Upload
bella-ayu-soraya
View
95
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
xdftyujmnbgfdesdfghj
Citation preview
1
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA ISPA PADA BALITA DI DESA KAYUAPAK KECAMATAN
POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka
Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Oleh :
LIS HARTANTI
NIM.2011.1358
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pertolongan Pertama ISPA Pada Balita Di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo ”, telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program DIII Keperawatan STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh :
LIS HARTANTI
NIM.2011.1358
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 08 Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Sugihartiningsih, A,M.Kes
NIDN.0601027102
Pembimbing II
Ratna Kusuma Astuti, S.Kep.,Ns
NIDN. -
iii
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA KAYUAPAK
KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh :
LIS HARTANTI
NIM.2011.1358
Usulan Penelitian telah diseminarkan dan diujikan
Pada tanggal : 08 Juli 2014
Susunan Tim Penguji :
Penguji I
Penguji II Penguji III
Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIDN. 0623087703
Siti Sarifah,S.Kep.,Ns.M.Kep
NIDN.0620047603
Sugihartiningsih, A, M.Kes.
NIDN. 0601027102
Mengetahui ,
Ketua STIKES
Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes.
NIDN. 0618047704
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa KaryaTulis Ilmiah dengan Judul:
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK BALITA DI DESA
KAYUAPAK KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
Dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma Keperawatan STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya TulisI lmiah saya
sendiri (ASLI), dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah diajukan
oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah di publikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh
orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian
yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 08 Juli 2014
LIS HARTANTI
NIM.2011.1358
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, inayah dan hidayahnya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi
Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan dan kemudahan dalam berfikir
untuk menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap
pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
ini dengan lancar. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul ”
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak
Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis mengalami banyak
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihal, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi.
Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Weny Hastuti, S,Kep.,M.Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
pendidikan D III Keperawatan.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.Ns,M.Kep selaku Ketua Progam Studi D III
Keperawatan di STIKES PKU Muhammadyah Surakarta.
vi
3. Sugihartiningsih, A,M.Kes, selaku dosen pembimbing I dengan sabar dan
bijaksana membantu dan menyumbangkan ide – idenya dalam mengoreksi dan
merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Ratna Kusuma Astuti, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing II dengan sabar
dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide – idenya dalam mengoreksi
dan merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karta tulis ilmiah ini.
5. Semua responden penelitan dan kader posyandu Mawar di desa Kayuapak
yang telah meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penelitian ini.
6. Ibu, Bapak dan kakaku tercinta yang senantiasa membimbing dan mendoakan
keberhasilanku dalam menyelesaikantugas akhir ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangandalam penulisan penelitian
ini. Untuk itu saran dan kritikyang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak
– pihak yang terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat
terhadap ilmu keperwatan.
Surakarta, 08 Juli 2014
Penulis
vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, apabila kamu selesai dari
suatu urusan dengan sungguh- sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanlah hendaklah kamu berharap”
(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
Bekerjalah untuk kepentingan duniamu
Seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan
Beribadahlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau
akan mati esok pagi
(Hadits Nabi)
“Rasa malas akan menghambat kita menuju sebuah keberhasilan dan kesuksesan
yang akan diraih diesok hari”
(Penulis)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur dan
penuh cinta atas kehadirat Allah SWT, karya
sederhanaku ini kupersembahkan pada:
1. Bapak ibuku yang tercinta. Terima kasih
atas motivasi yang selalu
menyemangatiku, baik spiritual maupun
materiil sehingga studi ini dapat selesai
dengan lancar.
2. Kakaku Mbk Yuni dan Mas Haryanto
yang kusayangi yang telah memberikan
semangat dalam menyelesaikan studiku..
3. Teman-temanku seperjuangan tersayang,
Isna, Ika, Era, Riris, Lutfi, Ota, Fitri,
Mey, serta teman-temanku DIII
Keperawatan angkatan 2011 STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta
terimakasih banyak.
4. Almamaterku tercinta.
ix
INTISARI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA ISPA PADA BALITA DI DESA KAYUAPAK KECAMATAN
POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
Lis Hartanti1, Ratna Kusuma Astuti
2, Sugihartiningsih
3
Latar belakang: Sampai saat ini kejadian ISPA di Desa Kayuapak masih tinggi.
Kejadian ISPA pada balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan, status gizi ataupun tingkat pengetahuan orang tua dalam melakukan
perawatan balita yang mengalami ISPA. Pengetahuan yang baik akan membantu
ibu dalam melakukan tindakan pertolongan pertama secara baik agar anak dapat
diharapkan cepat sembuh.
Tujuan: Penelitian adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang
pertolongan pertama ISPA pada Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif.
Sampel penelitian adalah 68 ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun di bulan
Maret – April 2014 di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Alat analisis data
menggunakan sentral tendensi dan penilaian tingkat pengetahuan sesuai definisi
operasional.
Hasil : Hasil penelitian diketahui nilai rata-rata pengetahuan responden adalah
14.03. Nilai terendah 7 dan nilai tertinggi adalah 18. sebanyak 34 orang (54%)
dengan tingkat pengetahuan sedang, 10 orang (15,9%) dengan tingkat
pengetahuan rendah dan 19 orang (30,1%) dengan tingkat pengetahuan tinggi.
Simpulan: Sebagian besar pengetahuan ibu dalam kategori sedang.
Kata kunci: Pengetahuan. Pertolongan Pertama, ISPA, Balita
1. Mahasiswa Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta
2. Dosen Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
x
ABSTRACT
DESCRIPTIVE OF MOTHER’S KNOWLEDGE ON FIRST AID TO
TODDLERS IN KAYUAPAK VILLAGE SUB-DISTRICT POLOKARTO
OF SUKOHARJO
Lis Hartanti1, Ratna Kusuma Astuti
2, Sugihartiningsih
3
Background: Nowadays Acute Respiratory Infections (ARI) incident of toddler
in Kayuapak village is still high. ARI of toddlers can affected from environment,
nutrition status or parents‟ knowledge level in treatment for his son. Good
knowledge will help mother to do first aid hope her son to be better.
Objective: is to Descriptive of mother‟s knowledge on first aid to toddlers in
Kayuapak village sub-district Polokarto of Sukoharjo.
Method: This research is quantitative research by method descriptive. Samples
research is 68 mothers who has a child 1-5 year old in March- April 2014 period
in Kayuapak village sub-district Polokarto of Sukoharjo. Taking sample is using
simple random sampling. Instrument research is using a questionnaire. Instrument
analysis of data use central tendency and measure knowledge level based of
definition operational.
Result: Result of research is average respondent knowledge is 14.03. Lowest
score is 7 and the highest score is 18. There are 34 respondents (54%) with
fair knowledge, 10 people (15.9 %) with poor knowledge and 19 respondents
(30,1 % ) with high knowledge.
Conclusion: majority of mother‟s knowledge in fair category
Keywords: Knowledge, First aid, Acute Respiratory Infections, Toddler
1. The Student Nursing Diploma program PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Lecturer Nursing Program DIII STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Lecturer Nursing Program DIII STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .............. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
INTISARI ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ i
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 7
1. Pengetahuan ..................................................................... 7
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ........................ 12
3. Balita .............................................................................. 25
B. Kerangka Teori ....................................................................... 28
C. Kerangka Konsep ................................................................... 29
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 31
D. Variabel Penelitian ................................................................. 33
E. Definisi Operasional ............................................................... 34
F. Instrumen Penelitian .............................................................. 34
G. Tahap penelitian .................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian .......................................................... 39
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 40
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ibu ...................... 40
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu ........... 40
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu .. 41
4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Balita ............... 42
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita .. 43
6. Distribusi pengetahuan ibu tentang pertolongan
pertama ISPA pada Balita ................................................ 44
C. Pembahasan ............................................................................ 45
1. Karakterisktik usia responden .......................................... 45
2. Karakterisktik tingkat pendidikan responden................... 46
3. Karakteristik status pekerjaan ibu .................................... 46
4. Pengetahuan responden tentang pertolongan pertama ISPA
pada Balita ........................................................................ 48
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 52
B. Saran ...................................................................................... 52
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori ....................................................................... 28
Gambar 2.2. Kerangka Konsep ................................................................... 29
Gambar 4.1. Diagram batang usia responden ............................................. 40
Gambar 4.2. Diagram batangtingkat pendidikan responden ...................... 41
Gambar 4.3 Diagram batangstatus pekerjaan responden ........................... 42
Gambar 4.4 Diagram batang status pekerjaan responden .......................... 43
Gambar 4.5 Diagram batang status pekerjaan responden .......................... 43
Gambar 4.6. Diagram batang tingkat pengetahuan responden tentang
pertolongan pertama ISPA pada Balita .................................. 44
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden ............................................... 40
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden .................................... 40
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi kategori pekerjaan responden ....................... 41
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan usia balita ................................. 42
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis kelamin balita .................. 43
Tabel 4.6 Nilai sentral tendensi pengetahuan ibu tentang pertolongan
pertama ISPA pada Balita ........................................................... 44
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang
pertolongan pertama ISPA pada Balita ....................................... 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Pengetahuan Tentang ISPA
Lampiran 4. Data karakteristik responden
Lampiran 5. Data pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA balita
Lampiran 6. Hasil uji statistic penelitian
Lampiran 7. Tabel Jadwal Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan dan faktor pejamu (WHO, 2007).
Hasil presentase tahun 2012 di Indonesia ISPA menduduki peringkat
pertama dari sepuluh besar penyakit yang ada. Ada 13 provinsi di Indonesia
yang memiliki prevalensi ISPA di atas rata-rata nasional, yaitu diatas 25,5%.
Provinsi itu adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu,
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat dan Papua
(Depkes RI, 2013).
Kejadian ISPA erat terkait dengan pengetahuan orang tua tentang ISPA,
karena orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam pemeliharaan
kesejahteraan anak. Pada masa balita masih sangat tergantung pada orang tua.
Karena itu diperlukan adanya penyebaran informasi kepada orang tua mengenai
ISPA agar orang tua dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal yang berkaitan
dengan ISPA. ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian
pada balita < 1 tahun, sebagai penyebab utama kematian pada balita diduga
2
karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas
penatalaksanaannya belum memadai (Wahyuti, 2011). Penelitian ini,
menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu mempunyai hubungan dengan kejadian
ISPA pada bayi di wilayah kerja puskesmas Gatak Sukoharjo. Kejadian ISPA
pada bayi dapat disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga masih
kurang baik dalam pencegahan terjadinya ISPA.
Tahun 2013 hasil survey rekam medik di puskesmas Polokarto Desa
Kayuapak menduduki peringkat ke 5 tentang penyakit ISPA dari 12 kecamatan
yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Hasil survey di puskesmas Polokarto
Kabupaten Sukoharjo ISPA menempati urutan pertama (DKK). Kejadian ISPA
di Desa Kayuapak Sukoharjo pada bayi usia 0-6 bulan antara bulan Oktober
sampai Desember 2013 sebanyak 68 balita dari 168 balita. Tingginya angka
kejadian ISPA di desa Kayuapak dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo
(2007), bahwa Kurangnya pengetahuan ibu dapat dipengaruhi faktor
pemahaman tentang ISPA, kurangnya informasi yang diterima tentang ISPA
seperti belum pernah menerima penyuluhan tentang ISPA. Menurut penelitian
Indirayani (2012), menyimpulkan bahwa ibu dengan pengetahuan yang rendah
menjadikan rendahya tindakan pencegahan terhadap agar tidak terkena ISPA.
Berdasarkan wawancara dengan petugas kesehatan Bidan Desa
Kayuapak, ISPA merupakan penyakit yang paling sering diderita anak atau
balita. Hal ini salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam
merawat, ataupun melakukan tindakan pertolongan pertama pada anak yang
menderita ISPA. Berdasarkan wawancara pada delapan ibu yang memilik balita
3
ISPA (batuk, pilek dan demam) pada tanggal 20 Desember 2013 di Kayuapak,
didapatkan tiga orang ibu diantaranya menyatakan hanya meminumkan obat dari
puskesmas dan ketiga ibu tersebut membiarkan saja bila balitanya tidak mau
makan dengan anggapan bahwa balita yang sakit biasanya tidak nafsu makan.
Dua orang ibu yang lain merawat balitanya yang sakit dengan memberikan obat
dari warung karena selain mudah didapat, anak dapat sembuh dengan obat
tersebut sehingga tidak perlu berobat ke puskesmas. Dua ibu yang lain
mengatakan memberikan obat dari dokter dan bila anak tidak nafsu makan,
maka ibu memberikan susu lebih banyak sebagai pengganti makanan serta
memberikan madu agar anak cepat sembuh. Satu orang ibu yang mengatakan
bahwa balitanya dirawat di rumah tanpa diberikan obat, tetapi disertai dengan
pemberian makanan yang cukup dan bila anak dimandikan tidak dibasahi bagian
kepalanya.
Dari uraian di atas, maka penelitian tertarik untuk meneliti judul
Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama ISPA pada
Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama
ISPA Pada Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo?”.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada balita di Desa
Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Karakteristik Responden tentang, umur, pekerjaan dan
pendidikan.
b. Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama ISPA
Pada Balita.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi responden
Menambah wawasan pengetahuan bagi para orang tua tentang ISPA, serta
tindakan pertolongan pertama pada anak ISPA secara baik dan benar.
2. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang ISPA
pada balita dan tindakan pertolongan pertama saat anak mengalami ISPA.
3. Bagi Instansi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan kemudahan dalam mengolah dan
mengumpulkan data tentang pengetahuan responden, sehingga petugas
kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang ISPA pada
masyarakat setempat.
5
E. Keaslian Penelitian
1. Aderita, N.I ( 2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
dalam Pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita Didesa
Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I. Jenis penelitian
menggunakan penelitain kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif
korelasi. Jumlah sampel 31 orang. Isntrumen penelitian menggunakan
kuesioner pengetahuan ISPA. Analisis data menggunakan uji normalitas
Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian diketahui data tidak berdistribusi
normal yaitu (p<0,05). Kesimpulan penelitian ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan ispa dengan kejadian ispa pada
anak balita di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesma Kartasura I.
Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan variabel pengetahuan,
Isntrumen penelitian, menggunakan kuesioner dan dengan metode penelitian
deskriptif. Sedanglan Perbedaanya adalah waktu, tempat, lokasi dan analisis
data menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.
2. Wahiduddin (2012) Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada
anak Balita Di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang. Sampel sebanyak 127
balita usia 1-5 tahun dengan teknik sampel menggunakan total sampling.
Pengumpulan Data diperoleh dengan dua cara yaitu data primer (wawancara
langsung kepada responden dan observasi). Analisis data menggunakan uji
Chi Square. Hasil penelitian diketahui faktor pengetahuan, ventilasi rumah
tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada anak Balita
di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang tahun 2012. Persamaanya adalah
6
Hasil penelitian diketahui faktor pengetahuan, Pengumpulan Data diperoleh
dengan dua cara yaitu wawancara langsung kepada responden dan observasi.
Sedangkan Perbedaanya adalah waktu, lokasi, tempat serta sampel, teknik
sampel ini menggunakan total sampling.
3. Iddayat T (2010) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cepogo Kabupaten Boyolali tahun 2009. Metode penelitian observasi
pendekatan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah 53 balita
usia 0 – 5 tahun dengan teknik sampling menggunakan Simple Random
Sampling. Pengujian hipotesa menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan faktor ventilasi, kepadatan penduduk, jenis lantai, jenis
dinding rumah berhubungan secara signifikan dengan kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Cepogo Kabupaten Boyolali dengan
p <0,05. Persamaanya adalah menggunakan sampel usia balita, teknik
sampling ini menggunakan Simple Random Sampling. Sedangkan
Perbedaanya metode penelitian observasi pendekatan rancangan cross
menggunakan sectional, jumlah sampel berbeda, Pengujian hipotesa
menggunakan uji Chi Square, waktu, lokasi dan tempat penelitian berbeda.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, mulut dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,
2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan sesorang terhadap obyek mempunyai intesitas atau
tingkat yang berbeda-beda, dimana pada setiap orang berbeda-beda.
Secara garis besar Notoatmodjo (2010), membagi tingakatan pengetahuan
tersebut menjadi 6 tingkatan, diantaranya:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumya setelah mengamati sesuatu dan untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tersebut tahu tentang sesuatu dan dapat
7
8
mengajukan beberapa pertanyaan. Jika ia sudah memiliki pengetahuan
maka dengan mudah ia akan menjawab pertanyaan tersebut.
