Upload
kang-andre-riyanto
View
1.446
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis,
serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya
perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan).
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi
yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan
hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk hidup individual, berbeda satu
sama lain. Karena sifatnya yang individual, maka manusia yang
satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu
sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang
silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi
antar sesama siswa.
Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada
penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan
pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu
ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika
dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada
orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif
dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar
siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan
sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan
siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena
“siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya
dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta
pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam
Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa
yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock
memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran
komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara
individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama
hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan
dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65%
siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin
mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Metode Kooperatif Model Think-Pair-Share Untuk
Meningkatkan Kualitas dan Prestasi Belajar Matematika Pada
Siswa …………………………………………………Tahun Pelajaran
2002/2003.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think
Pair Share pada siswa Kelas
……………………………………………… tahun pelajaran
2002/2003?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share terhadap motivasi belajar siswa
Kelas ………………………………. tahun pelajaran 2002/2003?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think
Pair Share pada siswa Kelas …………………………………………..
tahun pelajaran 2002/2003.
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair
Share pada siswa Kelas …………………………………………
tahun pelajaran 2002/2003.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran matematika.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi
siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih
sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa
lain dalam mencapai tujuan belajar.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian
ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif :
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama.
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam
bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas
……………………………………….tahun pelajaran 2002/2003.
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember semester
ganjil tahun pelajaran 2002/2003.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan ……………….
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993:
68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja
dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan
atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan
tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan
yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
lain. (Soetomo, 1993:120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang
pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar
untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok
untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994:2).
Wahyuni (2001:8) menyebutkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih
(2001:8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan
cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses
pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-
kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan
masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah
hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai
objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat
berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini
terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode
alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan
tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial,
serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk
belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan
menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar
yang tinggi. (Nur, 1996:4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan
pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang
perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain
dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap
dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya
memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai
tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota
kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh
anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2)
menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif
sebagai berikut:
1. Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai
tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya
maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
2. Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab
melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan
untuk dipelajari.
3. Promosi tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan
dilakukan tiap individu, beberapa diantarannya harus
dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling
memberikan timbal balik.
4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan
mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan,
pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen
keahlian.
5. Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik
menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai
sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan
mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu
selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif,
Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001:10) menyebutkan
peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Menentukan objek pembelajaran
2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan
tugas.
5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan
cara mendiskusikan cara kerjasama.
C. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika
siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif.
Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa
seperti diungkapkan Nur (1996:25) adalah keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal
sebagai berikut:
- Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota
kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan
kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang
memiliki pendapat yang sama.
- Menghargai kontribusi
Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan
atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh
anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus
menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa
kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan
tidak terhadap pelaku.
- Menggunakan suara pelan
Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah
agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan
dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam
ruangan.
- Mengambil giliran dan berbagi tugas
Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan
seseorang yang mengemban tugas tertetentu dan
mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok.
- Berada dalam kelompok
Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien
setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada
dalam tempat kerja kelompok.
- Berada dalam tugas
Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat
waktunya.
- Mendorong partisipasi
Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap
penyelesaian tugas kelompok. Karena jika satu atu dua
orang anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya
memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok
tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau
hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif.
- Mengundang orang lain untuk berbicara
Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara
yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil
kelompok bisa maksimal.
- Menyelesaikan tugas tepat waktunya
Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan
waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang
tinggi.
- Menyebutkan nama dan memandang bicara
Memangil satu sama lain menggunakan nama dan
menggunakan kontak mata akan memberikan rasa bahwa
mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok.
- Mengatasi gangguan
Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang
diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian
terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat
suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar
yang diberikan.
- Menolong tanpa memberi jawaban
Agar siswa tidak merasa telah memahami atau
menemukan konsep, dalam memberikan bantuan tidak
dengan menunjukkan cara pemecahannya.
- Menghormati perbedaan individu.
Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik,
pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua
siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok.
Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan
persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing
individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa
kebaikan, sensitivitas dan toleransi.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:
- Menunjukkan penghargaan dan simpati
Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa
sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari
usulan orang lain.
- Menggunakan pesan “saya”
Dalam berbicara perlu menggunaan kata “saya” agar
orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah
sehingga permusuhan dapat dihindari.
- Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat
diterima
Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab
pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang
baik karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan
ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif
dalam kelompok.
