Nyeri tekan pada luka post operasi +

BAB -, BAK + Perdarahan pervaginam : +, sedikitLaboratorium:

Hemoglobin : 11 g/dL Hematokrit : 31,5 % Leukosit : 11.700/μl Trombosit : 504.000/ μl

o A : P1A0, 32 tahun, post partus prematurus secara sectio cesarea a/i perdarahan antepartum e.c plasenta previa

o P: Boleh pulang Obat pulang:

Cefadroxil 2 x 500 gram tablet Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet

12

Pembahasan dan Analisis KasusPermasalahan:

1. Apa sebab perdarahan pada pasien ini?2. Apakah faktor predisposisi pada pasien ini?3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?4. Apakah rencana penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?

Pembahasan

1. Apa sebab perdarahan pada pasien ini?Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu atau pada akhir kehamilan trimester ke-2 atau awal trimester ke-3. Penyebab perdarahan pada pasien ini bermacam-macam, yang dapat merupakan masalah obstetrik maupun non-obstetrik. Penyebab obestetrik dari perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta dan vasa previa. Perdarahan non-obstetrik dapat disebabkan oleh perlukaan pada jalan lahir karena terjatuh, koitus, atau varises yang pecah, atau kelainan pada serviks seperti karsinoma, erosi, dan polip.

2. Apakah faktor predisposisi pada pasien ini?

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu plasenta previa totalis jika seluruh ostium uteri tertutup oleh plasenta, plasenta previa lateralis jika hanya sebagian ostium uteri yang tertutup oleh plasenta, dan plasenta previa marginalis jika hanya pada pinggir ostium uteri terdapat jaringan plasenta.

Plasenta previa biasanya terjadi pada keadaan endometriumnya yang kurang baik, misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang jarak kehamilannya pendek, mioma uteri, endometiritis, riwayat kuretase berulang, usia lanjut, riwayat sectio cesarea, perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kuran baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.

13

Analisis Kasus:Pada pasien ini faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah adanya endometritis sehingga mencari tempat implatasi lain yaitu di corpus uteri posterior. Endometritis ini juga yang menyebabkan pasien merasakan nyeri yang berlebihan pada saat haid, adanya keputihan, dan infertilitas (14 tahun pernikahan tidak memiliki anak, tanpa menggunakan alat kontrasespsi).

Analisis Kasus:Kasus ini memenuhi definisi perdarahan antepartum karena pasien mengalami perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan 32-33 minggu.

3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?

Pasien dengan plasenta previa dari anamnesis akan ditemukan keluhan utama berupa perdarahan berulang pervaginam tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab yang jelas. Perdarahan pertama biasanya terjadi pada usia kehamilan sekita 28 minggu dan ditandai dengan perdarahan mendadak saat istirahat, berwarna merah segar, berjumlah tidak terlalu banyak, dan akan berhenti sendiri serta tidak disertai dengan rasa nyeri.

Perdarahan yang terjadi umumnya pada trimester ketiga, dimana pada saat itu mulai terbentuknya segmen bawah rahim, dilatasi dan pendataran serviks sehingga terjadi pelepasan plasenta. Perdarahan yang terjadi berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan di tempat ini akan dipermudah dan diperbanyak karena segmen bawah rahim dan serviks memiliki elemen otot yang sedikit sehingga tidak mampu berkontraksi dengan kuat untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan, kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung progresif dan bertahap, maka akan terjadi laserasi baru dan perdarahan berulang.

Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum, perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau marginalis, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari separuh kejadinanya terjadi pada kehamilan diatas 34 minggu. Pada plasenta previa karena tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum maka pedarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak terbentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepas tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal sehingga pada plasenta previa jarang terjadi koagulopati.

14

Analisis Kasus: Dari anamnesis didapatkan karakteristik yang sama yaitu pasien mengeluhkan adanya perdarahan berulang dari jalan lahir, berwarna merah segar, tanpa rasa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab yang jelas. Perdarahan ini pertama kali terjadi pada usia kehamilan 28 minggu, sehingga pasien di rawat di RS Kartika. Ketika di rawat di RS Kartika, pasien masih mengalami perdarahan berulang namun dapat berhenti sendiri. 3 hari setelah keluar dari RS Kartika, pasien mengalami perdarahan per vaginam berulang dan kemudian di rawat di RS. R. Syamsudin RH. Karakteristik yang dikeluhakan pasien berbeda dengan solusio plasenta, dimana pasien akan mengeluhakan perdarahan berulang dari jalan lahir, berwarna merah tua yang disertai dengan nyeri pada perut dan uterus yang tegang terus-menerus yang mirip dengan kontaksi his.

