Upload
ica-diennissa
View
52.655
Download
28
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS BAHASA INDONESIA
Contoh Paragraf Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi & Persuasif dengan tema “HUKUM”
Dosen Pengajar : Drs. Nursal Hakim, M.Pd.
oleh :
DIENNISSA PUTRIYANDA
Nim : 1209114065
Fakultas Hukum Universitas Riau
2012/2013
Deskripsi
Proses Pembuatan SIM C
Berdasarkan pada pengalaman saya saat membuat SIM C (Surat Izin
Mengemudi bagi pengendara kendaraan sepeda motor), tepatnya di Polresta
Pekanbaru, saya terlebih dahulu menyiapkan segala persyaratan yang telah ditentukan
dalam proses pembuatannya. Setelah yakin semua persyaratan lengkap, saya
melakukan tes kesehatan di klinik yang berada tidak jauh dari Polresta Pekanbaru.
Tanpa harus menunggu lama, hasil medis tes kesehatan itu selesai dicetak dan saya
langsung melunasi proses pembayaran tes kesehatan tersebut. Setelah itu, langsung
saja saya mendatangi ruangan khusus pembuatan SIM C. Awalnya saya menuju loket
tempat pembelian formulir pembuatan SIM C yang terdapat di sebelah kiri depan
pintu masuk. Saya mengisi formulir tersebut dan kemudian dikumpulkan ke loket
pengumpulan formulir, dan selanjutnya menunggu di ruang tunggu untuk melakukan
tes teori. Tes tersebut tidak berjalan begitu lama. Hanya ada beberapa pertanyaan
mengenai lalu lintas berkendara yang harus saya selesaikan, hingga saat beberapa
petugas memberikan instruksi untuk menghentikan proses tes teori. Hasil tes teori
tersebut diumumkan beberapa saat kemudian. Dikarenakan saya lulus dalam tes teori,
selanjutnya saya akan melaksakan tes praktek yang akan dilaksanakan dengan
pengawasan langsung dari petugas kepolisian. Pada tes praktek tersebut, saya harus
melalui beberapa tantangan kecil lalu lintas yang telah disediakan petugas. Dan saya
pun akhirnya berhasil melalui berbagai tes dan mendapatkan SIM C yang telah
melegalkan saya untuk berkendara menggunakan kendaraan bermotor di lalu lintas.
Eksposisi
Tata Hukum
Tata hukum berasal dari bahasa Belanda, “recht orde” yaitu susunan hukum,
artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum. Yang dimaksud
“memberikan tempat yang sebenarnya” yaitu menyusun dengan baik dan tertib
aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup. Itu dilakukan supaya ketentuan yang
berlaku, dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap
terjadi peristiwa hukum. Tata atau susunan itu pelaksanaannya berlangsung selama
pergaulan hidup manusia berkembang. Oleh karena itu, dalam tata hukum ada aturan
hukum yang berlaku pada saat tertentu, di tempat tertentu yang disebut juga hukum
positif atau ius constitutum. Aturan hukum sejenis yang pernah berlaku dan tetap,
dinamakan hukum (recht). Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa dalam tata
hukum terdapat hukum positif. Disamping itu, ada aturan-aturan hukum tertentu yang
pernah berlaku dan sudah diganti dengan aturan hukum baru yang sejenis dan berlaku
sebagai hukum positif baru.
Argumentasi
Potret Nepotisme
Tidak dapat disangkal bahwa praktik nepotisme merupakan realita yang kerap
terjadi. Sudah jelas, rasa ikatan kekeluargaan dan kekerabatan yang terlalu mendalam
menjadi penyebabnya.
Seperti dalam lingkungan birokrasi, nepotisme erat sekali menjadi landasan
dalam proses rekrutmen. Contohnya saja, pada proses perekrutan pegawai negeri. Jika
A yang punya kemampuan dan pengetahuan cukup baik, seharusnya ia yang lebih
berhak direkrut karena memenuhi persyaratan paling penting. Tetapi karena B yang
kualitas kemampuan dan pengetahuannya lebih rendah dari A yang merupakan
sepupu dari C selaku “orang dalam”, maka yang akhirnnya dipilih adalah B.
Akibatnya, ketika ada seseorang yang hendak melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS), ia mungkin akan mengatakan : “Kalau mau lulus dengan mudah, harus ada
`orang dalam’ yang bersedia menolong.” Kalau sudah begini, ujian resmi atau tes
masuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) hanya sekadar formalitas untuk menutupi
kotornya nepotisme.
Praktik nepotisme ini tidak hanya dilakukan oleh orang yang bisa dikatakan
mempunyai kemampuan dan pengetahuan kurang, tetapi juga menjadikan orang yang
mempunyai kemampuan dan pengetahuan cukup baik pun akhirnya mencari “orang
dalam” sendiri untuk memuluskan langkah. Ini realitanya, akibat membudayanya
nepotisme dalam lingkungan birokrasi. Betapa kotornya nepotisme itu.
Persuasif
Solusi Jitu itu Bernama Kesadaran
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penegakan hukum di Indonesia saat ini
sangat buruk. Kesalahan itu terletak pada oknum penegak hukum itu sendiri. Hal ini
bisa terjadi karena lemah nya pengawasan terhadap perkembangan hukum di
Indonesia dan kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat. Jadi yang perlu kita
lakukan ialah meningkatkan kesadaran hukum dimulai dari pribadi sendiri hingga
orang-orang disekitar kita sehingga nantinya dapat meluas ke lingkungan
masyarakat . Karena apabila kesadaran hukum masyarakat telah tinggi, maka secara
otomatis akan dapat meminimalisir pelanggaran hukum yang akan terjadi .