- Mendengarkan dengan aktif
Mendenganrkan dengan aktif maksudnya menggunakan
pesan fisik dan lisan dalam meperhatikan pembicara.
Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secara giat
sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep
akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan
tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.
- Bertanya
Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu
informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya
dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak
aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota
kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan
serta.
- Membuat ringkasan
Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali
informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur
apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.
- Menafsirkan
Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi
dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan
dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.
- Mengatur dan mengorganisir
Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur
dan mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapt
diselesaikan dengan efesien dan efektif.
- Memeriksa ketepatan
Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa
jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan
bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman
terhadap bidang studi juga akan berkembang.
- Menerima tanggungjawab
Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul
tangungjawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri
sendiri dan kelompok, untuk meyelesaikan tugas yang
diberikan.
- Menggunakan kesabaran
Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan
bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat
keputusan yang tergesa-gesa.
- Tetap tenang/mengurangi ketegangan
Maksud dari tatap tenang/mengurangi ketegangan adalah
menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok.
Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan
tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Mengelaborasi
Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan
dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik
tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman
yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.
- Memeriksa secara cermat
Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih
mendalam unuk mendapatkan jawaban yang benar.
Memeriksa secara cermat dapat menjamin bahwa
jawabannya benar.
- Menanyakan kebenaran
Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa
jawaban yang dikemukakan adalah benar atau
memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan
kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang
jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan
terhadap ketepatan jawaban tersebut.
- Menganjurkan suatu posisi
Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan
posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu.
- Menetapkan tujuan
Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-
prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efeisien jika
tujuannya jelas.
- Berkompromi
Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan
dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat
membangun rasa hormat kepada orang lain dan
mengurangi konflik antar pribadi.
- Mengahadapi masalah khusus
Mengahadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan
masalah dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh,
tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat
berubah bukan ciri atau ketidak mampuan seseorang
semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan
bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini
konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan,
sensitivitas dan toleran akan meningkat.
D. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share
Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-
kawannya dari Universitas Maryland dan mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara
keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberikan kepada
para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling bantu
satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja
menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah
selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta
kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius
mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang
telah dibaca. Guru tersebut memilih metode Think-Pair-Share
daripada metode Tanya jawab untuk kelompok secara
keseluruhan (whole-group question and answer). Lyman dan
kawan-kawannya menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan
atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi
waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban
atau isu tersebut.
2. Langkah 2 – Bepasangan (Pairing): Selanjutnya guru
meminta kepada siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi
selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika
suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide
bersama jika suatu soal khusus telah diidentifikasi. Biasanya
guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir ini guru meminta
pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja
sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi
efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari
pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
Model ini dirancang untuk menggabungkan insentif
motivasional dari penghargaan kelompok dengan program
pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang
dimiliki oleh siswa.
Siswa dikelompokkan kedalam empat atau lima orang
secara heterogen. Setiap siswa mengerjakan unit-unit program
matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing. Artinya,
dalam suatu tim bisa saja si A mngerjakan unit 2, si B
mengerjakan unit 5. para siswa mengikuti rangkaian kegiatan
yang teratur, mulai dari membaca lembar pembelajaran,
mengerjakan lembar kerja, memeriksa apakah dia telah
menguasai keterampilan dan mengikuti tes.
Anggota tim bekerja secara berpasangan, saling bertukar
lembar jawaban dan memeriksa pekerjaan temannya. Jika
seorang siswa berhasil mencapai atau melampaui skor 80, dia
mengikuti final tes. Anggota tim bertanggung jawab
meyakinkan bahwa temannya telah siap mengikuti final tes.
Baik tanggungjawab individual dan penghargaan kelompok ada
di dalam Think Pair Share ini.
Setiap minggu guru menjumlahkan banyaknya unit yang
telah diselesaikan oleh semua anggota tim dan memberikan
sertifikat atau penghargaan lainnya kepada tim yang memenuhi
kriteria berdasarkan jumlah final tes yang berhasil dilampaui.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action
research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8)
mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu,
(a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c)
simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru
sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah
guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan
siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai
pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak
tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di …………………………………………tahun
pelajaran 2002/2003.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil
2002/2003.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas
………………………………………….. tahun pelajaran 2002/2003
pada pokok bahasan …………….
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000:5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis,
2000:5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu
penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti,
1997:6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan
yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap
penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/rancangan
Rencana awal/rancangan
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model thinks pair
share.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian
hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan
…………. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).
Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah
diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal
tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal.
Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan
memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data.
Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan
untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir
soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan
yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto,
2001:72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001:93)
Dengan:r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah
disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan
tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari
perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product
moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang
digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan
benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah
sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut
indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya
pembeda butir soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat
baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share, observasi aktivitas siswa dan guru, dan
tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa
soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana
yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada
di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif
dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N= Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunju
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model Think
Pair Share.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran
kooperatif model Think Pair Share digunakan rumus sebagai berikut :
X =
Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut :
% = x 100 % dengan
X = =
Dimana : % = Presentase pengamatan
X = Rata-rata
∑ x = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item
butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dan pengamatan
aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk
mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan.
Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu
data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model Think
Pair Share dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share.
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui
instrument penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang
baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba
dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui
kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument
dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16
soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-
soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30 ,36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien
reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga ini lebih besar dari
harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 27)
dengan r (95%) = 0,381. Dengan demikian soal-soal tes yang
digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang
diuji terdapat:
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang
berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 21 soal,
berkriteria baik 9 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang
digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS
1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share, dan lembar observasi aktivitas
guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
I dilaksanakan pada tanggal 4 November 2002 di Kelas
…………..dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun
data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataP1 P2
I
Pengamatan KBMA. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok
belajar
22
22
22
B. Kegiatan inti1.Mempresentasikan langkah-langkah metode
pembelajaran kooperatif 2.Membimbing siswa melakukan kegiatan 3.Melatih keterampilan kooperatif 4.Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5.Memberikan bantuan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan
3
33
3
3
33
3
3
33
3
C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi
33
33
33
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa antusias2. Guru antisias
23
23
23
Jumlah 32 32 32
Keterangan : Nilai : Kriteria 1) : Tidak Baik 2) : Kurang Baik 3) : Cukup Baik 4) : Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria
kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan
pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek
yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan
yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi
dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti
pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase123456789
Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran
5,08,38,36,713,321,710,018,38,3
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase 123456789
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi
22,511,518,714,42,95,28,96,98,9
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang
paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang
presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya
jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar
13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain
yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota
kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca
buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.
Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar
dengan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share sudah
dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup
dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut
masih dirasakan baru oleh siswa.
Table 4.3. Nilai Tes Pada Siklus I
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 70 √ 15 80 √2 50 √ 16 70 √3 90 √ 17 60 √4 70 √ 18 80 √5 80 √ 19 30 √6 80 √ 20 70 √7 70 √ 21 80 √8 30 √ 22 70 √9 80 √ 23 40 √
10 60 √ 24 80 √11 80 √ 25 40 √12 50 √ 26 80 √13 80 √ 27 60 √14 80 √ Jumlah 840 8 5
Jumlah 970 10 4Jumlah Skor 1810Jumlah Skor Maksimal Ideal 2700 Skor Rata-Rata Tercapai 67,04
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
67,0418
66,67
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model
Think Pair Share diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 67,04 dan ketuntasan belajar mencapai
66,67% atau ada 18 siswa dari 27 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model
Think Pair Share.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran
berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya
revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan
lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam
setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu
dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS,
2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share dan lembar observasi guru dan
siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
II dilaksanakan pada tanggal 11 November 2002 di Kelas
…………. dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun
data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataP1 P2I Pengamatan KBM
D. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok
belajar
33
34
33,5
E. Kegiatan inti1.Mempresentasikan langkah-langkah metode
pembelajaran kooperatif 2.Membimbing siswa melakukan kegiatan 2. Melatih keterampilan kooperatif 3. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 4. Memberikan bantuan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan
344
4
3
444
4
3
3,544
4
3
A. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
2. Memberikan evaluasi 4 4 4II Pengelolaan Waktu 3 3 2
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa antusias2. Guru antisias
44
34
3,54
Jumlah 41 43 42Keterangan : Nilai : Kriteria
1) : Tidak Baik 2) : Kurang Baik 3) : Cukup Baik 4) : Baik
Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajarn kooperatif model Think Pair Share
mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian
tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan
pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa,
membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan
pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan
metode pembelajarn kooperatif model Think Pair Share diharapkan siswa
dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan
pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag
telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :
Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase123456789
Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran
6,76,76,711,711,725,08,216,66,7
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase 123456789
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi
17,912,121,013,84,65,47,76,710,8
Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang
paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I,
aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami
penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%),
mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan
menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum
pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus
II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika
dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.
Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar
siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan
KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas
siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%),
menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan
Table 4.3. Nilai Tes Pada Siklus II
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 80 √ 15 80 √2 60 √ 16 80 √3 70 √ 17 70 √4 80 √ 18 70 √5 80 √ 19 40 √6 60 √ 20 80 √7 70 √ 21 80 √8 40 √ 22 90 √9 80 √ 23 90 √
10 70 √ 24 30 √11 80 √ 25 50 √12 80 √ 26 90 √13 80 √ 27 80 √14 80 √ Jumlah 930 10 3
Jumlah 1010 11 3Jumlah Skor 1940Jumlah Skor Maksimal Ideal 2700 Skor Rata-Rata Tercapai 71,85
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas : 6
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No
Uraian Hasil Siklus II
123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
71,8521
77,78
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 71,85 dan ketuntasan belajar
mencapai 77,78% atau ada 21 siswa dari 27 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus
II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan
selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya
siswa lebih termotivasi utnuk belajar. Selain itu siswa
juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
dinginkan guru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus II ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu
adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara
lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat
membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar
mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak
ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk
mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal
dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk
dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS
3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif model
Thing Pair Share dan lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
III dilaksanakan pada tanggal 19 November 2002 di Kelas
……………. dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun
data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataP1 P2I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok
belajar
34
34
34
B. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-
langkah metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara
bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada
444
4
3
444
3
3
444
3,5
3
kelompok yang mengalami kesulitan C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman2. Memberikan evaluasi
44
44
44
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa antusia2. Guru antisias
44
44
44
Jumlah 45 44 44,5Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik2. : Kurang Baik3. : Cukup Baik 4. : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share
mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi
siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,
dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share diharapkan dapat
berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.2. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase123456789
Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran
6,76,710,713,310,022,610,011,710,0
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase 123456789
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi
20,813,122,115,02,94,26,17,38,5
Berdasarkan tabel diatas tampak bahaw aktivitas guru yang
paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan
materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang
mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
(10%), menyampiakan materi/strategi /langkah-langkah (13,3%),
meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag
tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan
memotivasi siswa (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus
III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang
mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang
lainnya mengalami penurunan.
Table 4.3. Nilai Tes Pada Siklus III
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 90 √ 15 90 √2 80 √ 16 80 √3 80 √ 17 80 √4 90 √ 18 70 √5 80 √ 19 50 √6 80 √ 20 90 √7 90 √ 21 90 √8 50 √ 22 100 √9 80 √ 23 90 √
10 80 √ 24 80 √11 90 √ 25 60 √12 80 √ 26 100 √13 90 √ 27 80 √14 80 √ Jumlah 1060 11 2
Jumlah 1140 13 1Jumlah Skor 2200Jumlah Skor Maksimal Ideal 2700 Skor Rata-Rata Tercapai 81,48
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 24
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No
Uraian Hasil Siklus III
123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
81,4824
88,89
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata
tes formatif sebesar 81,48 dan dari 27 siswa yang telah
tuntas sebanyak 24 siswa dan 3 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 88,89% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share sehingga
siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti
ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi
yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai
berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna,
tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa
siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dengan
baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu
masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses metode pembelajaran kooperatif model Think
Pair Share dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa
pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan
……………. dengan metode pembelajaran kooperatif model
Think Pair Share yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran
kooperatif model Think Pair Share dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan
materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dengan kooperatif model Think Pair Share
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%,
siklus II (77,78%, siklus III (88,89%).
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair
Share mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan
rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengn metode pembelajaran kooperatif
model Think Pair Share sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model
Think Pair Share memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif
model Think Pair Share dalam proses belajar mengajar
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru
hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai
metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa
nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil
penelitian ini hanya dilakukan di
…………………………………….. tahun pelajaran 2002/2003.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Suharta, I.G.P. 2002. Pemecahan Masalah, Penalaran. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang, 12 Oktober.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS …………………………………………….
TAHUN 2002/2003
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
………………………..
NIP: …………………………..
DINAS PENDIDIKAN ……………………
………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk
melengkapi perpustakaan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan
dapat diajukan sebagai salah satu Karya Ilmiah untuk Penetapan
Angka Kredit Jabatas Guru pada Golongan IV a ke IV b.
Kepala Sekolah …………………………
………………………. Penulis
……………………………….. ………………………….. NIP: ……………… NIP:
…………….
Mengetahui Mengetahui
Pustakawan ………………. Kepala Cab. Din. Pendidikan
……………….. …………………….
………………………….. ……………………………
NIP: …………………..
Mengetahui Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Ketua PD II PGRI
Kota ……….. Kota ………….
……………………………… ………………………………
Pembina Utama Muda NPA: …………………
NIP: ……………………
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair
Share Untuk Meningkatkan Kualitas dan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas …………………… …………………. ………..
Tahun Pelajaran 2002/2003”, penulisan karya ilmiah ini kami susun
untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat
dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi
teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam
rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan
dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ……………………
2. Yth. Ketua PD II PGRI ………………….
3. Yth. Rekan-rekan Guru ………………………………
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari
sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Penulis
ABSTRAK
……………………, 2002. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kualitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas ……………………Tahun Pelajaran 2002/2003
Kata Kunci: matematika, metode kooperatif think pair share
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share pada siswa Kelas ……………………………………. tahun pelajaran 2002/2003. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa …………………………….. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), siklus III (88,89%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model Thing Pair Share dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa …………………………, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .....................................................................
Lembar Pengesahan ...............................................................
Kata Pengantar ......................................................................
Abstrak ...................................................................................
Daftar Isi ................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................
B. Rumusan Masalah ..........................................
C. Tujuan Penelitian ............................................
D. Manfaat Penelitian ........................................
E. Definisi Operasional Variabel .........................
F. Batasan Masalah ............................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran ....................................
B. Pembelajaran Kooperatif ...............................
C. Keterampilan-keterampilan Kooperatif .........
D. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair
Share...............................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian .........
B. Rancangan Penelitian ....................................
C. Instrumen Penelitian ....................................
D. Metode Pengumpulan Data ...........................
E. Teknik Analisis Data .......................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Item Butir Soal .................................
B. Analisis Data Penelitian Persiklus ..................
C. Pembahasan ...................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................
B. Saran ..............................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
Lampiran 4
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARANKOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE
Nama Sekolah : ………………… Nama Guru : …………………Mata pelajaran : ………………… Hari/Tanggal : …………………Sub konsep : ………………… Pukul : …………………
Petunjuk Berikan penialaian anda dengan memberikan tanda cek ( √ ) pada kolom yang sesuai.
No Aspek yang diamatiPenilaian
Ya Tidak 1 2 3 41 Pelaksanaan
A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa.2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa. 2 Membimbing siswa melakukan
kegiatan. 2. Membimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok. 3. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil penyelidikan.
4. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan /menemukan konsep.
C. Pentup1. Membimbing siswa membuat rangkuman. 2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III1. Antusiasme kelas2. Guru Antusias
Keterangan :1. Kurang baik …………, ……….20052. Cukup baik Pengamat3. Baik 4. Sangat baik
( ………………………… )
Lampiran 5
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM
Nama Sekolah : ………………… Tanggal : …………………Kelas/ Semester : ………………… Waktu : …………………Bahan Kajian : ………………… Nama Guru : …………………Petunjuk Pengisian Amatilah aktivitas gur dan siswa dalam kelompok sample selama kegiatan belajar berlangsung, kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut :1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas
siswa yang diamati.2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit
pengamat menuliskan kode kategori pemngamatan.3. pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secaraa bergantian setiap periode waktu tiga
menit .4. kode-kode kategori dituliskan secaraa berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secaraa serempak.
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa1. Menyampaikan tujuan 2. Memotivasi siswa/ merumuskan masalah3. mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.4. menyampaikan langkah-langkah/ strategi.5. Menjelaskan materi yang sulit.6. membimbing menemukan konsep.7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
hasil kegiatan.8. Memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab.9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.
1. Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru.
2. Membaca buku.3. Bekerja dengan sesamaa anggota kelompok.4. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru.5. Menyediakan hasil pembelajaran.6. Mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide.7. Menulis yang relevan dengan kbm.8. Merangkum pembelajaran.9. Mengerjakan tes evaluasi.
