48
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Karakteristik Dan Pola Perilaku Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kecamatan Makassar Agustus – September 2012 Pembimbing : Dr.Herke J.O.Sigarlaki, MKM (Epid) Disusun Oleh : Ketua : Dwi Feris Martua Sidabutar Wakil Ketua : Stella junette Wattimury Sekretaris : Vidya Natika Mahardyani Bendahara : Ayuni Rianti Anggota : Rafiah Sirikit Saenong Maria Endah Purwani Sartian Battung Hastomo Prabowo Elfrida pakpahan Imam Hertian Maryanto KEPANITERAANILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Cover Dan Tinjauan Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cover Dan Tinjauan Pustaka

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Karakteristik Dan Pola Perilaku Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kecamatan Makassar

Agustus – September 2012

Pembimbing :

Dr.Herke J.O.Sigarlaki, MKM (Epid)

Disusun Oleh :

Ketua : Dwi Feris Martua Sidabutar

Wakil Ketua : Stella junette Wattimury

Sekretaris : Vidya Natika Mahardyani

Bendahara : Ayuni Rianti

Anggota : Rafiah Sirikit Saenong

Maria Endah Purwani

Sartian Battung

Hastomo Prabowo

Elfrida pakpahan

Imam Hertian Maryanto

KEPANITERAANILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 6 AGUSTUS – 6 OKTOBER 2012

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

Page 2: Cover Dan Tinjauan Pustaka

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian.

            Laporan proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

untuk tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas

Kristen Indonesia

            Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis memperoleh banyak bimbingan, saran,

dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Herke Sigarlaki,MKM (Epid) atas

segala jerih payah beliau membimbing penulis selama penulisan hingga selesainya proposal

penelitian ini.

                                                                                  Jakarta,    Agustus 2012

                                                                                                 Penulis

i

Page 3: Cover Dan Tinjauan Pustaka

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1. Latar belakang.......................................................................................................................1

1.2 Perumusan masalah................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................4

1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5

1. Definisi Hipertensi.....................................................................................................................

2. Pembagian Hipertensi................................................................................................................

3. Faktor Risiko Hipertensi............................................................................................................

4. Tanda Dan Gejala Hipertensi.....................................................................................................

5. Epidemiologi Hipertensi............................................................................................................

6. Pemeriksaan...............................................................................................................................

7. Rencana penatalaksanaan...........................................................................................................

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL.................................5

3.1. Kerangka Teoritis dan kerangka konsep.............................................................................31

3.1.1 Kerangka Teoritis..........................................................................................................31

3.1.2 Kerangka Konsep..........................................................................................................32

3.2. Definisi Operasional............................................................Error! Bookmark not defined.

ii

Page 4: Cover Dan Tinjauan Pustaka

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN......................................................................................33

4.1. Metoda penelitian................................................................................................................33

4.1.1. Jenis penelitian.............................................................................................................33

4.1.2. Populasi........................................................................................................................33

4.1.3. Sampel..........................................................................................................................33

4.1.4. Cara pengumpulan data................................................................................................33

4.1.5. Alat pengumpulan data.................................................................................................33

4.1.6.1. Rencana pengolahan dan analisis data, dan pelaksanaan..........................................33

ii

Page 5: Cover Dan Tinjauan Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur: tekanan darah sistolik (TDS) > 140

mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. Hipertensi sistolodiastolik

didiagnosis bila TDS _ 140 mmhg dan TDD _ 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST)

adalah bila TDS _ 140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg. 3 Definisi hipertensi menurut WHO

dapat dilihat pada tabel 1.

1

Page 6: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai kategori yang lebih tinggi.

Klasifikasi hipertensi mcnurut JNC VII dan JNC VI dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi dan tekanan darah umur 18 tahun menurut JNC VII versus JNC VI

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal,

yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. (Menurut Menkes dr.

Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika membuka The 4th Scientific Meeting on

Hypertension).1 Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya,

karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat

dan energik walaupun  hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007,  sebagian besar kasus

2

Page 7: Cover Dan Tinjauan Pustaka

hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat

menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.

Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan

faktor risiko. Caranya, pertahankan berat badan dalam kondisi normal. Atur pola  makan,

dengan  mengkonsumsi makan rendah garam dan rendah lemak serta perbanyak konsumsi sayur

dan buah. Lakukan olahraga dengan teratur. Atasi strees dan emosi, hentikan kebiasaan merokok,

hindari minuman beralkohol, dan periksa tekanan darah secara berkala.1

Dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu

penyusunan berbagai kebijakan berupa pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi. 

Pencegahan dan penanggulangan hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi

daerah (local area specific).  Memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertens. Meningkatkan surveilans

epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi. Mengembangkan SDM dan sistem

pembiayaan serta memperkuat jejaring serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan.1

1.2Perumusan masalah

Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa ada beberapa masalah yang dapat timbul

berkaitan dengan tingginya tekanan darah. Seperti penyakit kardiovascular, serbral vascular,

gagal ginjal, persalinan. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti obesitas, merokok, konsumsi

garam berlebih, stress, macam pekerjaan. Oleh karena itu melalui penelitian ini, diharapkan

dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkisar :

1. Bagaimana karakteristik dan pola perilaku pasien yang mengalami hipertensi

2. Apakah hubungan factor risiko dengan hipertensi

3

Page 8: Cover Dan Tinjauan Pustaka

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan umum: Mengetahui Mengetahui Karakteristik Dan Pola Perilaku Pasien Hipertensi

Di Puskesmas Kecamatan Makassar Agustus Hingga September 2012

1.3.2Tujuan khusus:

A. Mengetahui karakteristik penderita hipertensi terhadap factor risiko hipertensi

B. Mengetahui tingkat pengetahuan penderita hipertensi terhadap pengaruh dan faktor risiko lain

C. Mengetahui sikap dan pola perilaku pasien hipertensi

1.4Ruang Lingkup

Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada pada

penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu Karakteristik dan pola perilaku pasien hipertensi

dengan mewawancarai para pasien hipertensi sebagai koresponden di Puskesmas kecamatan

makassar pada Agustus – September 2012

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

i. Mengetahui hubungan karakteristik penderita hipertensi terhadap faktor risiko hipertensi

ii. Mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan hipertensi

iii. Mengetahui pemahaman penderita hipertensi terhadap pengaruh dan faktor risiko lain

iv. Mengetahui pola perilaku pasien hipertensi

v. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam metodologi penelitian

vi. Dapat digunakan oleh mahasiswa secara khususnya dan masyarakat pada umumnya

sebagai acuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan pola perilaku dengan

hipertensi di Puskesmas Makassar sejak Agustus - September 2012.

4

Page 9: Cover Dan Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia

lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana

baik hipertensi sistolik dan kombinasi hipertensi sitolik dan diastolik sering timbul pada lebih

dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang

dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menujukkan kemajuan lagi (pola kurva

mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien

hipertensi.(1)

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar besar berasal dari negara-

negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHNES) menunjukkan bahwa tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah

sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri

merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.(1)

 Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%

yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya

tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90%

merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit

kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai

penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti

kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat

5

Page 10: Cover Dan Tinjauan Pustaka

keluarga. Dari factor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi,

obesitas, displidemia, dan diabetes mellitus

II.2 DEFINISI

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.

Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan

hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.(1)

Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95% dari

kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari

etiologinya.(2)

III.3 KLASIFIKASI

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, Hipertensi derajat 1 dan derajat 2.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prahipertensi 120 - 139 Atau 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensilain dari World

Health Organization (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH0, dari European

6

Page 11: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Society of Hypertention (ESH, bersama European Society of Cardiology), British Hypertension

Society (BSH) serta Canadian Hypertension Education Pragram (CHEP), tetapi umumnya

digunakan JNC 7.

II.4 PATOGENESIS

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi

antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan

tekanan darah tersebut adalah(1):

1. Faktor risiko, seperti: genetik, usia, jenis kelamin, ras, janin, stress, geografi dan

lingkungan, diet dan asupan garam, resistensi insulin/hiper insulinemia.

a. Faktor Genetik

Beberapa penderita hipertensi didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensialdengan

riwayat hipertensi dalam keluarga.Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam

dinegara barat lebih banyak menderita hipertensi,lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan

lebih besar tingkat morbiditas dan mortalitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan

hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peniliti mengatakan terdapat kelainan

pada gen angiotesinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.(2)

b. Usia

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pasien yangberusia

di atas 60 tahun, 50 ± 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau samadengan

140/90 mmHg. Peningkatan tekanan darah ini dikarenakan setelah memasukiusia 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena penumpukan zat kolagen

pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan

menjadi kaku. Tekanan darah sistolik akan meningkat smpai dekadekelima dan keenam

hingga kemudian menetap atau cenderung menurun,karena kelenturan pembuluh darah

besar berkurang pada pertambahan usia hingga dekade ke tujuh.

c. Jenis Kelamin

7

Page 12: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Hipertensi pada usia muda cenderung lebih sering pada laki-laki daripadaperempuan,

namun hipertensi pada usia lanjut tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara laki-

laki dan perempuan. Pada wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkankadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakanfaktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis (2)

d. Ras

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yangberkulit

putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Pada orangkulit hitam

ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadapvasopressin lebih besar.

e. Janin

Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah tampaknya

merupakan predisposisi hipertensi dikemudian hari, barangkali karena lebih sedikitnya

jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium pada bayi dengan

berat lahir rendah.(2)

f. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah

kurang makmur dengan daerah maju,seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan

darahnya rendah dan tidak banyak meningiat sesuai dengan pertambahan usia dibanding

masyarakat Barat.(2)

g. Diet dan asupan garam / natrium

Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi, barangkali

karena ketidakmampuan mengeluarkan natirum secara efisien baik diturunkan atau

didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang

menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai efek

penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti Studi INTERSALT (1988) diperoleh

8

Page 13: Cover Dan Tinjauan Pustaka

korelasi antara asupan natrium rerata dengan TD, dan penurunan TD dapat diperoleh

dengan mengurangi konsumsi garam.(2)

h. Resistensi insulin/hiperinsulinemia

Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah diketahui sejak beberapa

tahun silam, terutama pada pasien gemuk.Insulin merupakan zat penekanan karena

meningkatkan kadar katekolamin dan reabsopsi natrium.(2)

2. Sistem saraf simpatis

Tonus simpatis

Variasi diurnal (1)

Dapat terlihat pada hipertensi umur muda terjadi hiperaktitas simpatis. Katekolamin

akan memacu produksi rennin, menyebabkan konstriksi arteriol dan vena dan

meningkatkan curah jantung.(2)

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi:

Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos

dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.(1)

Penderita hipertensi mengalami penurunan respons vasodilatasi terhadap nitrat oksida,

dan endotel mengandung vasodilator seperti endotelin-I, meskipun kaitannya dengan

hipertensi tidak jelas.(2)

4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiontensin

dan aldosteron.(1)

Renin memicu produksi angiotensin (zat penekan) dan aldosteron (yang memacu

natrium dan terjadinya retensi air sebagai akibat). Beberapa studi telah menunjukkan

sebagian pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin yang meningkat, tetapi

9

Page 14: Cover Dan Tinjauan Pustaka

sebagian besar normal atau rendah, disebabkan efek homeostatic dan mekanisme umpan

balik karena kelebihan beban volume dan peningkatan TD dimana keduanya diharapkan

akan menekan produksi rennin.(2)

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan

darah yang mempengaruhi rumus dasar TD, yaitu: Tekanan Darah = Curah Jantung x

Tahanan Perifer.(1)

II.5 DIAGNOSIS

10

Gambar. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah

Page 15: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Benarlah pernyataan umum yang mengatakan bahwa: Tidak ada tanda dan gejala spesifik

yang dapat dihubungkan dengan penyakit hipertensi, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Namun diagnosis hipertensi dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang

terlazim, pemeriksaan dasar/fsisk, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Gejala

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala,

kelelahan, dan epistaksis. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Tetapi pasien dengan nyeri kepala pagi

dini hari (yang bisa membangunkan pasien) bisa menderita hipertensi penyerta; dan nyeri

kepala vertikal parah yang timbul mendadak akan meningkatkan kemungkinan ruptur

aneurisma berry disertai perdarahan subarakhinoid.(5)

b. Pemeriksaan dasar

Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya sekali, bila perlu

dapat pada lebih sekali kunjungan. Untuk memutuskan seseorang mengalami hipertensi,

hendaknyadilakukan pemeriksaan sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda dalam

beberapa minggu.

