Upload
febrianprotego
View
246
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan olahraga yang semakin pesat pada saat ini membutuhkan
penanganan dan persiapan yang matang. Hal ini perlu dilakukan agar cita-cita anak
bangsa Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohani
melalui olahraga bisa diwujudkan. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis
mendorong, memberi, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.
Olahraga sebagai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas manusia
membutuhkan upaya pembinaan dan pengembangan guna melaksanakan terciptanya
sumber daya manusia Indonesia yang utuh secara mental, fisik, sportifitas,
kepribadian serta pencapaian prestasi dalam cabang-cabang olahraga. Melalui
aktivitas olahraga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi untuk
mengatasi kekurangan yang di alami serta memahami nilai-nilai kehidupan yang
sangat berharga, sesuai dengan perkembangannya olahraga berkembang menjadi
olahraga prestasi.
Sesuai dengan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia no. 3 Tahun 2005
Pasal 27 ayat 1 tentang sistem keolahragaan Nasional menyatakan: “Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan di arahkan untuk mencapai
prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional”.
iv
Berdasarkan kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan olahraga perlu
ditingkatkan dan disebarluaskan mulai dari kota ataupun kepelosok desa agar
masyarakat dapat terbina fisik dan mempunyai mental yang baik. Maka untuk
kelanjutannya perlu ditingkatkan lagi kearah yang lebih baik menuju keolahragaan
prestasi. Oleh karena itu setiap masyarakat dapat berperan serta dalam
mengembangkan olahraga, dan dibeberapa tahun terakhir ini kita ketahui banyak
cabang olahraga di Indinesia yang berkembang pesat, diantaranya cabang olahraga
beladiri karate.
Karate adalah seni perkasa untuk pembinaan kepribadian melalui latihan
sehingga karate dapat mengatasi setiap rintangan, nyata ataupun tidak nyata. Karate
sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih
sedemikian rupa secara sistematif sehingga serangan tiba-tiba dari musuh dapat
dikendalikan dengan menampilkan suatu kekuatan, tidak ubahnya seperti
menggunakan senjata betul. Dalam hai ini olahraga karate merupakan salah satu
cabang olahraga yang dipertandingkan baik tingkat daerah, nasional, regiaonal
maupun tingkat internasional, mulai dari usia dini, remaja, dan sampai usia dewasa.
Keberhasilan seorang atlet dalam pertandingan dapat dipengaruhi oleh kualitas
kondisi fisik,
Dalam ajang bergensi Kejurnas Pusat Pelatihan Pelajar , memotivasi atlet-
atlet karate Riau untuk bersaing dalam mencapai untuk menjadi tim inti di Pusat
Pelatihan Pelajar tersebut. Setelah mengadakan seleksi demi seleksi dari berbagai
macam event daerah. Maka terbentuklah suatu tim untuk di ikutkan dalam Kejurnas
iv
Pusat Pelatihan Pelajar. Atas kerjasama dengan atlet, pelatih, dan pengurus maka
sampai saat ini pelaksanaan latihan karate ini berjalan dengan baik. Olahraga karate
adalah olahraga beladiri yang memaksimalkan seluruh gerak tubuh untuk malakukan
pembelaan diri dari acaman baik dalam bentuk hindaran dan melakukan serangan
yang mematikan. Dalam olahraga karate ini sangat memerlukan kondisi fisik yang
baik, kondisi fisik yang di perlukan dalam olahraga beladiri karate ini adalah
kelincahan, kecepatan, kekuatan, kelenturan dan daya tahan tubuh yang baik.
Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik
kekuatan, daya tahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik
yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan
motifasi kerja, semangat kerja, percaya diri, ketelitian dan sebagainya. Secara
spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan
kegiatan kita, terutama dalam olahraga.
Dalam hal ini kondisi fisik sangat memegang peranan penting dalam olahraga
karate, apalagi saat dalam pertandingan yang memerlukan tenaga yang banyak, oleh
karena itu seorang atlet karate harus mempunyai fisik yang sangat bagus sehingga di
dalam pertandingan dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan. Dalam
pertandingan karate seorang atlit karate harus mempunyai kondisi fisik yang bagus,
karena dari sinilah semua hasil latihan dapat dilihat apakah hasilnya sesuai yang kita
inginkan atau sebaliknya. Karena dalam perbandinganlah semua tehnik akan keluar
apakah atlet tersebut mempunyai kondisi fisik yang bagus atau pada saat
iv
pertandingan tersebut atlet mengalami penurunan fisik sehingga tehnik tidak
dilakukan dengan sempurna.
Seorang atlet akan menghasilkan prestasi yang bagus apabila memiliki kondisi
fisik yang bagus dan tidak mengalami penurunan kondisi fisik. Agar kondisi fisik atlit
tetap terjaga maka atlet harus menjaga makanan dan minuman serta istirahat yang
cukup sehingga tidak mudah lelah. Selain itu peranan seorang pelatih jugak sangat
mempengaruhi terhadap kondisi fisik atlet olahraga beladiri karate ini.
Berdasarkan observasi penelitian di Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau
dapat dilihat dari sebagian atlet kondisinya cukup baik tetapi ada beberapa atlet
kondisinya kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari norma kemampuan atlet baik putra
maupun putri. Dan juga bisa dilihat pada saat pertandingan, ada beberapa atlet yang
kondisinya kurang baik, pada waktu atlet bertanding dibabak pertama kondisi fisik
nya masih kelihatan bagus dikarenakan baru beberapa menit berjalan, tetapi dibabak
berikutnya mulailah atlet kelihatan kelelahan, kalau sudah kelelahan atlet akan
kehilangan keseimbangannya dan gerakannya mulai tidak nampak sempurna, misal
nya serangan pukulan kalau udah kurang tenaganya maka pukulan nya tidak akan
nampak sempurna begitu jugak tendangan. Dari segi sarana kadang-kadang atlet
selalu berpindah-pindah tempat untuk melakukan tes fisik.
Dari uraian diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat kondisi
fisik atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar Riau maka penulis tertarik meneliti dengan
judul Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau.
iv
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka secara rinci dapat diuraikan
tentang masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kemampuan atlet mempengaruhi tingkat kondisi fisik atlet ?
2. Apakah kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap atlet Pusat Pelatihan Pelajar
dalam bertanding ?
3. Apakah program latihan mempengaruhi tingkat kondisi fisik atlet ?
4. Bagaimana sarana prasarana di Pusat Pelatihan Pelajar Tersebut ?
C. Pembatas Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka
penulis membatasi bagaimana Tingkat Kondisi Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar
Profinsi Riau.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah adalah
bagaimanakah tingkat kondisi fisik terhadap atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar
Provinsi Riau?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan masalah yang diangkat diatas, maka tujuan yang ingin di
capai dalam penelitian adalah mengetahui Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat
Pelatihan Pelajar Profinsi Riau.
iv
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai bahan masukan serta untuk memenuhi syarat-syarat
guna mencapai gelar sarjana.
2. Bagi atlet untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kondisi fisiknya
setelah latihan
3. Bagi pelatih agar dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat untuk
kemajuan prestasi atlit kususnya pada tingkat kondisi fisik
4. Sebagai bahan masukan bagi pengurus FORKI Riau untuk mengambil
langkah-langkah meningkatkan stamina atlet.
5. Bagi fakultas, dapat dijadikan sumber bahan bacaan guna menambah
pengetahuan mahasiswa /mahasiswi.
6. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin
melanjutkan penelitian yang sama pada masa akan datang.
iv
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi aspek–aspek kejiwaan yang berupa peningkatan motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan kegiatan kita, terutama dalam olahraga. Menurut (Prihastono,1994;9)
Pembinaan kondisi fisik pada olahraga, bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan fisik olahragawan sebagai dasar penunjang pencapaian prestasi puncak.
Pembinaan kondisi fisik harus diberikan seirama dengan latihan tehnik, tehnik dan
kematangan bertanding. Apabila salah satu dari komponen tersebut dihilangkan,
maka program latihan sepanjang tahun tidak akan tercapai.
Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. (Sajoto 1995:8)
Pembinaan kondisi fisik pada olahraga, bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan fisik olahragawan sebagai dasar penunjang pencapaian prestasi puncak.
Pembinaan kondisi fisik harus diberikan seirama dengan latihan tehnik, tehnik dan
kematangan bertanding. Apabila salah satu dari komponen tersebut dihilangkan,
maka program latihan sepanjang tahun tidak akan tercapai.
iv
Menurut latihan kondisi fisik ini. dalam buku kepelatih mengemukakan bahwa saat paling berbahaya dalam latihan, adalah pada tiga atau empat minggu pertama dari musim latihan. Karena biasanya saat itu atlet belum memiliki kekuatan, kelenturan, daya tahan dan keterampilan yang cukup. Dia juga belum cukup lincah melakukan gerakan-gerakan sehingga kekakuan gerakan sering dapat menyebabkan cedera otot dan sendi. Ini berarti bahwa kondisi fisiknya masih jauh di bawah kondisi fisik yang di perlukan untuk suatu latihan yang berat atau pertandingan.(Harsono : 1988:154).
Dari kutipan diatas kita peroleh kesimpulan bahwa dalam proses pembinaan
kondisi fisik atlet harus benar-benar sesuai dengan program yang telah ditentukan
agar mencapai tingkat kondisi fisik yang maksimal bagi atlet karate Pusat Pelatihan
Pelajar.
latihan kondisi fisik pada dasarnya untuk mengembangkan sepuluh unsur
kondisi fisik yang dibutuhkan oleh semua cabang olahraga, dengan tetap
membedakan tingkat kebutuhannya. Adapun sepuluh unsur tersebut :
1. KekuatanKekuatan adalah power yang dikeluarkan oleh seorang atlet karate dalam melakukan gerakan atau teknik dalam olahraga beladiri karate sehingga sasaran memang merasakannya
2. Daya tahanSetiap cabang olahraga sangat membutuhkan sekali daya tubuh yang kuat apapun jenis cabang olahraganya, karena apabila seseorang atlet memiliki daya tahan fisik yang kuat maka untuk mengarahkan ke teknik yang lebih baik tidak ragu lagi.
3. KecepatanKecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi atlet yang memberikan kemungkinan untuk bereaksi secepat mungkin terhadap suatu rangsang, dan kemudian mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin.
4. KelentukanUntuk memperoleh kelentukan tubuh yang baik dengan melakukan peregangan otot dan sendi secara berkesinambungan setiap jadwal latihan. Dengan melakukan peregangan otot sebelum latihan akan menambah kelentukkan tubuh bagi setiap atlet karate sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik yang baik.
5. Kelincahan
iv
Kelincahan juga sangat penting dalam kondisi fisik atlet, kelincahan merupakan kualitas kondisi fisik yang membutuhkan penunjang fisik lainnya.
6. PowerPower adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.
7. Ketahanan1. Ketahanan otot local 2. Ketahanan anaerob3. Ketahanan aerobik
8. KoordinasiKoordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan kedalam satu atau lebih pola gerak khusus
9. KetepatanKetepatan adalah kemampuan untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran. Dapat berupa sasaran atau objek langsung yang harus di kenai oleh salah satu bagian tubuh.
10. KeseimbanganKhususnya pada waktu memperagakan gerakan meloncat pada kata dan komite, yaitu ketika atlet melakukan gerakan beruntun dan bevariasi serta cepat” (Prihartono 1994:14).
Kondisi fisik akan berpengaruh terhadap sistem organisme tubuh, antara lain
berupa :
1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelenturan, stamina, dan komponen
kondisi fisik lainnya.3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.4. Akan ada penulisan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respon demikian di perlukan. Menurut (Harsono 1988:153).
2. Hakekat Olahraga Karate
Karate adalah seni perkasa untuk pembinaan kepribadian melalui latihan
sehingga karate dapat mengatasi setiap rintangan, nyata ataupun tidak nyata. Karate
sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih
sedemikian rupa secara sistematif sehingga serangan tiba-tiba dari musuh dapat
iv
dikendalikan dengan menampilkan suatu kekuatan, tidak ubahnya seperti
menggunakan senjata betul.
Disamping itu, karate adalah juga merupakan suatu sistem latihan, dimana
karateka dilatih dan dididik untuk dapat menguasai gerakan tubuh.seperti melipat dan
melompat secara mengatur keseimbangan dengan belajar menggerakan anggota
badan dan tubuh ke belakang dan kemuka, ke kiri dan kekanan, keatas dan kebawah
secara bebas dan serasi.
Pembentukan sikap-sikap seorang karate secara nyata di tuangkan dalam
sumpah karate yang diucapkan setiap latihan dan wajib dilaksanakan sebagai seorang
karateka. Sumpah karate menjadi pedoman bagi seluruh karateka dan bersifat
mengingat serta wajib dilaksanakan. Adapun sumpah karate adalah sebagai berikut :
Sumpah karate ada 5 yaitu:1. Sanggup memelihara kepribadian 2. Sanggup patuh pada kejujuran 3. Sanggup mempertinggi prestasi4. Sanggunp menjaga sopan santun5. Sanggup menguasai diri
Sumpah karate merupakan salah satu agenda wajib yang dilaksanakan setiap
melakukan latihan dimana tradisi karate dilaksanakan, sehinggga diharapkan seluruh
karateka selalu mengingat dan secara perlahan melalui tempaan dalam latihan dapat
mengamalkan secara nyata dari sumpah tersebut. (Hamid:2007:3)
Tehnik dasar karate secara umum terbagi kedalam :
iv
1. Sikap dasar
sikap ini digunakan sewaktu memulai upacaran (latihan/pertandingan)
dengan cara menundukkan kepala disertai sedikit menundukkan badan (sikap
hormat).
Ga
g
Gambar 1. Sikap hormat berdiri ( Forki 2005:13)
2. Gerakan dasar (kuda-kuda)
iv
Tehnik berdiri (kuda-kuda), dasar dari kuda-kuda adalah berdiri tegak dengan
kaki sampai tumit rapat dan berdiri normal dengan kaki terbuka selebar bahu.
Tehnik kuda-kuda dasar yang utama dari berbagai aliran adalah sebagai
berikut:
1. Tehnik kuda-kuda depan yaitu posisi kaki depan ditekukkan kaki
belakang diluruskan berat tumpuannya berada di depan, agar lebih
jelasnya lihat gambar dibawah ini:
Gambar 2. Kuda-kuda depan (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:12)
2. Tehnik kuda-kuda belakang, yaitu kaki dilebarkan, kaki depan dan
belakang sama-sama ditekukkan tetapi berat tumpuannya beada dikaki
belakang, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:
iv
Gambar 3. Kuda-kuda belakang (Hamid) ( Tehnik Dasar Karate 2007:12)
3. Tehnik kuda-kuda tengah, yaitu kaki dilebarkan kaki depan dan belakang
sama-sama ditekukkan dan berat tumpuannya berada di tengah, untuk
lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:
Gambar 4. Kuda-kuda tengah (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:13)
3. Gerakan dasar (pukulan)
iv
Pukulan merupakan salah ssatu inti dari gerakan olahraga karate yang
menggunakan tangan. Pukulan dengan menggunakan kepalan tangan secara
lurus dinamakan tsuki, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini :
Gambar 5. pukulan (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:26)
4. Gerakan dasar (tangkisan)
Tangkisan berpungsi untuk mematahkan serangan lawan/musuh. Pada
prisipnya tangkisan adalah bentuk gerakan kontak fisik secara langsung untuk
menggalihkan serangan lawan baik yang dilakukan melalui pukulan atau
tendangan. Tangkisan dibagi beberapa kelompok :
1. Tangkisan terhadap serangan bawah
Serangan terhadap anggota tubuh bagian bawah yang dapat dilakukan
dengan pukulan atau tendangan ditangkis dengan tehnik tangkisan satu
tangan (gedan barai), untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:
iv
Gambar 6. Tangkisan bawah (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:66)
2. Tangkisan terhadap serangan tengah
Serangan terhadap tubuh bagian tengah, ditangkis dengan 3 cara yaitu
tangkisan dari bagian luar (soto uke), tangkisan dari bagian dalam
(uchi uke), tangkisn pedang (shuto uke), tangkisan kepala (ajue uke),
untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:
Gambar 7. Tangkisan dalam (Hamid) ( Tehnik Dasar Karate. 2007:65)
5. Gerakan dasar (tendangan)
iv
Tendangan dalam karate sama seperti halnya penggunaan dan fungsi tangan
yang merupakan suatu kekuatan bahkan jika ditinjau dari dampak kekuatan
maka kekuatan kaki (tendangan) memilih kekuatan yang lebih besar di
bandingkan dengan kekuatan tangan, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar
dibawah ini :
Gambar 8. Tendangan samping (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:50)
Dalam pertandingan olahraga karate ini sarana dan prasarana yang digunakan
adalah : 1) Do-gi (pakaian karate), 2) face- mask (pelindung muka), 3) Hand protector
(pelindung tangan), 4) Gamsil (pelindung gigi), 5) Bodi protector (Pelindung dada),
6) Deker (pelindung kaki), 7) Pelindung kemaluan, 8) Sabuk merak (AK), sabuk biru
(AO), 9) Bendera yang bewarna biru dan merah yang akan digunakan oleh wasit dan
juru dalam pertandingan, 10) Matras yang berukuran 10 x 10 meter, 11) Alat untuk
menghitung poin.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga karate ini memerlukan
daya tahan dan kondisi fisik baik bagi yang menggeluti olahraga karate ini. Karena
iv
olahraga karate merupakan olahraga beladiri yang mengandalkan mental dan fisik
yang baik.
B. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka konseptual yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini
adalah :
Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik
kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik
yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan
motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara
spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan
kegiatan kita, terutama dalam olahraga.
Dalam penelitian ini kondisi fisik sangat berpengaruh sekali dalam
pertandingan si atlet. Karena bagus atau tidaknya gerakan pasti diutamakan kondisi
fisik dulu baru disusul dengan tehnik. Kondisi fisik dalam pertandingan karate sangat
diperlukan dalam pertahanan maupun penyerangan, dan apabila atlet dapat menguasai
dan mmelaksanakan teknik tersebut dengan sempurna maka lawan akan kesulitan
menghadapinya yang dapat menguras waktu dan tenaga lawan, sehingga lawan akan
cepat lelah dan stress dalam menghadapinya.
Untuk melakukan gerakan yang bagus dan sempurna atau baik dapat
melakukan pengulangan latihan fisik secara maksimal. Karena dalam latihan fisik
yang maksimal dapat meningkatkan volume beban, intensitas beban, interval beban,
frekuensi dan lamanya beban dalam latihan. Dapat diambilkesimpulan bahwa kondisi
iv
fisik sangat berpengaruh terhadap kemampuan, kecepatan dan kelenturan si atlet
dalam pertandingan karate.
Agar lebih jelasnya gambaran pengaruh kondisi fisik terhadap atlet karate
Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau adalah sebagai berikut:
Tingkat kondisi fisik atlit Karate Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan teori dan kerangka pemikiran diatas, pertanyan dalam
penilitian ini dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana tingkat kondisi fisik atlet karate
Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi RIAU.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif, teknik pengumpulanan data
yang dilakukan dengan metode survei. “Metode survei adalah merupakan studi
yang besrsifat kuantatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok
iv
Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar
(Y)
Tingkat Kondisi fisik
(X)
atau perilaku indifidu. Pada umumnya survai menggunakan kuesioner sebagai
alat pengambil data. (Sarwono,2006:16)
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas subjek dalam penelitian,
(Arikunto,2006:130)
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada dojo atau
tempat latihan tim Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, jumlah atlet sebanyak
18 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Arikunto, 2006 : 131). Maka sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian populasi yang ada yaitu atlet Pusat Pelatihan Pelajar putra yaitu
sebanyak 15 orang.
Sesuai dengan penjelasan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik di
ambil semuanya menjadi sampel tetapi jika subjeknya lebih dari 100 boleh
diambil 10-15% atau 20-25%” berdasarkan populasi di atas semua populasi di
jadikan sampel atau total sampling. (Arikunto, 2006 : 134).
C. Def enisi Operasional
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik
kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan koordinasinya. Keadaan kondisi fisik
iv
yang baik akan mempengaruhi aspek–aspek kejiwaan yang berupa peningkatan
motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara
spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan
kegiatan kita, terutama dalam olahraga.
2. Karate
Karate adalah Karate tersusun dari dua kata yang dari kara dan te yang secara
harfiah kara berarti kosong dan te berarti tangan sehingga jika di gabungkan akan
membentuk kata tangan kosong yang memberikan makna bahwa karate merupakan
olahraga beladiri yang memaksimalkan seluruh gerak tubuh untuk melakukan
pembelaan diri dari ancaman baik dalam bentuk hindaran atau tangkisan dan
melakukan serangan yang mematikan.
D. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrument adalah petunjuk pelaksanan suatu tes, sangat
banyak pengaruhnya terhadap objektivitas, keterampilan dan ketepatan suatu tes.
Petunjuk pelaksanaan suatu tes merupakan penjelasan mengenai bagaimana tes itu
harus dilaksanakan dan bagaimana cara pemberian skor. (Koni, 2003:20).
Penelitian ini berbentuk tes kondisi fisik, jadi peneliti menggunakan tes dan
pengukuran serta observasi tujuannya untuk menentukan seberapa besar tingkat
kondisi fisik atlet karate. (Koni, 2003)
iv
1. Tes push-ups
Untuk mengukur komponen daya tahan local otot lengan dan bahu
Alat dan perlengkapan : Bidang yang datar.
Pelaksanaan tes:
Tes berbaring dengan sikap tertelungkup, kedua tangan dilipat disamping
badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan sehingga badan terangkat,
sedangkan sikap badan dan tungkai merupakan garis lurus. Setelah itu diturunkan
badan dengan cara membengkokkan lengan pada siku, sehingga dada menyentuh
lantai. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang sampai teste tidak sanggup
lagi mengangkat badannya.
Scor :
Jumlah gerakan push-ups yang benar dapat dilihat oleh orang tersebut.
Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 9. Sikap push-ups (Ismaryati) ( Koni 2003:21)
Tabel 1. Penilaian :
iv
Katagori PutraSempuna >38
Baik sekali 28 – 37Baik 20 – 28
Cukup 12 – 19Kurang 4 – 11
2. Tes sits-ups
Tes ini bertujuan untuk mengukur komponen daya tahan otot perut. Alat dan
perlengkapan : 1 matras
Pelaksanaan tes:
Atlet tidur telentang, lalu kedua tangan saling berkaitan dibelakang kepala,
kedua kaki dilipat sehingga membentuk sudut 90 derajat, lalu atlet bangun sehingga
berada dalam sikap duduk dan kedua tangan diluruskan kedepan yang kedua
perlengan tangannya melewati batas lutut, dan kedua telapak kaki tidak boleh
terangkat dari lantai kemudian kembali kesikap semula. Lakukan gerakan ini secara
berulang-ulang, sampai atlet tak mampu mengangkat badannya lagi, perhatikan agar
sikap tungkai selalu membentuk sudut 90 derajat pada waktu Sit-ups.
Skor :
Jumlah gerakan Sit-ups yang benar yang dihitung.
Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :
iv
Gambar 10.Tes Sits-ups (Nurhasan ) ( Koni, 2003:22)
Tabel 2. Penilaian :
Katagori PutraSempuna >90
Baik sekali 70 – 89Baik 50 – 69
Cukup 30 – 49Kurang 20 – 29
3. Tes vertical jump
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak (power) otot tungkai.
Alat dan perlengkapan :
1. Dinding yang rata dan lantai yang rata yang cukup luas
2. Papan bewarna gelap berukuran 30x150 cm, berskala ukuran
cintemeter yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak
antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan berskala 150 cm
3. Serbuk kapur dan alat penghapus
4. Formulir dan alat tulis
iv
Pelakssanaan tes :
Teste berdiri menghadap dinding dengan salah satu lengan diluruskan keatas
lalu dicatat tinggi jangkauan tersebut. Kemudian teste berdiri dengan bagian samping
tubuhnya kearah tembok, dan salah satu lengan yang menempel di tembok lurus
keatas, kemudian teste mangambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut
kurang lebih 45 derajat. Setelah itu teste berusaha melompat keatas setinggi mungkin,
pada saat titik tertinggi dari lompatan itu teste segera menyentuh ujung jari dari salah
satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua kaki. Teste
diberi kesempatan melakukan gerakan tersebut 3 percobaan.
Scor :
Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan tinggi
jangkauan sebelum melompat, dari tiga percobaan. Tinggi jangkuan diukur dalam
satuan cm.
Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 11. Tes Vertical Jump (Nurhasan) ( Koni 2003:22)
iv
Tabel 3. Penilaian :
Katagori PutraSempuna >70
Baik sekali 62 – 69Baik 53 – 61
Cukup 46 – 52Kurang 38 – 45
4. Tes flexibilitas
Tes ini bertujuan untuk mengukur komponen plexibilitas.
Alat dan perlengkapan :
1. Pita ukuran
2. Matras
3. Alat pengukur fleksi (flexometer)
pelaksanaan tes :
Atlet berdiri tegak diatas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung
ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukkan kebawah, tangan
lurus. Renggutkan badan kebawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan
menyelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan jauh.
Scor :
Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh atlet dari dua kali
percobaan, yang diukur dalam cm.
Untuk lebih jelas lihat lah gambar dibawah ini :
iv
Gambar 12. Tes Plekxibilitas (Prihastono) ( Koni 2003:21)
Tabel 4. Penilaian :
Katagori PutraSempuna >24
Baik sekali 18 – 23Baik 12 – 17
Cukup 6 – 11Kurang 1 – 5
5. Tes lari 15 menit
tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan
pernafasan.
Alat dan perlengkapan :
1. Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya
sehingga mudah untuk menentukan jarak
iv
2. Bendera stast
3. Stopwatch
4. Nomor dada
5. Tanda atau garis untuk stast dan finish
6. Formulir dan lat tulis
Pelaksanan tes :
Teste berdiri dibelakang garis start, aba-aba “ya” diberikan, teste mulai berlari
selama 15 menit, sampai waktu 15 menit telah berakhir dan pluit dibunyikan dan teste
berhenti ditempat dan meninggalkan nomor dadanya agar pengetes mudah untuk
mencatat hasil yang ditempuh oleh teste.
Scor :
Jarak yang ditempuh oleh teste selama 15 menit, dicatat sampai dalam satuan
meter untuk kemudian dimasukkan kedalam Vo2 Max dan di sesuaikan kedalam table
yang tersedia.
Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 13. Tes lari 15 menit (Nurhasan)
iv
( Koni 2003:21)
Tabel 5. Penilaian:
Katagori PutraSempuna >64
Baik sekali 61 – 64Baik 55 – 60
Cukup 50 – 54Kurang <49
E. Tehnik Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data ini yaitu metode
deskripsi, dengan mengambil atlet yang ada di Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau.
Adapun metode tersebut :
1. Observasi
Untuk mengetahui secara langsung terhadap sobjek penelitian yang hendak di
teliti sehingga dalam pengolahan data tidak direkayasa.
2. Perpustakaan
Cara ini dugunakan untuk teori-teori penunjang yang sesuai dengan tujuan
permasalahan dalam penelitian ini.
3. Tes dan pengukuran menurut Komite Olahraga Nasional Indonesia Tahun 2003
untuk mendapatkan data mengenai kondisi fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan
Pelajar Provinsi Riau.
iv
a. Push-up
b. Sits-up
c. Vertical jumps
d. Plekxibilitas
e. Lari 15 menit
F. Tehnik Analisis Data
Apabila data yang diperoleh terkumpul maka akan diolah secara persentase.
Rumus yang digunakan untuk menghasilkan dikualinatfkan secara sempurna, maka
penelitian ini memakai rumus berdasarkan pendapat (Sudijono,2006:43).
F
P = x 100%
N
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumblah Responden
Data yang dipresentasekan dalam kalimat yang bersifat kuantitatif ditafsirkan:
76 – 100% = Katagori Baik
56 – 75% = Katagori Cukup
40 – 50% = Katagori Kurang
Kurang dari 40% = Katagori Tidak Baik (Sudijono; 2006)
Tabel 5. Katagori komponen kondisi fisik
iv
Katagori Konversi Nilai
Sempurna
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
10
8
6
4
2
Sumber : Koni 2003
Tabel 6. Katagori Status Kondisi Fisik Atlet
Rentang Skor Katagori Kemampuan
9,6 – 10
8,0 – 9,5
6,0 – 7,9
4,0 – 5,9
2,0 -,3,9
Sempurna
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sumber : Koni 2003
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab yang
terdahulu,maka pada bab ini semua data yang telah diperoleh dilapangan pada
saat penelitian akan diolah sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan
iv
sebelumnya. Hasil dari pengolahan data ini nantinya merupakan jawaban
terhadap permasalahan yang ada.
Dalam menilai keterandalan suatu alat evaluasi, terutama tentang tes
dan pengukuran dalam pendidikan jasmani dan kesehatan, pada umumnya
para ahli sependapat bahwa criteria yang dipakai meliputi bukti-bukti statistic
dan dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan praktis dan pendapat yang
objektif. Dasamping itu harus diberikan bukti-bukti keterandalan dan
kebenarannya.
Untuk mendeskripsikan tingkat kondisi fisik atlet karate Pusat
Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, maka semua data yang telah didapat melalui
hasil tes kondisi fisik akan diubah menjadi nilai dengan memasukkan kedalam
norma-norma yang telah ditentukan sebelumnya. Nilai dari kelima tes
semuanya dijumblahkan dan dimasukkan kedalam norma yang ditentukan
sebelumnya sehingga menghasilkan skor.
1. Push-up
Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi pus-up adalah 60, sedangkan
nilai terendah adalah 30 . Dengan rentang nilai 50 – 60 terdapat 4 orang
dengan persentase 26,7 %. Rentang nilai 39 – 49 terdapat 4 orang dengan
persentase 26,7 %. Rentang nilai 28 -38 terdapat 7 orang dengan persentase
46,7 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.
iv
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Tes Pus-up Atlet Karate PPLP Provinsi
Riau.
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
1 50 – 60 4 26,7 %
2 39 – 49 4 26,7 %
3 28 – 38 7 46,7 %
Jumlah 15 100 %
Sumber : Data hasil di lapangan
Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :
iv
28-38 39-49 50-600
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 14. Grafik Distribusi Frekuensi tes Pus-up Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
2. Sit – Up
Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi sit-up adalah 87, sedangkan
nilai terendah adalah 22 . Dengan rentang nilai 65 – 87 terdapat 5 orang
dengan persentase 33,3 %. Rentang nilai 42 – 64 terdapat 8 orang dengan
persentase 53,3 %. Rentang nilai 19 - 41 terdapat 2 orang dengan persentase
13,3 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Tes sit-up Atlet Karate PPLP Provinsi
Riau.
iv
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
1 65 – 87 5 33,3 %
2 42 – 64 8 53,3 %
3 19 – 41 2 13,3 %
Jumlah 15 100
Sumber : Data hasil di lapangan
Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :
19 - 41 42 - 64 65 - 870
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi tes sip-up Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
3. Vertikal Jum
iv
Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi Vertical Jump adalah 63,
sedangkan nilai terendah adalah 48 . Dengan rentang nilai 58 – 63 terdapat 2
orang dengan persentase 13,3 %. Rentang nilai 52 – 57 terdapat 7 orang
dengan persentase 46,7 %. Rentang nilai 46 – 51 terdapat 6 orang dengan
persentase 40 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Tes Vertical Jump Atlet Karate PPLP
Provinsi Riau
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
1 58 – 63 2 13,3 %
2 52 – 57 7 46,7 %
3 46 – 51 6 40 %
Jumlah 15 100 %
Sumber : Data hasil dilapangan
Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :
iv
46-51 52-57 58-630
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 16. Grafik Distribusi Frekuensi tes vertical jump Atlet Karate PPLP
Provinsi Riau
4. Flexibility
Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi flexibility adalah 30,
sedangkan nilai terendah adalah 16 . Dengan rentang nilai 25 – 30 terdapat 5
orang dengan persentase 33,3 %. Rentang nilai 19 – 24 terdapat 9 orang
dengan persentase 60 %. Rentang nilai 13 – 18 terdapat 1 orang dengan
persentase 6,6 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.
iv
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Tes flexibility Atlet Karate PPLP Provinsi
Riau
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
1 25 – 30 5 33,3 %
2 19 – 24 9 60 %
3 13 – 18 1 6,6 %
Jumlah 15 100 %
Sumber : Data hasil dilapangan
Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :
13-18 19-24 25-300
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 17. Grafik Distribusi Frekuensi tes flekxibility Atlet Karate PPLP
Provinsi Riau
iv
Setelah dilakukan deskripsi terhadap data yang telah didapat, langkah
selanjutnya adalah mengklasifikasikan data dengan menggunakan tabel norma tampa
memperhatikan faktor umur, tinggi, dan berat badan (Koni Olahraga Nasional
Indonesia Pusat : 2003). Dengan menggunakan tabel norma ini, maka dapat dilihat
atlet yang termasuk katagori tingkat kondisi fisik yang baik sekali, katagori baik, dan
katagori cukup.
Tabel 11. Hasil Tes Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Provinsi Riau.
Interval Fi Xi Fi.Xi Fka F.Relatif
33 – 35
30 – 32
27 – 29
24 – 26
4
8
1
2
34
31
27
25
136
248
28
50
4
12
13
15
26,7 %
53,3 %
6,7 %
13,3 %
N = 15 ∑Fi.Xi=462 100 %
Sumber : Hasil Olahan Data Tes Kondisi Fisik
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data terbesar adalah 33 – 35 dan yang
terkecil 24 – 26, menghasilkan rata-rata (mean) 30,8, data tengan (median) 29,9 dan
data yang sering muncul (modus) 30,6, untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi data
terlihat pada gambar dibawah ini :
iv
24-26 27-29 30-32 33-350
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Interval
frekuensi
Gambar 17. Grafik Histrogram Distribusi Frekuensi Data Kondisi Fisik Atlet
B. Analisa Data
Setelah dilakukan analisa data yang diperoleh dengan menggunakan statistik
deskriptif. Setelah diadakan tes terhadap tingkat kondisi fisik atlet karate Pusat
Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, ternyata dari 15 atlet yang dijadikan sampel, terdapat
12 orang atau 80 % yang tergolong tingkat kondisi fisik Baik, 3 orang atau 20 % yang
tergolong tingkat kondisi fisiknya Cukup.
Dari penjelasan data diatas ternyata atlet karate yang mengikuti tes ada 15
orang. Ternyata dari 15 orang atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau yang
dijadikan sampel 12 orang atau 80 % yang tingkat kondisinya Baik, 3 orang atau 20
% yang tingkat kondisi fisiknya Cukup. Dan tidak ada satu orangpun yang tergolong
yang tingkat kondisinya Cukup. Dan tidak ada satu orangpun yang tergolong katagori
iv
tingkat kondisi fisik yang Sempurna serta kategori tingkat kondisi fisiknya Kurang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut :
Katagori Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau
No Katagori Kemampuan Atlet
Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sempurna
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
-
-
12
3
-
-
-
80 %
20 %
-
Jumlah 15 100 %
Sumber : Hasil Data Olahraga Tes Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
C. Interprestasi Data
Dilihat dari keseluruhan sampel penelitian yaitu 15 orang, 12 orang atau 80 %
termasuk katagori Baik, 3 orang atau 20 % termasuk katagori Cukup.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik Atlet Karate PPLP
Provinsi Riau dari referensi tersebut secara umum sebagian besar berada pada taraf
Baik. Dengan kata lain bahwa Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi
Riau termasuk Tinggi. Menurut Sudijono (2006) ketentuan skor penilaian presentase
76 % - 100 % termasuk katagori Baik.
Menurut data yang peneliti peroleh Tingkat Kondisi fisik Atlet PPLP Provinsi
Riau sebagian besar berada pada tarif Baik, namun ddari segi daya tahan Vo2 max
iv
termasuk dalam katagori kurang hal ini menyebabkan atlet tidak fokus dalam
bertanding karena cepat lelah, sehingga tidak akan tercapainya prestasi yang
diinginkan.
Menurut Nurhasan dalam bukunya Tes dan Pengukuran (1986:24) dijelaskan”
pengukuran cardio Vascular melalui pengukuran denyut nadi dan tekanan darah
dalam berbagai macam posisi dan tingkatan kerja. Orang yang mempunyai kondisi
yang baik, sistem peredaran darah dan pernapasan lebih efisien dari pada orang yang
tidak terlatih. Telah kita ketahui bahwa olahragawan yang terlatih mempunyai
volume denyutan yang lebih besar dari pada orang yang tidak terlatih pada istirahat.
Cardiovascular seorang erat sekali hubungannya dengan physical fitnes,sebab
cardiorespiratory endurance merupakan salah satu aspek/elamen pokok dari
kesegaran jasmani “.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pelatih bukan hanya melatih mental
saja, tetapi pelatih harus menghitung waktu yang tersedia bagi atlet dalam
perencanaan program latihan daya tahan. Sehingga dapat mencapai prestasi yang
diharapkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
iv
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisi data yang merupakan jawaban pertanyaan yang
dikemukakan serta hasil yang terdapat dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
kesimpulan, bahwa tingkat kondisi fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi
Riau berada pada taraf Baik. Dengan kata lain bahwa Tingkat Kondisi Fisik Atlek
Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau Termasuk tinggi.
B. Saran
Berpedoman kepada kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini, maka diajukan
dari beberapa saran yang berkaitan dengan usaha peningkatan kondisi fisik Karate
Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau. Adapun saran-saran yang dimaksud sebagai
berikut :
1. Untuk para pelatih agar lebih memperhatikan taekwondo yang kurang bagus
kondisi fisiknya agar kondisi fisik atlet Karate ini bagus dan dapat
ditingkatkan lagi.
2. Bagi atlet agar lebih semangat lagi dalam berlatih agar menghasilkan prestasi
yang lebih bagus lagi.
3. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan studi lanjutan yang
berkaitan dengan tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar
Provinsi Riau.
DAFTAR PUSTAKA
iv
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Renika Cipta
Apris Hamid. Tehnik Dasar Karate (kihon). Sumatra Barat . PT Semen Padang
Forki , 2005. Pedoman Karate. Jakarta
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coanching.CV. Tahak Kusuma
Jonathan Sarwono.2006.metodologi Penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha Ilmu
Koni. 2003. Sistem monitoring evaluasi dan pelaporan (SMET), Pelaksanaan dan hasil program pelatihan olahraga. Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat
Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2005. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta : Kementerian Pemuda dan Olahraga
Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta
Prihastono, Arif. 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. Yogyakarta : CV. Aneka
Sajoto. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize
Sudijono. Arif. 2006. Statistik Pendidikan. Jakarta. PT Raja Granfindo Persada
Lampiran 1
Data tes kondisi fisik Andre
No Komponen Tehnik pengukuran Hasil katagori Konversi nilai
iv
1 Kekuatan otot
tungkai
Leg Dynamometer
2 Daya tahan otot Pus-up 34 Cukup 4
Sit-up 34 Cukup 4
3 Power otot tungkai Vertical jump 48 Cukup 4
4 Kelenturan Flexibilitas 16 Baik 6
5 Daya tahan (cardio
vascular)
Lari 15 menit Cukup 4
Lampiran 2
Tabel 1. Hasil Tes dari Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
No Nama Atlet Jenis Tes
Pus-ups Sit-ups Vertical
jump
flexibility Lari 15 menit
400 meter
1
2
3
4
5
6
Andre
Wildan
Dios
Akwal
Azra
Yogi
34
40
60
46
50
49
34
78
55
22
47
48
48
60
63
55
50
55
16
22
22
27
29
30
42,53
47,1
47,1
42,53
47,1
45
iv
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dimas
Ridho
Edo
Ade
Alam
Davit
Pedro
Gerpin
Ardan
59
34
30
30
44
54
36
36
35
66
68
73
64
87
48
42
50
55
55
55
55
50
50
50
52
53
50
29
26
24
22
20
24
22
23
24
45
46,41
47
40,23
42,53
46,41
39,1
38,63
42,30
Lampiran 3
Jumlah Konversi Nilai Test Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
No Nama Atlet Jenis Tes
Pus-ups Sit-ups Vertical
jump
flexibility Lari 15 menit
400 meter
1
2
3
4
5
6
Andre
Wildan
Dios
Akwal
Azra
Yogi
8
10
10
10
10
10
4
8
6
2
4
4
4
6
8
6
4
6
6
8
8
10
10
10
2
2
2
2
2
2
iv
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dimas
Ridho
Edo
Ade
Alam
Davit
Pedro
Gerpin
Ardan
10
8
8
8
10
10
8
8
8
6
6
8
6
8
4
4
6
6
6
6
6
4
4
4
4
6
4
10
10
10
8
8
10
8
8
10
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Lampiran 4
Katagori Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau
No Nama Jumlah Konversi+jumlah item Hasil Katagori
1
2
3
4
5
6
7
8
Andre
Wildan
Dios
Akwal
Azra
Yogi
Dimas
Ridho
24 + 5
34 + 5
34 + 5
30 + 5
30 + 5
32 + 5
34 + 5
32 + 5
4,8
6,8
6,8
6
6
6,4
6,8
6,4
C
B
B
B
B
B
B
B
iv
9
10
11
12
13
14
15
Edo
Ade
Alam
Davit
Pedro
Gerpin
Ardan
34 + 5
28 + 5
32 + 5
30 + 5
26 + 5
30 + 5
30 + 5
6,8
5,6
6,4
6
5,2
6
5
B
C
B
B
C
B
B
Lampiran 5
Mean (Rata-Rata)
Mean = ∑ Fi.Xi n
= 462 15
= 30,8
Keterangan : n : Jumlah Data
Xi : Data Angka
Fi : Frekuensi
Median ( nilai tengah )
Me = I + 1/2n – fka fi
iv
keterangan :
I : batas bawah (0,5)
n : jumblah data
fka : frekuensi kumulatif
fi : frekuensi asli
Me = I + 1/2n – fka fi
= 29,5 + 7.5 - 4 8
= 29,5 + 3,5 8
= 29,5 + 0.43 = 29,9
Modus ( nilai / data yang paling sering muncul )
Mo=I+ SaS a+Sb
.i
Keterangan : Batas bawah
Sa : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi atas kelas modus
Sb : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi bawah kelas modus
I : Panjang kelas
Mo=I+ SaS a+Sb
.i
iv
¿29,5+ 44+7
.3
¿29,5+ 411
.3
¿29,5+ 1211
= 29,5 + 1.1
= 30,6
iv
iv
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Renika Cipta
Apris Hamid. Tehnik Dasar Karate (kihon). Sumatra Barat . PT Semen Padang
Forki , 2005. Pedoman Karate. Jakarta
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coanching.CV. Tahak Kusuma
iv
Jonathan Sarwono.2006.metodologi Penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha Ilmu
Koni. 2003. Sistem monitoring evaluasi dan pelaporan (SMET), Pelaksanaan dan hasil program pelatihan olahraga. Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat
Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2005. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta : Kementerian Pemuda dan Olahraga
Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta
Prihastono, Arif. 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. Yogyakarta : CV. Aneka
Sajoto. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize
Sudijono. Arif. 2006. Statistik Pendidikan. Jakarta. PT Raja Granfindo Persada
TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE
PUSAT PELATIHAN PELAJAR
PROVINSI RIAU
SKRIPSI
iv
Disusun Oleh:Novika AndrianiNPM: 106611954
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji sukur penulis ucapkan kehadiran Allah
SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil
menyelesaikan Proposal ini dengan judul “(TINGKAT KONDISI FISIK ATLET
KARATE PUSAT PELATIHAN PELAJAR PROVINSI RIAU)”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu langkah awal dalam melakukan penelitian sebagai
iv
syarat untuk gelar sarjana pendidikan pada fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau.
Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang menulis memiliki, maka
dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dari beberapa pihak demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang
akan datang. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi
ini yaitu :
1. Dekan Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.
2. Bapak Drs. Zulrafli,M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi pada Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam
Riau yang merangkap sebagai Pembimbing 1 yang telah banyak member
masukan dan saran dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Kesehatan dan Rekreasi pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau yang merangkap sebagai pembimbing II yang telah
banyak member masukan dan saran dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam
Riau yang telah memberikan pengajaran dan berbagai disiplin ilmu kepada
peneliti selama peneliti belajar di Universitas Islam Riau.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik
secara materil maupun spiritual.
iv
6. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 10 Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, kerabat, teman dekat dan semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat diterima dan dapat
dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang akan
membantu pada pelaksanaan penelitian ini. Semoga segala bantuan yang akan
diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin ya
Robbal Alamin.
Pekanbaru, September 2014
Novika Andriani
NPM. 106611954
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………... i
Daftar Isi …………………………………………………………….... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Identifikasi masalah ……………………………………….. 5
C. Pembatasan Masalah …………………………………….… 5
iv
D. Perumusan Masalah ………………………………….…..… 5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….…. 5
F. Mamfaat Penelitian ………………………………………… 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori……………………………………………... 7
1. Hakekat Kondisi Fisik…………………………………. 7
2. Hakekat Olahraga Karate……………………………… 9
B. Kerangka Pemikiran…………………………….………….. 16
C. Pertanyaan Penelian ..……………………………………… 17
BAB III METEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………. 18
B. Populasi dan sampel………………………………………. 18
1. Populasi ……………………………………………….. 18
2. Sampel ………………………………………………… 18
C. Defenisi Operasional ………………………………………. 19
D. Pengembangan Instrumen …………………………………. 20
E. Tehnik Pengumpulan Data…………………………………. 27
F. Tehnik Analisa Data……………………………………….. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data ………………………………………………. 30
B. Analisa data ………………………………………………… 35
C. Interprestasi data …………………………………………… 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………… 38
B. Saran ……………………………………………………….. 38
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 40
LAMPIRAN …………………………………………………………... 41
iv
iv