26
contoh Proposal BK- Hubungan layanan konseling individu dengan percaya diri siswa A. HUBUNGAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 4 SEWON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 B. Latar Belakang Percaya diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi dirinya karena adanya kekuatan didalam jiwa kita. Rasa percaya diri sangat penting dalam hal mengembangkan sikap sosialisasi didalam lingkungan yang baru. Seseorang yang percaya diri akan merasa nyaman pada lingkungan yang bagaimanapun dan kondisi yang seperti apapun karena ia dapat dengan mudah beradaptasi. Akan tetapi tidak semua siswa mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahkan cenderung kurang percaya diri. Banyak dikalangan remaja yang kurang percaya diri sangat sulit untuk dapat mengembangkan diri terutama dalam hal bersosialisasi. Hal ini dilihat saat mereka berada pada suatu kondisi dan situasi tertentu, sebagai contohnya adalah apabila seorang remaja dihadapkan pada komunitas baru (masuk pada lingkungan yang baru). Gejala kurang percaya diri tersebut muncul

Contoh Proposal BK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh proposal BK

Citation preview

contoh Proposal BK- Hubungan layanan konseling individu dengan percaya diri siswa

A.      HUBUNGAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

SISWA KELAS VII SMP N 4 SEWON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

B.       Latar Belakang

Percaya diri adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi memahami akan kondisi

dirinya karena adanya kekuatan didalam jiwa kita. Rasa percaya diri sangat penting dalam hal

mengembangkan sikap sosialisasi didalam lingkungan yang baru. Seseorang yang percaya diri

akan merasa nyaman pada lingkungan yang bagaimanapun dan kondisi yang seperti apapun

karena ia dapat dengan mudah beradaptasi. Akan tetapi tidak semua siswa mempunyai rasa

percaya diri yang tinggi bahkan cenderung kurang percaya diri.

Banyak dikalangan remaja yang kurang percaya diri sangat sulit untuk dapat

mengembangkan diri terutama dalam hal bersosialisasi. Hal ini dilihat saat mereka berada pada

suatu kondisi dan situasi tertentu, sebagai contohnya adalah apabila seorang remaja dihadapkan

pada komunitas baru (masuk pada lingkungan yang baru). Gejala kurang percaya diri tersebut

muncul ketika dia berbicara atau memulai pembicaraan dengan orang yang baru ia kenal, mudah

cemas dan sering salah ucap ketika berbicara. Masalah tersebut harus segera ditangani agar tidak

menghambat tumbuh kembangnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Akan tetapi

tidak semua remaja mengalami rasa kurang percaya diri, banyak juga remaja yang mempunyai

rasa percaya diri yang tinggi.

Dilihat dari sudut pandang pendidikan, rasa percaya diri sangat menunjang individu

untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga terhindar dari rasa ragu-ragu yang

sering mengganggu. Dilihat dari sudut pandang perkembangan, pada usia pra remaja sangat

rentan dengan rasa percaya diri yang dia miliki. Remaja yang memiliki rasa kurang percaya diri

akan menghambat tumbuh kembang anak tersebut dalam beraktifitas dilingkungan sekitar yang

dia tempati, baik disekolah, keluarga maupun masyarakat.

Dilihat dari sudut Bimbingan dan Konseling, remaja yang kurang percaya diri akan

merasa sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara, yang sering terjadi, mereka

sering banyak salah ucap dalam berbicara. Remaja yang mengalami kurang percaya diri akan

menjadi tanggung jawab BK dalam penyelesaian masalah yang dialami individu tersebut.

Berdasarkan berbagai sudut pandang diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri

sangat berpengaruh dalam perkembangan individu untuk mengaktulisasikan diri dengan

lingkungan sekitar. Rasa kurang percaya diri adalah suatu keyakinan yang negatif terhadap suatu

kekurangannya yang ada diberbagai aspek kepribadiannya, sehingga ia tidak mampu untuk

mencapai bernbagai tujuan didalam kehidupannya.

Gejala rasa tidak peraya diri ini umumnya dianggap ringan karena tidak begitu terlihat

awalnya, akan tetapi apabila tidak tertangani dengan cepat maka gejala-gejala tersebut akan

semakin parah, dan akhirnya berdampak pada diri siswa tersebut, bahkan lingkungan sekitar

juga. Lingkungan tersebut bisa didalam lingkungan manyarakat, keluarga dan sekolah.

Sikap seseorang yang menunjukkan rasa kurang percaya diri antara lain, selalu dihinggapi

dengan rasa keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya

inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil didepan banyak orang dan gejala kejiwaan

lainnya yang nantinya akan mengahambat seseorang tersebut untuk berbuat sesuatu.

Adapun pelaksanaan layanan yang biasa digunakan didalam istansi Sekolah untuk

mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut adalah konseling individu, dikarenakan disamping

bersifat efisien juga secara tidak langsung siswa tersebut akan belajar untuk bersosialisasi dalam

lingkup yang mungkin bisa dikatakan kecil. Konseling itu sendiri adalah proses pemberian

bantuan kepada klien (siswa) dalam hal pemecahan masalah.

Konseling individu merupakan layanan bimbingan khusus antara peserta didik (klien)

dengan konselor dan mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dalam rangka

penyembuhan.

C.      Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di identifikasikan masalah

sebagai berikut:

1.      Bagaimana menumbuhkan percaya diri pada siswa kelas VII SMP 4 Sewon Bantul Tahun

Pelajaran 2013/2014?

2.      Bagaimana pelaksanaan konseling individu di sekolah SMP N 4 Sewon Bantul Tahun Pelajaran

2013/2014?

3.      Bagaimana hubungan layanan konseling individu dengan percaya diri siswa kelas VII SMP N 4

Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014

D.      Batasan Masalah

Dalam penelitian ini tidak semua masalah diatas diteliti semua tapi dibatasi mengenai

hubungan layanan konseling individu dengan kepercayaan diri siswa kelas VII di SMP N Sewon

Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014 .

E.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagai mana tersebut didepan, maka

permasalahan yang diajukan dalam proposal skripsi ini adalah:

1.      Apakah ada hubungan layanan konseling individu dengan kepercayaan diri siswa di SMP N 4

Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014.

F.       Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1.      untuk mengetahui hubungan layanan konseling individu dengan kepercayaan diri siswa kelas

VII di SMP 4 sewon bantul.

2.        Manfaat penelitian

1.      Manfaat Teoristis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan

khususnya Bimbingan dan Konseling yang dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat

memberikan informasi teoristis maupun empiris, khususnya bagi pihak-pihak yang akan

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.

2.      Manfaat praktis

a.       Bagi program studi bimbingan dan konseling:

b.      Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta bahan perbandingan

bagi pembaca yang akan melakukan pengembangan, khusyusnya mengenai layanan konseling

individu.

3.      Bagi peneliti

Mendapat pengalaman cara meneliti tentang pengaruh bungan bimbingan belajar

terhadap motivasi belajar siswa kelas VII di SMP N 4 Sewon Bantul. Tahun ajaran 2014/2015.

4.      Bagi sekolah

Hasil penelitian bisa digunakan untuk memberikan sumbangan mengenai hubungan

layanan konseling individu dengan percaya diri siswa kelas VII di SMP N 4 sewon.

H. Landasan Teori

1.      Layanan Konseling Individu

a.       Pengertian Bimbingan

Jika ditelaah berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda

mengenai bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian

tersebut. Perbedaan tersebut ddisebabkan kelainan pandangan dan titik tolak, tetapi perbedaan itu

hanyalah perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya.

Berdasarkan pasal 1 27 peraturan pemerintahan nomor 29/90, “Bimbingan merupakan

bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal

lingkungan, dan merencanakan masa depan. “ (Depdikdud, 1994, yang dikutip dewa ketut

sukardi,2010:35-36).

Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal

kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai

modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan

dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan , baik lingkungan social

dan lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis

pula. Pengenalan lingkungan itu, yang meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, dan alam sekitar serta “lingkungan yang lebih luas”, diharapkan

menunjukan proses penyelesaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud, serta

dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.

Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik

mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik

yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang

budaya/keluarga/kemasyarakatan.

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesetimbangan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,

sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan

tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,keluarga,dan masyarakat dan kehidupan pada

umumnya. Dalam demikian , dia akan dapat menikmati kebahagian masyarakat pada umumnya.

Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk

social.(Rochman Natawidjaja , 1987:31, yang dikutip dewa ketut sukardi,2010:36 ).

Pakar bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa:”bimbingan ialah suatu proses

pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing

agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkah

perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.(Moh.surya,1988:12,

yang dikutip dewa ketut sukardi,2010:37)

Sedangkan pakar yang lain mengatakan bahwa: Bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang (individu)atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang

menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemudian ini mencangkup lima fungsi pokok yang

hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (b)

menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d)

mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri. (Prayitno, 1937:35, yang dikutip dewa ketut

sukardi,2010:37).

Dengan membandingkan pengertian bimbingan yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa: Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau

sekelompok orang secara trus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau

sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha

bimbingan ini mencangkup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri,

yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya,(b) menerima diri

sendiri dan lingkungan yang positif dan dinamis,(c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri

sendiri, dan (e) mewujudkan diri sendiri.(Dewa ketut sukardi,2010:37)

b.      Pengertian konseling

Konseling sebagai terjemahan dari “counseling” merupakan bagian dari bimbingan, baik

sebagai layanan maupun sebagai teknik. “layanan konseling adalah jantung hati layanan

bimbingan secara keseluruhan” (Sukardi, 1985: 11, yang dikutip Dewa ketut sukardi,2010:37).

Dan Ruth Strang menyatakan bahwa “counseling is most important tool of guidance” (Ruth

Strang, 1958, yang dikutip Dewa ketut sukardi,2010:37). Jadi konseling merupakan inti dari alat

yang paling penting dalam bimbingan.

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling merupakan satu jenis

layanan yan g merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai

hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha

membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapi pengertian tentang dirinya sendiri dalam

hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinyapada waktu yang akan dating. (Rochman

Natawidjaja, 1987: 32, yang dikutip Dewa Ketut Sukardi,2010:38).

Pakar lain mengungkapkan bahkan: “konseling itun merupakan upaya bantuan yang

diberikan kepada konselisupaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk

dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan dating. Dalam

pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai: (a) dirinya sendiri,(b) orang lain,(c) pendapat

orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendah dicapai,dan (e) kepercayaan diri”.

(Moh. Surya, 1988:38, yang dikutip Dewa Ketut Sukardi,2010:38).

Lebih lanjut prayitno (1983:3), mengemukakan: “Konseling adalah pertemuan empat mata

antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik, dan human (manusiawi), yang

dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.”

Dengan membandingkan pengertian tentang konseling yang dikemukakan pakar di atas,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan

dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dank lien yang berisi usaha yang laras, unik,

human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-

norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam masa

yang akan datang.

Guru pembimbing yang telah memahami secara benar dan mendasar prinsip-prinsip dasar

bimbingan dan konseling ini akan dapat menghilangkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-

penyimpangan dalam praktek pemberian layanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip yang

akan dibahas adalah tinjauan dari prisnsip-prinsip secara umum, dan prinsip khusus. Prinsip-

prinsip khusus adalah prinsip-prinsip bimbingan yang berkenan dengan sasaran layanan, prinsip

yang berkenaan dengan permasalahan individu, prinsip yang berkenaan dengan program layanan,

dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan.

(Dewa ketut sukardi,2010:38-39)

c.       Pengertian Layanan Konseling Individu

Layanan konseling individu yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinan

peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing /

konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

Pelaksanaan usaha pengentasan permasalaahan siswa, dapat mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1.      Pengenalan dan pemahaman permasalahan.

2.      Analisis yang tepat.

3.      Aplikasi dan pemecahan permasalahan.

4.      Evaluasi, baik evaluasi awal, proses, ataupun evaluasi akhir.

5.      Tandak lanjut.

Melihat teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat macam-macam teknik

konseling individu yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang dialami siswa. Teknik

konseling perorangan yang sederhana melalui proses/tahap-tahap sebagai berikut (Dewa ketut

sukardi, 2010:63) :

1.      Tahap pembukaaan.

2.      Tahap penjelasan(eksplorasi).

3.      Tahap perubahan tingkah laku.

4.      Tahap penilaian/tindak lanjut.

2.      Percaya diri

a.    Pengertian percaya diri

Dalam kehidupan sehari-hari individu menganggap kriteria orang yang percaya diri

adalah sosok yabg sempurna dan kemampuan melakukan apa saja, atau memiliki penampilan

fisik tanpa cacat sedikitpun. Diantaranya ada beberapa individu yang tidak percaya diri karena

memiliki kekurangan, dalam mengatasi kekurangan tersebut diperlukan adanya kepercayaan diri.

Sedangkan menurut Fatimah(2008:149) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadapdiri

sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang diharapkannya.

b.      Ciri-ciri percaya diri

Ciri-ciri individu yang mencapai rasa percaya diri yang proposional menurut Enung

Fatimah(2006:149) adalah:

1)      Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,

penerimaan, atau rasa hormat orang lain.

2)      Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformasi demi diterima oleh orang lain atau

kelompok.

3)      Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain atau berani menjadi diri sendiri.

4)      Mempunyai pengendalian diri.

5)      Memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usahanya sendiri atau keadaan dan

tidak tergantung pada orang lain.

6)      Mempunyai cara pandangan yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi diluar

dirinya.

7)      Memiliki harapan yang realistic terhadap diri sendiri sehingga ketikaharapannya itu tidak

terwujud tetapmapu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kepercayaan diri menurut Fatimah (2006:105) Kepercayaan diri dipengaruhi oleh:

a.       Pola asuh

Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang faktor pada asuh

dan interaksi di usia dini merupakan faktor yang anak mendasar bagi pembentukan rasa percaya

diri.sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua

yang menunjukan perhatian, penerimaan,cinta dan kasih saying serta kelekatan emosional yang

tulus dengan anak akan membandingkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa

bahwa dirinya berharga dan bernilai mata orang tuanya. Dan meskipun ia melakukan kesalahan

dari sikap orang tua, ia melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasih.

b.      Pola piker yang negative

Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian,

bertemu orang-orang baru, dan sebagainya. Reaksi individu terhadap seseorang atau sebuah

peristiwa amat dipengaruhi oleh cara segala sesuatu dari dengan rasa percaya diri yang lemah.

Cenderungmempersiapkan segala sesuatu dari sisi negative . ia tidak menyadari bahwa dari

dalam dirinya, semua negatifme, itu berasal.

3.      Kerangka Berfikir Hubungnan Layanan Konseling Individu Dengan Percayaan diri siswa

Layanan konseling individu merupakan bagian yang terintegrasi dari pendidikan makan

tujuan layanan konseling berkaitan dengan pendidikan. Layann konseling individu sebagai

bagian dari pendidikan yang mempunyai tujuan khusus yaitu membantu siswa agar mengenal

dan memahami dirinya, dapat mengembangkan potensi, bakat , dan minat. Sehingga dapat

membuat keputusan sendiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkunyannya. Membuat

individu mengembangkan kemampuannya secara optimal. Sehingga siswa dapat menemukan

dirinya dan dapat menemukan pilihannya. Keputusan dan penyelesaian diri secara optimal.

Membantu siswa mengatasi masalah yang berkaitan dengan percaya diri. Oleh sebab itu guru

pembimbing dituntut mengefektifkan layanan konseling individu di sekolahan.

Rasa percaya diri sangat berpengaruh dalam perkembangan individu untuk

mengaktulisasikan diri dengan lingkungan sekitar. Rasa kurang percaya diri adalah suatu

keyakinan yang negatif terhadap suatu kekurangannya yang ada diberbagai aspek

kepribadiannya, sehingga ia tidak mampu.

Dengan demikian dapat diduga layanan konseling individu dengan percaya diri

mempunyai hubungan yang saling terikat.

I.       Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh mealui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga

dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empiric. (Sugiyono, 2010: 96)

Berdasarakan latara belakang diatas maka hipotesis dari judul proposal ini adalah “ Ada

hubungan antara layanan konseling individu dengan kepercayaan diri siswa kelas VII SMP N 4

Sewon Bantul tahun 2014/2015”

J.        Metode Penelitian

1.      Tempat dan Waktu

a. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP N 4 Sewon Bantul tahun ajaran 2013/2014.

a.       Waktu penelitian

Penelitian di ambil pada tahun 2014.

2.      Pendekatan Penelitian

Salah satu faktor yang penting dalam penelitian adalah metode penelitian yang termasuk

penelitian bidang pendidikan (educational research) khususnya berkaitan dengan motivasi belajar

disekolah menengah pertama yaitu di SMP 4 Sewon Bantul.

3.      Variabel PEnelitian

a.       Variabel Bebas

Merupakan variable yang variasinya mempengaruhi variable yang lain. Variable bebas dalam

penelitian ini adalah konseling individu.

b.      Variable Terikat

Merupakan variable penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh

variable lain. Variable terikat dalam penelitian adalah motivasi belajar siswa.

4.      Subyek Penelitian

a.       Populasi dan sampel

1)      Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai

kualitas dan karakterisik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. (Sugiyono,2010:117).

Jadi populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, atau

benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan

dari hasil akhir suatu penelitian.(Sukardi, 2003:53)

2)      Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(sugiyono,2010:118)

b.      Instrumen penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrument

angket atau kuesioner karena peneliti mengukur percaya diri siswa. Angket atau kuisoner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam

arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. (Suharsimi Arikunto, 2010:194).

Kelebihan dan kelemahan angket. Kelebihan responden.

1.      Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.

2.      Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.

3.      Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberikan pertanyaan yang bener-bener

sama.

4.      Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang

responden.

Kelemahan angket:

1.      Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehinggaada pertanyaan yang sering terlewati

tidak terjawab padahal sukar diulangi diberi kembali kepadanya.

2.      Seringkali sukar dicari validitasnya.

3.      Kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak bener atau tidak jujur.

Angket dibagikan kepada siswa kelas VII SMP 4 sewon Bantul Tahun Ajaran 2013/2014.

c.       Validitas dan reliabilitas

1)      Uji Validitas

Saifuddin A memandang validitas mengandung arti sejauh mana ketepatan dan

kecematan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur

dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi

ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut. (Saifudidin, 2006:5-6)

Uji validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas isi. Secara teknis

pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi

ini terdapat variable yang diteliti, indicator sebagai tolak ukuran nomor butir pertanyaan yang

telah dijabarkan di indicator. (Sugiyono, 2010:182)

2)      Uji Relibilitas

Relibilitas adalah menunju7kan pada tingkat keterdalaman sesuatu. Data

yang reliable adalah data yang dihasilkan dapat dipercaya dan diandalkan.

d.      Teknik Analisis Data

Analisis dengan statistik adalah perusahaan untuk memaparkan,

menafsirkan, dan menjelaskan data yang diperoleh angka dengan rumus korelasi.

Korelasi adalah teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam

satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya ketika satu

variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam

satu variabel selalu diiukuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan

bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi. Angka yang dipergunakan untuk

menggambarkan derajat hubungan ini disebut koefisien korelasi dengan lambang rxy. Teknik

yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi dari variabel dengan skala pengukuran

kategorik.

Contoh rumus Korelasi Product Momen Pearson antara lain sebagai

berikut :

a)      Rumus Pertama

b)      Rumus Kedua

c)      Rumus Ketiga

K.    Sistematis Isi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

B.     Indentifikasi Masalah

C.     Pembatasan Masalah

D.    Perumusan Masalah

E.     Tujuan Masalah

F.      Manfaat Hasil Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.    Kajian Teori

B.     Kerangka Berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian

B.     Pendekatan Penelitian

C.     Variabel Penelitian

D.    Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

E.     Teknik analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Data

B.     Pembatasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Dewa ketut Sukardi. 2010. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2010. Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta