CONTOH MAKALAH PROFESI

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Apendesitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis sering terjadi pada usia remaja dan dewasa. Insidens apendesisis akut pada Negara maju lebih tinggi dari pada Negara berkembang. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatkan penggunaan makanan tidak berserat dalam menu sehari-hari. (Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1257) Apendisitis juga disebut umbel cacing,apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang berlokalisasi dekat katuk illecekal. Peradangan dimulai oleh obstruksi dari fekait (feses yang mengeras). Sebagian besar apendiks dapat membengkak. Bila ditemukan apendisitis maka satu-satunya pengobatan adalah operasi. (Elizabeth J. Corwin, 2001) Insiden keadan bedah akut abdomen yang paling sering terjadi pada decade kedua dan ketiga, sejajar dengan jumlah jaringan limfoin pada apendiks. Rasio pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Usia 10 tahun sampai 25 tahun insiden rupture terjadi 15% sampai 25% pasien pada saat dating, dengan insidens yang lebih tinggi pada anak-anak dan lansia. Gejala dan tanda-tanda local dari serangan adalah leukosit meningkat, obstruksi fekalit atau masa fekal dapat terjadi, sakit perut yang sering kambuh, mual dan muntah, rasa ngilu dan nyeri tekan, suhu kurang lebih 37,5 C-38,5 C, konstipasi, kaki kanan fleksi karena nyeri. Jika apendik mengalami perforasi paling tinggi pada orang lanjut usia komplikasi utama adalah sepsis luka. Hal ini berkembang sekitar 20% pasien dengan apendiks perforasi, tetapi dapat dikurangi dapat sekitar 5% yaitu dengan tehnik operasi yang cermat, pembilasan dengan tetrasiklin dan antibotik profilaksis. Apabila apendiks tidak mendapat pengobatan yang baik tidak menuntut kemungkinan muncul komplikasi antaralain: apses, sumbatan usus akut, illeus dan peritonitis, serta fistula tinja. Oleh karena itu dalam perawatan pada pasien apendiktomi perlu diperhatikan cara perawatan luka dengan tehnik apseptik dan septik.22

Sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi masalah-masalah baik bio, fisiko sosisal, cultural, spritual maupun dampak dari penyakit yang dialami pasien apendisitis.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien apendiktomi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan post apendiktomi b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien post apendiktomi c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan post apendiktomi d. Mampu melaksanakan tindakan keperwatan pada pasien post apendiktomi e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien post apendiktomi f. Mampu menganalisa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan keperawatan pada pasien post apendiktomi

BAB II23

TINJAUAN TEORI

C. PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tampa penyebab yang jelas, atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja, atau akibat tepuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya. Peradangan menyebabkan apendiks menbengkak dan nyeri yang dapat menimbukan gangrene karena suplai darah terganggu. Apendiks juga dapat pecah. (Elizabeth J. Corwin, 2001: 529).

D. ETIOLOGI Penyebab apendisitis belum sepenuhnya di mengerti, pada kebanyakan kasus peradangan dan inspeksi usus buntu didahului oleh adanya penyumbatan didalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah dan dapat mengakibatkan fatal bagi penderita. Menurut peneliti, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendiksitis. penyakit apendiksitis bisa diderita oleh semua orang dari berbagai usia dan paling sering terjadi antara usia 10 sampai 30 tahun.

E. PATOFISIOLOGI Apendiks belum diketahui pungsinya, merupakan bagian dari sekum. Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipar atau tersumbat, kemungkinan oleh fekait (biasanya oleh faeses yang keras),tumor, atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan

24

tekanan intralumina, menunbulkan nyeri abdomen dan menyebar secara progresif,dalam beberapa jam, terlokalisasidi kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks terinflamasi berisi pus. (Brunner & Suddart, Edisi 8)

F. PATOFLOW Insfeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang mengeras, pola hidup, Benda asing,tumor Apendisitis Inflamasi Edema Inspeksi tindakan laparatomi Adanya lika insisi Terputusnya Kontinuitas Obs. Usus Nyeri imobilisasi

Bakteri flora apendiks Usus Ransangan saraf abses sekunder Reseptor

masuknya kuman didalam darah masuknya bakteri25

Konstipasi Nyeri Vasodilatasi pelvis diagram hati

infeksi sitemik Risti infeksi

Hipotensi Jumlah leukosit Hipertermi suplai oksigen kejaringan kurang kelemahan fisik

Intoleransi aktifitas ( Brunner & suddarth, 2002) (Elizabet J. Corwin 2000) G. MANISFESTASI KLINIS y y y Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual muntah dan hilangnya nafsu makan. Dalam beberapa jam, nyeri menjadi lebih terlokalisasikan dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan di lepas dari bagian yang sakit) (Elizabeth J. Corwin, 2001: 529).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK y Pemeriksaan fisik lengkap

26

y y y y

Tes laboratorium Sinar x Peningkatan hitung sel darah putih Jumlah leukosit lebih dari 10.000/mm

I. KOMPLIKASI y Dapat terjadi peritoritis apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah

J. PENATALAKSANAAN y y Pengangkatan apendiks secara bedah Apabila apendik pecah sebelum tindakan bedah, maka diberikan antibiotic untuk mengurangi resiko peritonitis dan sepsis

27

K. PENGKAJIAN AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala : malaise

SIRKULASI Tanda : takikardia

ELIMINASI Gejala : konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang diare. Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan dan nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus

MAKANAN/CAIRAN Gejala: anoreksia dan mual muntah.

NYERI/KENYAMANAN Gejala : Nyeri difus yang timbul mendadak didaerah efigastrium atau periumbilicus dan dalam beberapa jam, nyeri menjadi lebih terlokalisasikan dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah, dan meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam. Tanda: prilaku berhati-hati : berbaring kesamping atau terlentang dengan litut di tekuk: meningkatnya nyeri pada kuadrankanan bawah kerena ekstensi kaki kanan atau posisi tegak

KEAMANAN Tanda: demam28

PENAPASAN Tanda: takipnea, pernapasan dangkal

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh batu ureter, salpingitis akut,ileitis ragional, dapat terjadi pada berbagai usia PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SDP: leukositosis di atas 12.000/mm, neutropil memingkat sampat 75% Urinalisis normal Foto abdomen: menyatakan adanya pengeseran material pada apendiks, ileus terlokalisir.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN Post-op 1. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi bedah 2. Risti infeksi berhubungan dengan insisi bedah 3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat pembedahan. B. RENCANA TINDAKAN Post- op Dx 1: Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi bedah

29

Tujuan : pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman Hasil yang diharapkan : Melaporkan pengurangan rasa nyeri yang hebat dan gangguan rasa nyaman Secara bertahap meningkatkan aktivitas dan latihan Memperlihatkan tidak adanya manifestasi pada tingkah laku akibat nyeri dan gangguan rasa nyaman( mis: kegelisahan, perspirasi, ekspresi nyeri secara lisan) Turut berpartisipasi latihan nafas dalam dan batuk efektif Intervensi dan rasional: 1. Kaji nyeri, catat lokasi,karakteristik dan skala nyeri R/ memberikan data dasar untuk mengevaluasi keberhasilan strategi dalam meredakan rasa nyeri. 2. Pertahankan istirahat dengan semi Fowler R/menghilangkan ketegangan obdomen 3. bantu dan dorong ambulasi dini R/ memudahkan dilanjutkannya kembali latihan aktivitas otot. 4. Berikan aktifitas hiburan R/meningkatkan relaksasi dan meningkatakan kemampuan koping 5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi R/ menghilankan rasa nyeri

Dx 2 : Risti infeksi berhubungan dengan insisi bedah Tujuan : risti infeksi tidak terjadi Hasil yang dukarapkan:30

-

Tanda-tanda infeksi tidak ada Luka besih Luka kering Intervensi:

1. Kaji tanda-tanda vital R/dugaan adanya infeksi 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang abseptik R/ menurunkan resiko penyebaran infeksi 3. Catat karakteristik luka R/memberikan detiksi 4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi R/menurunkan jumlah organism dan menurunkan penyebaran organisme

Dx 3: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat pembedahan. Tujuan: mempertahankan keseimbangan cairan yang normal Hasil yang diharapkan: Berat badan pasien berada dalam rentang 1-1,5 kg dari nilai normal Urin tampak jernih dan tidak mengandung darah pus dan benda asing lainnya Suhu tubuh denyut nadi pernapasan dan tekanan darah dalam batas normal Bunyi jantung dan paru dlam batas normal Intervensi: 1. Timbang berat badan pasien setiap hari31

R/ penimbangan berat setiap hari merupakan indicator yang sensitive untuk menunjukan kehilangan atau penambahan cairan 2. Ukur asupan dan keluaran cairan yang akurat R/ mendeteksi cairan urin akibat curah jantun atau keluaran ginjal yang buruk 3. Berikan semua terapi parenteral dengan pompa infuse R/ memastikan agar cairan infuse tidak kelebihan atau kekurangan tanpa disengaja 4. pantau jumlah dan karakteristik urin membantu mendeteksi secara dini komplikasi dari pembedahan atau pemasangan selang yang mungkin terjadi 5. pantau tanda-tanda vital suhu tubuh nadi, pernapasan dan tekanan darah R/ apabila volume cairan atau curah jantung mengalami perubahan, tanda-tanda vital akan terpengaruh 6. lakukan auskultasi jantung dan paru setiap pergantian shift R/ apabila volume cairan meningkat akibat curah jantung atau keluaran renal yang buruk cairan akan bertumpuk didalam paru dan sebaliknya jika suara juantung akan berubah jika terjadi gagal jantung kongestif. Auskultasi yang sering dilakukan akan menjamin deteksi dini.

BAB III TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien Nama klien : An. M

32

Jenis Kelamin Usia Agama Pekerjaan Alamat Penanggung Jawab Nama Usia Hubungan dengan klien Alamat 2. Riwayat Kesehatan

: Laki-laki : 12 tahun : Kristen : Sekolah : Kadung wetan Rt 001/01 Kec Naga sari Tangerang

: Ny. I : 36 thn : Ibu : Kadung wetan Rt 001/01 Kec Naga sari Tangerang

Tanggal mulai sakit : 24 mei 2011 Tgl operasi Tgl pengkajian No CM : 25 mei 2010 : 27 mei 2011, hari ke dua post-op : 04083759

33

Kesadaran Masuk dari Diagnosa Alasan masuk RS Keluhan utama

: compos mentis TD: 110/80mmHg, Nadi: 89 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37 x/menit : poli bedah : Apendisitis : klien mengatakan sakit pada bagian perut kanan bawah. : klien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan bawah

3. Riwayat kesehatan masa lalu a. Riwayat alergi : Pasien tidak ada riwayat alergi obat dan makanan b. Riwayat kecelakaan : Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang fatal. c. Riwayat dirumah sakit : Klien mengatakan tidah pernah dirawat dirumah sakit d. Riwayat pemakaian obat Sebelum masuk ke RSUD Tangerang pasien belum pernah konsultasi ke klinik atau puskesmas, e. Operasi yang pernah dijalanin sebelumya Tidak pernah atau tidak ada f. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada. g. Tidak transfusi darah h. Tidak mengkomsumsi alcohol dan tidak merokok34

4. PENGKAJIAN SISTEM a. Kenyamanan Nyeri pada bagian perut kanan bawah Tipe : tekanan

Intensitas : 7-8 Durasi : intermiten

Yang mengurangi / menghilangkan rasa nyeri : istirahat Kesimpulan : klien mengeluh nyeri pada bagia kuadran kanan bawah dengan tipe nyeri tekan dan nyeri lepas dengan skala 7-8.

b. Aktivitas y y y y Berjalan : sulit, karena nyeri bekas operasi pada bagian perut kanan bawah Ekstermitas atas : tidak sulit digerakan Aktivitas : dibantu dalam bergerak Alat bantu : tongkat

Kesimpulan : klien masih masih dibantu dalam aktivitas karena masih terdapat nyeri bekas operasi

c. Oksigenasi y y Respirasi tidak sulit Sirkulasi dalam batas normal Kesimpulan : tidak ada masalah dengan oksigenasi klien

35

d. Nutrisi y y y Tidak ada masalah dengan nutrisi klien Pemberian nutrisi melalui oral dan jenis makanan yang dikomsimsi makanan lunak Berat badan 50 kg Kesimpulan: tidak ada masalah dengan nutrisi klien,

e. Eliminasi y y y y y y y Bowel dalam batas normal Frekuensi 2x sehari Kosistensi lembek dan berwarna kuning Bleder dalam batas normal Frekuensi terhitung Warna kuning jernih Nyeri berkemih karena ada pemasangan kateter

Kesimpulan: Terpasang kateter, jumlah 2 ml , kuning jernih, bau khas

f. Reproduksi y y y Penis Glasns : Utuh : Utuh

Meatus uretra : Utuh36

y y

skrotum testis

: Utuh : Utuh

Kesimpulan : tidak ada kelainan dengan alat reproduksi klien

g. Proteksi y Status mental baik dan koorperatif

h. Sistem Penglihatan Inspeksi y y y Posisi mata Kelopak mata Fungsi penglihatan baik o Pergerakan Bola mata : Normal/dapat bergerak kesegala arah : Simetris : Normal, dapat membuka dan menutup kelopak mata

o Reaksi Terhadap cahaya : Pupil mengecil/kontriksi y Konjugtiva y Kornea y Sklera y Tanda-tanda radang y Pemakaian kacamata y Pemakaian lensa kontak : Tidak anemis : Normal (tampak jernih) : tidak Ikterik : Tidak ada : Tidak : Tidak ada

Kesimpulan : penglihatan dalam batas normal dan tidak ada kelainan dalam penglihatan klien37

i.

Sistem Pendengaran inspeksi y y y y y y y y Daun telinga : simetris, hangat

Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau): Telinga tampak bersih Kondisi telinga tengah Cairan dari telinga Perasaan penuh ditelinga Tinitus Fungsi Pendengaran Pemakaian alat bantu : tampak ada serumen. : Tidak ada : Tidak dirasakan : Tidak dirasakan telinga berdengung : Normal : Tidak

Kesimpulan : tidak ada masalah dengan pendengaran klien dengan hasi tes weber : seimbang, rinne : AC dan BC sama, swabah : sama j. Gigi dan mulut y Inpeksi : mukosa mulut kering, tidak ada lesi, gigi utuh, upula utuh, tidak ada kesulitan menelan, gigi kotor dan mulut bau

Kesimpulan : gigi dan mulut utuh tidak ada lesi, gigi klien kotor dan mulut bau

k. Integumen y Inspeksi : bersih, turgor kulit elastis dan lembab, terdapat lesi pada bagian perut kanan bawah bekas operasi, ukuran panjang 5 cm, lebar 1.5 cm, panjang balutan 7 cm. Kesimpulan : terdapat lesi pada bagian perut kanan bawah bekas operasi, ukuran panjang 5 cm, lebar 1.5 cm, panjang balutan

38

l.

Sistem Wicara y Bicara : normal, pasien dapat berbicara dengan dengan jelas dan tidak ada masalah dengan memori.

5. PENGKAJIAN FISIK a. Kardiovaskuler y y y Inpeksi : tidak ada pembesaran jantung, tidak ada edema, warna kulit kecoklatan Palpasi : tidak ada pembersaran jantung dan tidaj nyeri tekan Perkusi : Ics 2 kanan : resonance Ics 4 kanan : resonance Ics 5 kanan : resonance y ics 2 kiri : resonance ics 4 kiri : dullness ics 5 kiri : dullness

Auskultasi : bunyi jantung beraturan s1 lebih besar dari s2 dan bunyi jantung tambahan tidak ada

b. Respirasi y Inspeksi Respirasi rate Upaya bernapas : 20x/menit : mudah dan tidak ada hambatan

Tidak ada restraksi interkosta dan tidak nyeri saat inspirasi atau eksperasi Tidak clubbing finger

39

y

Palpasi Tidak nyeri saat inspirasi atau eksperasi Focal fremitus tidak terkaji

y y

Perkusi : Auskultasi Suara nafas trakea Paru paru

: perkusi resonan

: bronchial, broncus : bronco vesikuler : anterior paru-paru kiri : vesikuler posterior paru-paru kiri : vesikuler

Anterior paru-paru kanan : vesikuler Posterior paru-paru kanan : vesikuler c. Pencernaan Pengkajian oral y Inspeksi dan palpasi

Mukosa mulut warna pink , kelembaban kering, lesi tidak ada dan bau mulut Gusi dan gigi lengkap tidak ada lesi dan karies Lidah warna pink dan terdapa tenggorokan dan tonsil yang berwarna pink d. Abdomen y Inspeksi Bentuk abdomen datar, integeritas kulit