Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    1/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    2/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    3/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    4/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    5/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    6/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    7/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    8/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    9/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    10/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    11/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    12/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    13/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    14/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    15/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    16/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    17/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    18/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    19/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    20/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    21/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    22/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    23/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    24/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    25/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    26/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    27/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    28/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    29/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    30/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    31/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    32/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    33/158

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    34/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 11

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Jika dilakukan menurut Pengujian Kepadatan Ringan (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.43

    (02) atau Pengujian Kepadatan Berat (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53 (02) sesuai

    dengan kebutuhan.

    CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru.Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada

    pengukuran nilai CBR. Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang

    dapat dipertanggung jawabkan. Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate

    Bearing Test atau R-value.

    Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai

    berikut :

    a. Tentukan harga CBR terendah.

    b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing

    nilai CBR.

    c. Angka jumlah terbanyak ditentukan sebagai 100%. Jumlah lainnya merupakan

    persentase dari 100%.

    d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.

    e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.

    Gambar 5.1.2. Korelasi DDT dan CBR

    Catatan : Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah

    kiri diperoleh nilai DDT.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    35/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 12

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.1.7.1. Faktor Regional (FR).

    Keadaan lapangan termasuk mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentuk

    alignment serta persentase kendaraan dengan berat 13 ton, dan kendaraan yang berhenti,

    sedangkan keadaan iklim mencakup curah hujan rata-rata per tahun.

    Mengingat persyaratan penggunaan disesuaikan dengan Peraturan Pelaksanaan

    Pembangunan Jalan Raya edisi terakhir, maka pengaruh keadaan lapangan yang

    menyangkut permeabilitas tanah dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama. Dengan

    demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh

    bentuk alignemen (kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan berat dan yang berhenti

    serta iklim (curah hujan) sebagai berikut :

    Tabel 5.1.4. Faktor Regional (FR)

    Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian

    atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa-

    rawa FR ditambah dengan 1,0.

    5.1.7.2. Indeks Permukaan (IP).

    Indeks Permukaan ini menyatakan nilai daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan

    permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Adapun

    beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini :IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga

    Sangat menggangu lalu lintas kendaraan.

    IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yg masih mungkin (jalan tidak terputus).

    IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.

    IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaa jalan masih cukup stabil dan baik.

    Kelandaian I( < 65% )

    Kelandaian II( 6 10 % )

    Kelandaian III( > 10 % )

    % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat 30% 30% > 30% 30% > 30%

    Iklim I< 900 mm/th

    0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5

    Iklim II> 900 mm/th

    1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    36/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 13

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Dalam menentukan indeks permukaan atau IP pada akhir umur rencana perlu

    dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen

    rencana (LER), menurut data dibawah ini :

    Tabel 5.1.5. Indeks Permukaan Pada Akhir, Umur Rencana (IP)

    Klasifikasi JalanLER = LintasEkivalen

    Rencana*) Lokal Kolektor Arteri Tol

    < 1010 100

    100 1000>1000

    1,0 1,51,5

    1,5 2,0-

    1,51,5 2,0

    2,02,0 2,5

    1,5 2,02,0

    2,0 2,52,5

    ---

    2,5

    *) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.

    Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan Murah atau jalan darurat

    maka IP dapat diambil 1,0

    Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan

    jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana

    menurut daftar dibawah ini :

    Tabel 5.1.6. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)

    Jenis Lapis Perkerasan IPo Roughness *)(mm/km)LASTON

    LASBUTAG

    HRA

    BURDABURTULAPEN

    LATASBUMBURAS

    LATASIR JALAN TANAH

    KERIKIL

    43,9 3,53,9 3,53,4 3,03,9 3,53,4 3,03,9 3,53,4 3,03,4 3,02,9 2,52,9 2,52,9 2,52,9 2,5

    2,4 2,4

    1000> 1000 2000> 2000 2000> 2000< 2000< 2000 3000> 3000

    *) Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang

    pada kendaraan standar Datsun 1500 stasiun wagon, dengan kecepatan kendaraan 32

    km/jam.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    37/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 14

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer melalui

    kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakang kendaraan, yang selanjutnya

    dipindahakan kepada counter melalui Flexible drive.

    Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu belakang dan body kendaraan.

    Alat pengukur Roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasikan hasil yang

    diperoleh terhadap roughometer NAASRA.

    5.1.7.3. Koefisien Kekuatan Relatif ( a )

    Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis

    permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test

    (untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau

    kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).

    Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan (stabilisasi) bahan beraspal bias

    diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard Field dan Smith Triaxial.

    Tabel 5.1.7. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

    Koefisie Kekuatan Relatif Koefisien Kekuatan Bahan

    a1 a2 a3 MS

    (kg)

    Kt

    (kg/cm)

    CBR

    (%)

    Jenis Bahan

    0,40

    0,35

    0,32

    0,30

    0,35

    0,31

    0,28

    0,26

    0,30

    0,26

    0,25

    0,020

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    744

    590

    454

    340

    744

    590

    454

    340

    340

    340

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Laston

    Lasbutag

    HRA

    Aspal Macadam

    Lapen (mekanis)

    Lapen (manual)

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    38/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 15

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    0,28

    0,26

    0,24

    0,23

    0,19

    0,15

    0,13

    0,15

    0,13

    0,14

    0,13

    0,12

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    0,13

    0,12

    0,11

    0,10

    590

    454

    340

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    22

    18

    22

    18

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    100

    80

    60

    70

    50

    30

    20

    Laston Atas

    Lapen (mekanis)

    Lapen (manual)

    Stab. Tanah dgn semen

    Stab. Tanah dgn kapur

    Batu pecah (kelas A)

    Batu pecah (kelas B)

    Batu pecah (kelas C)

    Sirtu/pitrun (kelas A)

    Sirtu/pitrun (kelas B)

    Sirtu/pitrun (kelas C)

    Tanah/lempung

    kepasiran

    Catatan : Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen; diperiksa pada hari ke 7. Kuat

    tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    39/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 16

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.1.7.4. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan.

    Tabel 5.1.8. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan

    1. Lapis Permukaan .

    ITP Tebal

    Minimum (cm)

    Bahan

    < 3,00

    3,00 6,70

    6,71 7,49

    7,50 9 99

    10,00

    5

    5

    7,5

    7,5

    5

    Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)

    Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston

    Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston

    Lasbutag

    Laston

    2. Lapis Pondasi :

    ITP Tebal

    Minimum (cm)

    Bahan

    < 3,00

    3,00 7,49

    7,50 9,99

    10 12,14

    12,25

    15

    20*)

    10

    20

    15

    20

    25

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur Laston Atas

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam

    Laston Atas

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam,

    Lapen, Laston Atas

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam,

    Lapen, Laston Atas.

    *) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi

    bawah digunakan material berbutir kasar.

    3. Lapis Pondasi Bawah.

    Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    40/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 17

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.1.8. Pelapisan Tambahan .

    Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama (existing

    pavement) dinilai sesuai daftar dibawah ini :

    Tabel 5.1.9. Nilai Kondisi Perkerasan Jalan

    1. Lapis Permukaan :Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada

    jalur roda 90 - 100 %Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda

    Namun masih tetap stabil... 70 - 90 %Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan.. 50 - 70 %Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,

    Menunjukkan gejala ketidak stabilan... 30 - 50 %

    2. Lapis Pondasi :a. Pondasi Aspal beton atau Penetrasi Macadam

    Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda . 90 - 100 %Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda

    Namun masih tetap stabil. 70 - 90 %Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan 50 - 70 %Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,Menunjukkan gejala ketidak stabilan... 30 - 50 %

    b. Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 10 .. 70 - 100 %

    c. Pondasi Macadam atau Batu Pecah :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 80 100 %

    3. Lapis Pondasi Bawah :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 90 100 %Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) > 6 70 100 %

    5.1.9. Konstruksi Bertahap.

    Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu, antara lain :

    1. Keterbatasan biaya untuk pembuatan tebal perkerasan sesuai rencana (misalnya : 20

    tahun). Perkerasan dapat direncanakan dalam dua tahap, misalnya tahap pertama untuk

    5 tahun, dan tahap berikutnya untuk 15 tahun.

    2. Kesulitan dalam memperkirakan perkembangan lalu lintas untuk jangka panjang

    (misalnya : 20 sampai 25 tahun). Dengan adanya pentahapan, perkiraan lalu lintas

    diharapkan tidak jauh meleset.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    41/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 18

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    3. Kerusakan setempat (weak spot) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan

    direncanakan sesuai data lalu lintas yang ada.

    5.1.10. Pertimbangan Drainase

    Air adalah musuh jalan yang paling kuat. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat

    kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan merintangi permukaan

    jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi

    bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.

    Perbaikan masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini dapat dihindari

    apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu pra survey. Di tempat tertentu, tidak

    akan ada masalah drainase. Ditempat lain, jalan hamper pasti mengalami masalah berat.

    Pertimbangan yang paling sederhana adalah sebagai berikut :

    Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit tidak akan

    mengalami drainase, karena air tidak perlu melintang

    jalan.

    Jalan yang dibuat pada lereng bukit, terpaksa

    harus ada galian dan timbunan tanah, selokan

    pinggir jalan, talud, gorong-gorong dan

    sebagainya, dengan biaya konstruksi yang lebih

    besar. Kemungkinan terkena erosi dan longsor

    yang lebih besar.

    Keadaan seperti ini harus dihindari

    karena masalah drainase (pembuangan)

    air. Kemungkinannya jalan tidak bisa

    dikeringkan.

    5.1.11. Geometri Jalan

    Jalan direncanakan untuk kecepatan 15 s/d 20 Km/jam.

    Pandangan bebas harus diperhatikan demi keselamatan pemakai jalan, baik kendaraan

    maupun pejalan kaki. Tikungan vertical dengan pandangan bebas 30 meter.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    42/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 19

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    B U K I T

    T e m p a t 1

    D a p a t d i li h a t

    D a p a t d i l ih a t

    T e m p a t 2

    3 , 0 0 m

    1 , 5 0m i n i m a l

    J A L A N

    6

    3

    Tikungan horizontal dibuat dengan pandangan bebas 30 meter.

    Jari jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran perkerasan

    dan kemiringan melintang miring ke dalam.

    5.1.12. Tempat Persimpangan

    Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan saling

    melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan

    berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang sebelumnya.

    B U K I T

    1 0 M e t e r

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    43/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 20

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    1007

    Panjang tidak dibatasi

    100

    20

    Panjang maksimal 150 meter

    5.1.13. Tanjakan Jalan

    Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat jalan

    lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit untuk dipadatkan dengan mesin

    gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan diperbaiki.

    Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus jumlah meter naik per setiap seratus meter

    horizontal (10 meter naik per 100 meter horizontal sama dengan tanjakan 10 %).

    Untuk meningkatkan penggunaan jalan serta keselamatan, pilih trase jalan supaya

    tanjakkan tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimal dibatasi 7

    %.

    Pada bagian pendek, tanjakkan dibatasi 20 %. Setelah 150 meter, harus disediakan

    bagian datar atau bagian menurun.

    Apabila trase jalan belum memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya

    trasenya lebih ringan.

    5.1.14. Tikungan pada Tanjakan Curam

    Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak dengan kemiringan yang cukup

    berat diatas 10%. Apabila terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus dibuat

    seperti tercantum dalam gambar di bawah ini:

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    44/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 21

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    S A L U R A N D A R I A T A S

    S A L U R A N K E B A W A H

    Perkerasan diper lebar padat ikungan, men jadi 4+ meter

    Tikungan dibuat pada bagian datar untuk memperm udah per ja lananbagi yang naik atau turun

    D a t a r

    4,00

    3,00

    Ukuran Min imal

    Kemir ingan 4 -5%

    0,501

    1

    Saluran Pinggir

    Pembangunan air dari saluran pinggir jalan supaya air tidak melintangi jalan dan

    mengganggu kendaraan :

    Saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.

    Saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).

    5.1.15. Bentuk Badan Jalan

    Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan dibuat

    seperti gambar yang ada di bawah ini. Pada daerah yang relative datar, badan jalan dibuatdengan bentuk punggung sapi.

    Perkerasan dengan lebar 3 meter adalah perkerasan standar pada proyek ini. Tetapi dapat

    dibuat perkerasan yang lebih sempit (2,50 m) jika kebutuhan tersebut hanya untuk

    melewatkan kendaraan-kendaraan kecil, sedangkan kebutuhan panjang jalannya lebih

    diutamakan.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    45/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 22

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    4,00

    21

    21

    1,50 meter maksimal

    1,51

    4 meter maksimal

    Jika situasi mengijinkan, jalan dibuat dengan ukuran lebih besar daripada ukuran minimal.

    Perkerasan dipasang selebar 4,00 meter untuk memudahkan arus lalu lintas dua arah. Bahu

    jalan dibuat selebar 1,00 meter kiri kanan jalan, maka lebar badan jalan menjadi 6,00

    meter.

    Permukaan jalan dan bahu dibuat miring ke saluran pingir jalan. Di daerah yang relatif

    datar, dibentuk seperti punggung sapi (lebih tinggi 6-8 cm di tengah; jika punggung sapi

    kelihatan dengan mata telanjang berarti sudah cukup miring untuk drainase). Pada

    tikungan, jalan dibuat miring ke dalam demi kenyamanan dan keselamatan. Pada jurang,

    permukaan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, demi keselamatan dan drainase.

    Ukuran saluran dan perlindungan saluran akan dibahas pada Sub bab 5.3. Ukuran minimal

    adalah 50 (dalam) x 30 (lebar dasar) dengan bentuk trapezium atau persegi panjang.

    Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan asli lebih dari 1% yang membawa air

    ke arah luar dari jalan.

    Disarankan kemiringan tebing 1:1 karena semakin landai tanah semakin stabil dan tanaman

    tidak dapat tumbuh dengan baik pada tebing yang hampir vertikal. Tebing gundul perlu

    dilindungi dengan salah satu cara efektif dan efesien, antara lain : pembuatan teras, saluran

    diversi, penanaman rumput atau perdu, lapisan batu kosong, pemasangan batu, dan

    bronjong kawat.

    5.1.16. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam

    Konstruksi jalan di daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,

    untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    46/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 23

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tanah+pasir

    Batu kunci

    Batu belah

    Pasir

    Kemiringan 4-5%

    Batu pinggir ditanamTanah asli dipadatkan belah

    0,50 1,50

    0,015 minimal

    0,05minimal

    Rumput

    As Jalan

    Ukuran saluran minimal 50 cm dalam x 30 cm lebar dasar, bentuk trapezium.

    Badan jalan di daerah curam miring ke arah bukit dan saluran pinggir jalan.

    Kemiringan tebing maksimal 2:1, dan dilindungi dengan cara yang efektif. Galian atau

    keprasan maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah yang digali harus dibuang secara aman

    untuk mencegah erosi dan longsor.

    Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak dibuat di

    atas timbunan baru. Karena masalah stabilitas, timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter.

    Timbunan tinggi sering mangalami longsor dan erosi berat.

    Lereng asli dengan kemiringan lebih dari 1:1,5 (33,7, atau 67%) tidak dapat dibuat sesuai

    dua standar yang terakhir (seperti yang digambar di atas: lebar badan jalan 3 meter, dua

    bahu, satu saluran, galian maksimal 4 meter dengan tebing 1:1 dan timbunan 1,5 meter

    dengan tebing 2:1).

    5.1.17. Permukaan Jalan

    Tebalnya lapisan batu belah ditentukan sesuai dengan kebutuhan setempat (tergantung

    jenis dan frekuensi lalu lintas) dan kesediaan batu. Biasanya batu belah dipasang dengan

    ukuran 8/15 cm untuk lapisan 15 cm atau ukuran 15/20 untuk lapisan 20 cm.

    Lapisan batu dapat diganti dengan lapisan sirtu (pasir campur batu, tebal 20 cm), terutama

    di daerah yang kesulitan batu dan mempunyai tanah dasar yang tidak stabil.

    Lapis pondasi dibuat dari batu belah/pecah hitam atau batu belah/pecah putih yang bersifat

    keras serta mempunyai minimal tiga bidang pecah.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    47/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 24

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tanah asli di bawah permukaan (pondasi) dipadatkan oleh mesin gilas, stemper, atau

    timbres dengan kemiringan yang direncanakan untuk permukaan.

    Lapisan paling bawah adalah lapisan pasir yang menjadi alas batu, untuk memudahkan

    pemasangan batu permukaan dengan rata dan rapi.

    Batu harus dipasang dan ditanam dengan teliti supaya permukaan rata dan rapi. Batu harus

    berdiri tegak lurus dengan as jalan (melintang), ujung yang lebih runcing ke atas (kalau

    runcing kebawah, batu yang dibebani akan tembus lapisan pasir dasar ).Disisipkan batu

    kecil sebagai pengunci pada permukaan.

    Lapisan paling atas terdiri dari campuran pasir dengan tanah yang terpilih. Tanah liat tidak

    boleh dipergunakan. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai pasir urug. Sebagai alternatif,

    lapisan atas dapat dibuat dari sirtu atau krosok dengan tebalnya 2 cm.

    Sebagai langkah terakhir, dipadatkan dengan mesin gilas roda besi sambil permukaan

    disempurnakan.

