11
Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden No.3 Tahun 2012 tentang Tataruang Pulau Kalimantan, dimana di dalamnya dinyatakan bahwa sedikitnya 45 persen dari luas Pulau Kalimantan harus digunakan sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, juga untuk kawasan berfungsi lindung, yang bervegetasi hutan tropis basah, sehingga bisa berfungsi sebagai paru-paru dunia. Jika terwujud akan sangat menopang komitmen Pak SBY untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020. Sesuai dengan Bab II Pasal 5, penataan ruang kalimantan ini bertujuan untuk mewujudkan: a. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia; b. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan; c. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau Kalimantan; d. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan; e. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup; f. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air; g. Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budaya Kalimantan; h. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan i. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan diatas diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai sektor dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah agar bisa dilakukan secara terintegrasi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Kalimantan sebagai satu kesatuan ekosistem memiliki keterkaitan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya (antara hulu dan hilir) sehingga pengelolan perlu dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan aspek Daerah Aliran Sungai sebagai dasar untuk pembangunan secara berkelanjutan (Sustainable Development). Seperti disebutkan dalam tujuan pertama bahwa 45% dari luas Pulau Kalimantan sebagai paru-paru dunia dimana didalamnya adalah kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah.

Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Contributor : Doni Prihatna

Tanggal : April 2012

Posting :

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan

Presiden No.3 Tahun 2012 tentang Tataruang Pulau Kalimantan, dimana di dalamnya

dinyatakan bahwa sedikitnya 45 persen dari luas Pulau Kalimantan harus digunakan

sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, juga untuk kawasan

berfungsi lindung, yang bervegetasi hutan tropis basah, sehingga bisa berfungsi sebagai

paru-paru dunia. Jika terwujud akan sangat menopang komitmen Pak SBY untuk

menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020.

Sesuai dengan Bab II Pasal 5, penataan ruang kalimantan ini bertujuan untuk

mewujudkan:

a. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi

lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima

persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia;

b. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;

c. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau

Kalimantan;

d. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;

e. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara

yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan

aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat,

dan kelestarian lingkungan hidup;

f. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air;

g. Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budaya Kalimantan;

h. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan

antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan

i. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan diatas diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan

berbagai sektor dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah agar bisa dilakukan secara

terintegrasi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

Kalimantan sebagai satu kesatuan ekosistem memiliki keterkaitan antar satu wilayah

dengan wilayah lainnya (antara hulu dan hilir) sehingga pengelolan perlu dilakukan

secara seimbang dengan memperhatikan aspek Daerah Aliran Sungai sebagai dasar

untuk pembangunan secara berkelanjutan (Sustainable Development).

Seperti disebutkan dalam tujuan pertama bahwa 45% dari luas Pulau Kalimantan

sebagai paru-paru dunia dimana didalamnya adalah kawasan konservasi

keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis

basah.

Page 2: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Untuk melihat kondisi tutupan hutan ini perlu dilakukan analisis awal untuk melihat

sebaran dan kondisi tutupan hutan dengan menggunakan citra satelit sebagai dasar

perhitungan (baseline) yang kemudian dapat di jadikan alat untuk pemantauan

perubahanya ke depan, apakah tujuan pelestarian 45% hutan tropis tersebut tercapai

atau tidak.

Kalimantan memiliki luas wilayah sekitar 53,5 juta ha. Terbagi kedalam 4 provinsi

(Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan).

Berdasarkan analisis tutupan hutan data dari Kementerian Kehutanan RI tahun 2009,

luas hutan di Kalimantan sekitar 30,3 juta ha atau sekitar 56,7% dari total luas wilayah

Kalimantan. Data ini bersumber dari Interpretasi Citra Satelit Landsat yang memiliki

resolusi spasial 30 meter dengan metode interpretasi manual.

Sedangkan dari data hasil analisis WWF-SarVision, tutupan hutan (hutan alam)

kalimantan seluas sekitar 28,4 juta ha. Data ini bersumber dari Citra Satelit Modis

dengan metode interpretasi digital.

Berikut ini adalah kriteria hutan yang bisa di identifikasi dari Citra Satelit Landsat, yang

di jadikan sebagai dasar interpretasi dan pengkelasan hutan di Kalimantan.

Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan / Penggunaan Lahan

Kelas Simbol Kode Keterangan

Hutan Lahan Kering

Primer

Hp 2001 Seluruh kenampakan hutan yang belum

menampakan penebangan, termasuk

vegetasi rendah alami yang tumbuh diatas

batuan masif.

Hutan Lahan Kering

Sekunder

Hs 2002 Seluruh kenampakan hutan yang telah

menampakan bekas penebangan

(kenampakan alur dan bercak bekas

penebangan). Bekas penebangan yang parah

tapi tidak termasuk dalam areal HTI,

perkebunan atau pertanian dimasukan dalam

lahan terbuka.

Hutan Mangrove

Primer

Hmp 2004 Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada

di sekitar pantai yang belum ditebang.

Hutan Mangrove

Sekunder

Hms 20041 Hutan bakau, nipah dan nibung (yang telah

ditebang) yang ditampakan dengan pola alur

di dalamnya. Khusus untuk areal bekas

tebangan yang telah dijadikan tambak/sawah

(tampak pola persegi pematang) dimasukan

dalam kelas tambak/sawah.

Hutan Rawa Primer Hrp 2005 Seluruh kenampakan hutan di daerah

berawa-rawa, termasuk gambut yang belum

menampakan tanda penebangan.

Page 3: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Hutan Rawa

Sekunder

Hrs 20051 Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa

yang telah menampakan bekas penebangan.

Bekas penebangan yang parah jika tidak

memperlihatkan liputan air digolongkan

tanah terbuka, sedangkan jika

memperlihatkan liputan air digolongkan

menjadi tubuh air (rawa)

Sumber : Badan Planologi Departemen Kehutanan RI, 2001

Polaruang Kalimantan sendiri terbagi kedalam 2 kawasan yaitu kawasan lindung dan

kawasan budidaya. Kawasan lindung mencakup, kawasan hutan lindung, kawasan cagar

alam, kawasan suaka margasatwa, kawasan taman nasional, kawasan wisata alam,

kawasan taman hutan raya, kawasan cagar alam laut dan kawasan taman wisata alam.

Kawasan budidaya mencakup kawasan peruntukan kehutanan, kawasan permukiman,

kawasan pertanian, kawasan pertambangan mineral dan bebatuan, kawasan peruntukan

pertambangan minyak dan gas bumi serta kawasan budidaya lainnya.

Kami mencoba menyederhanakan klasifikasi menjadi 8 kelas :

1. Kawasan konservasi, meliputi Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa,

Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya

2. Kawasan Hutan Lindung yang meliputi kawasan hutan lindung

3. Kawasan peruntukan kehutanan yang meliputi hutan produksi, Hutan Produksi

Terbatas dan Hutan Produksi Konversi (penggabungan dari terminologi status

kawasan hutan)

4. Kawasan Pertanian

5. Kawasan Permukiman

6. Kawasan Penggunaan Lain (APL)

7. Danau

8. Tubuh Air (Sungai)

Sedangkan untuk kawasan pertambangan baik itu pertambangan mineral batu bara atau

pertambangan minyak dan gas bumi tidak kami masukan karena batas dalam pola ruang

hanya merupakan batas indikatif lokasi dan untuk alokasi perizinan diatur dalam

Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU

Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali

dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Page 4: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Gambar 01. Peta Pola Ruang Kalimantan

Page 5: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Berikut ini adalah tabel dan grafik pola ruang kalimantan yang di tumpangsusunkan

dengan Tutupan Hutan Kalimantan hasil interpretasi Citra Satelit Landsat (Kementerian

Kehutanan RI tahun 2009)

Polaruang Kalimantan dan Tutupan Hutan Tahun 2009

N0 Polaruang Pulau Hutan Non Hutan Total Luas (ha)

1 kawasan konservasi 3,924,730.83 1,046,855.47 4,971,586.30

2 kawasan hutan lindung 5,834,802.49 939,795.14 6,774,597.63

3 kawasan peruntukan kehutanan 16,825,787.92 9,040,817.15 25,866,605.06

4 kawasan pertanian 2,311,937.23 8,826,657.89 11,138,595.12

5 kawasan permukiman 458,975.22 1,018,787.48 1,477,762.70

6 kawasan penggunaan lainnya 1,002,357.39 1,735,865.98 2,738,223.38

7 danau - 50,573.44 50,573.44

8 tubuh air - 514,650.19 514,650.19

Total Luas (ha) 30,358,591.08 23,174,002.74 53,532,593.82

Page 6: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Pola Ruang Pulau Kalimantan dalam KSN HoB

No Polaruang Pulau Hutan Non Hutan Total Luas (ha)

1 kawasan konservasi 2,534,591.31 132,604.36 2,667,195.68

2 kawasan hutan lindung 4,021,981.14 208,354.84 4,230,335.98

3 kawasan peruntukan kehutanan 7,113,465.88 1,064,674.73 8,178,140.61

4 kawasan pertanian 322,245.44 680,998.18 1,003,243.62

5 kawasan permukiman 90,745.13 19,765.95 110,511.08

6 kawasan penggunaan lainnya 350,511.37 151,313.49 501,824.87

7 danau - 3,504.38 3,504.38

8 tubuh air - 53,083.71 53,083.71

Total Luas (ha)14,435,198.13 2,312,641.80 16,747,839.93

Page 7: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Berikut ini adalah grafik dan tabel hasil analisis tumpangsusun antara Pola Ruang

Kalimantan dengan Tutupan Hutan hasil interpretasi Citra Satelit Modis (WWF-SarVision)

Polaruang Kalimantan Dan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 (WWF-SarVision)

No Polaruang Pulau Non Forest Forest Luas (ha)

1 kawasan konservasi 1,223,406.75 3,767,986.45 4,991,393.20

2 kawasan hutan lindung 973,452.65 5,807,142.95 6,780,595.60

3 kawasan peruntukan kehutanan 10,256,723.73 15,688,830.21 25,945,553.94

4 kawasan pertanian 9,290,685.85 1,850,961.61 11,141,647.46

5 kawasan permukiman 1,115,184.42 362,219.30 1,477,403.72

6 kawasan penggunaan lainnya 1,814,654.11 923,630.52 2,738,284.63

7 danau 50,573.44 - 50,573.44

8 tubuh air 445,667.15 - 445,667.15

Luas (ha) 25,170,348.09 28,400,771.04 53,571,119.13

Page 8: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Polaruang Kalimantan Dan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 (WWF-SarVision) di wilayah KSN HoB

No Polaruang Non Forest Forest Luas (ha)

1 kawasan konservasi 121,032.27 2,565,179.24 2,686,211.51

2 kawasan hutan lindung 167,600.88 4,066,345.95 4,233,946.83

3 kawasan peruntukan kehutanan 930,902.41 7,250,957.29 8,181,859.71

4 kawasan pertanian 667,216.39 338,594.16 1,005,810.55

5 kawasan permukiman 15,086.83 95,424.26 110,511.09

6 kawasan penggunaan lainnya 96,445.79 405,379.40 501,825.19

7 danau 3,504.38 - 3,504.38

8 tubuh air 53,082.90 - 53,082.90

Luas (ha)2,054,871.84 14,721,880.31 16,776,752.16

Page 9: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Berikut ini adalah tabel analisis Polaruang Kalimantan dan Tutupan Hutan Kalimantan

per provinsi :

Tabel Polaruang dan Tutupan Hutan Kalimantan Tahun 2009 Per Provinsi

Provinsi / Pola Ruang Hutan Non Hutan Total luas (ha)

KALIMANTAN BARAT 6,623,553.84 8,052,593.72 14,676,147.56

danau - 5,689.07 5,689.07

kawasan hutan lindung 1,847,014.60 456,525.47 2,303,540.07

kawasan konservasi 1,172,039.72 281,885.41 1,453,925.12

kawasan penggunaan lainnya 142,842.79 335,344.75 478,187.53

kawasan permukiman 20,004.50 159,587.30 179,591.81

kawasan pertanian 790,150.50 4,187,307.26 4,977,457.76

kawasan peruntukan kehutanan 2,651,501.73 2,522,883.75 5,174,385.49

tubuh air - 103,370.71 103,370.71

KALIMANTAN SELATAN 1,194,974.12 2,536,484.03 3,730,531.93

danau - 3,972.68 3,972.68

kawasan hutan lindung 346,244.42 82,799.76 429,044.17

kawasan konservasi 114,891.16 97,912.03 212,803.19

kawasan penggunaan lainnya 21,242.73 60,414.44 81,657.17

kawasan permukiman 17,720.17 127,703.50 145,423.68

kawasan pertanian 183,506.44 1,544,423.15 1,727,929.59

kawasan peruntukan kehutanan 511,369.20 593,603.32 1,104,972.52

tubuh air - 25,655.15 24,728.94

KALIMANTAN TENGAH 9,099,152.45 6,261,744.32 15,360,896.77

danau - 13,082.00 13,082.00

kawasan hutan lindung 1,005,523.10 289,237.81 1,294,760.91

kawasan konservasi 1,179,959.56 362,845.17 1,542,804.73

kawasan penggunaan lainnya 41,651.49 90,870.55 132,522.03

kawasan permukiman 201,985.25 334,260.54 536,245.78

kawasan pertanian 291,737.04 1,275,957.46 1,567,694.49

kawasan peruntukan kehutanan 6,378,296.03 3,772,441.24 10,150,737.27

tubuh air - 123,049.56 123,049.56

KALIMANTAN TIMUR 13,470,730.08 6,186,930.77 19,657,660.85

danau - 27,829.69 27,829.69

kawasan hutan lindung 2,634,606.39 110,795.82 2,745,402.21

kawasan konservasi 1,454,714.25 303,204.56 1,757,918.80

kawasan penggunaan lainnya 789,387.76 1,244,214.90 2,033,602.66

kawasan permukiman 218,892.09 396,518.52 615,410.61

kawasan pertanian 1,042,634.26 1,815,197.06 2,857,831.31

kawasan peruntukan kehutanan 7,330,495.34 2,139,714.25 9,470,209.59

tubuh air - 149,455.98 149,455.98

Total Luas (ha) 30,388,410.49 23,037,752.85 53,425,237.12

Page 10: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

Bila dilihat dari tabel diatas, ancaman terbesar terhadap kehilangan tutupan hutan

adalah pada kawasan permukiman, Kawasan Pertanian dan Kawasan Peruntukan

Lainnya. Untuk Wilayah Kalimantan Barat, potensi kehilangan tutupan hutan sebesar

sekitar 950 ribu hektar. Untuk Wilayah Kalimantan Selatan seluas sekitar 220 ribu

kektar, untuk wilayah Kalimantan Tengah dengan luas sekitar 535 ribu hektardan pada

wilayah Kalimantan Timur berpotensi kehilangan tutupan Hutan sekitar 2 juta hektar.

Hal ini dengan asumsi bahwa pada kawasan-kawasan tersebut, hutan akan di konversi

menjadi kawasan terbangun, baik itu permukiman ataupun pertanian kelapa sawit,

tambang dan lainnya.

Analisis dan rekomendasi

Kawasan konservasi merupakan kawasan yang sudah ditetapkan oleh departemen

kehutanan sebagai kawasan yang harus di lindungi dengan pemanfaatan terbatas, yang

terbagi dalam zona-zona pemanfaatan kawasan lindung.

Menurut Perpres no 3 tahun 2012 pasal 1 point nomer 4, Kawasan lindung adalah

wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup

yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Kondisi fisik dan kualitas hutan di kedua kawasan ini harus selalu terjaga untuk

kelangsungan hidup berbagai keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem.

Kawasan ini bisa dikatakan sebagai zona inti dari ekosistem Pulau Kalimantan. Apabila

ada kerusakan tentunya dapat menyebabkan terganggunya ekosistem yang dampaknya

bisa beruntun dan menyebabkan kerugian baik itu kerugian terhadap lingkungan

ataupun kerugian terhadap manusia yang berinteraksi dengan lingkungan tersebut baik

secara langsung taaupun tidak langsung, sebagai contoh apabila ekosistem dan kualitas

hutan daerah hulu rusak, maka yang akan merasakan dampaknya adalah daerah hilir,

bisa terjadi banjir, sedimentasi atau penurunan kualitas air.

Berdasarkan data analisis tumpang susun antara polaruang Kalimantan dengan tutupan

hutan dari hasil interpretasi citra satelit landsat, diketahui bahwa kawasan yang

berfungsi lindung yaitu meliputi Kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung.

Pada kawasan konservasi daerah yang berhutan seluas 3,9 jt ha atau sekitar 79% dari

total luas kawasan konservasi. Daerah yang tidak berhutan (tidak di klasifikasikan

sebagai hutan) adalah seluas 1 juta ha atau sekitar 21% dari total luas kawasan

konservasi.

Pada kawasan hutan lindung memiliki luas hutan 5,8 juta ha atau sekitar 86% dari total

luas kawasan hutan lindung dan daerah yang tidak berhutan seluas 940 ribu ha atau

sekitar 14% dari total luas kawasan hutan lindung.

Daerah yang tidak berhutan pada kawasan ini bisa merupakan indikasi adanya

kerusakan hutan akibat illegal logging, kebakaran hutan dan perlu dilakukan restorasi

pada kawasan ini.

Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya buatan. Di dalam tataruang pulau kalimantan, kawasan budidaya ini

terbagi menjadi kawasan peruntukan hutan, kawasan peruntukan pertanian, kawasan

peruntukan permukiman, kawasan peruntukan pertambangan dan kawasan budi daya

lainya. Kawasan ini merupakan kawasan yang akan dikelola oleh pemerintah daerah

untuk area pembangunan, namun pada kenyataanya di lapangan masih banyak kondisi

hutan yang kualitasnya bagus di kawasan ini. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara

bertanggung jawab dan berkelanjutan, hutan di kawasan ini akan hilang atau

terkonversi. Untuk luasanya bisa dilihat pada tabel diatas, hasil tumpang susun antara

Page 11: Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting ...gis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=2012_Doni_Analisis_Polaruang_Kalimantan... · Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012

pola ruang baik itu dengan tutupan hutan dari Kementerian Kehutanan maupun dengan

tutupan hutan WWF-SarVision.

Oleh karena itu, pada kawasan budidaya ini perlu diterapkan praktek pembangunan

yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengedepankan kepentingan jangka pendek

(kepentingan generasi sekarang) namun juga memperhatikan kepentingan generasi

mendatang. Pembangunan yang berkelanjutan secara ekologi dipahami sebagai usaha

untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana, tidak

menyebabkan kerusakan lingkungan dan berlaku adil kepada generasi yang akan datang

(Keraf, 2002). Apabila didekati dengan perspektif sosiologi maka perlu untuk

mewujudkan pembangunan yang berdimensi kerakyatan (berorientasi pada

kesejahteraan rakyat) dengan mengupayakan masyarakat dan institusi yang

berkelanjutan.