39
MAKALAH ETIKA PROFESI Penerapan Kode Etik Public Relations terhadap hubungan dengan karyawan Disusun oleh : Rully Triansyah Septy Lestari M insan alhuby Resmi Baskoro Febrianto Sakbana Almas Dwi Yunita JURUSAN PUBLIC RELATION UNIV. MERCUBUANA JAKRTA

CONTOH MAKALAH ETIKA PROFESI 2.docx

  • Upload
    happytos

  • View
    1.103

  • Download
    14

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH ETIKA PROFESI

Penerapan Kode Etik Public Relations terhadap hubungan dengan karyawan

Disusun oleh :

Rully Triansyah

Septy Lestari

M insan alhuby

Resmi Baskoro

Febrianto Sakbana

Almas Dwi Yunita

JURUSAN PUBLIC RELATION

UNIV. MERCUBUANA JAKRTA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.Hanya dengan rahmat,

Karunia, hidayah serta izinNya lah makalah ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga kami ucapkan kepada Ayah dan Ibunda tercinta

yang selalu memberikan support kepada penulis serta Dosen Pembimbing Etika Profesi yang

telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.

Makalah Etika Profesi ini membahas tentang Etika Profesional dalam penerapan kode etik

PR dalam hubungan dengan karyawan.

Mugkin dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, harapan kami

semoga makalah ini dapat berguna untuk semua pembaca.terimakasih

wassalam

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................

1.3. Tujuan........................................................................................................................................

BAB II

ISI

2.1. Public Relation Profesional .....................................................................................................

2.2. Pengertian professional Public Realtions...............................................................................

2.3. Kode Etik Profesi......................................................................................................................

2.4 Hubungan Kemitraan antara Perusahaan dan Karyawan....................................................

BAB III

ANALISIS

3.1 Analisis Segi Karywan...............................................................................................................

3.2 Analisis Segi Etika Profesi PR..................................................................................................

3.3 Analisis Akhir.............................................................................................................................

BAB IV

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau pelanggaran yang

dilakukan oleh profesional Public Relations dalam menjalin hubungan yang baik dengan

karyawan,sehingga banyak merugikan karyawan. Mulai dari ketidak adilan, pelanggaran hak

karyawan. Sebagian besar karyawan merasa tidak puas dengan kebijakan atasan.

Hal ini mendorong beberapa peneliti di dunia untuk melakukan survey. Sehingga dari

hasil survey tersebut dibuat beberapa peraturan/ kode etik untuk mengurangi keluhan

ketidak puasan karyawan agar menjalin hubungan baik dengan atasan dan bawahan melalui

professional PR.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam penerapan kode etik PR

dalam hubungan dengan karyawan. etika profesi berdasarkan hasil survey yang dilakukan

beberapa organ yang dilakukan.

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

-        Menjelaskan pengertian kode etik PR.

-        Penerapan kode etik PR dalam hubungan dengan karyawan

BAB II

ISI

2.1.      Public Relation Profesional

Pengertian Public Relations

Pada hakekatnya Public Relations ini merupakan metode komunikasi yang meliputi berbagai

teknik komunikasi. Dimana didalam kegiatannya terdapat suatu usaha untuk mewujudkan

hubungan yang harmonis antara suatu badan / perusahaan dengan publiknya. Dengan demikian

dapat disimpulkan, bahwa Public Relations merupakan suatu fungsi management. Disini

diciptakan suatu aktifitas untuk membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi

suatu lembaga/ perusahaan disuatu pihak dengan public dipihak lain. Tujuan dan Fungsi Public

Relations. Tujuan dari public relations adalah mewujudkan hubungan yang harmonis atau

menciptakan opini public yang favorable baik internal maupun eksternal.

Adapun fungsi dari Public Relations menurut Bettrand R. Canfield ( 1964 : 6 ) adalah sebagai

berikut :

a) Mengabdi kepada kepentingan umum. Jika tidak untuk kepentingan publik baik itu

internal maupun eksternal, maka tidak mungkin akan tercipta suatu hubungan yang

menyenangkan. Sebaliknya suatu badan / perusahaan akan dapat sukses apabila segala

tindakannya adalah sebagai pengabdian kepada kepentingan umum.

b) Memeliharakomunikasiyang baik. Seorang pimpinan yang melakukan kegiatan Public

Relations akan berhasil di dalam kepemimpinannya, apabila ia ikut bergaul dengan para

karyawannya. Ia harud melakukan kegiatan komunikasi bukan saja dalam hubungan

dinas tetapi juga diluar dinasnya. Misalnya dengan mengadakan pertandingan olahraga,

kegiatan anjangsana dan lain – lain.

c) Menitik beratkan kepada moral dan tingkah laku yang baik

Seorang pemimpin yang baik dalam tingkah lakunya akan menitik beratkan kepada

moralitas, ia juga akan mempunyai wibawa apabila tidak cacat moral dan tingkah

lakunya. Ia harus menjadi teladan bagi bawahannya.PeranPublicRelations. Peran seorang

Public Relations sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi / perusahaan. Public

Relations adalah sebagai Jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara

manajemen dengan karyawannya agar tercapai Mutual Understanding (saling pengertian)

antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika

manajemen berhubungan dengan para karyawan.

Adapun peran Public Relations menurut Dozier & Broom (20 : 2000) antara lain :

A. Penasehat Ahli ( Expert Prescriber). Seorang praktisi Public Relations yang

berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi

dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Communicator

Fasilitator ).

B. Fasilitator Komunikasi(Communication Fasilitator). Dalam hal ini, praktisi Public

Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak

manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh

publiknya

C. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah ( Problem Solving Process Fasilitator )

Peranan praktisi Public Relations dalam pemecahan masalah persoalan Public

Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk

membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat ( adviser ) hingga mengambil

rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah

dihadapi secara rasional dan profesional.

D. Teknisi Komunikasi (Communication Technician). Peranan communications

technician ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in recident yang

hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan technic of

communication in organization.

Komunikasi Public Relation

Sebelum era PR 2.0, akses ini hanya bisa melalui media massa.  Saat itu, power media

sangat kuat.  Media menjadi akses satu-satunya untuk membentuk opini, menyebarkan berita dan

mempengaruhi publik.  Komunikasi berlangsung 2 arah (timbal balik) antara perusahaan dengan

publik, tapi melalui perantara media.  Sehingga akses menjadi tidak langsung, berlangsung lebih

lama, dan banyak noise komunikasi yang terjadi.

Komunikasi tidak hanya menyangkut media massa. Public relation dan Iklan juga

bagian dari ilmu komunikasi. Dalam wikipedia dinyatakan kalau PR merupakan

profesi yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan,

meraih simpati dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu sehingga membuat

masyarakat mengerti dan menerima situasi tersebut. Sedangkan iklan,

merupakan salah satu cara untuk mempromosikan barang, jasa, perusahaan dan ide yang

harus dibayar oleh sponsor. Pemasaran iklan merupakan bagian dari strategi promosi

secara keseluruhan.

Ada beragam kemajuan dan perkembangan dalam ilmu PR dan Iklan.

Perkembangan ini tak hanya terjebak dalam teori. Akan tetapi juga pada segi praktek.

Penggunaan teknologi membuat keduanya bisa menyampaikan informasi ke khalayak,

lebih luas dan lebih baik.

Para praktisi hubungan masyarakat (humas) melakukan pekerjaan mereka dengan

berbagai macam alat dan teknologi mulai dari pensil untuk sketsa hingga menggunakan

internet untk mengumpulkan bahan. Produk kehumasan diciptakan sedemikian rupa

untuk menjadi jembatan penghubung antara pihak perusahaan dengan khalayaknya.

Segala informasi yang dimuat secara online ini, sangat susah dikontrol penyebarannya.

Peran PR di era 2.0 menjadi semakin kompleks, maka PR 2.0 yang mengerti perkembangan ini,

akan juga memantau opini-opini yang terjadi diranah social media, yang merupakan media

langsungnya publik menuangkan segenap pikiran-pikirannya, termasuk potensinya untuk

menyebarkan isu perusahaan (Breakenridge, 2009).

Profesionalisme PR

                     Membentuk profesionalisme seorang public relation (PR) memerlukan proses

pendidikan yang juga harus dilakukan secara profesional sebab PR telah menjadi sesuatu yang

bermakna. Terlebih, masyarakat di negara-negara industri maju sudah sejak lama menyadari

akan kebutuhan dan eksistensi serta profesionalisme public relation ini.

                     Perjalanan menuju status profesi PR membutuhkan beberapa indikator yang harus

dipenuhi, yakni adanya dasar etika dan kewajiban moral, adanya pendidikan khusus yang

sifatnya unik, serta adanya pengakuan komunitas mengenai layanan yang unik dan mendasar

selain juga otonomi dalam praktik dan penerimaan tanggung jawab pribadi oleh praktisi.

2.2.Pengertian professional Public Realtions

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam

sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan

atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan

konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan

satuan kegiatan yang terdiri dari bebepa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya

kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek.

Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya

diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli

bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu

konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode

penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi

saat pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik akan

menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan,

keamanan lingkungan konstruksi, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidak-

nyamanan publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan

dokumen dan tender, dan lain sebagainya.

.

 2.3. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu

kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun

bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma

hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata

cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa

sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi

perbuatan yang tidak profesional.

Prinsip- Prinsip Etika Profesi :

1.   Tanggung jawab

a.  Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

b.  Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada

umumnya.

2.   Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang

menjadi haknya.

3.   Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri

kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Tujuan Kode Etik Profesi :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri. 

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

          1.   Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang

digariskan.

          2.   Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

          3.   Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam

keanggotaan 

Sebagaimana lazimnya kaum profesional, praktisi humas (public relations) memiliki etika

profesi atau kode etik yang harus ditaati.

Kode etik praktisi humas meliputi:

1. Code of conduct –etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan majikan,

media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.

2. Code of profession – etika dalam melaksanakan tugas/profesi humas.

3. Code of publication – etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi.

4. Code of enterprise –menyangkut aspek peraturan pemerintah seperti hukum perizinan dan

usaha, hak cipta, merk, dll.

Berikut ini kode etik humas versi Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI),

Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Kode Etik Kehumasan

Pemerintah, dan International Public Relation Association (IPRA).

KODE ETIK PROFESI PUBLIC RELATIONS

[Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia]

PASAL 1

Norma norma Perilaku Profesional

Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai

kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung

jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun

yang sekarang, dan terhadap sesama anggota Asosiasi, anggota media komunikasi serta

masyarakat luas.

PASAL 2

Penyebarluasan Informasi

Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak bertanggung jawab,

informasi yang paIsu atau yang menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras

mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas

dan ketepatan informasi.

PASAL 3

Media Komunikasi

Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media

komunikasi.

PASAL 4

Kepentingan yang Tersembunyi

Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun yang secara sengaja

bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara seolah olah ingin memajukan

suatu kepentingan tertentu, padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain

yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban untuk menjaga agar kepentingan sejati

organisasi yang menjadi mitra kerjanya benar-benar terlaksana secara baik.

PASAL 5

Informasi Rahasia

Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum yang berwenang) tidak

akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan kepadanya, atau yang

diperolehnya, secara pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari

kliennya, baik di masa Ialu, kini atau di masa depan, demi untuk memperoleh keuntungan

pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari yang bersangkutan.

PASAL 6

Pertentangan Kepentingan

Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan kepentingan yang saling bertentangan

atau yang saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan,

dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta fakta yang terkait.

PASAL 7

Sumber sumber Pembayaran

Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan menerima

pembayaran, baik tunai atau pun dalam bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa

jasa tersebut, dari sumber manapun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.

PASAL8

Memberitahukan Kepentingan Kuangan

Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak

akan menyarankan klien atau majikannya untuk memakai organisasi tersebut atau pun

memanfaatkan jasa jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu

kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.

PASAL 9

Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja

Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui persyaratan dengan

calon majikan atau calon klien, berdasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil

pekerjaan PR tertentu di masa depan.

PASAL 10

Menumpang tindih Pekerjaan Anggota Lain

Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan cara mendekati

langsung atau secara pribadi, calon majikan atau calon langganan yang potensial, akan

mengambil langkah langkah yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau

kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian, maka menjadi

kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan pendekatan

yang akan dilakukannya terhadap klien tersebut. (Sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali

tidak dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa jasanya secara umum).

PASAL 11

Imbalan kepada Karyawan Kantor kantor Umum

Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apa pun, dengan tujuan

untuk memajukan kepentingan pribadinya (atau kepentingan klien), kepada orang yang

menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan

masyarakat luas.

PASAL 12

Mengkaryakan Anggota Parlemen

Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota Parlemen, baik sebagai konsultan

ataupun pelaksana, akan memberitahukan kepada Ketua Asosiasi tentang hal tersebut

maupun tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal

tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Seorang

anggota Asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota Parlemen, wajib memberitahukan

atau memberi peluang agar terungkap, kepada Ketua, semua keterangan apa pun mengenai

dirinya.

PASAL 13

Mencemarkan Anggota anggota Lain

Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama baik atau praktek

profesional anggota lain.

PASAL 14

Instruksi/Perintah Pihak pihak Lain

Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau

organisasi lain untuk bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini,

atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan dianggap telah

melanggar Kode ini.

PASAL 15

Nama Baik Profesi

Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga merugikan nama baik

Asosiasi, atau profesi Public Relations.

PASAL 16

Menjunjung Tinggi Kode Etik

Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja sama dengan

anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta dalam melaksanakan keputusan

keputusan tentang hal apa pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan

tersebut. Apabila seorang anggota, mempunyai alasan untuk berprasangka bahwa seorang

anggota lain terlibat dalam kegiatan kegiatan yang dapat merusak Kode Etik ini, maka ia

berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib

mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini, dan Asosiasi

wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan melaksakan Kode Etik ini.

PASAL 17

Profesi Lain

Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi,

seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak

akan turut dalam kegiatan apa pun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.

KODE ETIK PROFESI

[PERHUMAS INDONESIA]

Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional;

Diilhami oleh Piagam PBB sebagai landasan tata kehidupan internasional; Dilandasi oleh

Deklarasi Asean (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan

dipedomi oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku

kehumasan secara professional; kami para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat

Indonesia – PERHUMAS INDONESIA sepakat untuk mematuhi Kode Etik Kehumasan

Indonesia, dan bila terdapat bukti-bukti diantara kami dalam menjalankan profesi

kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah tentu mengakibatkan

diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya.

Pasal 1

KOMITMEN PRIBADI

Anggota PERHUMAS harus :

a. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam

menjalankan profesi kehumasan

b. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan

Indonesia

c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang serasi

daln selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa

Pasal II

PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN

Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:

a. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan

b. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa

persetujuan semua pihak yang terkait

c. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan, maupun yang

pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan

d. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan

martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau mantan atasan

e. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran,

komisi atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah

memperoleh kejelasan lengkap

f. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau

imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui

perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa

Pasal III

PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA

Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:

a. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat

serta harga diri anggota masyarakat

b. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana maupun jalur

komunikasi massa

c. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga

dapat menodai profesi kehumasan

d. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia

Pasal IV

PERILAKU TERHADAP SEJAWAT

a. Praktisi Kehumasan Indonesia harus:

b. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak professional

sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis,

yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan

Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan PERHUMAS

INDONESIA

c.Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan

sejawatnya

d. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung

tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini. *

KODE ETIK KEHUMASAN PEMERINTAH

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah adalah setiap pejabat yang mempunyai tugas dan

fungsi kehumasan di instansi pemerintah, departemen, lembaga-lembaga negara serta unit-

unit usaha lainnya seperti BUMN/BUMD baik di pusat maupun di daerah.

Keberadaannya sebagai pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah adalah untuk lebih

meningkatkan dan membina citra pemerintah atau organisasi/instansi yang diwakilinya

dalam meningkatkan kualitas kerja dan profesionalisme serta mempertinggi daya dan hasil

guna yang maksimal dalam rangka operasional kehumasan yang terpadu.

Setiap pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah untuk bersikap, berperilaku serta

berkepribadian Pancasila dan mengkomunikasikannya secara komunikatif dan profesional

dalam rangka menunjang pelaksanaan kebijakan Pemerintah.

Kode etik bagi pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah juga dimaksudkan sebagai

perwujudan dan jati diri dari profesi kehumasan pemerintah yang terbuka dan komunikatif,

sebagai bagian integral dari fungsinya sebagai abdi pemerintah dan masyarakat.

Hubungan Kerja

a. Kewajiban

1) Ke Dalam Organisasi

a) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah harus loyal kepada instansinya, memiliki

kinerja berkomunikasi dan integritas moral secara efektif, baik dalam jalur formal maupun

informal dengan para pegawai instansi tempat pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah.

b) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah sebagai aparat pemerintah di bidang

kehumasan di samping berfungsi untuk membantu memaksimalkan upaya organisasi

instansi yang diwakilinya dalam rangka menjaga dan meningkatkan citra organisasi yang

baik, juga berkewajiban menyebarluaskan kebijakan Pemerintah dan membina hubungan

antara Pemerintah dengan masyarakat agar dapat berjalan secara lancar dan harmonis.

2) Ke Luar Organisasi

a) Dengan sesama aparat Humas:

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah wajib memelihara hubungan kerja sama yang

baik dan menciptakan komunikasi yang efektif serta harmonis dengan setiap aparat humas,

antara lain dengan cara:

(1) Menyajikan informasi yang lengkap, akurat dan komprehensif dan terpadu

(2) Tukar menukar informasi sehingga setiap pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah

dapat mengetahui suatu kebijakan dari tangan pertama.

(3) Aktif berpartisipasi dalam forum komunikasi dan forum kehumasan serta kegiatan

lainnya.

(4) Menyebarluaskan informasi, kepada masyarakat umum melalui media yang tersedia.

b) Dengan Media Massa

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah wajib menjalin kerjasama dan menciptakan iklim

kerja yang harmonis dengan media massa sebagai salah satu mitra kerjanya, dengan

menyediakan dan memberikan pelayanan yang jujur dan terbuka guna memperlancar tugas

dan fungsi media massa sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada instansi tempat

kerjanya.

c) Dengan Rekan Seprofesi

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah wajib menunjunjung tinggi profesi kehumasan

dan berupaya terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta motivasi

kerja baik secara perorangan maupun kelompok serta bertekad memajukan profesi

kehumasan di Indonesia.

d) Dengan Masyarakat Umum

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah wajib mewujudkan citra yang baik dan positif

dari pemerintah atau instansinya dengan menampilkan seikap, perilaku dan kepribadian

yang diterima oleh masyarakat.

b. Larangan

1) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah dilarang memberikan informasi yang bersifat

rahasia

2) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan

apapun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan dengan cara

seolah-olah ingin memajukan suatu kepentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin

memajukan kepentingan lain yang tersembunyi

3) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan

yang saling bersaing antar Kehumasan Pemerintah tanpa persetujuan yang jelas dari pihak-

pihak yang bersangkutan dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakta yang terkait.

4) Dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat, pengelola/anggota

Kehumasan Pemerintah tidak akan menerima pembayaran baik tunai ataupun dalam bentuk

memajukan kepentingan pribadinyasehubungan dengan jasa-jasa tersebut.

5) Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah, tidak dengan itikad buruk mencemarkan

nama baik atau praktek kehumasan, instansi atau organisasi lain.

Tanggung Jawab Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah

Pengelola/anggota Kehumasan Pemerintah dalam batas kewenangannya mempunyai

tanggung jawab untuk menyajikan informasi berdasarkan data dan fakta yang telah diolah

untuk disebarluaskan kepada masyarakat.

Hak Jawab dan Hak Koreksi

Apabila ada informasi yang tidak benar atau menyesatkan, setiap Pengelola/anggota

Kehumasan Pemerintah dapat memanfaatkan hak jawab dan hak koreksi guna meralat dan

meluruskan informasi tersebut, sebagaimana diatur dalam undang-undang.

KODE ETIKA PR

[International Public Relation Association]

1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode

IPRA

2. Perilaku kepada klien dan karyawan :

1. Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan

2. Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan

3. Menjaga kepercayaan klien dan karyawan

4. Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain

5. Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain

6. Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.

3. Perilaku terhadap publik dan media :

1. Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang

2. Tidak merusak integritas media komunikasi

3. Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan

4. Memberikan gambar yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani

5. Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani

kepentingan pribadi yang terbuka.

4. Perilaku terhadap teman sejawat :

1. Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek anggota lain

2. Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya

3. Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan kode etik

ini.

2.4 Hubungan Kemitraan antara Perusahaan dan Karyawan

Sebuah perusahaan dalam perjalanan bisnisnya akan sering menghadapi tekanan. Berbagai

tekanan yang datang bukan hanya berasal dari eksternal perusahaan, tidak jarang tekanan malah

justru banyak ditimbulkan oleh faktor internal perusahaan.

Sebenarnya, tekanan yang datang baik dari internal maupun eksternal, tidak selalu menghambat

perusahaan untuk maju dan berkembang. Seringkali faktor-faktor tadi malahan memberi

kesempatan kepada perusahaan untuk menjadi lebih besar. Anda ingat perumpamaan “Makin

besar ombak yang dihadapi pelaut, maka akan semakin ulung si pelaut tersebut“. Sekarang

adalah tinggal bagaimana perusahaan menyikapi tekanan sebagai sebuah sarana untuk terus

menerus mengkoreksi diri dan memperbaiki segala sesuatu secara berkesinambungan.

Tekanan dari internal ataupun eksternal perusahaan sebenarnya dapat dihadapi bila perusahaan

sebisa mungkin selalu menciptakan dan menjaga hubungan baik melalui komunikasi “bebas

hambatan” dengan kedua belah pihak tadi. Pembicaraan kali ini kita fokuskan pada bagaimana

menciptakan dan menjaga hubungan baik antara perusahaan, dengan para karyawannya.

Mengapa karyawan penting? Karyawan merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan.

Sekalipun tidak mempunyai pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan, karyawan

adalah aset yang paling banyak kuantitasnya dalam perusahaan. Oleh karena itu perusahaan

harus dapat mengetahui dan memahami benar apa yang menjadi hak-hak karyawan. Selain

komunikasi yang lancar antara perusahaan dengan karyawan, perhatian yang diberikan

perusahaan kepada hak-hak karyawan, dapat menjaga hubungan baik perusahaan dengan

karyawan. Kelompok karyawan yang mendapat perhatian yang baik, besar kemungkinan dapat

membantu perusahaan mengatasi hal-hal yang tidak terduga, seperti kebakaran, pencurian,

kebanjiran, kerusakan mesin, dll.

Sebaliknya karyawan yang merasa tidak diperhatikan atau merasa tidak mendapat simpati dari

perusahaan akan dapat merugikan perusahaan. Kedudukan struktural yang lemah, biasanya

membuat para karyawan membentuk sebuah kelompok/paguyuban informal yang fungsinya

adalah membela kepentingan para karyawan. Kelompok inilah yang umumnya menjadi

penggerak karyawan dalam melakukan gerakan protes atau yang sejenis lainnya. Karyawan yang

bersatu dan merasa hak-hak mereka tidak mendapat perhatian dari Top Management biasanya

akan menjadi sangat sensitif. Para karyawan yang tidak puas terhadap keputusan / kebijakan

perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan, misalnya

pemogokan masal.

Karyawan yang tidak mendapat simpati dari perusahaan dan melakukan protes, biasanya

mendapat simpati besar dari masyarakat. Hal ini dapat memperburuk citra perusahaan yang

berakhir pada hilangnya kepercayaan masyarakat (atau lebih tepatnya konsumen) kepada

perusahaan. Bila krisis kepercayaan sudah terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa

perusahaan sedang mengalami kemunduran.

Perhatian masyarakat dan kebijakan pemerintah untuk industri sangat berpengaruh terhadap

pembuatan kebijakan atau peraturan dalam perusahaan, khususnya dalam hal tenaga kerja.

Masalah ketenagakerjaan selalu menjadi masalah utama yang harus cepat ditangani oleh para

pemilik perusahaan dan Top Management.

Kita semua, baik pengusaha, karyawan, masyarakat umum, maupun pemerintah sangat

mendambakan hubungan industrial yang baik. Hanya dengan hubungan industri yang baik maka

akan tercipta kondisi yang kondusif bagi pembangunan industri yang kuat dan sekaligus

perekonomian nasional yang handal. Hubungan industri yang baik adalah hubungan yang

menggambarkan partnership dan introspeksi, partner in production, partner in profit, dan partner

in responsibility.

Sebagai perusahaan yang baik, dalam menentukan kebijakan/aturan hendaknya hak-hak

karyawan diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan, misalnya UMR, masalah kesehatan dan

keamanan kerja, jaminan kemerdekaan bagi karyawan untuk berserikat, jaminan perusahaan

bahwa mereka tidak akan melakukan diskriminasi dalam hal ras, agama, suku, jenis kelamin, dll,

jaminan bahwa perusahaan tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun mental

dalam kegiatan bekerja, jam kerja yang sesuai, kompensasi, dan sebagainya.

Bila perusahaan telah dapat melindungi dan memenuhi hak-hak karyawannya, sudah barang

tentu loyalitas karyawan akan meningkat sehingga diharapkan kinerja karyawan pun meningkat.

Namun toh kepercayaan karyawan saja belum cukup untuk meningkatkan citra positif

perusahaan. Perusahaan tetap memerlukan kepercayaan dari pihak luar seperti masyarakat,

pemerintah, pers, dll, dan biasanya pihak luar perlu bukti nyata bahwa perusahaan telah

menjalankan kewajibannya.

Untuk itu perusahaan memerlukan sebuah sistem manajemen yang dapat membantu perusahaan

melaksanakan fungsinya sebagai perusahaan yang baik dan memperhatikan hak-hak karyawan

sebagaimana mestinya sekaligus membuktikannya kepada pihak luar.

Sistem manajemen yang dibutuhkan adalah yang mampu :

Membangun, mengelola, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah atau yang terkait

mengenai berbagai masalah yang memiliki pengaruh besar dalam hubungan industrial.

Membuktikan bahwa prosedur, aturan, atau kebijakan yang perusahaan buat telah sesuai dengan

sistem manajemen tersebut. Dengan kata lain sistem ini dapat dijadikan sebagai alat untuk

mengaudit prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan berkaitan dengan masalah

ketenagakerjaan.

Salah satu alternatif sistem manajemen tentang hubungan ketenagakerjaan tersebut adalah SA

8000, yang mulai banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.

BAB III

ANALISIS

3.1 Analisis Segi Karywan

Sebuah perusahaan dalam perjalanan bisnisnya akan sering menghadapi tekanan. Berbagai

tekanan yang datang bukan hanya berasal dari eksternal perusahaan, tidak jarang tekanan malah

justru banyak ditimbulkan oleh faktor internal perusahaan.

Pembicaraan kali ini kita fokuskan pada bagaimana menciptakan dan menjaga hubungan baik

antara perusahaan, dengan para karyawannya.

Mengapa karyawan penting? Karyawan merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan.

Sekalipun tidak mempunyai pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan,

karyawan adalah aset yang paling banyak kuantitasnya dalam perusahaan.

3.2 Analisis Segi Etika Profesi PR

Dalam Kode Etik Kehumasan Indonesia

Perilaku kepada klien dan karyawan :

1. Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan

2. Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan

3. Menjaga kepercayaan klien dan karyawan

4. Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain

5. Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain

6. Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.

3.3 Analisis Akhir

Kegiatan Public Relations merupakan kegiatan yang  ditujukan untuk publik internal

organisasi/perusahaan. Publik internal  adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara

langsung dalam  keberhasilan perusahaan, seperti  karyawan, manajer, supervisor,  pemegang

saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya.

Melalui kegiatan Internal Public Relations diharapkan dapat  memenuhi kebutuhan dan

kepentingan publik internal dari  organisasi/perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara

pihak-pihak  yang terkait dalam perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang baik.  Dengan

begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar.

Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public Relations Officers antara lain :

Hubungan dengan karyawan (employee relations)

Seorang PR harus mampu berkomunikasi dengan segala lapisan karyawan baik secara

formal maupun informal untuk mengetahui kritik dan saran mereka  sehingga bisa

dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam

organisasi/perusahaan. Seorang PR harus mampu menjembatani komunikasi antara

pimpinan dan karyawan. Karena dengan diadakan program employee relations

diharapkan akan menimbulkan hasil yang positif yaitu karyawan merasa dihargai dan

diperhatikan oleh pimpinan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan rasa memilki (sense

of belonging), motivasi, kreativitas dan ingin mencapai prestasi kerja semaksimal

mungkin.

BAB IV

PENUTUP

Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik

profesi PR merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat

tertentu. Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap

karyawannya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi

dengan karyawannya. Kebijakan terhadap karyawan seharusnya dapat menjadi perhatian khusus

oleh Public Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi atau

perusahaan peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan karyawan dan bahkan menjadi

pihak penengah antara organisasi dengan pihak internal.

DAFTAR PUSTAKA

.

Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks.

Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja: Santusta

Bertens. K. 1997, Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Canfield Bertrand R, 1964, Public Relations Principles, Cases and Problem Fourth Edition,

Richard D. Irwin, Inc. Home, Illinois.

Cutlip, Scott M. Allen H. Center, 1982, Effective Public Relations, Revise 5th Edition, Prentice

Hall, Inc. Engle Wood Clips, New Jersey.

Effendy, Onong Uchjana, 1993, Human Relations dan Public Relations, Cetakan VIII, Penerbit

Mandar Maju, Bandung.

Ruslan Rosady, 2002, Etika Kehumasan Konsepsi & Aplikasi, PT. Raja Grafindo Jakarta.

Yulianita Neni, 2005, Dasar-dasar Public Relations, Pusat Penerbitan Universitas (P2U)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung (LPPM

UNISBA).

Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja: Santusta.

Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar – Dasar Public Relation. Bandung:

Rosda.

Willcox, Dennis L. dkk. 2006. Public Relation Strategy & Taktik. Batam: Inter Aksara.

Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris

Munandar). Jakarta: Erlangga.