Upload
widyaandri
View
152
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak permasalahan yang muncul dalam penguasaan tata bahasa
Indonesia. Padahal, penggunaannya begitu lekat dengan kehidupan sehari-
hari, terutama sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Penggunaan bahasa yang tidak baku lebih dominan digunakan dalam
masyarakat. Masalah ini pun menjadi masalah yang serius karena
penggunaan EYD kurang begitu diperhatikan.
Di dalam bahasa Indonesia sendiri memiliki aturan yang berlaku seperti
berupa struktur, gramatikal, intonasi dll. Sebelum membuat suatu kalimat,
diperlukan pemahaman tentang bagian-bagian dari kalimat serta dapat
membedakan antara satu unsur dengan unsur lainnya, seperti kata, frasa dan
klausa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penerapan kaidah ejaan?
2. Bagaimanakah perbedaan dari penerapan kaidah ejaan?
3. Apakah yang dimaksud dengan kata?
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa?
5. Bagaimanakah pembagian kelas frasa?
6. Apakah yang dimaksud dengan klausa?
7. Bagamanakah pembagian kelas klausa dalam kalimat?
1
C. Tujuan
1. Untuk memahami tentang penerapan kaidah ejaan dan pembagiannya.
2. Untuk memahami tentang kata, frasa dan klausa dalam kalimat.
3. Untuk mengetahuan penggunaan kaidah ejaan, kata, frasa, klausa dalam
kalimat dengan tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penerapan Kaidah Ejaan
1.1 PENGERTIAN EJAAN
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis yang dimaksud
dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca.1
1.2 DARI EJAAN VAN OPHUIJSEN HINGGA EYD
1.2.1 Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin
yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan
itu yang dibantu oleh engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam
ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.2
a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
b. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
1 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006) h.187
2 Ibid., h.187
3
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain, dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
1.2.2 Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan
menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui.3
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-
kata tak, pak, maklum, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-
barat2an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
1.2.3 Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep
ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia). Perkembangan politik dari tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
1.2.4 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
3 Ibid., h.188
4
Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia telah diresmikan pada tanggal 16
Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada
tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.p0-Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor
0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan
Istilah".4
1) Perubahan huruf
Ejaan soewandi Ejaan yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njoja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2) Huruf-huruf pinjaman abjad asing diresmikan pemakaiannya
f maaf
4 Ibid ., h.188
5
v valuta
z zeni
3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai.
a : b = p : q
Sinar-X
4) Penulisan awalan di- dan ke- ditulis serangkai, sedngkan di- dan ke-
sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di- (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
5) Kata ulang ditulis penuh sengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
Hal-hal yang berkaitan dengan ejaan:
1.2.4.1 Pemakaian Huruf
6
Berikut ini disajikan pembahasan (1) nama-nama huruf, (2) lafal
singkatan dan kata, (3) persukuan, dan (4) penulisan nama diri.5
1) Nama-Nama Huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahsa Indonesia yang
Disempurnakan disebut bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut.
Huruf Nama Huruf Nama
A a N en
B be – bukan bi O o
C ce – bukan se P pe
D de Q ki bukan kyu
E e R er
F ef S es
G ge bukan ji T te bukan ti
H ha U u
I I V fe – bukan fi
J je W we
K ka X eks – bukan ek
L el Y ye – bukan ey
M em Z zet
Catatan:
5 Ibid., h.191
7
Huruf e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam kata-kata
lele, beres, materi, merah, dan kaget, dan dapat dilafalkan menjadi e lemah atau e
pepet, seperti beras, benar, dan cepat.
2) Lafal Singkatan dan Kata
Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
AC [a se] [a ce]
TVRI [ti vi er i] [te ve er i]
MTQ [em te kyu] [em te ki]
makin [mangkin] [makin]
logis [lohis] [logis]
Akronim singkatan bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata).