Syarat standar pengukuran tekanan darah :

Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di ruangan yang tenang

Cuff standar yaitu dengan balon 12 – 13 cm lebar dan panjang 35 cm, orang gemuk

atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang setinggi jantung

Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V

Pengukuran pertama haarus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan

pembuluh darah perifer

Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula, pasien DM, atau

keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik

11

Page 16: Cover Dan Tinjauan Pustaka

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: (1)

Test darah rutin

Glukosa darah (sebaiknya puasa)

Kolestrol total serum

Kolestrol LDL dan HDL serum

Trigliserid serum (puasa)

Asam urat serum

Kreatinin serum

Kalium serum

Hemoglobin dan hematokrit

Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)

EKG

Pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi

Tes Alasan

Urinalisis untuk darah dan protein,

elektrolit dan kreatinin darah

Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik

sebagai penyebab atau disebabkan oleh

hipertensi, atau (jarang) dapat dianggap

hipertensi adrenal (sekunder)

Glukosa darah Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi

glukosa

12

Page 17: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Kolestrol HDL dan kolestrol total serum Membantu memperkirakan risiko

kardiovaskular dimasa depan

EKG Untuk menetapka adanya hipertrofi ventrikel

kiri

II.6 KERUSAKAN ORGAN TARGET

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi

adalah:

1. Jantung

Hipertrofi ventrikel kiri(1,2,4)

Angina atau riwayat infark miokard(1,2,4)

Riwayat revaskularisasi koroner(4)

Gagal jantung(1,2,4)

Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan kekakuan dinding terhadap

pengisian diastolik dan gelombang ‘a’ (sistole atrium) yang menonjol pada

ekokardiografi. Gagal ventrikel kiri (disfungsi sistolik dan diastolik) dapat terjadi,

seringkali tanpa dilatasi ventrikel. Terapi dengan antihipertensi terutama penghambat

enzim pengkonversi angiotensin (angiotensin converting enzyme/ACE), telah terbukti

mengurangi hipertrofi ventrikel kiri jika tekanan darah diturunkan. Penyakit jantung

koroner sering terjadi pada hipertensi, dan bersama dengan disfungsi ventrikel kiri

mungkin menyebabkan tingginya angka kematian penyakit jantung. Risiko kejadian

jantung (kematian, infark miokard, gagal jantung, aritmia ventrikel) akan berkurang jika

hipertansi diturunkan. Jika tekanan diastolik diturunkan di bawah 80 mmHg, risiko akan

mulai meningkat lagi, disebut sebagai kurva berbentuk J, meskipun pengamatan ini masih

diperdebatkan. Peningkatan gejala penyakit jantung pada tekanan diastolik yang rendah

13

Page 18: Cover Dan Tinjauan Pustaka

mungkin disebabkan karena rendahnya tekanan perfusi koroner, yang dengan

miokardyang menebal disertai resistensi areriol yang meninggi akibat proses hipertensi,

menyebabkan iskemia jantung terutama pada malam hari ketika tekanan darah biasanya

paling rendah.(2)

2. Otak

Strok atau transient ischemic attack (TIA) (1,2,4)

Stroke dan serangan iskemik transien lebih sering ditemukan pada penderita

hipertensi. Selama stroke, tekanan darah dapat meningkat secara akut dan perlu kehati-

hatian untuk menurunkannya terlalu cepat atau mendadak. Resistensi vascular serebral

akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga kemungkinan efek akut

edema serebral, dan reduksi berlebihan tekanan perfusi arteri serebral dapat

meningkatkan iskemia serebral.(2)

3. Penyakit ginjal kronik(1,2,4)

Terjadinya kerusakan dan gagal ginjal secara perlahan sering ditemukan pada

hipertensi menahun, khususnya dengan kontrol yang tidak teratur, dan lebih sering pada

orang kulit hitam. Hilangnya kemampuan pemekatan urin akan menyebabkan terjadinya

nokturia. Mikroalbuminuria berlanjut dengan proteinuria yang lebih hebat dan penurunan

bersihan kreatinin. Akhirnya, dapat terjadi gagal ginjal tahap akhir dan memerlukan

dialysis. Pada hipertensi hebat yang dipercepat, gagal ginjal akut sering terjadi dan

merupakan penyebab utama kematian jika hipertensi tidak diterapi dengan tepat.

Kejadian demikian merupakan suatu kedaruratan medis.(2)

14

Page 19: Cover Dan Tinjauan Pustaka

4. Penyakit arteri koronaria(5)

Hipertensi umumnya dikenal sebagai faktor risiko utama penyakit arteri koronaria,

bersama dengan diabetes mellitus,hiperlipidemia dan meroko sigaret. Karena

aterosklerosis begitu lazim ditemukan dalam hipertensi maka logis untuk menyaring

populasi hipertensi untuk tiga factor ini dan mengharapkan hasil yang sangat tinggi.

Karena itu, “profil” lipid yang mencakup kolestrol lipoprotein tinggi (HDL), dan rendah

(LDL), asam urat serum dan toleransi karbohidrat merupakan faktor penting untuk

mengevaluasi pasien hipertensi. Lebih lanjut, pengetahuan satu kelainan dapat

memberikan kesadaran lebiih mendalam tentang lainnya (mis.hiperlipidemia dan

intoleransi karbohidrat).(5)

5. Retinopati (1,2,4)

Indikasi kerusakan organ target dapat diperoleh dengan memeriksa fundus mata untuk

menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi.

Retinopati pada Hipertensi

Derajat 1 Penyempitan ringan atau sklerosis lumen arteriol retina,

memberikan efek ‘kawat perak (silver wiring)’

Derajat 2 Sklerosis arteriol sedang atau berat, terlihat sebagai (‘nipping’) at

terlovenosa

Derajat 3 Perubahan progresif retina mengakibatkan edema, bintik ‘cotton

wall’, dan perdarahan

Derajat 4 Semua data diatas dengan edema papil

Derajat 3 dan 4 sering terlihat pada hipertensi hebat yang dipercepat, sedangkan

derajat 1 dan 2 berkorelasi kuat dengan kerusakan organ target lain pada hipertensi

kronis.(2)

15

Page 20: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut

dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek

tidak langsung, antara lain karena adanya autoantibody terhadap reseptor ATI

Angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide xynthase, dan

lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas

terhadap garam berperan besar dalam timbulya kerusakan organ target, misalnya

kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β

(TGF-β).

Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan

memperburuk prognosis pasien hipertensi. TIngginya morbiditas dan mortalitas pasien

hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyebab kardiovaskuler.

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi

hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam

sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami

penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darahnya lebih rendah.

Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140mmHg

merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari

pada tekanan darah diastolik

Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75mmHg, meningkat

dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg

Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari

faktor risiko lainnya

Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi.(1)

II.7 EVALUASI HIPERTENSI

Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk:

16

Page 21: Cover Dan Tinjauan Pustaka

1) Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau

menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan

pengobatan.

2) Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.

3) Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovakular.

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan

pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta

pemeriksaan penunjang.

Anamnesis meliputi:

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat

analgesic dan obat/bahan lain

c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)

d. Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya

c. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya

d. Kebiasaan merokok

e. Pola makan

f. Kegemukan, ntensitas olah raga

17

Page 22: Cover Dan Tinjauan Pustaka

g. Kepribadian

4. Gejala kerusakan organ

a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic

attacks, deficit sensoris atau motoris

b. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki

c. Ginjal: haus, poliuri, nocturia, hematuri

d. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

II.8 PENGOBATAN

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal

ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi penyerta

lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai

target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi

nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan

tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.(1)

A. TERAPI NONFARMAKOLOGIS

18

Page 23: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Modifikasi Gaya Hidup

Tekanan darah dapat diturunkan dan dikontrol. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lifestyle (gaya hidup) mempunyai peran dalam

terapi/ pentalaksanaan pasien hipertensi. Pemberian terapi farmakologik bersama dengan perubahan gaya hidup merupakan terapi hipertensi yang terbaik untuk

menurunkan risiko penyekit kardiovaskular dan pencapaian target tekanan darah pada pasien hipertensi. Perubahan gaya hidup dilakukan pada semua pasien hipertensi,

apapun jenis terapi farmakologinya, karena perubahan gaya hidup dapat mengurangi bahkan meniadakan obat-obat antihipertensi. Sejumlah pedoman penatalaksanaan

hipertensi dari berbagai negara merekomendasikan agar pasein hipertensi melakukan perubahan gaya hidup. Meliputi modifikasi diet, penurunan berat badan dan

peningkatan aktivitas fisik.(6)

Pilihan modifikasi gaya hidup yang dapat mencegah dan

mengontrol hipertensi

i. Stop merokok

ii. Gaya hidup aktif

iii. Memelihara berat badan ideal

iv. Makan gizi seimbang

v. Menurunkan asupan garam

vi. Membatasi konsumsi alcohol (bagi yang minum)

1. STOP MEROKOK

Pasien harus diberi edukasi tegas agar tidak merokok atau berhenti merokok.

2. GAYA HIDUP AKTIF

Panduan tatalaksana hipertensi menganjurkan untuk melakukan perubahan gaya

hidup sebagai salah satu upaya pencegahan dan terapi hipertensi serta pengendalian

factor risiko hipertensi. Hidup aktif menjadi salah satu aspek dalam perubahan pola

hidup. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa hidup akitf, yaitu meningkatkan

latihan fisik sedang selama minimal 30 menit setiap hari dapat menurunkan risiko

terjadinya hipertensi (30-50%).

Pada penderita hipertensi sedang sampai berat dianjurkan melakukan latihan fisik aerobik

non impact atau low impact.Jangan melakukan latihan fisik aerobic high impact.

19

Page 24: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Latihan fisik

Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dan

terprogram dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik

aerobik dan latihan kekuatan otot.

Tujuan latihan fisik adalah memelihara dan meningkatkan kebugaran

kerdiorespirasi, memperbaiki kerja jantung dan pembuluh darah sehingga dapat

menurunkan tahanan perifer pembuluh darah. Dengan demikian akan akan terjadi

penurunan tekanan darah.

Perhatian saat melakukan latihan fisik:

a. Cukup istirahat 6-7 jam

b. Menggunakan pakaian olahraga yang agak longgar dan menyerap keringat

c. Menggunakan sepatu olahraga yang sesuai dengan latihan yang dipilih

d. Membawa obat-obatan yang biasa diminum

Kontraindikasi latihan fisik:

a. Tekanan darah tinggi sistol > 160 mmHg, diastole > 100 mmHg

b. Kardiomiopati

c. Kelainan katup jantung

d. DM dengan kadar gula darah ewaktu >250 mg/dl

e. Rasa lelah yang berlebihan

f. Nyeri perut dan nyeri punggung

g. Gangguan pada tungkai seperti inflamasi pada penyakit Gout, Artritis dan Rematoid

arthritis

20

Page 25: Cover Dan Tinjauan Pustaka

h. Berdebar-debar (nadi istirahat >100x/menit)

i. Sesak napas

j. Demam

3. MEMELIHARA BERAT BADAN IDEAL

Sebanyak 30-65% penderita hipertensi termasuk obesitas. Menurunkan berat

badan merupakan salaha satu modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan

darah. Pasien hipertensi dianjurkan untuk menurunkan atau memepertahankan berat

badannya dalam batas normal dengan indeks massa tubuh (IMT) antara 18,5-22,9 kg/m2

dan lingkar pinggang untuk perempuan <80 cm dan laki-laki <90cm.

Indeks massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

4. MAKAN GIZI SEIMBANG

MODIFIKASI DIET

Modifikasi diet telah dibuktikan dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah pola asupan makanan yang sesuai

dengan gizi seimbang, pembatasan asupan natrium, serta cukup asupan kalium, kalsium,

dan magnesium.

Pola asupan makanan

Pola asupan makanan sehari-hari bagi pasien hipertensi dianjurkan sesuai dengan

Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu mengkonsumsi beragam jenis bahan makanan,

meliputi sumber karbohidrat 3-8 porsi per hari, sayuran 2-3 porsi per hari, buah-buahan

3-5 porsi per hari, dan protein nabati dan hewani, masing-masing 2-3 porsi per hari serta

sedikit garam dan gula, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

21

Page 26: Cover Dan Tinjauan Pustaka

5. MENURUNKAN ASUPAN GARAM

Pembatasan asupan natrium

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan asupan tinggi natrium

meningkatkan angka kejadian hipertensi, stroke, dan kematian akibat penyakit

kardiovaskuler. Menurunkan asupan natrium pada penderita hipertensi hingga menjadi 75

mmol/hari (1,8 g/hari), dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg. Anjuran

asupan natrium untuk pencegahan hipertensi dan pada prahipertensi adalah kurang dari

100 mml/hari atau 2,4 g/hari yang setara dengan 6 g garam dapur (natrium klorida) atau

satu sendok the. Bagi pasien dengan hipertensi, asupan natrium dibatasi menjadi 1,5

gr/hari atau kurang lebih 3,5-4 gr garam/hari. Walaupun tidak semua pasien hipertensi

sensitif terhadap natrium, namun pembatasan asupan natrium merupakan penyerta yang

penting bagi terapi farmakologi dan modifikasi gaya hidup lainnya.

22

Page 27: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Dalam makanan sehari-hari, asupan natrium dapat diperoleh dari berbagai

sumber, meliputi garam natrium yang ditambahkan pada produk olahan seperti produk

industri, berbagai bahan makanan sehari-hari, dan natrium yang berasal dari penambahan

garam pada waktu memasak atau penambahan individual pada saat makan. Oleh karena

itu untuk dapat memenuhi pembatasan asupan natrium perlu diketahui bahan makanan

yang mempunyai kandungan tinggi natrium yang merupakan bahan makanan yang harus

dihindari. Umumnya bahan makanan jenis ini adalah bahan makanan yang diasinkan,

diisap, makanan kalengan, dan high-processed.

6. MEMBATASI KONSUMSI ALKOHOL (BAGI YANG MINUM)

Jangan mengkonsumsi alkohol. Mengurangi alkohol akan menurunkan TDS rata-

rata 3.8 mmHg pada penderita hipertensi. Satu metanalisis menunjukkan bahwa kadar

alcohol seberapapun akan meningkatkan tekanan darah.

Ada hubungan linear antar konsumsi alcohol dengan kekerapan hipertensi.

Pembatasan asupan alkohol juga memperngaruhi TD. Dianjurkan batasi asupan

alkohol tidak lebih dari 2 porsi (2 drinks) perhari yang setara dengan 60 ml whiskey, 300

ml red wine. Untuk wanita atau laki-laki dengan berat badan yang lebih ringan, asupan

alcohol harus separuh dosis tersebut.(6)

B. TERAPI FARMAKOLOGIS

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan JNC 7:

Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)

Beta Blocker (BB)

Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)

23

Page 28: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Diuretik 

Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraseluler danplasma

sehingga terjadi penurunan curah jantung. Thiazide menghambat reabsorbsinatrium di

segmen kortikal ascending limb, loop henle dan pada bagian awal tubulusdistal. Jenis lain

golongan thiazide adalah klortalidon yang mempunyai cara kerja yangtidak berbeda tapi

jangka waktu kerjanya lebih panjang.

Pada gangguan fungsi ginjal thiazid tidak dianjurkan karena tidak menunjukkanefek

antihipertensi. Pada keadaan ini dapat digunakan golongan loop diuretik, seperti furosemid

dan asam etakrinik. Golongan ini termasuk diuretic kuat yang bekerja pada segmen tebal

medullary ascending lim, loop henle. Dosis furosemid umunya 40 mg tiaphari tetapi pada

beberapa pasien dibutuhkan dosis sampai 160 mg. Asam etakrinik dapat diberikan dengan

dosis awal 50mg tiap pagi yang dapat dinaikkan sesuai kebutuhan.

Golongan penghambat simpatetik

Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak sepertipada

pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin

danguanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus

simpatik secara sentral. Mekanisme kerja yang lain ialah dengan menggganti norepinefrin di

saraf perifer dengan metabolit metildopa yang kurang poten. Efek hipotensinya lambat, dan

baru mencapai puncaknya pada hari ke 2-4. Dosis yang biasa dipakai adalah 250 mg, 2-3kali

setiap hari dan jika diperlukan dapat dinaikkan sampai dosis maksimal 2000 mg tiaphari.

Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan apda kehamilan tanpa menimbulkan banyak efek

samping.

Koonidin mempunyai cara kerja yang tidak berbeda dengan metildopa

yaitumempengaruhi tonus simpatik secara sentral. Dosis yang diperlukan lebih rendah

yaitu0,1-1,2 mg tiap hari dengan dosis terbagi. Obat ini tidak boleh dihentikan pemberiannya

secara mendadak karena adanya rebound effect yaitu peninggian tekanan darah secaracepat.

Kelebihan klonidin adalah dapat diberikan secara parenteral dengan saat mulaikerja yang

cepat sehingga dapat diberikan pada kegawatan hipertensi.

 

24

Page 29: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Penyekat Beta

Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung danpenekanan

sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat reseptor beta 1 dan yang

menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya

menghambat reseptor eta 1, akan tetapi dosis tinggi obt ini juga menghambat reseptor beta 2

sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yangtelah diketahui mengidap astma

bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagaipredictor respons antihipertensi penyekat

beta karena mekanisme kerjanya melalui sistemrenin-angiotensin.

Berdasarkan kelarutannya dalam air dan dalam lemak, penyekat beta dibedakanmenjadi 2

golongan : (1) Golongan yang larut dalam lemak seperti asebutolol, alprenolol,metoprolol,

pindolol, propanolol dan timolol, yang mempunyai waktu paruh yang relatif pendek yaitu 2-6

jam, (2) golongan yang lebih larut dalam air dan dieliminasi melaluiginjal seperti atenolol,

nadolol, proktolol, dan sotalol yang mempunyai waktu paruh yanglebih panjang yaitu 6-24

jam, sehingga dapat diberikan satu kali sehari.

 

Vasodilator 

Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,

minoksidil,diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada

pembuluhdarah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan

resistensipembuluh darah. Hiralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri

sehinggapenurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas

simpatik,yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot miokard

yang akanmengakibatkan peningkatan curah jantung.

 

Penghambat enzim konversi angiotensin

Obat golongan ini dikembangakn berdasarkan pengetahuan tentang pengaruhsystem

renin-angiotensin pada hipertensi primer. Enzim konversi angiotensin mengubahangiotensin

I menjadi angiotensin II aktif dan mempunyai efek vasokonstriksi pembuluh

darah. Penyelidikan dilakukan untuk mendapatkan obat yang menghambat

konversiangiotensin sehingga pembentukan angiotensin II menurun.

25

Page 30: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan captopril.Kaptopril yang

dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan caramenghambat enzim konversi

angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin II,yang mengakibatkan penurunan

aldosteron dan dilatasi arteriol. Selain itu, obat inimenghambat degradasi bradikinin yang

merupakan vasodilator kuat yang akanmemperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi

ringan dan sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-

50mg tiap hari. Pada saat inisudah beredar obat penghambat enzim konversi angiotensin yang lain seperti

lisinopril,fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril, kuinopril, dan delapril.

 

Antagonis kalsium

Hubungan antara kalsium dengan sistem kardiovaskuler telah lama diketahui.Aktivitas

kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca2+) intraseluler bebas

yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui salurankalsium (calcium

channels). Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkanpeningkatan curah

jantung. Hormon presor seperti angiotensin, juga akan meningkatefeknya oleh pengaruh

kalsium. Berbagai faktor tersebut berpengaruh terhadappeningkatan tekanan darah.

Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium,

menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan reticulum sarkoplasma, dan

mengikatkalsium pada otot polos pembuluh darah. Golongan obat ini seperti nifedipine,

diltiazem,dan verapamil, menurunkan curah jantung dengan menghambat kontraktilitas, yang

akanmenurunkan tekanan darah. Efeknya bergantung pada dosis yang diberikan.

26

Page 31: Cover Dan Tinjauan Pustaka

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan

darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat

antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan

pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau

dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi

dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum

mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau

berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari

dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien

memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi

kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena

jumlah obat yang harus diminum bertambah.(1)

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah:

Diuretika dan ACEI atau ARB

CCB dan BB

CCB dan ACEI atau ARB

27

Page 32: Cover Dan Tinjauan Pustaka

AB dan BB

Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Pilihan Obat pada Indikasi Khusus

Indikasi khusus Diuretik β Blocker ACEI ARB CCB Antialdosteron

Gagal jantung + + + + +

Pasca infark

miokard+ + +

Risiko tinggi

PJK+ + + +

Diabetes melitus + + + + +

Penyakit ginjal

kronik+ +

Cegah stroke

berulang+ +

28

Page 33: Cover Dan Tinjauan Pustaka

29

Page 34: Cover Dan Tinjauan Pustaka

30