Analisis Kasus:Pada pasien ini faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah adanya endometritis sehingga mencari tempat implatasi lain yaitu di corpus uteri posterior. Endometritis ini juga yang menyebabkan pasien merasakan nyeri yang berlebihan pada saat haid, adanya keputihan, dan infertilitas (14 tahun pernikahan tidak memiliki anak, tanpa menggunakan alat kontrasespsi).

Pemeriksaan Fisik pada plasenta previa akan ditemukan dalam batas normal. Tanda-tanda vital ibu dan janin dalam keadaan baik. Pemeriksaan abdomen cembung, lembut, dan bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan mudah melalui pemeriksaan leopold. Ini dapat membedakan dengan solusio plasenta dimana pada solusio plasenta akan ditemukan perabaan abdomen dan uterus yang lebih tegang sehingga bagian-bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan leopold. Letak bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta terletak pada bagian kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

Pada pemeriksaan obstetri dengan perabaan fornises akan teraba bantalan lunak pada presentasi kepala. Pada pemeriksaan dalam dapat teraba adanya plasenta dan letak kepala masih tinggi karena terhalang oleh plasenta. Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan secara double set-up di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan terapi aktif apabila kehamilan akan diterminasi. Pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab non-obstetrik lainnya seperti polip, erosi, ataupun karsinoma.

Diagnosis pasti plasenta previa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%, sedangkan pada USG transvaginal ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Dengan bantuan USG, plasenta previa dapat didiagnosis sebelum trimester ketiga. Namun, dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta seiring bertambah besarnya uterus. Pada pemeriksaan USG akan ditemukan plasenta terletak di korpus posterior dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum

15

Analisis Kasus: Dari anamnesis didapatkan karakteristik yang sama yaitu pasien mengeluhkan adanya perdarahan berulang dari jalan lahir, berwarna merah segar, tanpa rasa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab yang jelas. Perdarahan ini pertama kali terjadi pada usia kehamilan 28 minggu, sehingga pasien di rawat di RS Kartika. Ketika di rawat di RS Kartika, pasien masih mengalami perdarahan berulang namun dapat berhenti sendiri. 3 hari setelah keluar dari RS Kartika, pasien mengalami perdarahan per vaginam berulang dan kemudian di rawat di RS. R. Syamsudin RH. Karakteristik yang dikeluhakan pasien berbeda dengan solusio plasenta, dimana pasien akan mengeluhakan perdarahan berulang dari jalan lahir, berwarna merah tua yang disertai dengan nyeri pada perut dan uterus yang tegang terus-menerus yang mirip dengan kontaksi his.

Analisis Kasus:Pada pemeriksaan fisik ditemukan kondisi pasien masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen cembung dan lembut sehingga bagian-bagian janin dapat diidentifikasi dengan mudah dengan pemeriksaan leopold.

Analisis Kasus: Pada pasien tidak terdapat pemeriksaan obstetri yang dapat membantu menegakkan diagnosis karena tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan dalam, maupun pemeriksaan fornises. Pada pasien dengan plasenta previa tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena dapat memicu terjadinya perdarahan yang hebat. Pemeriksaan inspekulo juga tidak wajib dilakukan karena tidak dapat membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan fornises dapat dilakukan dengan hati-hati jika presentasi terbawah janin adalah kepala, namun pada pasien pemeriksaan ini juga tidak dilakukan untuk mencegah terjadi perdarahan lebih lanjut.

Analisis Kasus: Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan NST dimana ditemukan NST masih dalam keadaan reaktif dan tidak ditemukan tanda-tanda gawat janin. Ini dapat membedakan dengan solusio plasenta dimana pada solusio plasenta lebih disering didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan NST, terutama pada solusio plasenta yang berat. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) ditemukan adanya plasenta yang

4. Apakah rencana penatalaksaaan pada pasien ini sudah tepat?Penatalaksanaa plasenta previa ada 2 cara yaitu terapi ekspektatif dan

terapi aktif. Pilihan penatalaksanaan yang dilakukan tergantung dari umur kehamilan, jumlah paritas, banyaknya perdarahan per vaginam, dan keadaan umum ibu dan janin. Terapi ekspektatif bertujuan untuk mempertahankan kehamilan dan dilakukan apabila umur kehamilan 24-34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik. Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak kurang lebih 2500 gram atau kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Terapi yang diberikan adalah betamethasone 2x12mg IM selang 24 jam, tokolitik untuk mencegah adanya kontraksi uterus, dan antibiotika. Terapi aktif bertujuan untuk mengakhiri kehamilan dan dilakukan pada kehamilan yang cukup bulan, perdarahan yang banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terapi aktif dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio cesarea. Pada perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat, biasanya dilakukan terminasi secara sectio cesarea, Pada perdarahan yang sedang atau sedikit, pembukaan yang sudah besar, presentasi kepala, multiparitas, dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung dilahirkan secara per vaginam.

16

Analisis Kasus: Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan NST dimana ditemukan NST masih dalam keadaan reaktif dan tidak ditemukan tanda-tanda gawat janin. Ini dapat membedakan dengan solusio plasenta dimana pada solusio plasenta lebih disering didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan NST, terutama pada solusio plasenta yang berat. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) ditemukan adanya plasenta yang

17

Analisis Kasus:Pada pasien ini tatalaksana yang dilakukan sudah tepat. Pada awal terapi dilakukan terapi ekspektatif dengan memberikan terapi Dexamethasone 2 x 5 mg IM untuk mempercepat pematangan paru, Nifedipine 3 x 20 mg IV dan Bricasma 4 x 0,2 mg subkutan untuk mencegah timbulnya kontraksi, transfusi darah 1 bag PRC untuk memperbaiki keadaan umum ibu, dilakukan observasi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, his, dan denyut jantung janin secara berkala, dan dilakukan tirah baring total. Setelah didapatkan keadaan umum ibu yang semakin memburuk (Hb= 7 gr/dL) maka keadaaan umum ibu segera diperbaiki lagi dengan memberikan transfusi 2 bag PRC dan dilakukan operasi sectio cesarea segera setelah terdapat peningkatan keadaan umum ibu (Hb=8,5 gr/dL). Setelah post operasi, didapatkan Hb=7,3 gr/dL dan dilakukan transfusi 3 bag PRC lagi sehingga Hb menjadi 11 gr/dL. Setelah selesai operasi pasien juga diberikan antibiotik cefotaxime dan metronidazol sebagai terapi preventif pasca operasi, ranitidin untuk mencegah terjadinya maag, dan analgesia kaltrofen supp untuk megurangi rasa nyeri setelah operasi. Pasien dipulangkan dengan keadaan umum yang baik dan dengan obat pulang cefadroxil dan asam mefenamat untuk melanjutkan terapi di rumah sakit.

Variabel Teori KasusPlasenta Previa Solutio Plasenta

Faktor predisposisi- Multiparitas √ √ -- Usia lanjut √ √ -- Hipertensi kronis - √ -- Preeklampsia - √ -- Kehamilan kembar - √ -- Riwayat sectio cesarea √ - -- Riwayat kuretase √ - -- Riwayat mioma uteri √ √ -- Endometritis √ - √- Jenis kelamin bayi laki-

laki√ - -

- Merokok atau kokain √ √ -

Anamnesis

Perdarahan pervaginam- Usia kehamilan Akhir trimester ketiga Akhir trimester ketiga Akhir trimester ketiga- Rasa nyeri - √ -- Warna Merah segar Merah tua Merah segar- Jumlah Sedikit-banyak Sedikit Sedikit-banyak

Pemeriksaan FisikAbdomen

- Palpasi Supel Tegang Supel- Nyeri tekan - √ -- Pemeriksaan Leopold Mudah dilakukan Sulit dilakukan Mudah dilakukan

Pemeriksaan Obstetri- Inspekulo Normal Normal Tidak dilakukan- Pemeriksaan dalam Teraba plasenta Normal Tidak dilakukan

18

- Pemeriksaan fornises Pada presentasi kepala teraba bantalan lunak

(plasenta)

Pada presentasi kepala teraba bagian yang

keras dan bulat (kepala)

Tidak dilakukan

Pemeriksaan penunjang

- CTG normal Bisa terdapat tanda-tanda gawat janin

Normal

- Laboratorium Bisa terdapat anemia Bisa terjadi anemia, dan hipofibrinogenemia

Anemia

- USG Insersi plasenta di korpus uteri posterior

Hematoma retroplasenta(sulit dilihat)

Insersi plasenta di korpus uteri posterior

19

KesimpulanPenyebab dari perdarahan antepartum yang berhubungan dalam

kehamilan dapat disebabkan oleh masalah obstetri maupun non obstetrik. Perdarahan non-obstetri dapat disebabkan oleh perlukaan pada jalan lahir karena terjatuh, koitus, atau varises yang pecah, atau kelainan pada serviks seperti karsinoma, erosi, dan polip. Perdarahan obstetri paling sering disebabkan oleh plasenta previa dan solusio plasenta.

Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat yaitu plasenta previa berdasarkan hasil anamensis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. Penyebab terjadinya plasenta previa pada kasus ini adalah adanya endometritis. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat. Penatalakasanan awal yang dilakukan pada pasien adalah terapi ekspektatif untuk mempertahankan kehamilan yang dilanjutkan dengan terapi aktif ketika terjadi perdarahan yang semakin hebat.

20