Nama Guru :
Nama Murid Nama Murid
Nama Murid
Nama Murid
Nama Murid
Nama Murid
……………., ………..2003 Pengamat,
( ……………………… )
Lampiran 6
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I
No Nama (Guru – Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
……………….1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 2 1 6 4 2 6 5 30
P2 2 1 2 1 4 5 4 7 4 30
Rata-rata X 2 1,5 2 1 5 4,5 3 6,5 4,5 30
Prosentase % 6,67 5 6,67 3,3 16,67 15 10 21,67 15 100
1……………… P1 2 2 5 6 2 4 3 2 4 30
……………… P2 2 2 5 5 0 8 2 2 4 30
2……………… P1 4 5 6 3 1 3 2 3 3 30
……………… P2 5 5 7 3 1 2 3 2 2 30
3……………… P1 6 2 5 5 1 4 3 2 2 30
……………… P2 7 2 6 4 1 3 3 2 2 30
4……………… P1 3 5 4 5 1 4 3 3 2 30
……………… P2 4 4 6 4 1 3 4 2 2 30
5……………… P1 6 3 6 4 1 1 4 3 2 30
……………… P2 7 4 3 5 2 3 2 2 2 30
6……………… P1 6 4 6 4 0 2 2 2 4 30
……………… P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30
7……………… P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30
……………… P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30
8……………… P1 4 4 5 4 2 4 2 2 3 30
……………… P2 6 4 6 4 2 3 3 1 1 30
JumlahP1 36 29 43 34 10 25 21 19 23 240
P2 44 29 40 35 10 26 24 15 17 240
Rata-rata X 40 29 41,5 34,5 10 25,5 22,5 17 20 240
Prosentase rata-rata % 16,67 12,08 17,29 14,38 4,16 10,63 9,38 7,08 8,33 100
Keterangan:
Rata-rata (x) x 100%
Prosentase rata-rata (%) = x 100%
Lampiran 7
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II
No Nama (Guru – Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
……………….1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 1 3 2 1 6 5 3 7 2 30
P2 3 3 1 2 4 4 3 8 2 30
Rata-rata X 2 3 1,5 5 4,5 3 7,5 2 2 30
Prosentase % 6,67 10 5 5 16,67 15 10 25 6,67 100
1……………… P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
……………… P2 6 3 5 5 1 3 2 2 3 30
2……………… P1 4 4 7 5 1 2 2 2 3 30
……………… P2 7 3 5 4 2 2 2 2 3 30
3……………… P1 4 4 6 4 2 2 2 2 3 30
……………… P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
4……………… P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30
……………… P2 5 4 7 4 1 1 3 2 3 30
5……………… P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30
……………… P2 8 2 6 4 1 2 2 2 3 30
6……………… P1 5 2 7 6 0 1 3 2 1 30
……………… P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30
7……………… P1 6 4 6 2 2 2 2 2 1 30
……………… P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30
8……………… P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
……………… P2 7 4 5 4 2 1 2 2 3 30
JumlahP1 38 32 50 31 13 15 17 16 28 240
P2 48 26 51 35 9 11 20 16 24 240
Rata-rata X 43 29 50,5 33 11 13 18,5 16 26 240
Prosentase rata-rata % 17,9 12,1 21 13,8 4,6 5,4 7,7 6,7 10,8 100
Keterangan:
Rata-rata (x) x 100%
prosentase rata-rata (%) = x 100%
Lampiran 8
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III
No Nama (Guru – Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
……………….1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30
Prosentase % 6,7 6,7 10 13,3 10 22,6 10 11,7 10 100
1……………… P1 5 2 7 5 2 2 2 2 3 30
……………… P2 6 3 6 5 1 1 3 2 3 30
2……………… P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
……………… P2 6 5 4 7 1 0 2 3 2 30
3……………… P1 5 4 10 2 0 3 1 2 3 30
……………… P2 5 3 6 6 1 3 1 3 2 30
4……………… P1 6 4 6 5 1 2 1 2 2 30
……………… P2 8 5 4 6 0 2 1 2 2 30
5……………… P1 7 4 7 4 1 0 2 2 3 30
……………… P2 9 5 7 4 0 1 0 2 2 30
6……………… P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
……………… P2 8 3 7 4 0 0 3 2 3 30
7……………… P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
……………… P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
8……………… P1 5 5 7 2 1 2 2 2 4 30
……………… P2 7 4 8 4 1 0 2 2 2 30
JumlahP1 44 33 58 29 10 13 14 16 23 240
P2 56 30 48 43 4 7 15 19 18 240
Rata-rata X 50 31,5 53 36 7 10 14,5 17,5 20,5 240
Prosentase rata-rata % 20,8 13,1 22,1 15 2,9 4,2 6,1 7,3 8,5 100
Keterangan:
Rata-rata (x) x 100%
prosentase rata-rata (%) = x 100%