    Khusus untuk tikungan tajam, permukan dibuat miring ke dalam, dengan kemiringan

    maksimal 10 %. Hal ini untuk membuat tingkat pelayanan jalan selalu sama baik di jalan

    lurus maupun di tikungan. Perkerasan diperlebar 50 cm pada bagian dalam tikungan.

    5.1.18. Bahu Jalan

    Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung permukaan jalan dan sebagai perantara aliran air

    hujan yang ada dipermukaan jalan menuju saluran pinggir dengan lancar. Bahu jalan juga

    berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagian kendaraan. Bahu jalan tidak

    boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan desa.

    Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan adalah sebagai berikut :

    Bahu jalan dibuat di sebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar

    minimal 50 cm.

    Bahu harus dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan

    permukaan jalan, biasanya 6 8 % (sama dengan turun 3-4 cm persetiap 50 cm lari),

    demi kelancaran pembuangan air hujan.

    Bahan untuk bahu sebaiknya terdiri dari tanah yang dapat ditembusi air, sehingga

    pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses rembesan.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    48/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 25

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tanah pada bahu harus dipadatkan (lihat penjelasannya dalam sub bab pemadatan

    tanah)

    Ada baiknya kalau rumput ditanam disebelah luar bahu, dimulai sekitar 20 cm dari

    pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilisasi pinggir jalan, tetapi harus

    dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.

    Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu (dan saluran, bila ada). Tanaman

    tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat

    dengan jalan.

    5.1.19. Pemadatan Tanah

    Tanah pada bagian galian tidak perlu dipadatkan lagi kecuali pernah mengalami gangguan

    yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat. Sebelum kegiatan pemasangan

    perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus dipadatkan dengan mesin gilas, stemper,

    atau timbrisan.

    Pemadatan ini sangat membantu menjaga stabilitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang

    tidak dipadatkan juga lebih mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena air dan

    longsor.

    Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah, tetapi

    kalau digenggam tidak ada air mengalir ke luar. Tanah biasa yang terlalu basah tidak dapat

    dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih banyak untuk

    dipadatkan.

    Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimal 20 cm. Bila

    dipadatkan dengan lapisan yang lebih tebal, bagian dalam kurang padat.

    Pemadatan secara mesin dapat dilaksanakan dengan stemper atau dengan mesin gilas yang

    berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 2 ton bergetaran dianggap sama dengan mesin biasa berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 6-8 ton dapat digunakan apabila dapat masuk lokasi.

    Pemadatan secara padat karya dilaksanakan dengan timbris.

    Untuk daerah dimana tempat tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan

    perkuatan, misalnya cerucuk atau stabilizer.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    49/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 26

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.1.20. Perlindungan Tebing

    Tebing jalan merupakan bagian jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau

    erosi tanah. Ada beberapa jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi

    tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan demi stabilitas tebing. Cara tersebut dapat

    digunakan secara tunggal atau misalnya dibuat saluran diversi, diteras dan ditanami

    rumput.

    Dibawah ini dibahas jenis-jenis perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing jalan.

    1. Saluran diversi digunakan untuk menangkap air yang mengalir dari lereng di atas

    menuju tebing, supaya air tidak terbuang melalui tebing. Isi saluran diversi harus

    dibuang ke tempat yang lebih aman. Apabila air mengalir dengan cepat, saluran diversi

    harus dilindungi dengan pasangan batu, batu kosong, rumput atau terjunan seperti

    saluran-saluran yang lain. Saluran diversi digunakan terutama untuk tebing tempat

    puncak lereng masih jauh di atas tebing jalan.

    2. Teras bangku sangat layak untuk tebing, asal lahan dapat dikorbankan untuk

    membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar

    dengan kontur ( hampir datar, dengan kemiringan maksimal 2 % ). Setiap 10 meter lari,

    air diterjunkan dari saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun yamg lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi

    maksimal 1,00 meter.

    3. Talud pasangan batu relative kuat, tetapi relatif mahal. Pasangan batu harus diberikan

    suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung suling haruis diberi

    saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang tidak akan

    bergerak, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan

    batu harus disesuaikan dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat teknis.

    SALURAN DRAINASE

    IJUK SULING

    J A L A N

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    50/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 27

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    4. Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relative mahal. Supaya

    posisi bronjong stabil dan tidak lari, pancangan diberikan pada tingkat bronjong yang

    paling bawah, dengan jarak setiap 1-1,5 m dan ukuran pancangan 12-15 cm.Dipancang sampai lapisan tanah atau batu yang keras.

    Bronjong dibuat lapis demi lapis dan disambung, tetapi setiap lapis (baris) harus

    dibuat datar ( sama tingginya ).

    Bronjong digunakan untuk menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari arus

    air. Ukuran bronjong harus sesuai dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat

    teknis.

    Gbr. Pengaman tebing dari bronjong.

    5. Saluran air yang ada di kaki perlakuan batu kosong, pemasangan batu, atau bronjongsebaiknya dilindungi talud pasangan batu, terutama pada tanah yang peka erosi.

    6. Cara perlindungan yang relative efektif dan murah adalah cara vegetatif. Dengan cara

    vegetatif, berbagai jenis tanaman digunakan untuk menambah stabilisasi tebing dan

    untuk mencegah erosi.

    5.1.21. Saluran Pinggir Jalan

    Saluran pinggir jalan yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan di sebelah kiri dankanan jalan, kecuali :

    a. Jalan yang dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali.

    b. Jalan yang dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah luarnya.

    c. Badan jalan diurug lebih dari 50 cm

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    51/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 28

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran 50 cm (dalam) x 30 cm (lebar dasar)

    seperti yang diatas, dengan bentuk trapezium (lebar atas 50 cm). Saluran dibuat lebih besar

    apabila diperkirakan debit air yang harus dibuang sangat besar.

    Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan

    sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan erositanah, maka perlu terjunan atau pasangan apabila kecepatan aliran air terlalu cepat. Tidak

    benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali. Ketinggian dasar

    saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah batu perkerasan, demi

    kelancaran proses perembesan dan pengeringan.

    Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan

    dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan perlindungan saluran adalah

    untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap berfungsi dan jalan tidak terkikis. Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turab, batu kosong, atau

    pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka

    erosi.

    Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan :

    1. Kemiringan saluran dan kecepatan air

    2. jenis tanah (harus yang peka erosi)

    3. perubahan arah pengaliran pada belokan4. debit air

    5.1.22. Gorong-Gorong

    Gorong-gorong adalah jenis bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus

    melewati di bawah permukaan jalan.

    Gorong-gorong diperlukan jika :

    o Terdapat sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    52/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 29

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    o Kapasitas saluran pinggir kurang mengalirkan volume air yang diperkirakan, dan

    air harus melewati jalan untuk dibuang.

    o Saluran pinggir jalan memotong jalan lain pada persimpangan.

    o Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini:

    X = Lokasi yang salah

    O = Lokasi yang betul

    Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuang di ujungnya,

    demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi.

    Untuk mengurangi erosi, aliran alamiah tidak digangu. Baik di denah maupun di profilkedua ujung gorong-gorong mengikuti garis aliran yang alamiah. Jika garis alamiah tidak

    diikuti, saluran dan bak harus dilindungi.

    Jenis gorong-gorong yang layak untuk jalan desa adalah gorong-gorong :

    1. Buis beton (bulat), dengan ukuran garis tengah 40 cm sampai dengan 100 cm.

    JALAN

    Gorong

    J AL A N

    Gorong gorong

    Garis Aliran

    Garis Aliran Badan Jalan

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    53/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 30

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    2. Plat beton yang dibuat dengan pondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton

    bertulang, berukuran sisi layak di mana buis beton tidak ditanam cukup dalam.

    3. Boog duiker, yang dibuat dari batu belah dan berukuran 40 s.d 60 cm.

    4. Gorong-gorong kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal 1,00m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk pemeliharaan).

    Gorong-gorong buis beton, boog duiker, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah

    diatasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti gambar di bawah

    ini :

    Keterangan gambar :

    - Lapisan batu permukaan jalan

    - Lapisan pasir di bawah batu

    - Jarak antara buis beton dan batu minimal setengah ukuran buis beton

    - Lapisan tanah yang dipadatkan lapis demi lapis. Tanah ini tidak boleh mengandung

    batu.

    - Lapisan pasir di bawah buis beton.

    - Lapisan batu sebagai pondasi gorong-gorong buis bneton.

    Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2% untuk memperlancar aliran air.

    Ukuran gorong-gorong tergantung debit air yang akan mengalir.

    BUIS BETON

    ARUS LALU LINTAS

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    54/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 31

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    a. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong buis beton dan plat beton

    diperkirakan sebagai berikut :

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan di atas 12 %) :

    Buis beton :40 cm - 0,5 ha50 - 1,050 - 1,580 - 3,5100 - 7,5

    Plat beton :60 X 60 cm - 2,5 ha60 X 75 cm - 3,0 ha75 X 75 cm - 4,5 ha75 X 100 cm - 6,5 ha100 X 100 cm - 7,5 ha

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah berbukit (kemiringan 5 12 %):

    Buis beton :40 cm - 1,0 ha50 - 2,560 - 4,080 - 9,5100 - 17

    Plat beton :60 X 60 cm - 6 ha60 X 75 cm - 8 ha75 X 75 cm - 11 ha75 X 100 cm - 16 ha100 X 100 cm - 23 ha

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):

    Buis beton :

    40 cm - 5,0 ha50 - 9,560 - 1580 - 33100 - 60

    Plat beton :

    60 X 60 cm - 21 ha60 X 75 cm - 28 ha75 X 75 cm - 38 ha75 X 100 cm - 56 ha100 X 100 cm - 82 ha

    b. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong boog duiker dan kayu

    diperkirakan sebagai berikut :

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan diatas 12 %):

    Boog duiker 40 cm - 0,5 ha50 cm - 2,0 ha60 cm - 3,5 ha

    Kayu60 X 60 cm - 2,5 ha60 X 75 cm - 3,0 ha75 X 75 cm - 4,5 ha75 X 100 cm - 6,5 ha

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    55/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 32

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah berbukit (kemiringan 5 12 %):

    Boog duiker 40 cm - 0,5 ha

    50 - 5,5

    60 - 9,5

    Kayu60 X 60 cm - 6 ha60 X 75 cm - 8 ha

    75 X 75 cm - 11 ha75 X 100 cm - 16 ha

    Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):

    Boog duiker 40 cm - 7,0 ha

    50 - 2060 - 32

    Kayu60 X 60 cm - 21 ha60 X 75 cm - 28 ha75 X 75 cm - 38 ha75 X 100 cm - 56 ha

    5.1.23. Pembuangan dari Saluran dan Gorong-Gorong

    Pembuangan dari saluran dan gorong-gorong harus diperkirakan untuk mencegah

    kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan air dengan aman tetap

    menjadi tanggung jawab perencana jalan.

    Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke sungai atau

    ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak lingkungannya, terutama

    lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut dapat melalui sebuah saluran

    baru khusus pembuangan.

    Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah

    melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan. Saluran

    tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak dibatasi panjang

    saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat. Ukuran saluran

    pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran minimal sama

    dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm). Saluran pembuangan harus

    dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan diberi pasangan batu, rumput, terjunan,

    dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar dan talud saluran.

    5.1.24. Stabilization

    Dalam hal penggunaan tanah asli di lapangan, konsultan menghadapi tiga pilihan, yaitu:

    1. Manfaatkan tanah yang ada di tempat.

    2. Membuang tanah asli dan menggantinya dengan tanah daru dari luar.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    56/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 33

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    3. Memperbaiki tanah yang ada, barangkali dengan perlakuan mekanis (pemadatan) atau

    perlakuan stabilisasi.

    Ternyata dengan menambah sedikit bahan tertentu pada tanah asli, sifat tanah tersebut

    dapat diperbaiki. Perlakuan tersebut sudah lama dipakai, dengan nama stabilisasi. Teknik

    stabilisasi dengan semen atau kapur (hidrasi) dapat digunakan bila dinilai alternative

    tersebut merupakan yang terbaik. Hal ini dapat dipertimbangkan terutama untuk lokasi

    yang tidak mempunyai bahan yang layak untuk subgrade.

    Tiap jenis tanah dapat diperbaiki dengan bahan tambahan seperti semen, kapur, bahan

    kimia (polymer) atau bitumen, dan masing-masing mempunyai zona efesiensi yang

    berbeda :

    Stabilisasi tidak berlaku untuk tanah dengan kadar organik tinggi. Untuk menentukan

    jumlah semen atau kapur yang dibutuhkan untuk memperbaiki struktur tanah, perlu

    diadakan ujian tanah di laboratorium. Kadar air di lapangan juga harus dikendalikan

    dengan ketat, berdasarkan kadar air optimal menurut hasil loboratorium. Hasil stabilisasi

    ditutup plastik untuk menjaga tingkat kelembaban dan ditutup untuk lalu lintas selama satu

    minggu.

    Untuk mendapatkan peningkatan struktur yang baik, hasil stabilisasi harus segera

    dipadatkan dengan mesin. Batas waktu adalah 2 jam untuk semen, 1 hari untuk kapur

    (tetapi lebih baik 6 jam). Tebal lapisan stabilisasi adalah antara 15 s.d. 25 cm.

    5.1.25. Pembangunan Jalan di Daerah Rawa

    Jalan sulit dibangun secara padat karya di daerah rawa, tetapi terdapat beberapa teknologi

    yang dapat diterapkan untuk jalan setapak dan jalan lokal. Terdapat pula tempat yang

    memerlukan teknologi pembangunan jalan di daerah tanah lembek untuk bagian pendek,

    misalnya hanya 100 meter dari jalan 2.500 meter.

    PASIRKASAR

    PASIRHALUS

    LANAU HALUS

    LANAU KASAR

    LEMPUNG HALUS

    LEMPUNGKASAR

    SEMEN

    BITUMEN

    POLYMER

    KAPUR

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    57/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 34

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Standar teknis untuk pembangunan jalan dan jembatan di daerah rawa dari dua buku

    manual, yaitu manual pembangunan jalan dari Integrated Swamp Development Project

    dan buku Teknologi Tepat Guna untuk Pembukaan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah,

    hasil produksi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

    Cara membangun jalan di daerah rawa biasanya menyangkut penggantian material dengan

    volume yang cukup besar, kemudian dipasang perlakuan untuk meningkatkan daya tahan

    tanah dasar.

    Untuk rawa harus dibatasi pilihan teknologi, karena sebagian dari teknologi yang diusulkan

    terlalu mahal untuk diterapkan dengan biaya porsi padat karya sangat minimal. Misalnya,

    penggunaan Geotextile yang sangat baik untuk daerah rawa ternyata terlalu mahal dan

    relative sulit dicari.

    Teknologi yang dianjurkan termasuk penggantian dari lapisan atas agar tanah yang sangat

    lembek diganti dengan yang lebih baik sebagai subbase. Kemudian dipasang matras galar

    kayu, terucuk kayu, terucuk dengan papan atas (jamur kayu), atau yang lain, dengan

    memperhatikan ketinggian air minimum agar kayu selalu dalam keadaan terendam.

    Kemudian untuk lapisan atas dan perkerasan dibuat seperti biasa, dengan memperhatikan

    ketinggian air maksimum agar base tidak terkena air tanah.

    Timbunan di daerah rawa boleh terdiri atas timbunan tanah biasa atau timbunan terpilih.

    Timbunan biasa tidak termasuk tanah lempung dengan plastisasi tinggi, tidak termasuk

    bahan organic, dan mempunyai CBR di atas 6%. Tanah terpilih CBR di atas 10% dan PI di

    atas 6%, dan dapat dipadatkan dengan baik.

    Pekerjaan jalan di daerah rawa ini juga termasuk kegiatan drainase sementara di tempat

    kerja, serta pembuatan saluran diversi. Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan yaitu Tiang

    Turap Kayu, atau Stabilisasi dengan terucuk.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    58/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 35

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.2. Drainase

    5.2.1. Maksud dan Tujuan

    5.2.1.1. Maksud

    Tata cara perhitungan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

    merencanakan struktur drainase permukaan jalan. Adapun yang dimaksud dengan

    saluran drainase disini adalah :

    a. Saluran samping jalan

    Yaitu saluran drainase yang terletak di sebelah kiri dan kanan jalan, karena saluran

    juga difungsikan sebagai penampung limbah rumah tangga yang biasanya

    menghadap ke arah jalan.

    b. Saluran drainase yang berdiri sendiri.

    Kedua jenis saluran tersebut merupakan satu sistim pembuangan yang saling terkait.

    5.2.1.2. Tujuan

    Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara merencanakan

    drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan teknis.

    5.2.2. Ruang Lingkup

    Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan, kemiringan melintang perkerasan dan

    bahu jalan serta dimensi, kemiringan, jenis bahan, tipe saluran samping jalan dan gorong-

    gorong.

    5.2.3. Pengertian

    Yang dimaksud dengan :

    1) Drainase permukaan adalah sistim drainase yang berkaitan dengan pengendalian

    air permukaan;

    2) Intensitas hujan ( I ) adalah besarnya curah hujan maksimum yamg akan

    diperhitungkan dalam desain drainase;

    3) Waktu konsentrasi ( Tc ) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk

    bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan;

    4) Debit ( Q ) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang

    saluran atau jalur air persatuan waktu;

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    59/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 36

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5) Koefisien pengaliran ( C ) adalah suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan

    antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap

    jumlah air yamg ada;

    6) Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air, dan biasanya melintang jalan;

    7) Saluran samping jalan adalah saluran yang dibuat di sisi kiri dan kanan badan

    jalan.

