80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga yang semakin pesat pada saat ini membutuhkan penanganan dan persiapan yang matang. Hal ini perlu dilakukan agar cita-cita anak bangsa Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohani melalui olahraga bisa diwujudkan. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis mendorong, memberi, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Olahraga sebagai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas manusia membutuhkan upaya pembinaan dan pengembangan guna melaksanakan terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang utuh secara mental, fisik, sportifitas, kepribadian serta pencapaian prestasi dalam cabang-cabang olahraga. Melalui aktivitas olahraga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi untuk iv

contoh proposal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh

Citation preview

Page 1: contoh proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan olahraga yang semakin pesat pada saat ini membutuhkan

penanganan dan persiapan yang matang. Hal ini perlu dilakukan agar cita-cita anak

bangsa Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohani

melalui olahraga bisa diwujudkan. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis

mendorong, memberi, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.

Olahraga sebagai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas manusia

membutuhkan upaya pembinaan dan pengembangan guna melaksanakan terciptanya

sumber daya manusia Indonesia yang utuh secara mental, fisik, sportifitas,

kepribadian serta pencapaian prestasi dalam cabang-cabang olahraga. Melalui

aktivitas olahraga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi untuk

mengatasi kekurangan yang di alami serta memahami nilai-nilai kehidupan yang

sangat berharga, sesuai dengan perkembangannya olahraga berkembang menjadi

olahraga prestasi.

Sesuai dengan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia no. 3 Tahun 2005

Pasal 27 ayat 1 tentang sistem keolahragaan Nasional menyatakan: “Pembinaan dan

pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan di arahkan untuk mencapai

prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional”.

iv

Page 2: contoh proposal

Berdasarkan kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan olahraga perlu

ditingkatkan dan disebarluaskan mulai dari kota ataupun kepelosok desa agar

masyarakat dapat terbina fisik dan mempunyai mental yang baik. Maka untuk

kelanjutannya perlu ditingkatkan lagi kearah yang lebih baik menuju keolahragaan

prestasi. Oleh karena itu setiap masyarakat dapat berperan serta dalam

mengembangkan olahraga, dan dibeberapa tahun terakhir ini kita ketahui banyak

cabang olahraga di Indinesia yang berkembang pesat, diantaranya cabang olahraga

beladiri karate.

Karate adalah seni perkasa untuk pembinaan kepribadian melalui latihan

sehingga karate dapat mengatasi setiap rintangan, nyata ataupun tidak nyata. Karate

sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih

sedemikian rupa secara sistematif sehingga serangan tiba-tiba dari musuh dapat

dikendalikan dengan menampilkan suatu kekuatan, tidak ubahnya seperti

menggunakan senjata betul. Dalam hai ini olahraga karate merupakan salah satu

cabang olahraga yang dipertandingkan baik tingkat daerah, nasional, regiaonal

maupun tingkat internasional, mulai dari usia dini, remaja, dan sampai usia dewasa.

Keberhasilan seorang atlet dalam pertandingan dapat dipengaruhi oleh kualitas

kondisi fisik,

Dalam ajang bergensi Kejurnas Pusat Pelatihan Pelajar , memotivasi atlet-

atlet karate Riau untuk bersaing dalam mencapai untuk menjadi tim inti di Pusat

Pelatihan Pelajar tersebut. Setelah mengadakan seleksi demi seleksi dari berbagai

macam event daerah. Maka terbentuklah suatu tim untuk di ikutkan dalam Kejurnas

iv

Page 3: contoh proposal

Pusat Pelatihan Pelajar. Atas kerjasama dengan atlet, pelatih, dan pengurus maka

sampai saat ini pelaksanaan latihan karate ini berjalan dengan baik. Olahraga karate

adalah olahraga beladiri yang memaksimalkan seluruh gerak tubuh untuk malakukan

pembelaan diri dari acaman baik dalam bentuk hindaran dan melakukan serangan

yang mematikan. Dalam olahraga karate ini sangat memerlukan kondisi fisik yang

baik, kondisi fisik yang di perlukan dalam olahraga beladiri karate ini adalah

kelincahan, kecepatan, kekuatan, kelenturan dan daya tahan tubuh yang baik.

Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik

kekuatan, daya tahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik

yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan

motifasi kerja, semangat kerja, percaya diri, ketelitian dan sebagainya. Secara

spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan

kegiatan kita, terutama dalam olahraga.

Dalam hal ini kondisi fisik sangat memegang peranan penting dalam olahraga

karate, apalagi saat dalam pertandingan yang memerlukan tenaga yang banyak, oleh

karena itu seorang atlet karate harus mempunyai fisik yang sangat bagus sehingga di

dalam pertandingan dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan. Dalam

pertandingan karate seorang atlit karate harus mempunyai kondisi fisik yang bagus,

karena dari sinilah semua hasil latihan dapat dilihat apakah hasilnya sesuai yang kita

inginkan atau sebaliknya. Karena dalam perbandinganlah semua tehnik akan keluar

apakah atlet tersebut mempunyai kondisi fisik yang bagus atau pada saat

iv

Page 4: contoh proposal

pertandingan tersebut atlet mengalami penurunan fisik sehingga tehnik tidak

dilakukan dengan sempurna.

Seorang atlet akan menghasilkan prestasi yang bagus apabila memiliki kondisi

fisik yang bagus dan tidak mengalami penurunan kondisi fisik. Agar kondisi fisik atlit

tetap terjaga maka atlet harus menjaga makanan dan minuman serta istirahat yang

cukup sehingga tidak mudah lelah. Selain itu peranan seorang pelatih jugak sangat

mempengaruhi terhadap kondisi fisik atlet olahraga beladiri karate ini.

Berdasarkan observasi penelitian di Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau

dapat dilihat dari sebagian atlet kondisinya cukup baik tetapi ada beberapa atlet

kondisinya kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari norma kemampuan atlet baik putra

maupun putri. Dan juga bisa dilihat pada saat pertandingan, ada beberapa atlet yang

kondisinya kurang baik, pada waktu atlet bertanding dibabak pertama kondisi fisik

nya masih kelihatan bagus dikarenakan baru beberapa menit berjalan, tetapi dibabak

berikutnya mulailah atlet kelihatan kelelahan, kalau sudah kelelahan atlet akan

kehilangan keseimbangannya dan gerakannya mulai tidak nampak sempurna, misal

nya serangan pukulan kalau udah kurang tenaganya maka pukulan nya tidak akan

nampak sempurna begitu jugak tendangan. Dari segi sarana kadang-kadang atlet

selalu berpindah-pindah tempat untuk melakukan tes fisik.

Dari uraian diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat kondisi

fisik atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar Riau maka penulis tertarik meneliti dengan

judul Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau.

iv

Page 5: contoh proposal

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka secara rinci dapat diuraikan

tentang masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kemampuan atlet mempengaruhi tingkat kondisi fisik atlet ?

2. Apakah kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap atlet Pusat Pelatihan Pelajar

dalam bertanding ?

3. Apakah program latihan mempengaruhi tingkat kondisi fisik atlet ?

4. Bagaimana sarana prasarana di Pusat Pelatihan Pelajar Tersebut ?

C. Pembatas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka

penulis membatasi bagaimana Tingkat Kondisi Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar

Profinsi Riau.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah adalah

bagaimanakah tingkat kondisi fisik terhadap atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar

Provinsi Riau?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan masalah yang diangkat diatas, maka tujuan yang ingin di

capai dalam penelitian adalah mengetahui Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat

Pelatihan Pelajar Profinsi Riau.

iv

Page 6: contoh proposal

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, sebagai bahan masukan serta untuk memenuhi syarat-syarat

guna mencapai gelar sarjana.

2. Bagi atlet untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kondisi fisiknya

setelah latihan

3. Bagi pelatih agar dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat untuk

kemajuan prestasi atlit kususnya pada tingkat kondisi fisik

4. Sebagai bahan masukan bagi pengurus FORKI Riau untuk mengambil

langkah-langkah meningkatkan stamina atlet.

5. Bagi fakultas, dapat dijadikan sumber bahan bacaan guna menambah

pengetahuan mahasiswa /mahasiswi.

6. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin

melanjutkan penelitian yang sama pada masa akan datang.

iv

Page 7: contoh proposal

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi aspek–aspek kejiwaan yang berupa peningkatan motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan kegiatan kita, terutama dalam olahraga. Menurut (Prihastono,1994;9)

Pembinaan kondisi fisik pada olahraga, bertujuan untuk mengoptimalkan

kemampuan fisik olahragawan sebagai dasar penunjang pencapaian prestasi puncak.

Pembinaan kondisi fisik harus diberikan seirama dengan latihan tehnik, tehnik dan

kematangan bertanding. Apabila salah satu dari komponen tersebut dihilangkan,

maka program latihan sepanjang tahun tidak akan tercapai.

Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. (Sajoto 1995:8)

Pembinaan kondisi fisik pada olahraga, bertujuan untuk mengoptimalkan

kemampuan fisik olahragawan sebagai dasar penunjang pencapaian prestasi puncak.

Pembinaan kondisi fisik harus diberikan seirama dengan latihan tehnik, tehnik dan

kematangan bertanding. Apabila salah satu dari komponen tersebut dihilangkan,

maka program latihan sepanjang tahun tidak akan tercapai.

iv

Page 8: contoh proposal

Menurut latihan kondisi fisik ini. dalam buku kepelatih mengemukakan bahwa saat paling berbahaya dalam latihan, adalah pada tiga atau empat minggu pertama dari musim latihan. Karena biasanya saat itu atlet belum memiliki kekuatan, kelenturan, daya tahan dan keterampilan yang cukup. Dia juga belum cukup lincah melakukan gerakan-gerakan sehingga kekakuan gerakan sering dapat menyebabkan cedera otot dan sendi. Ini berarti bahwa kondisi fisiknya masih jauh di bawah kondisi fisik yang di perlukan untuk suatu latihan yang berat atau pertandingan.(Harsono : 1988:154).

Dari kutipan diatas kita peroleh kesimpulan bahwa dalam proses pembinaan

kondisi fisik atlet harus benar-benar sesuai dengan program yang telah ditentukan

agar mencapai tingkat kondisi fisik yang maksimal bagi atlet karate Pusat Pelatihan

Pelajar.

latihan kondisi fisik pada dasarnya untuk mengembangkan sepuluh unsur

kondisi fisik yang dibutuhkan oleh semua cabang olahraga, dengan tetap

membedakan tingkat kebutuhannya. Adapun sepuluh unsur tersebut :

1. KekuatanKekuatan adalah power yang dikeluarkan oleh seorang atlet karate dalam melakukan gerakan atau teknik dalam olahraga beladiri karate sehingga sasaran memang merasakannya

2. Daya tahanSetiap cabang olahraga sangat membutuhkan sekali daya tubuh yang kuat apapun jenis cabang olahraganya, karena apabila seseorang atlet memiliki daya tahan fisik yang kuat maka untuk mengarahkan ke teknik yang lebih baik tidak ragu lagi.

3. KecepatanKecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi atlet yang memberikan kemungkinan untuk bereaksi secepat mungkin terhadap suatu rangsang, dan kemudian mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin.

4. KelentukanUntuk memperoleh kelentukan tubuh yang baik dengan melakukan peregangan otot dan sendi secara berkesinambungan setiap jadwal latihan. Dengan melakukan peregangan otot sebelum latihan akan menambah kelentukkan tubuh bagi setiap atlet karate sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik yang baik.

5. Kelincahan

iv

Page 9: contoh proposal

Kelincahan juga sangat penting dalam kondisi fisik atlet, kelincahan merupakan kualitas kondisi fisik yang membutuhkan penunjang fisik lainnya.

6. PowerPower adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.

7. Ketahanan1. Ketahanan otot local 2. Ketahanan anaerob3. Ketahanan aerobik

8. KoordinasiKoordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan kedalam satu atau lebih pola gerak khusus

9. KetepatanKetepatan adalah kemampuan untuk mengendalikan gerakan-gerakan bebas terhadap suatu sasaran. Dapat berupa sasaran atau objek langsung yang harus di kenai oleh salah satu bagian tubuh.

10. KeseimbanganKhususnya pada waktu memperagakan gerakan meloncat pada kata dan komite, yaitu ketika atlet melakukan gerakan beruntun dan bevariasi serta cepat” (Prihartono 1994:14).

Kondisi fisik akan berpengaruh terhadap sistem organisme tubuh, antara lain

berupa :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelenturan, stamina, dan komponen

kondisi fisik lainnya.3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.4. Akan ada penulisan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon demikian di perlukan. Menurut (Harsono 1988:153).

2. Hakekat Olahraga Karate

Karate adalah seni perkasa untuk pembinaan kepribadian melalui latihan

sehingga karate dapat mengatasi setiap rintangan, nyata ataupun tidak nyata. Karate

sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih

sedemikian rupa secara sistematif sehingga serangan tiba-tiba dari musuh dapat

iv

Page 10: contoh proposal

dikendalikan dengan menampilkan suatu kekuatan, tidak ubahnya seperti

menggunakan senjata betul.

Disamping itu, karate adalah juga merupakan suatu sistem latihan, dimana

karateka dilatih dan dididik untuk dapat menguasai gerakan tubuh.seperti melipat dan

melompat secara mengatur keseimbangan dengan belajar menggerakan anggota

badan dan tubuh ke belakang dan kemuka, ke kiri dan kekanan, keatas dan kebawah

secara bebas dan serasi.

Pembentukan sikap-sikap seorang karate secara nyata di tuangkan dalam

sumpah karate yang diucapkan setiap latihan dan wajib dilaksanakan sebagai seorang

karateka. Sumpah karate menjadi pedoman bagi seluruh karateka dan bersifat

mengingat serta wajib dilaksanakan. Adapun sumpah karate adalah sebagai berikut :

Sumpah karate ada 5 yaitu:1. Sanggup memelihara kepribadian 2. Sanggup patuh pada kejujuran 3. Sanggup mempertinggi prestasi4. Sanggunp menjaga sopan santun5. Sanggup menguasai diri

Sumpah karate merupakan salah satu agenda wajib yang dilaksanakan setiap

melakukan latihan dimana tradisi karate dilaksanakan, sehinggga diharapkan seluruh

karateka selalu mengingat dan secara perlahan melalui tempaan dalam latihan dapat

mengamalkan secara nyata dari sumpah tersebut. (Hamid:2007:3)

Tehnik dasar karate secara umum terbagi kedalam :

iv

Page 11: contoh proposal

1. Sikap dasar

sikap ini digunakan sewaktu memulai upacaran (latihan/pertandingan)

dengan cara menundukkan kepala disertai sedikit menundukkan badan (sikap

hormat).

Ga

g

Gambar 1. Sikap hormat berdiri ( Forki 2005:13)

2. Gerakan dasar (kuda-kuda)

iv

Page 12: contoh proposal

Tehnik berdiri (kuda-kuda), dasar dari kuda-kuda adalah berdiri tegak dengan

kaki sampai tumit rapat dan berdiri normal dengan kaki terbuka selebar bahu.

Tehnik kuda-kuda dasar yang utama dari berbagai aliran adalah sebagai

berikut:

1. Tehnik kuda-kuda depan yaitu posisi kaki depan ditekukkan kaki

belakang diluruskan berat tumpuannya berada di depan, agar lebih

jelasnya lihat gambar dibawah ini:

Gambar 2. Kuda-kuda depan (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:12)

2. Tehnik kuda-kuda belakang, yaitu kaki dilebarkan, kaki depan dan

belakang sama-sama ditekukkan tetapi berat tumpuannya beada dikaki

belakang, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:

iv

Page 13: contoh proposal

Gambar 3. Kuda-kuda belakang (Hamid) ( Tehnik Dasar Karate 2007:12)

3. Tehnik kuda-kuda tengah, yaitu kaki dilebarkan kaki depan dan belakang

sama-sama ditekukkan dan berat tumpuannya berada di tengah, untuk

lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:

Gambar 4. Kuda-kuda tengah (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:13)

3. Gerakan dasar (pukulan)

iv

Page 14: contoh proposal

Pukulan merupakan salah ssatu inti dari gerakan olahraga karate yang

menggunakan tangan. Pukulan dengan menggunakan kepalan tangan secara

lurus dinamakan tsuki, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini :

Gambar 5. pukulan (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:26)

4. Gerakan dasar (tangkisan)

Tangkisan berpungsi untuk mematahkan serangan lawan/musuh. Pada

prisipnya tangkisan adalah bentuk gerakan kontak fisik secara langsung untuk

menggalihkan serangan lawan baik yang dilakukan melalui pukulan atau

tendangan. Tangkisan dibagi beberapa kelompok :

1. Tangkisan terhadap serangan bawah

Serangan terhadap anggota tubuh bagian bawah yang dapat dilakukan

dengan pukulan atau tendangan ditangkis dengan tehnik tangkisan satu

tangan (gedan barai), untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:

iv

Page 15: contoh proposal

Gambar 6. Tangkisan bawah (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:66)

2. Tangkisan terhadap serangan tengah

Serangan terhadap tubuh bagian tengah, ditangkis dengan 3 cara yaitu

tangkisan dari bagian luar (soto uke), tangkisan dari bagian dalam

(uchi uke), tangkisn pedang (shuto uke), tangkisan kepala (ajue uke),

untuk lebih jelasnya lihatlah gambar dibawah ini:

Gambar 7. Tangkisan dalam (Hamid) ( Tehnik Dasar Karate. 2007:65)

5. Gerakan dasar (tendangan)

iv

Page 16: contoh proposal

Tendangan dalam karate sama seperti halnya penggunaan dan fungsi tangan

yang merupakan suatu kekuatan bahkan jika ditinjau dari dampak kekuatan

maka kekuatan kaki (tendangan) memilih kekuatan yang lebih besar di

bandingkan dengan kekuatan tangan, untuk lebih jelasnya lihatlah gambar

dibawah ini :

Gambar 8. Tendangan samping (Hamid) (Tehnik Dasar Karate 2007:50)

Dalam pertandingan olahraga karate ini sarana dan prasarana yang digunakan

adalah : 1) Do-gi (pakaian karate), 2) face- mask (pelindung muka), 3) Hand protector

(pelindung tangan), 4) Gamsil (pelindung gigi), 5) Bodi protector (Pelindung dada),

6) Deker (pelindung kaki), 7) Pelindung kemaluan, 8) Sabuk merak (AK), sabuk biru

(AO), 9) Bendera yang bewarna biru dan merah yang akan digunakan oleh wasit dan

juru dalam pertandingan, 10) Matras yang berukuran 10 x 10 meter, 11) Alat untuk

menghitung poin.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga karate ini memerlukan

daya tahan dan kondisi fisik baik bagi yang menggeluti olahraga karate ini. Karena

iv

Page 17: contoh proposal

olahraga karate merupakan olahraga beladiri yang mengandalkan mental dan fisik

yang baik.

B. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka konseptual yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini

adalah :

Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik

kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan kordinasinya. Keadaan kondisi fisik

yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan

motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara

spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan

kegiatan kita, terutama dalam olahraga.

Dalam penelitian ini kondisi fisik sangat berpengaruh sekali dalam

pertandingan si atlet. Karena bagus atau tidaknya gerakan pasti diutamakan kondisi

fisik dulu baru disusul dengan tehnik. Kondisi fisik dalam pertandingan karate sangat

diperlukan dalam pertahanan maupun penyerangan, dan apabila atlet dapat menguasai

dan mmelaksanakan teknik tersebut dengan sempurna maka lawan akan kesulitan

menghadapinya yang dapat menguras waktu dan tenaga lawan, sehingga lawan akan

cepat lelah dan stress dalam menghadapinya.

Untuk melakukan gerakan yang bagus dan sempurna atau baik dapat

melakukan pengulangan latihan fisik secara maksimal. Karena dalam latihan fisik

yang maksimal dapat meningkatkan volume beban, intensitas beban, interval beban,

frekuensi dan lamanya beban dalam latihan. Dapat diambilkesimpulan bahwa kondisi

iv

Page 18: contoh proposal

fisik sangat berpengaruh terhadap kemampuan, kecepatan dan kelenturan si atlet

dalam pertandingan karate.

Agar lebih jelasnya gambaran pengaruh kondisi fisik terhadap atlet karate

Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau adalah sebagai berikut:

Tingkat kondisi fisik atlit Karate Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan paparan teori dan kerangka pemikiran diatas, pertanyan dalam

penilitian ini dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana tingkat kondisi fisik atlet karate

Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi RIAU.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif, teknik pengumpulanan data

yang dilakukan dengan metode survei. “Metode survei adalah merupakan studi

yang besrsifat kuantatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok

iv

Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar

(Y)

Tingkat Kondisi fisik

(X)

Page 19: contoh proposal

atau perilaku indifidu. Pada umumnya survai menggunakan kuesioner sebagai

alat pengambil data. (Sarwono,2006:16)

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau totalitas subjek dalam penelitian,

(Arikunto,2006:130)

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada dojo atau

tempat latihan tim Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, jumlah atlet sebanyak

18 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Arikunto, 2006 : 131). Maka sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian populasi yang ada yaitu atlet Pusat Pelatihan Pelajar putra yaitu

sebanyak 15 orang.

Sesuai dengan penjelasan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik di

ambil semuanya menjadi sampel tetapi jika subjeknya lebih dari 100 boleh

diambil 10-15% atau 20-25%” berdasarkan populasi di atas semua populasi di

jadikan sampel atau total sampling. (Arikunto, 2006 : 134).

C. Def enisi Operasional

1. Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah keadaan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan baik

kekuatan, dayatahan, kecepatan, keleturan, dan koordinasinya. Keadaan kondisi fisik

iv

Page 20: contoh proposal

yang baik akan mempengaruhi aspek–aspek kejiwaan yang berupa peningkatan

motifasi kerja, semangat kerja, percayadiri, ketelitian dan sebagainya. Secara

spikologis keadaan fisik nampaknya sangat benar pengaruhnya dalam lingkungan

kegiatan kita, terutama dalam olahraga.

2. Karate

Karate adalah Karate tersusun dari dua kata yang dari kara dan te yang secara

harfiah kara berarti kosong dan te berarti tangan sehingga jika di gabungkan akan

membentuk kata tangan kosong yang memberikan makna bahwa karate merupakan

olahraga beladiri yang memaksimalkan seluruh gerak tubuh untuk melakukan

pembelaan diri dari ancaman baik dalam bentuk hindaran atau tangkisan dan

melakukan serangan yang mematikan.

D. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrument adalah petunjuk pelaksanan suatu tes, sangat

banyak pengaruhnya terhadap objektivitas, keterampilan dan ketepatan suatu tes.

Petunjuk pelaksanaan suatu tes merupakan penjelasan mengenai bagaimana tes itu

harus dilaksanakan dan bagaimana cara pemberian skor. (Koni, 2003:20).

Penelitian ini berbentuk tes kondisi fisik, jadi peneliti menggunakan tes dan

pengukuran serta observasi tujuannya untuk menentukan seberapa besar tingkat

kondisi fisik atlet karate. (Koni, 2003)

iv

Page 21: contoh proposal

1. Tes push-ups

Untuk mengukur komponen daya tahan local otot lengan dan bahu

Alat dan perlengkapan : Bidang yang datar.

Pelaksanaan tes:

Tes berbaring dengan sikap tertelungkup, kedua tangan dilipat disamping

badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan sehingga badan terangkat,

sedangkan sikap badan dan tungkai merupakan garis lurus. Setelah itu diturunkan

badan dengan cara membengkokkan lengan pada siku, sehingga dada menyentuh

lantai. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang sampai teste tidak sanggup

lagi mengangkat badannya.

Scor :

Jumlah gerakan push-ups yang benar dapat dilihat oleh orang tersebut.

Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 9. Sikap push-ups (Ismaryati) ( Koni 2003:21)

Tabel 1. Penilaian :

iv

Page 22: contoh proposal

Katagori PutraSempuna >38

Baik sekali 28 – 37Baik 20 – 28

Cukup 12 – 19Kurang 4 – 11

2. Tes sits-ups

Tes ini bertujuan untuk mengukur komponen daya tahan otot perut. Alat dan

perlengkapan : 1 matras

Pelaksanaan tes:

Atlet tidur telentang, lalu kedua tangan saling berkaitan dibelakang kepala,

kedua kaki dilipat sehingga membentuk sudut 90 derajat, lalu atlet bangun sehingga

berada dalam sikap duduk dan kedua tangan diluruskan kedepan yang kedua

perlengan tangannya melewati batas lutut, dan kedua telapak kaki tidak boleh

terangkat dari lantai kemudian kembali kesikap semula. Lakukan gerakan ini secara

berulang-ulang, sampai atlet tak mampu mengangkat badannya lagi, perhatikan agar

sikap tungkai selalu membentuk sudut 90 derajat pada waktu Sit-ups.

Skor :

Jumlah gerakan Sit-ups yang benar yang dihitung.

Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :

iv

Page 23: contoh proposal

Gambar 10.Tes Sits-ups (Nurhasan ) ( Koni, 2003:22)

Tabel 2. Penilaian :

Katagori PutraSempuna >90

Baik sekali 70 – 89Baik 50 – 69

Cukup 30 – 49Kurang 20 – 29

3. Tes vertical jump

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak (power) otot tungkai.

Alat dan perlengkapan :

1. Dinding yang rata dan lantai yang rata yang cukup luas

2. Papan bewarna gelap berukuran 30x150 cm, berskala ukuran

cintemeter yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak

antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan berskala 150 cm

3. Serbuk kapur dan alat penghapus

4. Formulir dan alat tulis

iv

Page 24: contoh proposal

Pelakssanaan tes :

Teste berdiri menghadap dinding dengan salah satu lengan diluruskan keatas

lalu dicatat tinggi jangkauan tersebut. Kemudian teste berdiri dengan bagian samping

tubuhnya kearah tembok, dan salah satu lengan yang menempel di tembok lurus

keatas, kemudian teste mangambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut

kurang lebih 45 derajat. Setelah itu teste berusaha melompat keatas setinggi mungkin,

pada saat titik tertinggi dari lompatan itu teste segera menyentuh ujung jari dari salah

satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua kaki. Teste

diberi kesempatan melakukan gerakan tersebut 3 percobaan.

Scor :

Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan tinggi

jangkauan sebelum melompat, dari tiga percobaan. Tinggi jangkuan diukur dalam

satuan cm.

Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 11. Tes Vertical Jump (Nurhasan) ( Koni 2003:22)

iv

Page 25: contoh proposal

Tabel 3. Penilaian :

Katagori PutraSempuna >70

Baik sekali 62 – 69Baik 53 – 61

Cukup 46 – 52Kurang 38 – 45

4. Tes flexibilitas

Tes ini bertujuan untuk mengukur komponen plexibilitas.

Alat dan perlengkapan :

1. Pita ukuran

2. Matras

3. Alat pengukur fleksi (flexometer)

pelaksanaan tes :

Atlet berdiri tegak diatas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung

ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukkan kebawah, tangan

lurus. Renggutkan badan kebawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan

menyelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan jauh.

Scor :

Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh atlet dari dua kali

percobaan, yang diukur dalam cm.

Untuk lebih jelas lihat lah gambar dibawah ini :

iv

Page 26: contoh proposal

Gambar 12. Tes Plekxibilitas (Prihastono) ( Koni 2003:21)

Tabel 4. Penilaian :

Katagori PutraSempuna >24

Baik sekali 18 – 23Baik 12 – 17

Cukup 6 – 11Kurang 1 – 5

5. Tes lari 15 menit

tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan

pernafasan.

Alat dan perlengkapan :

1. Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya

sehingga mudah untuk menentukan jarak

iv

Page 27: contoh proposal

2. Bendera stast

3. Stopwatch

4. Nomor dada

5. Tanda atau garis untuk stast dan finish

6. Formulir dan lat tulis

Pelaksanan tes :

Teste berdiri dibelakang garis start, aba-aba “ya” diberikan, teste mulai berlari

selama 15 menit, sampai waktu 15 menit telah berakhir dan pluit dibunyikan dan teste

berhenti ditempat dan meninggalkan nomor dadanya agar pengetes mudah untuk

mencatat hasil yang ditempuh oleh teste.

Scor :

Jarak yang ditempuh oleh teste selama 15 menit, dicatat sampai dalam satuan

meter untuk kemudian dimasukkan kedalam Vo2 Max dan di sesuaikan kedalam table

yang tersedia.

Untuk lebih jelas dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 13. Tes lari 15 menit (Nurhasan)

iv

Page 28: contoh proposal

( Koni 2003:21)

Tabel 5. Penilaian:

Katagori PutraSempuna >64

Baik sekali 61 – 64Baik 55 – 60

Cukup 50 – 54Kurang <49

E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data ini yaitu metode

deskripsi, dengan mengambil atlet yang ada di Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau.

Adapun metode tersebut :

1. Observasi

Untuk mengetahui secara langsung terhadap sobjek penelitian yang hendak di

teliti sehingga dalam pengolahan data tidak direkayasa.

2. Perpustakaan

Cara ini dugunakan untuk teori-teori penunjang yang sesuai dengan tujuan

permasalahan dalam penelitian ini.

3. Tes dan pengukuran menurut Komite Olahraga Nasional Indonesia Tahun 2003

untuk mendapatkan data mengenai kondisi fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan

Pelajar Provinsi Riau.

iv

Page 29: contoh proposal

a. Push-up

b. Sits-up

c. Vertical jumps

d. Plekxibilitas

e. Lari 15 menit

F. Tehnik Analisis Data

Apabila data yang diperoleh terkumpul maka akan diolah secara persentase.

Rumus yang digunakan untuk menghasilkan dikualinatfkan secara sempurna, maka

penelitian ini memakai rumus berdasarkan pendapat (Sudijono,2006:43).

F

P = x 100%

N

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumblah Responden

Data yang dipresentasekan dalam kalimat yang bersifat kuantitatif ditafsirkan:

76 – 100% = Katagori Baik

56 – 75% = Katagori Cukup

40 – 50% = Katagori Kurang

Kurang dari 40% = Katagori Tidak Baik (Sudijono; 2006)

Tabel 5. Katagori komponen kondisi fisik

iv

Page 30: contoh proposal

Katagori Konversi Nilai

Sempurna

Baik sekali

Baik

Cukup

Kurang

10

8

6

4

2

Sumber : Koni 2003

Tabel 6. Katagori Status Kondisi Fisik Atlet

Rentang Skor Katagori Kemampuan

9,6 – 10

8,0 – 9,5

6,0 – 7,9

4,0 – 5,9

2,0 -,3,9

Sempurna

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

Sumber : Koni 2003

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab yang

terdahulu,maka pada bab ini semua data yang telah diperoleh dilapangan pada

saat penelitian akan diolah sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan

iv

Page 31: contoh proposal

sebelumnya. Hasil dari pengolahan data ini nantinya merupakan jawaban

terhadap permasalahan yang ada.

Dalam menilai keterandalan suatu alat evaluasi, terutama tentang tes

dan pengukuran dalam pendidikan jasmani dan kesehatan, pada umumnya

para ahli sependapat bahwa criteria yang dipakai meliputi bukti-bukti statistic

dan dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan praktis dan pendapat yang

objektif. Dasamping itu harus diberikan bukti-bukti keterandalan dan

kebenarannya.

Untuk mendeskripsikan tingkat kondisi fisik atlet karate Pusat

Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, maka semua data yang telah didapat melalui

hasil tes kondisi fisik akan diubah menjadi nilai dengan memasukkan kedalam

norma-norma yang telah ditentukan sebelumnya. Nilai dari kelima tes

semuanya dijumblahkan dan dimasukkan kedalam norma yang ditentukan

sebelumnya sehingga menghasilkan skor.

1. Push-up

Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi pus-up adalah 60, sedangkan

nilai terendah adalah 30 . Dengan rentang nilai 50 – 60 terdapat 4 orang

dengan persentase 26,7 %. Rentang nilai 39 – 49 terdapat 4 orang dengan

persentase 26,7 %. Rentang nilai 28 -38 terdapat 7 orang dengan persentase

46,7 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

iv

Page 32: contoh proposal

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Tes Pus-up Atlet Karate PPLP Provinsi

Riau.

No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif

1 50 – 60 4 26,7 %

2 39 – 49 4 26,7 %

3 28 – 38 7 46,7 %

Jumlah 15 100 %

Sumber : Data hasil di lapangan

Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :

iv

Page 33: contoh proposal

28-38 39-49 50-600

1

2

3

4

5

6

7

8

Gambar 14. Grafik Distribusi Frekuensi tes Pus-up Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

2. Sit – Up

Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi sit-up adalah 87, sedangkan

nilai terendah adalah 22 . Dengan rentang nilai 65 – 87 terdapat 5 orang

dengan persentase 33,3 %. Rentang nilai 42 – 64 terdapat 8 orang dengan

persentase 53,3 %. Rentang nilai 19 - 41 terdapat 2 orang dengan persentase

13,3 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Tes sit-up Atlet Karate PPLP Provinsi

Riau.

iv

Page 34: contoh proposal

No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif

1 65 – 87 5 33,3 %

2 42 – 64 8 53,3 %

3 19 – 41 2 13,3 %

Jumlah 15 100

Sumber : Data hasil di lapangan

Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :

19 - 41 42 - 64 65 - 870

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi tes sip-up Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

3. Vertikal Jum

iv

Page 35: contoh proposal

Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi Vertical Jump adalah 63,

sedangkan nilai terendah adalah 48 . Dengan rentang nilai 58 – 63 terdapat 2

orang dengan persentase 13,3 %. Rentang nilai 52 – 57 terdapat 7 orang

dengan persentase 46,7 %. Rentang nilai 46 – 51 terdapat 6 orang dengan

persentase 40 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Tes Vertical Jump Atlet Karate PPLP

Provinsi Riau

No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif

1 58 – 63 2 13,3 %

2 52 – 57 7 46,7 %

3 46 – 51 6 40 %

Jumlah 15 100 %

Sumber : Data hasil dilapangan

Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :

iv

Page 36: contoh proposal

46-51 52-57 58-630

1

2

3

4

5

6

7

8

Gambar 16. Grafik Distribusi Frekuensi tes vertical jump Atlet Karate PPLP

Provinsi Riau

4. Flexibility

Dari 15 orang atlet PPLP nilai tertinggi flexibility adalah 30,

sedangkan nilai terendah adalah 16 . Dengan rentang nilai 25 – 30 terdapat 5

orang dengan persentase 33,3 %. Rentang nilai 19 – 24 terdapat 9 orang

dengan persentase 60 %. Rentang nilai 13 – 18 terdapat 1 orang dengan

persentase 6,6 %, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

iv

Page 37: contoh proposal

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Tes flexibility Atlet Karate PPLP Provinsi

Riau

No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif

1 25 – 30 5 33,3 %

2 19 – 24 9 60 %

3 13 – 18 1 6,6 %

Jumlah 15 100 %

Sumber : Data hasil dilapangan

Untuk lebih jelasnya distribusi data terlihat pada gambar dibawah ini :

13-18 19-24 25-300

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Gambar 17. Grafik Distribusi Frekuensi tes flekxibility Atlet Karate PPLP

Provinsi Riau

iv

Page 38: contoh proposal

Setelah dilakukan deskripsi terhadap data yang telah didapat, langkah

selanjutnya adalah mengklasifikasikan data dengan menggunakan tabel norma tampa

memperhatikan faktor umur, tinggi, dan berat badan (Koni Olahraga Nasional

Indonesia Pusat : 2003). Dengan menggunakan tabel norma ini, maka dapat dilihat

atlet yang termasuk katagori tingkat kondisi fisik yang baik sekali, katagori baik, dan

katagori cukup.

Tabel 11. Hasil Tes Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Provinsi Riau.

Interval Fi Xi Fi.Xi Fka F.Relatif

33 – 35

30 – 32

27 – 29

24 – 26

4

8

1

2

34

31

27

25

136

248

28

50

4

12

13

15

26,7 %

53,3 %

6,7 %

13,3 %

N = 15 ∑Fi.Xi=462 100 %

Sumber : Hasil Olahan Data Tes Kondisi Fisik

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data terbesar adalah 33 – 35 dan yang

terkecil 24 – 26, menghasilkan rata-rata (mean) 30,8, data tengan (median) 29,9 dan

data yang sering muncul (modus) 30,6, untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi data

terlihat pada gambar dibawah ini :

iv

Page 39: contoh proposal

24-26 27-29 30-32 33-350

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Interval

frekuensi

Gambar 17. Grafik Histrogram Distribusi Frekuensi Data Kondisi Fisik Atlet

B. Analisa Data

Setelah dilakukan analisa data yang diperoleh dengan menggunakan statistik

deskriptif. Setelah diadakan tes terhadap tingkat kondisi fisik atlet karate Pusat

Pelatihan Pelajar Provinsi Riau, ternyata dari 15 atlet yang dijadikan sampel, terdapat

12 orang atau 80 % yang tergolong tingkat kondisi fisik Baik, 3 orang atau 20 % yang

tergolong tingkat kondisi fisiknya Cukup.

Dari penjelasan data diatas ternyata atlet karate yang mengikuti tes ada 15

orang. Ternyata dari 15 orang atlet karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau yang

dijadikan sampel 12 orang atau 80 % yang tingkat kondisinya Baik, 3 orang atau 20

% yang tingkat kondisi fisiknya Cukup. Dan tidak ada satu orangpun yang tergolong

yang tingkat kondisinya Cukup. Dan tidak ada satu orangpun yang tergolong katagori

iv

Page 40: contoh proposal

tingkat kondisi fisik yang Sempurna serta kategori tingkat kondisi fisiknya Kurang.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut :

Katagori Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau

No Katagori Kemampuan Atlet

Jumlah Presentase

1

2

3

4

5

Sempurna

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

-

-

12

3

-

-

-

80 %

20 %

-

Jumlah 15 100 %

Sumber : Hasil Data Olahraga Tes Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

C. Interprestasi Data

Dilihat dari keseluruhan sampel penelitian yaitu 15 orang, 12 orang atau 80 %

termasuk katagori Baik, 3 orang atau 20 % termasuk katagori Cukup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kondisi fisik Atlet Karate PPLP

Provinsi Riau dari referensi tersebut secara umum sebagian besar berada pada taraf

Baik. Dengan kata lain bahwa Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi

Riau termasuk Tinggi. Menurut Sudijono (2006) ketentuan skor penilaian presentase

76 % - 100 % termasuk katagori Baik.

Menurut data yang peneliti peroleh Tingkat Kondisi fisik Atlet PPLP Provinsi

Riau sebagian besar berada pada tarif Baik, namun ddari segi daya tahan Vo2 max

iv

Page 41: contoh proposal

termasuk dalam katagori kurang hal ini menyebabkan atlet tidak fokus dalam

bertanding karena cepat lelah, sehingga tidak akan tercapainya prestasi yang

diinginkan.

Menurut Nurhasan dalam bukunya Tes dan Pengukuran (1986:24) dijelaskan”

pengukuran cardio Vascular melalui pengukuran denyut nadi dan tekanan darah

dalam berbagai macam posisi dan tingkatan kerja. Orang yang mempunyai kondisi

yang baik, sistem peredaran darah dan pernapasan lebih efisien dari pada orang yang

tidak terlatih. Telah kita ketahui bahwa olahragawan yang terlatih mempunyai

volume denyutan yang lebih besar dari pada orang yang tidak terlatih pada istirahat.

Cardiovascular seorang erat sekali hubungannya dengan physical fitnes,sebab

cardiorespiratory endurance merupakan salah satu aspek/elamen pokok dari

kesegaran jasmani “.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pelatih bukan hanya melatih mental

saja, tetapi pelatih harus menghitung waktu yang tersedia bagi atlet dalam

perencanaan program latihan daya tahan. Sehingga dapat mencapai prestasi yang

diharapkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

iv

Page 42: contoh proposal

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisi data yang merupakan jawaban pertanyaan yang

dikemukakan serta hasil yang terdapat dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan

kesimpulan, bahwa tingkat kondisi fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi

Riau berada pada taraf Baik. Dengan kata lain bahwa Tingkat Kondisi Fisik Atlek

Karate Pusat Pelatihan Pelajar Provinsi Riau Termasuk tinggi.

B. Saran

Berpedoman kepada kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini, maka diajukan

dari beberapa saran yang berkaitan dengan usaha peningkatan kondisi fisik Karate

Pusat Pelatihan Pelajar Profinsi Riau. Adapun saran-saran yang dimaksud sebagai

berikut :

1. Untuk para pelatih agar lebih memperhatikan taekwondo yang kurang bagus

kondisi fisiknya agar kondisi fisik atlet Karate ini bagus dan dapat

ditingkatkan lagi.

2. Bagi atlet agar lebih semangat lagi dalam berlatih agar menghasilkan prestasi

yang lebih bagus lagi.

3. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan studi lanjutan yang

berkaitan dengan tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Pusat Pelatihan Pelajar

Provinsi Riau.

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 43: contoh proposal

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Renika Cipta

Apris Hamid. Tehnik Dasar Karate (kihon). Sumatra Barat . PT Semen Padang

Forki , 2005. Pedoman Karate. Jakarta

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coanching.CV. Tahak Kusuma

Jonathan Sarwono.2006.metodologi Penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha Ilmu

Koni. 2003. Sistem monitoring evaluasi dan pelaporan (SMET), Pelaksanaan dan hasil program pelatihan olahraga. Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2005. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta : Kementerian Pemuda dan Olahraga

Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta

Prihastono, Arif. 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. Yogyakarta : CV. Aneka

Sajoto. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize

Sudijono. Arif. 2006. Statistik Pendidikan. Jakarta. PT Raja Granfindo Persada

Lampiran 1

Data tes kondisi fisik Andre

No Komponen Tehnik pengukuran Hasil katagori Konversi nilai

iv

Page 44: contoh proposal

1 Kekuatan otot

tungkai

Leg Dynamometer

2 Daya tahan otot Pus-up 34 Cukup 4

Sit-up 34 Cukup 4

3 Power otot tungkai Vertical jump 48 Cukup 4

4 Kelenturan Flexibilitas 16 Baik 6

5 Daya tahan (cardio

vascular)

Lari 15 menit Cukup 4

Lampiran 2

Tabel 1. Hasil Tes dari Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

No Nama Atlet Jenis Tes

Pus-ups Sit-ups Vertical

jump

flexibility Lari 15 menit

400 meter

1

2

3

4

5

6

Andre

Wildan

Dios

Akwal

Azra

Yogi

34

40

60

46

50

49

34

78

55

22

47

48

48

60

63

55

50

55

16

22

22

27

29

30

42,53

47,1

47,1

42,53

47,1

45

iv

Page 45: contoh proposal

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Dimas

Ridho

Edo

Ade

Alam

Davit

Pedro

Gerpin

Ardan

59

34

30

30

44

54

36

36

35

66

68

73

64

87

48

42

50

55

55

55

55

50

50

50

52

53

50

29

26

24

22

20

24

22

23

24

45

46,41

47

40,23

42,53

46,41

39,1

38,63

42,30

Lampiran 3

Jumlah Konversi Nilai Test Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

No Nama Atlet Jenis Tes

Pus-ups Sit-ups Vertical

jump

flexibility Lari 15 menit

400 meter

1

2

3

4

5

6

Andre

Wildan

Dios

Akwal

Azra

Yogi

8

10

10

10

10

10

4

8

6

2

4

4

4

6

8

6

4

6

6

8

8

10

10

10

2

2

2

2

2

2

iv

Page 46: contoh proposal

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Dimas

Ridho

Edo

Ade

Alam

Davit

Pedro

Gerpin

Ardan

10

8

8

8

10

10

8

8

8

6

6

8

6

8

4

4

6

6

6

6

6

4

4

4

4

6

4

10

10

10

8

8

10

8

8

10

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Lampiran 4

Katagori Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate PPLP Provinsi Riau

No Nama Jumlah Konversi+jumlah item Hasil Katagori

1

2

3

4

5

6

7

8

Andre

Wildan

Dios

Akwal

Azra

Yogi

Dimas

Ridho

24 + 5

34 + 5

34 + 5

30 + 5

30 + 5

32 + 5

34 + 5

32 + 5

4,8

6,8

6,8

6

6

6,4

6,8

6,4

C

B

B

B

B

B

B

B

iv

Page 47: contoh proposal

9

10

11

12

13

14

15

Edo

Ade

Alam

Davit

Pedro

Gerpin

Ardan

34 + 5

28 + 5

32 + 5

30 + 5

26 + 5

30 + 5

30 + 5

6,8

5,6

6,4

6

5,2

6

5

B

C

B

B

C

B

B

Lampiran 5

Mean (Rata-Rata)

Mean = ∑ Fi.Xi n

= 462 15

= 30,8

Keterangan : n : Jumlah Data

Xi : Data Angka

Fi : Frekuensi

Median ( nilai tengah )

Me = I + 1/2n – fka fi

iv

Page 48: contoh proposal

keterangan :

I : batas bawah (0,5)

n : jumblah data

fka : frekuensi kumulatif

fi : frekuensi asli

Me = I + 1/2n – fka fi

= 29,5 + 7.5 - 4 8

= 29,5 + 3,5 8

= 29,5 + 0.43 = 29,9

Modus ( nilai / data yang paling sering muncul )

Mo=I+ SaS a+Sb

.i

Keterangan : Batas bawah

Sa : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi atas kelas modus

Sb : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi bawah kelas modus

I : Panjang kelas

Mo=I+ SaS a+Sb

.i

iv

Page 49: contoh proposal

¿29,5+ 44+7

.3

¿29,5+ 411

.3

¿29,5+ 1211

= 29,5 + 1.1

= 30,6

iv

Page 50: contoh proposal

iv

Page 51: contoh proposal

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Renika Cipta

Apris Hamid. Tehnik Dasar Karate (kihon). Sumatra Barat . PT Semen Padang

Forki , 2005. Pedoman Karate. Jakarta

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coanching.CV. Tahak Kusuma

iv

Page 52: contoh proposal

Jonathan Sarwono.2006.metodologi Penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha Ilmu

Koni. 2003. Sistem monitoring evaluasi dan pelaporan (SMET), Pelaksanaan dan hasil program pelatihan olahraga. Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2005. Undang-Undang RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta : Kementerian Pemuda dan Olahraga

Nurhasan, 2001.Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta

Prihastono, Arif. 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. Yogyakarta : CV. Aneka

Sajoto. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize

Sudijono. Arif. 2006. Statistik Pendidikan. Jakarta. PT Raja Granfindo Persada

TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE

PUSAT PELATIHAN PELAJAR

PROVINSI RIAU

SKRIPSI

iv

Page 53: contoh proposal

Disusun Oleh:Novika AndrianiNPM: 106611954

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji sukur penulis ucapkan kehadiran Allah

SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil

menyelesaikan Proposal ini dengan judul “(TINGKAT KONDISI FISIK ATLET

KARATE PUSAT PELATIHAN PELAJAR PROVINSI RIAU)”. Penulisan

skripsi ini merupakan salah satu langkah awal dalam melakukan penelitian sebagai

iv

Page 54: contoh proposal

syarat untuk gelar sarjana pendidikan pada fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau.

Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang menulis memiliki, maka

dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran yang

bersifat membangun dari beberapa pihak demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang

akan datang. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi

ini yaitu :

1. Dekan Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

2. Bapak Drs. Zulrafli,M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi pada Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Riau yang merangkap sebagai Pembimbing 1 yang telah banyak member

masukan dan saran dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Kesehatan dan Rekreasi pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau yang merangkap sebagai pembimbing II yang telah

banyak member masukan dan saran dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Riau yang telah memberikan pengajaran dan berbagai disiplin ilmu kepada

peneliti selama peneliti belajar di Universitas Islam Riau.

5. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik

secara materil maupun spiritual.

iv

Page 55: contoh proposal

6. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 10 Jurusan Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, kerabat, teman dekat dan semua pihak yang

telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat diterima dan dapat

dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang akan

membantu pada pelaksanaan penelitian ini. Semoga segala bantuan yang akan

diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin ya

Robbal Alamin.

Pekanbaru, September 2014

Novika Andriani

NPM. 106611954

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………... i

Daftar Isi …………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………….. 1

B. Identifikasi masalah ……………………………………….. 5

C. Pembatasan Masalah …………………………………….… 5

iv

Page 56: contoh proposal

D. Perumusan Masalah ………………………………….…..… 5

E. Tujuan Penelitian ……………………………………….…. 5

F. Mamfaat Penelitian ………………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori……………………………………………... 7

1. Hakekat Kondisi Fisik…………………………………. 7

2. Hakekat Olahraga Karate……………………………… 9

B. Kerangka Pemikiran…………………………….………….. 16

C. Pertanyaan Penelian ..……………………………………… 17

BAB III METEOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……………………………………………. 18

B. Populasi dan sampel………………………………………. 18

1. Populasi ……………………………………………….. 18

2. Sampel ………………………………………………… 18

C. Defenisi Operasional ………………………………………. 19

D. Pengembangan Instrumen …………………………………. 20

E. Tehnik Pengumpulan Data…………………………………. 27

F. Tehnik Analisa Data……………………………………….. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi data ………………………………………………. 30

B. Analisa data ………………………………………………… 35

C. Interprestasi data …………………………………………… 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………… 38

B. Saran ……………………………………………………….. 38

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 40

LAMPIRAN …………………………………………………………... 41

iv

Page 57: contoh proposal

iv