32
Askep Klien PPOM (COPD) / PPOK Rabu, Januari 13, 2010 DEFINISI: COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) Sindroma klinis yang berupa dyspnea kronis dengan obstruksi aliran udara ekspirasi akibat bronkhitis dan atau emfisema Penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran napas karena penyakit bronkhitis kronis dan atau emfisema paru Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan terjadinya sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama. Diagnosis PPOK Keluhan umum pada PPOK: o Sesak napas o Batuk kronis o Sputum produktif Dipastikan dengan uji spirometri: o VEP1 (FEV 1) pasca bronkhodilator = < 80%, serta VEP1/KVP (FEV1/FVC) = < 70% Jenis PPOK: Bronchitis Chronic dan Emphysema. o Pada bronchitis chronic terjadi peradangan pada dinding saluran napas sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran napas menyempit sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronchitis chronic juga terjadi kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk membersihkan lendir berlebihan dalam saluran napas. o Pada emphysema, terjadi pembesaran dan kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan pertukaran udara dalam paru.

Copd.askep Klien Ppom

Embed Size (px)

Citation preview

Askep Klien PPOM (COPD) / PPOK Rabu, Januari 13, 2010DEFINISI:

COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) Sindroma klinis yang berupa dyspnea kronis dengan obstruksi aliran udara

ekspirasi akibat bronkhitis dan atau emfisema Penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran napas

karena penyakit bronkhitis kronis dan atau emfisema paru Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan terjadinya

sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama.Diagnosis PPOK

Keluhan umum pada PPOK:o Sesak napaso Batuk kroniso Sputum produktif

Dipastikan dengan uji spirometri:o VEP1 (FEV 1) pasca bronkhodilator = < 80%, serta VEP1/KVP

(FEV1/FVC) = < 70%Jenis PPOK:Bronchitis Chronic dan Emphysema.

o  Pada bronchitis chronic terjadi peradangan pada dinding saluran napas sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran napas menyempit sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronchitis chronic juga terjadi kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk membersihkan lendir berlebihan dalam saluran napas.

o Pada emphysema, terjadi pembesaran dan kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan pertukaran udara dalam paru.

Bronkhitis KronisSindroma berupa batuk produktif kronis (sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dan paling sedikit selama 2 tahun ) tanpa penyebab lain yang dapat diidentifikasi.EmphysemaDiagnosis patologis yang bercirikan pembesaran rongga udara di sebelah distal bronchioli terminal (bronkhus terminal) disertai dengan kerusakan dinding alveolus.Riwayat dan pemeriksaan fisik

Batuk-batuk kronis produktif Sesak nafas (Takipnea) Pernafasan dengan bibir mengkerut Riwayat merokok yang berarti

Defisiensi antitripsin alpha-1 pada bukan perokok Pada perkusi dada hiperesonansi Suara pernafasan mungkin melemah

Foto sinar X dada Diafragma rendah dan datar

o Bermanfaat selama eksaserbasi akut untuk menyingkirkan komplikasi seperti pneumonia atau pneumothorak

Perubahan EKG Voltase QRS rendah Bila terjadi kor pulmonal terjadi deviasi pada hantaran II, III dan Avf

Pemeriksaan fungsi paru FEV1 dan semua pengukuran udara ekspirasi berkurang Volume residu ( RV) dan Kapasitas total paru bertambah Kapasitas Vital (KV) berkurang

Pemeriksaan AGD Pa CO2 naik Saturasi hemoglobin menurun Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia

2.      Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar3.      Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.4.      Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat

Asidosis respiratorik

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis kronis dan emphysema

1.Rokoko hiperplasi kelenjar mukus bronkhuso metaplasia skuamus epitel saluran pernafasano Inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar, surfaktan

2. Infeksi

Bakteri terbanyak adalah Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumonia

3. PolusiZat-zat kimia yang dapat menyebabkan bronkhitis adalah: N2O, Hidrokarbon, Aldehid, Ozon, O2

4. KeturunanBelum diketahui dipengaruhnya kecuali defisiensi alpha-1 anti tripsin adalah kelainan yang diturunkan secara autosom resesif5.Sosial EkonomiKematian penderita bronkhitis kronis lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah

Patofisiologio Di dalam paru ada keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti

elastase untuk mencegah kerusakan jaringano Sumber elastase: sel PMN, makrofag alveolaro Sumber elastase dipengaruhi oleh: asap rokok, infeksi o Anti Elastase berupa enzim alpha-1 anti tripsino Bila elastase meningkat maka anti elastase menuruno Karena terjadi ketidakseimbangan antara elastase dan anti elastase maka

terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan terjadi emfisemao Penyempitan sal. pernafasan terjadi PPOMo Pada bronkhitis kronis penyempitan terjadi pada saluran pernafasan kecil

dan besar karena proses hipertropi, hiperplasi kelenjar mukuso Pada emfisema penyempitan karena elastisistas paru berkurango Pada paru terdapat keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan

paru keluar dengan yang menarik ke dalamo Keluar oleh tekanan intra pleural dan otot dinding dadao Kedalam oleh elastisitas paruo Keseimbanagan tersebut membentuk Kapasitas residu fungsional

PENATALAKSANAAN

Terdapat 4 komponen penatalaksanaan PPOK menunut WHO 1998o Pengkajian dan pemantauan penyakito Kurangi faktor risiko o Terapi PPOK stabil o Terapi eksaserbasi akut

Bila diuraikan maka tatalaksana tersebut menjadi :o Stop merokok o Terapi farmakologis o Terapi oksigen o Ventilasi mekanik o Rehabilitasi o Nutrisi o Pembedahan

o Vaksinasi o Edukasi

Sasaran dari penatalaksanan PPOK ini adalah :o Mencegah progresivitas penyakito Menghilangkan keluhan o Meningkatkan toleransi aktivitaso Meningkatkan status kesehatan o Mencegah dan mengobati eksaserbasio Mencegah dan mengobati komplikasio Menurunkan mortalitas

1. Stop MerokokBila pasien dapat berhenti merokok maka progresivitas penurunan VEP1 nya dapat diperkecil.

Strategi yang dianjurkan o Ask: lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan o Advice: terangkan tentang keburukan/dampak merokok sehingga pasien

didesak mau berhenti merokok. o Assess: yakinkan pasien untuk berhenti merokok. o Assist: bantu pasien dalam program berhenti merokok. o Arrange: jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intensif, bila

usaha pertama masih belum memuaskan. o Pasien PPOK yang merokok akan mengalami penurunan VEP1 > 50

ml/tahun (pada orang normal yang tidak merokok, penurunan VEP1 hanya 18 ml/tahun).

o Saat ini terdapat beberapa usaha berhenti merokok seperti :pemakaian nikotin gum, patch, spray/inhaler. obat-obat klonidin, bupropion. hipnosis, dll.

2. Terapi Farmakologi PPOK1. Terapi PPOK Stabil

2.1.1. BronkodilatorPengobatan utama PPOK adalah dengan obat bronkodilator. Bronkodilator utama yang sering dipakai adalah : agonis-b , antikolinergik, methyl-xanthin.

Pemberian secara inhalasi (metered dose inhaler) lebih menguntungkan daripada cara oral atau parenteral karena efeknya cepat pada organ paru dan efek sampingnya minimal.

Pemberian secara MDI lebih disarankan daripada pemberian cara nebulizer Bronkodilator kerja cepat (fenoterol, salbutamol, terbutalin) lebih menguntungkan daripada yang keja lambat (salmeterol, formeterol),

Efek bronkodilator kereja cepat sudah dimulai dalam beberapa menit dan efek puncaknya terjadi setelah 15 - 20 menit dan berakhir setelah 4 - 5 jam.

Sedangkan bronkodilator kerja lambat banyak dipakai secara teratur dan lama, efek puncaknya setelah 30 - 90 menit, tapi ia mempunyai waktu kerja yang sedikit lebih lama yaitu 6 - 8 jam.

Pemakaian teofilin tidak banyak, karena batas antara dosis terapeutik dan dosis toksiknya terlalu dekat.

Kombinasi yang terbanyak dipakai untuk PPOK adalah agonis-b kerja cepat (fenoterol, salbutamol), dan antikolinergik (ipratropium) 

2.1.2. SteroidTerapi PPOK dengan steroid masih kontroversial. Walaupun begitu steroid masih dipakai secara terbatas dan biasanya diberikan setelah terapi bronkodilator masih belum memberikan hasil yang optimal.

Pemberian steroid oral jangka panjang tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti perbaikan dari pemberian steroid jangka panjang, malah terdapat efek samping steroid sistemik seperti miopati yang membuat kelemahan otot sehingga menurunkan fungsi paru dan bisa juga terjadi kegagalan pernapasan pada pasien PPOK lanjut.

2.2.Terapi PPOK eksaserbasi akut

Pemeriksaan spirometri pada umumnya menunjukkan keadaan eksaserbasi yang berat bila nilai arus puncak ekspirasi = APE (PEF) < 100 L/detik atau VEP1 < 1 L

2.2.1. Penatalaksanaan eksaserbasi akut PPOK di rumahPemberian bronkodilator sama dengan PPOK stabil, tetapi pada keadaan eksaserbasi akut, dosis dan frekuensi pemberian MDI dapat ditingkatkan menjadi 4 - 6 x 2 - 4 hirup sehari.

2.2.2. Penatalaksanaan eksaserbasi akut PPOK di Rumah SakitIndikasi rawat di RS pada eksaserbasi akut PPOK o Keluhan makin berat, misalnya sesak napas masih ada waktu istirahato Riwayat PPOK berato Terdapat gejala sianosis, edema perifero Respons terapi awal eksaserbasi akut ® gagalo Komorbiditas yang serius

o Aritmiao Usia lanjuto Tidak tersedia perawatan rumah yang memadai. Terapi farmakologi pada PPOK di RS adalah:

o Bronkodilator kerja cepat : agonis-b o Steroid : oral atau IVo Antibiotik : oral atau IVo Pertimbangkan teofilin oral atau IV (masih kontroversial)o Pertimbangkan ventilator mekanik invasif.Pada keadaan berat sepertj ancaman gagal napas akut, kelainan asam basa berat atau perburukan status mental dll, maka pemasangan ventilator mekanik invasif dapat dipertimbangkan.Dalam hal ini jenis ventilasi yang banyak dipakai adalah assisted control ventilation, pressure support ventilation, intermittent mandatory ventilation.

2.2.3. Obat-obat tambahan lainnyaa. a-antitripsin

b. Mukolitik Terapi oksigen pada PPOK

Pemberian O2 bertujuan untuk mencegah kerusakan sel-sel atau organ. Oksigen diberikan terutama pada waktu :o keadaan eksaserbasi akuto keadaan waktu beraktivitaso terus-menerus (jangka panjang) pada PPOK berat yakni > 15 jam / hari, dosis 1-2 L/m dengan nasal kanul pada keadaan : 1. Pa02 < 55 mmHg atau Sa 02 < 88 % 2. Pa02 55 - 60 mmHg atau Sa02 89 % di mana terdapat juga hipertensi- pulmonal, edema perifer tanda gagal jantung, dan polisitemia (Ht > 55 %).

Target pemberian terapi O2 adalah meningkatkan PaO2 sedikitnya menjadi 60 mmHg (dalam keadaan istirahat pada tempat permukaan laut) dan / atau SaO2 sedikitnya menjadi 90 % tanpa menurunkan PH jadi < 7,25 atau meningkatkan PaCO2 > 10 mmHg.

Ventilasi mekanik pada PPOK Indikasi penggunaan ventilasi mekanik pada keadaan PPOK adalah bila terdapat gagal napas akut dan atau kronik.

4.1. Ventilasi mekanik tanpa intubasi dalam bentuk NIPPV (non-invasive intermittent possitive pressure)Jenis yang banyak dipakai saat ini adalah :o BIPAP (Bilevel Positive Airway Pressure)o CPAP (Continuous Possitive Airway Pressure).

4.2.Ventilasi mekanik dengan intubasiIndikasi pemakaian ventilasi mekanik di sini di samping gagal napas, bisa juga pada keadaan sakit lain yang mengancam jiwa seperti :o asidosis berato hipoksemia berat (PaO2 < 40 mmHg) atau hiperkapnia berat (PaCO2 > 60 mmHg)o penurunan kesadaran, syok, septicemiao kegagalan pada pemakaian NIPPV.

5. Rehabilitasi pada PPOKProgram rehabilitasi di sini bertujuan :o mengurangi keluhan dan gejalao meningkatkan kualitas hidupo meningkatkan toleransi aktivitas fisis dan psikis Terdapat beberapa aktivitas rehabilitasi :5.1. Latihan Fisika. Latihan peningkatan kemampuan otot-otot pernapasan. Otot pernapasan pasien PPOK banyak yang lelah, sehingga perlu ditingkatkan untuk mendapatkan nilai ventilasi yang maksimalb. Latihan endurance.. Latihan berjalan kaki banyak dipakai tapi latihan naik tangga, bersepeda dll juga dapat dilakukan.

5.2. Latihan pernapasanTujuannya adalah bernapas yang efektif dengan memakai otot pernapasan (diafragma dan otot dada) seoptimal mungkin, sehingga ventilasi lebih baik,

Latihan pernapasan [pursed-lip breathing dan diaphragmatic breathing]. :

Pursed-lip breathing duduk tegak dengan otot leher dan bahu dalam keadaan rileks. Tarik napas secara perlahan melalui hidung selama 2 hitungan. Hembuskan napas secara perlahan melalui mulut Anda [dengan gerakan seperti

meniup lilin] selama 4 hitungan atau lebih. Diaphragmatic breathing

duduk atau berbaring dalam posisi nyaman dengan kepala bersandar dan lutut ditekuk.

Otot leher dan bahu dalam keadaan rileks. Tempatkan salah satu tangan di uluhati dan tangan lainnya di dada. Tarik napas secara perlahan melalui hidung selama 2 hitungan. Lalukan dengan cara yang benar sampai Anda merasakan otot uluhati dalam

keadaan rileks dan mengembang dan posisi dada tidak berubah. Kencangkan otot uluhati dan hembuskan napas melalui mulut 4 hitungan. Anda

akan merasa otot uluhati mengempis. Perkusi dada, untuk membantu mengeluarakan dahak/lendir yang berlebihan dari

paru. Dengan cara : rapatkan kelima jari tangan Anda membentuk mangkuk lalu tepuk-tepuk dada dan punggung [dengan atau tanpa bantuan orang lain] secara lembut.

5.3. Rehabilitasi psikososialPasien PPOK sering mengalami depresi dan banyak kehilangan waktu untuk kerja, sehingga perlu terapi psikologis dan nasihat untuk aktivitas sosialnya. Jika diperlukan, pasien dapat diberikan obat-obat anti depresi.

6. Nutrisi pada PPOK Pemberian nutrisi hendaknya seimbang berdasarkan kalori yang dibutuhkan Di samping itu porsi makanan yang disajikan hendaknya kecil saja tapi lebih

sering. Komponen nutrisi lain yang juga dianjurkan adalah rendah Na, dan tinggi pada

Mg, vitamin C, vitamin E. Makanan sebaiknya segar (natural) dan disertai dengan buah serta sayuran.

7. Pembedahan pada PPOK

Biasanya dilakukan pada PPOK berat dan tindakan operasi diambil bila diyakini dapat memperbaiki fungsi paru atau gerakan mekanik paru.

 8. Vaksinasi pada PPOK

Vaksinasi terhadap influenza Vaksinasi terhadap pneumokok.

9. Edukasi pada PPOK

Pasien dengan batuk kronik dan sesak napas yang pregresif perlu mengetahui tentang :

o keadaan status kesehatannya (tingkat penyakit dan pengobatannya)o bagaimana dapat melakukan aktivitas yang terbatas jadi lebih optimalo bagaimana mencegah perburukan penyakit (eksaserbasi akut)o bagaimana cara berhenti merokok atau menjauhi polusi udarao menerangkan tentang penyakit PPOK secara keseluruhan (patofisiologi, terapi, penatalaksanaan sendiri terhadap sesak napas, cegah eksaserbasi, kapan minta bantuan, dll) dan target pengobatan yang diberikan.

Dengan hasil edukasi ini pasien lebih menyadari tentang penyakitnya, sehingga akan mengurangi rasa takut dan cemasnya.

Edukasi juga diberikan kepada keluarga pasien supaya menyadari keadaan sakit pasien, sehingga pasien mendapat dukungan penuh secara moril.

Edukasi diberikan pada setiap kali kunjungan dan dilakukan secara menyeluruh oleh tim yang terkait seperti dokter, perawat, fisioterapi, nutrisionis, psikoterapis; pekerja sosial, dan lain-lain.

Nursing Care PlanDiagnosa Keperawatan

o Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Nafas Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, kelelahan

o Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia karena dyspnea, kelelahan

o Intoleransi aktivitas b.d kekurangan suplay oksigeno Gangguan pertukaran gas b.d retensi CO2 o Tidak efektifnya pola nafas b.d distensi dinding dada, kelelahan o Risiko infeksi b.d retensi sekret, batuk tak efektifo Kurang pengetahuan b.d penatalaksanaan mandiri terhadap penyakit

kronis

Penatalaksanaan keperawatan

Higiene bronkhialo Terdiri dari satu atau kombinasi beberapa tindakan berikut; terapi inhalasi

bronkhodilator, nafas dalam, batuk efektif, postural drainaseo Tujuan: menghilangkan sekret, memperbaiki ventilsai dan oksigenasio Evaluasi didasarkan pada: a.l pengkajian fisik, ro thorak, AGD 

Batuk Efektif dan Nafas Dalamo Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekreto Tujuan: meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekret, dan mencegah

akibat retensi sekret (pneumonia)

Fisioterapi dadao Terdiri dari: perkusi dada, postural drainase, vibrasi dadao Perkusi dada o Melepas sekret secara mekaniso Tangan membentuk seperti mangkuko Perkusi dilakukan selama 3 - 5 menit per posisi

Postural Drainaseo Pemberian posisi terapeutik untuk memungkinkan sekret paru mengalir

berdasarkan gravitasi ke dalam bronkhus mayor dan trakeao Segmen yang didrainase ditempatkan setinggi mungkin dan bronkhus

mayor severtikal mungkin

Vibrasio Meningkatkan kecepatan dan turbulen udara ekshalasi untuk

menghilangkan sekreto Dilakukan dengan cara meletakkan kedua tangan berdanmpingan dengan

jari-jari ekstensi di area dadao Klien melakukan inspirasi dalam kemudian ekspirasi perlahan, pada saat

ekspirasi perlahan dada divirasiKontraindikasi

Postural Drainaseo Peningkatan tekanan intrakranialo Klien sehabis makano Ketidakmampuan batuko Penyakit jantung akuto Perdarahan

Perkusi Dada dan Vibrasio Fraktur iga   o Herniao Trauma dadao Perdarahan dan emboli paruo Mastektomio Pneumothorakso Osteoporosiso Trauma abdomen

3. Klasifkasi

a. Bronkitis AkutBronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk BerulangBronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. EtiologiPenyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :a. Spesifik1) Asma2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.5) Sindrom aspirasi.6) Penekanan pada saluran napas7) Benda asing8) Kelainan jantung bawaan9) Kelainan sillia primer10) Defisiensi imunologis11) Kekurangan anfa-1-antitripsin12) Fibrosis kistik 13) Psikis

b. Non-spesifik

1. Asap rokok2. Polusi udara

5. PatofisiologiVirus(penyebab tersering infeksi) – Masuk saluran pernapasan – Sel mukosa dan sel silia – Berlanjut – Masuk saluran pernapasan(lanjutan) – Menginfeksi saluran pernapasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir – Pilek 3 – 4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) – Riak jernih – Purulent – Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronchi basah atau suara napas kasar – Nyeri subsernal – Sesak napas – Jika tidak hilang setelah tiga minggu – Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

6. Tanda dan gejalaMenurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis- Pada paru didapatkan suara napas yang kasarMenurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat- Daya tahan tubuh klien yang menurun- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik- Kesenangan anak untuk bermain terganggu- Konsentrasi belajar anak menurun

7. Komplikasia. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronikb. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapatterjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumoniac. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksid. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

8. Pemeriksaan Penunjanga. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemiab. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

1. Penatalaksanaan1. Tindakan Perawatan

Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir- Sering mengubah posisi

- Banyak minum- Inhalasi- Nebulizer- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perludiberikan minum susu atau makanan lain

2. Tindakan Medis- Jangan beri obat antihistamin berlebih- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

2. PencegahanMenurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.- Membatasi aktivitas anak- Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya- Hindari makanan yang merangsang- Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Dengan begitu sebaiknya anda terbebas dari polutan diatas dan mencegah lebih baik daripada mengobati. (KK)ASKEP BRONKITISPengertian bronkhitisBronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).Anatomi dan fisiologi sistem pernafasanAnatomi sistem pernafasanSaluran pernafasan bagian atasRongga hidungRongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.FaringAdalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring

dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.LaringAdalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.Saluran pernafasan bagian bawah.TrakheaDisokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.BronkusBroncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.AlveoliParu terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.Fisiologi sistem pernafasanPernafasan mencakup 2 proses, yaitu :Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

EtiologiAdalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.RokokMenurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.InfeksiEksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.PolusiPulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.KeturunanBelum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.Faktor sosial ekonomiKematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.PatofisiologiPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

Manifestasi klinisKeluhanBatuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.Pemeriksaan fisikPada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambahPemeriksaan fungsi paruVEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun. 4,8 liter). 3,1 liter, KV (kapasitas vital) : menurun (normal 1,2 liter). 1,1 liter, VR (volume residu) : bertambah (normal 1200ml ). 4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 6 liter)KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). 1,8 liter, Analisa gas darahPa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).Saturasi hemoglobin menurun.Eritropoesis bertambah.PenangananTindakan suportifPendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :Menghindari merokokMenghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.Nutrisi yang baik.Hidrasi yang adekuat.

Terapi khusus (pengobatan).BronchodilatorAntimikrobaKortikosteroidTerapi pernafasanTerapi aerosolTerapi oksigenPenyesuaian fisikLatihan relaksasiMeditasiMenahan nafasRehabilitasiPrognosisPrognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPengkajian.Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :Aktivitas/istirahatGejala : Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.Ketidakmampuan untuk tidur.Dispnoe pada saat istirahat.Tanda : KeletihanGelisah, insomnia.Kelemahan umum/kehilangan massa otot.SirkulasiGejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.Distensi vena leher.Edema dependentBunyi jantung redup.Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosisPucat, dapat menunjukkan anemi.Integritas EgoGejala : Peningkatan faktor resikoPerubahan pola hidupTanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.Makanan/cairanGejala : Mual/muntah.Nafsu makan buruk/anoreksia

Ketidakmampuan untuk makanPenurunan berat badan, peningkatan berat badanTanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.Penurunan berat badan, palpitasi abdomenHygieneGejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhanTanda : Kebersihan buruk, bau badan.PernafasanGejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.Episode batuk hilang timbul.Tanda : Pernafasan biasa cepat.Penggunaan otot bantu pernafasanBentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.Bunyi nafas ronchiPerkusi hyperresonan pada area paru.Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.KeamananGejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.Adanya/berulangnya infeksi.SeksualitasGejala : Penurunan libidoInteraksi sosialGejala : Hubungan ketergantunganKegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekatPenyakit lama/ketidakmampuan membaik.Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasanKeterbatasan mobilitas fisik.Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.Pemeriksaan diagnostik :Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.TLC : MeningkatVolume residu : Meningkat.FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.

Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.Diagnosa keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.Perencanaan Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Tujuan :Mempertahankan jalan nafas paten.Rencana Tindakan:Auskultasi bunyi nafasRasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.Kaji/pantau frekuensi pernafasan.Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibirRasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.Observasi karakteristik batukRasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahanTingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hariRasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Tujuan :Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.Rencana Tindakan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.Auskultasi bunyi nafas.Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasiAwasi tanda vital dan irama jantungRasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.Awasi GDARasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDARasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.Rencana Tindakan:Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibirRasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahatRasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskanRasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.Tujuan :Menunjukkan peningkatan berat badan.Rencana Tindakan:Kaji kebiasaan diet.Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.Auskultasi bunyi ususRasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.Berikan perawatan oralRasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.Timbang berat badan sesuai indikasi.Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Konsul ahli giziRasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiRencana Tindakan:Awasi suhu.Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.Observasi warna, bau sputum.Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.Rasional : mencegah penyebaran patogen.Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.Berikan anti mikroba sesuai indikasiRasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.Tujuan :Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleranRencana tindakan:Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatanTujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.Rencana tindakan:Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.Berikan dorongan emosional.Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalahRasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakanJelaskan jenis prosedur dari pengobatanRasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.

Beri dorongan spiritualRasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.8. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumahTujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.Intervensi :Jelaskan proses penyakit individuRasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitasDiskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.ImpelementasiPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)Evaluasi.Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)