    5.2.4. Pesyaratan-persyaratan

    Hal yang disyaratkan dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai berikut :

    1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase

    sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna;

    2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi

    dan faktor keamanan;

    3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai

    ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut;

    4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul

    drainase;

    5) Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus

    diperhatikan dalam perencanaan terutama untuk air keluar.

    5.2.5. Ketentuan-Ketentuan

    5.2.5.1. Umum

    Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari : kemiringan melintang perkerasan dan bahu

    jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran penangkap (lihat gambar).

    Gambar 5.2.1. Sistem Drainase Permukaan

    Bahu Jalan Perkerasan Jalan Bahu Jalan

    Saluran Penangkap

    i b % i b %i %i %

    Gorong - gorongi = Kemiringan Perkerasan Jalanib = Kemiringan Bahu Jalan

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    60/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 37

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.2.5.2. Saluran samping jalan

    Hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan saluran adalah sebagai berikut :

    1) Bahan bangunan saluran samping jalan ditentukan oleh besarnya kecepatan rencanaaliran air yang akan melewati saluran samping jalan ( lihat tabel 5.2.1.).

    Tabel 5.2.1. Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material

    Jenis Bahan

    Kecepatan AliranAir

    Yang diizinkan

    (m/detik)

    Pasir Halus

    Lempung kepasiran

    Lanau aluvial

    Kerikil halus

    Lempung kokoh

    Lempung padat

    Kerikil kasar

    Batu-batu besar

    Pasangan batuBeton

    Beton bertulang

    0.45

    0.50

    0.60

    0.75

    0.75

    1.10

    1.20

    1.50

    1.501.50

    1.50

    2) Kemiringan saluran samping ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan;

    hubungan antara bahan yang digunakan dengan kemiringan saluran samping arah

    memanjang yang dikaitkan dengan erosi aliran ( tabel berikut )

    Tabel 5.2.2. Hubungan kemiringan saluran samping jalan ( i )

    dan jenis material

    Jenis materialKemiringan saluran samping

    i ( % )

    Tanah Asli 0 5

    Kerikil 5 7.5

    Pasangan 7.5

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    61/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 38

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    3) Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan bagi saluran samping

    jalan yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar, ( lihat gambar pematah

    arus ).

    Gambar 5.2.2. Pematah Arus

    Tabel 5.2.3. Hubungan kemiringan saluran samping jalan ( i )

    dan jarak pematah arus ( L )

    i ( % ) 6 % 6 % 7 % 9 % 10 %

    L ( m ) 16 m 10 m 8 m 7 m 6 m

    4) Tipe dan jenis bahan saluran samping didasarkan kondisi tanah dasar, kedudukan

    muka air tanah dan kecepatan abrasi air

    5) Penampang minimum saluran samping 0.5 m 2.

    5.2.6. Gorong-gorong Pembuang Air

    Gorong-gorong pembuang air meliputi hal-hal sebagai berikut :

    1) Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari saluran

    samping dan membuangnya.2) Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah pengaliran

    secara efisien.

    3) Harus dibuat dengan tipe yang permanen ( lihat gambar bagian gorong-gorong ).

    Bagian gorong-gorong terdiri dari tiga bagian konstruksi utama, yaitu :

    - Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu

    ke bagian hilir secara langsung.

    i %

    L

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    62/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 39

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    - Tembok kepala yang menopang ujung dan lereng jalan ; tembok penahan

    yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan

    kemiringan jalan.

    - Apron ( dasar ) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosidan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur ; bentuk gorong-

    gorong tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan.

    - Bak penampung diperlukan pada kondisi :

    Pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi.

    Pertemuan lebih dari dua arah aliran.

    4) Kemiringan gorong-gorong 0.5 2 %.

    Gambar 5.2.3. Bagian gorong-gorong.

    5) Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter, di daerah pegunungan

    dua kali lebih banyak.

    6) Kemiringan gorong-gorong antara 0.5 2 % dengan pertimbangan faktor-faktor lain

    yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan erosi di tempat air masuk dan

    pada bagian pengeluaran.

    7) Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen ( lihat gambar tipe ) dengan desain

    umur rencana :

    - Jalan tol : 25 tahun

    - Jalan arteri : 10 tahun

    - Jalan lokal : 5 tahun

    8) Untuk daerah-daerah yang berpasir, bak pengontrol dibuat / direncanakan sesuai

    kondisi setempat.

    9) Dimensi gorong gorong minimum dengan diameter 80 cm, kedalaman gorong

    gorong yang aman terhadap permukaan jalan, tergantung tipe :

    0.5 - 2 %

    Pipa kanal air utama

    Tembok Kepala

    A pron ( dasar ) Bak penampung

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    63/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 40

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    No Tipe gorong-gorong Potongan melintangMaterial yang

    dipakai

    1 Pipa tunggal atau lebih

    Metal gelombang, beton bertulang

    atau beton tumbuk,

    besi cor dll.

    2Pipa lengkung tunggal

    atau lebihMetal gelombang

    3

    Gorong gorong

    persegi ( Box culvert ) Beton bertulang

    Gambar 5.2.4. Tipe Penampang Gorong Gorong .

    5.2.7. Menentukan Debit Aliran

    Faktor faktor untuk menentukan debit aliran, yaitu :

    1) Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan data data sebagai berikut :

    a) Data curah hujan :

    Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan

    dalam mm/ hari, data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan

    Geofisika, untuk stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem

    drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun.

    b) Periode ulang :Karekteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai

    periode ulang tertentu, periode ulang rencana untuk saluran samping ditentukan

    5 tahun.

    c) Lamanya waktu curah hujan :

    Ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen, bahwa hujan harian

    terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90 % dari jumlah

    hujan 24 jam.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    64/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 41

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    d) Rumus menghitung intensitas curah hujan ( I ) menggunakan analisa distribusi

    frekuensi menurut rumus sebagai berikut :

    XT = x + )( nT n

    X Y Y S

    S )

    I =4

    %.90 T X

    Keterangan :

    T X = besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun ( mm ) / 24 jam.

    X = nilai rata rata aritmatik, hujan komulatif.

    X S = standart deviasi

    T Y = variasi yang merupakan fungsi periode ulang

    nY = nilai yang tergantung pada n ( Lihat Tabel 6 )

    nS = standart deviasi merupakan fungsi dari n ( Lihat Tabel 7 )

    I = intensitas curah hujan mm/jam.

    Tabel 5.2.4. Variasi Fungsi Periode Ulang (Yt)

    T (thn) Yt

    2 0.3665

    5 1.4999

    10 2.2502

    25 3.1985

    50 3.9019

    100 4.6001

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    65/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 42

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tabel 5.2.5. Nilai Yang Tergantung Pada n ( nY )

    n Yn n Yn n Yn n Yn

    10 0.4592 33 0.5388 56 0.5508 79 0.5567

    11 0.4996 34 0.5396 57 0.5511 80 0.5569

    12 0.5053 35 0.5402 58 0.5518 81 0.5570

    13 0.5070 36 0.5410 59 0.5518 82 0.5572

    14 0.5100 37 0.5418 60 0.5521 83 0.5574

    15 0.5128 38 0.5424 61 0.5524 84 0.5576

    16 0.5157 39 0.5430 62 0.5527 85 0.5578

    17 0.5181 40 0.5436 63 0.5530 86 0.5580

    18 0.5202 41 0.5442 64 0.5533 87 0.5581

    19 0.5220 42 0.5448 65 0.5535 88 0.5583

    20 0.5236 43 0.5453 66 0.5538 89 0.5585

    21 0.5252 44 0.5458 67 0.5540 90 0.5586

    22 0.5268 45 0.5463 68 0.5543 91 0.5587

    23 0.5283 46 0.5468 69 0.5545 92 0.5589

    24 0.5296 47 0.5473 70 0.5548 93 0.5591

    25 0.5309 48 0.5477 71 0.5550 94 0.559226 0.5320 49 0.5481 72 0.5552 95 0.5593

    27 0.5332 50 0.5485 73 0.5555 96 0.5595

    28 0.5343 51 0.5489 74 0.5557 97 0.5596

    29 0.5353 52 0.5493 75 0.5559 98 0.5598

    30 0.5362 53 0.5497 76 0.5561 99 0.5599

    31 0.5371 54 0.5501 77 0.5563 100 0.5600

    32 0.5380 55 0.5504 78 0.5565

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    66/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 43

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tabel 5.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n)

    n Sn n Sn n Sn n Sn

    10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.1930

    11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938

    12 0.9933 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945

    13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953

    14 1.0095 37 1.1339 60 1.1747 83 1.1959

    15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967

    16 1.0316 39 1.1388 62 1.1770 85 1.1973

    17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.1980

    18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1987

    19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994

    20 1.0628 43 1.1480 66 1.1814 89 1.2001

    21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2007

    22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.2013

    23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2020

    24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2026

    25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2032

    26 1.1961 49 1.1590 72 1.1873 95 1.2038

    27 1.1004 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2044

    28 1.1047 51 1.1623 74 1.1890 97 1.2049

    29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.2055

    30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2060

    31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100 1.2065

    32 1.1193 55 1.1681 78 1.1923

    e) Kurva basis.

    Kurva Basis digunakan untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan, yang

    dapat diturunkan dari kurva basis ( lengkung intensitas standart ) seperti contoh

    pada gambar 5.2.5a. dan gambar 5.2.5b.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    67/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 44

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240030

    40

    5060

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    140

    150

    160

    170

    180

    190

    waktu konsentrasi ( menit )

    I n t e n s i

    t a s

    h u

    j a n

    ( m m

    / j a m

    )

    K U R VA B A S IS

    10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240030

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    140

    150

    160

    170

    180

    190

    waktu konsentrasi ( menit )

    I n t e n s i

    t a s

    h u

    j a n

    ( m m

    / j a m

    )

    K U R V A BA S IS

    I rencana

    Lengkung basis

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    68/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 45

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    f) Waktu konsentrasi ( T C ) , dihitung dengan rumus :

    TC = t1 + t 2

    t1 = ( 2 / 3 x 3.28 x Lo.s

    nd ) 0,167

    t2 =V

    L60

    Keterangan :

    C T = waktu kosentrasi ( menit )

    1t = waktu inlet ( menit )

    1t = waktu aliran ( menit )

    O L = jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase ( m )

    L = panjang saluran ( m )

    nd = koefisien hambatan ( tabel 8 )

    s = kemiringan daerah pengaliran

    v = kecepatan air rata - rata disaluran ( m / dt )

    Tabel 5.2.7. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan

    Kondisi Lapis Permukaan nd

    1. Lapisan semen dan aspal beton

    2. Permukaan licin dan kedap air

    3. Permukaan licin dan kotor

    4. Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan

    permukaan sedikit kasar

    5. Padang rumput dan rerumputan

    6. Hutan gundul

    7. Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan

    hamparan rumput jarang sampai rapat

    0.013

    0.020

    0.10

    0.20

    0.40

    0.60

    0.80

    2) Luas daerah pengaliran batas batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan

    derah sekelilingnya ditetapkan seperti pada gambar berikut.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    69/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 46

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    L 3 ( m )L 2 ( m )L 1 ( m )

    CL

    L = Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan = ( L 1 + L 2 + L 3 )

    Keterangan :

    L = ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan

    L2 = ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu jalan

    L3 = tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter

    3) Harga Koefisien pengaliran ( C ) untuk berbagai kondisi ditentukan berdasarkan

    Tabel di bawah ini :

    Tabel 5.2.8 Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran (C)

    Kondisi Permukaan Tanah KoefisienPengaliran ( C )*

    1. Jalan beton dan jalan aspal2. Jalan kerikil dan jalan tanah3. Bahu jalan :

    - Tanah berbutir halus- Tanah berbutir Kasar - Batuan masif keras- Batuan masif lunak

    4. Daerah perkotaan5. Daerah Pinggir Kota6. Daerah industri7. Pemukiman padat8. Pemukiman tidak padat9. Taman dan kebun

    10. Persawahan11. Perbukitan12. Pegunungan

    0.70 - 0.950.40 - 0.70

    0.40 - 0.650.10 - 0.200.70 - 0.850.60 - 0.750.70 - 0.950.60 - 0.700.60 - 0.900.40 - 0.600.40 - 0.600.20 - 0.400.45 - 0.600.70 - 0.800.75 - 0.90

    Keterangan :

    *) Untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng

    diambil nilai C yang besar.

    Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai

    nilai C yang berbeda, harga C rata rata ditentukan dengan persamaan:

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    70/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 47

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    C =....

    ......

    321

    3.32211

    ++++++

    A A A AC AC AC

    Keterangan :

    C1 ,C2 , C 3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan.

    A1 ,A2 , A 3 = luas daerah pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi

    permukaan.

    4) Untuk menghitung debit air ( Q ) menggunakan rumus yaitu :

    Q = A I xC ..6.3

    1Keterangan :

    Q = debit air ( m 3/ detik )

    C = koefisien pengaliranI = intensitas hujan ( mm / jam )

    A = luas daerah pengaliran ( km 2 )

    5) Debit Air Kotor

    Debit air kotor secara umum diperoleh dari hasil perkalian antara luas daerah

    pelayanan (ha) dikalikan dengan angka kepadatan penduduk (orang/ha). Dan dari

    jumlah penduduk tersebut dapat dihitung berapa besar penggunaan air bersih,

    sedangkan banyaknya air kotor yang dibuang sama dengan jumlah air bersih yang

    digunakan dikalikan denga faktor tertentu.

    Besarnya kebutuhan air bersih yang dikonsumsi oleh masing-masing orang menurut

    WHO adalah 170 l/orang/hari. Dan menurut Linsey, 1986 jumlah air limbah rumah

    tangga adalah sebesar 65 75 % dari jumlah air yang disalurkan atau ditetapkan

    dengan faktor pengali sebesar 0.7 kali kebutuhan air bersih.

    Rumus yang diberikan linsley untuk menghitung besarnya air limbah adalah :

    Qrt = p x Qab x 0.7 x (24 x 60 x 60/1000) m3/det

    Dengan :

    Qrt = debit air buangan rata-rata (m3/dt)

    p = jumlah penduduk daerah layanan (orang)

    Qab = kebutuhan air bersih (l/hari/orang)

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    71/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 48

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Qp = f x Qrt m3/det

    Dengan :

    Qp = debit puncak pembuangan pada jam-jam maksimumf = faktor puncak ditentukan = 3

    Bahwa berdasarkan perhitungan dan pengalaman ternyata debit air kotor hasil

    buangan dari rumah tangga nilainya relatif kecil dibandingkan dengan debit air yang

    dihasilkan dari air hujan. Sehingga dalam perencanaan saluran drainase ini debit air

    dari rumah tangga diabaikan.

    5.2.8. Penampang Basah Saluran Drainase dan Gorong - gorong

    Penampang Basah Saluran drainase dan Gorong gorong dihitung berdasarkan :

    1) Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum (A e)

    yaitu :

    a) Saluran bentuk trapesium :

    Ae = (b + m.h) h

    P = b + 2h )1( 2m+

    P

    A R e=

    Tabel 5.2.9. Hubungan Kemiringan talud dan besarnya debit.

    Debit air Q ( m 3/ detik ) Kemiringan Talud

    0.00 - 0.75

    0.75 - 15

    15 - 80

    1 : 1

    1 : 1.5

    1 : 2

    h

    b

    m

    1

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    72/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 49

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Keterangan :

    b = lebar saluran ( m )

    h = dalamnya saluran yang tergenang air ( m )

    m = perbandingan kemiringan taludR = jari jari hidrolis ( m )

    P = Keliling basah saluran (m)

    Ae = Luas Penampang basah (m2)

    b) Saluran bentuk segi empat

    Ae = b h

    P

    A R e=

    hbP 2+=

    Keterangan :

    b = lebar saluran ( m )

    h = dalamnya saluran yang tergenang air ( m )

    R = jari jari hidrolis ( m )

    P = Keliling basah saluran (m)

    Ae = Luas Penampang basah (m2)

    2) Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) rumus :

    V Q

    Ad =

    keterangan :

    Ad = Luas penampang ( m2 )

    Q = Debit air ( m 3/dtk )

    V = Kecepatan aliran ( m/dtk )

    h

    b

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    73/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 50

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    3) Selanjutnya dimensi saluran ditentukan atas dasar :

    Ae = A d

    Keterangan :

    Ae = Luas penampang ekonomis ( m 2 )Ad = Luas penampang berdasarkan debit air yang ada ( m

    2 )

    4) Untuk gorong-gorong yang berbentuk metal gelombang, hanya diperhitungkan debit

    air dan penentuan penampang basah disesuaikan dengan spesifikasi yang telah

    ditentukan.

    5.2.9. Tinggi Jagaan Saluran Samping

    Tinggi jagaan ( w ) untuk saluran samping bentuk trapesium dan segi empat ditentukan

    berdasarkan rumus :

    w = h5.0

    Keterangan : h = tinggi saluran yang terendam air

    5.2.10. Kemiringan Saluran Samping dan Gorong-gorong Pembuang Air

    Untuk menghitung kemiringan saluran samping dan gorong-gorong pembuang air

    digunakan rumus :

    ( ) ( ) 2/13/21 i Rn

    V =

    i =

    2

    3/2

    .

    R

    nV

    h

    b

    m

    1

    w

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    74/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 51

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Keterangan :

    V = Kecepatan aliran ( m/dtk )

    n = Koefisien kekasaran manning

    R = A/P = jari-jari hidrolisA = Luas penampang basah ( m 2 )

    P = Keliling basah ( m )

    i = Kemiringan saluran yang diijinkan

    5.2.11. Kemiringan Tanah

    Kemiringan tanah di tempat dibuatnya fasilitas saluran gorong-gorong ditentukan dari

    hasil pengukuran di lapangan, dihitung dengan rumus :

    Gambar 5.3.6 Kemiringan tanah

    Keterangan :

    t1 = tinggi tanah di bagian tertinggi ( m )

    t2 = tinggi tanah di bagian terendah ( m )

    %10021 x L

    t t i

    =

    i %

    t

    L ( m )sta 1

    2 ( m )

    t1 ( m )

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    75/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 52

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.3. Perencanaan Sistim Air Bersih

    Secara umum pembangunan sarana air bersih bertujuan untuk menjamin tersedianya air

    bersih yang layak di masyarakat ( baik dalam segi jumlah maupun kuantitasnya ) dan

    mendorong penggunaan sarana air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan di

    Indonesia. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat, dengan melalui program pembangunan sarana air bersih dan sarana lain,

    seperti sanitasi ( air limbah ), persampahan dan sarana-sarana yang lain. Untuk proyek

    sarana air bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan harus direncanakan untuk

    meningkatkan kepedulian / kesadaran masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya,

    sehingga sumber air tetap terpelihara dengan baik, limbah domestik dikelola dengan baik.

    5.3.1. Ruang Lingkup

    Standar ini memuat tentang ketentuan yang berlaku dalam pemasangan pipa distribusi,

    pemasangan alat ukur dan peralatan pelengkap yang digunakan pada pemasangan pipa.

    5.3.2. Pengertian

    Yang Dimaksud dengan :

    1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan yang meliputi semua pemindahan bahan-bahan

    dari dalam tanah, ataupun yang dijumpai termasuk rintangan alam yang terdapat dalam

    pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut.

    2. Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian yang

    didapatkan setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa.

    3. Bahan pilihan adalah merupakan tanah hasil penggalian yang tidak mengandung

    batuan atau bahan padat lainnya yang berukuran lebih besar dari 5 mm, mempunyai

    gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organic seperti rumput, akar tanaman

    atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya yang bersifat mengembang.

    4. Pipa baja adalah pipa yang terbuat dari bahan baja.

    5. Pipa PVC adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl chloride.

    6. Pipa DCIP adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron.

    7. Pipa GSP adalah pipa yang terbuat dari besi galvanis.

    8. Pekerjaan Perbaikan adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang dirusak ketika

    dilakukan pekerjaan galian menjadi keadaan semula.

    9. Jalan aspal adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.

    10. Jalan gravel adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.

    11. Jalan beton adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya terbuat dari beton.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    76/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 53

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    12. Trotoar adalah lokasi disisi jalan raya yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.

    13. Pengangkatan adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke dalam

    kendaraan pengangkut, maupun dari kendaraan pengangkut ke lokasi pemasangan

    pipa.14. Sambungan push-on adalah proses penyambungan pipa pada pipa dengan tekanan air

    yang tinggi.

    15. Test radiographic adalah tes yang dilakukan terhadap pipa yang penyambungannya

    dengan pengelasan.

    16. Defleksi adalah besar sudut pembelokan yang diizinkan pada pipa.

    17. Sambungan mechanical joint adalah proses penyambungan pipa pada pipa yang tidak

    mendapatkan tekanan tinggi.

    18. Testing pekerjaan pipa adalah uji coba yang dilakukan pada pipa, setelah pipa yang

    terpasang.

    19. Pekerjaan penggelontoran adalah pekerjaan pembersihan pipa yang telah dipasang.

    20. Pipa existing adalah pipa yang telah terpasang dan telah digunakan untuk distribusi air

    minum.

    21. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur pasir, kerikil, air dan semen

    Portland atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan

    tambahan lainnya.

    22. Bahan tambahan adalah bahan lain yang ditambahkan ke dalam pembuatan beton,

    selain semen, pasir, kerikil dan air yang tidak memberi pengaruh yang kurang baik

    pada beton.

    23. Pengujian beton adalah proses yang dilakukan terhadap beton untuk mengetahui

    kekuatan karakteristik beton.

    24. Bekisting adalah cetakan beton.

    25. Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak paling bawah dari

    lapisan struktur pondasi.

    26. Pengelasan adalah merupakan proses penyambungan pipa dengan dilakukan

    pemanasan dan penambahan bahan penyambungan.

    5.3.3. Ketentuan-ketentuan

    5.3.3.1. Fungsi

    Standar ini berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan

    pekerjaan pemasangan pipa distribusi, alat ukur dan peralatan perlengkapan yang

    digunakan dalam pemasangan pipa air minum.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    77/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 54

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.3.3.2. Pemasangan pipa distribusi

    Pemasangan pipa distribusi ini dapat bervariasi karena bahan pipa yang

    digunakan juga beragam yaitu : pipa PVC, Steel, DIP dan GIP.

    5.3.3.3. Pekerjaan Galian

    Galian untuk jalur pipa harus merupakan galian terbuka dengan lebar galian

    sedemikian rupa agar pipa dapat diletakkan dan dapat disambung dengan baik,

    lebar galian yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 5.3.1 :

    Tabel 5.3.1. Lebar Galian Yang Dianjurkan

    Diameter (mm)

    W = Lebar Galian(mm)

    80 680100 700150 750200 800250 850300 900350 950400 1050450 1100

    600 1200700 1300800 1400900 1500

    1000 16001200 18001400 20001500 21001600 22002000 2600

    Minimum kedalaman pipa yang dianjurkan adalah : 1200 mm untuk pipa yang tertanam di sisi jalan dan di bawah permukaan

    jalan;

    900 mm untuk pipa yang tertanam jauh dari jalan;

    Pada tanah yang lembek kedalaman galian harus 75 cm di bawah elevasi

    dasar pipa;

    Panjang maksimum jalur penggalian yang diijinkan pada suatu lokasi

    pengalian adalah 100 m.

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    78/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 55

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.3.3.4. Pekerjaan Pengurugan.

    1. Tambahan yang diperlukan adalah :

    Bahan pilihan;

    Pasir alam yang tersusun dari butiran halus sampai kasar, tidak

    menggumpal, bebas dari kotoran, sampah, abu dan bahan-bahan organik

    serta tidak boleh mengandung tanah liat dan lempung lebih dari 5% berat

    seluruhnya dan tidak boleh ada butir-butir yang lebih besar dari 2 mm;

    Kerikil alam mulai dari yang berbutiran halus sampai yang berbutiran

    kasar dengan ukuran tidak lebih dari 3 cm, mempunyai kekerasan yang

    cukup dan bergradasi kompak untuk memperoleh kepadatan yang cukup.

    2. Urugan dibawah pipaUrugan dibawah pipa mulai dari pasir atas sampai dengan baris tengah pipa

    dan diletakkan secara berlapis dengan ketebalan lebih dari 15 cm, dan

    dipadatkan hingga mencapai kepadatan 95 % standar proctor dan

    mempunyai nilai indeks plastisitas sebesar 6 sampai 50 persen.

    3. Urugan di atas pipa

    Pipa baja :

    Ketebalan pengurugan kurang dari 20 cm dan dipadatkan dengan

    kepadatan kering maksimum 95 persen.

    Pipa-pipa PVC :

    Pengurugan pada kedalaman 30 cm di atas puncak pipa PVC.

    4. Urugan sampai ke permukaan

    Pipa Baja :

    Dari kedalaman 10 cm di atas pipa sampai permukaan dengan ketebalan

    tidak melebihi 20 cm.

    Pipa PVC

    Diuruk dengan kedalamn 30 cm di atas pipa sampai ke permukaan;

    5. Perbaikan bekas galian

    a. Jalan beraspal

    Lapisan tanah dasar harus mencapai kepadatan 90 persen modified

    proctor;

    Lapisan sub pasir harus mencapai kepadatan 95 persen kepadatan

    modified proctor;

    Ketebalan minimum lapisan macadam adalah 60 mm, dan dipadatkan;

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    79/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 56

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Lapisan penetrasi dari tipe RC-2 bitumen disebabkan setelah lapisan

    macadam dipadatkan;

    b. Jalan gravel

    Perbaikannya adalah 100 mm subgrade dan 100 mm bahan graveldengan gradasi lebih besar dari 10 dipadatkan sampai 95 persen

    modified proctor;

    c. Jalan beton

    Beton yang digunakan harus kelas K-225; Agregat kasar dengan ukuran 20 mm dan 38 mm boleh digunakan; Lalu lintas diijinkan untuk lewat di atas cor-coran 7 hari dengan

    menggunakan semen yang cepat mengering dan 10 hari jika

    digunakan semen biasa;

    6. Trotoar beton

    Ketebalan lapisan beton minimum 60 mm; Beton harus sekelas K-125

    7. Perbaikan kembali saluran dan pinggir jalan

    Pekerjaan perbaikan kembali harus termasuk beton dasar, bekisting

    pemasangannya pada posisi lurus atau berbelok;

    8. Perbaikan jalan umum

    Untuk lebih jelasnya perbaikan lapisan kembali dapat dilihat pada gambar

    rencana.

