44
CONTOH LADASAN TEORI PENGARUH PENDIDIKAN, PENGETAHUAN PERKOPERASIAN, DAN MOTIVASI BERKOPERASI TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENJADI ANGGOTA KOPERASI DI KECAMATAN WEDARIJAKSA KABUPATEN PATI

CONTOH LANDASAN TEORI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

landasan teori proposal

Citation preview

Page 1: CONTOH LANDASAN TEORI

CONTOH LADASAN TEORI

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGETAHUAN PERKOPERASIAN, DAN MOTIVASI BERKOPERASI

TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENJADI ANGGOTA KOPERASI DI KECAMATAN WEDARIJAKSA KABUPATEN

PATI

Page 2: CONTOH LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Koperasi Secara umum

2.1.1 Pengertian Koperasi

Dalam UU No.25 Tahun 1992 telah dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha

yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. Bapak Koperasi Indonesia Moh Hatta mendefinisikan koperasi sebagai usaha

bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong (Sitio

dan Tamba, 2001:17). Sedangkan menurut menurut Kartasapoetra dkk. (2001:1) koperasi

merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh

jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-

kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka.

International Labour Organization (ILO) menjelaskan pengertian koperasi ke dalam 6 (enam) elemen yaitu: a. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang. b. Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan. c. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai d. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan

usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis. e. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan. f. Anggota koperasi menerima risiko dan manfaat secara seimbang.

(Sitio dan Tamba 2001: 16-17).

Kedudukan koperasi sangat kuat dan penting didalam sistem perekonomian nasional

Indonesia, karena koperasi adalah sokoguru perekonomian Indonesia, hal tersebut telah

tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Pasal tersebut menunjukan bahwa koperasi

mempunyai kedudukan yang kuat dan penting, karena koperasi merupakan badan usaha yang

Page 3: CONTOH LANDASAN TEORI

berdasarkan asas kekeluargaan. Sehingga koperasi diyakini dan diandalkan untuk mampu

menopang perekonomian Indonesia.

Tujuan utama pendirian koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi para

anggotanya (Sumarsono 2003:6). Dalam UU. No 25 tahun 1992 menjelaskan bahwa koperasi

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,

serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Sitio Tamba 2001:19).

Dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya itu, koperasi berpegang

pada asas dan prinsip-prinsip ideal tertentu, maka kegiatan koperasi biasanya juga diharapkan

dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Koperasi menggunakan asas kekeluargaan sebagaimana telah dijelaskan dalam UU

No.25 Tahun 1992 bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sejalan dengan

penegasan ayat 1 pasal 33 UUD 1945 yaitu sejauh bentuk-bentuk perusahaan lainnya tidak

dibangun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, semangat kekeluargaan ini

merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya

(Sumarsono 2003:5-6).

Perbedaan ini juga dapat dilihat dari fungsi sebuah koperasi, yang tidak kalah

pentingnya dalam perekonomian Indonesia. Menurut Sudarsono (2005:80) fungsi koperasi yaitu:

a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.

b. Alat pendemokrasian nasional

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

Page 4: CONTOH LANDASAN TEORI

d. Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia

serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Koperasi

Seseorang yang menjadi anggota koperasi hendaknya mengetahui prinsip-prinsip yang

menjadikan koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Prinsip-prinsip koperasi (cooperative

principles) adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai

pedoman kerja koperasi. Prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas

koperasi tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha

yang berbeda dengan badan usaha lain (Sitio Tamba 2001:20-21).

Ada tujuh prinsip koperasi yang dikembangkan oleh koperasi modern pertama yang

didirikan tahun 1844 oleh 28 orang pekerja Lancashire di Rochdale. Prinsip-prinsip tersebut

masih menjadi dasar gerakan koperasi Internasional, yaitu:

1. Keanggotaan terbuka (open membership).

2. Satu anggota, satu suara (one member, one vote).

3. Pengembalian (bunga) yang terbatas atas modal (limited return on capital).

4. Alokasi Sisa Hasil Usaha sebanding dengan transaksi yang dilakukan anggota (allocation of

surplus in proportion to member transactions).

5. Penjualan tunai (cash trading).

6. Menekankan pada unsur pendidikan (stress on education)

7. Netral dalam hal agama dan politik (religious and political neutrality). (Ropke, 2003:17).

2.1.3 Jenis-jenis Koperasi

Page 5: CONTOH LANDASAN TEORI

Jenis-jenis koperasi berkembang seiring dengan adanya berbagai kebutuhan manusia

dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Widiyanti dan Sunindhia (2003:49-63) dari berbagai

macam koperasi yang lahir seirama dengan usaha untuk memperbaiki kehidupan, secara garis

besar dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:

1. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang yang

mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi.

2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan

usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-

menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat

dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

3. Koperasi Produksi

Koperasi produksi yaitu koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan

dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun

orang-orang anggota koperasi.

4. Koperasi Jasa

Koperasi jasa yaitu koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para

anggota maupun masyarakat umum.

5. Koperasi Serba Usaha/ Koperasi Unit desa (KUD)

Koperasi ini berusaha dalam beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan

kepentingan-kepentingan para anggotanya.

Page 6: CONTOH LANDASAN TEORI

Kecamatan Wedarijaksa merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Pati. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tebu,

palawija dan tanaman buah. Selain itu tidak sedikit pula yang berprofesi di bidang niaga, industri

rumah tangga dan pelayanan jasa. Di Kecamatan tersebut terdapat beberapa jenis koperasi.

Diantaranya yaitu KUD Makarti, KPRI Gawan, KSU Arga Sapta, Koperasi Pondok Pesantren,

serta Koperasi Wanita Mawar. Koperasi-koperasi diatas memiliki orientasi dan tujuan masing-

masing sesuai dengan jenisnya.

Adanya berbagai jenis koperasi tersebut, diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi

dan memilih koperasi yang sesuai dengan tujuannya, untuk masuk menjadi anggota koperasi.

Selanjutnya ikut berpartisipasi dalam mengembangkan dan memajukan koperasi.

2.2 Tinjauan Minat Menjadi Anggota Koperasi

Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2003:180). Minat adalah perasaan, harapan,

pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu

pilihan tertentu (Al-Mighwar 2006:113). Sedangkan menurut Sadirman (dalam Ardaniar

2008:26) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri/ arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan sendiri.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan minat menjadi

anggota koperasi adalah satu rasa lebih suka dan keterikatan untuk mempelajari dan melakukan

aktivitas berkoperasi. Minat tersebut dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri,

tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Page 7: CONTOH LANDASAN TEORI

Menurut Al-Mighwar (2006:102) terdapat banyak minat pada remaja, tetapi ada minat-

minat yang umum, seperti minat rekreasi, minat sosial, minat pribadi, minat terhadap pendidikan,

minat terhadap pekerjaan, minat terhadap agama dan minat terhadap hal simbolik.

1. Minat Rekreasi

Kegiatan permainan yang biasa dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya diubah dengan

bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Secara bertahap, bentuk permainan kekanak-

kanakan itu menghilang, dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir

sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa.

2. Minat Sosial

Adanya minat remaja yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperolehnya

untuk mengembangkan minat tersebut.

3. Minat Pribadi

Minat pribadi atau minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat. Karena dukungan

sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan diri dan kesadaran bahwa kelompok sosial menilai

diri seseorang berdasarkan benda-benda yang dimiliki, kemandirian, keanggotaan sosial dan

banyaknya uang yang dibelanjakan.

4. Minat terhadap Pendidikan

Minat remaja pada pekerjaan sangat mempengaruhi besarnya minat mereka terhadap

pendidikan. Bagi mereka, pendidikan tinggi dianggap sebagai batu loncatan untuk meraih

pekerjaan.

5. Minat terhadap Pekerjaan

Page 8: CONTOH LANDASAN TEORI

Minat pada karir sering menjadi sumber pikiran pada akhir masa remaja, hal ini diperkuat

oleh pendapat Thomas ”pada saat tersebut, remaja belajar mebedakan antara pilihan pekerjaan

yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan”.

6. Minat terhadap Agama

Sebagaimana halnya kebanyakan manusia, remaja juga memiliki potensi atau menaruh minat

pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan.

7. Minat terhadap Hal Simbolik

Tingi rendahnya status seseorang, yang menjadi ukuran prestasinya, bila digambarkan dengan

hal-hal yang bersifat simbolik itu memiliki arti besar bagi semua remaja untuk mendekatkan

dirinya ke usia dewasa, sehinggi mereka selalu mencari simbol-simbol baru.

Proses perubahan minat secara umum, terjadi hampir sepanjang garis kehidupan.

Perubahan-perubahan minat yang terjadi dalam proses tersebut disebabkan oleh perubahan pola

kehidupan, karena terdapat perubahan tugas dan tanggung jawab dan perubahan status.

(Mappiare, 1983:61).

Proses pembentukan pola minat terjadi selama masa dewasa. Menurut Mappiare (1983:

61), jenis-jenis minat yang terdapat dalam masa dewasa awal itu selalu dipraktekkan dalam

prosesnya. Apabila minat-minat tadi dalam prakteknya ternyata memuaskan individu yang

bersangkutan maka minat itu akan cenderung diulang. Pengulangan-pengulangan minat, lama-

kelamaan minat akan terbentuk menjadi pola minat. Jika pola minat tersebut telah menetap,

maka dapat diramalkan itulah pola minat yang dibawa individu tadi dalam masa tua kelak.

Minat dapat menyebabkan seseorang tertarik untuk memperhatikan. Sehubungan

dengan yang menyertai minat ada dua macam perhatian dilihat dari segi timbulnya:

a. Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian yang tak disengaja).

Page 9: CONTOH LANDASAN TEORI

b. Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif)

(Suryabrata, 2001:15).

Mappiare (1983: 61-62) mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) pola utama perubahan

minat, yaitu sebagai berikut:

1. Terjadi pengurangan jumlah yang diminati oleh seseorang sejalan dengan pertambahan usia

dan kurang perpindahan pada minat lain. Semua orang akan mengalami pengurangan terhadap

jumlah apa yang diminati sejalan dengan usia yang semakin bertambah tua.

2. Terjadi pergantian tentang minat apa yang diutamakan dan sedikit timbulnya minat baru.

Terjadinya pergantian tentang minat apa yang diutamakan, banyak bergantung pada

perubahan tugas-tugas dan tanggungjawab, sementara timbulnya minat baru sangat

bergantung pada adanya perubahan lingkungan, adanya kesempatan untuk pemunculan minat

itu, dan adanya motivasi yang kuat.

3. Terjadi penguatan minat-minat baru jika lingkungan “memaksa”, dan sifat-sifat minat baru itu

tidak sekelompok dengan minat yang telah dimantapkan sebelumnya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan minat menjadi anggota koperasi muncul

karena kesukaan individu terhadap suatu kegiatan yang menarik perhatiannya, perubahan minat

menjadi anggota koperasi dipengaruhi oleh pola hidup, tugas, tanggung jawab serta adanya

perubahan status, serta minat menjadi anggota koperasi akan menetap kuat dalam diri individu.

Menurut Dewa Ketut Sukardi (dalam Ardaniar 2008:29) ada tiga cara untuk menetukan

minat, yaitu :

1. Minat yang diekspresikan

Seseorang dapat menentukan minat atau pilihannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.

2. Minat yang diwujudkan

Page 10: CONTOH LANDASAN TEORI

Seseorang yang mengekspresikan minatnya bukan melalui kata-kata namun lewat tindakan.

Minat ini dapat diwujudkan dengan dengan aktif dalam aktivitas tertentu.

3. Minat yang diinventariskan

Minat seseorang dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu atau menjawab

urutan pilihan untuk kelompok tertentu.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat

seseorang terdiri dari minat-minat pada masa remaja yang dapat berubah sepanjang garis

kehidupan. Dalam penelitian ini, yang mempengaruhi minat menjadi anggota koperasi meliputi

minat pribadi, minat sosial, minat terhadap pendidikan, dan minat terhadap pekerjaan.

2.3 Tinjauan Pendidikan

2.3.1 Pendidikan Secara Umum

Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang

yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

sesuai dengan cita-cita pendidikan. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan

umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Dalam GBHN 1973 dijelaskan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik didalam

dan diluar dan berlangsung seumur hidup (Munib dkk.2007:32-33). Menurut Nasution (2009:10)

pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang

diharapkan oleh masyarakat

Page 11: CONTOH LANDASAN TEORI

Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun

2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara. (Himpunan Peraturan Perundang-undangan 2009:2).

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya

sadar manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan memiliki keterampilan,

kepribadian yang matang, kecerdasan, serta akhlak yang mulia untuk keperluan dirinya sendiri,

masyarakat, serta bangsa dan tanah air.

Pendidikan dapat diartikan dalam berbagai sudut pandang. Pertama pendidikan sebagai

suatu sistem, artinya pendidikan merupakan keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur usaha-

usaha sadar untuk membina seseorang mrncapai harkat dan kemanusiannya secara utuh.

Selanjutnya pendidikan sebagai suatu proses, artinya pendidikan sebagai pelaksanaan usaha-

usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaannya secara

utuh. Sedangkan pendidikan sebagai hasil, yaitu pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang

telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung (Munib

dkk.2007:55-56).

Upaya pendidikan sebagai suatu sistem akan relevan pada landasan yang digunakan

dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak

yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Begitu pula di Indonesia memiliki landasan

dalam sistem pendidikannya.

Page 12: CONTOH LANDASAN TEORI

Dalam pencapaian cita-cita dan tujuan nasional, pembangunan pendidikan nasional

memiliki dasar hukum yang kuat. Sesuai dengan dasar dan falsafah Negara Kesatuan Republik

Indonesia 17 Agustus 1945, maka dasar hukum pembangunan pendidikan nasional di Indonesia

meliputi landasan ideal yaitu Pancasila, landasan konstitusional yaitu UUD 1945, serta landasan

operasional yaitu GBHN dan UUSPN (Munib dkk.2007:68).

2.3.2 Ruang Lingkup Pendidikan

Menurut Philip H. Coombs, pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal,

informal, dan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berprogram,

berstruktur dan berlangsung di persekolahan. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak

berprogram, tidak terstruktur, berlangsung kapanpun dan dimanapun juga. Sedangkan

pendidikan non formal adalah pendidikan yang berstruktur, berprogram dan berlangsung di luar

persekolahan (Munib 2006:76).

Dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 13 (1) juga dinyatakan bahwa kegiatan

pendidikan dilaksanakan melalui 3 jalur yang secara lengkap berbunyi : ”Jalur pendidikan terdiri

atas pendidikan formal, informal, dan nonformal yang saling dapat melengkapi dan memperkaya

(Munib dkk 2007:144).

2.3.2.1 Pendidikan Formal

Pendidikan formal memiliki jenjang pendidikan yang jelas. Jenjang pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan 2009:10). Pendidikan formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Tempat berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran di gedung sekolah,

b. Untuk menjadi peserta didik ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi misalnya usia,

Page 13: CONTOH LANDASAN TEORI

c. Memiliki jenjang pendidikan secara jelas

d. Kurikulumnya disusun secara jelas untuk setiap jenjang dan jenisnya

e. Materi pembelajaran bersifat akademis

f. Pelaksanaan proses pendidikan relatif memakan waktu yang cukup lama

g. Ada ujian formal yang disertai dengan pemberian ijazah

h. Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah/ swasta

i. Tenaga pengajar harus memiliki klasifikasi tertentu sebagaimana yang ditetapkan dan

diangkat untuk tugas tersebut

j. Diselenggarakan dengan menggunakan administrasi yang relatif seragam

(Munib dkk. 2007:144-145).

2.3.2.2 Pendidikan Informal

Pendidikan informal diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3

yang selengkapnya berbunyi:

(1) jenjang pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri

(2) hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan

pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar

pendidikan

(3) ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Satuan pendidikan informal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan yang

sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal

Page 14: CONTOH LANDASAN TEORI

pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan profesi, bekerja,

usaha mandiri, dan/ atau melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Munib

dkk. 2007:146).

Adapun ciri-ciri pendidikan informal antara lain :

a. Dapat dilakukan di mana saja dan tidak terikat oleh hal-hal yang formal

b. Tidak ada persyaratan apapun

c. Tidak berjenjang

d. Tidak ada program yang direncanakan secara formal

e. Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal

f. Berlangsung sepanjang hayat

g. Tidak ada ujian

h. Tidak ada lembaga tertentu sebagai penyelenggara (Munib dkk. 2007:146).

2.3.2.2 Pendidikan Nonformal

Penjelasan mengenai pendidikan nonformal dapat dilihat pada UU No.20 Tahun 2003

pasal 26, sebagai berikut.

1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/ pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional.

3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini ,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

Page 15: CONTOH LANDASAN TEORI

pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan 2009:14).

Pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan

personal, sosial, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Pendidikan

kepemudaan adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin

bangsa seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/ kepramukaan, keolahragaan, palang

merah, pelatihan kepemimpinan, pecinta alam, serta kewirausahaan. Sedangkan pendidikan

kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum

setara SD /MI, SMP/ MTS, dan SMA/ MA yang mencakup paket A, B, dan C. Pendidikan dan

pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Munib dkk.

2007:145-146).

Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal antara lain:

a. Penyelenggaraan kegiatan proses pembelajaran dapat dilakukan di luar gedung sekolah.

b. Adakalanya usia menjadi persyaratan, tetapi tidak merupakan suatu keharusan

c. Pada umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.

d. Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.

e. Bersifat praktis dan khusus.

f. Pendidikannya relatif berlangsung secara singkat.

g. Kadang-kadang ada ujian dan biasanya peserta mendapatkan sertifikat.

h. Dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (Munib dkk. 2007:146).

Page 16: CONTOH LANDASAN TEORI

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan pendidikan adalah

upaya sadar manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan memiliki keterampilan,

kepribadian yang matang, kecerdasan, serta akhlak yang mulia untuk keperluan dirinya sendiri,

masyarakat, serta bangsa dan tanah air yang bisa diperoleh melalui pendidikan formal, informal,

dan Nonformal.

2.3.3 Pendidikan Perkoperasian

Pendidikan perkoperasian merupakan salah satu topik yang akan dipelajari dengan

topik bahasan khusus setelah mempelajari pendidikan dasar secara umum. Pendidikan

perkoperasian, baik yang formal maupun yang informal, merupakan keseluruhan proses

pengembangan kemampuan atau kecakapan dan perilaku secara terorganisir dan terus menerus

serta dirancang untuk mengkombinasikan gabungan pengetahuan keterampilan dan pengertian

dibidang perkoperasian yang bermanfaat bagi seluruh kegiatan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat (Sukamdiyo 1996:101-102).

Pendidikan perkoperasian salah satunya ditujukan kepada masyarakat umum. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sukamdiyo (1996:102) bahwa lingkup pendidikan perkoperasian

sangatlah luas, yang meliputi pendidikan kepada pengurus, pengawas, anggota, karyawan,

pembina, dan juga masyarakat pada umumnya. Pendidikan perkoperasian bagi masyarakat harus

dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan antarkoperasi, antarbidang, dan antarinstansi

yang terkait. Berkesinambungan di sini berarti pendidikan merupakan kewajiban manusia

sepanjang hidup sehingga mereka harus belajar serta mengikuti perkembangan lingkungan yang

dinamis. Termasuk juga perkembangan koperasi, dengan pendidikan yang diperoleh masyarakat

Page 17: CONTOH LANDASAN TEORI

diharapkan ikut berpartisipasi mengembangkan koperasi melalui masuk menjadi anggota

koperasi.

Pelaksanaan pendidikan perkoperasian kepada masyarakat tidak mungkin ditangani

sendiri oleh koperasi. Disini dibutuhkan peranan pemerintah yang sangat besar, misalnya melalui

sekolah-sekolah formal mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ketingkat Perguruan Tinggi.

Bantuan dan peranan Lembaga Swadaya Mayarakat dan lembaga lain yang terkait, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dalam memasyarakatkan koperasi dan mengkoperasikan

masyarakat (Sukamdiyo 1996:105).

Bantuan dan peranan yang bersifat langsung seperti melalui contoh-contoh di dalam

kotbah atau penerangan agama dari para pemuka agama, akan sangat efektif untuk memberikan

penjelasan tentang koperasi dan kebaikannya. Selain itu, diperlukan juga peranan surat kabar atau

majalah, serta siaran-siaran TV atau radio yang sangat bermanfaat dalam mendidik masyarakat

(Sukamdiyo 1996:105).

Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan perkoperasian yang diperoleh

masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal, maupun pendidikan informal. Dengan

pendidikan tersebut diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam mengembangkan koperasi

dengan masuk menjadi anggota koperasi. Semakin besar pendidikan perkoperasian yang

diperoleh maka semakin besar pula minat masyarakat untuk masuk menjadi anggota koperasi dan

ikut serta dalam mengembangkan koperasi.

2.4 Tinjauan Pengetahuan Perkoperasian

2.4.1 Pengertian Pengetahuan Perkoperasian

Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang alam lingkungan kita (Sjamsuri

1989:2). Suriasumantri (dalam Sjamsuri,1989:2) mengungkapkan pengetahuan pada hakekatnya

Page 18: CONTOH LANDASAN TEORI

merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek termasuk kedalamnya adalah ilmu.

Sedangkan Rachman dkk.(2006:75) menjelaskan pengetahuan merupakan gambaran yang kita

peroleh tentang akibat yang dapat kita saksikan.

Pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Salam 1997:28).

Tafsir (dalam Erfita 2008:7) menguraikan tentang pengetahuan, bahwa pengetahuan ialah semua

yang diketahui. Manusia ingin tahu kemudian mencari dan memperoleh pengetahuan. Yang

manusia peroleh itulah pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan

terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden (Notoatmodjo 2007:139-142).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Sedangkan perkoperasian merupakan segala

sesuatu yang menyangkut dengan kehidupan koperasi (Ichsan M 1965). Jadi pengetahuan

perkoperasian adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan kehidupan koperasi.

2.4.2 Fungsi Pengetahuan Perkoperasian

Menurut Sjamsuri (1989:14) menjelaskan bahwa pengetahuan berfungsi untuk :

1. Pengembangan ilmu itu sendiri yang secara ekstrim menghasilkan ungkapan ”ilmu untuk ilmu”

2. Kepentingan kemanusiaan, yaitu untuk membantu manusia dalam memecahkan berbagai

permasalahan yang dihadapinya atau dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 19: CONTOH LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini, fungsi pengetahuan adalah fungsi pengetahuan perkoperasian.

Fungsi pengetahuan perkoperasian bagi masyarakat adalah membantu masyarakat dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi serta memenuhi kebutuhan hidupnya melalaui

koperasi.

2.4.3 Pengetahuan Perkoperasian Bagi Masyarakat

Dasar atau alasan mengapa kita membangun koperasi ada dua. Alasan tersebut

digunakan untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengapa harus berkoperasi. Alasan yang

pertama adalah alasan yuridis, dan yang kedua adalah alasan ekonomis. (Departemen

Perdagangan dan Koperasi 1980:61).

Alasan yuridis merupakan alasan yang berpangkal pada dasar hukum yang menjamin

masyarakat untuk dapat mendirikan dan melakukan usaha-usaha bersama dalam wadah koperasi.

Dengan dasar tersebut maka masyarakat dijamin kebebasan untuk membangun koperasi. Alasan

ekonomis adalah alasan-alasan yang berdasarkan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya

dan secara ekonomis memberikan manfaat-manfaat yang benar-benar berguna bagi orang yang

menggabungkan diri dalam koperasi (Departemen Perdagangan dan Koperasi 1980:61-64).

Undang-Undang N0.25 tahun 1992 merupakan undang-undang yang mengatur tentang

perkoperasian di Indonesia. Dalam undang-undang tersebut menjelaskan pengetahuan tentang

perkoperaian. Menurut Anoraga (2003:120) pertama seseorang masuk menjadi anggota koperasi

adalah mengetahui terlebih dahulu pengertian koperasi. Pengetahuan tentang pengertian koperasi

terdapat dalam UU No. 25 Tahun 1992 yaitu, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan

(Sembiring 2007:12).

Page 20: CONTOH LANDASAN TEORI

Sitio Tamba (2001:30) menyebutkan bahwa keberhasilan koperasi sangat erat

hubungannya dengan partisipasi aktif anggotanya. Seorang anggota akan mau berpartisipasi, jika

yang bersangkutan mengetahui tujuan organisasi, manfaat terhadap dirinya, dan cara organisasi

tersebut dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi

anggota harus didasarkan pada pengetahuan yang memadai tentang tujuan dan manfaat koperasi.

Pengetahuan tentang tujuan koperasi terdapat dalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992

menjelaskan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 (Sembiring 2007:13).

Dalam mencapai tujuannya koperasi melibatkan perangkat organisasi koperasi,

permodalan, dan prinsip-prinsip kerja koperasi. Perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat

anggota, pengurus, dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam koperasi, pengurus bertugas mengelola koperasi dan usahanya, sementara pengawas

bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi

(Sitio Tamba 2001:37-39). Modal koperasi terdiri dari modal sendiri (berasal dari simpanan

pokok, simpanan wajib, dan dana cadangan) dan modal pinjaman (berasal dari anggota, koperasi

lain dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, serta penerbitan obligasi dan surat

hutang lainnya (Sembiring 2006:23).

Koperasi dalam melaksanakan usaha dan mencapai tujuannya menggunakan prinsip-

prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis,

Page 21: CONTOH LANDASAN TEORI

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha

masing-masing anggota,

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,

e. Kemandirian (Sembiring 2007:13).

Pengetahuan mengenai manfaat koperasi bagi masyarakat dapat diketahui dari fungsi

dan peran koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992, fungsi dan peran

koperasi adalah :

a. Membangun dan mengembangkan

potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya,

b. Berperan serta secara aktif dalam

upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat,

c. Memperkokoh perekonomian rakyat

sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai

sokogurunya,

d. Berusaha untuk mewujudkan dan

mengembangkan perekonomian nasioanal yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (Sembiring 2007:13).

Pengetahuan perkoperasian masyarakat dalam penelitian ini merupakan modifikasi

pendapat dari Anoraga dan Sitio & Tamba, yaitu pengetahuan masyarakat tentang pengertian,

manfaat, beserta tujuan koperasi. Pengetahuan perkoperasian tersebut terdiri dari :

Pengertian koperasi.

Tujuan Koperasi.

Page 22: CONTOH LANDASAN TEORI

Fungsi dan Peran Koperasi.

Prinsip Koperasi.

Perangkat Organisasi Koperasi.

Permodalan Koperasi.

2.5 Tinjauan Motivasi Berkoperasi

2.5.1 Motivasi Secara Umum

Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang

dihadapinya. Karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh

seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi

situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi

situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula (Siagian 2004:137).

Setiap individu mempunyai kondisi internal. Kondisi intenal individu turut berperan

dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi (Uno

2006:1).

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang

terdapat dalam diri individu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diintepretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga

munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno 2006:2).

Menurut Danim (dalam Darmilah 2007) motivasi yaitu sikap dan nilai dasar yang

dianut oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak. Motivasi pada

prinsipnya adalah kemudi yang kuat dalam membawa seseorang melakukan kebijakan manajemen

yang bisa terwujud dalam perilaku antusias, berorientasi pada tujuan dan memiliki target kerja

yang jelas, baik secara individu maupun kelompok.

Page 23: CONTOH LANDASAN TEORI

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

kondisi internal seseorang yang berupa sikap untuk bertindak atau tidak bertindak dalam situasi

tertentu. Motivasi yang dimiliki oleh masing-masing individu berbeda tergantung dari situasi

tertentu yang dihadapi.

2.5.2 Motivasi Berkoperasi

Siagian (2004:142) menyatakan berbagai hal yang biasanya terkandung dalam definisi-

definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran,

dorongan, dan insentif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah kejiwaan

yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan

menyalurkan perilaku, sikap yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan

organisasi maupun tujuan pribadi anggota organisasi yang bersangkutan. Karena itulah dapat

dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefinisikan, terdapat tiga komponen utamanya, yaitu

kebutuhan, dorongan, dan tujuan.

Motivasi seringkali dikaitkan dengan kebutuhan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan

pendapat Uno (2006:5) yang menyatakan bahwa dari berbagai teori tentang motivasi, terdapat

teori yang bertitik tolak pada dorongan yang berbeda satu sama lain. Ada teori motivasi yang

bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang bertitik tolak pada asas

kebutuhan. Motivasi menurut asas kebutuhan saat ini banyak diminati.

Salah satu teori motivasi yang mengungkap komponen kebutuhan adalah teori tiga

kebutuhan yang diungkapkan oleh David McCleland beserta rekan-rekannya. Kebutuhan tersebut

meliputi (Siagian 2004:167-170) :

1. Need For Achievement (Kebutuhan untuk berhasil)

Page 24: CONTOH LANDASAN TEORI

Kiranya tidak akan ada kesukaran untuk menerima pendapat yang mengatakan bahwa

setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu

mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Kebutuhan untuk berhasil

biasanya tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi

sesuai dengan standar yag telah ditetapkan.

2. Need For Power ( Kebutuhan Akan Kekuasaan)

Kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai

pengaruh terhadap orang lain. Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan yang besar

biasanya menyukai kondisi persaiangan dan orientasi status serta akan lebih memberikan

perhatiannya pada hal-hal yang memungkinkannya memperbesar pengaruhnya terhadap orang

lain, antara lain dengan memperbesar ketergantungan orang lain itu padanya.

3. Need For Affiliation (Kebutuhan Akan Afiliasi)

Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia, terlepas dari

kedudukan, jabatan dan pekerjaannya. Kebutuhan akan afiliasi pada umumnya tercermin pada

keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain

dalam organisasi, apakah orang lain itu teman sekerja atau atasan. Kebutuhan akan afiliasi

biasanya agar terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain.

Menurut Sunarto (dalam Ardaniar 2008:23) seseorang akan mau menjadi anggota

koperasi atau akan mempertahankan keanggotanya, jika mengharapkan bahwa ”kegunaan”

(utility) yang dapat mereka peroleh dari koperasi lebih besar daripada manfaat apabila tidak

menjadi anggota koperasi. Selain berorientasi pada tujuan ekonomis individu menjadi anggota

juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya seperti status, kekuasaan, reputasi, dan tujuan-tujuan

lainnya.

Page 25: CONTOH LANDASAN TEORI

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan dorongan yang timbul karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam

melakukan kegiatan. Sedangkan berkoperasi merupakan berusaha atau bekerja dengan jalan

koperasi. Jadi motivasi berkoperasi adalah dorongan yang timbul karena adanya kebutuhan yang

ingin dipenuhi melalui berusaha atau bekerja dengan jalan koperasi. Dimana kebutuhan tersebut

terdiri dari kebutuhan untuk berhasil, kebutuhan akan kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi.

2.6 PENELITIAN TERDAHULU

a. Slamet Subandi dalam jurnalnya yang berjudul ”Kedudukan Dan Kiprah Koperasi Dalam

Mendukung Pemberdayaan UMKM”. Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas

adalah semakin menyurutnya peranan koperasi dalam pembangunan ekonomi serta masalah

rendahnya minat masyarakat dan partisipasi anggota koperasi. Hasil penelitian menyatakan

bahwa hal tersebut terjadi karena kedudukan koperasi dalam mendukung pemberdayaan

UMKM belum berjalan maksimal, semua itu disebabkan oleh berbagai masalah yang

dihadapi dalam pembangunan koperasi. Maka kelembagaan koperasi hendaknaya

dinyatakan sebagai suatu sistem kelembagaan yang dengan kriteria-kriteria tertentu dapat

menjadi soko guru perekonomian nasional, yang dibangun oleh sebagian besar rakyat yang

tergolong dalam kelompok UMKM.

b. Burhanuddin R. tahun 2006 dalam jurnalnya yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan

dan Latihan Pada Koperasi Pondok Pesantren”. Hasil Penenlitian ini adalah terdapat

hubungan antara input pelatihan dan pendidikan dengan kinerja kopontren. Input tersebut

adalah materi, metode, teori, praktek lapangan, sarana dan prasarana pelatihan, format

pelaksanaan pelatihan dan pengembangan wacana koperasi yang berhubungan dengan

Page 26: CONTOH LANDASAN TEORI

kemampuan peserta, mudah menyelesaikan tugas dan tanggungjawab serta menyesuaikan

diri dengan lingkungan usaha Kopontren, atau instansi lain.

c. Any Meilani dan Sri Ismulyati tahun 2002 dalam penelitiannya yang berjudul ”Hubungan Antara

Faktor Anggota Dan Partisipasi Terhadap Keberhasialan Usaha Koperasi Di Kabupaten Bogor”.

Terdapat hubungan antara faktor anggota dan partisispasi terhadap keberhasilan usaha koperasi,

dimana salah satu faktor anggota tersebut adalah usia produktif 20-54 tahun. Karena usia produktif

sangat berpengaruh terhadap produktifitas dan partisipasinya dalam berbagai aktifitas.

d. Darmilah tahun 2007 dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh motivasi berkoperasi dan

pelayanan koperasi terhadap minat mahasiswa program koperasi menjadi anggota KOPMA

UNNES tahun 2004-2006”. Hasil penelitiannya terdapat pengaruh positif antara motivasi

berkoperasi dan pelayanan koperasi terhadap minat mahasiswa prodi koperasi menjadi

anggota KOPMA UNNES baik secara parsial maupun simultan dibuktikan dari uji F dan uji

t yang memperoleh signifikasi di bawah 0,05. Motivasi berkoperasi dan pelayanan koperasi

berpengaruh secara bersama-sama sebesar 47,1% sedangkan sisanya 52,97 dipengaruhi

faktor lain yang tidak diteliti.

e. Erfita tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Pengetahuan Perkoperasian

Dan Minat Berkoperasi Terhadap Partisipasi Anggota KPRI Sejahtera, Kecamatan

Jumantono, Kabupaten Karanganyar Tahun 2007”. Hasil penelitiannya ada pengaruh secara

bersama-sama pengetahuan perkoperasian dan minat berkoperasi terhadap partisipasi

anggota sebesar 54,7% dan sisanya sebesar 45,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dibahas dalam penelitian ini.

f. Nafatali Ardaniar tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Persepsi Tentang

Koperasi Dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Minat Mahasiswa Prodi Koperasi Angkatan

2005-2007 Menjadi Anggota KOPMA UNNES”. Hasil penelitian ini adalah secara simultan

Page 27: CONTOH LANDASAN TEORI

persepsi tentang koperasi dan motivasi berkoperasi berpengaruh terhadap minat menjadi

anggota KOPMA UNNES sebesar 32,4% dan sisanya sebesar 67,6%% dipengaruhi faktor

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, sedangkan secara parsial persepsi tentang

koperasi 18,75% dan motivasi berkoperasi sebesar 9,73%.

2.7 KERANGKA BERPIKIR

Adanya dukungan pemerintah terhadap koperasi, membuktikan bahwa kedudukan

koperasi di Indonesia sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat.

Serta mewujudkan kehidupan demokratis ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokrasi,

kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Masyarakat sebagai pelaku pembangunan,

diharapkan ikut berpartisipasi dalam memajukan koperasi. Partisipasi tersebut dapat dilihat dari

adanya minat masyarakat untuk menjadi anggota koperasi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong minat menjadi anggota koperasi.

Menurut Sukamdiyo (1996:102) lingkup pendidikan perkoperasian sangat luas, salah satunya

ditujukan kepada masyarakat umum. Pendidikan kepada masyarakat harus dilaksanakan secara

terpadu dan berkesinambungan untuk mengikuti perkembangan lingkungan yang dinamis,

termasuk perkembangan koperasi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan masyarakat perlu

mengikuti perkembangan lingkungan yang dinamis melalui pendidikan. Termasuk juga

perkembangan koperasi dan amanat undang-undang perkoperasian dimana masyarakat harus

turut serta dalam mengembangkan koperasi, salah satunya dengan masuk menjadi anggota

koperasi.