Misalnya:
Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]
Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]
Sea Games [se a ga mes] [se ge ims]
3) Persukuan
Persukuan diperlukan pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan. Apabila memenggal sebuah kata harus membubuhkan tanda
hubung (-) di antara suku-suku itu tanpa jarak
Beberapa kaidah persukuan
8
1. Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-at ru-ang ku-li-ah
b. Jika berbentuk diftong, pemenggalannya tidak pernah dipisahkan.
Misalnya:
au-la sau-da- ra am-boi
c. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak ba-rang mu-ta-khir
d. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara dua konsonan itu. Gabungan huruf
konsonan tidak pernah dipisahkan.
Misalnya:
man-di swas-ta Ap-ril
e. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yan kedua.
Misalya:
in-stru-men ul-tra bang-krut
9
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
main-an mem-buat-kan buang-lah
3. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat mungkin tidak dipenggal jika
pergantian baris.
Misalnya:
pergi-lah bukan per-gi-lah
me-rasa-kan bukan me-ra-sa-kan
4. Akhiran –i tidak dipenggal jika pergantian baris.
Misalnya:
cintai bukan cinta-i
tulisi bukan tulis-i
5. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat ber- gabung dengan unsur lain, pemenggalan itu dapat dilakukan (1)
di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu.
Misalnya:
bio-grafi atau bi-o-gra-fi
intro-speksi atau in-tro-spek-si
4) Penulisan Nama Diri
10
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung jalan dan sebgainya
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan
hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali apabila ada
pertimbangan khusus. Pertimangan khusus itu misalnya:
Universitas Padjadjaran
Dji Sam Soe
Widjojo Nitisastro
1.2.4.2 Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dalam
penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf
besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.6
1) Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Dalam penulisan huruf besar atau kapital, sering kali dijumpai di
berbagai media bacaan. Tidak jarang ditemukan kesalahan dalam
penulisan huruf besar atau kapital. Kaidah penulisan huruf kapital itu
adalah sebagai berikut:
a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat
berupa petkan langsung.
Misalnya: 6 Ibid., h.199
11
Dia bertanya, “ Kapan kita pulang.”
Archimedes berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat
cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang
seberat zat cair yang dipindahkannya.”
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan. Kata-kata yang
menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surge, malaikat, mahsyar,
zakat, dan puasa- meskipun berhubungan dengan keagamaan-tidak
diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
Limpahkan rahmar-Mu, ya Allah.
Tuhan akan menolong hamba-Nya.
Semoga Engkau menerima arwah kedua orang tua saya.
Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital
adalah nama agama dan kitab suci.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar ,jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
Kepala Lembaga Administrasi Negara, Prof. Bintoro
Tjokroamidjojo, M.A. berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji
pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai negeri itu
sendiri.
12
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar,
jabatan dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya:
Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
Akan tetapi jika mengacu kepada orang tertentu nama orang, nama
gelar, jabatan dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf capital
Misalnya:
Pagi ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan terbang ke Nusa
Penida.
Dalam seminar itu Presidan Susilo Bambang Yudhoyono
memberikan sambutan.
Catatan:
Kita harus menghilangkan perasaan ingin memberikan
penghargaan kepada kata-kata yang dianggap tinggi jika kata-kata itu
hanya menunjukkan suatu jenis, bukan suatu nama. Biasanya,
penghargaan itu dilakukan dengan cara menuliskan huruf kapital pada
huruf-huruf pertamanya. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang
salah karena menyalahi kaidah ejaan yang berlaku. Kata-kata yang
biasa ingin kita hargai dengan menuliskan huruf pertamanya kapital,
antara lain, haji, presiden, nasional, perguruan tinggi, internasional,
panglima dan jenderal. Padahal, kata-kata tersebut tidak perlu ditulis
dengan kapital.
13
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan
sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-
kata digunakan sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch
Harta yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar
akan disumbangkan ke panti asuhan.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.
Kami bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan
pembangunan.
Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.
Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi
awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya:
Kita harus bisa mengindonesiakan kata-kata asing.
Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah
merdeka.
Demikian juga kalau tidak membawa nama suku nama itu harus
dituliskan dengan huruf kecil.
14
Misalnya:
petai cina
jeruk bali
dodol garut
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian
kita.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dahulu pernah terjadi Perang Paregreg di tanah Sunda.
Setiap tanggal 1 Syawal umat Islam merayakan hari Lebaran.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Sukarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
khas geografi.
Misalnya:
Tahun 1985 Provinsi Sumatra Barat mendapat anugerah Prasamnya
Purnakarya Nugraha.
Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut
Jika menunjukkan nama khas geografi ditulis dengan huruf kecil.
15
Misalnya:
Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumentasi resmi.
Misalnya:
Pemimpin Kerajaan Iran pada saat itu adalah Syah Reza Pahlevi.
Semua anggota PBB harus memahami isi oiagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Jika tidak menunjukkan badan resmi, ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
Iran dalah suatu negara yang berbentuk kerajaan.
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan
yang, yang terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Idrus mengarang buku dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan diterbitkan oleh balai pustaka.
Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat
membaca buku Nusa dan Bangsa yang Membangun.
16
j. Huruf besat atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar
dan sapaan, kecuali gelar dokter.
Misalnya :
Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.
Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.
Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.
Catatan :
Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doctor dituliskan dengan D
kapital dan r kecil, jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa
penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya ditulis dengan d
dan r kecil, jadi dr.).
k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungn kekerabatan, sepert bapak, ibu, saudara, adik, dan
paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Singkatan pak, bu,
kak, dik, dan sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika
diikuti oleh nama orang/nama jabatan. Kata Anda juga dawali huruf
kapital.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Ibunya menjawab pertayaan Samsi, ‘Pagi tadi Ibu menjemput
pamanmu di pelabuhan,”
Kepala sekolah berkata kepada saya, “Tadi saya menerima berita
bahwa Ibu sri sakit keras di bandung,”
17
Saya mengharap kehadiran Anda pada pertemuan yang akan
diselenggarakan besok pukul 8.00.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata
penunjuk hubungan kekerabatan itu dituls dengan huruf kecil.
Misalnya :
Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu hadir.
Ketika mengikuti kuliah di Jakarta, ia tinggal bersama pamannya di
Kalibata.
2) Penulisan Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskann nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam
tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf
miring di tandai dengan ggaris bawah satu.
Misalnya :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah
Bahasa dan Kesusastraan.
Buku Negarakertagama dikarang olehh Mpu Prapanca.
Berita itu sudah say abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata
dan republika.
Catatan
18
Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang diceta miring, harus
terputus-putus, kata demi kata.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat
penyelenggaraan pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu
sebelumnya.
Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah
awalan me-akan muncul mengubah, bukan merubah.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-
nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali
yang di sesuaikan ejaannya.
Misalnya :
Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk
kata upgrading?
Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.
Weltanschauung diterjemahkan menjadi ‘ pandangan dunia ‘.
Catatan
Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun
penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu
19
(ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut
masalah tipografi pencetakan.
1.2.4.3 Penulisan Kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan,
kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan
yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan
(awalan,sisipan atau akhiran) dtuliskan serangkai dengan kata
dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran,
awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.7
Misalnya :
Bentuk Tidak baku Bentuk Baku
Di didik dididik
Di suruh disuruh
Di lebur dilebur
Ke sampingkan kesampingkan
Hancurleburkan hancur leburkan
Berterimakasih berterima kasih
Bertandatangan bertanda tangan
Beritahukan beri tahukan
Lipatgandakan lipat gandakan
Sebarluaskan sebar luaskan
7 Ibid., h.209
20
Kalau gabungan katta sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.
Misalnya :
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Menghancur leburkan menghancurleburkan
Pemberi tahuan pemberitahuan
Mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan
Kesimpang siuran kesimpangsiuran
Ketidak adilan ketidakadilan
Dianak-tirikan dianaktirikan
a. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan,
hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada
tulisan yag memerlukan keresmian, kata ulang ditulis secara lengkap.
Kata ulang, tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian
lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus
mendapat awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu
bagiannya adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang
sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh
berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun, apabila ditinjau dari
maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.
21
Misalnya :
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Jalan2 jalan-jalan
Sayur mayur sayur--mayur
Bolak balik bolak-balik
Ramah tamah ramah-tamah
Porak poranda porak-poranda
Terus menerus terus-menerus
Berkejar kejaran berkerjar-kejaran
b. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut majemuk bagian-
bagiannya dituliskan terpisah.
Misalnya :
Bentuk Tdak Baku Bentuk Baku
Dayaserap daya serap
Tatabahasa tata bahasa
Kerjasama kerja sama
Dutabesar duta besar
Mejatulis meja tulis
Orangtua orang tua
Gabungan kata yang sudah dianggap sbagai satukata dituliskan
serangkai.
22
Misalnya :
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Mana kala manakala
Sekali gus sekaligus
Bila mana bilamana
Dari pada daripada
Apa bila apabila
Segi tiga segitiga
Pada hal padahal
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur
itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
Misalnya :
Bentuk Tidak Baku bentuk Baku
a moral amoral
antar warga antarwarga
catur tunggal caturtunggal
dasa darma dasadarma
ekstra kurikuler ekstrakurikuler
Catatan :
1. Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar,
di antara kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
23
Non-RRC
Non-Indonesia
Pan-Islamisme
Pan-Afrikanisme
2. Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan
unsur berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata
berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah.
Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis
terpisah walaupun diikiti kata dasar.
Misalnya :
1. Semoga Yang MahaKuasa merahmati kita semua.
2. Jik Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana
bulan. Depan.
3. Kita harus memperhatikan perilaku yang baik.
4. Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.
c. Kata ganti ku dan kau- yang ada petaliannya dengan aku dan engkau –
ditulis serangkaidengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu,
dan nya – yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis
serangkai dengan yang mendahuluinya.
Misalnya :
1. Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini.
2. Kalau mau, boleh kauambil buku itu.
3. Apa yang kulakukan boleh kaukritik.
24
d. Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali jka berupa gabungan kata yang sudah dianggap
padu benar, seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
1. Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum
berhasil.
2. Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang
bersembunyi di bawah kaki bukit lari ke arah barat.
e. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun
sudah hampir seperti kata lepas
Misalnya:
1. Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah
singgah ke rumah saya.
2. Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.
Ada kata yang sudah dianggap padu benar, sehingga ditulis serangkai.
Yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun),
sungguhpun, dan walaupun.
Misalnya:
1. Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira.
2. Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar sarjana.
f. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
25
1. Harga kain iru Rp10.000,00 per meter
2. Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per
satu.
g. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi,
(b) satuan waktu, dan (c) nilai uang. Selain itu, angka lazim juga
dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat dan digunakan untuk menomori karangan atau bagian-
bagiannya.
Misalnya:
1. Hotel Sahid Jaya, Kamar 125
2. 5 cm
3. 10 kg
4. 15 jam
h. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
1. dua ratus tiga puluh lima (235)
2. tiga dua pertiga (3 2/3)
i. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang
berikut.
Misalnya:
1. Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
2. Abad ke dua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi
26
j. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
yang berikut.
1. Sutan Takdir Alisyahbana adala pujangga tahun 30-an.
2. Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun 20-an.
k. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
ditulis, dengan huruf, kecuali jka beberapa lambang dipakai secara
berurutan, seperti berikut.
1. Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh.
2. Kendaraan yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1000 bajai,
500 bemo, 200 oplet, 100 metro mini, dan 50 bus kota.
l. Lambang bilangan pada awal kalimat dituliis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
1. 12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2. 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari pemerintah.
Penulisah angka yang benar seperti perbaikan berikut.
1. Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2. Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari
pemerintah.
m. Kecuali didalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
27
Bentuk Tidak baku
Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang.
Bentuk baku
Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 orang.
1.2.4.4 Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau
seruan.8
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. …
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta:Balai Pustaka,2005). h 53
28
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam ( 20 menit, 30 detik)
5. Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden:
Balai Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
29
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
6. Tanda titik tidak di pakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepada ilustrasi, table, dan sebagainya.
Misalnya :
Acara Kunjungan Adam Malik
Salah Asuhan
7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan
tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya :
Jalan Diponogoro 82
Jakarta
1 April 1985
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
30
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim
3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan dating.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya :
Saya tidak akan datang kalau hari hujan
Dia tau bahwa soal itu penting.
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
… Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat didalam kalimat.
31
Misalnya :
O, begitu?
Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya :
Kata Ibu, “Saya gembir sekali.”
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Misalnya :
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
8. Tanda koma dipakai untuk menceritakan bagian nama yang dibalik
susunannya dalan daftar pustaka.
Misalnya :
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden:
Balai Poestaka.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya :
Ny. Khadijah, M.A
32
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya :
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya :
12,5 m
Rp.12,50
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya :
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
12. Tanda koma dipakai-untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
misalnya :
dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang sungguh-sungguh.
13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu brakhir
dengan tanda Tanya atau tanda seru.
Misalnya :
“Di mana Saudara tinggal?” Tanya Karim.
33
Tanda titik koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya :
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sbuk bekerja di
dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengarkan siaran “PIlihan Pendengar”
Tanda Titik Dua (:)
1. a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pamerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
b. tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
34
Misalnya :
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya :
Ibu : “Kamu sedang apa Mir!”
Amir : “Sedang mengerjakan tugas Bu.”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya :
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik:Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga.Jakarta: Pusat
Bahasa
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
35
Misalnya :
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris.
Misalnya :
Kini ada cara yang baru untuk meng-
Ukur panas.
3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Misanya :
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Misalnya :
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok
kata.
Misalnya :
Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000), tanggung jawab-
dan kesetiakawanan-sosial
36
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan hufur capital, (ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan –an (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan
atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya :
Se-Indonesia, se-Jawa Barat, Hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-
PHK-kan, Hari-H, Sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahan asing.
Misalnya :
di-smash, pen-tackle-an
tanda pisah (_)
1. Tanda pisah membatas penyisipan kata atau kalimat yang member
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya :
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kit tentang alam semesta.
37
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan
arti’sampai ke’ atau’sampai dengan’.
Misalnya :
1910-1945
Tanggal 5-10 April 1970
Tanda ellipsis (…)
1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak
2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya :
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya (?)
1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya :
Kapan ia berangkat?
Saudara tau, bukan?
2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?)
38
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidkpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya :
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya :
Bagian perancanaan sudah selesai menyusun DIK (Dafrat Isian
Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya :
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) di tulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Misalnya :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a).
39
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu ukuran
keterangan.
Misalnya :
Factor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja,
dan (c) modal.
Tanda kurung siku ( [ … ] )
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan
itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya :
Sang Purba men [ d] engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II ( lihat halaman 35-38) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebebntar!” Pasal 36 UUd
1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”
40
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atatu bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya :
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,dari Suatu
Tempat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai art khusus.
Misalnya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya :
Kata Tono, ‘ Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya :
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
41
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahn, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Misalnya :
Feed-back ‘balikan’
Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin.
Misalnya :
No. 7/Pk.1973
Jalan Kramat III/10
Tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya :
Dikirim lewat darat/laut ‘dikirim lewat darat atau
lewat laut’
Harganya Rp25,00/lembar ‘harganya rp25,00 tiap
lembar’
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
1. Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya :
p Ali ‘ kan kusurati. (‘ kan = akan)
42
1.2.4.5 Penulisan Unsur Serapan
Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia, dapat di bagi atas dua
golongan besar.
Pertama, unsur yang belum terserap penuh ke dalam bahasa
Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme
par I’homme, unsure-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya
diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Disamping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi dan
objektif diserap secara utuh disamping kata standar, implemen, dan
objek.9
Kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
Kata Asing Penyerapan yang Penyerapan yang
Salah Benar
risk resiko risiko
system sistim system
November Nopember November
9 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006) h.221
43
taxi taxi taksi
apotheek apotik apotek
1. Kata
1.1 Pengertian Kata
Kata adalah suatu bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri
sendiri sehingga memiliki makna. Kata terdiri atas beberapa fonem.
Kata terdiri atas beberapa kelas, yaitu nomina (kata benda), numeralia
(kata bilangan), verba (kata kerja), konjungsi (kata sambung),
adjektiva (kata sifat), artikel (kata sandang), pronomina (kata ganti),
interjeksi (kata seru), adverbia (kata keterangan) dan preposisi (kata
depan).
2. Frasa
2.1 Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.10 Frasa berpotensi
untuk menjadi kalimat namun belum sempurna. Frasa paling sedikit
harus terdiri dari dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat.
Contohnya :
rumah baru itu, akan datang, tadi malam, dll.
2.2 Pembagian Kelas Frasa
10 Ida Bagus Putrayasa,Analisis Kalimat ,(PT. Refika Aditama. Bandung),2007, h.2
44
2.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang terdiri dari nomina sebagai
induk atau sebagai pusat dan unsur lain sebagai modifikator
atau penjelasnya.11 Frasa nomina merupakan frasa yang
dibentuk dengan memperluas kata benda.
Contoh :
sosok lelaki terpandang, mobil yang baru saja dibeli, penari
lemah gemulai.
2.2.2 Frasa Pronominal
Frasa yang menggunakan pronomina sebagai induknya,
sedangkan unsur lainnya menjadi penjelas atau modifikator.
Contoh :
saudara sekalian, mereka itu, saya sendiri, kalian semua.
2.2.3 Frasa Verbal
Frasa verbal meupakan gabungan antara verba dan verba,
verba dengan adverbia atau yang lainnya.12 Dapat dikatakan,
verba menjadi induk dari frasa ini dan unsur lain merupakan
modifikator atau penjelasnya.
Contoh :
berangkat ke sekolah, naik jabatan, pergi tanpa tujuan.
2.2.4 Frasa Adjektiva
11 R. Kunjana Rahardi,Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,(Erlangga. Jakarta),2009, h.68
12 Ibid., h.68
45
Frasa yang merupakan antara unsur adjektival sebagai
unsur utamaya dan unsur lain sebagai penjelas atau
modifikatornya.
Contoh :
sangat indah, gelap gulita, riang gembira, amat megah.
2.2.5 Frasa Numeral
Dalam frasa ini, numeralialah yang menjadi unsur utama
sedangkan unsur lain sebagai penjelas atau modifikator.
Contoh :
kesempatan kedua, dua-tiga kali, lima orang saudara.
2.2.6 Frasa Interogativa
Frasa interogativa menggunakan unsur-unsur introgativa
sebagai unsur utamanya.
Contoh :
mengapa dan bagaimana, siapa dan kenapa, kapan dan dimana.
2.2.7 Frasa Demonstrativa
Frasa ini menggunakan demonstrativa sebagai induknya.
Contoh : sana dan sini, ini dan itu.
2.2.8 Frasa Preposisional
Frasa yang induknya berupa unsur preposisi.
Contoh : di depan, dari oleh dan untuk.
3. Klausa
3.1 Pengertian Klausa
46
Klausa adalah kelompok kata satuan gramatikal berupa gabungan
kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.13 Dapat
juga dikatakan, bahwa klausa adalah kalimat atau kalimat-kalimat
yang menjadi bagian dari kalimat majemuk.14 Pada dasarnya, klausa
merupakan unsur dasar pembentuk kalimat. Penulisan klausa memiliki
suatu ciri khas, yakni tidak diawali dengan huruf besar melainkan
diawali dengan huruf kecil dan tidak diakhiri tanda baca seperti tanda
titik, tanda seru maupun tanda tanya.
3.2 Pembagian Klausa dalam Kalimat
3.2.1 Klausa pada kalimat majemuk setara
Klausa-klausa pada kalimat majemuk setara memiliki
kedudukan yang sama sehingga bersifat koordinatif dan tidak
saling menerangkan. Hubungan yang sifatnya koordinatif
demikian itu menghasilkan klausa-klausa yang sama
kedudukannya, tidak memiliki hierarki karena klausa yang satu
tidak lebih tinggi dari klausa lainnya.15 Konjungsi yang
terdapat diantara klausa-klausaa tersebut hanya berfungsi
sebagai penghubung untuk menyatukan klausa-klausa yang
ada.
Contoh :13 Ida Bagus Putrajasa. Op.Cit. ,Analisis Kalima. Bandung, 2007, h.2
14 Ibid., h.12
15 R. Kunjana Rahardi. Op.Cit .Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2009, h.72
47
Teman harus terus ditambah namun teman yang ada dilupakan
jangan.
Dosen sedang mengajar dan mahasiswa memperhatikan.
3.2.2 Klausa pada kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yang dibangun secara
subordinatif oleh klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan
antarklausa bersifat hierarkis, yaitu klausa yang satu menjadi
induk sedangkan klausa lainnya menjadi klausa anak.
Contoh :
Dia tidak masuk kuliah hari ini karena dirawat di rumah sakit
Kecelakaan tersebut terjadi akibat pengemudi bus yang ugal-
ugalan.
5. Kalimat
5.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa.16
Kalimat tidak ditentukan dari banyak sedikitnya kata yang menjadi
unsur pembentuknya, melainkan intonasinya. Kalimat diucapkan
dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri
dengan intonasi akhir[8]. Secara fisik, kalimat ditulis dengan
menguunakan awalan huruf kapital dan diakhiri tanda baca seperti
tanda titik, tanda seru maupun tanda tanya. Pada umumnya, kalimat
16 Ida Bagus Putrajasa. Op.Cit. ,Analisis Kalima. Bandung, 2007, h.2
48
dibangun atas beberapa unsur pembentuk, yaitu subjek, predikat,
objek, pelengkap dan keterangan.
5.2 Jenis Kalimat Berdasarkan Klausa
5.2.1 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal, atau kalimat dasar, atau kalimat sederhana
adalah kalimat yang hanya memiliki satu subjek dan satu
predikat.17
Contoh :
Sekawanan burung sedang terbang.
5.2.2 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang tediri atas dua klausa
atau lebih (Verhaar, 1996:275). Kalimat majemuk terdiri atas
kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan
kalimat majemuk campuran.
5.2.2.1 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari
beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama
atau kedudukannya setara.
Contoh :
Matahari terbit di ufuk timur dan para petani pergi
menuju ladang.
Ayah sedang membaca koran sedangkan adik
menyapu halaman.
17 R. Kunjana Rahardi. Op.Cit .Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2009, h.87
49
5.2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis kalimat majemuk kedua ialah kalimat majemuk
bertingkat atau kalimat maejum tak setara. Di dalam
kalimat majemuk bertingkat atau tidak setara itu
hubugan antara klausa yang satu dengan klausa
lainnya adalah sebagi induk dan anak.18
Contoh :
Saya akan pergi jika ia tidak datang.
Mahasiswa itu lulus dengan nilai baik karena ia
belajar keras.
5.2.2.3 Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk
yang terjadi dari penggabungan beberapa kalimat
tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau
dituliskan sekali saja.19
Contoh :
Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi, dan
diratakan dengan tanah.
18 Ibid., h.20
19 Ibid., h.5
50
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Satuan kalimat terdiri
51
atas kata, frasa dan klausa. Setiap unsur dalam kalimat memiliki perbedaan.
Kata merupakan suatu bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri
sehingga memiliki makna. Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan
klausa adalah kelompok kata satuan gramatikal berupa gabungan kata,
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
2. Saran
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini, diperlukan
pengkajian yang lebih dalam terhadap kata, frasa dan klausa dalam kalimat.
Sumber-sumber referensi lain yang mendukung pun diperlukan. Hal ini
semata-mata bertujuan untuk menyempurnakan pemahaman penuh terhadap
materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita.
Jakarta : Kompas. 2004
52
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007.
Kridalaksana, Harimurta. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :
Gramedia.1986
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta:Balai Pustaka.2005
Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat. Bandung:PT Refika Aditama.2007.
Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Erlangga. 2009.
53