    5.3.3.5. Pekerjaan Pemasangan Pipa.

    1. Pengangkatan

    Peralatan pengangkatan ini harus mmpunyai kemampuan minimum satu ton

    atau berat satu batang pipa dengan diameter terbesar yang diperlukan.

    2. PengangkutanPeralatan ini harus dapat mengangkut pipa sesuai dengan diameter terbesar

    yang dipasang dan peralatan yang dianjurkan adalah crane.

    3. Perletakkan

    Pipa yang akan dipasang harus diberi dasar material padat. Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada gambar.

    4. Penyambungan pipa

    a. Semua diameter luar pipa eksisting harus sesuai dengan diameter dalam;

    b. Pipa PVC

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    80/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 57

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Penyambungan pipa PVC tidak boleh dipanaskan dan tidak boleh di cor

    di dalam dinding beton;

    c. Pipa DCIP, GIP dan steele

    Penyambungan dengan tipe flens dan mur diputar dengan ukurankunci putar sesuai dengan table 5.3.2.

    Tabel 5.3.2.

    Standar Untir Mur Pada Sambungan Pipa Flens

    Ukuran Baut(mm)

    Diameter Nominal Pipa(mm)

    Standar ulir (kg/m)

    16 75 200 620 250 300 922 350 400 1224 450 600 1830 700 1200 3336 1350 1800 5042 2000 2400 5848 2600 70

    Penyambungan dengan las

    - Setelah penyambungan harus dilakukan tes radiographic;

    - Tukang las harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup

    dan harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

    - Batang las tidak boleh menyerap air dan rata-rata kelembaban tidak

    boleh lebih dari 2,5 persen untuk iliminated rod dan 0,5 persen untuk

    flow hydrogenious rod;

    - Mesin las harus dari jenis AC arc welding machine atau DC arc

    welding machine.

    5. Pemotongan ujung pipa untuk jembatan pipa harus dibuat miring dan

    kemiringan ujung pipa tersebut harus dipotong dengan sudut 30 derajat

    diukur dari garis yang sejajar dengan sumbu pipa dengan toleransi 50 100

    dengan lebar permukaannya lebih luring 1/16 inch 1/32 inch;

    6. Perlindungan terhadap karat sambungan flens, kopling dan flens adaptor

    diluar bak kontriol dengan menggunakan pita, mastic pasta tanpa harus

    dipanaskan;

    7. Pada proses penyambungan pada pipa, besarnya defleksi yang diperbolehkan

    dapat dilihat pada tabel berikut.

    8. Sambungan dengan angkur tidak diperbolehkan ada defleksi;

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    81/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 58

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tabel 5.3.3. Defleksi pada Tanah yang Lembek

    Diameter Push on joint Mechanical Joint

    Nominalsudut

    defleksi

    Defleksi yang diijinkan

    perpanjang pipa (cm)

    sudut

    defleksi

    Defleksi yang diijinkan

    perpanjang pipa (cm)

    (mm)

    yang

    diijinkan

    4

    m 5 m

    6

    m 9 m

    yang

    diijinkan

    4

    m 5 m

    6

    m 9 m

    80 5 o 00 35 - - - 5 o 00 35 - - -

    100 5 o 00 35 44 52 - 5 o 00 35 44 52 -

    150 5 o 00 - 44 52 - 5 o 00 - 44 52 -

    200 5 o 00 - 44 52 - 5 o 00 - 44 52 -

    250 4 o 00 - 35 41 - 5 o 00 - 44 52 -

    300 4 o 00 - - 41 - 5 o 00 - - 52 -

    350 4 o 00 - - 41 - 4 o 50 - - 51 -

    400 3 o 30 - - 37 - 4 o 10 - - 44 -

    450 3 o 30 - - 31 - 3 o 50 - - 40 -

    500 3 o 30 - - 31 - 3 o 20 - - 35 -

    600 3 o 30 - - 31 47 2 o 50 - - 30 45

    700 2 o 30 - - 26 39 2 o 30 - - 25 39

    800 2o

    30 - - 26 39 2o

    10 - - 23 34900 2 o 30 - - 21 31 2 o 00 - - 21 31

    1000 2 o 00 - - 21 31 1 o 50 - - 19 29

    1100 2 o 00 - - 21 31 1 o 40 - - 17 24

    1200 2 o 00 - - 21 31 1 o 30 - - 16 21

    1400 2 o 00 - - 21 31 1 o 20 - - 14 10

    1500 2 o 00 - - 21 31 1 o 10 - - 12 24

    1600 2 o 00 - - 21 31 1 o 30 - - 16 -

    1800 2 o 00 - 17 21 - 1 o 30 - 13 16 -

    2000 2 o 00 - 17 21 - 1 o 30 - 13 16 -

    2100 - - - - - 1 o 30 10 13 - -

    2200 - - - - - 1 o 30 10 13 - -

    2400 - - - - - 1 o 30 10 - - -

    2600 - - - - - 1 o 30 10 - - -

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    82/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 59

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    Tabel 5.3.4. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan

    Push Joint Pada Tanah Keras

    Diameter Nominal Besar sudut defleksi yang diizinkan

    (derajat)80 - 300 5

    250 - 350 4

    400 3 30

    450 - 600 3

    700 - 900 2 30

    1000 - 2000 2

    Tabel 5.3.5. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan

    Mechanical Joint Pada Tanah Keras

    Diameter Nominal Besar sudut defleksi yang diizinkan

    (derajat)

    80 300 5

    350 4 - 50

    400 4 - 10

    450 3 - 50

    500 3 - 2

    600 2 - 30

    700 2 - 30

    800 2 - 10

    900 2 - 10

    1000 1 - 50

    1100 1 - 40

    1200 1 - 30

    1400 1 - 20

    1500 1 - 10

    1600 - 2600 1 - 30

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    83/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 60

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    5.3.4. Testing Pekerjaan Pipa

    1. Uji coba secara hidrolis harus dilakukan selama pelaksanaan pembangunan jalur-jalur

    pipa.

    Peralatan pembantu yang digunakan adalah pompa, alat ukur dongkrak dan strust;

    2. Pengujian pipa harus sesuai dengan tata cara pengujian pipa;

    3. Kebocoran yang dapat diterima saat pengujian pipa;

    Tabel 5.3.6.

    Kebocoran Yang Diijinkan/km saat Pengujian Pipa

    Diameter (mm)

    JumlahKebocoran

    (l / jam)

    Diameter (mm)

    JumlahKebocoran

    (l/jam)

    75 2.55 300 9.12100 3.04 350 10.64125 3.80 400 12.16150 4.56 450 13.68200 6.08 500 15.20250 7.60 600 18.24

    5.3.5. Pekerjaan Penggelontoran atau Flushing

    1. Dilaksanakan dengan menggunakan air bersih dari pipa eksisting;

    2. Sumber air dari pipa eksisting hanya dari satu sumber saja;3. Waktu penggelontoran adalah 3 menit untuk 100 m panjang pipa;

    4. Jaringan pipa dapat diterima bila air hasil penggelontoran setelah melewati waktu yang

    ditetapkan dalam keadaan bersih dengan membuktikan parameter warna, kekeruhan

    dan pH.

    5.3.6. Lapisan perlindungan pipa

    1. Lapisan pelindung bagian luar :

    Pipa baja yang terekspos, lapisan pipa harus terdiri dari :

    Tabel 5.3.7. Bahan Pelapisan Pipa Baja dan Fitting

    No Lapisan Bahan Ketebalan1. Pertama Meni besi Min dalam keadaan

    kering = 50 mikron2. Kedua Cat dasar Dalam keadaan kering

    = 50 mikron3. Ketiga Dua lapis cat

    terakhir Dalam keadaan kering= 25 mikron

    Pipa baja yang terpendam dilapis dengan menggunakan epoxy;

  • 7/22/2019 Contoh-Laporan-DED-Jalan.pdf

    84/158

    DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD Laporan Perencanaan

    V - 61

    PT. WASTU WIDYAWANJl. Tumpang No. 3 Semarang 50232Telp. (024) 8442614Jl. Gabus No. 36 Banda AcehTelp. (0651) 23808

    2. Lapisan pelindung bagian dala