88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya tergantung pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memuthakhirkan pengetahuan Biologi menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi sains dan teknologi tinggi, dengan demikian bangsa yang berhasil adalah bangsa yang memiliki standar kompetensi teknologi tinggi

Contoh PTK Biologi.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PTK biologi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum Biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan

IPA secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya tergantung pada

sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal

intelektual, sosial, dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan

untuk terus menerus memuthakhirkan pengetahuan Biologi menjadi suatu

keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab

perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa.

Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi sains dan teknologi

tinggi, dengan demikian bangsa yang berhasil adalah bangsa yang memiliki

standar kompetensi teknologi tinggi

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau

cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi

belajar siswa khususnya pelajaran Biologi. Misalnya dengan membimbing siswa

untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu

membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih

menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.

Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat

menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,

guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan

itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar

rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.

Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya

membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa

untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang

berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Biologi.

Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,

motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari

suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang

disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan

menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,

sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik.

Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi

siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai

materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi

yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan

materi yang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah

satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan konsep untuk

mengungkapkan apakah dengan model penemuan konsep dapat meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi Biologi. Penulis memilih model pembelajaran ini

mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan

sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode

pembelajaran penemuan konsep siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk

menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan

petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “Upaya Meningkatkan Prestasi dan Kualitas Belajar Biologi dengan Metode

Pembelajaran Penemuan Konsep pada Siswa Kelas ……………… Tahun

Pelajaran 2003/2004”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya

pembelajaran penemuan konsep?

2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan konsep terhadap

motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

pembelajaran penemuan konsep.

2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran

penemuan konsep.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan

materi Biologi.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Biologi

3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi

Biologi.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran penemuan konsep adalah:

Suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa segala

tingkatan umur mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang

analitis praktis.

2. Motivasi belajar adalah:

Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah

laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan

kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ……………tahun pelajaran

2003/2004.

2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Okotober semester ganjil tahun pelajaran

2003/2004.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan……………

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi

juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan

asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam

yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana

konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil

(produk).

B. Proses Belajar Mengajar Biologi

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

eduaktif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan

perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak

lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar Biologi meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran Biologi.

C. Konsep Biologi

1. Pengertian Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang dapat didiskripsikan melalui

definisi contoh dan bukan contoh, sifat-sifat atau super ordinat, sub ordinat

yang dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain (Widoko, 2001: 2).

Menurut Rosser (Dalam Achmadi, 1996: 4) bahwa konsep adalah

suatu obyek abstraksi yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Menurut Hamalik (2002: 132) konsep adalah suatu obyek, peristiwa

atau orang yang memiliki ciri-ciri umum konsep menunjuk pada “Nama”

tertentu misalnya buku, siswa dan lain-lain. Jadi konsep adalah sesuatu yang

sangat luar, yang menunjukkan ciri-ciri umum objek yang bersangkutan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

merupakan suatu obyek yang mewakili kelas stimulus artinya suatu konsep

telah dipelajari. Jika yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku

tertentu. Oleh karena itu Ratna Wilis (1988) dalam bukunya Achmadi

menyatakan bahwa guru yang mengadakan kegiatan berupa konsep

hendaknya mempunyai bagian-bagian antara lain: 1) Nama konsep; 2)

Atribut-atribut dari konsep; 3) Definisi konsep; 4) Contoh-contoh; 5)

Hubungan antar konsep-prinsip.

Menurut Flavail (dalam Achmadi, 1996: 2-4) mengatakan bahwa

konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuan dimensi, yaitu:

a. Atribut

Setiap konsep mempunyai jumlah atribut yang berbeda, atribut

dapat berupa fisik seperti warna, tinggi, atau dapat juga berupa fungsional.

b. Struktur.

Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-

atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal. Konsep konjungtif

adalah konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat

memenuhi syarat sebagai contoh konsep. Konsep disjungtif adalah

konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.

Konsep rasional menyatakan hubungan utama antara atribut-atribut

konsep.

c. Keabstrakan.

Konsep itu adalah abstrak yang berdasarkan pada pengalaman dan

karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman persis sama,

maka konsep yang dibentuk orang juga tidak sama.

d. Keinklusifan

Keinklusifan suatu konsep dapat ditujukan pada jumlah contoh-

contoh yang terlibat di dalam konsep itu. Misalnya bagi seorang anak

kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan tertentu yaitu kucing

keluarga.

e. Generalitas atau Keumuman.

Bila diklasifikasikan konsep-konsep dapat dibedakan dalam posisi

super ordinat dan sub ordinatnya, sehingga makin umum suatu konsep,

makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lain.

f. Ketepatan.

Ketepatan suatu konsep menyangkut ada sekumpulan aturan yang

membedakan contoh-contoh dan non-contoh suatu konsep.

g. Kekuatan (Power).

Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju,

bahwa konsep itu penting.

2. Proses Pembentukan Konsep

Terbentuknya suatu konsep secara umum dalah diri individu dapat

dibedakan menjadi dua cara, yaitu: cara asimilasi dan cara akomodasi.

Adapun dari dua cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Cara asimilasi adalah informasi yang masuk ke otak akan diubah sehingga

cocok dengan struktur yang ada dalam otak.

b. Cara akomodasi adalah penyesuaian struktur oleh otak terhadap

pengamatan.

Dalam ilmu Biologi, secara umum pembentukan konsep merupakan

produk eksperimental. Oleh karena itu pembentukan konsep Biologi tidak

begitu saja dibentuk melalui informasi atau penjelesasan. Konsep tidak dapat

begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang paling

efektif untuk membentuk konsep Biologi adalah melalui pengamatan secara

langsung terhadap objeknya.

Dengan metode ini diharapkan siswa menguasai konsep-konsep

Biologi dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Penguasaan konsep Biologi

Untuk mengetahui penguasaaan konsep siswa diperlukan analisis

konsep, yang meliputi:

a) Nama konsep

b) Ciri-ciri variabel dari konsep dan ciri-ciri kriteria konsep

c) Definisi konsep

d) Contoh-contoh konsep dan bukan dari konsep

e) Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain. (Dahar, 1989: 93).

Selanjutnya dalam tiap kegiatan belajar selalu akan menghasilkan

perubahan khusus yang disebut hasil belajar. Dalam pelajaran Biologi yang

perlu dan penting untuk diingat antara lain:

a. Beberapa informasi verbal, yang mutlak diperlukan untuk belajar

selanjutnya, misalkan nama hukum-hukum, konstanta-konstanta penting

dalam Biologi, dan konsep-konsep teoritis serta beberapa konsep penting

yang didefinisikan.

b. Keterampilan intelektual, seperti mengklasifikasikan beberapa aturan,

strategi memperoleh informasi: beberapa rumus penting, penyelesaian

matematis, penggunaan peralatan dan sejenisnya (Wahyana, 1986: 34-35).

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami betapa pentingnya

penguasaaan konsep Biologi pada diri siswa selain itu dalam proses belajar

mengajar Biologi, guru hendaknya mengetahui perkembangan siswanya,

terutama yang berkaitan dengan intelektual siswa sehingga guru dapat

menyesuaikan bahan pelajaran yang hendak diajarkan dan cara

mengajarkannya.

Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat

perkembangan intelektual sebagai berikut:

a. Periode sensori motor (0-2 tahun)

Pada periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya

(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak

ada pada waktu lahir seperti konsep-konsep ruang, waktu, berkembang

dan tercermin ke dalam pola-pola perilaku anak.

b. Periode pra-operasional (2-7 tahun)

Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak

belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental.anak pada tingkat

pra-operasional tidak dapat berpikir reversible, mempunyai sifat

egosentris yaitu sulit untuk menerima pandapat orang lain serta lebih

menfokuskan diri pada aspek status tentang suatu peristiwa daripada

transformasi dari suatu keadaan kepada keadaan lain.

c. Periode operasional konkret (7-11 tahun)

Periode ini merupakan permulaan proses berfikir rasional yang

berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada

masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara

pikiran dan persepsi, anak dalam periode ini memilih pengambilan

keputusan secara logis.

d. Periode operasional formal (lebih dari 11 tahun)

Pada periode ini anak akan dapat menggunakan operasi-operasi

konkretnya untuk membantu operasi-operasi yang lebih kompleks dan

mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan yang harus

dimiliki oleh siswa yang dapat mencerminkan pengawasan konsep IPA

adalah meliputi kemampuan intelektual, mengklasifikasi,

menghubungkan, menganalisis dan menerapkan konsep yang diajarkan

untuk memecahkan masalah, soal, atau kejadian.

D Metode Pembelajaran Penemuan Konsep

Metode pembelajaran penemuan konsep menurut Widoko (2001)

didefinisikan suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa

segala tingkatan umur mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang

analitis praktis.

Sedangkan menurut Hasanah (1998) model penemuan konsep dan suatu

model pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir

induktif. Kemampuan analisis dan mengembangkan konsep.pada pengajaran

diawali dengan pemberian contoh dan non-contoh diakhiri dengan kesimpulan

yang diberikan siswa.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Klaus Meier, Tennyson dan

Cochareila dalam Widoko (2001) tentang pembelajaran penemuan konsep

merupakan model yang menggunakan contoh-contoh positif dan contoh negatif

untuk menggambarkan konsep-konsep tersebut lebih mudah.

Desain dari model ini, pertama kali diperkenalkan oleh Joice dan Weil

(1972) yang mendasari penelitian Jerome Bruiner dan koleganya yang

menemukan pengaruh variabel-variabel terhadap proses belajar konsep.

Pada penelitian ini konsep yang digunakan adalah konsep listrik statik,

dengan menampilkan contoh dan non-contoh yang disertai karakteristiknya,

sebagai misal untuk konsep listrik statik; contoh positif batang plastik yang

dogosokkan dengan kain wol akan bermuatan negatif mempunyai karakteristik

benda menerima elektron dari benda lain atau terjadi perpindahan elektron dari

kain wol menuju ke batang plastik.

Dari uraian contoh dan non-contoh beserta karakteristiknya siswa

diharapkan dapat menemukan definisi dari tiap konsep dan memahami konsep

tersebut, sehingga pada akhirnya dapat memberikan contoh secara mandiri dari

konsep tersebut.

Sintaks metode pembelajaran penemuan konsep adalah sebagai berikut:

Phase I : Presentation of example (menampilkan contoh-contoh).

Pada phase ini guru menjelaskan bagamana aktivitas dimulai

dengan memberikan kepada siswa contoh dan bukan contoh.

Ketika guru menampilkan contoh positif dan contoh negatif untuk

tiap-tiap konsep disertai dengan karakteristiknya di dalam LKS

penemuan konsep. Pada penelitian ini konsep yang dipilih adalah

konsep listrik statik dengan contoh positif batang plastik yang

digosokkan dengan kain woll akan bermuatan negatif.

Phase II : Analysis of hypothesis (menganalisis hipotesa)

Pada phase ini dimulai ketika siswa membuat hipotesis tentang

nama suatu konsep, membandingkan karakteristik dari contoh

positif dan negatif listrik statik, maka siswa diminta untuk

menuliskan hipotesis tentang listrik statik, guru memberikan

contoh tambahan dan yang bukan contoh kemudian menganalisis

hipotesis sampai semua hipotesis didapatkan. Dari beberapa

hipotesis listrik statik yang didapat dari siswa kemudian menguji

hipotesis tersebut lewat contoh dan non-contoh sehingga deperoleh

satu hipotesis yang benar.

Phase III : Clouser (Penutup)

Pada phase ini guru bertanya kepada siswa untuk mengidentifikasi

sifat-sifat dari konsep dan menyatakan dari konsep tersebut beserta

karakteristiknya.

Phase IV : Application (Aplikasi)

Pada phase ini untuk memperkuat pengertian murid akan konsep

tentang listrik statik, guru memberikan contoh tambahan dari

mereka sendiri.

Seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran konsep

diharapkan dapat:

a. Mengerti isi mata pelajaran yang sesuai dengan model

pembelajaran konsep, sehingga dapat mengidentifikasikan

materi pelajaran itu apakan cocok dengan pengajaran

menggunakan model pembelajaran pemenuan konsep.

b. Menyeleksi contoh-contoh, sehingga ketika diberikan tujuan

pembelajaran maka akan memperoleh daftar contoh-contoh

yang akan memberikan gambaran secara efektif dari suatu

konsep.

c. Mengerti urutan dari contoh-contoh untuk memaksimalkan

murid-murid secara praktis dengan keterampilan berfikir

Manfaat dari metode pembelajaran penemuan konsep antara

lain:

a. Meningkatkan keterampilan berfikir

b. Membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep

dengan memperhatikan obyek, ide atau kejadian-kejadian.

E. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan

kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan

mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya

agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara

siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki

hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang

lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan

belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada

siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha

untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu

perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,

kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan

akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya

banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan

usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang

besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar

dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam

kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.

Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan

lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai

yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi

siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang

tinggi, dan lain sebagainya.

F. Prestasi Belajar Biologi

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang

dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,

hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta

perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan

oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi

belajar Biologi adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara

langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar Biologi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,

(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi

social ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama

dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana

guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah

mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada

jumlah siklus yang harus dilalui.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

………………………………………. tahun pelajaran 2003/2004.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober

semester ganjil 2003/2004.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas ………… pada pokok

bahasan …………..

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana awal/rancangan

Rencana awal/rancangan

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model penemuan

konsep.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan konsep,

untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Biologi pada

pokok bahasan ………… Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.

Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-

soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas

pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi

btir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini

dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimi Arikunto, 2001:

72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hsilkali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan:

r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar

dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c.Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah

indeks kesukaran. Rumus yangdigunakan untuk menentukan taraf kesukaran

adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung

indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal

sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan pembelajaran penemuan konsep, observasi aktivitas siswa

dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan konsep dan

pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif

siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

penglolaan pembelajaran penemuan konsep yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan konsep dalam meningkatkan

prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan pembelajaran penemuan konsep.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari

validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45

3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 775. Harga

ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 27)

dengan r (95%) = 0,381. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat

- 20 soal mudah

- 16 soal sedang

- 10 soal sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek

sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang

berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan

telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya

pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 10 Oktober 2003 di kelas ………. dengan jumlah siswa 27

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus

No. Absen

NilaiKeterangan No.

AbsenNilai

Keterangan T TT T TT

1 60 √ 15 60 √2 70 √ 16 80 √3 70 √ 17 70 √4 60 √ 18 80 √5 80 √ 19 70 √6 80 √ 20 90 √7 70 √ 21 60 √8 70 √ 22 60 √9 60 √ 23 70 √10 80 √ 24 70 √11 50 √ 25 60 √12 80 √ 26 80 √13 50 √ 27 70 √14 70 √ Jumlah 920 9 4

Jumlah 950 9 5Jumlah Skor 1870Skor Maksimal Ideal 2700

Rata-Rata Skor Tercapai 69,25

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 18

Jumlah siswa yang belum tuntas : 9

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

69,2518

66,67

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran penemuan konsep diperoleh nilai rata-rata prestasi

belajar siswa adalah 69,25 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau

ada 18 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar

66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan

belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2003 di kelas ………… dengan

jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No. Absen

NilaiKeterangan No.

AbsenNilai

Keterangan T TT T TT

1 60 √ 15 60 √2 80 √ 16 80 √3 80 √ 17 80 √4 90 √ 18 80 √5 90 √ 19 80 √6 60 √ 20 60 √7 80 √ 21 80 √8 70 √ 22 70 √9 60 √ 23 60 √10 80 √ 24 80 √11 90 √ 25 80 √12 80 √ 26 90 √13 70 √ 27 80 √14 70 √ Jumlah 980 10 3

Jumlah 1060 11 3Jumlah Skor 2040Skor Maksimal Ideal 2700Rata-Rata Skor Tercapai 75,56

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 21

Jumlah siswa yang belum tuntas : 6

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

75,5621

77,78

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 75,56 dan ketuntasan belajar mencapai 77,78% atau ada 21 siswa

dari 27 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan

sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini

karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan

selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih

termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa

yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran penemuan konsep.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2003 di kelas …. dengan jumlah

siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No. Absen

NilaiKeterangan No.

AbsenNilai

Keterangan T TT T TT

1 80 √ 15 90 √2 80 √ 16 80 √3 80 √ 17 80 √4 90 √ 18 80 √5 90 √ 19 80 √6 60 √ 20 70 √7 80 √ 21 80 √8 70 √ 22 70 √9 60 √ 23 60 √10 80 √ 24 80 √11 90 √ 25 80 √12 80 √ 26 90 √13 70 √ 27 90 √14 70 √ Jumlah 1030 12 1

Jumlah 1080 12 2

Jumlah Skor 2110Skor Maksimal Ideal 2700Rata-Rata Skor Tercapai 78,15

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 24

Jumlah siswa yang belum tuntas : 3

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

78,1524

88,89

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 78,15 dan dari 27 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa dan

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,89% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini

dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga siswa

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus

III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini

hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep. Dari data-data yang

telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran

penemuan konsep dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil

belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan

baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan

proses belajar mengajar selanjutnya menerapkan metode pembelajaran

penemuan konsep dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

penemuan terbimbng memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada

siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran penemuan konsep dalam setiap siklus mengalami peningkatan.

Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang

terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Biologi pada pokok bahasan ……… dengan metode

pembelajaran penemuan konsep yang paling dominan adalah bekerja dengan

menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru,

dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa

aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan konsep dengan baik.

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas

cukup besar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan penemuan konsep memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II

(77,78%), siklus III (88,89%).

2. Penerapan metode pembelajaran penemuan konsep mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan

dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka

menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model penemuan konsep memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan konsep dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatif siswa dengan berbagai macam metode pengajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakuakan di ……………… tahun pelajaran 2003/2004.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi IPA dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Model Pembelajaran Penemuan Konsep. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN KUALITAS

BELAJAR BIOLOGI DENGAN METODE PEMBELAJARAN

PENEMUAN KONSEP PADA SISWA

KELAS ………………………………………..

……………………………………

TAHUN 2003/2004

KARYA ILMIAH

OLEH

……………………………..

NIP: ………………………………

DINAS PENDIDIKAN ………………………………

………………………………………..

…………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil

penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan

…………………………….. hasil karya dari:

Nama : ……………………

NIP : …………………….

Unit Kerja : ………………………………

Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi

Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa

Kelas ……………………………… Tahun 2003/2004

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit

Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.

Mengetahui

Ketua PD PGRI II Kepala ……………………….

Kabupaten ………….. Kec. ………………………..

……………………………….. ………………….. NPA: NIP: ……………….

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit

kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak

dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di

perpustakaan ……………………………….

Pada Hari : ……………………

Tanggal : ……………………

Pustakawan Kepala

……………………………. ……………………………….

Kabupaten …………………. Kabupaten ……………….

……………………… …………………. NIP: ………………. NIP: ………………….

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan

karya ilmiah dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar

Biologi Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa Kelas

………………………………….. Tahun Pelajaran 2003/2004”, penulisan karya

ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat

dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga

anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya

kepada:

1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ……………………..

2. Yth. Ketua PD II PGRI ………………………..

3. Yth. Rekan-rekan Guru …………………………………..

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis

harapkan.

Penulis

ABSTRAK

…………………... 2003. Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Konsep Pada Siswa ………………………………. Tahun Pelajaran 2003/2004

Kata Kunci: Biologi, penemuan konsep

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Biologi.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan konsep? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan konsep terhadap motivasi belajar siswa?

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran penemuan konsep, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan konsep.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………... Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), siklus III (88,89%).

Simpulan dari penelitian ini adalah metode penemuan konsep dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa …………………………………. serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran Biologi.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iv

Abstrak ............................................................................................................. v

Daftar Isi .......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Perumusan Masalah............................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4

E. Definisi Operasional Variabel .......................................... 4

F. Batasan Masalah ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat IPA ...................................................................... 6

B. Proses Belajar Mengajar Biologi ....................................... 7

C. Konsep Biologi ................................................................. 9

D. Metode Pembelajaran Penemuan Konsep ......................... 15

E. Motivasi Belajar ................................................................. 18

F. Prestasi Belajar Biologi ..................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan ............................................... 25

B. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................. 25

C. Rancangan Penelitian ........................................................ 27

D. Metode Pengumpulan Data ............................................... 31

E. Teknik Analisis Data ......................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisi Item Butir Soal ..................................................... 34

B. Analisis Data Penelitian Persiklus .................................... 36

C. Pembahasan ...................................................................... 45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 47

B. Saran .................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49