2) Memahami (comprehensif)
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu tentang obyek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat mengintrepretasikan secara benar tentang obyek yang diketahui
tersebut.
3) Aplikasi (applicataion)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami obyek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui sesuai dengan kondisi yang terjadi.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang tersebut sudah
sampai tingkat analisis adalah bila seseorang sudah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokkan dan membuat
diagram (bagan) dengan menggunakan pengetahuan terhadap obyek
tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang dimiliki,
9
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau terhadap suatu obyek tertentu. penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara dalam
memperoleh pengetahuan yaitu:
1) Cara tradisional
a) Cara coba salah (Try and error)
Cara ini dilakukan dengan cara coba-coba dalam
memecahkan masalah dan apabila tidak berhasil akan dicoba
kembali sampai masalah tersebut terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
sengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara Kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan turun temurun dengan
kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah maupun agama.
10
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran. Hal ini diperoleh dengan cara mengulangi
kembali pengalaman dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi di masa lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau comon sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
f) Melalui jalan pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaranya
dalam memperoleh pengetahuan baik melalui induksi maupun
deduksi.
2) Cara modern atau metodologi
Cara metodologi yaitu mula-mula ia mengadakan pengamatan
langsung tentang gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian
pengalaman tersebut dikumpulkan dan akhirnya diambil kesimpulan
umum yang berguna dalam pemecahan masalah.
3) Metode ilmiah
Metode ilmiah sebagai salah satu cara untuk memperoleh
kebenaran, ilmu pengetahuan ataupun pemecahan suatu masalah.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan
dan Dewi (2010), adalah sebagai berikut :
11
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan.
c) Usia
Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
12
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
c) Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi M (2010) yang dikutip dari
Arinkunto, 2006 bahwa Pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:
1) Baik : hasil presentase 76 % - 100%
2) Cukup : hasil presentase 56% - 75%
3) Kurang : hasil presentase <56%
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
a. Pengertian
Menurut WHO (2007), ISPA adalah penyakit saluran pernapasan
atas biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor pejamu. Namun demikian, di
dalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk,
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau
kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang
13
dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial
virus, parainin fluenzaenza virus, severe acute respiratory
syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV) dan virus Influenza.
b. Macam-macam ISPA
Menurut Hartono dan Rahmawati (2012), macam ISPA yaitu :
1) Acute Viral Nasopharyngiti
Nasopharyngitis akut (setara dengan “common cold”)
disebabkan oleh sejumlah virus, biasanya rhinoviruses, RSV,
adenovirus, virus influenza, atau virus parainfluenza.
Gejala nasopharyngitis lebih parah pada bayi dan anak-anak
dari pada dewasa. Pada umumya demam, terutama pada anak kecil.
Anak yang lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada
waktu sakit. Pada anak-anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba- tiba
terjadi dan berkaitan dengan mudah dan marah, gelisah, nafsu makan
menurun dan penurunan aktivitas. Peradangan hidung dapat
menyebabkan sumbatan saluran, sehingga harus menbuka mulut
ketika bernafas. Muntah dan diare mungkin juga bisa muncul.
Gejala awal adalah kekeringan dan iritasi saluran hidung dan
faring, diikuti bersin, sensasi dingin, nyeri otot, keluar cairan hidung
menjengkelkan dan kadang-kadang batuk. Peradangan hidung dapat
menyebabkan penyumbatan. Terus menerus menyeka sekresi iritasi
kulit untuk hidung.
14
Pencegahan: pencegahan pada nasopharyngitis menyebar
sangat luas pada masyarakat umum sehingga tidak mungkin untuk
mencegah. Anak-anak lebih rentan terhadap pilek karena mereka
belum mengembangkan resistansi terhadap berbagai jenis virus. Bayi
adalah subyek yang sangat relevan, karena itu upaya harus dilakukan
untuk melindungi mereka dari paparan.
2) Acute Streptococcal Pharyngitis
Group A B- hemolytic streptococcus (GABHS) infeksi saluran
napas bagian atas (radang tenggorokan) bukan merupakan penyakit
serius, tetapi efek bagi anak merupakan resiko serius. Acute rheumatic
fever (ARF) penyakit radang sendi, dan sistem saraf pusat dan Acute
glomerulonephiritis, infeksi akut ginjal kerusakan permanen dapat
dihasilkan dari ini gejala sisa terutama ARF (Hartono dan Rahmawati,
2012).
Manifestasi klinis: GABHS umumnya merupakan penyakit yang
relatif singkat yang bervariasi dari subklinis (tanpa gejala) untuk
toksisitas parah, awal mulanya sering tiba-tiba ditandai dengan
faringitis, sakit kepala, demam. (terutama pada anak kecil) sakit perut.
Amandel dan faring bisa meradang dan ditutup dengan eksudat (50%
sampai 80% penutupan) pecegahan: tidak ada imunisasi untuk
pencegahan penyakit sterptococcal. Organisme dapat menyebar jika
terdapat kontak dengan orang yang sedang terpapar penyakit ini.
Paparan langsung dari tetesan atau transfer fisik sekresi pernapasan
15
yang megandung organisme. Penyebaran infeksi biasanya terjadi di
lingkungan keluarga, ruang kelas dan tempat penitipan anak. Anak
yang terkena infeksi streptococcal tidak menular kepada orang lain 24
jam setelah mulai terapi atibiotik.
3) Radang Amandel
Tonsil adalah bentuk dari jaringan lymphoid yang terletak di
rongga faring. Amandel menyaring dan melindungi saluran
pernapasan dan pencernaan dari serangan organisme patogen. Mereka
juga berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran
amandel bervariasi, anak-anak umumnya memiliki amendel
dibandingkan remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap
sebagai mekanisme perlindungan karena anak-anak muda sangat
renran terhadap ISPA.
Patofisiologi: Beberapa bagian dari amandel adalah bagian dari
kelenjar limpa yang mengelilingi faring hidung dan mulut, dikenal
sebagai waldeyer tonsillar ring, palatine, otak faucial, tonsils,
terletak di kedua sisi dari orapharynx, dibelakang dan dibawah pilar
fauses (pembukaan dari mulut). Permukaan dari palatin tonsills
biasanya terlihat selama pemeriksaan mulut. Palatin tonsil merupakan
bagian yang dihilangkan dalam operasi amandel. Pharyngeal tonsils,
atau sering dikenal sebagai adenoid, adalah tonsil yang terletak diatas
palatine tonsil, pada dinding belakang nasophorynx. Kedekatanya
dengan nares dan saluran Eustachiar. Menyebabkan kesulitan
16
(ketidaknyamanan) jika mengalami peradangan tinggi. Lingual tonsil,
terletak di pangkal lidah. Tubol Tonsil, dapat ditemukan didekat
dinding belakang nasophoryngeol membuka dari saluran custacius,
bukan merupakan bagian dari cincin wakdeyer tonsilar.
Etiologi: Radang amandel sering terjadi bersama pharyngitis
karena melimpahnya kelenjar getah bening dan frekuensi dari ISPA.
Radang amandel adalah penyakit yang biasa menyerang pada anak-
anak. Menyebabkan mungkin bisa di karenakan virus maupun bakteri.
(Hartono dan Rahmawati, 2012).
4) Influenza
Influenza atau “flu” disebabkan oleh tiga ortomyxoviruses,
dengan antigenik yang berbeda: Tipe-tipe A dan B yang menyebabkan
penyakit epiddemic dan tipe Cyang tidak penting secara
epidemiologis. Virus mengalami perubahan signifikan dari waktu ke
waktu. Perubahan utama terjadi pada interval biasanya 5 sampai 10
tahun yang disebut antigenic shift: variasi minor di dalam subtipe
yang sama antigenic drift, terjadi hampir setiap tahun. Karenanya,
antigenic drift dapat mempengaruhi virus, secara memadai yang
mengakibatkan kerentanan individu, ke jenis yang sebelum mereka
diimunisasi atau terinfeksi.
Manifestasi: Manifestasi klinis influenza mungkin subklinis,
ringan, sedang, atau berat. Dalam kebanyakan kasus tenggorokan dan
mukosa hidung menjadi kering dan ada batuk kering dan cenderung
17
ke arah suara serak. Tiba-tiba mengalami demam dan mengigil
disertai dengan wajah memerah, fotofobio, miolgia, poresthesia dan
kadang-kadang lesu. Subglotic batuk disertai sesak nafas adalah
umum terutama pada bayi. Gejala berlangsung selam 4 sampai 5 hari
komplikasi termasuk radang paru-paru yang parah. Seperti otitis
media, sinusitis atau pneumonia.
Pencegahan: Vaksin virus influenza yang tidak aktif aman dan
efektif untuk pencegahan influenza asalkan antigen dalam vaksin
berkorelasi dengan virus influenza yang beredar.
5) Laring Akut
Infeksi laring akut adalah penyakit umum pada anak-anak dan
remaja. Bayi dan anak kecil memiliki keterlibatan yang lebih umum.
Virus adalah faktor yang biasa menyebabkan dan keluhan utama
adalah suara serak yang disertai dengan gejala pernapasan atas lainya
misalnya, (coryza, sakit tenggorokan, hidung tersumbat) dan
manifestasi sistemik (misalnya, demam, sakit kepala, myalgia).
Terapi keperawatan: LTB adalah jenis yang paling umum dari
batuk disertai sesak nafas yang dialami oleh anak-anak di perlukan
untuk rawat inap dan biasanya mempengaruhi anak-anak pada usia
kurang dari 5 tahun. (Hartono dan Rahmawati, 2012).
c. Etiologi
Menurut Jurnal terpadu ilmu kesehatan Interest Surakarta yang
disunting oleh Martono (2012), Banyak faktor yang dapat meningkatkan
18
risiko terjadinya ISPA, antara lain: pemberian imunisasi yang tidak
lengkap, berat badan lahir rendah (BBLR), gizi buruk, faktor lingkungan
seperti kepadatan dalam rumah, terpapar polusi udara.
Menurut Rahmawati (2012) penyebab ISPA kebanyakan pada
anak-anak usia balita hal yang mempengaruhi adalah: Pertama adalah
Agen Penginfeksian, ini disebabkan oleh virus seperti respiratory synctial
virus (RSV), staphlococci, Haemopilus influenzae, Chlamydia
trachomatis, mycoplasma,dan pneumococci. Kedua adalah umur, bayi
umur dibawah 3 tahun mempunyai angka infeksi yang rendah karena
fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Pada anak yang usia 5 tahun
infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus akan berkurang
frekuensinya. Ketiga adalah ukuran, ukuran anatomi mempengaruhi
respon infeksi sistem pernapasan. Diameter saluran pernapasan terlalu
kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan
peningkatan produksi sekresi. Di samping itu jarak antara struktur dalam
sistem yang pendek pada anak-anak. Keempat adalah daya tahan,
kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak
faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi.
Kondisi lain seperti malnutrisi, anemia, kelelahan dan daya tubuh yang
menakutkan. Kelima adalah variasi musim banyaknya patogen pada
sistem pernapasan yang muncul dalam wabah selama bulan musim semi
dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma sering muncul pada musim semi.
19
Menurut Notoadmodjo (2007) faktor biologis sebagai berikut:
Status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah
atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum
air putih, olah raga yang teratur serta beristirahat yang cukup. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk ke dalam
tubuh.
d. Tanda dan gejala
Berdasarkan golongan dan jenis tanda dan gejala dari ISPA sebagai
berikut:
1) Untuk penatalaksana ISPA yang tergolong ringan atau non pnemonia
adalah jika anak penderita ISPA ringan maka perawat cukup
melakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau puskesmas.
Dirumah dapat diberikan obat penurun panas yang dijual di toko-toko
atau apotik, akan tetapi jika dalam 2 hari gejala belum hilang anak
harus segera dibawa ke dokter atau puskesmas terdekat. Selain itu juga
bisa dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan ½ sendok teh
jeruk nipis ditambah ½ sendok teh kecap manis atau madu
diminumkan pada anak 3-4 kali /hari diminumkan selama kurang lebih
2-3 hari jika bentuknya tidak kunjung sembuh dibawa ke dokter atau
puskesmas.
20
2) Untuk penatalaksana ISPA yeng tergolong sedang atau pnemonia maka
harus diperiksakan pelayanan mendapatkan terapi obat anti
mikroba/antibiotika untuk membunuh virus dan bakteri yang ada dan
mendapatkan terapi oksigen di sebabkan 2 sampai 4 liter 1 hari.
3) Untuk penatalaksana ISPA yang tergolong berat atau pnemonia berat
harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas, karena perlu
mendapatkan perawatan dengan perawatan khusus seperti oksigen dan
cairan infus (Depkes RI, 2007).
Menurut penelitian oleh Kusworo 2012 dalam Depkes (2003),
gejala-gejala ISPA antara lain:
1) Gejala ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
gejala-gejala sebagai berikut: Batuk, sesak yaitu anak bersuara parau
pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu bicara atau
menangis), pilek adalah mengeluarkan lendiratau ingus dari hidung,
panas atau demam dengan suhu tubuh lebih dari 37 atau jika dahi
anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2) Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala sebagai berikut: pernapasan lebih dari 50x/menit pada umur
kurang dari 1 tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak satu tahun
atau lebih, suhu lebih dari 390 C, tenggorokan berwarna merah, timbul
bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit
21
atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, pernapasan berbunyi
seperti mendengkur, pernapasan berbunyi menciut-ciut.
3) Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai
berikut: bibir atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis
(dengan cukup lebar) pada waktu bernapas, anak tidak sadar atau
kesadaranya menurun, pernapasan berbunyi mengorok dan anak
tamapak gelisah, pernapasan berbunyi menciut dan anak tampak
gelisah, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak teraba,
tenggorokan berwarna merah.
e. Pertolongan Pertama
Cara mengatasi ISPA pada balita. Beberapa hal yang perlu
dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA
menurut Sutomo (2010) sebagai berikut:
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air tiga kali sehari.
22
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
mintah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan, menambah parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,
bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan
tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak
berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapatkan obat antibiotik, selain tindakan
diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar 5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
23
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas
kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
f. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI (2003), pencegahan ISPA antara lain: pertama
adalah menjaga kesehatan gizi agar tetap baik dengan menjaga kesehatan
gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu
akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat
maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
Kedua adalah imunisasi pemberian imunisasi sangat diperlukan
baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk
menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri. Ketiga adalah
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, membuat ventilasi udara
serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap
dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah
seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi
udara (atmosfer) agar tetap segardan sehat bagi manusia. Keempat adalah
mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA ini disebabkan
24
olehvirus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.
Bibit penyakit ini biasanya berupa virus/bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk
aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara), yang kedua
duet (campuran antara bibit penyakit). Keadaan gizi dan keadaan
lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA, selain itu
ada beberapa cara untuk mencegah ISPA diantaranya adalah :
1) Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik (Wantania, 2008)
a) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah
makanan yang paling baik untuk bayi.
b) Bayi diberi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c) Pada bayi dan anak makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral.
d) Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein
misalnya dapat diperoleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi
atau jagung, sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-
buahan.
e) Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk
mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu
diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
25
2) Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Pemberian imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dengan imunisasi DPT, sekitar 6%
kematian pneumonia dapat dicegah.
3) Menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan.
a) Tubuh anak dijaga agar tetap bersih.
b) Kondisi rumah harus bersih dan sehat.
c) Aliran udara dalam rumah harus cukup baik.
d) Asap tidak boleh berkumpul dalam rumah.
e) Orang dewasa tidak boleh merokok didalam rumah.
4) Mencegah anak berhubungan dengan pasien ISPA
Beberapa jenis kuman penyebab ISPA sangat menular terutama
jika pasiennya orang dewasa, oleh karena itu anak harus dicegah
berdekatan dengan orang yang sedang menderita ISPA. Jika ada orang
dewasa yang menderita ISPA dalam keluarga, hendaknya memakai
penutup hidung dan mulut untuk mencegah penularan pada anak-anak
dalam keluarga tersebut.
3. Balita
a. Pengertian
Balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada anak balita ini
bisa melakukan penyesuaian sepanjang rentang hidup yaitu
mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata nilai,
26
belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya sebagai
makhluk yang sedang tumbuh, mempelajari ketrampilan fisik yang
diperlukan untuk permainan yang umum, dan mencapai kebebasan
pribadi (Syafrudin dan Heri Pramono, 2009).
