Upload
nisundwi
View
1.691
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KESALAHAN BAHASA DAN TEKNIK
PENULISAN KARYA ILMIAH: JURNAL ILMIAH DOSEN
Laporan Ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh
Nisa Dwi Angresti
BP 1110963014
Jurusan Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Andalas
Padang
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Analisis
Kesalahan Bahasa Indonesia pada Karya Ilmiah yaitu Jurnal Ilmiah Dosen Fakultas
Teknologi Informasi”.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mohon maaf sekiranya ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat, terutama kepada
pembaca dan penulis sendiri.
Padang, Mei 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan .............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4 Tujuan ................................................................................................. 3
1.5 Hasil yang Diharapkan ........................................................................ 3
1.6 Metode dan Teknik ............................................................................. 3
1.6.1 Metode ................................................................................................ 3
1.6.2 Teknik ................................................................................................ 3
1.7 Sumber Data ........................................................................................ 4
1.8 Hipotesis .............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 5
2.1 Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan........................... 5
2.1.1 Pemakaian Huruf Miring ........................................................................ 5
2.1.2 Pemakaian Tanda Koma ......................................................................... 7
2.1.3 Pemakaian Tanda Garis Miring .............................................................. 11
2.2 Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah .................................... 12
iii
2.3 Teknik Penulisan Karya Ilmiah .................................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 17
3.1 Penggunaan EYD ...................................................................................... 17
3.1.1 Pemakaian Huruf Miring ....................................................................... 17
3.1.2 Pemakaian Tanda Baca .......................................................................... 18
3.2 Pemakaian Bahasa Baku ........................................................................... 19
3.3 Penulisan Kalimat ..................................................................................... 20
3.4 Penulisan Karya Ilmiah ............................................................................. 22
3.4.1 Konvensi Naskah ................................................................................... 22
3.4.2 Penulisan Judul ...................................................................................... 23
3.4.3 Penulisan Paragraf Baru ......................................................................... 24
3.4.4 Penomoran Tabel ................................................................................... 25
3.4.5 Penulisan Daftar Kepustakaan ............................................................... 26
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 28
4.1 Simpulan ................................................................................................... 28
4.2 Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jurnal ilmiah merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang harus disusun
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam menulis karya
ilmiah, setiap penulis harus mematuhi kaidah bahasa Indonesia agar karya
ilmiah tersebut bernilai benar dan mudah dipahami oleh pembaca karena bahasa
lisan berbeda dengan bahasa tulis.
Di dalam menulis karya ilmiah tidak boleh terdapat kesalahan bahasa
maupun kesalahan pengetikan. Untuk itu, setiap penulis karya ilmiah harus
teliti dalam menyusun karya ilmiahnya.
Penulisan karya ilmiah di perguruan tinggi khususnya jurnal dosen Fakultas
Teknologi Informasi masih ditemukan beberapa kesalahan, seperti kesalahan
dalam penulisan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan),
kesalahan dalam penulisan kalimat, dan kesalahan pengetikan. Apabila karya
ilmiah yang ditulis dosen salah, maka dikhawatirkan akan dicontoh oleh
mahasiswa sehingga kesalahan ini terus berlanjut.
Sehubungan dengan masalah di atas, penulis mencoba menganalisis bentuk-
bentuk kesalahan bahasa Indonesia pada salah satu jurnal ilmiah dosen Fakultas
Teknologi Informasi yang bernama Lusi Susanti dan Ricky Andriyama dengan
judul “Perancangan Meja Komputer Ergonomis Dengan Konsep Modular dan
Mempertimbangkan Voice Of Customer”.
2
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan dalam tulisan ini adalah
1. Bagaimanakah bentuk kesalahan EYD dalam jurnal ilmiah dosen?
2. Bagaimana bentuk kesalahan bahasa dalam jurnal ilmiah dosen?
3. Bagaimanakah bentuk kesalahan penulisan karya ilmiah dalam jurnal ilmiah
dosen?
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah kesalahan bahasa Indonesia
dan penulisan karya ilmiah:
1. Penggunaan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan)
Penggunaan EYD yang akan dibahas meliputi pemakaian tanda baca yaitu
tanda koma dan tanda garis miring dan pemakaian huruf miring.
2. Pemakaian bahasa baku
3. Penulisan Kalimat
Pada penulisan kalimat akan dibahas cara menulis kalimat yang baik dan
benar, terutama pada kalimat majemuk.
4. Penulisan Karya Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, akan dibahas tentang konvensi naskah,
penulisan judul, penulisan paragraf, penomoran tabel, dan penulisan daftar
kepustakaan.
3
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah membantu menjelaskan kepada
pembaca khususnya mahasiswa mengenai penulisan karya ilmiah yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia seperti cara penulisan karya ilmiah,
penggunaan bahasa ilmiah, dan penggunaan EYD.
1.5 Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penulisan laporan ini adalah pembaca dapat
mengetahui tata cara penulisan karya ilmiah yang sesuai kaidah bahasa
Indonesia.
1.6 Metode dan Teknik
1.6.1 Metode
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam laporan ini adalah
metode analisis. Jurnal dosen FTI penulis dapatkan dalam bentuk dokumen
elektronik melalui laman situs http://repository.unand.ac.id/. Setelah itu,
jurnal tersebut penulis baca dan penulis amati. Setelah semua bagian jurnal
penulis baca dan amati, penulis menganalisis semua bentuk-bentuk
kesalahan. Setelah itu, penulis menentukan topik, tema, dan mencari judul
untuk laporan ini. Setelah itu, barulah penulis menyusun semua bentuk
analisis kesalahan ke dalam laporan ini.
1.6.2 Teknik
Teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah teknik kajian
dokumen. Dokumen tersebut penulis dapatkan melalui laman situs repository
Unand.
4
Teknik analisis yang digunakan adalah mengelompokkan kesalahan-
kesalahan penulisan karya ilmiah berdasarkan EYD, bahasa baku, dan teknik
penulisan karya ilmiah.
1.7 Sumber Data
Pada laporan ini penulis menggunakan sumber data yang penulis dapatkan
melalui laman situs http://repository.unand.ac.id/. Jurnal yang akan penulis
analisis adalah jurnal dosen Fakultas Teknologi Informasi yang bernama Lusi
Susanti dan Ricky Andriyama dengan judul “Perancangan Meja Komputer
Ergonomis dengan Konsep Modular dan Mempertimbangkan Voice Of
Customer”.
1.8 Hipotesis
Rumusan hipotesis yang penulis gunakan dalam laporan ini yaitu
hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang
menunjukkan dugaan sementara tentang suatu peristiwa yang diamati.
Bentuk kesalahan EYD yang terdapat di dalam jurnal ilmiah dosen
adalah kesalahan dalam menulis huruf miring dan penulisan tanda baca.
Kesalahan lain terdapat pada kesalahan penggunaan bahasa baku dan teknik
penulisan karya ilmiah. Bentuk kesalahan penulisan karya ilmiah paling banyak
disebabkan oleh kurang telitinya penulis dalam menyusun karya ilmiah. Akibat
dari kesalahan penulisan ini, karya ilmiah banyak menyimpang dari kaidah yang
berlaku.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009. Di dalam pedoman EYD diatur
ketentuan-ketentuan penulisan karya ilmiah seperti pemakaian huruf dan tanda
baca.
2.1.1 Pemakaian Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk
dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda
petik.
6
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring digarisbawahi.
7
2.1.2 Pemakaian Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
8
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada
awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau
Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Hati-hati, ya, jalannya licin.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
9
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
10
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah
Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka
desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit
dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
11
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-
bahasa di kawasan nusantara ini.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini
dalam pengembangan kosakata.
2.1.3 Pemakaian Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-
penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah.
12
2.2 Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah menggunakan bahasa yang formal dan jelas dalam
menyampaikan informasi kepada pembaca. Kejelasan isi dapat diwujudkan dengan
menggunakan kata-kata yang tepat dan kalimat yang efektif.
Kesalahan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dapat menyebabkan
tidak sampainya maksud gagasan penulis kepada pembaca karena pembaca
menolak untuk menerima gagasan tersebut.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah
bahasa baku karena penggunaannya pada situasi formal. “Keformalan kalimat
dalam karya ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subjek dan
prediket), (2) ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran
isi, dan (4) tampilan esai formal” (Bahdin, 2005:196).
2.3 Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah dokumen tentang sesuatu (alam) yang diperoleh melalui
penelitian baik secara rasional (berdasarkan penelitian rujukan maupun secara
empiris (berdasarkan penelitian laboratorium/lapangan).
Ciri-ciri karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Mendalam/tuntas yaitu masalah dibahas sampai ke akar-akarnya.
2. Objektif yaitu masalah dibahas sebagaimana adanya.
13
3. Sistematis yaitu masalah dibahas menurut pola tertentu sehingga jelas
urutan dan kaitan antar unsur-unsurnya.
4. Cermat yaitu pembahasan dan penulisan sebisa mungkin tanpa kesalahan.
5. Lugas yaitu tanpa basa-basi, tetapi langsung mengenai masalah yang dikaji.
6. Tanpa melibatkan perasaan yaitu seperti keharuan, kebencian, dan
kekaguman.
7. Berlaku umum artinya simpulan berlaku bagi semua populasi kajian.
8. Menggunakan bahasa baku yaitu bahasa yang digunakan tepat, ringkas, dan
jelas.
Teknik Penulisan Karya Ilmiah (Jurnal/Artikel)
1. Konvensi Naskah
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS, berwarna putih, dan berukuran A4.
Naskah ditulis pada satu sisi.
Jarak antarbaris adalah dua spasi, kecuali abstrak, terusan nama judul tabel,
terusan nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
harus diketik dengan jarak satu spasi.
Batas tepi pengetikan adalah sebagai berikut,
Tepi atas : 4 cm
Tepi bawah : 3 cm
Tepi kiri : 4 cm
Tepi kanan : 3 cm
14
2. Penulisan Judul
Bahdin (2005: 74) menyatakan bahwa “teks artikel atau makalah pendek
terdiri atas bagian dan subbagian (tidak ada babnya), dan masing-masing bagian
dan subbagian diberi judul sesuai dengan format sesuai dengan format yang
sesuai peringkatnya”.
Peringkat yang dimaksud adalah
(1) Peringkat 1 ditulis dengan huruf besar semua, bold, dan diletakkan di tengah
(judul artikel).
(2) Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar semua , bold, dan diletakkan di tepi
kiri.
(3) Peringkat 3 ditulis dengan huruf besar kecil, bold, dan diletakkan di tepi
kiri.
(4) Peringkat 4 ditulis dengan huruf besar kecil dengan cetak miring, bold, dan
diletakkan di tepi kiri.
15
Gambar 1 Contoh Penulisan Judul dan Bagian-Bagian Artikel
3. Penulisan Paragraf Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah ketukan kelima atau ketujuh dari
tepi kiri, jika dengan sistem lurus harus diberi jarak spasi dua kali lipat.
4. Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
(1) Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
(2) Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel.
(3) Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah grafik.
(4) Penulisan judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5) Penulisan nomor urut tabel menggunakan angka Arab.
PEDOMAN PENULISAN KARYA
ILMIAH
………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
PENDAHULUAN
………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
…………………………..
16
5. Penulisan Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka:
(1) daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustaka disusun secara alfabetis (menurut abjad),
(3) gelar penulis tidak dicantumkan.
Susunan unsur-unsur daftar kepustakaan
1. Nama penulis atau nama pengarang
2. Tahun terbit
3. Judul buku dan keterangan lain
Penulisan antarbaris pada setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu
spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam daftar pustaka diketik dengan jarak
dua spasi.
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penggunaan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan)
Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang
mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar beserta penggunaan
fungtuasinya (tanda baca).
Ketentuan tentang penggunaan EYD dalam penulisan karya ilmiah telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009. Pasal pertama menjelaskan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi
instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Oleh karena itu, untuk menulis karya ilmiah, penulis harus
menerapkan kaidah EYD.
Kesalahan EYD yang terdapat dalam jurnal yang penulis amati terdapat
pada pemakaian huruf miring dan pemakaian tanda baca khususnya tanda garis
miring dan tanda koma.
3.1.1 Pemakaian Huruf Miring
Di dalam pedoman EYD huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Pada jurnal yang penulis amati, penulis melihat ada kata asing yang tidak
18
dicetak miring. Seperti pada kata survey. Kata survey seharusnya dicetak miring
karena kata survey merupakan kata asing. Namun, pada jurnal yang penulis amati,
kata survey tersebut tidak dicetak miring. Penulis menduga kalau kata survey yang
terdapat pada jurnal tersebut merupakan kesalahan pengetikan karena kata survey
pada kalimat lain ditulis dengan kata survei.
3.1.2 Pemakaian Tanda Baca
Pada analisis kesalahan tanda baca, penulis menemukan beberapa kesalahan tanda
baca yaitu:
1. Tanda Garis Miring
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Penulisan
tanda garis miring tidak boleh ada jarak antara tanda garis miring dan kata.
Namun, pada jurnal yang penulis lihat terdapat kesalahan penulisan tanda
garis miring. Kata setelah tanda garis miring ada jarak satu karakter.
Contoh kesalahan dalam penulisan tanda garis miring yang penulis amati:
bidang/ usaha
Seharusnya:
bidang/usaha
Walaupun kesalahannya hanya pada jarak antara tanda garis miring dengan
kata, tetapi sesuai dengan ketentuan EYD tidak ada jarak antara tanda garis
miring dengan kata setelah itu..
2. Tanda Koma
19
Dalam ketentuan EYD, tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya ungkapan oleh karena itu, meskipun begitu, lagi
pula, akan tetapi, jadi, dan namun.
Kesalahan tanda koma yang penulis jumpai pada jurnal:
Namun pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisis ekonomi gerakan
terhadap beberapa komponen tambahan.
Seharusnya setelah kata namun, harus diberi tanda koma:
Namun, pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisis ekonomi gerakan
terhadap beberapa komponen tambahan.
3.2 Pemakaian Bahasa Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai
dengan kaidah tertentu, baik kaidah ejaan maupun kaidah tata bahasa.
Untuk sebuah karya ilmiah, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku.
Setiap kata tidak boleh bermakna konotasi. Di dalam jurnal yang penulis amati,
terdapat penggunaan kata yang masih belum baku seperti yang terdapat pada
kalimat:
Hal ini cukup berpengaruh terhadap si pengguna produk, dimana desain yang
ditawarkan kurang memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.
Pada kalimat tersebut, kata si bukanlah kata baku sehingga kata si tersebut
harus dihilangkan dan kata dimana juga harus dihilangkan karena kalimat tersebut
bukanlah kalimat tanya.
20
Seharusnya:
Hal ini cukup berpengaruh terhadap pengguna produk karena desain yang
ditawarkan kurang memberikan kenyamanan.
3.3 Penulisan Kalimat
Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan,
perasaan, atau pikiran yang relatif lengkap. Kalimat dari sarana penyampaiannya
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kalimat pada lisan dan kalimat pada
tulisan. Kalimat pada lisan berbeda dengan kalimat pada tulisan. Pada kalimat lisan
pendengar dapat langsung bertanya apabila kalimat yang dimaksud tidak
dimengerti, tetapi kalimat pada tulisan harus jelas penulisannya dan selengkap
mungkin agar pembaca dapat memahami yang dimaksud oleh penulis secara cepat.
Penulisan kalimat pada karya tulis ilmiah harus mengikuti kaidah yang telah
ditetapkan.
Kalimat yang didasarkan pada pola pembentukannya dapat dibedakan atas
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas dua pola dasar atau lebih. Kalimat majemuk juga dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya
memiliki kedudukan setara atau sederajat. Oleh karena itu, pada unsur-unsur
pembentukannya tidak ada yang disebut sebagai anak kalimat dan imduk kalimat.
Semua unsurnya mempunyai kedudukan yang seimbang atau sejajar. Kalimat
21
majemuk setara dihubungkan oleh beberapa ungkapan penghubung yaitu dan, atau,
kemudian, lalu, tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang kedudukan
unsur-unsurnya tidak sederajat. Bagian yang satu kedudukannya sebagai inti (induk
kalimat), dan bagian yang lain berkedudukan sebagai bukan inti (anak kalimat).
Kalimat majemuk bertingkat dihubungkan oleh beberapa ungkapan penghubung
kalimat majemuk bertingkat yaitu jika, kalau, apabila, andaikata, sebab, karena,
ketika, bahwa, agar supaya, meskipun, dan walaupun.
Ungkapan penghubung kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat berbeda dengan ungkapan penghubung antar kalimat. Penghubung
antarkalimat adalah ungkapan yang digunakan untuk menghubungkan kalimat satu
dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf. Contoh penghubung antarkalimat
adalah oleh karena itu, oleh sebab itu, meskipun begitu, meskipun demikian, dengan
demikian, di samping itu, jadi, namun, selain itu, bahkan, sebaliknya, dan dengan
kata lain.
Pada jurnal yang penulis amati, terdapat kesalahan penulisan ungkapan
penghubung. Kesalahan terdapat pada ungkapan penghubung kalimat majemuk
setara dijadikan ungkapan penghubung antarkalimat.
Seperti yang terdapat pada kalimat:
Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan konsumen yang
menggunakan produk meja komputer dan pengamatan kondisi pasar. Sedangkan
data sekunder didapatkan secara tidak langsung melalui pihak-pihak yang terkait
22
dengan data yang dibutuhkan untuk penelitian seperti data spesifikasi produk, data
antropometri, dan data hasil penelitian acuan.
Kata yang dicetak miring diatas merupakan ungkapan penghubung kalimat
setara bukan penghubung antarkalimat. Seharusnya:
Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan
konsumen yang menggunakan produk meja komputer dan pengamatan kondisi
pasar sedangkan data sekunder didapatkan secara tidak langsung melalui pihak-
pihak yang terkait dengan data yang dibutuhkan untuk penelitian seperti data
spesifikasi produk, data antropometri, dan data hasil penelitian acuan.
3.4 Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Saat menulis karya ilmiah, ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan
adalah konvensi naskah, teknik pengetikan, penomoran, penulisan sumber rujukan
atau referensi, dan penulisan daftar pustaka. Berikut ini akan dijelaskan kesalahan-
kesalahan dalam menulis karya ilmiah yang terdapat di dalam jurnal yang penulis
amati.
3.4.1 Konvensi Naskah
Untuk konvensi naskah pada karya ilmiah, kertas yang dipakai adalah kertas
HVS, berwarna putih, dan berukuran A4. Pada jurnal yang penulis amati, ukuran
kertas yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan. Namun, penulis menemukan
kesalahan pada ukuran margins.
Margins yang digunakan seharusnya:
23
Atas : 4 cm
Kiri : 4 cm
Kanan : 3 cm
Bawah : 3 cm
Margins yang digunakan dalam jurnal ini adalah:
Atas : 3 cm
Kiri : 2 cm
Kanan : 2 cm
Bawah : 3 cm
Kesalahan juga terdapat pada ukuran huruf yang seharusnya menggunakan
huruf Times New Roman 12 dan jarak pengetikan 2 spasi sedangkan pada jurnal
yang penulis amati menggunakan huruf Times New Roman 10 untuk bagian abstrak
dan Times New Roman 11 untuk bagian isi, dan menggunakan jarak pengetikan 1
spasi.
3.4.2 Penulisan Judul
Judul merupakan rangkaian kata yang dapat menggambarkan tema kepada
pembaca. Penentuan judul harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
(1) judul sebisa mungkin asli dan orisinil
(2) judul harus sesuai dengan tema atau isi karangan.
(3) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa, bukan kalimat,
24
(4) judul diusahakan singkat dan menarik,
(5) judul harus dinyatakan secara jelas.
Judul ditulis dengan huruf kapital semua dan tidak diakhiri dengan tanda baca
apapun. Di dalam jurnal yang penulis amati juga terdapat kesalahan penulisan judul.
Perancangan Meja Komputer Ergonomis Dengan Konsep Modular dan
Mempertimbangkan Voice Of Customer
Seharusnya:
PERANCANGAN MEJA KOMPUTER ERGONOMIS DENGAN KONSEP
MODULAR DAN MEMPERTIMBANGKAN VOICE OF CUSTOMER
3.4.3 Penulisan Paragraf
Paragraf adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjadi dalam
rangkaian beberapa kalimat.
Penanda paragraf:
(1) Paragraf ditandai dengan permulaan kalimat dimulai setelah ketukan kelima
atau ketujuh dari tepi kiri.
(2) Perenggangan yaitu dengan memberi jarak tertentu antara paragraf dengan
yang lain. Lebar perenggangan itu umumnya lebih renggang daripada jarak
spasi ketukan itu.
(3) Gabungan dari kedua bentuk ini.
Berikut ini kesalahan penulisan paragraf pada jurnal yang penulis amati:
Banyak hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan pilihan terhadap
produk/ jasa yang ditawarkan oleh produsen, mulai dari faktor kualitas, harga,
25
tampilan, daya tahan (produk), dan faktor-faktor lain. Oleh karena itu, produsen perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang menjadi nilai jual dari produk/ jasa yang
ditawarkan dan memiliki cara pandang yang berbeda dengan produsen lain. Hal ini
tergantung dari bidang/ usaha apa yang dijalani oleh perusahaan. Perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang furniture seperti pembuatan meja komputer perlu
mempertimbangkan faktor harga, kualitas, daya tahan, dan tampilan dari produk yang
ditawarkan. Faktor-faktor tersebut menjadi nilai jual dari perusahaan untuk bersaing
dengan perusahaan lain yang sejenis.
Seharusnya:
Banyak hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan
pilihan terhadap produk/ jasa yang ditawarkan oleh produsen, mulai dari faktor
kualitas, harga, tampilan, daya tahan (produk), dan faktor-faktor lain. Oleh
karena itu, produsen perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang menjadi
nilai jual dari produk/ jasa yang ditawarkan dan memiliki cara pandang yang
berbeda dengan produsen lain. Hal ini tergantung dari bidang/ usaha apa yang
dijalani oleh perusahaan. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang
furniture seperti pembuatan meja komputer perlu mempertimbangkan faktor
harga, kualitas, daya tahan, dan tampilan dari produk yang ditawarkan. Faktor-
faktor tersebut menjadi nilai jual dari perusahaan untuk bersaing dengan
perusahaan lain yang sejenis.
3.4.4 Penomoran Tabel
Penomoran tabel untuk karya ilmiah menggunakan angka arab, sedangkan
pada jurnal yang penulis amati menggunakan angka romawi besar.
26
Contohnya:
Tabel III Rekapitulasi Hasil Pengujian Persentil
Seharusnya:
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Persentil
3.4.5 Penulisan Daftar Kepustakaan
Daftar kepustakaan dalam karya ilmiah sangatlah penting. Sebuah karya ilmiah
belum bisa dikatakan karya ilmiah apabila belum mencantumkan daftar
kepustakaan. Dalam penulisan daftar kepustakaan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
(1) daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustaka disusun secara alfabetis,
(3) gelar penulis tidak dicantumkan.
Susunan unsur-unsur dalam daftar kepustakaan:
Tinggi mata duduk Tmd P50 72.22
Tinggi siku duduk Tsd P50 23.15
Jangkauan tangan kedepan Jtd P50 78.41
Tinggi popliteal Tpo P50 44.22
Data Antropometri KodePersentil yang
Digunakan
Nilai
Persentil
Tinggi mata duduk Tmd P50 72.22
Tinggi siku duduk Tsd P50 23.15
Jangkauan tangan kedepan Jtd P50 78.41
Tinggi popliteal Tpo P50 44.22
Data Antropometri KodePersentil yang
Digunakan
Nilai
Persentil
27
1. Nama penulis atau nama pengarang
2. Tahun terbit
3. Judul buku dan keterangan lain
Pada jurnal yang penulis amati, penulisan daftar kepustakaan tidak sesuai
dengan susunan daftar kepustakaan dan jarak yang telah ditentukan, seperti daftar
kepustakaan berikut ini:
Desiwarni, Maulida. Tugas Akhir: Perancangan Ulang dan Pengembangan Produk Meja
Komputer dengan Pendekatan Modular. Universitas Andalas, Padang. 2006.
Huang, C. C. Proceedings of National Science Council of Republic of China: Overview of
Modular Product Development. 2000.
Seharusnya:
Desiwarni, Maulida. 2006. “Perancangan Ulang dan Pengembangan Produk Meja
Komputer dengan Pendekatan Modular”. (Tugas Akhir). Padang:
Universitas Andalas.
2 spasi
Huang, C. C. 2000. Proceedings of National Science Council of Republic of China.
(Overview of Modular Product Development).
10 ketukan
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada jurnal ilmiah dosen Fakultas
Teknologi Informasi . Hal ini dapat kita lihat dari jumlah kesalahan yang terdapat
dalam jurnal. Kesalahan ini meliputi kesalahan dalam penggunaan EYD,
pemakaian bahasa baku, dan penulisan karya ilmiah khususnya jurnal.
4.2 Saran
Sebaiknya karya ilmiah harus disusun sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Melihat banyaknya kesalahan yang terdapat pada
jurnal ilmiah dosen, penulis berharap para dosen dapat mempelajari kaidah bahasa
dalam penulisan karya ilmiah karena karya ilmiah dosen akan menjadi acuan bagi
mahasiswa.
29
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Mukhlish. 2012. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. www.sagasitas.org, 8 Mei
2013.
Nisa Dwi Angresti. 2013a. “EYD”. (Catatan Bahasa Indonesia). Padang:
Universitas Andalas.
Nisa Dwi Angresti. 2013b. “Kata, Kalimat, dan Paragraf”. (Catatan Bahasa
Indonesia). Padang: Universitas Andalas.
Nisa Dwi Angresti. 2013c. “Teknik Penulisan Karya Ilmiah”. (Catatan Bahasa
Indonesia). Padang: Universitas Andalas.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1992. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan:
Kencana.
30
LAMPIRAN
31
Perancangan Meja Komputer Ergonomis Dengan Konsep Modular dan
Mempertimbangkan Voice Of Customer
Lusi Susanti dan Ricky Andriyama
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Andalas
Kampus Unand Limau Manih, Padang 25120
E-mail : [email protected], dan [email protected]
Abstrak
Banyak hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan
pilihan terhadap produk/ jasa yang ditawarkan oleh produsen
(perusahaan), mulai dari faktor kualitas, harga, daya tahan, dan
faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut menjadi nilai jual dari
perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor. Setiap perusahaan
memiliki cara pandang yang berbeda tergantung dari bidang/ usaha
apa yang dijalani oleh perusahaan. Perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang furniture seperti pembuatan meja komputer perlu
mempertimbangkan faktor harga, kualitas, daya tahan, dan tampilan
dari produk yang ditawarkan. Permasalahan terdapat dalam
pengaplikasian keinginan dari pihak konsumen dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan oleh pihak produsen. Konsumen menginginkan
produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka
(Customization), yaitu produk yang berkualitas, memiliki daya tahan,
dan tampilan yang baik, namun dengan harga yang lebih murah. Hal
tersebut menjadi permasalahan bagi produsen karena produk
customization memiliki harga yang relatif lebih mahal. Sedangkan
produk dengan harga rendah bisa diperoleh apabila diproduksi dalam
jumlah yang banyak (mass production). Oleh karena itu, melalui
penelitian ini penulis mencoba untuk mencari titik temu dari
permasalahan melalui perancangan produk dengan konsep produk
modular. Sehingga bisa diciptakan produk dengan kriteria mass
customization seperti yang diinginkan oleh konsumen dan bisa
dipenuhi oleh produsen. Produk modular didefinisikan sebagai produk,
rakitan atau komponen yang memenuhi suatu fungsi tertentu melalui
kombinasi dari building blocks atau modul-modul yang berbeda (Otto
dan Wood, 2001).
Komponen standar yang digunakan untuk perancangan varian baru
produk meja komputer didapatkan dari lima produk acuan dengan
merek Olympic Furniture, yaitu tipe MBP 0505, CD 3010, CD 2705,
CD 99, dan PCD 120 A. Komponen-komponen kelima produk acuan
32
dianalisis dengan pendekatan Design For Manufacturing/ Assembly
(DFM/DFA) berdasarkan kesamaan fungsi untuk mendapatkan
komponen dengan nilai design efficiency tertinggi. Setelah didapatkan
komponen dengan nilai design efficiency tertinggi dimasing-masing
fungsi, kemudian dilakukan modifikasi dengan cara mengurangi
komponen atau eliminasi komponen. Terakhir, komponen hasil
modifikasi distandarisasi dan digunakan untuk merancang produk
baru. Standarisasi dilakukan berdasarkan pengelompokkan dimensi
dan bahan dasar komponen.
Penelitian menghasilkan 49 varian baru produk meja komputer dari
penggunaan 23 jenis komponen standarisasi. Komponen standarisasi
terdiri atas 6 jenis komponen utama, 10 jenis komponen pembantu, dan
7 jenis komponen interface untuk. Keunggulan lain yang ditawarkan
oleh produk yaitu desain yang lebih ergonomis, fungsi yang lebih
kompleks, dan segmentasi pasar yang lebih luas.
Kata kunci: Customization, Modular, Design For Manufacturing/Assembly
(DFM/DFA), Design Efficiency, Standarisasi
1. Pendahuluan
Banyak hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan pilihan terhadap
produk/ jasa yang ditawarkan oleh produsen, mulai dari faktor kualitas, harga,
tampilan, daya tahan (produk), dan faktor-faktor lain. Oleh karena itu, produsen perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang menjadi nilai jual dari produk/ jasa yang
ditawarkan dan memiliki cara pandang yang berbeda dengan produsen lain. Hal ini
tergantung dari bidang/ usaha apa yang dijalani oleh perusahaan. Perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang furniture seperti pembuatan meja komputer perlu
mempertimbangkan faktor harga, kualitas, daya tahan, dan tampilan dari produk yang
ditawarkan. Faktor-faktor tersebut menjadi nilai jual dari perusahaan untuk bersaing
dengan perusahaan lain yang sejenis.
Permasalahan disini terdapat dalam pengaplikasian keinginan dari pihak konsumen
dan kemampuan pemenuhan kebutuhan oleh pihak produsen. Konsumen
menginginkan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka
(Customization), namun dengan harga yang lebih murah. Hal tersebut menjadi
permasalahan bagi produsen karena produk Customization memiliki harga yang relatif
lebih mahal. Sedangkan produk dengan harga rendah bisa diperoleh apabila diproduksi
dalam jumlah yang banyak (mass production).
Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis mencoba untuk mengatasi
permasalahan di atas sehingga bisa diciptakan produk dengan kriteria mass
customization seperti yang diinginkan oleh konsumen dan bisa dipenuhi oleh produsen.
Yaitu merancang produk dengan konsep produk modular. Produk modular
33
didefinisikan sebagai produk, rakitan atau komponen yang memenuhi suatu fungsi
tertentu melalui kombinasi dari building blocks atau modul-modul yang berbeda (Otto
and Wood, 2001).
Penelitian terhadap penyelesaian permasalahan dengan penerapan metode di atas
sudah pernah dilakukan oleh Desiwarni (2006) dengan judul penelitian ”Perancangan
Ulang dan Pengembangan Produk Meja Komputer dengan Pendekatan Modular”.
Penelitian tersebut berhasil menghasilkan 10 varian produk baru dengan pengurangan
komponen sebanyak 43 buah. Namun pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisis
ekonomi gerakan terhadap beberapa komponen tambahan. Hal ini cukup berpengaruh
terhadap si pengguna produk, dimana desain yang ditawarkan kurang memberikan
kenyamanan dalam penggunaannya.
Apabila kondisi lingkungan kerja tidak mampu memberikan kenyamanan baik
fisik maupun sosial psikologis akan mengakibatkan turunnya produktivitas kerja
manusia (Wignjosoebroto, 2000). Selain itu, produk yang berkualitas tidak sebatas
dilihat dari sisi kualitas fisik produk tetapi interaksinya terhadap pengguna. Produk
ergonomik sudah menjadi tuntutan konsumen saat ini sebagai salah satu faktor penentu
daya saing produk (Nurmianto, 1996, Wignjosoebroto, 2000).
Penelitian ini juga merujuk kepada penelitian yang dilakukan oleh Rochmanuddin
(2005) tentang ”Perancangan dan Pengembangan Produk Meja Komputer
Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Menerapkan Data
Antropometri”, dimana komponen hasil dari penelitian tersebut dijadikan sebagai
komponen acuan dalam merancang suatu produk yang mempertimbangkan suara
konsumen (Voice of Customer). Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis mencoba
untuk mengatasi permasalahan di atas dengan cara merancang meja komputer
ergonomis dengan konsep modular dan mempertimbangkan voice of customer.
2. Metodologi
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian terdiri atas survey pendahuluan sekaligus studi literatur,
kemudian melakukan identifikasi masalah dan merumuskan permasalahan yang
akan diteliti serta tujuan dari penelitian.
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui produk meja komputer yang ada
dipasaran untuk kemudian dijadikan sebagai produk acuan. Studi literatur dilakukan
bersamaan dengan survei pendahuluan, dengan mencari informasi dari buku-buku
referensi dan jurnal terkait. Penelitian ini beranjak dari dua penelitian awal, yaitu
penelitian tentang Perancangan Ulang dan Pengembangan Produk Meja Komputer
dengan Pendekatan Modular [Desiwarni, 2006], dan tentang Perancangan dan
Pengembangan Produk Meja Komputer Menggunakan Metode Quality Function
Deployment (QFD) dengan Menerapkan Data Antropometri [Rochmanuddin, 2005].
Terdapat beberapa batasan dari kedua penelitian masing-masing dalam hal produk
yang sesuai dengan selera konsumen dan perancangan produk yang modular. Oleh
karena itulah dilakukan optimalisasi terhadap kedua metode dengan cara kombinasi
antara perancangan meja komputer dengan pendekatan modular serta
34
mempertimbangkan suara konsumen sehingga perumusan masalahnya adalah
bagaimana menciptakan sebuah produk dengan kriteria mass customization
sehingga keinginan dari pihak konsumen dan kemampuan pemenuhan kebutuhan
oleh pihak produsen bisa terpenuhi.
2. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan konsumen yang
menggunakan produk meja komputer dan pengamatan kondisi pasar. Sedangkan
data sekunder didapatkan secara tidak langsung melalui pihak-pihak yang terkait
dengan data yang dibutuhkan untuk penelitian seperti data spesifikasi produk, data
antropometri, dan data hasil penelitian acuan.
Data spesifikasi produk didapatkan dari 5 (lima) produk acuan dengan merk
Olympic Furniture dengan asumsi produk ini telah dikenal luas dipasaran. Tipe
produk yang menjadi acuan adalah tipe MBP 0505, CD 3010, CD 2705, CD 99,
PCD 120 A. Data antropometri didapatkan dari laboratorium Perancangan Sistem
Kerja dan Ergonomi (PSK&E) meliputi 4 buah data, yaitu Tinggi mata duduk
(Tmd), Tinggi siku duduk (Tsd), Tinggi popliteal (Tpo), dan jangkauan tangan
kedepan (Jtd), yang masing-masingnya berjumlah sebanyak 744 buah data. Data
hasil penelitian acuan yang digunakan adalah data hasil kesimpulan penelitian untuk
ditindaklanjuti dan dijadikan acuan dalam penelitian.
3. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, berikutnya dilakukan pengolahan data untuk
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan tujuan dari penelitian.
Pengolahan data yang dilakukan meliputi uji statistik dan uji persentil. Uji Statistik
meliputi uji keseragaman data untuk mengetahui apakah data seragam atau tidak,
dan uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data cukup atau tidak. Uji Persentil
dilakukan untuk mengetahui dimensi ergonomis dari komponen yang ingin
dirancang.
Pada Uji keseragaman data terdapat batas kontrol atas dan batas kontrol bawah
dengan menggunakan rumus:
BKA= x + 2x
………………..(1)
BKB = x - 2x
………………..(2)
Nilai rata-rata sub grup diplot pada peta kontrol, jika ada data hasil pengukuran yang
berada diluar batas kontrol data tersebut dihilangkan. Lakukan prosedur pengujian
keseragaman data untuk data berikutnya. Jika tidak ada data hasil pengukuran yang
berada diluar batas kontrol maka data dikatakan seragam.
Sedangkan untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
keyakinan 90%, sehingga didapatkan persamaan awal :
0.05 x = x
2 ……………….......(3)
dengan :
x = nilai rata-rata
x = standar deviasi
35
Setelah dilakukan penjabaran terhadap rumus awal, rumus untuk uji kecukupan
data yang digunakan adalah :
N’ =
2
1
2
11
40
N
i
i
N
i
i
N
i
i
x
xxN
……………….......(4)
Nilai persentil menunjukkan persentase dari sekelompok orang yang memiliki dimensi
yang sama. Rumus untuk menghitung besarnya nilai persentil adalah sebagai berikut
:
i
o
if
finLKBBP
100/*……………….......(5)
Dimana :
BB = batas bawah kelas
LK = lebar kelas
N = jumlah data
I = persentil ke-i
fo = frekuensi kumulatif sebelum kelas persentil
f i = frekuensi kelas persentil
3. Hasil dan Pembahasan
Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan terhadap keseluruhan data
antropometri yang digunakan dalam perancangan. Didapatkan kesimpulan bahwa data
yang diujikan seragam dan cukup sehingga bisa dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan uji keseragaman data dapat dilihat pada Tabel 1,
sedangkan untuk uji kecukupan data dapat dilihat pada Tabel II. Data kemudian
digunakan dalam perancangan untuk menghasilkan produk yang ergonomis.
Uji Persentil dilakukan berdasarkan produk yang dibuat, maka nilai persentil yang
digunakan adalah 50 (P50) karena produk yang dibuat digunakan oleh rata-rata
populasi. Rekapitulasi uji persentil dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel I Rekapitulasi Hasil Pengujian Keseragaman Data
Data Antropometri Kode Hasil Uji Keseragaman
Tinggi mata duduk Tmd Seragam
Tinggi siku duduk Tsd Seragam
Jangkauan tangan kedepan Jtd Seragam
Tinggi popliteal Tpo Seragam
36
Tabel II Rekapitulasi Hasil Pengujian Kecukupan Data
Tabel III Rekapitulasi Hasil Pengujian Persentil
Perancangan terdiri atas 6 (enam) tahap seperti yang dijelaskan berikut ini:
3.1 Identifikasi Fungsi Komponen Produk Acuan
Pengidentifikasi fungsi komponen dilakukan berdasarkan QFD hasil penelitian acuan
dan dari produk acuan yang tidak terdapat pada QFD. Hasil QFD menggambarkan
komponen-komponen standar sesuai selera konsumen. Didapatkan hasil bahwa
terdapat 7 fungsi komponen yang ditawarkan oleh QFD dan 2 fungsi komponen diluar
QFD.
3.2 Identifikasi Fungsi Komponen dengan Pendekatan Design For manufacturing/
Assembly (DFM/ DFA)
Pendekatan ini disebut juga metode Boothroyd – Dewhurst dimana salah satu prinsip
dari metode ini adalah mengembangkan desain modular. Data komponen dari produk
meja komputer yang telah diperoleh pada perhitungan antropometri dianalisis
berdasarkan pendekatan modular. Hasil identifikasi yaitu penggunaan fungsi
komponen monitor MBP 0505, fungsi CPU CD 99, fungsi keyboard PCD 120 A,
fungsi mouse CD 2705, fungsi printer MBP 0505, fungsi laci MBP 0505, fungsi rak
CD 3010, fungsi meja MBP 0505, fungsi rak CD CD 3010.
3.3 Modifikasi Komponen dengan Pendekatan Design For Manufacturing/ Assembly
(DFM/ DFA)
Modifikasi dilakukan dengan pendekatan DFM/ DFA dengan cara mengurangi/
eliminasi komponen yang memiliki fungsi yang bisa diwakilkan oleh komponen lain.
Didapatkan hasil bahwa untuk komponen printer dan laci terjadi peningkatan nilai
design efficiency, sedangkan untuk komponen monitor, CPU, mouse, keyboard, rak,
meja, dan rak CD tidak terjadi peningkatan nilai design efficiency namun terjadi
pengurangan jumlah komponen penyusun fungsi.
Data Antropometri Kode Hasil Uji Kecukupan
Tinggi mata duduk Tmd Cukup
Tinggi siku duduk Tsd Cukup
Jangkauan tangan kedepan Jtd Cukup
Tinggi popliteal Tpo Cukup
Tinggi mata duduk Tmd P50 72.22
Tinggi siku duduk Tsd P50 23.15
Jangkauan tangan kedepan Jtd P50 78.41
Tinggi popliteal Tpo P50 44.22
Data Antropometri KodePersentil yang
Digunakan
Nilai
Persentil
37
3.4 Standarisasi Fungsi Komponen Hasil Modifikasi
Dilakukan analisis fungsi dari masing-masing komponen meja komputer. Selanjutnya
ditentukan dimensi dari masing-masing komponen meja komputer berdasarkan
fungsi. Didapatkan hasil bahwa fungsi komponen meja memiliki dimensi yang paling
besar, yaitu 800 mm x 500 mm. Sedangkan yang berdimensi paling kecil adalah
mouse dan rak yaitu 200 mm x 200 mm. Total fungsi komponen berjumlah 29 jenis.
3.5 Penentuan Komponen Standar untuk Perancangan Varian Baru
Komponen standar didapatkan melalui pengelompokkan komponen hasil standarisasi
fungsi komponen meja komputer berdasarkan dimensi dan bahan dasar. Total
komponen berkurang menjadi 23 jenis komponen.
3.6 Perancangan Varian Produk Baru dengan Menggunakan Komponen Standar
Perancangan varian baru didapatkan melalui kombinasi yang berbeda dari komponen-
komponen standar yang telah diperoleh. Perancangan varian produk baru
mempertimbangkan aspek-aspek perancangan yaitu aspek fungsional, teknis,
ergonomis, ekonomi, lingkungan, budaya dan estetika.
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan dan diberikan
saran.Kesimpulan yang dapat diberikan antara lain :
1. Komponen standar didapatkan sebanyak 23 jenis, masing-masing 6 jenis komponen
utama, 10 jenis komponen pembantu, dan 7 jenis komponen interface yang
diperoleh dari lima produk acuan setelah dilakukan identifikasi dan modifikasi
dengan pendekatan Design For Manufacturing/ Assembly (DFM/ DFA).
2. Range pemakaian komponen untuk varian baru berkisar antara 13 komponen – 21
komponen dari total 23 komponen dengan penggunaan komponen yang berbeda
antara satu produk dengan produk yang lain.
3. Hasil kombinasi antara komponen-komponen standar menghasilkan 49 varian baru
yang terdiri dari 45 varian meja komputer memakai kursi dan 4 varian meja
komputer tanpa kursi.
4. Variasi produk meja komputer yang mencapai 49 macam bisa diperoleh dengan cara
pemanfaatan jumlah komponen maksimal untuk setiap varian produk baru.
5. Daftar Pustaka
Anggono, W, Jonoadji, Ninuk, dan Nurhalim, Andrianto. Sustainable Product
Development Mesin Shrink Tunnel Botol Polyethelin Theretalate dengan
Menggunakan Virtual Reality. Mechanical Engineering Petra Christian
University. 2008.
Anik, Hariati, Kartikaningsih, Hartati, M. Wiadnya, D, dan Gede R. Penggunaan QFD
Perbaikan Kualitas dan Pengembangan Produk Kaos Kaki Remaja di PT. Lestari
Giat Jaya. Penerbit: Jakarta: Unika Atma Jaya. 1992.
Boothroyd, Geoffrey, and Dewhurst, Peter. Product Design for Manufacture and Assembly.
Edition, Marcel Dekker, New York. 1991.
38
Bryant, C. B, Sivaramakrishnan, K. L, Wie, Michael Van, Stone R. B, and McAdams,
Daniel A. Proceedings of the 2004 ASME Design Engineering Technical
Conference-Computers and Information in Engineering Conference, DETC2004-
57775: A Modular Design Approach to Support Sustainable Design. Utah, USA.
2004.
Desiwarni, Maulida. Tugas Akhir: Perancangan Ulang dan Pengembangan Produk Meja
Komputer dengan Pendekatan Modular. Universitas Andalas, Padang. 2006.
Huang, C. C. Proceedings of National Science Council of Republic of China: Overview of
Modular Product Development. 2000.
Kotler, Philip, and Armstrong, Gary. Principles of Marketing (7th Edition), Prentice Hall-
Gale. 1996
Kusiak, A. e Huang, C.-C. Components, Packaging, and Manufacturing Technology, Part
A, IEEE Transactions on [see also Components, Hybrids, e Manufacturing
Technology, IEEE Transactions on], v. 19, p. 523-538: Development of modular
products. 1996.
Nurmianto, E. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama, PT. Guna Widya
Jakarta. 1996
Otto, K. and Wood, K. Product Design-Techniques in Reverse Engineering and New
Product Development. Prentice Hall. 2001.
Prasetyowibowo, B. Desain Produk Industri. Edisi Kedua, Penerbit: Yayasan Delapan-
Sepuluh, Bandung. 1999.
Rochmanuddin, Hani. Prosiding Seminar Nasional II: Perancangan dan Pengembangan
Produk Meja Komputer Menggunakan Metode Quality Function Deployment
(QFD) dengan Menerapkan Data Antropometri. Yogyakarta. 2005.
Stone, R. B. Doctoral Thesis: Towards a Theory of Modular Design. The University of
Texas at Austin. 1997.
Sulistyadi, Kohar. Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. 2003.
Sutalaksana, I. Z. Teknik Tata Cara Kerja. Edisi Pertama, Jurusan Teknik Industri, Institut
Teknologi Bandung. 1979.
Wahjudi, Didik, dan San, Gan Shu. Pemilihan Metode Perakitan dan Desain Produk untuk
Meningkatkan Kinerja Perakitan di P.T. Indoniles Electric Parts. Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra. 2004.
Walpole, Ronald. Probability and Statistics for Engineers and Scientist. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 1990.
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja; Edisi Pertama, Surabaya : Guna Widya, 2000.