66
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut. Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal. Klasifikasi Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen.Benda asing eksogen biasanya masuk melalui hidung atau mulut.

Corpus Alienum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gfgdfgfsz

Citation preview

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.

Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

Klasifikasi Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen.Benda asing eksogen biasanya masuk melalui hidung atau mulut.

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.Benda asing eksogen padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi pada saat persalinan.

Faktor-Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas, antara lain:

1.Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.

2.Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.

3.Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.

4.Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

5.Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksigigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun

6.Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.

7.Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.

8.Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.

Obstruksi saluran nafas kronis yaitu penyakit yang dikarakterisir oleh adanya keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronis, emphysema atau keduanya. Salah satu dari obstruksi saluran nafas cronis adalah PPOK dimana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.

Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan Obatruksi saluran nafas cronis perlu diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi saluran nafas cronis menjadi lebih baik.

ETIOLOGI1. Kelainan kogenital hidung atau jaringan

Atresia koana.

Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis.

Kista dukstus tiroglosus.

Kista brankiogen yang besar.

Laringokel yang besar

2. Trauma

3. Tumor

4. Infeksi akut

5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis

6. Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar

7. Benda asing

Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :

a. Laring

Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis.Gangguan oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.

b. Saluran napas

Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus.

KLASIFIKASI 1. Sumbatan parsial

Tersendak terjadi bila benda asing masuk kea rah paru-paru dan menyumbat jalan nafas kea rah paru-paru. Bila penderita bias menghilangkan penyumbata denga cara batuk-batuk keras, maka tidak perlu dilakukan pertolonga lagi. Tetapi bila penderita terus tersedak sehingga sesak nafas maka perlu segera dilakukan pertologan pertama.

Gejala :- Tersedak, tetapi tetap bias bernafas batuk dan berbicara

- Sesak bicara

2. Sumbatan total

Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk mengambil sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.

Gejala :- Tersedak dan tidak bias bernafas, batuk atau bicara

- Muka menjadi biru

Kelainan klinis yang terjaid ditentukan oleh 3 faktor :

1. Lokasi dari obstruksi yang terjadi

Bila obstruksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut berbahaya dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus. Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi ini bersifat total, disamping itu mekanisme konpensasi pada obstruksi distal lebih baik dari obstruksi di proksimal.

2. Tingkat dari obstruksi yang terjadi

Makin total suatu tingkat obstruksi, maka makin berbahaya. Tetapi suatu obstruksi parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, artinya udara dapat masuk pada jalan pernapasan akan tetapi tidak dapat keluar sehingga menimbulkan emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap (air tappering)

3. Fase obstruksi yang terjadi

Pada obstruksi yang akut, kelainan perubhan faal baru, maupun hemodinamik lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.

MANIFESTASI KLINIS Tidak dapat bicara, bernafas, bersuara

Menunjukkan sikap tercekik (pasien memegang leher)

Cyanosis

Gerakan napas tidak teratur(tidak normal)

Colaps, tidak sadar

KOMPLIKASI1. Nyeri abdomen,ekimosis.

2. Fraktur iga.

3. Cedera atau trauma pada organ-organ di bawah abdomen dan dada.

4. Gagal nafas, kor pulmonal, septikemiaPEMERIKSAAN PENUNJANGa. Radiologi

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:

Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.

Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi

b. Pemeriksaan faal baru

Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate).

c. Pemeriksaan gas darah

Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2 .kecepat pernapasan yang 30 kali/menit masih dapt mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat.

TINDAKAN KEPERAWATANBeberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing:

1. Pengambilan Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing

2. Dihisap Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai.

Buka mulut korban lebar-lebar.

Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan.

Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik

3. Abdomen ThrustProsedur abdomen thrust :

1. Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk:

a. Anda berdiri di belakang klien.

b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lenan anda pada abdomen klien yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat atau umbilicus.

c. Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah dalam dan atas.

d. Jika diperlukan, ulangi abdominal trust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.

e. Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan kebersihan tindakan ini.

2. Jika pasien dalam keadaan supine atau unconscious:

a) Anda mengambil posisi berlutut atau mengangkangangi paha klien.

b) Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan di atas pusat atau umbilicus.

c) Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah dalam dan atas

d) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.

e) Kaji jalan naps secara seng untuk memasitikan keberhasilan tindakan yang dilakukan.

f) Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamaka mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau megil forcep.

4. Chest trustTahap prosedur chest thrust :

1. Jika posisi klien dudu atau berdiri

a. Anda berdiri di belakan klien.

b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas prosesus xipideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).

c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal. Jika perlu ulangi chest trhrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.

d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.

2. Jika posisi klien supine

a) Anda mengambil posisi berlutut atau mengakangi paha klien.

b) Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).

c) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.

d) Kaji jalan naps secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.

e) Jika mungkian, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringhoskpi dan jika tampak utamakan mengestraksi benda asing tersebtu menggunakan Kelly atau megil forcep.

Indikasi

Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di tangai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala beriktu ini:

Secara mendadak tidak dapat berbicara :

1. Tanda-tanda umum tercekik dan rasa leher tercengkram

2. Bunyiberisik selama inspirasi

3. Penggunaan otot assesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.

4. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk

5. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis

6. Bayi dan anak dengan distress respirasi mendadak disertai dengan dengan batuk, stidor atau wising.

Kontra indikasi dan perhatian :

1) Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat menghilangkan obstruksi.

2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon& Brenner, 1994).

3) Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan dilakukan chest thrusts.

4) Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-organ yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.

PenatalaksanaanUntuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum.Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop.Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.

Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi.Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.

Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas tanpa diagnosis pasti.Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.

BronkoskopiPrinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi.Pada aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi serat optik.Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit.Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi.Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan.Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan.Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin.Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

1) PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.

Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:

Pada penderita sadar:

1. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari.Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

2. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan.

Pada penderita tidak sadar:

Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru.Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada.Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi.Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba.Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.

3. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

2) CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN ABDOMEN

Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya.Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali.Hindari prosesus sofoideus.Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

3) CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN ABDOMEN (B) UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN BERBARING YANG TIDAK SADAR

Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita, diantara kedua tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya.Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita.Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas.Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali

4) PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi.Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar.Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi.Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

5) MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :

a. Dengan manual

b. Dengan penghisapan

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:

1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.

2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.

Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan.Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan.Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.

ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN1. Identitas pasien.

2. Riwayat kesehatan yang lalu: Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan eliminasi.

a. Ventilasi Bunyi napas

Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan.Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi benda asing

Pernapasan

Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapsan/menit pada bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia Fungsi pernafasan baik.

Bila menjawab terputus-putus , tersendat-sendat , menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan terganggu.

Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas -> Pernafasan berhenti

Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATANa. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi

e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.

f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

C. INTERVENSI KEPERAWATANa. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme

Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas.

Intervensi:

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi

Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi

Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat

Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT.

Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap,dll.

Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.

b. Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.

Intervensi:

Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa

Awasi tanda vital dan irama jantung

Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien

Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara

Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik.

c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).

Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan

Intrvensi :

Kaji kepatenan jalan napas

Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru

Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi

Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati

Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal/ gudel dan adanya ronchi

Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detikdan lakukan pemberian oksigen 100% sebelum melakukan suction

Observasi hasil pemeriksaan GDA

Anjurkan untuk minum air hangat

Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)

Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan

Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasi

Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam).

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi

Tujuan: pola nafas adekuat

Intervensi:

Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa

Awasi tanda vital dan irama jantung

Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien

Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara

Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik.

e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.

Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas

Intervensi:

Kaji kepatenan jalan napas

Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru

Lakukan tindakan Manuver Heimlich

Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa

Awasi tanda vital dan irama jantung

f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.

Intervensi untuk orang tua:

Berikan ketenangan pada orang tua

Memberikan rasa nyaman.

Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.

Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.

Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.

Intervensi untuk anak :

Bina hubungan saling percaya.

Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.

Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.

Melibatkan anak dalam bermain.

Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan.

Memberikan rasa nyaman

Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.

LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CORPUS ALIENUMBAB 1TINJAUAN TEORI1.1 Tinjauan Medis1.1.1 Pengertian1.1.1.1 Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).

1.1.1.2 Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ).

1.1.2 Etiologi1.1.2.1 Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.

1.1.2.2 Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

1.1.3 FisiologiEsophagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan di depan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens terdapat pada lur diantara esophagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi dari selubung karotis terletak di lateral esophagus. Pada lapisan otofaring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas krikofaringeus yang berkembang dari krikoid dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut divertikulum zenker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan penelanan.

1.1.4 Patofisiologi- Benda mati

- Benda hidup

- Komponen tubuh

- Faktor kesengajaan

- Faktor kecerobohan

- Faktor kebutuhan

Masuk rongga mulut

Esophagus

Gangguanpertukaran gas

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif" \* MERGEFORMATINET Tersangkut di esophagus obstruksi saluran nafas

Gangguan nyaman nyeri

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Risti infeksi

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image005.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image006.gif" \* MERGEFORMATINET Lesi pada esophagus nyeri tekan

Extraksi corpus alineum

Narasi :

Benda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tersebut tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka akan dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Ekstraksi tersebut dapat menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.

1.1.5 Klasifikasi1.1.5.1 Corpus alienum esophagus

Banyak terjadi pada anak anak. Hal ini disebabkan anak anak mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain lain.

1.1.5.2 Corpus alienum di trakea-bronkus

Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

1.1.6 Manifestasi klinisGejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.

1. Nyeri di daerah leher.

2. Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.

3. Rasa tercekik.

4. Rasa tersumbat di tenggorokan.

5. Batuk, muntah, disfagia.

6. BB turun.

7. Regurgitasi.

8. Gangguan nafas.

9. Ronchi/mengi.

10. Demam.

11. Abses leher.

12. Emfisema subkutan.

13. Gangguan pertumbuhan.

14. Obstruksi saluran nafas.

1.1.7 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI dan tomografis computer.

Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

1.1.8 PenatalaksanaanPasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.

Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan1.2.1 Pengkajian1.2.1.1 Anamnesa

1. Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.

2. Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).

3. Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).

4. Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.

5. Hematemesis.

6. Sensasi benda asing.

7. Sumbatan pada tenggorokan.

8. Rasa panas dalam perut.

9. Penurunan berat badan.

10. Suara serak

11. Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas.

1.2.1.2 Pemeriksaan fisik

1. Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau mungkin hematom.

2. Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak anak).

3. Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.

4. Adanya gangguan pertumbuhan pada anak anak.

5. Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.

6. Suhu tubuh demam dan BB turun.

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.2.1 Diagnosa 1

1. Diagnosa keperawatan : gangguan nyaman nyeri (akut).

2. Batasan karakteristik :

Mayor ( 80 100 % )

Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.

Minor (60 79 % )

Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan.

Perubahan kemauan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Agitasi.

Ansietas.

Peka rangsang.

Menggosok bagian yang nyeri.

Mengorok

Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen ).

Ketidakaktifan fisik atau immobilitas.

Masalah dengan konsentrasi.

Perubahan pola tidur.

Rasa takut mengalami cidera ulang.

Menarik bila disentuh.

Mata terbuka lebar atau sangat tajam.

Gambaran kurus.

Mual dan muntah.

3. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

4. Kriteria hasil :Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.

Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat.

5. Implementasi dan Rasional

1) Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya nyeri.

R :Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk mengurangi nyeri.

2) Kaji intensitas dan lokasi nyeri.

R :Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan.

3) Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam.

R :Teknik rileksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri.

4) Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi tidur yang nyaman.

R :Posisi tidur yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien.

5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

R :Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membuat pasien beristirahat dengan baik.

6) Observasi TTV.

R :TTV merupakan indikator dari perubahan rasa nyeri pasien.

7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.

R :Makan makanan halus dapat mengurangi nyeri telan pasien.

8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

R :Analgesik berfungsi untuk mengurangi nyeri.

1.2.2.2 Diagnosa 2

1. Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan

2. Batasan karakteristik :

Mayor ( harus terdapat )

Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : masukan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.

Minor ( mungkin terdapat )

Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.

Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 % standar pengukuran.

Kelemahan otot dan nyeri tekan.

Peka rangsang mental dan kekacauan mental.

Penurunan albumin serum.

Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.

3. Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.

4. Kriteria hasil :

Individu akan : Meningkatkan masukanoral.

Menjelaskan faktor faktor penyebab bila diketahui.

Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.

5. Implementasi dan Rasional

1) Kaji ulang nyeri telan.

R :Dengan mengkaji ulang diharapkan dapat mengurangi atau mengidentifikasikan nyeri telannya.

2) Sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

R :Dengan menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering diharapkan lambung tetap terisi.

3) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.

R :Dengan menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, menarik serta sesuai dengan selera pasien dapat mengoptimalkan kerja enzim dalam tubuh dan menarik selera makan pasien.

4) Bantu pasiendalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.

R :Pada pasien yang tidak sadar/tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya, bantuan perawat sangan dibutuhkan.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diit.

R :Perlu bantuan dalam perencanaan diit yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

6) Kolaborasi dengan dokter dalampemberian NTP bila perlu.

R :Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bila masukan oral tidak memadai.

1.2.2.3 Diagnosa 3

1. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi terjadi infeksi.

2. Batasan Karakteristik : -

3. Tujuan : Tidak terjadi infeksi

4. Kriteria hasil :

Individu akan :Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.

Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.

Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

5. Implementasi dan Rasional

1) Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.

R :Menurunkan risiko pasien terkenan infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas ).

2) Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda tanda klinis dari proses infeksi.

R :Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda tanda klinisnya jelas.

3) Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan persiapan dan usaha pernafasan.

R :Adanya ronchi/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi pernafasan.

4) Ubah posisi dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

R :Memobilisasi sekret dan meningkatkan kebocoran sekret yang akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan.

5) Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.

R :Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi.

R :Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.

BAB 2TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian1. Biodata :

Nama:Ny. WNo Reg : 0518128

Umur:36 tahun

Jenis kelamin:Perempuan

Agama:Islam

Alamat:Ds. Bantur RT 35/07 Bantur

Pendidikan:SMP

Pekerjaan:Swasta

Diagnosa Medis:Corpus Alienum Esofagus

Tanggal MRS:31- 8 - 2005

Tanggal Pengkajian:5 - 9 - 2005

Golongan Darah:-

2. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan tenggorokannya nyeri saat dibuat menelan dengan skala nyeri 6

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 31 Agustus 2005 jam 16.00 makan bakso secara tidak sengaja gigi palsu sebanyak 4 buah tertelan. Kemudian dibawa ke RSSA dan MRS jam 20.00 WIB. Pasien diberi IV FD RL 500 ml, Ampicillin 1 gr IV, dan puasa. Tanggal 1- 9 - 2005 pasien dipasang NGT dengan diit cair NGT dan dilakukan extraksi corpus alienum. Tanggal 2 - 9 - 2005 post extraksi hari 7 dengan diit terapi tetap sedangkan pada tanggal 3 - 9-2005 infus dilepas, Amoxillin 3 x 500 mg.

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, HT, dan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC atau Hepatitis.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita HT, DM, TBC atau Hepatitis atau penyakit menular lainnya.

Genogram

Keterangan

:Laki - laki

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image012.gif" \* MERGEFORMATINET X

:Perempuan

:Meninggal

:Pasien

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image016.gif" \* MERGEFORMATINET :Hubungan perkawinan

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image018.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image019.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "file:///C:%5CDOCUME%7E1%5C2%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image020.gif" \* MERGEFORMATINET :Hubungan saudara

:Tinggal serumah

6. Riwayat Psikososial dan Spiritual

- Pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh

- Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain dan perawat cukup baik.

- Pasien menganut agama Islam.

- Pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan keperawatan.

7. Pola Aktivitas Sehari-hari

Jenis Sebelum SakitSesudah Sakit

Nutrisi

Aktivitas

Eliminasi

Istirahat

Personal Hygiene

- Pasien makan 3x/hr, dengan nasi, sayur, lauk, dan kadang-kadang dengan buah. Setiap hari pasien minum 5-6 gelas air putih/hr.

- Setiap hari pasien bekerja sebagai pedagang dengan membuka toko dirumahnya.

- BAB : 1x/hr dengan konsistensi lunak.

BAK : 5 x/hr

- Pasien setiap hari tidur 6-8 jam, mulai jam 22.00-05.00 WIB.

- Pasien mandi dan gosok gigi 2 x/hr secara mandiri

- Selama di RS pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan diit cair NGT dan susu.

- Saat di RS pasien dapat melakukan ADL dengan bantuan adik perempuannya.

- BAB : 1x/hr dengan konsistensi lembek.

BAK : 5 x/hr

- Selama dirawat di RS pasien sering tidur sekitar 8 jam/hr

- Pasien mandi biasa dengan bantuan adik perempuannya 2x /hr.

8. Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien

Pasien terlihat agak kusut.

9. Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh:365 0CDenyut Nadi:88 x/mnt

Tensi / TD:120/80 mmHg

Respirasi:24 x/mnt

TB / BB:-

10. Pemeriksaan Fisik (diutamakan ada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ) :

1) Pemeriksaan Kepala dan Leher

Rambut:rambut hitam dan tebal, pada kulit kepala tidak ada lesi.

Mata:konjungtiva tidak anemis, sklera putih, daerah mata agak cowong.

Hidung:bersih, tidak ada polip, terpasang NGT.

Telinga:bersih tidak ada serumen sedikit.

Leher:tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat luka bekas operasi.

2) Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku

Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan agak kering.