Menurut Uripi (2004), balita atau anak bawah umur lima tahun
adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia dibawah satu
tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun Faal (kerja alat tubuh)
bagi usia dibawah satu tahun berbeda dengan usia di atas tahun, maka
anak dibawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih
atau dilepas menyusui sampai dengan pra-sekolah.
b. Karakteristik Balita
Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan
di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
27
c. Ciri-ciri Balita Sehat
Menurut penelitian Kusworo 2012 dalam buku Sudarmoko (2011),
ciri-ciri balita sehat sebagai berikut:
1) Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan
secara teratur dan proposional (sesuai usianya) setiap bulanya.
2) Terlihat aktif, gesit dan gembira.
3) Bisa bermain dan belajar dengan antusias, nudah memahami setiap
hal yang diajarkan orang tua atau gurunya.
4) Mata bersih dan bersinar.
5) Nafsu makan cukup baik.
6) Bibir dan lidah tampak segar.
7) Pernapasan tidak berbau.
8) Kulit dan rambut tampak baik dan tidak kering.
9) Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
28
B. Kerangka Teori
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Wawan dan Dewi (2010), Rahmawati (2012).
Pengetahuan Ibu
tentang ISPA :
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan ISPA
ISPA pada
balita
Tindakan pertolongan
pertama ISPA pada Balita.
1) Mengatasi panas
(demam)
2) Mengatasi batuk
3) Pemberian makanan
4) Pemberian minuman
1. Faktor Internal
a) Pendidikan
b) Pekerjaan
c) Usia
2. Faktor Eksternal
a) Faktor
Lingkungan
b) Sosial Budaya
29
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu
tentang ISPA
Pertolongan pertama ISPA
Pada Balita
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara obyektif, sitematis dan akurat yang terjadi di dalam
masyarakat. Peneliti ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.
Metode ini diharapkan seorang peneliti berusaha untuk memaparkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data (Setiadi, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014
bertempat di Posyandu Balita Mawar terdiri dari 4 posyandu yang ada. Pada
Hari Sabtu, 15 Maret 2014 Jam 10.00 WIB.
30
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun di bulan April –
Maret 2014 di Desa Kayuapak Kecamatan polokarto Kabupaten Sukoharjo
sebanyak 168 orang.
2. Sampel
a. Besar sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Pengambilan sampel
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan (0,1)
responden
b. Teknik sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional
random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk
32
menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel
wilayah (Arikunto, 2007). Pengambilan dengan proportional random
sampling sederhana menggunakan rumus sebagai berikut :
ni = x n
Keterangan :
ni = besar sampel untuk stratum
n = besar sampel
N= total populasi
Ni = total sub populasi dari stratum
Tabel 3.1.Jumlah sampel dari tiap-tiap posyandu di Desa Kayuapak
Nama posyandu Populasi Sampel
Posyandu Mawar I 39 15
Posyandu Mawar II 43 16
Posyandu Mawar III 51 19
Posyandu Mawar IV 35 13
Jumlah 168 63
c. Kriteria sampel penelitian
Menurut Notoadmodjo (2010), membagi dua kriteria yaitu kriteria inklusi
dan kriteria Eksklusi adalah anggita berikut ini pengelompokanya:
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi :
a) Semua Ibu yang mempunyai Balita usia 1 – 5 tahun.
b) Bersedia menjadi Responden.
c) Ibu yang mampu membaca dan menulis.
33
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, kriteria
eksklusi pada penelitian ini meliputi:
1) Ibu yang tidak mempunyai anak usia 1 – 5 tahun.
2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah karkteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai
dan merupakan obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
orang lain atau obyek yang lain (Setiadi, 2007).
Variabel Bebas adalah variabel lain, variabel bebas biasanya diamati
dan diukur untuk diketahui hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel
lain (Nursalam, 2011). Variabel dalam penelitian menggunakan variabel
bebas alah pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada balita.
34
E. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi operasional
Variabel Devinisi
Operasional
Alat ukur Kategori Hasil ukur Skala
Pengetahuan
Pertolongan
Pertama
pada ISPA
Tingkat
pemahaman yang
dimiliki ibu-ibu
mengenai
pertolongan
pertama ISPA
pada Balita yang
berupa pengertian,
klasifikasi,
penyebab, tanda
dan gejala, cara
penularan, dan
perawatan
Kuesioner
dalam
bentuk
pilihan
ganda
Benar = 1
Salah = 0
Tinggi 76-100%
sedang 56-75%
rendah <56%
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang diamati adalah gambaran tingkat pengetahuan
Ibu tentang pertolongan pertama pada balita yang usia 1 – 5 tahun. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
pertanyaan yang sudah tertentu dengan baik dimana responden tinggal
memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,
2010). Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada semua
orang tua yang mempunyai anak usia 1 – 5 tahun yang pernah dan belum
mengalami ISPA dan bersedia menjadi responden dengan permintaan peneliti
dan lembar kesediaan menjadi responden. Pembuatan kuesioner ini dengan
mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh oleh peneliti terhadap
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2011).
35
1. Alat Pengumpulan Data
a. Kuesioner identitas subyek penelitian berisi karakteristik responden.
Pertanyaan yang berisi identitas responden yang meliputi: inisial, umur,
jenis pekerjaan dan pendidikan.
b. Kuesioner pengetahuan orang tua dalam pertolongan pertama ada ISPA.
kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan yang telah disusun oleh
peneliti berdasarkan teori. Pertanyaan disediakan 2 alternatif jawaban
yang berupa pertanyaan benar dengan nilai 1, salah dengan nilai 0 dan
dibuat dengan sifat favourable dan unfavourable
Tabel 3.3 Kisi pertanyaan pengetahuan
Kisi-kisi Item pertanyaan
Favourable unfavourable
Perngertian 1,2 3
Penyebab 4, 5 6
Tanda 7, 8, 9, 16
Gejala 10, 11,
Pencegahan 12, 14, 15, 18, 19
20
13, 17
Total 14 6
c. Kuesioner tindakan pertolongan pertama ibu pada ISPA balita.
Kuesioner pertolongan pertama pada ISPA balita dibuat dalam bentuk
favourbel sebanyak 14 pertanyaan dengan nilai ya diberi skor 1 dan
tidak diberi skor 0 dan bentuk unfavourbel sebanyak 6 pertanyaan
dengan nilai tidak diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.
2. Alat Pengolah Data
Alat Pengolah data dalam penelitian ini adalah komputer dengan
memakai progam SPSS Versi 17.0, Microsoft Excel, dan Microsoft Words.
36
Proses pengolahan data pada penelitian ini melalui Tahapan – tahapan
sebagai berikut:
a. Penyusunan
Data yang sudah terkumpul selanjutnya disusun untuk memudahkan
pengolahan data.
b. Entry data
Data hasil dari jawaban responden kemudian di masukkan ke dalam
komputer untuk disusun sesuai dengan jenis dan juga ciri data tersebut
yang disini disebut entry data (memasukkan data )
c. Editing
Setelah di masukkan datanya kemudian di edit kembali yang disini
dilakukan mencocokan ulang dari data mentah yang didapatkan dari
responden dengan yang sudah di entry ke komputer agar tidak terjadi
kesalahan.
d. Coding
Data kemudian diolah melalui komputer dengan pertongan ISPA pada
usia 1 – 5 dengan jalan menghitung jumlah point yang benar di bagi
dengan jumlah pertanyaan kali seratus persen. Selanjutnya diberikan
kode apabila prosentase mencapai 76 – 100% kategori tinggi kode 1,
sedangkan apabila prosentase 56 – 75 % kode dan apabila prosentase
hanya mencapai < 56 % maka disebut kategori rendah atau kode 3.
37
e. Tabulating
Setelah dilakukan pengkodean maka mulai disusun secara runtut
dengan tabel yang berfungsi untuk mengelompokkan data yang telah
dikoding antara yang baik, cukup dan kurang.
f. Analisa data
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap varibel
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distibusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2010). Analisis data secara deskriptif terhadap semua variabel yang
diteliti adalah semua orang tua balita yang pernah menderita ISPA.
G. Tahap penelitian
Pengumpulan data dilakukan di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo dengan prosedur sebagai berikut:
1. Penelitian mengurus pembuatan perizinan untuk penelitian dari akademi.
2. Peneliti mengurus perizinan pada lokasi yang dilakukan peneliti di
Kelurahan Kayuapak
3. Peneliti melakukan penelitian di mulai tanggal 29 Maret- 29 April 2014.
Peneliti melakukan penelitian di posyandu balita Mawar I, Mawar II,
Mawar III, dan Mawar IV.
4. Peneliti yang telah mendapatkan data balita dari kader posyandu kemudian
mencatat nama-nama balita dalam kertas kecil dan digulung. Tujuan ini
38
untuk mencari responden penelitian. Caranya adalah nama yang telah
ditulis dalam gulungan kertas kecil dan dimasukkan dalam botol. Botol
kemudian dikocok. Gulungan kertas yang muncul diambil dan dijadikan
responden penelitian. Jika nama balita tidak mengikuti kegiatan posyandu
pada saat acara diadakan, peneliti mendatangi rumah kerumah orang tua
balita. Kegiatan ini dilakukan untuk tiap-tiap posyandu.
5. Peneliti yang dibantu oleh kader posyandu memberikan penyuluhan kepada
ibu balita mengenai penyakit ISPA, melakukan imunisasi campak. Nama-
nama balita yang dijadikan data penelitian dan hadir dalam kegiatan
posyandu, maka peneliti memberikan lembar persetujuan kepada orang tua
balita. Tanda persetujuan orang tua dibuktikan dengan tanda tangan dalam
lembar persetujuan menjadi responden.
6. Peneliti memberikan kuesioner tentang tindakan pertolongan pertama ibu
saat anak mengalami ISPA. Jawaban yang terkumpul kemudian dijadikan
data penelitian. Data tersebut meliputi data usia, pendidikan ibu, pekerjaan
dan jawaban pengetahuan ibu.
7. Data yang terkumpul kemudian dimasukkan dalam tabel penelitian baik
dalam program Excel maupun program SPSS. Data kemudian
diintepretasikan dan dibuat pembahasan dalam bab IV dan bab V.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di posyandu mawar 3 Desa Kayuapak
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tepatnya di Dusun Kayuapak
wilayah RW 03. Posyandu ini di adakan setiap tanggal 15 dan memiliki beberapa
kegiatan yaitupenimbangan balita, pelayanan kesehatan masyarakat, pemeriksaan
ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan penyuluhan Kesehatan.
Tim penggerak Posyandu ini adalah H. Isbandiah, Beliau sebagai ketua
Posyandu yang ada di kelurahan kayuapak. Banyak balita yang menimbangkan di
posyandu mawar 3. Posyandu balita di mawar 3 mempunyai Visi Misi:
1. Menciptakan Balita yang sehat dan bertumbuh kembang
2. Menghindari Gizi Buruk pada Balita
3. Meningkatkan Pemberian PMT dan imunisasi
4. Meningkatkan Pelayanan Posyandu Balita.
Penelitian ini dilakukan kepada 63 responden. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi, narasi tabel dan diagram.
39
40
B. Hasil Penelitian
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ibu
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 <20 tahun 2 3.2
2 20-35 tahun 52 82.5
3 >35 tahun 9 14.3
Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun2014
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diketahui dari 63 responden, terdapat 52
responden (82,5%) berusia kurang dari 20-35 tahun, 9 responden (14,3%)
berusia >35 tahun, dan 2 responden (3,2%) berusia diatas <20 tahun. Data
tersebut mencerminkan responden mayoritas berusia antara 20-35 tahun,
untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 4.1.
Gambar 4.1. Diagram batang usia responden
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Akademik / universitas 5 7.9
2 SMA 42 66.7
3 SMP 16 25.4
Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
52
0
10
20
30
40
50
60
Frek
uen
si
Usia responden
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
41
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui 42 responden (66,7%) berpendidikan
SMA, 16 responden (25,4%) berpendidikan SMP,dan 5 responden (7,9%)
berpendidikan Akademik/Universitas. Data tersebut menunjukkan mayoritas
responden berpendidikan SMA, untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam
gambar 4.2
Gambar 4.2. Diagram batang tingkat pendidikan responden
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi kategori pekerjaan responden
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Ibu rumah tangga 34 54.0
2 Pedagang 9 14.3
3 PNS 1 1.6
4 Swasta 19 30.2
Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
Tabel 4.3. memperlihatkan data dari 63 responden, diketahui 34 responden
(54%) sebagai ibu rumah tangga, 19 responden (30,2%) sebagai swasta, 9
responden (14,3%) sebagai pedagang dan 1 responden (1,6%) sebagai PNS .
Data ini menunjukkan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga,
dan lebih jelasnya ditampilkan dalam gambar 4.3.
42
16
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Fre
kue
nsi
Pendidikan responden
akademik / universitas
SMA
SMP
42
Gambar 4.3 Diagram batang status pekerjaan responden
4. Distribusi usia balitaFrekuensi Berdasarkan Usia Balita
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan usia balita
No Usia balita Frekuensi Persentase (%)
1 12-24 bulan 10 15.9
2 25-36 bulan 30 47.6
3 37-48 bulan 16 25.4
4 49-60 bulan 7 11.1
Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui 30 balita (47,6%) berusia antara 25-36 bulan,
16 balita berusia 37-48 bulan (47,6%), 10 balita berusia antara 12 -24 bulan
(15,9%) dan 7 balita berusia antara 49-60 bulan (11,1%). Data ini
menunjukkan sebagian besar anak responden berusia 25-36 bulan, dan lebih
jelasnya ditampilkan dalam gambar 4.4.
34
9
1
19
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Fre
kue
nsi
Pekerjaan responden
Ibu rumah tangga
Pedagang
PNS
Swasta
43
Gambar 4.4 Diagram batang status pekerjaan responden
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis kelamin balita
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 29 46.0
2 Perempuan 34 54.0
Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui 34 balita berjenis kelamin perempuan (54%)
dan 29 balita berjenis kelamin laki-laki (46%). Data ini menunjukkan
sebagian besar balita berjenis kelamin perempuan, dan lebih jelasnya
ditampilkan dalam gambar 4.5.
Gambar 4.5 Diagram batang status pekerjaan responden
10
30
16
7
0
5
10
15
20
25
30
35
Fre
kue
nsi
usia balita
12-24 bulan
25-36 bulan
37-48 bulan
49-60 bulan
29
34
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Fre
kue
nsi
Jenis kelamin balita
Laki -laki
Perempuan
44
6. Distribusi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada
Balita
Tabel 4.6 Nilai sentral tendensi pengetahuan ibu tentang pertolongan
pertama ISPA pada Balita
Rata-rata SD Median Modus Minimal Maksimal
14.03 2.43 14 14 7 18 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai rata-rata pengetahuan responden
adalah 14.03±2.43. Nilai tengah atau median adalah 14. Modus atau nilai
yang sering muncul adalah 14. Nilai terendah 7 dan nilai tertinggi adalah 18.
Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh responden, kemudian dibuat kategori
tingkat pengetahuan berdasarkan definisi operasional, yaitu pengetahuan
tinggi dengan nilai 16-20, pengetahuan sedang nilai 12-15 dan pengetahuan
rendah dengan nilai dibawah 0-11.
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan
pertama ISPA pada Balita
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 10 15.9
2 Sedang 34 54.0
3 Tinggi 19 30.1
Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui sebagian besar responden mempunyai tingkat
pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (54%), tingkat pengetahuan rendah
sebanyak 10 orang (15,9%) dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 19
orang (30,1%). Untuk lebih jelasnya dapat ditampilkan dalam gambar 4.6.
45
Gambar 4.6. Diagram batang tingkat pengetahuan responden tentang
pertolongan pertama ISPA pada Balita
C. Pembahasan
1. Karakterisktik usia responden
Hasil penelitian ini diketahui usia responden sebagian besar antara 20-35
tahun (82,5%). Menurut Supartini (2004), rentang usia tertentu adalah baik untuk
menjalankan peran pengasuhan dan perawatan. Apabila terlalu muda atau tua, maka
mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan
kekuatan fisik dan psikologis. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2009) menyatakan
bahwa salah satu yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang adalah
usia. Usia sangat mempengaruhi masyarakat dalam memperoleh informasi yang
lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menambah
pengalaman, kematangan, dan pengetahuan. Pertambahan usia seseorang maka
kematangan berpikirnya meningkat, sehingga kemampuannya menyerap informasi
dan pengetahuan semakin meningkat pula termasuk dalam pengetahuan responden
dalam melakukan tindakan pertama pada saat balita mengalami ISPA.
