Upload
dicogunawijaya
View
36
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh status pasien psikiatri
Citation preview
STATUS UJIAN UTAMA DOKTER MUDA
BAGIAN/SMF PSIKIATRI RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Nama Penguji : Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ
Nama Residen Pembimbing : dr. Komang Triana
Dokter Muda : Dico Gunawijaya (1002005091)
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : NPS
Baru/Ulangan : Baru
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Agama : Hindu
Bangsa/Suku Bangsa : Indonesia/Bali
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Siswi SMK
Alamat : Jl. Kuruksetra Gg. Perkasa No. 6, Nusa Dua
Nomor RM : 14044037
Tanggal Wawancara : 25 Juli 2014
II. ANAMNESIS
1. KELUHAN UTAMA:
Jarang mau bicara
2. AUTOANAMNESIS:
Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya ke poliklinik jiwa RSUP
Sanglah, mengenakan jaket bergaris hitam-putih-ungu, baju kaos putih, celana
panjang hitam, dan sandal jepit coklat. Rambut pasien panjang dan terikat rapi.
Kulit pasien sawo matang dan terlihat bersih; kuku-kuku tidak tampak kotor.
Pasien berperawakan kurus, dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg.
Pasien diwawancara dalam posisi duduk di atas kursi berhadapan dengan
pemeriksa, yang dilakukan selama 45 menit dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Bali. Perlu waktu yang lama untuk menunggu respon pasien terhadap pertanyaan,
namun lebih sering tidak merespon. Terkadang pemeriksa sampai menyentuh
pasien agar mau menjawab. Pemeriksa sempat menyodorkan kertas meminta
pasien untuk menulis, namun pasien menolak. Pasien mau ketika diminta untuk
menggambar; gerakan pasien terlihat sangat lambat. Selama wawancara, pasien
sering melirik ke bawah dan hanya sesekali menatap pemeriksa beberapa detik
setelah dilontarkan pertanyaan, kemudian kembali melihat ke bawah. Tatapan
terlihat kosong dan tidak fokus. Beberapa kali pasien melihat sekitarnya sambil
mengerutkan dahi. Pasien duduk dengan tenang.
Saat ditanyakan nama lengkap, umur, tempat-waktu saat ini, serta siapa yang
menemaninya, pasien menjawab dengan benar. Pasien dapat mengulang
menyebutkan 3 benda yang sebelumnya diinstruksikan pemeriksa, yakni kuda,
apel, meja. Pasien juga mampu menyebutkan isi sarapannya beberapa jam yang
lalu. Saat diminta berhitung 100 dikurangi 7, pasien menjawab dengan benar
sampai 5 kali pengurangan. Pasien mampu mengeja mundur kata “dunia”. Saat
ditanya perbedaan dan persamaan jeruk dan bola tenis, pasien mengatakan
persamaannya yaitu bentuknya bulat dan perbedaannya yaitu jeruk bisa dimakan
sedangkan bola tenis tidak. Pasien menjawab dengan benar ibukota provinsi Bali
dan presiden pertama Indonesia. Saat diminta melanjutkan peribahasa “bagai air
di...”, pasien menjawab “daun talas” dan mengartikannya dengan “hatinya tidak
tetap”.
Pasien tidak menjawab ketika ditanyakan perasaannya selama ini. Pemeriksa
menanyakan apakah lebih sering merasa senang, sedih, bingung, atau marah,
kemudian pasien menggelengkan kepala. Ketika ditanyakan apakah sebulan ini
sering takut, pasien mengangguk, namun tidak menjawab alasannya kenapa
merasa takut sambil menoleh ke arah lain dengan tatapan kosong. Beberapa kali
pasien melihat sekitarnya sambil mengerutkan dahi selama wawancara.
Pemeriksa sempat menanyakan apakah ada yang sedang dilihat saat itu, pasien
kembali terdiam.
Hanya sedikit pertanyaan pemeriksa yang mau dijawab; pasien lebih sering
terdiam. Apabila mau menjawab, terlihat respon pasien sangat lambat. Jawaban
pasien berhubungan dengan pertanyaan, walaupun hanya satu-dua kata yang
diucapkan. Volume suara pasien sangat kecil dan lambat saat berbicara, sehingga
pemeriksa meminta pasien mengulang jawabannya berkali-kali. Pemeriksa
menanyakan kenapa hanya diam saja dan apakah sedang punya masalah yang
ingin diceritakan, pasien tidak menjawab.
Bayangan orang atau benda yang tidak dilihat orang lain diakui pernah ada.
Saat itu, pasien mengangguk pelan ketika ditanyakan, namun tidak menjawab
kapan, dimana, wujudnya, serta apakah bayangan tersebut yang membuatnya
takut. Pasien menggeleng ketika ditanya apakah pernah mendengar suara yang
tidak berwujud. Pengalaman mencium bau tidak sedap yang tidak tahu asalnya,
rasa tidak enak di lidah, serta disentuh oleh sesuatu yang tidak berwujud tidak
bisa dinilai pemeriksa karena pasien kembali terdiam dan menoleh ke bawah.
Sehari-hari pasien mengaku bersama adiknya di rumah, namun tidak
menjawab saat ditanya nama adiknya dan aktifitas apa saja yang dilakukan.
Pasien mengatakan dengan pelan bahwa tadi pagi makan nasi dan telur goreng,
namun tidak menjawab saat ditanya makan berapa kali sehari dan apakah nafsu
makannnya baik. Pasien tidak menjawab saat ditanya mandi berapa kali sehari.
Dikatakan tidur biasanya pukul 24.00 sampai 06.00, dan mengaku tidur larut
karena suka menonton Mahabharata. Pernah terbangun di tengah tidur dan
bangun kurang segar tidak dijawab oleh pasien.
Saat ditanyakan alasan datang ke RS dan apakah merasa’berbeda’ dari
sebelumnya, pasien hanya menggeleng dan kemudian terdiam. Tidak diketahui
alasan pasien menggeleng apakah karena tidak tahu atau tidak mau diajak ke RS.
Saat ditanyakan sekolah dimana dan siapa saja teman-temannya, pasien terdiam
dan menatap pemeriksa selama beberapa detik, kemudian menatap ruangan
sekitarnya sambil mengerutkan dahi. Pasien kembali tidak mau menjawab saat
ditanyakan mengenai teman-teman di lingkungan rumahnya. Pemeriksa sempat
menanyakan apakah pernah merasa tidak nyaman atau ada masalah di keluarga,
sekolah, dan tetangga, tetapi pasien terdiam dan menoleh ke bawah. Pasien tidak
menjawab ketika ditanyakan apakah pernah kejang dan menderita penyakit
lainnya. Pasien hanya menggeleng ketika ditanyakan apakah pernah minum kopi,
merokok, minum alkohol, atau memakai Narkoba.
3. HETEROANAMNESIS (Ayah Pasien)
Pasien dibawa ke poliklinik psikiatri dengan keluhan utama jarang mau bicara.
Keluhan ini dikatakan sejak sekitar 1 bulan yang lalu, tepatnya kira-kira setelah
acara perpisahan di sekolah. Ketika diajak bicara, pasien tidak menjawab bahkan
tidak menoleh si penanya. Pasien sampai sering disentuh (dicolek) agar mau
bicara, namun tetap terdiam. Hanya sesekali pasien mau menjawab pertanyaan
dengan suara pelan dan singkat, serta perlu waktu lama untuk menunggu pasien
menjawab. Jawaban pasien berhubungan dengan pertanyaan, walaupun terdengar
kurang jelas dan harus diulangi. Berkali-kali orang tua pasien menanyakan kenapa
diam saja, namun pasien tidak menjawab. Sebelum 1 bulan ini, pasien masih bisa
diajak berkomunikasi.
Menurut cerita neneknya, pasien pernah sekali melihat topeng yang
menyeramkan di depan pintu rumahnya sekitar 1 minggu yang lalu, saat itu
’kajeng kliwon’, padahal saat itu tidak ada topeng di sana. Melihat topeng ini baru
diketahui saat pasien awalnya terlihat ketakutan dan sempat ditanyakan kenapa.
Pengalaman mendengar bisikan-bisikan, mencium bau aneh, rasa aneh di lidah,
atau sentuhan yang tidak berwujud tidak pernah ditanyakan keluarganya. Pasien
juga 2 hari lalu tampak ketakutan ketika memasuki ruangan yang gelap, sehingga
perlu diantar oleh keluarganya. Tidak ditanyakan alasannya untuk takut saat itu.
Sejak mulai tidak mau bicara, pasien dikatakan terkadang susah untuk
memulai tidur; beberapa jam setelah berbaring baru pasien tertidur sekitar jam 12
malam, dan biasanya bangun pukul 6. Pasien pernah sesekali sampai tidak tidur
semalaman. Terbangun selama jam tidur tidak diketahui orang tua pasien. Saat
bangun dikatakan terlihat segar-segar saja. Makan dikatakan rutin 3 kali sehari,
namun harus dibujuk sampai disuapi. Mau makannya habis. Mandi juga dikatakan
hanya ketika disuruh. Namun seusai melukat, pasien sudah bisa tidur dengan
tenang serta bisa makan dan mandi sendiri tanpa harus disuruh sejak 1 minggu
yang lalu. Seminggu terakhir ini, memang pasien sering menonton Mahabharata
sebelum tidur. Sampai saat ini, pasien sehari-harinya lebih sering duduk terdiam
dan bengong-bengong sendiri. Pandangan pasien tampak ’jauh’ dan terlihat
seperti orang sedih. Bicara atau tertawa sendiri dikatakan tidak ada. Seusai
’melukat’, pasien masih diam dan bengong, namun tidak sesering sebelumnya.
Orang tua pasien sempat menanyakan kenapa susah tidur dan tidak mau
melakukan apapun, tetapi pasien hanya terdiam.
Menjelang jam tidur malam, kurang lebih jam 12, pasien terkadang terlihat
seperti orang ’kerauhan’. Pasien terlihat mengucapkan seperti mantra-mantra
yang tidak dapat dimengerti selama beberapa saat dan terdengar seperti orang
menangis, namun tidak mengeluarkan air mata. ’Kerauhan’ ini dimulai sejak 1
bulan yang lalu dan menghilang sejak 1 minggu yang lalu setelah pasien
’melukat’. Saat ’kajeng kliwon’ 1 minggu yang lalu, pasien dikatakan tiba-tiba
menari dengan sendirinya. Ayah pasien kemudian mengoleskan minyak di dahi
pasien sesuai anjuran ’balian’, setelahnya pasien tampak tenang. Pasien juga
pernah mengamuk ketika akan diantar ’melukat’. Pasien meronta-ronta dan
terlihat gelisah sampai perlu diamankan oleh keluarganya. Pasien menjadi tenang
setelah dioleskan minyak yang sama. Perilaku mencederakan diri tidak ada.
Kurang lebih 3 minggu yang lalu, pasien diperiksakan ke dokter saraf karena
keluhan tidak mau bicara ini. Saat itu diberikan Stelazine tablet 1 mg 2 kali sehari
dan Trihexyphenidyl tablet 2 mg 2 kali sehari, dikatakan untuk penenang. Obat
tersebut diminum rutin, namun dirasakan tidak ada perubahan pada pasien,
kemudian disarankan datang ke psikiater. Selain dibawa ke dokter, pasien juga
pernah dibawa ke ’balian’, dikatakan telah ”diguna-gunai’. Pasien sudah 5 kali
’melukat’ atas anjuran ’balian’, dikatakan sudah terlihat membaik setelah
’melukat’. Pasien juga diberikan minyak yang dioleskan ke dahinya apabila pasien
mengamuk atau bertingkah aneh. Minyak ini sempat dipakai 2 kali saat pasien
menari sendiri dan mengamuk, dikatakan pasien mau terlihat tenang setelahnya.
Dikatakan sejak kecil pasien jarang sakit, paling hanya batuk atau pilek sebentar.
Imunisasi dilakukan di Puskesmas dan sudah lengkap. Riwayat kejang atau
penyakit fisik lainnya tidak ada. Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol,
kopi, dan pemakaian obat-obatan terlarang tidak ada.
Sekarang pasien tinggal bersama ayah, ibu, nenek, dan adik perempuannya di
sebuah rumah kos dengan menyewa 2 kamar. Pasien tidur sekamar dengan
neneknya. Orang tua pasien sudah menikah selama 16 tahun. Hubungan
pernikahan dikatakan baik-baik saja. Pasien merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Ayah pasien berusia 43 tahun dan merupakan lulusan SMP; saat ini
bekerja sebagai tukang kebun di salah satu perusahaan di Nusa Dua. Pekerjaan
ayahnya dijadwalkan setiap hari pukul 06.00-10.00 WITA dan 13.00-16.00 WITA.
Ibu pasien berusia 41 tahun dan merupakan lulusan SD; saat ini bekerja sebagai
pramuniaga di tempat yang sama. Pekerjaan ibunya dijadwalkan setiap hari pukul
06.00-13.00 WITA. Pendapatan yang dihasilkan dikatakan kurang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari maupun untuk biaya sekolah. Nenek pasien saat ini tidak
bekerja dan hanya diam di rumah. Adik pasien berusia 9 tahun dan saat ini duduk
di kelas 4 SD. Hubungan dengan orang tua dikatakan tidak ada masalah; pasien
sama-sama dekat dengan ayah dan ibunya. Ketika pasien melakukan kesalahan,
biasanya hanya dinasehati dan jarang sampai dimarahi apalagi dengan kekerasan
fisik. Ayah pasien dikatakan sifatnya lebih keras dibanding ibunya. Kurang lebih 1
tahun yang lalu ayahnya sempat memarahi pasien dan menamparnya akibat tidak
tahan dengan sifat pasien yang tidak mau bergaul di sekolah. Hubungan dengan
neneknya dikatakan memang dekat semenjak kecil. Pasien lebih sering bercerita
kepada neneknya karena memang sejak kecil diasuh neneknya selama orang
tuanya bekerja, namun neneknya meyakini bahwa tidak semua masalah mau
diceritakan oleh pasien kepadanya. Hubungan dengan adiknya sangat akrab,
biasanya adiknya yang mengajak kakaknya untuk bermain atau melakukan
kegiatan lainnya. Walaupun selisih umur mereka jauh, dikatakan tidak pernah
bertengkar serius dan tidak terllihat rasa saling cemburu. Hubungan dengan
anggota keluarga lainnya baik-baik saja. Biasanya ada saja anggota keluarga
lainnya yang berkunjung setiap minggu untuk silaturahmi. Pasien bisanya diajak
bercengkrama saat itu. Seluruh anggota kelurga meyakini kondisi pasien
berhubungan lebih banyak dengan spiritual dan mendukung penuh untuk
kesembuhannya. Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami keluhan
sama dengan pasien.
Sejak SD sampai kelas 1 SMP, prestasi akademiknya sangat baik. Pasien rajin
belajar sehingga selalu mendapat 10 besar di kelasnya dan beberapa kali juara
umum. Saat kelas 1 SMP, pasien memiliki beberapa teman dekat yang diajak
belajar dan bermain sejak masih SD. SMP-nya melakukan perombakan kelas setiap
tahun; tidak ada satupun dari teman-teman dekatnya tersebut yang sekelas
dengan pasien sampai kelas 3 SMP. Pasien dikatakan tidak pernah berhubungan
lagi dengan teman-teman dekatnya tersebut setelahnya. Selama di kelas 2 dan 3
SMP, pasien tidak memiliki teman dekat, malah pasien dijauhi dan diejek. Gurunya
menyatakan bahwa pasien lebih banyak diam dan terlihat tidak mau bergaul
dengan teman sekelasnya. Prestasinya mulai anjlok sejak saat ini; peringkatnya
turun drastis ke rangking 20-an, padahal pasien terlihat belajar seperti biasa di
rumah. Pasien dikatakan pernah sesekali bercerita kepada adiknya tentang teman
laki-laki yang disukainya, namun pasien malu mengungkapkan kepada teman laki-
lakinya tersebut. Masalah dengan gurunya dikatakan tidak ada. Pasien baru saja
menamatkan sekolahnya di SMPN 4 Kuta Selatan. Saat ini, pasien sudah diterima
di SMK Pariwisata. Pasien sendiri yang memutuskan untuk masuk SMK karena ia
menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Tidak ada teman-teman dekatnya yang juga
melanjutkan di SMK yang sama. Selama masa sebelum MOS, pasien terlihat tidak
semangat melaluinya. Pasien sering melupakan tugas-tugasnya hingga dibantu
oleh pamannya untuk menyelesaikannya. Tugas-tugas MOS-nya dikatakan
memang banyak dan sulit. Pasien juga menolak untuk sekolah setelah sempat
dibujuk ayahnya, kemudian pasien menjawab ”Takut dengan teman-teman”. Ayah
pasien menceritakan kondisi pasien kepada pihak SMK, kemudian diberikan waktu
absen sampai kondisinya pulih kembali. Selain sekolah, pasien juga mengikuti
sanggar tari sejak kelas 1 SD karena memang hobi menari. Pasien sempat
berhenti selama 2 tahun, dari kelas 6 SD sampai 1 SMP, dan kemudian
melanjutkannya lagi saat kelas 2 SMP di sanggar yang berbeda. Sudah beberapa
kali pasien mengikuti pentas tari dan juga memperoleh juara kontes tari. Selain
itu, pasien juga mendapat bayaran untuk tampil mewakili sanggarnya untuk acara
hotel, biasanya 32 ribu per 4 jam. Selama di sanggar keduanya, pasien sempat
mengatakan tidak nyaman di sana kepada ibunya. Pernah sekali pasien pulang
dari sanggarnya dalam keadaan menangis. Saat ditanyakan kenapa, pasien
menyebutkan gurunya memarahinya karena datang terlambat dan juga tidak ada
yang mau menjadi temannya di sana. Pasien saat ini tidak lagi mengikuti sanggar
tersebut.
Ada beberapa teman yang diajak pasien di lingkungan rumah kos yang saat
ini ditinggalinya. Pasien sering bermain dengan beberapa anak kecil di sana.
Teman pasien yang lebih tua, yang sekarang sudah kuliah, sering membantunya
apabila ada tugas rumah yang susah dikerjakan. Ada pula adik kelas pasien yang
sering diajak bermain, namun adik kelasnya ini jarang bisa bertemu dengan
pasien saat di sekolah. Dikatakan pasien jarang berhubungan dengan lingkungan
di luar rumah kosnya. Hubungan dengan teman-temannya di rumah kos dikatakan
baik.
Dari riwayat kehamilan ibu didapatkan bahwa ibu mengandung pasien saat
berusia 25 tahun. Namun, kehamilan tidak direncanakan karena masih di luar
nikah. Selama mengandung, ibu pasien tidak pernah menderita penyakit fisik dan
tidak pernah meminum obat maupun jamu. Ibu pasien sempat sekali
memeriksakan di dokter spesialis kandungan, dikatakan normal. Ibu pasien juga
meminum susu nutrisi selama beberapa bulan. Tidak ada stres emosional berat
yang dilaporkan saat mengandung. Kelahiran berlangsung normal dengan bantuan
bidan; saat itu usia kehamilan 9 bulan dengan berat badan lahir 2.900 gram.
Pasien menangis spontan saat lahir dan mampu mencari puting susu ibunya
setelah lahir. Kelainan warna kulit atau cacat fisik tidak ada. Tidak ada perdarahan
yang lama sebelum, saat, dan setelah melahirkan. ASI dan susu formula diberikan
bersamaa dari lahir sampai usia 1,5 tahun. Setelah usia 1,5 tahun, pasien mulai
dikenalkan nasi tim, pemberian ASI dihentikan sedangkan susu formula
dilanjutkan sampai usia 5 tahun. Selama menyusui, ibu pasien mengaku tidak
pernah menderita penyakit fisik dan tidak pernah meminum obat, jamu, maupun
susu nutrisi. Adanya stres emosional yang berat saat menyusui juga disangkal.
Riwayat tumbuh kembang dikatakan normal. Pasien mulai bisa duduk sejak umur
5 bulan. Merangkak dikatakan mampu sejak umur 6 bulan, kemudian sedikit demi
sedikit pasien dibantu belajar berjalan dan sudah mampu sendiri pada umur 1
tahun. Perkembangan fisik pasien lainnya dikatakan normal sesuai anak
sebayanya dan tidak ada keterlambatan bicara. Penelantaran anak tidak ada.
Pasien sudah bisa BAB sendiri umur 3 tahun, namun masih ditemani saat ke toilet.
Keinginan untuk BAB dikatakan tidak pernah dicegah dan pasien tidak pernah
mengacak-ngacak kotorannya. Semasa TK, pasien dikatakan lebih dekat dengan
ayahnya, namun tidak sampai menolak bersama ibunya.
Pasien dikatakan adalah orang yang pendiam. Pasien jarang untuk mau
menceritakan masalahnya, hanya mau cerita apabila ditanyakan. Pasien juga
jarang meminta sesuatu untuk keperluannya; orang tuanya biasanya menyadari
terlebih dahulu kemudian menanyakannya. Ayahnya mengatakan bahwa pasien
orangnya ’perasa’; setelah dinasehati, pasien selalu terdiam, tampak murung dan
terkadang menangis, meminta maaf sambil menyalahkan diri sendiri. Pasien tidak
pernah sampai mengamuk dan membanting barang. Selain pendiam, pasien juga
dikatakan pemalu. Pasien lebih memilih diam di rumah ketika tidak ada jadwal
sekolah atau sanggar, kecuali saat diajak untuk keluar rumah oleh keluarga
maupun temannya. Ketika ada keluarga atau tamu berkunjung, pasien biasanya
bersembunyi di dalam kamar dan tidak mau keluar jika tidak diminta. Dikatakan
bahwa pasien pernah mengaku akibat takut merepotkan orang lain. Selama 1
tahun terakhir ini, kira-kira saat kenaikan kelas 2 ke kelas 3 SMP, pasien lebih
pendiam dibandingkan sebelumnya, namun masih bisa diajak berbicara. Saat
melakukan sesuatu, seperti mengerjakan tugas, pasien dikatakan ’kurang agresif’
dibandingkan temannya. Ketika teman lainnya sudah mulai mengerjakan tugas,
pasien masih belum memulainya. Pengerjaan tugas juga dikatakan lama, namun
tugas bisa selesai dan hasilnya bagus. Biasanya, tugas dikerjakan sendiri dan
hanya meminta bantuan ketika dirasa tugasnya sangat susah. Pasien merupakan
orang yang tidak pernah melanggar aturan dan tidak keras kepala.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Interna :
Status present:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status general :
Kepala : Normocefali
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, refleks pupil +/+ isokor
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kalenjar (-)
Thorak : Cor: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo: vesikuler + | +, rhonki - | -, wheezing - | -
Pulmo: vesikuler + | +, rhonki - | -, wheezing - | -
Pulmo: vesikuler + | +, rhonki - | -, wheezing - | -
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Hangat + | +, edema - | -
Ekstremitas : Hangat + | +, edema - | -
Status Neurologi :
GCS : E4V5M6
Kaku kuduk : (-)
Tenaga : 555 555
555 555
Tonus : N N
N N
Tropik : N N
N N
Reflek fisiologis : ++ ++
++ ++
Reflek patologis : - -
- -
Gerakan involunter : (-)
Status Psikiatri :
Kesan umum : penampilan tidak wajar, kontak verbal dan visual kurang, pandangan
kosong, tampak curiga
Sensorium dan Kognisi
o Kesadaran : jernih
o Orientasi : baik (waktu, tempat, orang)
o Daya ingat
- Segera : baik
- Jangka pendek : baik
- Jangka panjang : baik
o Perhatian : kurang
o Berpikir abstrak : baik
o Berhitung : baik
o Intelegensi : sesuai tingkat pendidikan
Mood : aleksitimia
Afek : curiga
Kesesuaian : inappropriate
Proses pikir
o Bentuk pikir : non logis non realis
o Arus pikir : miskin bicara, perlambatan
o Isi pikir : waham dan ide belum dapat dievaluasi
Persepsi : halusinasi visual ada riwayat, ilusi belum dapat dievaluasi
Dorongan Insting : Insomnia tipe early ada (riwayat)
Hipobulia ada (riwayat)
Raptus ada (riwayat)
Psikomotor : menurun saat pemeriksaan
Tilikan : belum dapat dievaluasi
IV.RESUME
Pasien berinisial NPS, Perempuan, 15 tahun, Suku Bali, Agama Hindu, Siswi SMK,
Belum Menikah, datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan jarang mau
bicara sejak 1 bulan yang lalu. Selama wawancara, pasien sering menoleh ke bawah
dengan tatapan kosong. Pasien jarang menjawab dan jarang melakukan kontak mata
saat ditanya. Sesekali menoleh ke tempat lain sambil mengerutkan dahi. Dikatakan
sedang takut selama ini, namun tidak beralasan. Respon terhadap pertanyaan lambat
serta jawabannya singkat dan pelan. Pernah sekali melihat topeng seram yang tidak
dilihat orang lain 1 minggu yang lalu dan merasa ketakutan. Pasien pernah seperti
’kerauhan’ menjelang tidur sejak 1 bulan yang lalu dan berhenti 1 minggu yang lalu.
Pernah menari dengan sendirinya sekali dan mengamuk sekali. Sejak 1 bulan terakhir,
sering duduk terdiam dan bengong seperti orang sedih. Pasien susah memulai tidur
serta harus dibujuk untuk makan dan mandi. Tiga minggu yang lalu, datang ke dokter
saraf karena keluhan yang sama dan diberi Stelazine 2 x 1 mg dan Trihexyphenidyl 2 x
2 mg, namun tidak ada perubahan. Pasien pernah ’melukat’ 5 kali dan diberi minyak
oles oleh balian, dikatakan gejala membaik. Riwayat kejang atau penyakit fisik lainnya
tidak ada. Kebiasaan merokok, minum alkohol, kopi, dan pemakaian Narkoba tidak ada.
Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa. Prestasi
akademiknya baik, namun menurun sejak pisah kelas dengan teman dekatnya saat naik
kelas 2 SMP. Pasien tidak berhubungan dengan teman dekatnya lagi dan dijauhi oleh
teman barunya di sekolah maupun di sanggar. Tugas MOS SMK tidak dikerjakan dan
menolak untuk sekolah karena takut dengan temannya. Pasien pribadi yang pendiam
dan jarang menceritakan masalahnya. Pasien juga pemalu dan memilih diam di rumah
karena mengaku takut merepotkan. Kehamilan pasien tidak direncanakan dan pasien
lahir dengan berat badan rendah. Masa menyusui tidak ada masalah. Riwayat tumbuh
kembang normal dan imunisasi lengkap.
Vital sign, status interna, serta status neurologi dalam batas normal. Dari status
psikiatri didapatkan kesan umum penampilan tidak wajar, kontak verbal-visual kurang,
pandangan kosong, tampak curiga. Kesadaran jernih, namun perhatian kurang. Kognisi
baik. Mood/afek aleksitimia/inappropiate. Bentuk pikir non logis non realis, arus pikir
miskin bicara dan perlambatan, isi pikir belum dapat dievaluasi. Halusinasi visual ada
riwayat dan ilusi belum dapat dievaluasi. Pasien memiliki riwayat insomnia tipe early,
hipobulia, dan raptus. Psikomotor menurun saat pemeriksaan. Tilikan belum dapat
dievaluasi.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya (F23.8)
2. Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya (F23.8)
Aksis II : Ciri Kepribadian Campuran Tertutup dan Cemas (Menghindar)
Aksis III : Tidak Ada Diagnosis
Aksis IV : Masalah Berkaitan dengan Lingkungan Sosial (Teman Sekolah)
Aksis V: GAF 40-31
VII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Psikometri
Tes Warteg
Tes House-Man-Tree
Tes Mengarang
VIII. USULAN TERAPI
Rawat jalan
Farmakologi:
Risperidone 2 x 1 mg IO
Non Farmakologi:
Psikoedukasi keluarga dengan informasi mengenai gangguan yang dialami pasien,
perjalanannya, terapi yang diberikan (termasuk efek obat dan efek samping obat),
lama pengobatan, pengawasan minum obat, informasi harga obat, dan waktu kapan
perlunya dibawa ke rumah sakit. Tidak hanya tergantung pada obat, dukungan
keluarga juga memiliki peran penting untuk kesembuhan pasien.
IX. PROGNOSIS
Diagnosa : Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya baik
Onset : Remaja buruk
Ciri kepribadian : Campuran Tertutup dan Cemas buruk
Faktor genetik : Tidak ada baik
Pendidikan : Tamat SMP baik
Dukungan orang sekitar : Ada baik
Faktor pencetus : Jelas baik
Penyakit organik : Tidak ada baik
Status pernikahan : Belum Menikah buruk
Sosial ekonomi : Kurang buruk
Dari beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis pasien adalah
dubious ad bonam (mengarah ke baik).
X. ANALISIS PSIKODINAMIKA
1. Genetika/Organobiologik
Masa kehamilan dan kelahiran pasien tidak ada kelainan. Tidak ada anggota
keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa. Riwayat penyakit fisik lainnya
tidak ada.
2. Pola Asuh
a. Fase Oral (0-1 tahun)
Pasien mendapatkan ASI dari ibunya sejak lahir sampai umur 1,5 tahun.
b. Fase Anal (1-3 tahun)
Pasien diberikan kesempatan yang cukup untuk melakukan buang air besar
dan buang air kecil, dan pasien diarahkan untuk melakukannya di tempat
yang benar.
c. Fase Falik (3-6 tahun)
Hubungan pasien lebih dekat dengan ayahnya dibanding ibunya.
d. Fase Laten (6-11 tahun)
Pasien sama-sama dekat dengan kedua orang tuanya. Pasien merupakan
siswa yang berprestasi di sekolahnya.
e. Fase Genital (11-12 tahun)
Pasien belum memiliki pacar pada usia ini, namun pasien sudah tertarik pada
teman laki-lakinya.
3. Ciri Kepribadian Premorbid dan Mekanisme Pembelaan Ego
Ciri kepribadian pasien adalah campuran tertutup dan cemas. Pasien tidak mau
tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang lain serta bersifat pemalu
akibat takut merepotkan orang lain. Mekanisme pembelaan ego yang digunakan
pasien adalah represi, yang mana pasien cenderung memendam masalah yang
dihadapinya.
4. Stres Psikososial
Saat ini, dikatakan masalah yang mungkin mengakibatkan gangguan ini terjadi
adalah masalah berpisah dengan teman-teman dekatnya serta dijauhi oleh
teman-teman di kelas barunya dan sanggarnya.