Semakin baik pendidikan seseorang terutama pendidikan perkoperasian yang dimiliki,

maka kesadaran berkoperasinya meningkat sehingga mendorong minatnya untuk menjadi

Page 28: CONTOH LANDASAN TEORI

anggota koperasi. Jika seseorang pendidikannya rendah, terutama pendidikan perkoperasian,

maka kesadaran dan pemahaman berkoperasinya juga rendah. Sehingga minat untuk masuk

menjadi anggota koperasi rendah. Dengan demikian pendidikan mempunyai pengaruh terhadap

minat menjadi anggota koperasi.

Untuk masuk menjadi anggota, seseorang haruslah mengetahui tentang organisasi yang

dimasukinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Anoaga (2003:120) bahwa pertama seseorang

masuk menjadi anggota koperasi adalah mengetahui pengertian koperasi. Kemudian menurut

Sitio Tamba (2001:30) Keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota koperasi harus

didasarkan pada pengetahuan yang memadai tentang tujuan dan manfaat koperasi.

Dari kedua pendapan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat akan berminat

menjadi anggota koperasi jika mengetahui terlebih dahulu tentang perkoperasian. Pengetahuan

tersebut meliputi pengetahuan tentang pengertian koperasi, tujuan koperasi, fungsi dan peran

koperasi, prinsip koperasi, perangkat organisasi koperasi, dan permodalan koperasi. Jika

pengetahuan seseorang tentang koperasi rendah, maka keinginan untuk menjadi anggota koperasi

juga rendah. Semakin tinggi tingkat pengetahuan perkoperasian seseorang, semakin tinggi pula

minatnya untuk menjadi anggota koperasi.

Selain pendidikan dan pengetahuan perkoperasian, motivasi berkoperasi juga

mempunyai pengaruh terhadap minat menjadi anggota koperasi. Menurut Uno (2008:1) motivasi

adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Maka perbuatan

seseorang didasarkan atas motivasi tertentu dan mengandung tema yang sesuai. Maka dapat

disimpulkan bahwa minat seseorang untuk masuk menjadi anggota koperasi didasarkan pada

motivasi yang dimiliki. Motivasi yang kuat untuk berkoperasi akan berpengaruh terhadap

Page 29: CONTOH LANDASAN TEORI

tingginya minat untuk menjadi anggota koperasi sedangkan kurangnya motivasi berkoperasi

akan berpengaruh terhadap rendahnya minat untuk menjadi anggota koperasi.

Sejalan dengan prinsip koperasi, bahwa keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan

terbuka. Prinsip ini menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjadi anggota

koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri. Berdasarkan prinsip koperasi, masyarakat

untuk menjadi anggota koperasi harus berdasar kesadaran sendiri. kesadaran ini dapat berupa

minat pribadi, minat sosial, minat terhadap pendidikan, minat terhadap pekerjaan.

Minat pribadi merupakan minat yang berhubungan dengan tujuan dari masing-masing

pribadi, di mana tujuan pribadi satu dengan yang lainnya berbeda, minat sosial di sini adalah

minat pribadi menjadi anggota koperasi dikarenakan adanya kepentingan sosial yang hendak

diwujudkan, minat terhadap pendidikan adalah masyarakat menjadi anggota koperasi

dikarenakan adanya kepentingan yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu menambah

pendidikannya dibidang perkoperasian. Sedangkan minat terhadap pekerjaan merupakan minat

yang mendorong masyarakat menjadi anggota koperasi karena mempunyai tujuan mempermudah

pekerjaannya melalui koperasi, dengan memenfaatkan pelayanan koperasi sebagai anggota

koperasi itu sendiri. Minat-minat tersebut merupakan indikator dari minat masyarakat untuk

menjadi anggota koperasi.

Dari uraian di atas, hubungan antara pendidikan dan pengetahuan perkoperasian

terhadap minat menjadi anggota koperasi dapat dilihat lebih mudah melalui skema kerangka

berpikir. Skema kerangka berpikir adalah sebagai berikut.

Page 30: CONTOH LANDASAN TEORI

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.8 HIPOTESIS

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto 2006:71).

Ha: Ada pengaruh pendidikan, pengetahuan perkoperasian, dan motivasi berkoperasi terhadap

minat masyarakat menjadi anggota koperasi di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati baik

secara simultan maupun parsial.

Pendidikan(X1)Indikator

Pendidikan Formal Pendidikan Informal Pendidikan Nonformal

Pengetahuan Perkoperasian (X2)

Indikator

Pengertian koperasi Tujuan Koperasi Fungsi dan Peran Koperasi Prinsip Koperasi Perangkat Organisasi

Koperasi Permodalan Koperasi

Minat Menjadi Anggota (Y)

Indikator

Minat pribadi Minat sosial Minat terhadap

pendidikan Minat terhadap

pekerjaan

Motivasi Berkoperasi (X3)Indikator

Kebutuhan untuk berhasil Kebutuhan akan kekuasaan Kebutuhan akan afiliasi