10
34
19
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Fre
kue
nsi
pengetahuan responden
Rendah
Sedang
Tinggi
46
2. Karakterisktik tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan responden diketahui paling banyak lulusan SMA
sebanyak 42 orang (66,7%). Banyaknya responden lulusan SMA dapat
dipengaruhi oleh kemampuan orang tua responden untuk membiayai
pendidikan sampai tingkat SMA, sedangkan untuk melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi kemampuan ekonomi orang tua sangat terbatas. Undang-
undang Nomor 33 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan wajib belajar adalah 9 tahun yang
meliputi pendidikan SD selama 6 tahun dan pendidikan SMP selama 3 tahun.
Menurut Edelman and Midle (1994) dalam buku Perry dan Potter
(2005) menyatakan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan
yang dimilikinya. Responden dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat
menerima berbagai informasi pengetahuan tentang masalah ISPA pada balita,
termsuk bagaimana tindakan yang harus dilakukan seorang ibu pada saat
balita mengalami ISPA melalui media pendidikan kesehatan seperti saat
mengikuti kegiatan posyandu, membaca buku kesehatan ataupun petugas
kesehatan dari puskesmas saat pemeriksaan kesehatan baik ibu maupun
balita.
3. Karakteristik status pekerjaan ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 34 orang (54%). Ibu rumah tangga
dimasukkan dalam klasifikasi tidak bekerja. Sementara bekerja dikaitkan
dalam masalah ekonomi. Simamora (2004) menyatakan bahwa ekonomi
47
adalah kegiatan menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup, termasuk dalam pembiayaan perawatan balita saat
mengalami ISPA seperti membeli obat. Namun meskipun responden sebagai
ibu rumah tangga disisi lain, bukan berarti responden kehilangan kesempatan
untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya khususnya tentang penyakit ISPA.
Responden yang lebih banyak di rumah tetap dapat menambah pengetahuan
melalui berbagai media, seperti dari televisi, membaca koran tentang masalah
kesehatan, ataupun mengunjungi ke petugas kesehatan untuk memperoleh
informasi tentang penyakit ISPA.
Julia (2004) menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.Berbagai informasi yang
diterima responden menjadikan pengetahuan ibu banyak dalam kategori
sedang.Hasil penelitian Dewi (2010) menyimpulkan variabel pekerjaan
menunjukkan bahwa status pekerjaan mempunyai hubungan dan pengaruh
terhadap perawatan ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Karang
Malang, Sragen. Menurut Depkes RI (2008) status pekerjaan terdiri dari:
berusaha atau bekerja sendiri adalah mereka yang berusaha/bekerja atas risiko
sendiri dan tidak mempekerjakan pekerja keluarga maupun buruh. Berusaha
dibantu dengan buruh tidak tetap adalah status pekerjaan bagi mereka yang
bekerja sebagai orang yang berusaha atas resiko sendiri dan dalam usahanya
mempekerjakan buruh tidak tetap. Pekerja tidak dibayar adalah status
pekerjaan bagi mereka yang bekerja membantu memperoleh penghasilan atau
keuntungan seseorang dengan tidak mendapat gaji baik berupa uang maupun
barang. Contohnya Ibu rumah tangga.
48
4. Pengetahuan responden tentang pertolongan pertama ISPA pada Balita
Berdasarkan hasil penelitain diketahui bawa terdapat 34 responden
(54%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pertolongan ISPA
pada balita. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor social ekonomi.
Sebagai contoh, responden mengetahuai bahwa penyakit ISPA dapat terjadi
karena faktor kondisi rumah yaitu lantai yang belum diplester atau dikeramik,
namun secara social ekonomi belum mampu memperbaiki kondisi rumah
untuk dikeramik, maka kemampuan untuk bertindak mencegah terjadinya
ispa pada balita menjadi kurang efektif. Hasil penelitian Heriyanto (2005)
yang meneliti masalah studi tentang perawatan yang dilakukan oleh Ibu
Balita penderita ISPA Non pnemonia di Rumah tangga yang berkunjung ke
puskesmas trucuk II Kabupaten Klaten tahun 2005. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perawatan penderita
ISPA non pnemomia, semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik perawatan
penderita ISPA non pnemomia.
Pengetahuan responden yang masuk dalam kategori cukup ini dapat
diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti dari petugas kesehatan yang
memberikan penyuluhan saat dilakukan kegiatan posyandu balita. Informasi
mengenai bagaimana tindakan orang tua saat di rumah untuk mengatasi
ISPA. Tindakan seperti mengatasi panas (demam). Bagi responden yang
mempunyai balita demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres. Pemberian obat parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
49
menggunakan kain bersih, celupkan pada air matang. Tindakan seperti
mengatasi batuk dapat dilakukan dengan memberikan ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok
teh , diberikan tiga kali sehari (Santosa, 2010). Selain memberikan kompres
dan obat, tindakan responden dilakukan dengan memberikan makanan yang
cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari
biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian minum juga sangat dianjurkan
dan juga buah. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan
akan menambah parah sakit yang diderita (Shaleh, 2008).
Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden sebagian besar masuk
kategori sedang. Pada kuesioner yang diberikan peneliti Tingkat kesalahan
responden sebagian besar pada pertanyaan nomer 14 yaitu “ Sering
memberikan Es pada anak tidak menjadikan anak sakit pilek”. Tingkat
pengetahuan responden pada kategori cukup dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan responden, dan kemampuan daya ingat responden dalam
menjawab kuesioner yang diajukan.Wawan (2010) menyatakan pendidikan
adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
perilaku positif yang meningkat. Orang yang memiliki pendidikan yang baik
memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang
diterimanya, sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin
mudah ia untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang ia terima.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Semakin tinggi
pendidikan responden, diharapkan wawasan yang dimilikinya akan semakin
luas sehingga pengetahuanpun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya
50
pendidikan responden, akan mempersempit wawasan sehingga akan
menurunkan pengetahuan.
Hasil penelitian Kusno (2007), menyatakan bahwa ibu yang
berpendidikan rendah dan kurang penyuluhan oleh petugas kesehatan akan
cenderung tidak tahu cara memberikan perawatan yang baik dan
meminumkan obat yang tepat dan benar pada anaknya yang menderita ISPA.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Pintauli (2004) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap kesehatan
adalah tingkat pendidikan. Orang yang memiliki pendidikan yang baik
memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang
diterimanya. Sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin
mudah dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang diterima.
Menurut Mishra (2005) perilaku ibu dalam pencegahan ISPA dapat
dilakukan seperti menjaga anak tetap dalam keadaan bersih, ibu melakukan
kebersihan rumah seperti menyapu lantai, membersihkan debu-debu di dalam
rumah, rutin mengganti sprei kasur dan sarung bantal secara teratur,
membuka jendela dan ventilasi udara agar sirkulasi udara tetap lancar serta
melarang anggota keluarga yang merokok. Tindakan responden dalam
mencegah terjadinya ISPA secara baik berdampak kesehatan balita.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data responden cukup lama,
mengingat pada saat kegiatan posyandu balita, jumlah responden baru
51
sebanyak 34 orang, sehingga peneliti mendatangi rumah responden sebanyak
29 orang.
2. Ada ibu yang kurang kooperatif selama proses penelitian, seperti ibu tidak
menyelesaikan jawaban dari kuesioner yang diberikan, sehingga peneliti
meminta kesediaan ibu untuk mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner
penelitian.
52
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak
(54%), pengetahuan rendah sebanyak (15,9%) dan pengetahuan tinggi
sebanyak (30,1%).
2. Tingkat Pendidikan ibu sebagian besar lulusan SMA sebanyak (66,7%),
berpendidikan Akademik (7,9%) dan berpendidikan SMP (25,4%).
3. Tingkat pekerjaan ibu sebagian besar IRT sebanyak (54,0%). pedagang
(14,3%), sebagai PNS (1,6%) dan bekerja di sektor swasta (30,2%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka disampaikan
beberapa saran sebagai berikut
1. Bagi responden
Diharapkan ibu untuk tetap bersedia meningkatkan pengetahuan tentang
ISPA dan tindakan yang lebih baik dengan cara aktif mengikuti kegiatan
posyandu anak, membaca buku kesehatan khususnya tentang ISPA sehingga
dapat meningkatkan kesadaran dalam hal pentingnya kesehatan bagi anak
agar anak tidak sampai terkena penyakit ISPA
53
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Instansi pelayanan kesehatan, diharapkan semua petugas kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo dapat terus memberikan
penyuluhan dan informasi lebih lanjut terhadap masyarakat terutama ibu-ibu
tentang perawatan ISPA pada balita dengan baik dan benar.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut pada
penelitian sejenis, seperti membahas tentang cara memberikan obat, kondisi
lantai rumah, ventilasi jendela yang dapat mempengaruhi perawatan ISPA
pada balita dengan baik dan benar.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah referensi di
perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aderita, N.I. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
Pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita Didesa Pucangan
Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Ilmu kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arikunto, S. 2007. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. Depkes RI, 2003. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Ditjen PPM
& PLP Depkes RI: Jakarta.
Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Profinsi Jawa Tengah:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia Desember 2008.
Dewi, S. 2010. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Perawatan Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Karang Malang Sragen. Karya tulis Ilmiah.
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Surakarta
Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melalui
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4602. diakses 2014 jam 13.00
wib.
DKK Sukoharjo. Buku Sanitasi Lingkungan. melalui
http//:www.documentsukoharjo.co.id diakses Januari 2014 Diakses pada
Januari jam 14.00 wib.
Hidayat. 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Heriyanto. 2001. Studi Tentang Perawatana Yang Dilakukan oleh Ibu Balita
Penderita ISPA Non Pneumonia di Rumah Tangga Yang Berkunjung Ke
Puskesmas Trucuk II Kabupaten Klaten Tahun 2001. Retrived Maret 2, 2010
Iddayat, T. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Indriani D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
55
Kusworo, 2012. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dalam Pencegahan ISPA
Balita Di Dusun Ngeledokesa Sendang Mulya, Tirtomoyo, Wonogiri. Tidak
dipublikasikan.
Kusno, I. Ismail, D. Kushadiwijaya, H. 2005. ”Tatalaksana oleh Petugas Kesehatan
dan Faktor Resiko Terjadinya Kegagalan Perawatan di Rumah Terhadap
Penderita Pneumonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapan dan Nulle
Timor Tengah (TTS)”.Berita Kedokteran Masyarakat XIX (3).
Mishra, V., Smith, Kirk R., Retherford, Robert D. (2005).Effect Of Cooking Smoke
And Environmental Tobacco On Acut Respiratory Infection In Young indian
Children. Population And Environment 26.5, 375-396. Tersedia dalam
:http://search.proquest.com/docview/199028959/13415DE681B3E64DBB/2?
accountid=34598
Mubarak, Iqbal wahid & Chayatin Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori
dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba medika
Notoatmodjo. S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta
.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta
Parera Giro, S. 2004. Sehat Suatu Pilihan Bebas. Diakses dari: http//
www.indomedia.com
Perry and Potter, 2005. Fundamental of Nursing Edisi 4.Jakarta : EGC
Pintauli, S. 2004. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Skor DMF-T pada Ibu-ibu
Rumah Tangga Berusia 20-45 Tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Http :
//journal. Um. Ac. Id.
Rahmawati. 2012. Gangguan pernafasan pada anak: ISPA. Yogyakarta: Nurha
Medika
Santosa, G.2010. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-
UNAIR.
Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendikiawan
Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
56
Simamora. H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN.
Yogyakarta. Sutomo & Anggraini. 2010. Pertolongan Pertama Saat anak Sakit, Jakarta: Demedia
Sugiono. 2010. Statisti kuntuk Penelitian. Bandung: Alfa beta
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.
Syafrudin, 2009. Promosi kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV
Trans Info Medika
Shaleh, A. 2008. Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami, dan Mengatasi
Masalah-Masalah Kesehatan Anak Secara Medis dan Psikologis. Jogjakarta:
DIVA Press.
Wahyuti. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Orangtua Tentang Ispa Dengan
Kejadian Ispa Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wahidudin. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA padan anak
Balita Disesa Bontongan Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta
Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia,
Yogyakarta: Nuha Medika
WHO. 2007. Pencegahan Dan pengendalian Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA)
yang cenderung menjadi epidemic dan pandemic di fasilitasi pelayanan
kesehatan. Diakses http:///www.who.incsr/resources/publication/ diakses pada
Januari 2014.
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa STIKES PKU
Muhammadiyah PRODI DIII Keperawatan :
Nama : LIS HARTANTI
NIM : 2011.1358
Dengan ini saya mohon kesediaan saudara-saudara untuk menjadi responden
dalam penelitian saya guna penyusunan penelitian dengan judul ”Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama ISPA Pada Balita Di
Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo”.
Jawaban ibu saya jamin kerahasiannya dan hanya untuk kepentingan
penelitian, maka semua hal yang menyangkut jawaban atas pertanyaan yang
ditanyakan oleh peneliti mohon jawaban yang betul-betul obyektif dan jujur.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya
(Lis Hartanti)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………..
Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan
pengumpulan data, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul”Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama
ISPA Pada Balita Di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo” oleh Lis Hartanti.
Demikian persetujuan ini saya berikan untuk dapat digunakan sebagimana
mestinya.
Surakarta, Maret 2014
Responden
( )
Lampiran 3
KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG ISPA
Pilihlah salah satu dari jawaban yang telah tersedia dengan cara memberi tanda ( )
pada jawaban yang ibu anggap paling sesuai.
No. Responden : ………………………………………...(tidak diisi)
Nama responden : ……………………………………………………
Pendidikan : □ SD □ SMP □ SMA □ PT
Pekerjaan : □ Ibu Rumah Tangga □ Wiraswasta
: □ Pegawai Swasta □ PNS
: □ Lain-lain, sebutkan …….
Umur : ………………………………………………. Tahun
Nama Anak : …………………………. Umur : …………… Tahun
Berat Badan anak : ………………………. Kg.
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
penyakit infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan.
2 Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh kuman
3 Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tidak dapat menular
4 Asap rokok tidak dapat memicu terjadinya ISPA.
5 Lantai rumah berdebu dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya ISPA.
6 Ventilasi rumah dan jendela yang tidak dibuka dapat sebagai
penyebab anak mengalami batuk
7 Penyakit ISPA dapat menular melalui percikan ludah.
8 Penyakit ISPA dapat ditandai dengan pilek yaitu keluarkan
ingus dari hidung.
9 Anak yang menderita ISPA tidak menunjukkan gejala
demam
10 Bagiana tubuh yang dapat terserang penyakit ISPA adalah
hidung.
11 Tenggorokan termasuk bagian tubuh yang dapat terserang
ISPA.
12 Status gizi pada balita tidak berpengaruh terhadap penyakit
ISPA.
13 Sering memberikan es pada anak tidak menjadikan anak sakit
pilek
14 Penyakit ISPA dapat dicegah dengan memberikan Air Susu
Ibu (ASI) pada anak yang masih balita.
15 Pemberian makanan yang mengandung empat sehat lima
sempurna dapat mencegah penyakit ISPA.
16 Anak yang menderita penyakit ISPA bisa ke Demam
17 Seandainya anak sakit, selalu mengerok dada dan punggung
anak dengan minyak kayu putih.
18 Anak yang demam salah satunya mengganti baju.
19 Anak yang panas diukur dengan thermometer.
20 Seandainya anak sakit Kompres dengan air hangat.
21 Saat anak sakit Demam Bisa diberikan obat tablet
Parasetamol
22 Seandainya anak Batuk Bisa di buatkan obat tradisional
seperti contoh jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½
sendok.
23 Pemberian Air Putih dan Air Buah atau Jus dapat membantu
mengencerkan dahak.
24 Anak yang dikatakan ISPA Ringan dengan suhu tubuh lebih
dari 37 derajat celsius
25 Saat anak Panas Bisa di berikan Bawang Merah dengan cara
di lembutkan dan di tempelkan di kepala anak
Lampiran 7
Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pembuatan dan
revisi proposal
3 Ujian proposal
4 Revisi proposal
penelitian dan
pengurusan
perijinan
5 Melakukan
penelitian
6 Pengumpulan
data
7 Pengolahan data
8 Penyusunan
laporan
9 Ujian KTI