Kuku pendek dan bersih, CRT < 2 detik

3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)

Payudara simetris dan tidak ada masa / benjolan

4) Pemeriksaan Thorak / Dada

Inspeksi Thorak:dada simetris, tidak ada lesi, saat inspirasi dan ekspirasi dada kanan dan kiri bergerak bersamaan.

Palpasi:tidak ada benjolan, tactil fremitus sama dikedua lapang paru.

Perkusi:sonor

Auskultasi:terdengar suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing.

Auskultasi paru:tidak ada suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing, suara nafas bronkial pada trakea, suara bronkovesikuler pada percabangan bronkus dan trakea, vesikuler disemua lapang paru.

5) Jantung

Inspeksi:ictus cordis pada ICS V line midclavicula kiri.

Auskultasi:S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur jantung.

6) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi:tidak ada lesi

Palpasi:turgor kulit baik, tidak ada hepato dan splenomegali, tidak nyeri tekan

Perkusi:timpani

Auskultasi:bising usus 5 x/mnt

7) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( bila diperlukan)

Genetalis:tidak terpasang kateter

Anus:tidak ada hemoroid

8) Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT 5 5

5 5

Tidak ada atropi otot pada ekstremitas kanan dan kiri

9) Pemeriksaan Neurologi

Kesadaran komposmentis

GCS 4 - 5 6

10) Pemeriksaan Status Mental

Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : baik

Emosi pasien : stabil

11) Pemeriksaan Penunjang Medis

Darah Lengkap :

- Leukosit 6800 /l

- HB : 11.1 gr/dl

- PCV : 34,8 %

- Trombosit : 288.000/ l

- PPT : 1 menit 22 detik

- APTT : 36 detik

Kimia Darah :

- GD sesaat : 98 mg/dl

- Ureum : 27,8 mg/dl

- Creatinin : 0,52 mg/dl

- SGOT : 21 mv/ml

- SGPT : 15 mv/ml

Foto roentgen cervical AP / lat dengan hasil massa radiopague setinggi V corialis 5 - 6 esofagus endoskopi

12) Pelaksanaan / Therapi

Ampicillin 3 x 1 gr IV

Amoxillin 3 x 500 mg

Bisolvon 3 x 1sdm

IV FD RL 500 ml

13) Harapan Klien / Kleuarga Sehubungan Dengan Penyakitnya

Pasien berharap bahwa sakitnya cepat sembuh sehingga bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dan dapat berkumpul kembali bersama keluarganya.

2.2 ANALISA DATANama Pasien:Ny. W

Umur:36 tahun

No. Register:0518128

DATA GAYUT

DATA OBYEKTIF

DATA SUBYEKTIFMASALAHKEMUNGKINAN PENYEBAB

DS:

DO:Pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6)

- Saat menelan pasien sangat hati-hati.

- Pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah.

- TTV :

Nadi : 88 x/mnt

TD : 120/80 mmHg

Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan)Lesi pada esofagus

DS:

DO:-

- Leukosit 6800/l

- Suhu 365 0C

- Warna kencing kurang jernih

- Tidak ada nafas tambahan pada paru seperti ronchi atau wheezing Risiko tinggi infeksiLesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

2.3 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATANNama Pasien:Ny. W

Umur:36 tahun

No. Register:0518128

NOTANGGAL MUNCULDIAGNOSA KEPERAWATANTANGGAL TERATASITTD

1.

2.5 - 9 - 2005

5 - 9 - 2005

Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan) berhubungan dengan adanya lesi pada esofagus yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6), saat menelan pasien sangat hati-hati, pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah, nadi : 88 x/mnt, TD : 120/80 mmHg

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Lesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNama Pasien:Ny. W

Umur:36 tahun

No. Register:0518128

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONALTTD

1.Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan) berhubungan dengan adanya lesi pada esofagus yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6), saat menelan pasien sangat hati-hati, pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah, nadi : 88 x/mnt, TD : 120/80 mmHgNyeri berkurang / teratasi dengan kriteria hasil :

- Pasien mengatakan saat menelan sakit pada lehernya sudah berkurang / hilang

- Pasien tampak rileks dan tidak kesakitan saat menelan

- TTV dalam batas normal nadi 60-100 x/mnt1. Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya nyeri

2. Kaji intensitas dan lokasi nyeri

1. Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya, sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk menguranginya

2. Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONALTTD

TD : 120/80 s/d 140/90 mmHg

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4. Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi tidur yang nyaman

5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

6. Observasi TTV

7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet

8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik3. Teknik relaksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.

4. Posisi tidur yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien

5. Lingkungan yang tenang dan nyamandapat membuat pasien beristirahat dengan baik

6. TTV merupakan indikator dari perubahan ras nyeri klien

7. Makan-makann halus dapat mengurangi nyeri telan pasien

8. Analgetik berfungsi untuk mengurangi nyeri

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONALTTD

2.

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Lesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :

- Jumlah leukosit dalam batas normal yaitu 3500-10000/ l

- Pasien tidak mengalami demam ( 380 C )

- Warna urine kuning jernih

- Tidak terjadi akumulasi sekret pada paru-paru1. Pertahankan teknik aseptik dengan cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan

2. Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi

3. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan

1. Menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas)

2. Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 haris etelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas

3. Adanya ronchi / mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONALTTD

4. Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam

5. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan, dan bau

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :

a. Amoxillin 3 x 500 mg

b. Bisolvon 3 x 1 sdmakumulasi sekret denga risiko terjadinya infeksi pernafasan

4. Memobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan

5. urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal/ awitan sepsis

6. a.Mengatasi infeksi saluran pernafasan

b.Merangsang pembentukan dahak dan ekspektorasi yang lebih cepat dari cairan abnormal yang terdapat dalam batang tenggorokan

2.5 TINDAKAN KEPERAWATANNama Pasien:Ny. W

Umur:36 tahun

No. Register:0518128

NONo. DXTGL/JAMTINDAKAN KEPERAWATANTTD

1.

2.1

25-9-2005

5-9-20051. Mengkaji intensitas dan lokasi nyeri pada jam 10.30 am

2. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam jam 11 am

3. Menganjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi yang nyaman jam 11 am

4. Memberikan makanan cair lewat NGT jam 11.30 am

5. Mengukur TTV terutama nadi dan TD jam 12 am

1. Memberikan minum lewat NGT dan sebelumnya cuci tangan jam 11.30 am

2. Mengukur suhu dan menghitung frekwensi nafas

3. Mendengarkan apakah ada suara paru tambahan jam 12 am

4. Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5. Menanyakan pada pasien warna urinnya

NONo. DXTGL/JAMTINDAKAN KEPERAWATANTTD

1.

2.1

26-9-2005

6-9-20051. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses terjadinya nyeri jam 8.30 am

2. Mengkaji intensitas dan lokasi nyeri jam 8.30 am

3. Menganjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi yang nyaman jam 9 am

4. Mengukur TTV terutama nadi dan TD jam 12 am

1. Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 8 am

2. Mengantarkan pasien ke OK THT lokal untuk dilakukan endoskopi jam 9 am dan kembali jam 11 am

3. Mendengarkan suara paru pasien jam 12 am

4. Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5. Mengukur suhu tubuh dan menghitung frekwensi nafas pasien jam 12 am

6. Menanyakan pada pasien warna urinnya

2.6 CATATAN PERKEMBANGANNama Pasien:Ny. W

Umur:36 tahun

No. Register:0518128

NONO. DXTGL/JAMEVALUASITTD

1.

2.

1

2

5 - 9 - 2005

12 am

5 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :Pasien mengatakan bahwa lehernya masih sakit saat menelan (skala 6)

- Pasien terlihat hati-hati saat menelan ludah

- Pasien tampak kesakitan saat menelan ludah

- Nadi 84 x/mnt, TD 120/80 mmHg

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

-

- Suhu 360 C, nafas 20 x/mnt

- Tidak ada suara nafas tambahan pada seluruh area

- Warna urine kuning jernih

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

NONO. DXTGL/JAMEVALUASITTD

1.

2.

1

2

6 - 9 - 2005

12 am

6 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :Pasien mengatakan bahwa setelah NGT dilepas, leher sudah tidak nyeri saat untuk menelan

- Pasien tampak rileks dan tidak kesakitan saat menelan

- Nadi 84 x/mnt, TD 120/80 mmHg

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan

-

- Hasil endoskopi lesi pada esofagus sudah sembuh

- Tidak ada suara nafas tambahan pada seluruh area

- Suhu 365 0C, nafas 20 x/mnt

- Warna urine kuning jernih

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKABoies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC : Jakarta.

Capernito, Lynda Juall 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius FKUI : Jakarta

Pracy, R. 1993. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya.