Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ProsidingLokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang
Berwawasan Gender sebagai bagian Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin”
Editor:
Eris Achyar, Budi Rahardjo, dan Djoko Setijono
KerjasamaSouth Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) SumSelYayasan Kemasda
Palembang, 23 – 24 Agustus 2006
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
APPROVAL
The South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) is a technical co-operation
project jointly funded, in terms of the financing memorandum IDN/RELEX/1999/0103, by the
European Commission and by the Government of the Republic of Indonesia through the Ministry
of Forestry as executing agency, and Governor of South Sumatra Province as implementing
agency. This report has been completed in accordance with the project Overall Work Plan (OWP)
and the Annual Work Plan (AWP) IV - 2006,
in part fulfillment of
Activity 3.2.3.1.7: “Workshop on project's gender sensitive CD programme to enhance active
participation and collaboration of related agencies/stakeholders for sustainability at 3 priority
districts”, and
Activity 3.2.3.1: “Further Introduce & develop field level examples of land utilization types at
13 villages”
Activity 3.2.3: “Establish field-level examples, that include gender aspects, of participatory
multi-stakeholder land and resource use planning including effective fire management, in selected
villages” and
Activity 3.2: “Promote sustainable natural resource management based on co-management
arrangements”
to achieve Result 3: “Capacities created and initiatives supported to bring land and natural
resources under sustainable management”
to realize the five-year project purpose, which is “Aid and facilitate the establishment of a
coordinated system of fire management at province, district and sub district and village level
throughout South Sumatra province in which all involved stakeholders, including the private
sector, work together to reduce the negative impact of fire on the natural and social
environment”
This report has been prepared with financial assistance from the Commission of the European
Communities. The opinions, views and recommendations expressed are those of the authors and in
no way reflect the official opinion of the Commission. The report has been prepared by:
Eris Achyar, Djoko Setijono and Budi Raharjo
South Sumatra Forest Fire Management Project
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian South Sumatra.
The report is acknowledged and approved for circulation by the Project Co-Directors when duly
signed below.
Palembang, December 2006
Dr Ir Dodi Supriadi Dr Karl-Heinz Steinmann
National Co-Director EU Co-Director
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
KATA PENGANTAR
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP dengan tema “Keberlanjutan
Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin” telah dilaksanakan
pada tanggal 23-24 Agustus 2006 di Asrama Haji, Palembang. Kegiatan ini merupakan
suatu refleksi maupun sebagai wadah berbagi pengalaman berbuat, tukar pendapat yang
terkait dengan keberhasilan, kendala, tantangan dan permasalahan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat serta mengidentifikasi berbagai gagasan dan pilihan-
pilihan untuk keberlanjutan program pemberdayaan masyarkat dalam rangka
pengembangan usaha pada kelompok-kelompok tani sasaran di desa-desa prioritas.
Prosiding ini merupakan publikasi dari hasil Lokakarya yang melibatkan sekitar 60 orang
peserta yang mewakili unsur Dinas/Lembaga Pemerintah dan non pemerintah dari tingkat
propinsi dan kabupaten, Asosiasi perusahaan dibidang pertanian dan perkebunan,
Perguruan Tinggi, LSM, Pokja IV Pemberdayaan masyarakat Multi Stakeholders Forum
Kabupaten Banyuasin, para Camat, Kepala Desa, PPL dan para pelaku yang mewakili
kelompok tani dari 4 Desa sasaran proyek di Kabupaten Banyuasin yakni Desa Muara
Telang dan Desa Talang Lubuk dari Kecamatan Muara Telang, Desa Upang dari Kecamatan
Makarti Jaya dan Desa Perajen Jaya dari Kecamatan Banyuasin II.
Sejumlah 15 makalah telah disajikan dan didiskusikan oleh para peserta lokakarya yang
pada umumnya terlibat langsung pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat didesa-
desa tersebut diatas. Kegiatan lapangan yang dilaksanakan mencakup 4 thema, yakni: 1).
Peningkatan pendapatan masyarakat melalui budidaya padi pada lahan pasang surut di
Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya. 2). Peningkatan pendapatan masyarakat
melalui penanganan pasca panen padi di Desa Upang. 3). Pengolahan kelapa terpadu di
Desa Talang Lubuk, 4). Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani
Lokakarya pemberdayaan masyarakat ini diselenggarakan oleh South Sumatra Forest
Fire Management Project (SSFFMP) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Tekhnologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan dan berbagai multi pihak (stakeholders) panitia
pelaksana (Organizing Commitee) oleh LSM Yayasan KEMASDA. Terima kasih atas
dukungan dan partisipasi berbagai pihak sehingga dapat terselenggaranya Lokakarya
tersebut sampai dengan terbitnya prosiding lokakarya ini.
Palembang, Desember 2006
Tim Penyusun
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
DAFTAR ISI
HalamanAPPROVAL…….………………………………………………………………………………….…………..…..………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….….…………………..ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….………………………………..iii
RINGKASAN EKSEKUTIF…………………..………………………………….………..….….…………..ix
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….1
II. PELAKSANAAN …………………………………………………………………..…………….……..……….3
1. Tempat dan waktu
2. Peserta
3. Metode pelaksanaan
III. RANGKUMAN HASIL LOKAKARYA…………………………………………………..….………5
1. TAHAP I: Pembukaan & Overview Kegiatan SSFFMP ……………...…….….6
2. TAHAP II: Paparan Makalah ............................................8
a. Topik 1: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui budi daya padi pada
lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya ..............8
b. Topik 2: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui penanganan pasca
panen padi di Kab. Banyuasin................................................................................11
c. Topik 3: Pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk. ........................13
d. Topik 4: Penguatan kelembagaan kelompok tani..............................................16
3. TAHAP III: Diskusi Kelompok ..........................................20
a. Isu-isu penting teridentifikasi…………………………………..…………………..…………...….21
b. Diskusi Kelompok I: Keberlanjutan kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat…………………………………………………………….. ………..………………..….…….….…23
c. Diskusi Kelompok II: Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan
perempuan……………………………………………………………………….….……….…………..…….…...26
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian ivPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
d. Diskusi Kelompok III:
Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani………….…….…….……………………..…..28
e. Diskusi Kelompok IV: Identifikasi peluang dukungan pemerintah daerah dan
swasta ......................................................................................................................31
IV. ACARA PENUTUPAN ................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………….………………..34
LAMPIRAN
1. Agenda lokakarya………………………………………………………………….….……...………….35
2. Daftar peserta lokakarya…………………………………………………………..….….……….39
3. Daftar peserta diskusi kelompok……………………………………………..…...………..41
4. Makalah dan handout presentasi…………………………………………...……….…….…43
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian vPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rekomendasi untuk keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat
berwawasan gender.....................................................................................................23
2. Rekomendasi keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan ….….26
3. Rekomendasi keberlanjutan kelembagaan kelompok tani …………………….......……28
4. Rekomendasi dan identifikasi peluang dukungan
pemerintah daerah dan swasta ……………………………………………………………………….……31
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
DAFTAR MAKALAH & HAND OUTS PAPARAN
Halaman
OVERVIEW KEGIATAN SSFFMP & PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT YANG BERWAWASAN GENDER DI KAB BANYUASIN
1. Overview kegiatan SSFFMP
Dr Karl-Heinz Steinmann – SSFFMP EU Co-Director ................................44
2. Overview kegiatan Pemberdayaan masyarakat SSFFMP di Kab
Banyuasin
Djoko Setijono – SSFFMP CD Specialist.......................................................52
3. Overview kegiatan gender & Women Group di Kab Banyuasin
Yandriani – SSFFMP Gender Specialist ………………………………………………………59
TOPIK 1.
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA PADI
PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA MUARA TELANG DAN
DESA PRAJEN JAYA, KABUPATEN BANYUASIN.
1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya padi
dilahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya,
Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. ........................ 67
2. Pengalaman pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya
padi lahan pasang surut di Desa Muara Telang
Herman – Kades Ma Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang........ 77
3. Pengalaman Pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya
padi lahan pasang surut di Desa Prajen Jaya
Abbas – Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya............. 80
.
TOPIK 2:
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI PENANGANAN
PASCA PANEN PADI DI KAB BANYUASIN
1. Pengembangan Alat pengering gabah BB Sekam dan Kantong Hermetic
di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,
*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi……………………………………………..……………………… 83
2. Dampak pengembangan Pengering Gabah BB Sekam
di Kecamatan Makarti Jaya
H Sumanto – KCD Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya........................... 101
3. Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah
berbahan bakar sekam di Desa Upang
M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang..................... 104
TOPIK 3:
PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG LUBUK, KECAMATAN
MUARA TELANG
1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut
kelapa dan arang di Desa Talang Lubuk, Kecamatan Muara Telang.
Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan……………………………….…… …. 108
2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan
kelapa terpadu di Sumatra -Selatan
Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan….……..… 116
3. Peran dan fungsi Dis Koperindag, UKM & PM dalam mendukung
pengolahan kelapa terpadu.
Suyanto, SIP, MM – Dinas Koperindag, UKM & PM, Kabupaten Banyuasin..
4. Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan
kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk
Sofyan Sohibul, Motivator Desa, Desa Talang Lubuk…………………….…. 121
TOPIK 4.
PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
1. Peningkatan Managemen dan Dinamika Kelompok Tani
Nurnajati -Yayasan Kemasda............................................................................125
2. Pendampingan reguler/bulanan Kelompok Tani oleh LSM
pada 4 desa di Kab Banyuasin
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian viiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
Dian M – LSM OWA...........................................................................................130
3. Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek
SSFFMP, Di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang Dan Desa Upang
Kec. Makarti Jaya, Kab. Banyuasin
Chandra –LSM LPH-PEM....................................................................................134
4. Pengalaman, permasalahan dan harapan Motivator Desa Upang
Thamrin Arisondi - Motivator Desa Upang..................................................137
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian ixPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
EXECUTIVE SUMMARY
Bowen et al (2000) identified major causes of 1997/1998 big land and forest
fires in South Sumatra, among them: commercial logging activities, leaving behind fire
prone logging wastes; forest conversion for plantations; forest dwellers/small farmers,
fire outbreaks because of carelessness, and fire as a weapon in land conflicts.
Land and forest fires from dwellers and traditional small farmers are strongly
related to their low social economic conditions and culture. Low living standards, few
income opportunities, low access to natural resources and insufficient information and
knowledge about appropriate cultivation techniques contribute to the occurrence of
fires. Small farmer communities try to generate their income for living with the
simplest, easiest and still effective way, and that is by using fire as their only tool for
opening and cultivating land.
Based on the above reason (up to mid 2006) SSFFMP in collaboration with related
stakeholders develops field examples on income generating activities. A participatory
and gender sensitive community development programme is implemented at 4 (four)
villages in Banyuasin District. Main activities were to conduct training on appropriate
cultivation techniques, to facilitate regular meetings to strengthen farmer groups’
institutions for self reliance, to assist in the proposal preparations, and to enhance
networking with government agencies, the private sectors as well as with NGOs.
Samples of community development activities developed in Banyuasin District
since 2004 are among others: optimizing tidal paddy cultivation techniques; introduction
of agri-machinery service provider businesses at Desa Muara Telang and Desa Prajen
Jaya; integrated coconut processing techniques at Desa Talang Lubuk; and introduction
of husk-fueled paddy driers at Desa Upang. All these activities are aimed to provide
field examples on how farmers could generate additional income for their living without
burning. Farmers are also educated to use fire wisely and to prevent the destruction of
natural resources surrounding their villages by uncontrolled land and forest fires.
This Banyuasin District community development workshop conducted is already
part of the SSFFMP project exit strategy 2006-2007. The intention is the handing over
of the programme to stakeholders, and at the same time as a mean of participative
monitoring and evaluation with all related stakeholders involved. Priority sessions
consisted in reviewing all achievements, constraints and challenges. The sharing of ideas
contributed further to gather the most appropriate recommendations. These
recommendations have to be followed up in 2007 and will ensure a high degree of
sustainability.
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
The workshop agenda consisted of three phases: namely phase I opening remarks
and overview of activities; phase II presentation and portrait of field implementation of
the CD activities from BPTP specialists, Government officers, Extension workers, NGOs
and farmer groups’ representatives; and phase III focus group discussions. An
additional agenda point was an impact monitoring session by the SSFFMP impact
monitoring team, before the workshop was officially closed. Results of the impact
monitoring assessment are being reported in a separate document.
There were 4 established focus groups discussing relevant topics, namely:
1. Focus group I: Sustainability of gender sensitive community development
activities
2. Focus group II: Sustainability of gender integration and specific women
activities
3. Focus group III: Sustainability of farmer group institutional strengthening
4. Focus group IV: Identification of potential regional government agencies and
private companies which could support the development.
Major recommendations from this SSFFMP Community Development workshop of
Banyuasin District 2006 were:
1. There is a need for improvement and finalization of the revolving agreement
among farmer group members on how to share benefits
2. A number of stakeholders need further to support and to increase marketing
of the products from income generating activities
3. Further advice and help is required to enhance capacity building of the
farmer groups for self reliance, and assistance should be provided to
strengthen the capability to make proposals to government and private
agencies. Improvement is also required to access bank loans, to better tap
natural resources and to obtain appropriate technology, etc.
4. Participants recommended before the SSFFMP closing date to establish a
MoU between SSFFMP and related government agencies. Major aim to
officially handing over of CD activities for sustainability, future budget
allocation and regular facilitation by remaining stakeholders
Details of recommendations to be followed up by SSFFMP and stakeholders are
presented in later chapters of these proceedings.
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
RINGKASAN EKSEKUTIF
Bowen et al (2000) mengidentifikasi penyebab kebakaran hutan dan lahan besar
pada tahun 1997/1998 di Sumatera Selatan disebabkan oleh kegiatan logging dari
pengusahaan hutan secara komersial yang menyisakan bahan bakar rawan api berupa sisa-
sisa pembalakan, konversi hutan menjadi perkebunan, masyarakat peladang/petani kecil,
kebakaran hutan dan lahan akibat kelalaian dan api sebagai alat dalam konflik lahan
pertanian.
Kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari peladang dan masyarakat tradisional,
sangat terkait erat dengan kondisi sosial ekonomi dan perilaku masyarakat, antara lain
karena tingkat pengetahuan, tingkat hidup, tingkat ekonomi dan pendapatan yang rendah,
kurangnya akses kepada sumber daya alam yang tersedia, kurangnya informasi dan/atau
pelatihan tentang teknik budidaya yang baik, kesemuanya itu mendorong masyarakat
petani kecil tradisional dengan cara yang paling mudah, paling murah namun paling efektif
dengan cara membakar sebagai satu-satunya alat untuk penghidupannya.
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, sampai dengan pertengahan 2006
SSFFMP bekerjasama dengan stakeholders yang terkait, melalui program pemberdayaan
masyarakat yang berwawasan gender, membangun contoh lapangan kegiatan peningkatan
pendapatan masyarakat pada 4 (empat) desa di Kabupaten Banyuasin. Kegiatan tersebut
meliputi pembuatan demplot dengan melakukan training bagaimana teknik melakukan
budidaya pertanian yang baik, pendampingan penguatan kelompok tani secara regular
bulanan agar kelompok mandiri, mengajarkan cara membuat proposal, mendorong
terbentuknya komunikasi dan jaringan dengan lembaga pemerintah, swasta maupun LSM.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Banyuasin yang dikembangkan
semenjak tahun 2004 antara lain, optimalisasi budidaya padi dilahan pasang surut dan
pengenalan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di Desa Muara Telang dan Desa Prajen
Jaya, teknik pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk dan memperkenalkan alat
pengering gabah berbahan baker sekam di Desa Upang. Semua kegiatan tersebut diatas
ditujukan sebagai contoh lapangan bagaimana petani dapat meningkatkan pendapatannya
tanpa membakar, Petani juga diajarkan bagaimana mempergunakan api secara bijaksana
dan menjaga sumberdaya alam didesanya dari kerusakan akibat kebakaran hutan dan
lahan yang tidak terkendali.
Lokakarya pemberdayaan masyarakat di Kab Banyuasin ini diselenggarakan sebagai
bagian dari exit strategi proyek 2006-2007. Maksud dari exit strategi ini adalah pada
saatnya nanti menyerahkan pembinaan selanjutnya kepada stakeholders terkait, juga
sebagai sarana monitoring dan evaluasi secara partisipatif terhadap apa yang telah dan
sedang dilaksanakan, serta menjaring rekomendasi guna langkah-langkah perbaikan
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian xiiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
kedepan guna keberlanjutan program setelah berakhirnya proyek SSFFMP pada akhir
tahun 2007 yad.
Pelaksanaan lokakarya terdiri atas tiga tahap, yaitu Tahap I adalah sambutan
pembukaan dan overview garis besar kegiatan disajikan oleh EU Co-Director, CD
Specialist dan Gender Specialist; Tahap II berupa pemaparan hasil pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di lapangan oleh staf BPTP selaku para penanggung jawab
lapangan, PPL, Motivator, LSM pendamping dan wakil kelompok tani. Pada setiap sesi
paparan dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi oleh seluruh peserta dalam rangka
memberikan masukan, kritik dan saran guna perbaikan pelaksanaan pada tahun 2007;
Tahap III adalah diskusi kelompok. Agenda tambahan berupa sesi monitoring dan
evaluasi dampak yang dipandu dan difasilitasi oleh Tim monitoring dampak SSFFMP,
sebelum lokakarya ditutup secara resmi. Laporan hasil monitoring dan evaluasi dampak
akan disajikan dalam laporan terpisah.
Empat kelompok kerja yang dibentuk, masing-masing membahas topik sbb:
1. Keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat berwawasan gender
2. Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan
3. Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani
4. Identifikasi peluang dukungan pemerintah daerah dan swasta
Pokok-pokok rekomendasi dari lokakarya pemberdayaan masyarakat SSFFMP di
Kabupaten Banyuasin 2006 ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan perbaikan dan finalisasi perjanjian diantara kelompok tani tentang
tatacara perguliran dari hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan.
2. Bantuan lebih lanjut dari stakeholders guna peningkatan pemasaran hasil dari
kegiatan peningkatan pendapatan kelompok tani
3. Dukungan dan bantuan lebih lanjut diperlukan guna peningkatan kemampuan kelompok
tani guna kemandiriannya, kemampuan membuat proposal kegiatan kepada baik
instansi pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta. Peningkatan kemampuan juga
diperlukan agar kelompok tani mampu mengakses kredit perbankan, bagaimana
memanfaatkan sumber daya alam yang lebih baik dan mendapatkan teknologi budidaya
sebagaimana mestinya.
4. Sebelum berakhirnya masa proyek, diperlukan memorandum kesepahaman (MoU)
antara SSFFMP dengan lembaga/instansi pemerintah terkait. Maksud dari MoU ini
adalah penyerahan secara resmi kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP ini guna
keberlanjutannya, alokasi pembiayaan serta pembinaan dan fasilitasi berkala
selanjutnya oleh stakeholder yang berkompeten.
Rekomendasi detail guna ditindak lanjuti terhadap masing-masing topik bahasan
tersebut diatas disajikan dalam rangkuman hasil lokakarya pada prosiding ini.
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
EXECUTIVE SUMMARY
Bowen et al (2000) identified major causes of 1997/1998 big land and forest
fires in South Sumatra, among them: commercial logging activities, leaving behind fire
prone logging wastes; forest conversion for plantations; forest dwellers/small farmers,
fire outbreaks because of carelessness, and fire as a weapon in land conflicts.
Land and forest fires from dwellers and traditional small farmers are strongly
related to their low social economic conditions and culture. Low living standards, few
income opportunities, low access to natural resources and insufficient information and
knowledge about appropriate cultivation techniques contribute to the occurrence of
fires. Small farmer communities try to generate their income for living with the
simplest, easiest and still effective way, and that is by using fire as their only tool for
opening and cultivating land.
Based on the above reason (up to mid 2006) SSFFMP in collaboration with related
stakeholders develops field examples on income generating activities. A participatory
and gender sensitive community development programme is implemented at 4 (four)
villages in Banyuasin District. Main activities were to conduct training on appropriate
cultivation techniques, to facilitate regular meetings to strengthen farmer groups’
institutions for self reliance, to assist in the proposal preparations, and to enhance
networking with government agencies, the private sectors as well as with NGOs.
Samples of community development activities developed in Banyuasin District
since 2004 are among others: optimizing tidal paddy cultivation techniques; introduction
of agri-machinery service provider businesses at Desa Muara Telang and Desa Prajen
Jaya; integrated coconut processing techniques at Desa Talang Lubuk; and introduction
of husk-fueled paddy driers at Desa Upang. All these activities are aimed to provide
field examples on how farmers could generate additional income for their living without
burning. Farmers are also educated to use fire wisely and to prevent the destruction of
natural resources surrounding their villages by uncontrolled land and forest fires.
This Banyuasin District community development workshop conducted is already
part of the SSFFMP project exit strategy 2006-2007. The intention is the handing over
of the programme to stakeholders, and at the same time as a mean of participative
monitoring and evaluation with all related stakeholders involved. Priority sessions
consisted in reviewing all achievements, constraints and challenges. The sharing of ideas
contributed further to gather the most appropriate recommendations. These
recommendations have to be followed up in 2007 and will ensure a high degree of
sustainability.
Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP, Kab Banyuasin
“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat sebagai Bagian iiPencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Banyuasin”
Asrama Haji Palembang, 23 –24 Agustus 2006
The workshop agenda consisted of three phases: namely phase I opening remarks
and overview of activities; phase II presentation and portrait of field implementation of
the CD activities from BPTP specialists, Government officers, Extension workers, NGOs
and farmer groups’ representatives; and phase III focus group discussions. An
additional agenda point was an impact monitoring session by the SSFFMP impact
monitoring team, before the workshop was officially closed. Results of the impact
monitoring assessment are being reported in a separate document.
There were 4 established focus groups discussing relevant topics, namely:
1. Focus group I: Sustainability of gender sensitive community development
activities
2. Focus group II: Sustainability of gender integration and specific women
activities
3. Focus group III: Sustainability of farmer group institutional strengthening
4. Focus group IV: Identification of potential regional government agencies and
private companies which could support the development.
Major recommendations from this SSFFMP Community Development workshop of
Banyuasin District 2006 were:
1. There is a need for improvement and finalization of the revolving agreement
among farmer group members on how to share benefits
2. A number of stakeholders need further to support and to increase marketing
of the products from income generating activities
3. Further advice and help is required to enhance capacity building of the
farmer groups for self reliance, and assistance should be provided to
strengthen the capability to make proposals to government and private
agencies. Improvement is also required to access bank loans, to better tap
natural resources and to obtain appropriate technology, etc.
4. Participants recommended before the SSFFMP closing date to establish a
MoU between SSFFMP and related government agencies. Major aim to
officially handing over of CD activities for sustainability, future budget
allocation and regular facilitation by remaining stakeholders
Details of recommendations to be followed up by SSFFMP and stakeholders are presented inlater chapters of these proceedings.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
1
I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu isu lingkungan penting yang mendapat banyak perhatian dari
berbagai pihak, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menimbulkan dampak negatif
baik secara lokal, regional, maupun global. Kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran
hutan dan lahan sangat besar dengan hilangnya nilai lingkungan penting seperti kayu dan
non kayu, sumber plasma nutfah, penyerapan atau penampungan zat karbon, sumber air
dan pengatur tata air, pengendalian erosi dan konservasi tanah, siklus hara dan perlakuan
secara alami, serta aspek ekowisata termasuk nilai estetikanya (Tim Konsultan SSFFMP,
2004).
Didalam berbagai seminar dan penulisan, banyak para pakar berpendapat bahwa
akar penyebab permasalahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sebagian
disebabkan oleh/sangat terkait erat dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan
yang marginal a.l rendahnya taraf hidup masyarakat petani, rendahnya tingkat pendidikan
dan akses permodalan dan teknologi guna mempertahankan penghidupan keluarga
maupun dalam upaya peningkatan pendapatannya.
Disebagian besar wilayah Sumatera Selatan pada saat musim kemarau, masyarakat
mencari tambahan pendapatan guna penghidupannya melalui praktek “nglebung” (mencari
ikan dengan membakar rawa/lebak yang mengering), atau menanam padi secara “sonor”
dengan membakar rawa/lebak yang surut akibat kemarau panjang, atau membakar ilalang
guna mendapat rumput muda untuk perburuan, yang kesemuanya berpotensi menyebabkan
kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali.
Salah satu upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah dengan
menciptakan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan atau menjadi sumber
pendapatan baru bagi masyarakat pedesaan sehingga dapat menjadi alternative bagi
masyarakat untuk tidak perlu lagi mencari tambahan pendapatan dengan cara membakar.
Meyakini bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah salah satu cara
guna pencegahan kebakaran hutan dan lahan, SSFFMP melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat dengan membuat contoh lapangan pada 4 (empat) desa terpilih
di Kabupaten Banyuasin, yakni pada desa-desa Muara Telang, Upang, Talang Lubuk dan
Prajen Jaya.
Dalam aplikasinya di lapangan kegiatan tersebut dilaksanakan bekerjasama
dengan Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) dan stakeholders terkait termasuk
LSM dan perguruan tinggi melalui pengembangan beberapa model kegiatan, yaitu
optimalisasi dan perbaikan teknologi budidaya tanaman padi di lahan pasang surut (Ds
Muara Telang), pengembangan unit jasa alsintan pembangunan alat pengering gabah
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
2
berbahan bakar sekam dan penggilingan padi (Ds Upang), pengolahan kelapa terpadu (Ds
Talang Lubuk).
Karena disadari kegiatan pemberdayaan masyarakat akan dapat berkelanjutan
hanya apabila melibatkan berbagai stakeholders agar masing-masing pihak akan dapat
memberikan kritik maupun masukan, maupun menentukan peran apa yang dapat mereka
lakukan, sehingga akan sangat berguna bagi kelancaran dan kesuksesan pemberdayaan
masyarakat di sekitar hutan pada masa mendatang. Untuk itulah kegiatan lokakarya
pemberdayaan masyarakat oleh SSFFMP dilakukan.
2. TUJUAN LOKAKARYA
Lokakarya pemberdayaan masyarakat dengan tema “ Keberlanjutan Peningkatan
Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan di Kabupaten Banyuasin”, bertujuan untuk:
1. Sosialisasi lanjutan proyek SSFFMP
2. Mengadakan pemantauan dan evaluasi secara parsitipatif terhadap hasil kegiatan
dan pemantapan pembinaan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
berwawasan gender yang telah dilaksanakan sampai dengan pertengahan 2006, dan
3. Mengidentifikasi peluang dan dukungan guna peningkatan pembinaan oleh
lembaga/instansi dan stakeholders terkait guna keberlanjutan program
pemberdayaan masyarakat setelah berakhirnya proyek SSFFMP.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
3
II. PELAKSANAAN
1. TEMPAT DAN WAKTU
Lokakarya pemberdayaan masyarakat Kabupaten Banyuasin ini telah dilaksanakan
di Asrama Haji Palembang selama 2 (dua) hari, yaitu pada tanggal 23 – 24 Agustus 2006.
2. PESERTA
Lokakarya pemberdayaan masyarakat ini diikuti oleh sekitar 60 peserta yang
terdiri atas komponen-komponen pemerintah, perusahaan, LSM dan masyarakat petani
berikut:
1. Lembaga Pemerintahan, dalam hal ini diwakili oleh unsur dari tingkat propinsi maupun
dari tingkat kabupaten a.l Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Bappeda, Badan PMD,
Dinas Pertanian dan Peternakan, BKP, BPP, Dinas Koperindag, UKM & PM, BPTP, para
KUPTD, Penyuluh Pertanian dll. yang secara keluruhan secara aktif berpartisipasi
sebagai peserta.
2. SSFFMP: Community Development Specialist, Gender Specialist, para Counterparts
3. Asosiasi masyarakat agribisnis Sumatera Selatan
4. Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat dari Multi Stakeholders Forum (MSF)
Kabupaten Banyuasin
5. Konsorsium Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), LSM pendamping, Motivator desa,
anggota Kelompok Kerja IV bidang community development.
6. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya,
7. Camat dari desa-desa prioritas binaan, Kepala Desa beserta para ketua dan anggota
kelompok tani.
8. Kalangan pengusaha yang terkait dengan komoditi yang dikembangkan
9. Pers
Daftar nama dan instansi/lembaga peserta terlampir
3. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan lokakarya ini terdiri atas tiga tahap, yaitu Tahap I pembukaan dan
overview kegiatan, Tahap II adalah pemaparan hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat di lapangan. Pada setiap Topik paparan dilanjutkan dengan tanya jawab dan
diskusi oleh seluruh peserta dalam rangka memberikan masukan, kritik dan saran
konstruktif, sekaligus pemantauan evaluasi terhadap proyek yang telah dilaksanakan
sampai dengan pertengahan tahun 2006 dan yang akan dilakukan tahun 2007 mendatang.
Pembukaan dan pengarahan dilakukan oleh Ketua MSF Kab Banyuasin dan SSFFMP EU Co-
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
4
Director. Selanjutnya dari rencana 16 penyajian makalah , seluruh makalah/presentasi
dapat dipaparkan, yaitu 3 (tiga) paparan overview, 3 (tiga) paparan tentang peningkatan
pendapatan masyarakat melalui budidaya padi pada lahan pasang surut di Desa Muara
Telang dan Desa Prajen Jaya, 3 (tiga) paparan tentang Peningkatan pendapatan
masyarakat melalui penanganan pasca panen padi di Kab Banyuasin, 4 (empat) paparan
tentang Pengolahan kelapa terpadu di Desa Talang Lubuk, dan 3 (tiga) paparan tentang
Penguatan kelembagaan kelompok tani.
Jadwal acara dan materi yang disampaikan dalam lokakarya program pemberdayaan
masyarakat tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Dalam tahap III yang dilaksanakan pada hari kedua dilakukan diskusi kelompok kerja
(Pokja). Para peserta dibagi ke dalam 4 (empat) Pokja, yaitu
1. Kelompok Kerja I : Keberlanjutan kegiatan pengembangan masyarakat
2. Kelompok Kerja II : Keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan
3. Kelompok Kerja III : Keberlanjutan kelembagaan kelompok tani
4. Kelompok Kerja IV : Identifikasi peluang dan dukungan pemerintah daerah dan
swasta
Tujuan umum dilaksanakannya diskusi adalah untuk :
1. memperoleh masukan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
berwawasan gender yang telah dilaksanakan SSFFMP bersama stakeholders
lainnya dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakt sebagai bagian dari
upaya pencegahan kebakaran hutan.
2. memformulasikan rekomendasi tindak lanjut dan alternatif format pemberdayaan
masyarakat dengan lebih mengaktifkan peran seluruh stakeholders terkait.
Matriks Bahasan dan nama-nama anggota setiap kelompok kerja dapat dilihat pada
lampiran.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
5
III. RANGKUMAN HASIL LOKAKARYA
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
6
TAHAP I: SAMBUTAN PEMBUKAAN DAN OVERVIEW
Acara Lokakarya ini diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Sekretaris Multi
Stakeholder Forum, Kabupaten Banyuasin (MSF). Mursid yang mewakili MSF Banyuasin
menyampaikan, lokakarya diharapkan akan memberikan hasil dan rekomendasi yang
optimal tentang keberlanjutan kegiatan proyek, karena kegiatan proyek yang telah
berjalan saat ini masih sangat membutuhkan pendampingan/pengawalan semua pihak
untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Karl Heinz Steinmann, sebagai EU Co-Director SSFFMP mengungkapkan pada acara
pembukaan, bahwa kegiatan proyek SSFFMP tidak hanya untuk mengatasi masalah
pengendalian kebakaran hutan dan lahan, akan tetapi juga kepada peningkatan kapasitas
dan kompetensi dari kelompok-kelompok dampingan proyek di desa-desa prioritas.
Pemberdayaan masyarakat dimulai dengan kegiatan-kegiatan terpilih yang dapat
meningkatkan pendapatan pada masyarakat desa untuk setiap kabupaten prioritas
sebagai bagian pencegahan dan mengurangi kegiatan membakar. Hal ini, mungkin akan
sulit dilakukan. Akan tetapi dengan kemauan dan keseriusan untuk mengimplementasikan
kegiatan tersebut, diharapkan akan dapat memberikan hasil yang optimal dan lebih bisa
berkelanjutan (sustainability). Pada beberapa Kabupaten telah diberikan komputer dan
laptop untuk memantau kegiatan hotspots. Berbagai kegiatan, juga telah dilakukan
seperti contoh kegiatan tata guna lahan, penataan batas desa, dan semua kegiatan yang
dilakukan didesa adalah merupakan bagian untuk pemberdayaan masyarakat. Dialog akan
lebih baik dilakukan untuk mencari masalah dan alternatif jalan pemecahannya. Hasil dari
lokakarya ini adalah harus ada komitmen semua stakeholders secara bersama untuk
keberlanjutan program pada pasca berakhirnya proyek SSFFMP ini di Sumatera Selatan.
Djoko Setiono, sebagai Community Development Specialist dari SSFFMP memaparkan
overview kegiatan pemberdayaan masyarakat, bahwa faktor kemiskinan merupakan salah
satu akar permasalahan dan penyebab kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.
Perilaku masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber pendapatan
dengan cara membakar untuk penyiapan lahan, sonor, mencari ikan pada musim kemarau
sering memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan tidak terkendali. Sebagai salah satu
alternatif solusi dari sistim pencegahan kebakaran hutan dan lahan, SSFFMP
mengembangkan strategi dan pendekatan pencegahan kebakaran berbasis masyarakat
sebagai contoh kegiatan lapangan di desa-desa prioritas proyek. Prinsip-prinsip kegiatan
yang dapat didukung oleh SSFFMP: 1). Kegiatan terpilih berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat untuk peningkatan pendapatan yang yang berwawasan gender, 2).
Direncanakan secara partisipatif sesuai dengan kesepakatan masyarakat desa sasaran. 3)
Dilakukan secara bersama dengan stakeholders yang relevan dalam rangka peningkatan
kapasitas kelompok sasaran, 4). Adanya kontribusi dan partisipasi aktif stakeholders
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
7
yang terlibat, 5). Berpotensi mempunyai dampak mengurangi ketergantungan terhadap
praktek pembakaran hutan dan lahan, 6). Berdasar rancangbangun/rekayasa dan
penerapan tehnologi budidaya serta penguatan kelembagaan yang dapat dipertanggung
jawabkan, 7).Dikelola oleh kelompok tani dengan pendampingan oleh LSM dan stakeholder
yang terkait guna penguatan/kemandirian kelembagaan kelompok tani/kelembagaan
ekonomi masyarakat dan menjamin perguliran usaha, 8). Dapat menjadi contoh untuk
dikembangkan ditempat lain secara swadaya masyarakat. Semenjak tahun 2004,
beberapa contoh kegiatan lapangan dengan memperkenalkan teknologi yang sesuai
dengan potensi dan kesepakatan kelompok di desa-desa priotas adalah: Peningkatan usaha
tanaman padi di desa Muara Telang dan Pengrajen Jaya, Pengembangan Rice Milling Unit
berbasis bahan bakar sekam di desa Upang dan Peningkatan usaha pemanfaatan produk
kelapa (Virgin Coconut Oil dan Sabut Kelapa) di desa Talang Lubuk.
Yandriani (SSFFMP, gender specialist) pada overview Kegiatan Gender dan Woman
Activities, menjelaskan pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam
pencegahan kebakaran hutan dan lahan maupun kegiatan pengelolaan sumber daya alam
secara lestari. Peran pengintegrasikan peran gender pada kegiatan pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi perempuan secara aktif merupakan salah satu dari kebijakan dari
kegiatan SSFFMP dengan pengembangan pendekatan berbasis konsep WID (Women In
Development), GAD (Gender Analyze Development) dan Gender Mainstreaming
(Pengarus-utamaan Gender). Kegiatan Women In Development (WID) didesa prioritas
yaitu pengembangan produksi kelapa (Virgin Coconut Oil) di desa Talang lubuk dan
pengembangan kerupuk kemplang dan hortikultura.ada di desa Upang. Berbagai tantangan
kegiatan genders adalah : 1). Komitment dari pengambil keputusan (MSF), stakeholders di
dalam penerapan gender mainstreaming pada kegiatan Community based Fire
Management & Sustainable Natural Resource Management, 3).Kemandirian kelompok
perempuan binaan, 3). Kerjasama yang solid antara motivator desa dengan perangkat dan
pengambil keputusan di desa untuk peningkatan integrasi peran gender di setiap kegiatan
pembangunan di desa, khususnya dalam Pengelolaan Kebakaran dan Pengelolaan sumber
Daya lestari.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
8
TAHAP II: PAPARAN MAKALAH DAN DISKUSI
TOPIK 1 : PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
MELALUI BUDI DAYA PADI PADA LAHAN PASANG SURUT DI
DESA MUARA TELANG DAN DESA PRAJEN JAYA.
Yanter Hutapea, peneliti dari BPTP Sumatera Selatan menyampaikan introduksi dan
mengembangkan “paket technology” budidaya padi secara intensif dilahan pasang surut
merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi dan mencegah kebakaran hutan dan
lahan. Untuk menjamin paket teknologi dapat diintroduksi oleh masyarakat, petani
kooperater dibantu dengan saprodi (Benih, pupuk, dan pestisida) dan alat-alat mesin
pertanian (Traktor tangan, dan perontok padi) di desa Muara Telang dan Desa Prajen
Jaya.
Dari hasil pengamatan terjadi peningkatan produksi dan pendapatan dari petani sample
dengan penggunaan paket teknologi anjuran di desa percontohan. Di Desa Muara Telang,
dengan perbaikan budidaya padi terjadi peningkatan produksi gabah kering panen dari
2.500 kg/ha menjadi 3.800 kg/ha. Biaya sarana produksinya meningkat dari Rp
2.132.450/ha menjadi Rp 3.024.250/ha. Terjadi penurunan produksi yakni dari 3.800
kg/ha (tahun 2005) menjadi 3.503 ha (tahun 2006) akibat penggunaan input yang tidak
sesuai anjuran. Meskipun produksi menurun, namun terjadi peningkatan pendapatan dari
Rp 774.950/ha menjadi Rp 1.791.825/ha yang lebih diakibatkan oleh peningkatan harga
jual beras sebesar 29,16% dari Rp 2.400/kg tahun 2005 menjadi Rp 3.100/kg, pada
tahun 2006. Di Desa Prajen Jaya, dengan perbaikan teknik budidaya terjadi
peningkatan produksi gabah secara signifikan dari 1.816,6 kg/ha tahun 2005 menjadi
3.750 kg/ha pada tahun 2006. Biaya produksi meningkat dari Rp 2.024.650/ha menjadi
Rp 3.586.625/ha dan pendapatan meningkat dari Rp 246.200/ha menjadi Rp
2.600.875/ha. Peningkatan produksi padi sebesar 106.4 % disebabkan petani telah
menggunakan benih dan pupuk sesuai anjuran. Sedangkan nilai jual harga beras
meningkat 32 % dari Rp 2.500/kg tahun 2005 menjadi Rp 3.300/kg pada tahun 2006.
Herman, Kepala Desa Muara Telang menyampaikan, program SSFFMP didesa Muara
Telang dimulai tahun 2004/2005. Kegiatan yang dilakukan di desa Muara Telang dengan
pengembangan dan perbaikan teknologi budidaya padi termasuk analisa tanah. Pada tahun
telah dilakukan uji coba percontohan pada 2 kelompok tani yaitu Kelompok Karya Tani dan
Tani Karya masing seluas 5 ha, dengan varietas padi yang ditanam Patmawati, Widas dan
Ciherang. Hasil produksi ubinan yang diperoleh rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP.
Keberhasilan dari uji coba tahun pertama ini, dilakukan perguliran kelompok pada musim
tanam 2005/2006 dari 2 kelompok tani percontohan berkembang menjadi 6 kelompok
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
9
tani termasuk 4 kelompok tani baru dengan total areal penanaman seluas 120 Ha. Panen
musim tanam 2005/2006 telah dilakukan ” PANEN RAYA” bersama Bapak Bupati
Banyuasin, Proyek SSFFMP, BPTP Sumatera Selatan, Lembaga, badan serta Dinas
Instansi yang terkait dengan hasil ubinan pada kelompok Tani Karya mencapai 3,86 T/ha
GKP. Sedangkan pada kelompok lainnya rata-rata hasil panen setelah melakukan ubinan
pada tiap – tiap kelompok tani berkisar antara 3, 86 – 4,0 T/ha. GKP
Dalam rangka peningkatan kelembagaan program Pemberdayaan Masyarakat yang
berwawasan gender maka di Desa Muara Telang telah terbentuk dan berdiri 2 lembaga
baru antara lain :
1. Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Usaha Bersama yang mana
pengurusnya kaum perempuan, sesuai dengan azas hasil musyawarah dan mufakat
rapat anggota.
2. Terbentuknaya kelompok ” Lumbung Pangan Masyarakat Desa” (LPMD) Usaha
Bersama yang menaungi 6 kelompok tani yang bergabung.
Abbas, Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi, desa Prajen Jaya memaparkan mamfaat
yang diperoleh selama 3 tahun menjadi Ketua kelompok yaitu memperoleh berbagai
pengetahuan dan keterampilan melalui study banding, pelatihan teknis pengembangan
tanaman padi dan non teknis berkaitan dengan pemberdayaan dan penguatan kelompok
melalui kerjasama dengan SSFFMP selama ini. Kelompok tani Kurnia Abadi telah
mengalami peningkatan dalam penguatan kelompok dengan kondisi kelompok saat ini telah
mempunyai antara lain: Pengurus dan keanggotaan yang tetap, Tujuan yang jelas dan
memahami mengapa harus berkelompok, Pembukuan administrasi organisasi dan
administrasi keuangan yang lengkap, Melaksanakan rapat anggota secara rutin,
ditetapkannya tabungan pokok, wajib, dan sukarela, sudah mampu mebuat rencana kerja
sendiri dan telah punya struktur organisasi kelompok. Namun dalam perkembangan
kelompok masih ditemui sedikit kendala seperti tidak semua anggota pahan dan mengerti
tentang kelompok, disamping itu masih ada kesulitan untuk menggugah kesadaran
tentang pentingnya menabung serta menghilangkan rasa curiga kepada pengurus. Untuk
kemajuan dan pengembangan usaha kelompok yang lebih baik kedepan, kelompok
memerlukan adanya upaya – upaya tindak lanjut dari proyek SSFFMP sesuai dengan
rekomendasi dari hasil-hasil pertemuan pendampingan, seperti ; 1). Adanya perbaikan
mesin bajak yang telah direkomendasikan oleh Bapak Gerald, 2). Adanya bantuan modal
untuk usaha kios saprodi.
Pada Topik diskusi, Sumanto dari KCD Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya
menyampaikan bahwa Pemerintah dan petani menuju sasaran yang sama yakni
peningkatan produksi dan pendapatan. Banyak kendala dan hambatan untuk merencanakan
2 kali tanam pertahun. Kunci sukses untuk penanaman adalah penanaman dilakukan pada
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
10
bulan Oktober dan diharapkan akan panen pada Desember dan Januari. Sedangkan
penanaman kedua dilakukan pada bulan Februari dan panen sekitar April dan Mei, karena
kita memanfaatkan musim penghujan pada awal dan akhir musim. Berkaitan dengan
masalah varietas, di Muara Telang petani biasanya menanam varietas yang panjang, untuk
mengatasi ini maka dianjurkan untuk menggunakan varietas yang berumur pendek. Namun,
kendala yang ditemui adalah kekurangan tenaga kerja dan pengolahan tanah, ada hama
penyakit yang muncul dan fluktuasi air pada musim-musim tertentu. Dilahan pasang surut
banyak varietas yang biasa ditanam, khusus varietas IR 64 dianjurkan tidak usah ditanam
dulu karena ada beberapa penyakit. Maryana dari FP Unsri mempertanyakan pada lokasi
Muara Telang ada beberapa etnis yang berbeda (Bugis, Jawa dan Melayu), apakah bisa di
generalisasi karena kemampuan setiap etnis berbeda. Pada tabel yang ditampilkan ada
peningkatan yang sampai 100% .kira-kira dari aspek apa yang bisa mengakibatkan
peningkatan yang lebih dari 100%, karena aktivitas yang dilakukan tidak jauh berbeda.
Karena ini sangat bagus, sehingga kami mengharapkan dapat menjadi contoh untuk daerah
lain. Pengeluaran pada tahun 2005 dan tahun 2006 tidak imbang pada tahun tersebut,
sehingga perlu dikasih catatan terutama (harga jual naik 100% bukan karena pupuk).
Maryana, FP Unsri mempertanyakan apa harapan dari desa Prayen Jaya kedepan, jika
ada bantuan yang bisa diberikan oleh pihak proyek dan dinas terkait. (Maryana, FP Unsri).
Yanter menanggapi, di desa Muara telang dapat menanam 2 kali, dan didesa Prajen Jaya
berencana akan menanam kembali pada bulan Oktober 2006. Dilokasi ini sudah
menggunakan varietas Ciherang dan IR 42 karena umur varietas ini lebih pendek. Saya
tidak membedakan antar etnis (Bugis dan lokal), tetapi kegiatan langsung kepada peserta
kegiatan yang lebih dari 30 orang. Faktor pertama, penyebab kenaikan pendapatan 10
kali lipat pada tahun 2006, karena petani telah menggunakan sistem pemupukan dan
varietas sesuai dengan anjuran. Sedangkan pada tahun sebelumnya tidak menggunakan
pupuk. Dan faktor kedua yang menyebabkan peningkatan adalah harga jual beras.
Abbas menjelaskan di kelompok tani desa Prajen ada pertemuan rutin untuk membahas
tentang kegiatan kelompok dan kami Kelompok tani hanya meminta ”permodalan” dengan
tidak meminta genset, sarana air bersih. Mulyadi, Camat Sungsang menambahkan Desa
Prajen yang sebelumnya bernama Parit Prajen, adalah hasil dari pemekaran desa
Sungsang dan terjadilah desa Prajen Jaya atau pemekaran dusun menjadi desa. Hal ini
sudah menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi mereka, dan juga menyatakan bahwa
desa Prajen Jaya telah merdeka.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
11
TOPIK 2. PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
MELALUI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI KAB.
BANYUASIN.
Budi Raharjo, dari BPTP Sumatera Selatan memaparkan salah satu permasalahan pasca
panen yang dihadapi oleh petani di lahan pasang surut adalah pasca panen padi beriringan
dengan musim hujan. Dengan kondisi tersebut, petani sering dihadapkan dengan
persoalan cara melakukan pengeringan gabah untuk disimpan sebagai stock konsumsi dan
penyediaan benih untuk digunakan pada musim tanam berikutnya. Pada lahan pasang surut
sedikit sekali petani yang bisa menanam 2 kali setahun. Benih yang disimpan selama 6-8
dengan tingkat pengeringan yang kurang optimal, akan dapat mengganggu kualitas benih
seperti: Daya tumbuh benih menurun; Tingkat kerusakan gabah dan benih akibat
serangan hama gudang dan tikus. Pengenalan system pengeringan dengan penggunaan
technology bahan bakar sekam merupakan salah satu alternative untuk perbaikan
kualitas penyimpanan gabah. Uji coba pengenalan alat pengering gabah dengan bahan
bakar sekam ini telah dilakukan dengan petani di Desa Upang dan Upang Ceria di
Kecamatan Makarti Jaya dan desa Mulia dan Telang sari di Kecamatan Muara telang.
Keberhasilan dari penggunaan system pengeringan. Unjuk kerja alat pengering berbahan
bakar sekam menghasilkan; rendemen beras giling rata-rata mencapai 64 %, (lebih tinggi
dari cara penjemuran 60 % atau Dryer BBM, 62 %), beras kepala rata-rata 69.96 %
(lebih tinggi dari cara penjemuran 34,83% atau Dryer BBM, 64,75%), dengan biaya
pengeringan Rp 20, 21 per Kg GKP (lebih murah dibandingkan dengan cara penjemuran,
Rp 40/kg dan Dryer BBM Rp.80/kg). Dampak dari keberhasilan penggunaan alat
pengering gabah berbahan bakar, telah terjadi penyebaran pada 10 orang Pengusaha
RMU pada desa lainnya..
Sumanto, Kepala Cabang Dinas Pertanian Kec. Makarti Jaya menyampaikan beberapa
ciri teknologi baru itu bisa diserap dan berkembang di tingkat petani antara lain a).
menguntungkan secara ekonomi, b). mudah dioperasikan atau diaplikasikan, c). cocok
untuk di wilayah tertentu. Contoh, Uji coba perdana alat pengering padi berbahan bakar
sekam ini dilakukan oleh Bapak Andi Nasir dengan lokasi di Upang, Kecamatan Makarti
Jaya, Kabupaten Banyuasin pada musim tanam 2004/2005, pada saat sekarang telah
banyak direplikasi oleh pengusaha RMU maupun petani baik didesa maupun diluar desa.
Alat pengering gabah berbahan bakar sekam ini memjawab salah satu kendala
pengeringan padi yang sering jatuh pada musim penghujan. Pada umumnya, petani
mempunyai tempat yang terbatas untuk penjemuran atau halaman tidak terlalu luas dan
dijemur dijalan dengan menggunakan cahaya matahari. Secara prinsip ada keuntungan
dan kelemahan dari penggunaan alat pengering padi ini, namun dengan pemanfaaatan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
12
teknologi ini bisa lebih menekan biaya produksi. Masalah utama, tidak semua petani
mampu membuat alat pengering ini karena biaya yang diperlukan cukup besar.
Andi Humrah, dari kelompok tani Jaya bersama, desa Upang menyampaikan
pengalaman Andi Nasir dalam pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar
dimana pada taraf awal pengoperasian alat pengering gabah, berasnya yang dihasilkan
banyak hancur. Setelah dibekali dengan penggunaan alat pengukur kadar air dan
pengukur suhu, pengoperasian alat pengering ini sudah bisa diatur untuk penentuan kadar
air yang diinginkan dan beras yang dihasilkan hasilnya bagus, utuh dengan nasinya tidak
mudah basi. Sekarang sudah banyak mencontoh dan memodifikasi alat ini antara lain:
a. Didesa Upang Ceriah
b. Didesa Upang Bengkel
c. Di tempat Pak Mamat 3 buah
d. Didesa Saleh Agung jalur 8 saleh Purwanto 2 unit
e. Dan masih banyak lagi yang mau membuat
Pada Topik diskusi, Suyanto dari Diskoperindag menyatakan kami telah melihat telah
berdirinya alat pengering padi di Upang, kami pernah melihat juga ada alat pengeringan
padi lain yang lebih efektif dan biaya produksi lebih rendah. Untuk itu perlu binaan dalam
modifikasi alat pengering lebih ditingkat agar mampu bersaing dengan peralatan yang
baru. Nurlaela, Camat Muara Telang menyarankan perlu disosialiasikan dan penyuluhan
tentang kegunaannya kepada masyarakat Muara Telang.
Dalam menanggapi pertanyaan, Budi Rahardjo menyampaikan keefektifan suatu
penggunaan teknologi baru tergantung dari penilaian petani. Kita tidak mem protect
hak paten pada alat yang kita berikan, sehingga kita memberikan kebebasan untuk
memodifikasi alat yang mereka buat untuk kesempurnaan alat tersebut. Pengering ini
tidak dianjurkan dimiliki oleh petani tapi harus dimiliki oleh pengusaha RMU dan UPJA
sehingga lebih efisien. Pengembangan dan modifikasi yang dapat di buat oleh petani dan
pengusaha RMU diharapkan lebih mengarah kepada keefisienan alat. Pada tahun 2007
BPTP mendapat support yang besar dari Program Primatani untuk mengembangkan
teknologi padi dari mulai penyuluhan pertanian, proses budidaya, pasca panen dan
pemasaran produk pertanian. Lokasi dari kegiatan ini tidak menyatakan sebuah desa akan
tetapi menyatakan sebuah kawasan. Sedangkan Sumanto menambahkan perlu
penggunaan alat pengering ditempat-tempat tertentu yang bisa multi guna seperti untuk
padi, jagung dan kopra.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
13
TOPIK 3.PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG
LUBUK.
Kodir dari BPTP Sumatera Selatan memaparkan Didahului dengan penyampaian latar
belakang yang menekankan kepada pengurangan kebakaran hutan dan lahan, dan
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa
terpadu. Dari data statistik tentang kelapa rakyat di Sumatera Selatan, Kabupaten
Banyuasin yang paling banyak mempunyai lahan kelapa rakyat dibandingkan dengan
Kabupaten lainnya. Potensi kelapa rakyat yang cukup besar terdapat di Muara Telang dan
Muara Padang.
Kelapa dalam satu butir dapat dijadikan berbagai produk sampingan yang dimulai dari
sabut dan tempurung. Pemanfaatan hasil lain dari kelapa selain buah utuh tentunya
sangat menguntungkan masyarakat dan merupakan potensi yang sangat besar, yang
sebelumnya dijual perbuah
Kegiatan pembinaan telah dilakukan yang diawali dengan survey dan berbagai pelatihan –
pelatihan tehnis pengolahan kelapa terpadu. Pada tahun 2004, kendala pengolahan sabut
adalah belum adanya mesin press. Rekomendasi untuk mengatasi kendala tersebut adalah
diadakan pelatihan untuk pengolahan sabut kelapa dengan teknis pembuatan secara
manual dalam bentuk sapu, keset dan sikat. Kegiatan yang telah dilakukan di Talang Lubuk
adalah pemberian bantuan berbagai sarana dan prasarana penunjang produksi sabut
rakyat berupa mesin Pengurai Sabut, Pengayak Sabut, Press Sabut dan Pengarang
Tempurung dengan kapasitas produksi 1.500 kg/hari.
Pengelolaan sabut dan kelapa di Talang Lubuk belum berjalan optimal walaupun sarana dan
prasana sudah mencukupi. Semua kelemahan yang dirasakan telah di usahakan untuk
diatasi akan tetapi tetap masih belum berjalan. Sudah ada tawaran dari pihak swasta
untuk menampung hasil sabut dan tempurung.
Nasir Saari dari Dinas Perkebunan Sumatra Selatan memaparkan luasan daerah lahan
kebun kelapa 57.854,05 Ha dan areal terluas Kabupaten Banyuasin seluas 33.994 Ha .
Permasalahan utama pada kelapa rakyat adalah petani kelapa umumnya menjual kelapa
dalam bentuk butiran, beberapa petani telah mengolah kelapa menjadi kopra untuk dibuat
minyak goreng dan harga butiran kelapa sangat berfluktuasi akibatnya pendapatan petani
rendah. Disamping itu, biaya operasional untuk mengolah kelapa sangat tinggi. Diharapkan
petani tidak memanfaatkan buah kelapa saja tetapi kelapa secara utuh dimulai dari sabut,
daging, dan tempurung serta air sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
14
Suyanto dari Dinas Koperindag UKM&PM, Kab Banyuasin menjelaskan ada syarat –
syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memasuki pangsa pasar. Sehingga perlu diadakan
pembinaan oleh dinas-dinas terkait, meskipun peluang pasar untuk produksi kelapa
tersedia cukup. Data yang telah didapat dilapangan dapat disampaikan ke dinas untuk
pembinaan selanjutnya dan saling berbagi informasi dengan semua unsur terkait.
Sumarni, Motivator Desa dari Desa Talang Lubuk menyampaikan makalah dari Sofyan
Sohibul, Manager Rumah Dagang Desa Talang Lubuk, berbagai kegiatan dari setiap
Kelompok Kerja MSF Banyuasin telah dilaksanakan di desa Talang Labuk. Pengolahan
kelapa terpadu merupakan salah satu kegiatan dari SSFFMP untuk meningkatkan
ekonomi rumah tangga yang berwawasan gender dalam rangka pencegahan kebakaran
hutan dan lahan. Rumah Dagang yang dibentuk di Talang Lubuk bertujuan untuk
menampung dan memasarkan produk dari pengolahan buah kelapa yang dihasilkan oleh
kelompok seperti Virgin Coconut Oil, Sabut Kelapa dan Arang tempurung kelapa. Kegiatan
yang telah dilakukan oleh pengurus Rumah Dagang dan anggota kelompok antara lain: ¡).
Mengikuti berbagai pelatihan dan studi banding, 2). Mengikuti pameran-pameran, 2).
Mencari peluang pasar, 3). Pertemuan dengan mitra usaha dan 4). Membuat proposal
mengajukan pinjaman dana kepada dinas terkait. Namun, unit usaha Rumah Dagang belum
berfungsi dengan baik, berbagai permasalahan yang dihadapi pada setiap pengembangan
unit usaha oleh Rumah Dagang sebagai berikut:
1. Produksi dan pemasaran Virgin Coconut Oil (VCO)
Kwalitas rendah (mudah tengik), Peralatan alat penampung dan alat penyaringan kurang
memadai, Kurang tersedianya air bersih, Belum adanya pemasaran produk, Belum adanya
pelatihan higienis terhadap pengurus rumah dagang dan anggota kelompok, Tempat
pembuatan VCO oleh anggota kelompok belum memadai, Alat pembuatan VCO belum
standart dan modal kurang sehingga VCO belum berproduksi
2. Pengolahan Sabut Kelapa:
Meskipun mesin pengolahan sabut kelapa sudah tersedia, tetapi belum beroperasi dengan
baik yang disebabkan oleh: 1). Alat pengurai sabut tidak memadai, tapi mungkin bisa
diperbaiki, 2). Alat press sabut kurang memadai, 3). Pengolahan kelapa belum secara
terpadu, 4). Jaringan pemasaran belum ada
3. Pengolahan arang tempurung kelapa:
Walaupun telah dilaksanakan pelatihan, tetapi pembuatan arang tempurung belum
dikuasai secara maksimal. Alat press briket belum ada dan juga belum ada keterpaduan
dalam pengolahan kelapa
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
15
Pada Topik diskusi, Syarifudin dari PT. Anugerah Carbonic menyatakan perusahaan
Anugrah bersedia membantu mengatasi pemasaran arang tempurung, karena PT.Anugrah
salah satu perusahaan di Sumatera Selatan yang bisa menampung produksi arang
tempurung minimal 400 ton /bulan. Persyaratan arang tempurung yang dibeli perusahaan
dengan standart kadar air 10 %`dan abu maksimal 3%. Dan sampai saat ini belum ada
yang sanggup memenuhi kebutuhan arang tempurung tersebut. Syarifudin mengharapkan
semua instansi terkait dapat bekerjasama dan mensosialisasi kepada masyarakat tentang
informasi tentang prospek pasar arang tempurung dan sabut kelapa.
Sedangkan Aliun dari distributor VCO menjelaskan pada 2 bulan yang lalu telah
dilaksanakan test market sebanyak 2000 botol. Dalam memproduksi VCO, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan secara khusus, diantaranya VCO dapat memabukkan si
peminum dan kualitas VCO yang dikelola oleh Rumah Dagang, desa Talang Lubuk masih
mempunyai masalah. Pada saat ini, telah tersedia dipasaran VCO dengan beraneka rasa
(mint, stabery dan lain sebagainya). Hal ini, tentu sangat berpengaruh pada petani yang
mengelola VCO. Tanpa ada perhatian yang khusus dari pihak instasi yang berwenang maka
pengolahan produk ini tidak optimal dan tidak memenuhi standart mutu yang diminta
pasar. Sehingga kita pesimis dengan tingkat higienis (tidak bertahan lama dan mudah
tengik) kita minta dukungan dari Disperindag, bagaimana caranya supaya higienis VCO
dapat menjadi perhatian khusus oleh masyarakat seperti tempat produksi, dan lain
sebagainya karena VCO merupakan bahan konsumsi
Eris Achyar dari SSFFMP mengomentari cukup menarik sekali tentang problema
pengolahan kelapa terpadu. Terdapat kesenjangan informasi pasar antara Dinas/lembaga
petani dan pihak swasta. Kedepan, perlu dijalin dan ditingkatkan pola hubungan yang
harmonis antara ketiga komponen terutama hubungan kemitraan antara kelompok tani
yang memproduksi hasil pengolahan kelapa dengan perusahaan yang saling menguntungkan.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
16
TOPIK 4. PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
Nurnajati dari Yayasan Kemasda menjelaskan dalam pendampingan manajemen
organisasi kelompok, ada 5 (lima) Aspek atau Bidang Hasil Pokok yang dikembangkan agar
mereka mampu mengelola Kelompoknya, berkelanjutan, secara dinamis, menuju
kemandirian dan berkeadilan gender yaitu aspek kelembagaan/organisasi, administrasi,
permodalan, pendidikan, usaha produktif dan akseptasi.
Beberapa kasus dan hambatan dalam pendampingan kelompok seperti kasus di Desa
Riding adalah: Pendidikan anggota yang tidak tamat SD dan sangat sulit dalam
pelaksanaan administrasi keuangan di kelompok (Kelompok Tani Wanita Tunas Harapan ).
Motivator yang mendominasi kegiatan kelompok, akan menumbuhkan kecemburuan sosial,
kecurigaan, dan ketidak percayaan terhadap kelompok. (Kelompok Tani Wanita Tunas
Harapan ). Terbatasnya waktu yang ada dalam pendampingan. Masih rendahnya kepasitas
pengurus, motivator dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan kelompok.
Dian Maulian dari LSM OWA menjelaskan Pendampingan kelompok dilakukan dengan
prinsip Partisipatif, prinsip pemberdayaan masyarakat dengan selalu memperhatikan
kaedah konservasi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan, menumbuhkan rasa memiliki kelompok terhadap usaha – usaha yang
mereka kembangkan dalam jangka panjang (sustainability) dan diupayakan agar
tercapainya kesetaraan berperan antara laki – laki dan perempuan dengan memberikan
peluang dan kesempatan yang sama dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi kegiatan sesuai dengan kemampuan masing–masing tanpa adanya rasa
keterpaksaan dan tekanan dari kedua belah pihak. Dian juga menyampaikan materi pokok
pendampingan mencakup 6 aspek yaitu Aspek Kelembagaan/organisasi, Administrasi
Organisasi dan Administrasi Keuangan, Permodalan, Usaha Produktif Kelompok,
pengakaran dan Gender. Sedangkan materi Pendukung meliputi Sistem pengguliran
usaha, pembahasan Surat Perjanjian Kerjasama, Jaringan Kerja, peran dan fungsi
stakeholder, dan lain-lain yang di perlukan. Pendampingan kelompok di desa Prajen Jaya
dan Desa Talang Lubuk pada tahap I baru dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan April
berakhir Juli 2006. Ditingkat lapangan kami mengalami kesulitan dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang ada pada kelompok. Hasil yang dicapai di desa Prajen Jaya
antara lain; Dalam penguatan organisasi dapat lihat melalui mereka melakukan penguatan
kelembagaan ; yaitu mempunyai tujuan, keanggotaan dan pengurus, tertib administrasi
organisasi dan administrasi keuangan, melakukan rapat bulanan setiap bulan, menabung
setiap bulan, membuat aturan/mekanisme kerja dan menyusun rencana kerja. Sedangkan
untuk pengembangan usaha, dapat dilihat dari hasil panen mereka yang cukup baik,
adanya keinginan kelompok untuk menanam padi 2 kali setahun, membangun gudang untuk
penampungan hasil panen dan pemeliharaan alat-alat produksi pertanian mereka dengan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
17
baik. Sedang partisipasi dan jumlah peserta perempuan dalam setiap pertemuan rutin
pendampingan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan semua anggota yang terlibat
dalam kegiatan kelompok adalah laki-laki dan pertemuan lebih banyak dilakukan malam
hari. Dikelompok Kurnia Abadi yang menjadi salah satu pengurus perempuan sebagai
bendahara. Sedangkan pencapaian pendampingan di desa Talang Lubuk antara lain: Dari
aspek motivasi dan kerjasama kelompok masih rendah. Kelompok baru mengetahui dan
paham mengapa mereka harus berkelompok. Sedangkan untuk perkembangan usaha-usaha
produktif mereka belum berkembang di karenakan adanya permasalahan yang belum bisa
mereka pecahkan sendiri. Hanya usaha pembuatan VCO dan rumah dagang yang sedikit
berkembang. Untuk partisipasi dan jumlah perempuan yang terlibat dalam pertemuan
kelompok baik. Hal ini disebabkan 3 kelompok yang memproduksi VCO, sabut dan
tempurung adalah hampir semuanya perempuan hanya bagian operator alat produksi laki-
laki. Sedangkan di kelompok rumah dagang peran laki-laki dan perempuan cukup baik,
karena perempuan sudah ikut mulai terlibat dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
kegiatan. Kelompok perempuan di Talang Lubuk mereka masih takut untuk mengeluarkan
pendapat dalam pertemuan kelompok.
Thamrin Arisondi, motivator desa Upang menyatakan konsep yang diterapkan oleh
SSFFMP bagi desa prioritas, adalah konsep kerakyatan, karena mulai dari perencanaan
digali dari dan mendapat sambutan masyarakat, walaupun tidak begitu banyak usulan atau
keinginan masyarakat yang dapat dikabulkan oleh SSFFMP. Bantuan peralatan yang
diberikan yang diiringi pelatihan pengoperasian dan pelatihan-pelatihan lainnya seperti
.pelatihan berkaitan dengan usaha pertanian, penyadartahuan masyarakat, baik itu
masalah karhutlah, managemen kelompok, pembukuan keuangan, maupun kesadaran gender
sangat membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan maupun perubahan sikap
masyarakat ataupun kelompok menuju arah yang lebih baik. Tamrin menambahkan dari
segi keberhasilan, desa kami termasuk berhasil. Minimal alat yang dibantu masih ada,
meskipun dari segi kemajuan masih pasif dan belum berkembang pesat. Dalam
pengamatan kami, bantuan alat pengering gabah pada UPJA Jaya Bersama masih
minimnya ilmu anggota kelompok tentang perawatan alat. Cadangan dana untuk perbaikan
pun juga masih belum tersedia oleh kelompok. Masih sulit dipisahkan antara pendapatan
kelompok dan pendapatan pribadi pengurus kelompok. Tentu butuh waktu lama untuk
meluruskan masalah ini. Meskipun di Upang kurang berhasil, tetapi daerah penyebaran
yang mencontoh alat tersebut, malah lebih berhasil, karena menggunakan modal sendiri.
Pada Topik diskusi, Sahrul dari Bapeda Sumsel mengomentari, sebelum menjadi PNS
saya adalah seorang pendamping kelompok. Satu hal yang sering kita lupakan adalah
budaya, saya terpaksa harus bisa bahasa bugis, karena tidak ada satu orang pun yang
bisa bahasa Indonesia. Keberhasilan tidak bisa dihitung dalam hitungan bulan tapi
hitungan tahun.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
18
Sumanto dari Makarti Jaya menyampaikan kelompok akan dinamis bila semua kegiatan
sinkron dan memberikan kontribusi yang menguntungkan, hal ini akan menjadikan
kelompok lebih bisa berkelanjutan. Kepengurusan didalam kelompok bila masih baru akan
berjalan dengan baik (pengurus melaksanakan tugas dengan senang hati), tetapi bila
telah dalam waktu yang lama mereka akan menjadi jenuh. Untuk itu, harus ada
kesepakatan tentang insentif dari hasil yang diterima oleh kelompok untuk pengurus.
Sumarni dari desa Talang Lubuk menyatakan kami harap jangan pesimis untuk
melakukan pendampingan, karena mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk
berkelompok dan di Di Talang Lubuk kelompok sangat antusias meskipun mereka ber -
SDM rendah.
Herman, Kades Muara Telang menyampaikan suatu pendampingan harus memperhatikan
sosial budaya dimasyarakat. Bagaimana bisa melakukan pendampingan bila etika yang
mereka perlihatkan di masyarakat tidak bisa diterima. Pelatihan Management organisasi
dan Dinamika Kelompok seharusnya di berikan terlebih dahulu, sebelum bantuan teknis
dan alat pertanian diberikan, karena pelatihan tersebut dapat memberikan semangat
dan antusias kelompok sehingga memberikan rasa bangga atas keberhasilan yang mereka
capai. Barang yang diberikan ke Muara Telang tidak sesuai dengan aspirasi dari bawah
(masyarakat) sebagai contoh Power Tresher, karena alat tersebut di datangkan dari luar
negeri. Hand tractor tidak mau pindah ke kelompok lain selain Tani Karya, karena tidak
ada yang bisa mengoperasikan tractor tangan yang tanpa kopling tersebut.
Nurnajati dari Kemasda menanggapi: Kita mendampingi kelompok bukan hanya dari segi
ekonomi, dan dari segi sosial bagaimana menyambung silaturrahmi. Kita akan belajar dari
budaya dengan mengikuti budaya yang berlaku di tempat kita berada. Budaya yang tidak
baik ditekan sehingga bisa berkurang. Bagaimana kita menanamkan kepada mereka dari
budaya yang negatif menuju kearah yang lebih baik, karakter manusia bisa berubah dalam
kurun waktu yang lama. Perempuan diikutkan dalam akses dan kontrol di desa mereka.
Keberhasilan dalam kelompok harus adanya sinkronisasi tentang perjuangan dalam
pendampingan, dan harus siap menerima tantangan apa yang ada. Sosialisasi keberadaaan
kita di kelompok yang akan didampingi. Proses penyadaran tentang apa itu kelompok
diharapkan dapat menjadi kelompok sejati yang kita harapkan bersama. Ikatan dalam
berkelompok dapat menjadikan lebih solid dengan tabungan dan pertemuan rutin.
Kepengurusan harus diberikan insentif seharusnya di atur dalam AD/ART, dan yang
mengelola dihitung dengan sistem upah kerja yang berlaku.
Dian Maulina menanggapi di Talang Lubuk saya tidak pesimis, tapi fokus pendampingan
akan lebih diarahkan ke persoalan kelompok terlebih dahulu, dengan mengabaikan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
19
sementara kegiatan usaha produksi. Kesadaran masyarakat akan timbul bila telah
dilakukan pendampingan dalam waktu yang lama.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
20
TAHAP III: DISKUSI KELOMPOK
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
21
ISU-ISU PENTING DAN MASALAH KEBERLANJUTAN YANG
TERIDENTIFIKASI PADA PAPARAN DAN DISKUSI PADA HARI PERTAMA
Administrasi penyerahan proyek dengan instansi terkait
Banyak pengalaman pada berbagai proyek pemberdayaan masyarakat, tidak ada
pembinaan berkelanjutan setelah suatu proyek berakhir. Tidak jelasnya instansi sebagai
leading sektor untuk melanjutkan proyek dan pemahaman yang mengkedepankan kelompok
yang telah dibina selama kegiatan proyek telah mendapat banyak fasilitas bantuan modal
maupun kapasitas penguatan profesionalisme anggota maupun kelompok, antara lain
merupakan pembenaran untuk tidak perlu lagi dilakukan pembinaan lanjutan. Banyak kasus
yang terjadi, kegiatan kelompok berakhir dengan selesainya kegiatan proyek.
Secara administrasi keproyekan, segala kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
kelompok di desa-desa prioritas sebagian besar pembiayaan antara lain bantuan berupa
peralatan-modal dan sistem perguliran maupun peningkatan kapasitas kelompok-kelompok
sasaran ditangani proyek SSFFMP. Dalam rangka keberlanjutan misi penguatan dan
kemandirian kelompok, perlu dilakukan penyerahan ”asset, dan sistem penguatan
kelompok dari SSFFMP (Uni Eropa) kepada Pemerintah Daerah melalui dinas/instansi
yang relevan untuk pembinaan lanjutan pasca proyek. Bentuk penyerahan tersebut dapat
dilakukan dengan membuat kesepakapatan (MoU) antara SSFFMP dengan dinas /instansi
/lembaga terkait tentang penyerahan untuk keberlanjutan pembinaan pasca proyek.
Kesepakatan ini merupakan dasar bagi Dinas/Instansi untuk melakukan pembinaan
lanjutan terutama mengusulkan rencana anggaran yang dibutuhkan.
Sistem Manajemen Perguliran, salah satu isu yang muncul dari pengalaman kegiatan
lapangan adalah sistem bantuan dana/asset bergulir. Bantuan yang diberikan kepada
kelompok ada yang berupa bantuan mesin pengolahan hasil pertanian untuk dipergulirkan
sesama anggota dalam kelompok maupun digulirkan kepada kelompok lainnya. Namun,
bantuan dana/asset bergulir ini sistemnya masih belum berfungsi pada beberapa
kelompok.
Pemasaran, kesulitan memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota kelompok
merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan produksi secara berlanjutan seperti
produk-produk pengolahan kelapa (virgin coconut oil, sabut kelapa, arang tempurung
kelapa). Berbagai isu-isu yang muncul selama lokakarya antara lain: Nilai jual/harga
produk yang tidak kompetitif, jumlah produksi yang tidak kontiniu, kualitas mutu yang
tidak sesuai dengan standar permintaan pasar maupun kapasitas dan , mesin-mesin
pengolahan yang kurang berfungsi, kurangnya tenaga pemasaran belum adanya kemitraan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
22
dengan pihak perusahaan merupakan tantangan yang dihadapi dalam keberlanjutan
pengembangan unit-unit usaha dalam kelompok.
Peningkatan Kapasitas, peningkatan anggota kelompok yang sesuai dengan kebutuhan
untuk pencapaian visi setiap kelompok baik secara teknis maupun non teknis (penguatan
organisasi dan dinamika kelompok) masih diperdebatkan dalam diskusi selama lolakarya.
Masih kurangnya pembinaan teknis, pendampingan yang terbatas, dan masih perlunya
peningkatan kapasitas motivator desa dan pentransferan ilmu secara intensif oleh
motivator kepada masyarakat merupakan isu-isu yang muncul dalam penguatan kelompok.
Permodalan atau Keuangan, Meskipun telah diperkenalkan kepada kelompok sistem
tabungan ataupun sistem simpan pinjam. Kekurangan modal merupakan salah satu topik
yang dominan diangkat oleh beberapa wakil –wakil dari kelompok tani. Keterbatasan
biaya terutama untuk penyediaan sarana produksi (pengembangan alsintan herbiside,
pestisida dan pupuk), pengembangan sistem simpan pinjam merupakan alasan utama petani
tidak sepenuhnya menerapkan ”rekomendasi paket teknologi” yang diperkenalkan.
Mecermati berbagai isu, tantangan dan permasalahan keberlanjutan ”misi program”
pemberdayaan masyarakat berwawasan gender sebagai bagian pencegahan kebakaran
hutan dan lahan, peserta telah membahas dan merumuskan pada diskusi kelompok
kerja dan pleno kedalam bentuk 4 rekomendasi yang berkaitan dengan keberlanjutan
kegiatan:
1. Rekomendasi keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat
2. Rekomendasi keberlanjutan integrasi gender dan kegiatan perempuan
3. Rekomendasi keberlanjutan penguatan kelembagaan kelompok
4. Mengidentifikasi peluang, dukungan pemerintah dan swasta
Rekomendasi berbagai kegiatan dan dukungan yang diharapkan dari lembaga-
lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah termasuk kelompok masyarakat sebagai
berikut:
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
23
DISKUSI KELOMPOK I
REKOMENDASI UNTUK KEBERLANJUTAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BERWAWASAN GENDER.
No
Kondisi yang ingin
dicapai
Permasalahan Rekomendasi Lembaga
pengambil
inisiatif
A Meningkatnya produksi usaha padi
1 Panen padi 2 kali
dalam setahun
Belum semua areal
persawahan punya
irigasi
Perbaikan dan
pembuatan Tata Air
Mikro
Dinas pertanian
BPTP
2 Tersedianya saprodi
bagi kelompok tani
tepat waktu
Belum adanya modal
kelompok
Mengusulkan bantuan
modal penyediaan kios
saprodi dikelompok
Kelompok tani
dan Dinas
Pertanian
3 Tersebarluasnya alat
pengering gabah
bahan bakar sekam
Kurangnya modal
untuk pembuatan alat
pengering gabah
bahan bakar sekam
Usulan bantuan
kredit ke Pemda
(BKP, dll)
Perlu kajian berapa
jumlah alat
pengering Gabah
yang layak
dikembangkan pada
satu kecamatan
Pengusaha RMU
Dinas Pertanian,
BPTP Sumsel
4 Meningkatkan hasil
produksi padi yang
lebih maksimal
PH tanah rendah Perlu percontohan dan
pembinaan dari
instansi terkait
Kelompok tani
Dinas Pertanian,
BPTP Sumsel
5 Pemanfaatan hasil
limbah pertanian
secara optimal
Teknologi hasil
limbah pertanian
belum memasyarakat
Peningkatatan SDM
pertanian terhadap
pemanfaatan limbah
pertanian
Pelatihan/demo
pembuatan kompos
Study banding bagi
petugas kelompok
tani dan stake
holder ketempat
pertanian organik
(Jabar)
Dinas Pertanian,
BPTP Sumsel
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
24
6 Kualitas beras yang
baik
Penanganan pasca
panen kurang baik
Bantuan alat
Perlu pembinaan
kelompok secara
intensif
BKP Banyuasin
Dinas pertanian
dan BPTP
7 Berkembangnya
penyiapan lahan
tanpa bakar
Kelompok belum tahu
penyiapan lahan tanpa
bakar
Perlu diidentifikasi
teknologi dan
model penyiapan
lahan tanpa bakar
yang
menguntungkan
Pelatihan
penyiapan lahan
tanpa bakar
SSFFMP
BPTP
Kelompok tani
B Berkembangnya usaha diversifikasi produk dari tanaman kelapa
1 Terpenuhinya secara
kuantitas dan
kualitas produksi
VCO sesuai standar
pasar (Virgin Coconut
Oil)
Kualitas VCO
belum dapat
bertahan lama
Produksi VCO
belum berjalan
secara kontiniu.
Belum
tersedianya alat
penyaring VCO
yang memadai
Pembinaan
peningkatan mutu
VCO
Pengadaan alat
penyaring VCO yang
memadai
SSFFMP,
Diskoperindag,
Disbun, BPTP,
2 Pemasaran Produk
VCO berkembang
dan berjalan lancar
Sulit memasarkan
produk VCO
dengan harga
yang
menguntungkan
Belum adanya
tenaga terlatih
dalam pemasaran
VCO
Melakukan
identifikasi
permasalahan
pemasaran
Menjalin mitra
pemasaran dengan
pihak swasta
SSFFMP,
Diskoperindag,
Disbun, BPTP
3 Kelompok mampu
menghasilkan dan
menjual arang
tempurung kelapa
sesuai permintaan
Kelompok belum bisa
membuat arang
sesuai dengan
permintaan pasar
Pembinaan,
Bimbingan Teknis
dan pelatihan yang
berkelanjutan
Mencari dan
Kelompok,
SSFFMP, BPTP,
Diskoperindag
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
25
pasar menghubungi
pengusaha yang
mau bermitra
4 Pengolahan sabut
berjalan kontinue
Pengolahan dan
produksi sabut
kelapa belum
beroperasi
dengan baik
Harga sabut yang
ditawarkan belum
layak menurut
kelompok
Pembinaan,
Bimbingan Teknis
dan pelatihan yang
berkelanjutan
Mencari dan
menghubungi
pengusaha yang
mau bermitra
Kelompok,
SSFFMP, BPTP,
Diskoperindag
6 Pembuatan nata
decoco dari air
kelapa
Peralatan dan
bahan berupa
bakteri belum ada
Kelompok belum
mengetahui cara
membuat nata de
coco
Melakukan
identifikasi
kelayakan usaha
Nata de Coco
Pelatihan dan
pengadaan bakteri
SSFFMP, Disbun,
BPTP,
Masyarakat
7 Pemasaran yang lebih
luas dari pengolahan
kelapa terpadu (VCO,
sabut, tempurung)
Rumah dagang
kurang informasi
dalam jaringan
pemasaran produk
Rumah Dagang
belum mempunyai
legalitas usaha
Belum ada tenaga
pemasaran yang
tetap
Menghubungi
Dinas Perindag
untuk
mendapatkan
legalitas
Membangun mitra
kerja dengan pihak
luar
Mengundang pihak
luar untuk melihat
produk
Promosi mengikuti
pameran
Rumah dagang
Diskoperindag
Pihak swasta
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
26
DISKUSI KELOMPOK II.
REKOMENDASI KEBERLANJUTAN INTEGRASI GENDER DAN KEGIATAN
PEREMPUAN
No Kondisi yang ingin
dicapai
Permasalahan Rekomendasi Lembaga
pengambil
inisiatif
1 Pemahaman gender
oleh eksekutif dan
legislatif tingkat
kabupaten
Belum semua
Eksekutif dan
Legistatif mempunyai
pemahaman yang sama
terhadap wanita
Sosialisasi pemahaman
gender bagi semua
lapisan dan perencana
kegiatan
Bagian
Pemberdayaan
Perempuan
Banyuasin
2 Kesetaraan
kesempatan
pengambilan
keputusan secara
kualitatif dan
kuantitatif
Keputusan didominasi
oleh laki-laki
Sosialisasi pemahaman
gender bagi semua
lapisan
3 Meningkatkan
kualitas hidup kaum
perempuan
Masih banyak anak-
anak putus sekolah
(perempuan)
Peningkatan SDM
Pelatihan paket A
Diknas
Bagian
Pemberdayaan
Perempuan
Propinsi dan
Kab. Banyuasin
4 KKG (Kesetaraan
dan Keadilan
Gender)
Kesadaran gender
masyarakat masih
rendah
Peningkatan
kesadaran gender
untuk masyarakat
Pelatihan gender
untuk pengambil
keputusan tingkat
desa
Bagian PP
SSFFMP
PKK
5 Peningkaan
pendapatan melalui
usaha alternatif
(kerupuk)
Mutu produksi
kerupuk belum optimal
Pelatihan
peningkatan mutu
produksi kerupuk
Pengembangan
kelompok kerupuk
di desa Upang
PKK
Bagian PP
SSFFMP
6 Peningkatan SDM Peralatan produksi Pembinaan Bagian PP
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
27
anggota kelompok VCO dan Sabut
kelapa kurang
memadai
Kurangnya
pembinaan
kelompok
kelompok wanita
desa Talang Lubuk
Pelatihan usaha
ekonomi lokal (Kec.
Makarti Jaya dan
Muara Telang
Kab. BA
PKK Kab. BA
SSFFMP
7 Terjadi hubungan
yang harmonis dan
kebersamaan dalam
keluarga
Dominasi suami (aspek
kehidupan rumah
tangga)
Penyadaran peran
gender
Pelatihan ERT
Hutbun
Kades
Camat
LSM
8 Kelompok yang
mandiri dan
berkelanjutan
Kemandirian kelompok
belum maksimal
Pembinaan dan
penguatan
kelompok
Pembinaan UKM
Pemasaran
Perkreditan
Kelembagaan
koperasi
Dinas
Koperindag
dan UKM
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
28
DISKUSI KELOMPOK III
REKOMENDASI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
No Kondisi yang ingin
dicapai
Permasalahan Rekomendasi Lembaga
pengambil
inisiatif
1 Kemandirian
Management
kelompok
Kurangnya
kesadaran
kelompok dalam
mematuhi aturan
Pengetahuan
kelompok masih
rendah
Pelatihan
management dan
kepemimpinan
kelompok yang
berwawasan
gender
Pelatihan
management
organisasi
Pelatihan
kepemimpinan
Pendampingan
penguatan
kelembagaan
Konsorsium
SNRMC-
Sumatera
Selatan
2 Adanya lembaga
keuangan mikro di
tingkat kelompok
tani
Terbatasnya
keuangan kelompok
Rendahnya kualitas
SDM dalam
pengelolaan
keuangan
Kurangnya
informasi tentang
sumber
permodalan
Penggalangan
modal kelompok
Mencari mitra
permodalan
Pelatihan
management
keuangan
Lobby ke
pemerintah,
swasta, BUMN
Pendampingan dan
pelatihan
pembuatan
proposal usaha,
Konsorsium
SNRMC
Dep. Koperasi
Kelompok
Dinas
Instansi
terkait
3 Kelompok tani
memiliki menejemen
mutu dan pemasaran
yang representatif
Kurangnya
pemahaman
tentang standar
mutu
Peningkatan
kemampuan
menejemen mutu
dan pemasaran
Pengurus
kelomok dan
konsorsium
Dinas/instans
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
29
Sarana pengolahan
hasil pertanian
belum lengkap
SDM pengolahan
hasil masih rendah
Belum memiliki
gudang/lumbung
Pengajuan proposal
bantuan sarana
pengolahaan
Peningkatan
kemampuan dalam
hal teknologi pasca
panen
Pengadaan
gudang/lumbung
Pelatihan
menejemen mutu
dan pemasaran
Pelatihan teknologi
pasca panen lobi
ke dinas/instansi
terkait
Penggalangan
modal secara
swadaya dan
bantuan pihak luar
i terkait
Kelompok dan
pemerintah
desa
4 Adanya diversifikasi
usaha dalam
kelompok tani
Lemahnya
kemampuan SDM
Belum ada
kelayakan usaha
Belum ada rencana
usaha
Peningkatan
kemampuan SDM
Study kelayakan
Perencanaan
bersama untuk
diversifikasi
Pelatihan
diversifikasi
Survey pasar
Pelatihan study
kelayakan
Workshop
SSFFMP
Dinas/Instan
si terkait
5. Kelompok tani
memiliki kemitraan
Kurangnya
informasi
Belum memiliki
data base
Belum ada
kesekretariatan
yang mantap
Perlu
pengembangan
sistem informasi
Perlu dilakukan
penyusunan data
base
Mendirikan
kesekretariatan
Kelompok dan
pemerintah desa
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
30
Temu usaha antara
kelompok tani
dengan pengusaha
6. Kelompok tani
mampu memasarkan
produknya
Jaringan
pemasaran masih
lemah
Kemampuan tenaga
pemasaran masih
terbatas
Perlu
pengembangan
jaringan
pemasaran
Inovasi produk
(peningkatan citra
produk)
Perlu pelatihan
pemasaran produk
pertanian
Loby dan membuka
jaringan pasar dan
promosi
Pemeliharaan dan
perluasan jaringan
pemasaran
Penguatan
management
pemasaran
Lokakarya citra
produk pertanian
Pelatihan
management
produk pertanian
Kelompok tani,
RMU, KUB
SSFFMP, Distan,
Koperasi, BPTP
SSFFMP dan
kelompok tani
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
31
DISKUSI KELOMPOK IV
REKOMENDASI DAN IDENTIFIKASI PELUANG DUKUNGAN PEMERINTAH
DAERAH DAN SWASTA
No Kondisi yang ingin
dicapai
Permasalahan Rekomendasi Lembaga
pengambil
inisiatif
A Meningkatnya produksi usaha padi
1. Musim tanam padi
terlaksana 2 kali
setahun
Kurangnya input
produksi (saprodi)
Modal kurang
Kurang
keterampilan olah
tanah
Saluran irigasi
belum memadai
Permohonan
bantuan alsintan
Perbaikan dan
normalisasi saluran
Adanya kerjasama
kemitraan dengan
dinas terkait
(BUMN, BUMD,
swasta)
Pelatihan
teknologi
pertanian padi
Kredit pihak
swasta
PEMDA
Dinas Pertanian
dan peternakan
Biro PP
2. Hasil produksi padi
bermutu tinggi
Kurang baiknya
pengolahan pasca
panen
Mutu beras kurang
Pengadaan alat
pengering
berbahan bakar
sekam
Pelatihan
penggunaan alat
tersebut
Mutu beras One
pass dan double
pass
Pelatihan standart
mutu
Pelatihan
penggunaan alat
Dinas pertanian
Badan ketahanan
pangan
BPTP SS
Pihak swasta
Bulog
PPL
3. Pemasaran hasil padi
lancar dan harga
Belum ada akses
informasi pasar
Koordinasi
informasi pasar
Diskoperandag
Dispasar
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
32
stabil (standart
nasional)
Pengadaan sarana
transportasi
darat (jalan dan
jembatan)
Pelatihan strategi
pemasaran
Kontrak
kerjasama dengan
dolog/swasta
Dolog
swasta
4 Adanya kelompok
yang mandiri,
berkelanjutan dan
berkeadilan gender.
1. Anggota kelompok
masih terpisah
antara laki-laki dan
perempuan.
2. Perempuan jarang
sekali dilibatkan
dalam pengambil
kebijakan baik
didalam kelompok,
maupun ditingkat
desa.
Meningkatkan
kerjasama semua
stakeholder
Terbentuk
Lembaga
Keuangan yang
independen.
Pelatihan
penyadaran
gender
Adanya bantuan
ternak
Pendampingan
pasca proyek
LSM,
Diskoperindag
Biro PP, LSM
Dinas`Pertanian
dan Peternakan.
Dinas`terkait.
B Berkembangnya usaha diversifikasi produk dari tanaman kelapa
1 Kelompok dan Rumah
Dagang mempunyai
modal untuk
pengembangan usaha
Kelompok dan rumah
dagang kekurangan
modal untuk proses
produksi dan
pengembangan usaha
Membentuk
koperasi
Pelatihan membuat
proposal bantuan
modal
Pendampingan LSM
Dinas Koperindag
dan UKM
SSFFMP, LSM
2 Hasil produksi
sesuai standar mutu
Produksi produk
kelapa belum sesuai
dengan permintaan
Pelatihan dan
standarisasi (SNI)
Hasil produksi
berlabel
Depkes
Diskoperindag
Pihak swasta
(PD. Lintang)
3 Pemasaran lancar
harga
menguntungkan
Transportasi
mahal dan sulit
Mutu rendah
Informasi kurang
Belum ada jaringan
pasar
Penyediaan sarana
transportasi darat
Pembinaan
pelatihan strategi
pemasaran
Penyediaan sarana
Diskoperindag
PU
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
33
produksi dan
personil
Menciptakan
jaringan
pemasaran
Instansi yang
relevan
memberikan
penyuluhan dan
pelatihan secara
berkala
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
34
IV. PENUTUPAN
1. Didalam rangka keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat yang
diprakarsai oleh SSFFMP ini, hendaknya segenap rekomendasi yang dihasilkan
dari lokakarya ini perlu mendapatkan tindak lanjut sebagaimana mestinya.
2. Hasil lokakarya ini akan dibuatkan prosidingnya dan akan dikirimkan kepada
segenap stakeholders peserta lokakarya dan instansi/lembaga terkait yang
relevan, sebagai bahan dan kesamaan persepsi didalam melaksanakan tindak
lanjut.
3. Diperlukan koordinasi dan kerjasama yang lebih erat antara SSFFMP dengan
lembaga/instansi teknis terkait, serta para PPL yang membidangi kegiatan
lapangan yang ada.
4. SSFFMP EU Co-Director menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada segenap peserta serta panitia yang telah
memungkinkan terselenggaranya lokakarya ini dengan tertib, lancar dan
membuahkan rekomendasi-rekomendasi yang sangat bermanfaat guna
penyempurnaan program pemberdayaan masyarakat selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Konsultan SSFFMP, 2004. Sistem Usaha Tani Terpadu (Integrated
farming System) Solusi bagi peningkatan kesejahteraan Ekonomi keluarga
petani, dalam Kumpulan materi pelatihan sistem usaha tani terpadu,
Palembang, 11-12 Oktober 2004.
2. Bowen, M.R. et al (2000): Anthropogenic Fires in Indonesia: a View from
Sumatra. In Radojevic, M. and Eaton, P. (Eds). Forest Fires and Regional Haze
in South East Asia. Nova Science. New York.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
35
Lampiran 1
Agenda Lokakarya Program Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab Banyuasin:“Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat yang Berwawasan Gender sebagai bagian
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”Tgl 23-24 Agustus 2006 di Asrama Hají, Palembang
Time Topic Presenter Moderator
Hari Selasa,22 Agustus 2006
14.00 – 17.00 Registrasi/ Check In Hotel bagipeserta dari luar kota
20.00 – 22.00 Persiapan penyelenggaraanHari Rabu,
23 Agustus 2006
08.00 – 08.30 Registrasi peserta
PembukaanProtokolWardah
08.30 – 08.4010’
Laporan Penyelenggara CD Specialist
08.40 – 08.5015’
Sambutan dan pembukaanKetua MSF Kab
Banyuasin
08.50 – 09.0515’
Overview Kegiatan SSFFMPpada 4 desa prioritas di Kab
Banyuasin
DR Karl-HeinzSteinmann
09.05 – 09.2015’
Overview Kegiatan CDDjoko SetijonoCD Specialist
09.25 – 09.4015’
Overview Kegiatan Gender& Women Activities
Yandriani, SSFFMPGender Specialist
09.40 – 10.00 Coffee break
10.00 – 10.15Penjelasan tujuan dan
proses lokakaryaModerator
Eris Achyar
10.15 – 11.15
Topik I: Peningkatanpendapatan masyarakat
melalui budidaya padi padalahan pasang surut di Desa
Muara Telang dan Ds PrajenJaya
ModeratorEris Achyar
10’
Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui
optimalisasi budidaya padi dilahan pasang surut di Desa
Muara Telang dan DesaPrajen Jaya
Ir Yanter Hutapea,MSi - BPTP
Budi Raharjo, STP,MSi - BPTP
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
36
Time Topic Presenter Moderator
10’ Diskusi
10’
Pengalaman pengembanganKelompok Tani, UPJA danbudidaya padi lahan pasangsurut di Desa Muara Telang
Herman – Kades MaTelang
Oto Lihman -PPL Muara Telang
10’ Diskusi
10’
Pengalaman PengembanganKelompok Tani, UPJA danbudidaya padi lahan pasangsurut di Desa Prajen Jaya
Kades Prajen Jaya
Abbas – Ketua PokTani
10’ Diskusi
11.15 – 12.30
Topik II: Peningkatanpendapatan masyarakat
melalui penanganan pascapanen padi di Kab
Banyuasin
ModeratorM. Saleh
15’
Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui
penanganan pasca panen padi(Pengembangan AlsintanAlat pengering gabah BB
Sekam dan KantongHermetic) di Ds Upang
Budi Raharjo, STP,MSi - BPTP
10’ Diskusi
15’Dampak pengembangan
Pengering Gabah BB Sekamdi Kec Makarti Jaya
H Sumanto - KCDPertanian KecMakarti Jaya
10’ Diskusi
15’
Pengalaman pengoperasianalat pengering gabah
berbahan bakar sekam diDesa Upang
M Andi Nasir
10’ Diskusi
12.30 – 13.30Istirahat, Sholat & Makan
Siang
13.30 – 15.00Topik III: Pengolahankelapa terpadu di Ds
Talang Lubuk
ModeratorDjoko Setijono
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
37
Time Topic Presenter Moderator
15’
Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui
pengolahan sabut kelapa danarang di Ds Talang Lubuk
Ir Kgs A Kodir, MSi- BPTP
10’ Diskusi
15’
Peningkatan pendapatanmasyarakat melalui
pengolahan kelapa terpadu diSum-Sel
Ir Nasir Saari -DisBun SumSel
10’ Diskusi
15’
Peran dan fungsi DisKoperindag, UKM & PM
dalam mendukungpengolahan kelapa terpadu.
Suyanto, SIP, MM –Dis Koprindag,UKM & PM
15’Pengalaman Ketua rumahdagang pengolahan kelapa
terpadu di Ds Tl Lubuk
Sofyan –Ds Talang Lubuk
10’ Diskusi
15.00 – 15.30 Coffee break
15.30 – 16.45Topik IV: Penguatan
Kelembagaan KelompokTani
ModeratorDendi Satria
Buana
15’Peningkatan Managemen dan
Dinamika Kelompok TaniNurnajati -Yayasan Kemasda
10’ Diskusi
15’
Pendampinganreguler/bulanan KelompokTani oleh LSM pada 4 desa
di Kab Banyuasin
Dian M – OWA
Candra D – LPHPEM
10’ Diskusi
15’Pengalaman, permasalahandan harapan Motivator Desa
Ds UpangThamrin - Ds Upang
10’ Diskusi
16.45 – 17.00Pembagian kelompok danPengumuman untuk Acara
hari Ke 2
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
38
Hari Kamis,Tgl 24 Agustus
2006
08.30 – 09.00Penjelasan tata kerja
KelompokEris Achyar
09.00 – 10.3090’
Diskusi Kelompok I - IV
Kelompok I: KeberlanjutanKegiatan CD
FacilitatorDjoko Setijono
Kelompok II: KeberlanjutanIntegrasi Gender danKegiatan Perempuan
FacilitatorYandriani
Kelompok III: KeberlanjutanPenguatan Kelembagaan
Kelompok Tani
FacilitatorDendi Satria
Buana& M SalehKelompok IV: Identifikasi
peluang dukunganPemerintah Daerah dan
Swasta
FacilitatorEris Achyar
10.30 – 11.00 Coffee Break11.00 – 12.00
(60’)Diskusi Kelompok lanjutan Facilitators
12.00 – 13.00 Makan Siang
13.00 – 14.40Pleno, PresentasiKelompok I - IV
ModeratorEris Achyar
15’ Presentasi Kelompok I10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok II10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok III10’ Diskusi15’ Presentasi Kelompok IV10’ Diskusi
14.40 – 15.00 Coffee Break
15.00 – 15.30 Rencana Tindak LanjutModerator
Eris Achyar
15.30 – 16.00 PenutupanEU Co DirectorKa MSF Kab BA
Protokol
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
39
Lampiran 2
Daftar Peserta Lokakarya
No Nama L P Instansi
1. Abbas x Motivator Prajen Jaya2. Abidin Ahmad x Dinas Pertanian Ma. Telang3. Adriansyah x Kec. Betung BA4. Alion MS x PT. Anugerah Carbonic5. Amat Sahil x Motivator Desa Muara Telang6. Andi Humrah x Kelompok Tani Upang7. Andi Nasir x Kelompok Tani Upang8. Arfin x Camat Makarti Jaya9. Budi Madgani x PT. Anugerah Carbonic10. Budi Raharjo x BPTP SS11. Candra x LSM LPH PEM12. Dendi Satria Buana x SSFFMP13. Dian Maulina x LSM OWA14. Diana Firdausia x Biro PP SS15. Dikman Subari x Dinas Pertanian dan Hortikultura SS16. Djoko Setijono x SSFFMP17. Eliza Iriana, S.Pd x Yayasan Perada18. Elva x Dishut SS19. Eris A x SSFFMP20. Karl H. Steinmann x SSFFMP21. H. Rahmawati, SA x Dishut Prop SS22. H. Suparjo x Dinas Perkebunan SS23. Haslan Kayani x Perguruan Tinggi24. Hoiriyah x PKK Kab Banyuasin25. HR. Ganda Yuni x Kabid UED TTC26. Joko Samioso x Swasta27. M, Kori x PT. Anugerah Carbonic28. M. Zaini x Kades Prajen Jaya29. M. Zakir Hasan x BKP Kab Banyuasin30. Marwati x Motivator Prajen Jaya31. Maryamah Hamzah x FP Unsri32. Midranisia x Perguruan Tinggi33. Moh. Saleh x SSFFMP34. Mulyadi x Camat Banyuasin II35. Nailah Rolena x BPMD Prop SS36. Nasir Saari x Disbun SS37. Nurlailah , S.Sos x Camat Muara Telang38. Nurnajati. ZA x LSM Y. Kemasda39. Oto Lihman x PPL Muara Telang40. Pudiyaka x Majalah agribisnis
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
40
No Nama L P Instansi
41. Resa Setia A x BPTP SS42. Siti Mutmainnah x KSB PP43. Sobirin x Kelompok Tani Upang44. Sumanto x Ka. UPTD Makarti Jaya45. Sumarni x Motivator Talang Lubuk46. Sumyati, SP x Ka. UPTD Banyuasin47. Suyanto x Diskoprindag48. Syafitri Zamainah x Disbun Prop SS49. Thamrin Arisondi x Motivator Upang50. Umar x PD – LKS51. Yandriani x SSFFMP52. Yanter Hutapea x BPTP SS53. Yudi Zurial x Perguruan Tinggi
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
41
LAMPIRAN 3
DAFTAR PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK
KELOMPOK I
KEBERLANJUTAN KEGIATAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
No Nama Instansi
1. Alion MS Swasta
2. H. Rahmawati, SA Dishut Prop SS
3. Budi Raharjo BPTP SS
4. Budi Madgani PT. Anugrah
5. Ir. Midranisia Perguruan Tinggi
6. Sobirin Ketua Kelompok Tani
7. Abbas Motivator
8. Dikman Subari Dinas Pertanian dan Pangan SS
9. Sumanto Ka. UPTD Makarti Jaya
10 Candra LSM
11. Djoko Setijono SSFFMP
12. Mulyadi Camat Banyuasin II
13. Amat Sahil Motivator Desa Muara Telang
14. M, Kori PT. Anugerah
15 Sumarni Motivator
KELOMPOK II
KEBERLANJUTAN INTEGRASI GENDER DAN KEGIATAN PEREMPUAN
No Nama Instansi
1. M. Zakir Hasan Pokja II Banyuasin
2. Joko Samioso Swasta
3. Adriansyah Kec. Betung BA
4. Nailah Rolena BPMD Prop SS
5. Yandriani SSFFMP
6. Elva Dishut
7. Yanter Hutapea BPTP SS
8. Marwati Motivator
9 Andi Humrah Kelompok Tani
10. Siti Mutmainnahh KSB PP
11 Tamrin Arisondi Motivator
12. Diana Firdausia Biro PP SS
13. Hoiriyah PKK Banyuasin
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
42
KELOMPOK III
KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
No Nama Isntansi
1. Pudiyaka Majalah agribisnis
2. Dian Maulina LSM
3. Dendi Satria Buana SSFFMP
4. M. Zaini Kades Prajen Jaya
5. HR. Ganda Yuni Kabid UED TTC
6. Sumyati, SP Ka. UPTD Banyuasin
7. Resa Setia A BPTP SS
8. Eliza Iriana, S.Pd Yayasan Perada
9. Ir. Yudi Zurial Perguruan Tinggi
10 Andi Nasir Kelompok Tani
11. Arfin Camat Makarti Jaya
12 Oto Lihman PPL
13. Moh. Saleh SSFFMP
14. Syafitri Zamainah Disbun Prop SS
KELOMPOK IV
IDENTIFIKASI PELUANG DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DAN SWASTA
No Nama Instansi
1. Ir. Elun Dishut SS
2. Suyanto Diskoprindag
3. Ir. Nasir Saari Disbun SS
4. Hoiriyah PKK Banyuasin
5. Ir. Maryamah Hamzah MS FP Unsri
6. Siti Mutmainnah KSB PP
7. Ir Haslan Kayani Perguruan Tinggi
8. Nurlailah , S.Sos Camat Muara Telang
9. Diana Firdausia Biro PP SS
10 H. Suparjo Dinas Perkebunan
11. Umar PD – LKS
12. Abidin Ahmad Dinas Pertanian Ma. Telang
13. Nurnajati. ZA LSM
14. Ir. Haslan Kayani Perguruan Tinggi
15. Eris A SSFFMP
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
43
LAMPIRAN 4
MAKALAH & HANDOUT PAPARAN
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
44
Overview kegiatan SSFFMP
Dr Karl-Heinz Steinmann – SSFFMP EU Co-Director
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
45
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
46
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
47
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
48
CONTOH SUASANA PERTEMUAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT YANG BERWAWASAN GENDER
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
49
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
50
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
51
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
52
Overview program pemberdayaan masyarakat SSFFMP
di Kab Banyuasin
Djoko Setijono, SSFFMP CD Specialist
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
53
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
54
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
55
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
56
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
57
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
58
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
59
Overview kegiatan gender & women group
di Kab Banyuasin
Yandriani, SSFFMP Gender Specialist
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
60
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
61
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
62
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
63
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
64
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
65
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
66
TOPIK 1.
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI
BUDIDAYA PADI PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA
MUARA TELANG DAN DESA PRAJEN JAYA, KABUPATEN
BANYUASIN.
1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya padi
di lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen Jaya,
Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Jl. Kol. H. Barlian, Km 6 Kotak Pos
1265, Palembang 30153
2. Pengalaman pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya padi
lahan pasang surut di Desa Muara Telang
Herman – Kades Ma Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang
3. Pengalaman Pengembangan Kelompok Tani, UPJA dan budidaya padi
lahan pasang surut di Desa Prajen Jaya
Abbas – Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
67
Peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi budidaya
padi di lahan pasang surut di Desa Muara Telang dan Desa Prajen
Jaya, Kabupaten Banyuasin
Ir.Yanter Hutapea, MSi dan Ir.Budi Raharjo, MSi, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Selatan, Jl. Kol. H. Barlian, Km 6 Kotak Pos 1265, Palembang
30153
I. PENDAHULUAN
Pengembangan pertanian di lahan pasang surut merupakan perwujudan dari upaya
pemanfaatan potensi alam secara optimal berbasis pertanian pangan dan diharapkan
memberi sumbangan besar terhadap peningkatan produksi khususnya beras untuk
mencapai ketahanan pangan, disamping peningkatan kesejahteraan petani (Ananto et al .,
2000). Hal ini dilakukan dengan berbagai pendekatan baik teknis, ekonomis dan sosial
yang sudah mengeluarkan investasi besar di wilayah transmigrasi pasang surut. Namun
ada bagian yang hampir terlupakan, yakni masyarakat lokal yang bermukim di wilayah
bekas pemerintahan marga. Hal tersebut jika dibiarkan berlarut-larut tentunya akan
menimbulkan ketimpangan, yang akan menimbulkan gejolak dalam masyarakat dan jika
tidak disikapi secara arif akan mengarah pada persoalan yang lebih besar.
Todaro (1985) menyatakan, bahwa kemajuan yang diukur melalui peningkatan produksi
tidak otomatis menjamin bahwa pertumbuhan tersebut mencerminkan peningkatan
kesejahteraan secara merata. Masalah utamanya adalah ketidakseimbangan dalam
kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang yang terbuka dalam proses
pembangunan. Dengan proses pembangunan yang terus berlanjut, justru
ketidakseimbangan itu dapat makin membesar, yang mengakibatkan makin melebarnya
jurang kesenjangan.
Untuk mengatasi tantangan itu, diletakkan strategi pemberdayaan masyarakat. Dasar
pandangannya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar
persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam
masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan
mendinamisasikan potensinya, dengan kata lain memberdayakannya (Kartasasmita, 1996).
Keberhasilan pembangunan pertanian tidak akan tercapai jika pemerintah tidak
menciptakan kebijaksanaan penunjangnya seperti insentif yang diperlukan, kesempatan
berusaha dalam kegiatan ekonomi, kemudahan memperoleh input yang diperlukan (Arsyad,
1992).
Peningkatan produksi padi di Sumsel juga terjadi melalui upaya perluasan areal tanam.
Tidak jarang, untuk membuka areal pasang surut cara yang dilakukan petani adalah
dengan membakar. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang tidak kecil bagi sektor lain.
Kebakaran lahan usahatani dan hutan merupakan salah satu hal yang dapat mengganggu
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
68
kelestarian lingkungan dan telah dirasakan sebagai salah satu masalah nasional. Disamping
itu penanaman padi dengan sistem sonor yang sudah turun temurun dilakukan pada musim
kemarau, diakui memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal. Namun praktek ini, juga
menyumbangkan titik api dan kabut asap di musim kemarau. Salah satu cara yang
dianjurkan untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan pengkonsentrasian lahan
sonor, sehingga pembakarannya lebih mudah diawasi dan dikendalikan (Iqbal, 2005).
Menyikapi pentingnya mengatasi hal tersebut, maka pada tahun 2004 pemerintah melalui
Proyek Penanggulangan Kebakaran Hutan Sumatera Selatan (South Sumatra Forest Fire
Management Project) pada bidang pemberdayaan masyarakat (Community Development)
melakukan upaya untuk mengambil langkah bagaimana mengoptimalkan penggunaan lahan
sawah, agar lahan sawah yang selama ini ditanami satu kali, dapat ditingkatkan menjadi
dua kali disertai dengan menggunakan teknologi budidaya padi (intensifikasi). Sehingga
kegiatan petani sepanjang tahun lebih terfokus pada usahatani di lahan yang sama,
dengan demikian akan mengurangi peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena
pembukaan lahan baru. Dengan latar belakang tersebut, menjadi suatu hal yang menarik
untuk mengetahui perkembangan pendapatan masyarakat lokal akibat optimalisasi
budidaya padi yang sudah dilakukan di wilayah bekas pemerintahan marga.
II. METODOLOGI
Metode yang digunakan pada pengkajian ini adalah studi kasus pada petani peserta
Proyek Pengendalian Kebakaran Hutan Sumatera Selatan yang juga adalah para anggota
kelompok tani. Penentuan desa di lakukan scara sengaja di Desa Muara Telang Kecamatan
Muara Telang Kabupaten Banyuasin dan Desa Prajen Jaya Kecamatan Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin. Pengambilan sampel dilakukan secara acak berlapis tak berimbang,
yaitu berjumlah 30 petani di masing-masing desa.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kunjungan survai berulang (Multiple
visit survey) yang dilakukan dalam bulan Pebruari – Juli 2006. Data primer yang diliput
adalah: kepemilikan dan luas lahan yang digarap, sarana produksi yang digunakan, tenaga
kerja yang dicurahkan, harga input dan output dan kegiatan usahatani padi yang
dilakukan. Sedangkan data sekunder berupa keragaan anggota kelompok tani dan data
hasil pengkajian sebelumnya.
Untuk menganalisis besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh,
digunakan analisis pembelanjaan usahatani secara keseluruhan (Whole Budgeting
Analysis). Untuk melihat perkembangan pendapatan akibat penerapan teknologi anjuran
pada kegiatan ini dihitung besarnya pendapatan yang diperoleh sebelum dan sesudah
menerapkan teknologi anjuran.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
69
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknologi Usahatani Padi Yang dianjurkan
Untuk menunjang keberhasilan kegiatan yang dilakukan, kepada petani peserta diberikan
teknologi budidaya padi anjuran. Teknologi ini ditetapkan berdasarkan pengamatan lapang
sebelum kegaiatan ini dijalankan. Adapun teknologi budidaya padi anjuran tersebut
seperti pada Tabel 1 berikut
Tabel 1. Teknologi Budidaya Padi Yang Dianjurkan Pada Lahan Sawah Pasang
Surut Desa Muara Telang
No Komponen Teknologi Anjuran
1. Persiapan dan
pengolahan
lahan
Penebasan secara manual
Penyemprotan herbisida pra-tumbuh
Bajak, glebeg dan garu dengan menggunakan hand
traktor
2. Penanaman dan
penggunaan
benih
Tanam pindah, bibit disemai, pesemaian ditaburi
fungisida
Varietas: Ciherang, IR 42 dan Widas dengan volume
30 kg/ha
3. Umur bibit 17-21 hari setelah semai
4. Jumlah bibit per
rumpun
3-4 bibit
5. Jarak tanam 20 x 25 cm
6. Pemupukan Berdasarkan analisa tanah didapatkan dosis pupuk
Urea :150 kg/ha, SP-36 : 100 kg/ha, KCl : 50 kg/ha
7. Penataan Lahan Pembuatan pematang sawah pada lahan yang tidak
dibuat surjan
8. Pengendalian
OPT
Pendekatan PHT, dengan penggunaan secara
bijaksana
untuk pengendalian gulma dengan herbisida purna
tumbuh dan untuk pengendalian hama dengan
insektisida
9. Pengaturan air
(tata air mikro)
Pembuatan saluran cacing/kuarter di petakan sawah
Penampang saluran kuarter lebar atas 80 cm, lebar
bawah 50 cm dan tinggi 50-60 cm. Pada saluran ini
dilengkapi pintu sekat (stoplog) pada bagian
muaranya.
Saluran keliling perlu dibuat sepanjang pematang di
sekeliling petakan lahan. Lebar saluran 20 cm dan
dalamnya 40 cm.
Di dalam petakan lahan dibuat saluran cacing atau
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
70
kemalir untuk mempercepat pencucian bahan
beracun dari lahan. Lebar saluran 20 cm dan dalam
20 cm. Jarak antar saluran kemalir adalah 9-12 m.
10. Penanggulangan
gulma
Gulma dikendalikan dengan penyiangan sebanyak dua
kali, yaitu pada umur 3 minggu setelah tanam (mst)
dan 6 mst. Gulma dapat dikendalkan dengan
herbisida purna tumbuh dengan takaran 3-4
liter/ha, dengan volume semprot 400 – 500
liter/ha.
Pengendalian hama dan penyakitdilakukan dengan
pendekatan PHT dengan pengamatan serta
penggunaan pestisida secara bijaksana
11. Panen Perontokan dengan menggunakan power thresher
Penjemuran selama 2-3 hari dengan menggunakan
lantai jemur atau terpal dan dibolak balik..
Teknologi budidaya padi yang dianjurkan di lahan pasang surut Desa Prajen Jaya, pada
dasarnya sama dengan di Desa Muara Telang, yang membedakannya adalah dosis
pemupukan, dimana anjuran untuk penggunaan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha, SP36 = 50
kg/ha dan KCl = 50 kg/ha. Untuk pengolahan lahan dianjurkan pengolahan tanahnya secara
minimum (hanya diglebeg), karena tanah mineral yang ada di Desa Prajen (tipe luapan A)
lembek dan sudah melumpur (Raharjo dkk, 2005).
Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Muara Telang
Di Desa Muara Telang, berdasarkan hasil pengamatan pada tahun 2005, dalam kegiatan
pengolahan lahan, petani peserta melakukannya dengan traktor tangan, sedangkan bukan
petani peserta hanya dengan membersihkan lahan dan membalik tanah tersebut.
Komponen tenaga kerja ini memerlukan biaya yang lebih tinggi dibanding bahan maupun
alat yang digunakan. Pada tahun-tahun sebelumnya, musim tanam adalah pada bulan
Oktober-Nopember (musim hujan). Tetapi karena musim kemarau yang panjang, sampai
bulan Oktober dan kondisi air pasang maupun air tanah belum memenuhi syarat (masih
asin), maka disepakati musim tanam pada kegiatan tahun 2005 dimulai pada Bulan
Pebruari
Sebagai akibat penggunaan input teknologi yang lebih banyak dan beragam pada petani
peserta, maka biaya sarana produksinya lebih tinggi Rp 891.800/ha (41,82%) dibanding
bukan peserta (cara lama). Petani bukan peserta belum menggunakan pupuk dalam
usahataninya. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka mengetahui manfaat pupuk
tersebut, namun belum tentu mengetahui cara penerapannya. Di antara petani meskipun
tahu cara pemupukan, belum tentu menerapkannya. Hal ini disebabkan keterbatasan
modal kerja. Disamping itu di antara petani, ada juga yang beranggapan bahwa lahan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
71
tersebut masih cukup subur, sehingga belum memerlukan penggunaan pupuk pada
tanamannya.
Produksi gabah yang diperoleh petani peserta dengan menerapkan teknologi anjuran lebih
tinggi 1.300 kg/ha (52%) dibanding cara yang selama ini mereka terapkan atau cara yang
dilakukan bukan petani peserta. Dengan menghitungkan nilai rupiah semua input yang
diperlukan termasuk tenaga kerja, maka pendapatan petani peserta (Rp 774.950/ha/
musim tanam) lebih tinggi dibanding bukan petani peserta (Rp 365.950/ha/musim tanam)
atau lebih tinggi Rp 409.000/ha (111,7%).
Tabel 2. Analisis usahatani padi peserta dan bukan peserta per hektar di Desa Muara
Telang Tahun 2005.
Petani Peserta Bukan PesertaUraian
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
1. Benih padi Ciherang 30 90.000 50 kg 50.000
2. Pupuk
Urea 150 180.000
SP 36 100 175.000
KCl 50 87.500
3. Pestisida 360.000 246.000
4. Penyusutan Alat 156.250 122.000
5. Tenaga Kerja
Penebasan (borongan) 320.000 300.000
Penanggulangan gulma 5 HOK 100.000 10 HOK 200.000
Pengolahan tanah (borongan) 400.000 - 250.000
Semai 2 HOK 40.000 5 HOK 100.000
Penanaman (borongan) 360.000 300.000
Pemupukan 2 HOK 40.000
Penyemprotan hama 2 HOK 40.000 2 HOK 40.000
Penyulaman - - 4 HOK 80.000
6. Produksi padi (gkp) 3.800 kg 2.500 kg
7. Merontok 3.800 kg 217.150 2.500 kg 142.850
8. Penjemuran 79.150 52.000
9. Nilai bagi hasil di penggilingan
(beras)
158 kg 379.200 104 kg 249.600
10. Biaya total 3.024.250 2.132.450
11. Penerimaan (beras) 1.583 kg 3.799.200 1041 kg 2.498.400
12. Pendapatan 774.950 365.950
13. MBCR 1,46
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
72
Keterangan: Jumlah responden masing-masing 20 orang.
Nilai bagi hasil panen padi (gkp) antara pemilik : pemanen = 5:1
Nilai bagi hasil beras antara pemilik : penggilingan beras = 9:1
Upah merontok = Rp 3000/karung gkp (52,5 kg)
Upah menjemur = Rp 50/kg beras hasil giling
Penerimaan (beras) sesudah dikeluarkan untuk pemanen
Sumber: Hutapea dkk., 2005 (direvisi).
Jika dibandingkan antara penerapan teknologi budidaya padi yang dilakukan oleh petani
peserta kegiatan ini dengan tanpa penerapan teknologi yang dilakukan petani bukan
peserta menunjukkan nilai MBCR sebagai akibat penerapan teknologi sebesar 1,46 ini
menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000 akibat penerapan
teknologi anjuran akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 1.460
Pada tahun 2006 di Desa Muara Telang, banyaknya penggunaan benih oleh petani
melebihi anjuran. Hal ini disebabkan kekhawatiran mereka dan untuk mencegah kematian
di persemaian dan pertanaman. Penggunaan pupuk tidak lagi sesuai dengan anjuran,
dimana dalam 1 ha lahan yang diusahakan rata-rata penggunaan pupuk urea sebanyak
39,57 kg (anjuran = 150 kg), penggunaan pupuk SP 36 sebanyak 9,73 kg (anjuran = 100
kg) sedangkan penggunaan KCl sebanyak 4,5 kg (anjuran 50 kg).
Tabel 3. Analisis Usahatani Padi Petani Peserta per Hektar di Desa Muara Telang
Tahun 2005 Tahun 2006Uraian
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
1. Benih 30 90000 41,91 146.700
2. Pupuk
Urea 150 180.000 39,5 51.450
SP 36 100 175.000 9,7 15.575
KCl 50 87.500 4,5 13.650
3. Pestisida 360.000 360.000
4. Penyusutan Alat 156.250 156.250
5. Tenaga Kerja
Tebas (borongan) 320.000
Olah lahan 400.000 450.000
Penyemprotan hama 2 HOK 40.000 4 HOK 88.000
Semai 2 HOK 40.000 2 HOK 44.000
Penanaman, cabut benih
(borongan)
360.000 400.000
Pemupukan 2 HOK 40.000 1,46 HOK 32.275
Penyiangan 5 HOK 100.000 5 HOK 110.000
Pemanenan 634 kg 760.800 583,8 kg 905.025
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
73
Merontok (gkp) 3800 kg 217.150 3.503,3 kg 266.925
Jemur 1583 79.150 1459,7 kg 145.975
Penggilingan 158 379.200 145,97 452.500
6. Produksi padi (gkp) 3.800 3.503,3
7. Penerimaan (beras) 1.900 4.560.000 1.751,66 5.430.150
8. Biaya total 3.785.050 3.638.325
9. Pendapatan 774.950 1.791.825
Keterangan:
Tahun 2006
Nilai bagi hasil panen padi (gkp) antara pemilik : pemanen = 5 : 1
Nilai bagi hasil beras antara pemilik : penggilingan beras = 9 : 1 dari hasil giling sesudah
dikeluarkan bagian pemanen.
Upah menjemur = Rp 100/kg beras hasil giling
Upah merontok = Rp 4000/karung gkp (52,5 kg)
Penggunaan pupuk ini menurun dan tidak sesuai dengan anjuran disebabkan kemampuan
modal petani yang terbatas, dimana pada tahun 2006 ini petani di Desa Muara Telang
tidak lagi mendapat bantuan penggunaan input pupuk seperti pada tahun sebelumnya.
Perhitungan pada Tabel 3 untuk biaya totalnya masih termasuk biaya pemanenan, karena
dalam produksi beras yang dihasilkan belum mengeluarkan bagian untuk pemanen
(berbeda dengan Tabel 2).
Biaya total yang dikeluarkan oleh petani di Desa Muara Telang pada tahun 2005 sebesar
Rp 3.785.050/ha, produksi beras diperoleh sebanyak 1.900kg/ha. Sedangkan pada tahun
2006 biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 3.638.325/ha, produksi beras
diperoleh sebanyak 1.751,6 kg/ha. Dengan demikian, meskipun terjadi peningkatan harga
input dan upah tenaga kerja, namun penurunan penggunaan sejumlah sarana produksi
seperti pupuk dan berkurangnya hasil panen yang diolah menyebabkan penurunan biaya
total sebesar Rp 146.725/ha atau 3,87%, sedangkan produksi menurun sebesar 7,8%.
Meskipun terjadi penurunan produksi gabah/beras, namun penerimaan kotor (beras) pada
tahun 2005 sebelum dikurangi bagian-bagian pemanen sebesar Rp 4.560.000/ha,
sedangkan pada tahun 2006 sebesar Rp 5.430.150/ha atau meningkat sebesar 19,08%.
Peningkatan ini disebabkan peningkatan harga jual dari Rp 2.400/kg beras pada tahun
2005 menjadi Rp 3.100/kg pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 29,16%.
Secara parsial, maka usahatani yang diterapkan oleh petani peserta pada tahun 2005
memiliki nilai R/C sebesar 1,2 yang maknanya jika dikeluarkan biaya sebesar Rp 1.000
maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.200. Sedangkan nisbah R/C pada tahun 2006
sebesar 1,49. Menurut Soekartawi (1991) nisbah R/C digunakan untuk mengetahui layak
tidaknya suatu teknologi diaplikasikan. Jika dibandingkan pendapatan usahatani padi
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
74
tahun 2005 yang besarnya Rp 774.950/ha dengan pendapatan tahun 2006 sebesar Rp
1.791.825/ha, maka terjadi peningkatan pada tahun 2006 sebesar Rp1.016.875/ha atau
131,2%
Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi di Desa Prajen Jaya
Sebelum kegiatan dari proyek SSFFMP ini dilakukan, maka budidaya padi di Desa Prajen
Jaya, belum disertai penggunaan input seperti varietas unggul. Selama ini mereka masih
menggunakan varietas lokal, yang oleh penduduk setempat disebut padi Awan. Selain itu
mereka juga belum menerapkan pemupukan padi. Melalui pengenalan dan bantuan yang
diberikan pada petani peserta maka para petani mulai diperkenalkan dengan penggunaan
varietas unggul seperti IR 42 dan Ciherang disertai dengan bantuan pemupukan dan
pestisida. Pada tahun 2006, untuk pengolahan lahan, petani peserta melakukannya dengan
tenaga traktor tangan, sedangkan sebelumnya hanya dengan membersihkan lahan dan
membalik tanah tersebut sebelum ditanami.
Tabel 3. Analisis usahatani padi sebelum dan sesudah menerapkan teknologi anjuran
per hektar di Desa Prajen Jaya
Sebelum (tahun 2005) Sesudah (tahun 2006)Uraian
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
1. Benih 60 90.000 30 105.000
2. Pupuk
Urea 100 126.000
SP 36 50 140.000
KCl 50 60.000
3. Pestisida 174.000 185.000
4. Penyusutan Alat 145.500 145.500
5. Tenaga Kerja
Terbas/ olah lahan 8 HOK 120.000 275.000
Penyemprotan 2 HOK 40.000 2 HOK 44.000
Semai 3 HOK 45.000 3 HOK 51.000
Penanaman,cabut benih 40 HOK 600.000 40 HOK 680.000
Pemupukan 3 HOK 66.000
Penyiangan 8 HOK 136.000
Pemanenan 25 HOK 375.000 25 HOK 425.000
Merontok (gkp) 1.816,6 kg 103.800 3.750 kg 250.000
Jemur 36.350 93.750
Penggilingan 118 kg 295.000 243,75 804.375
6. Produksi padi (gkp) 1.816,6 kg 3.750 kg
7. Penerimaan (beras) 908,33 kg 2.270.850 1.875 kg 6.187.500
8. Biaya total 2.024.650 3.586.625
9. Pendapatan 246.200 2.600.875
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
75
Keterangan:
Beras bagian penggilingan = 13% dari hasil giling
Upah Tahun 2005 Tahun 2006
Upah merontok Rp 3.000/karung gkp (52,5 kg) Rp 3.000/karung gkp
Upah menjemur Rp 40/kg beras hasil giling Rp 50/kg beras hasil giling
Pada komponen tenaga kerja, maka pada tahun 2005, pencabutan benih dan penanaman
memerlukan biaya terbesar, sedangkan pada tahun 2006 yang memerlukan biaya terbesar
pada komponen tenaga kerja ini adalah biaya untuk menggiling beras. Dengan penggunaan
input yang bertambah ini, maka pada tahun 2006 terjadi penambahan biaya usahatani
padi dibanding tahun 2005. Biaya total yang diperlukan pada tahun 2006 sesudah
menerapkan teknologi anjuran sebesar Rp 3.586.625/ha, atau meningkat Rp 1.561.975
(77,14%) dibanding tahun 2005 sebelum mereka menerapkan teknologi anjuran.
Perbedaan yang menyolok pada biaya produksi ini adalah sebagai akibat penggunaan
pupuk, dan bagi hasil di penggilingan karena terjadi peningkatan produksi.
Pada tahun 2006, hasil produksi gabah kering panen meningkat sebesar 106% dibanding
tahun 2005. Besarnya penerimaan juga meningkat, bukan hanya disebabkan oleh
meningkatnya produksi, melainkan juga oleh peningkatan harga beras. Harga jual beras
petani tahun 2006 di Desa Prajen Jaya sebesar Rp 3.300/kg sedangkan pada tahun 2005
adalah Rp 2.500/kg atau meningkat sebesar 32%. Pada tahun 2006, besarnya pendapatan
usahatani padi yang diperoleh 10,5 kali dibanding pendapatan tahun 2005 atau meningkat
sebesar Rp 2.354.675/ha.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Di Desa Muara Telang, dengan perbaikan budidaya padi terjadi peningkatan produksi
gabah kering panen dari 2.500 kg/ha menjadi 3.800 kg/ha. Biaya sarana produksinya
meningkat dari Rp 2.132.450/ha menjadi Rp 3.024.250/ha dan pendapatan usahatani
meningkat dari Rp 365.950/ha menjadi Rp 774.950/ha.
2. Terjadi penurunan produksi yakni dari 3.800 kg/ha (tahun 2005) menjadi 3.503 ha
(tahun 2006) akibat penggunaan input yang tidak sesuai anjuran. Meskipun terjadi
peningkatan harga per unit input, namun terjadi penurunan biaya produksi dari Rp
3.785.050 tahun 2005 menjadi Rp 3.638.325/ha tahun 2006. Meskipun produksi
menurun, namun terjadi peningkatan pendapatan dari Rp 774.950/ha menjadi Rp
1.791.825/ha yang lebih diakibatkan oleh peningkatan harga jual beras.
3. Di Desa Prajen Jaya, dengan perbaikan teknik budidaya terjadi peningkatan produksi
gabah dari 1.816,6 kg/ha tahun 2005 menjadi 3.750 kg/ha pada tahun 2006. Biaya
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
76
produksi meningkat dari Rp 2.024.650/ha menjadi Rp 3.586.625/ha dan pendapatan
meningkat dari Rp 246.200/ha menjadi Rp 2.600.875/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto E. E., A. Supriyo dan Soentoro. 2000. Pengembangan Teknologi Pertanian
Tanaman Pangan Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Makalah Pada Seminar Hasil
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan. 1 – 2
Maret 2000 di Palembang.
Arsyad, L. 1992. Ekonomi Pembangunan. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta.
Hutapea, Y., B. Raharjo, Subowo dan Rijalallah, 2005. Optimalisasi Budidaya Tanaman
Padi Pada Sawah Pasang Surut. Laporan Kerjasama South Sumatera Forest Fire
Management Project dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan,
Palembang.
Iqbal, M. 2005. Sepintas Mengenai Sistem Padi Sonor. Warta Hijau Sumatera Selatan,
edisi 1, 2005.
Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Pustaka Cidesindo, Jakarta.
Raharjo, B., Y. Hutapea, Subowo dan Rijallah. 2005. Peningkatan Pendapatan Petani
Melalui Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Di Lahan Pasang Surut. Laporan Tahun 2005.
Kerjasama South Sumatra Forest Fire Management Project dengan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Palembang.
Soekartawi. 1991. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Todaro, M.P. 1985. Economic Development In The Third World. Longman, New York.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
77
Pengalaman pengembangan kelompok tani, UPJA dan budidaya padi lahan
pasang surut di Desa Muara Telang
Herman – Kades Muara Telang dan Oto Lihman - PPL Muara Telang
I. PENDAHULUAN
Program SSFFMP melalui program pemberdayaan masyarakat di desa Muara Telang
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin mulai tahun 2004/2005. adapun awal
kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1. Survey lokasi lahan untuk alokasi lahan
2. Temu lapang dengan para petani, kelompok tani, perangkat desa dan PPL, diskusi
dengan para petani dan petugas terkait untuk merencanakan kegiatan yang
dilaksanakan pada kelompok tani sasaran
3. Mengadakan acara pertemuan dengan para petani mendiskusikan tentang masalah
yang dihadapi oleh para petani.
II. KEGIATAN PROGRAM
Langkah awal kegiatan yang pertama dilakukan meliputi :
1. Survey lokasi pada kelompok tani ” Karya Tani” di Parit Gantung yaitu dengan
melakukan penelitian sample tanah yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Selatan,
Kepala Desa, PPL serta para petani yang tergabung dalam kelompok tani.
2. Survey lokasi pada Kelompok tani ” Tani Karya” di Teluk Bedegung dengan melakukan
penelitian sample tanah yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Selatan, Kepala Desa,
PPL serta para petani yang tergabung dalam kelompok tani.
3. Melakukan uji coba percontohan (demplot) Unit Perlakuan Khusus (UPK) 2 unit yang
dilaksanakan pada :
a. Kelompok tani ” Karya Tani” Parit Gantung luas 5 Ha. Petani imbasnya 10 Ha.
Varietas yang ditanam Patmawati, Widas dan Ciherang hasil produksi ubinan
rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP
b. Kelompok tani ” Tani Karya ” Teluk Bedegung luas 5 Ha. Petani imbasnya 10
Ha. Varietas yang ditanam Patmawati, Widas dan Ciherang hasil produksi
ubinan rata-rata 3,0 – 3,6 T/ha. GKP. Musim tanam tahun 2004/2005
III. PENGEMBANGAN KELOMPOK PERGULIRAN
Pengembangan perguliran kelompok pada musim tanam 2005/2006 dari 2 kelompok tani
percontohan berkembang menjadi 6 kelompok tani yaitu :
1. Kelompok tani ” Karya Tani” Parit Gantung 30 ha
2. Kelompok tani ” Tani Karya” Teluk Bedegung 30 ha
3. Kelompok tani ” Sumber Rejeki” Sungai Selat 20 ha
4. Kelompok tani ” Karya Usaha” Teluk Bedegung 15 ha
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
78
5. Kelompok tani ” Harapan Baru” Teluk Kelapa 15 ha
6. Kelompok tani ” Harapan Bersama” Teluk Kelapa 10 ha
Jumlah 120 ha
Hasil produksi panen musim tanam 2005/2006 pada tiap-tiap kelompok tani setelah
mengadakan acara ” PANEN RAYA” bersama Bapak Bupati Banyuasin, Proyek SSFFMP,
BPTP Sumatera Selatan, Lembaga, badan serta Dinas Instansi yang terkait hasil ubinan
pada kelompok Tani Karya mencapai 3,86 T/ha GKP.
Begitu juga pada pada kelompok – kelompok berikutnya rata-rata hasil panen setelah
melakukan ubinan pada tiap – tiap kelompok tani berkisar antara 3, 86 – 4,0 T/ha. GKP
IV. KENDALA DILAPANGAN
Masalah yang ada dilapangan pada saat ini adalah :
1. Masih minimnya tingkat pengetahuan para petani (SDM)
2. Masih lemahnya modal petani yang dimiliki
3. Masih kurangnya sarana dan prasarana ditingkat lokasi usaha tani, alsintan,
drainase dan alat pasca panen
4. Masih kurang kom pada saat pengolahan lahan dan musim tanam sehingga pada
saat musim panen terlambat dan kena serangan hama tikus dan burung.
V. PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA
Untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertanian (IPTEK) dari pihak
proyek SSFFMP memfasilitasi kegiatan bagi petani, kelompok tani, perangkat desa,
motivator desa dan penyuluh pertanian bekerjasama dengan BPTP Sumatera Selatan
berupa kegiatan :
1. Latihan tentang sistem budidaya pertanian
2. Latihan dan Kunjungan di lapangan (LAKU)
3. Study Banding ke Riau Pulp, Sawah Lunto Padang, Serpong, Suka Mandi, dan
Ciawi Bogor Jawa Barat
4. Mengadakan acara pelatihan kelembagaan bagi kelompok tani binaan dari LSM
Yayasan KEMASDA dan LSM Pendamping untuk 6 kelompok tani
VI. BANTUAN DARI SSFFMP PADA KELOMPOK TANI
Bantuan yang diberikan pada kelompok tani adalah :
1. Alsintan 2 unit Hand Traktor Mesin Kubota Body Quick (Implement, singkal,
gelebek dan garu)
2. 3 unit power tresher Mesin Honda G.300 7 HP
3. 4 unit Hand Sprayer merk Swan
4. Sarana Produksi (Saprodi) :
a. Pupuk Urea : 1.500 Kg
b. Pupuk SP.36 : 1.000 Kg
c. Pupuk KCL : 500 Kg
d. Benih Padi : 900 Kg
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
79
5. Herbisida pratumbuh merk Basmilang 480 Asltr (kemasan 1 liter)
6. Insektisida merk Rudal 25 EC 10 ltr (kemasan 250 ml)
7. Bantuan langsung dana untuk penguatan modal LPMD Usaha Bersama dalam
rangka acara ”Panen Raya” pada sawah pasang surut MT. 2006 sebesar Rp.
12.000.000,- (dua belas juta rupiah)
VII. PENINGKATAN KELEMBAGAAN
Dengan adanya program binaan dari proyek SSFFMP bekersama dengan BPTP Sumatera
Selatan melalui program Pemberdayaan Masyarakat yang berwawasan gender maka di
Desa Muara Telang telah terbentuk dan berdiri 2 lembaga baru antara lain :
1. Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Usaha Bersama yang mana
pengurusnya kaum perempuan, sesuai dengan asaz hasil musyawarah dan mufakat
rapat anggota
2. berdasarkan informasi, pengarahan dan petunjuk teknis dari Badan Ketahanan Pangan
(BPK) Kabupaten Banyuasin, maka para kelompok tani beserta anggotanya mengadakan
rapat dan musyawarah, sehingga terbentuklah kelompok ” Lumbung Pangan
Masyarakat Desa” (LPMD) Usaha Bersma yang menaungi 6 kelompok tani yang
bergabung.
VIII. PERMOHONAN DAN HARAPAN
Untuk kemajuan peningkatan hasil yang optimal sesuai dengan harapan kita bersama para
petani dan kelomok binaan masih mengharapkan uluran tangan dari pemerintah, lembaga,
instansi terkait dan khususnya program SSFFMP Sumatera Selatan kami mohon dan
mengharapkan untuk tahun 2006/2007 sebagai berikut :
1. Optimalisasi pertanian yang merata
2. Budi daya ternak sapi
3. Jaringan saluran Tata Air Mikro (TAM)
4. Alat Pasca Panen (Box Dryer dan lantai jemur)
5. Sarana dan prasarana pemerintah desa adalah
a. Alat transportasi (Speed Boat)
b. Alat penerangan (genset listrik)
c. Gudang penyimpanan (alat-alat pencegahan kebakaran hutan dan lahan)
d. Sanitasi dan MCK
IX. PENUTUP
Demikian laporan kegiatan program binaan proyek SSFFMP dan kerjasama dengan Balai
Penelitian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan, LSM serta Dinas Instansi
terkait melalui program pemberdayaan masyarakat dan segenepa aparat desa, motivator,
penyuluh pertanian yang ada didesa binaan.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
80
Pengalaman pengembangan kelompok tani padi budidaya lahan pasang surut di
Desa Prajen Jaya
Abbas, Ketua Kelompok Tani Kurnia Abadi Desa Prajen Jaya.
Menjadi sorang ketua kelompok tani merupakan hal yang sangat berharga sekali dalam
hidup saya, karena banyak sekali pengalaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan saya
dapatkan. Untuk itu kepada Allah SWT saya bersyukur atas berkat dan rahmatnya,
kepada seluruh anggota kelompok tani kurnia abadi dan bone jaya, masyaakat desa prajen
jaya saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya kepada saya. Dan
tak lupa sekali saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada proyek SSFFMP yang telah
membantu dan membina desa prajen jaya yang sangat asay cintai.
Selama menjadi kurang lebih 3 tahun sebagai ketua kelompok tani banyak pengalaman,
ilmu pengetahuan dan keterampilan telah saya dapat dan alami. Untuk itu saya
menceritakan pengalman, ilmu engetahuna yang baik dan sangat berharga bagi saya,
kelompok masyarakat desa prajen jaya, yaitu :
Mendapatkan pelatihan pengolahan pengembangan usaha budidaya padi pasang
surut.
Mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat pertanian ; hand tractor dan
perontok
Mendapatkan pelatihan pengolahan pasca panen
Mendapatkan sosialisasi pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar
sekam
Mendapat pelatihan penyuluhan ebakaran hutan dan lahan
Mendapatkan pelatihan regu kebakaran
Mendapatkan pelatihan motivator desa
Mendapatkan pelatihan gender dan pelatihan ERT
Mendapatkan pelatihan dinamika kelompok
Mendapatkan motivasi dan bantuan tehnis cara mengelolah kelompok melalui
pendampingan rutin
Mengikuti study banding ke banten dan jawa barat
Dll
Beberapa pelatihan, study banding dan pendampingan yang telah saya sebutkan adalah
pengalaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya ikuti dan saya ingat saja,
tetapi mungkin masih banyak yang tidak saya sebutkan.
Sedangkan keadaan kelompok saat ini yang saya kelolah bersama anggota dan pengurus
yang lain telah mengalami peningkatan yaitu :
Kelompok telah memiliki pengurus dan keanggotaan yang tetap
Kelompok telah mempunyai tujuan sehingga paham mengapa harus berkelompok
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
81
Kelompok telah mempunyai pembukuan administrasi organisasi dan administrasi
keuangan
Kelompok telah melakukan rapat anggota secara rutin
Kelompok telah menetapkan tabungan pokok, wajib, dan sukarela
Kelompok sudah bisa mebuat rencana kerja sendiri
Kelompok telah menyusun struktur organisasi kelompok
Dll
Tetapi tidak semua yang telah saya sebutkan berjalan dengan begitu lancar. Saya juga
mengalami sedikit kesulitan karena tida semua anggota pahan dan mengerti. Kesulitan
yang saya alami dalam hal mengajak dan menggugah kesadaran tentang pentingnya
menabung dan manjadikan rapat anggota adalah wadah untuk menyelesaikan semua
permasalahan yang ada dalam kelompok serta menghilangkan rasa curiga kepada
pengurus.
Dalam pengambangan usaha saat ini kelompok telah selesai melakukan panen. Panen kali ni
tergolong berhasil, karena telah sesuai dengan rencana kerja yang disusun. Walaupun ada
beberapa orang yang gagal dikarenakan penanaman tidak sesuai dengan perencanaan dan
perawatan yang kurang baik. Untuk pengembangan usaha, kelompok memelukan adanya
upaya – upaya tindak lanjut dari proyek SSFFMP sesuai dengan rekomendasi dari hasil-
hasil pertemuan pendampingan, seperti ;
Adanya perbaikan mesin bajak yang telah direkomendasikan oleh Bapak Gerald
Usaha kios saprodi
Permodalan
Adapun harapan saya yang mewakili kelompok dan masyarakat desa prajen jaya pada
umumnya kedepan adalah ;
Pihak proyek dapat menindak lanjuti usulan-usulan dan rekomendasi dari hasil-
hasil pertemuan kelompok
Adanya kerjasama yang lebih baik lagi dari semua pihak, dinas dan instansi
terkait
Kelompok berusaha untuk lebih mandiri
Demikianlah pengalaman yang dapat saya ceritakan lebih dan kurangnya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga pengalaman yang saya ceritakan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
82
TOPIK 2:
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI
PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI KAB BANYUASIN
1. Pengembangan Alat pengering gabah BB Sekam dan Kantong Hermetic)
di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya
Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,
*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
2. Dampak pengembangan Pengering Gabah BB Sekam di Kecamatan
Makarti Jaya
H Sumanto – Kepala Cabang Dinas Pertanian, Kecamatan Makarti Jaya
3. Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar sekam
di Desa Upang
M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
83
Pengembangan Alat Pengering Gabah Bahan Bakar Sekam dan Penyimpanan
Gabah dengan Sistem Hermetis
Budi Raharjo*, Sutrisno**, Yanter Hutapea* dan Renny Utami S*,
*“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan dan Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi.
ABSTRACT
The study and assessment (Litkaji) were conducted in tidal swamp area in Upang, Upang
Ceria, Mulya Sari and Telangsari Village South Sumatera since February 2005. The
project’s proponent was researcher team of BPTP South Sumatera and was funded by
Project of South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP) European Union.
The materials used in the project were 3 (there) varieties of dried rice grains (GKP),
those varieties were Ciherang, IR42 Manggar and Tiga Dara. The drying processes were
conducted 4 (four) times; Ciherang variety was dried once, IR42 Manggar variety was
dried twice and Tiga Dara variety was dried once. Each batch of draining used 3.5 tons
of dried rice grains (GKP). The machine utilized for the process was dryer machine with
paddy husk as fuel (Dryer BBS) of Husk stove model ABC, that was resulted from
Balitpa’s research in 2003. The drying parameters were measured followed the method
of grains drying thin layer, and the measurement was done every hour. In each batch,
after being drained sample of dried rice grains (GKP) amounting to 3x50kg was kept for
at least 12 hours, followed by grinding test to obtain the number of grinding conversion
factor, and then the quality of rice sample was analyzed. The grinding test was utilizing
commercial rice grinding machine type Double Pass, property of UPJA group, that the
group establishment was initiated by SSFFMP. Meanwhile analysis of rice quality was
conducted in the Quality Control Laboratory in Balitpa. The result showed that to
decrease moisture content of rice grain from 20.34% to 13.01% approximately was
required approximately 10 hours of drying. The drying process took place in average
temperature of 40C and Vu=6.65 m/min. The average of grinding conversion was
64.00%, that was higher than the result of prior studies, by sun drying and dryer BBM,
which were 34.83% and 64.74% respectively. The cost of rice grains draining was Rp.
20.21/kg GKP, that was lower compare to the cost of rice grains draining by sun drying
and dryer BBM which were Rp. 40.00/kg GKP and Rp. 80.00/kg GKP respectively. The
utilization of dryer BBS husk stove model ABC involved farmers, owner of RMU and
owner of dryer BBS, whose obtained additional value Rp. 923,000.00/ha, Rp.
199,750.00/ha and Rp. 98,950.00/ha respectively. Disemination result box dryer have
been replicate amount 10 units in another villlage made by local workshop. This
assessment also introduce hermetic storage system to improve seed and paddy quality,
that conducted in Field Laboratory BPTP Sumsel and farmers location.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
84
I. PENDAHULUAN
Di Sumatera Selatan, luas lahan pasang surut mencapai lebih kurang 1,3 juta hektar,
sampai saat ini telah direklamasi seluas 329.987 hektar yang ditujukan untuk menunjang
program transmigrasi, dimana setiap keluarga petani memperoleh lahan seluas 2,25
hektar, terdiri dari lahan perkarangan 0,25 hektar dan lahan usaha 2 hektar.
Lahan pasang surut Sumatera Selatan memiliki spesifikasi yang kurang menguntungkan
dipandang dari kepentingan pasca panen. Curah hujan dan kelengasan tanah yang tinggi,
menyebabkan tanah mudah tergenang. Mayoritas para transmigran yang menghuni wilayah
pasang surut, memiliki lahan sawah rata-rata 2 ha. Pada saat terjadi kegiatan panen yang
sifatnya serempak dan harus selesai dalam waktu singkat, akan terjadi kelangkaan tenaga
kerja. Selain itu fasilitas panen yang dimiliki petani minim, sehingga proses berlangsung
dalam waktu yang relatif panjang. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk mengeringkan dan
penyimpanan hasil panen. Dampaknya mutu beras giling menjadi rendah (Sutrisno dan Ananto,
2000). Selain mutu beras giling, masalah lain yang dirasakan dalam hal penanganan pasca
panen adalah penyimpanan untuk benih.
Kegiatan penelitian dan pengkajian (Litkaji) mengenai penanganan pasca panen padi sudah
dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian sejak era Proyek SWAMP, ISDP dan SUP
Pasang Surut Sumsel. Dari beberapa hasil litkaji tersebut, mulai tahun 2004
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan
SSFFMP yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani sebagai salah satu cara
mengurangi kebakaran hutan dan lahan di Sumsel (Raharjo et al., 2005a).
Selanjutnya pada tahun 2006 ini kerjasama yang telah dijalin dengan pihak SSFFMP akan
diperluas dengan keterlibatan lembaga penelitian internasional yaitu IRRI. Keterlibatan
IRRI dengan program post production work group tidak terlepas dari hasil telah dicapai
selama ini, terutama dalam hal pengeringan gabah dengan menggunakan alat pengering
modifikasi tipe box (flat bed) berbahan bakar sekam padi dan penggenalan Rice Milling
Units (RMU) double past.
1.1. Teknologi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam
Untuk meningkatkan daya saing beras lokal diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan
rendemen dan mutu beras giling, serta menurunkan biaya produksi beras.
Upaya meningkatkan produksi hasil pertanian dapat dilakukan melalui perluasan areal
tanam yang di lahan transmigrasi wilayah pasang surut Sumsel juga dilakukan dengan
pembakaran lahan. Padahal masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan petani dengan menekan kehilangan hasil panen dan meningkatkan kualitasnya
yang akan meningkatkan nilai jual. Dengan demikian petani lebih diberdayakan untuk
memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan memberikan bantuan yang
memungkinkan mereka untuk berkembang.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
85
Mengeringkan gabah di lahan pasang surut Sumsel umumnya masih dilakukan dengan
fasilitas yang minim seperti tikar, terpal. Namun ada juga yang menggunakan lantai
jemur. Kesemuanya ini tergantung penuh dengan sinar matahari. Hal ini akan menjadi
masalah ketika musim hujan tiba.
Penggunaan bahan bakar minyak untuk pengeringan gabah harganya terus meningkat, juga
sebagai akibat biaya transportasi dan ketersediaannya sering mengalami kelangkaan. Di
lain fihak, keberadaan sekam di unit-unit penggilingan padi cukup banyak, dan posisinya
lebih dipandang sebagai limbah. Oleh karena itu hadirnya tungku model “ABC”
menggunakan sekam sebagai bahan bakarnya di dalam sistem pengeringan menggantikan
fungsi burner BBM, membuka peluang menurunkan biaya pengeringan. Biaya pengeringan
gabah tidak saja menjadi lebih rendah tetapi cukup bersaing dengan penjemuran. Hal ini
akan membuka peluang dimana mesin pengering tidak hanya digunakan pada panen musim
hujan tetapi juga di musim kemarau. Dengan demikian masa operasi mesin pengering per
tahun akan bertambah panjang.
Selain ramah lingkungan karena menggunakan sekam yang selama ini masih dianggap
sebagai limbah, abu sekam hasil pembakaran dari tungku t dapat digunakan untuk
memperbaiki keasaman tanah lahan pasang surut (bahan amelioran).
Hasil percobaan pengeringan gabah galur S 3254 sebanyak 5,5 t hasil panen MK-2 IP 300
di Kebun Percobaan Sukamandi menggunakan Dryer BBS tungku model ABC dan dikontrol
oleh penjemuran, menunjukkan bahwa rendemen beras giling berturut-turut 64,50 % dan
60,40 %; sedangkan persentase beras kepala berturut-turut 76,35 % dan 64,30 %
(Sutrisno et al., 1999). Percobaan pengeringan gabah varietas Ciherang sebanyak 2002 kg
menggunakan dryer BBS dan dikontrol oleh penjemuran, menunjukkan bahwa rendemen
beras giling berturut-turut 66,47 % dan 64,27 %; persentase beras kepala berturut-
turut 80,07 % dan 60,51 %; biaya pengeringan dryer BBS, penjemuran, dan dryer BBM
berturut-turut Rp.22,55/kg GKP; Rp.30,00/kg GKP; dan Rp.60,00/kg GKP (Sutrisno,
2004).
Hasil ujicoba pada kegitan CD SSFFMP di Desa Upang menunjukkan, bahwa rendemen
giling rata-rata dari tiga varietas (Ciherang, IR42 Manggar dan Tiga Dara) sebesar
64,00%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penjemuran (60,00%) dan
Dryer BBM (62,00%) pada penelitian sebelumnya. Persentase beras kepala rata-rata dari
tiga varietas sebesar 69,96% juga lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penjemuran
(34,83%) dan Dryer BBM (64,75%) (Raharjo et al., 2005b).
1.2. Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih
Di lahan pasang surut Sumatera Selatan sebagian besar pertanaman padi dilaksanakan
satu kali atau satu musim, yaitu pada saat musim hujan Oktober-April. Kondisi ini
menyebabkan masalah penyimpanan hasil terutama untuk stock gabah konsumsi dan benih
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
86
menjadi masalah. Panen yang dihasilkan pada bulan Februari-April, untuk benih harus
disimpan selama 6-8 bulan menunggu musim berikutnya.
Cara dan alat penyimpanan gabah dan benih yang kurang optimal yang dilaksanakan oleh
petani saat ini menyebabkan antara lain; (i) Daya tumbuh benih menurun; (ii) Tingkat
kerusakan gabah dan benih akibat serangan hama gudang ( tikus, serangga bubuk) tinggi;
dan (iii) Kualitas dan rendemen beras giling yang rendah.
Teknologi penyimpanan gabah dan benih yang sederhana dan secara efektif dapat
meningkatkan lama simpan, mengurangi tingkat serangan hama gudang dan sekaligus
meningkatkan kualitas dan rendemen beras giling telah diuji coba di beberapa negara.
Penelitian yang dilaksanakan oleh IRRI dan Balai Besar Pasca Panen telah merekomendasi
beberapa cara penyimpanan sederhana antara lain penggunaan hermetic storage. Metode
pada penyimpanan ini adalah dengan cara mengurangi kandungan oksigen di dalam tempat
penyimpanan < 2%, kadar oksigen yang sangat rendah menyebabkan serangga atau kutu
tidak dapat hidup.
Penggunaan bahan yang selektif dapat menciptakan suasana hermetic di dalam tempat
penyimpanan. Beberapa jenis alat atau bahan yang dapat digunakan antara lain
penggunaan superbag atau "kantong semar".
1.3. Tujuan
1. Memperbaiki kualitas, meningkatkan rendemen dan mempertahankan daya simpan
produk pertanian, terutama padi untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan
petani di lahan Rawa Pasang Surut Sumatera Selatan di lokasi Desa-desa Prioritas
CD SSFFMP.
2. Diseminasi teknologi penanganan pasca panen untuk meningkatkan mutu dan daya
simpan gabah atau benih di lahan rawa pasang surut bekerjasama dengan IRRI dan
Balitpa
3. Meningkatkan pendapatan melalui perbaikan teknologi penanganan pasca panen
padi.
1.4. Luaran
Perbaikan kualitas, peningkatan rendemen dan daya simpan produk pertanian, terutama
padi untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani di lahan Rawa Pasang Surut
Sumatera Selatan
II. METODOLOGI
2. 1 Pendekatan
Pengkajian dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif petani dengan memprioritaskan
pemecahan masalah setempat (petani dan lahan) sehingga diharapkan dampaknya akan
langsung dirasakan petani. Pemecahan masalah teknis budidaya dipecahkan melalui
penerapan teknologi yang sudah ada secara optimal, atau mengadaptasikan beberapa
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
87
alternatif teknologi yang dihasilkan Puslit/Balit terkait. Teknologi yang diterapkan
mempertimbangkan kemampuan petani dan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
dan melibatkan partisipasi petani. Upaya peningkatan partisipasi petani dilakukan melalui
pengembangan teknologi yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka dan
kerjasama antar institusi/kelembagaan untuk mempertajam penilaian dan mempercepat
upaya dan mempermudah pengembangan selanjutnya.
2.2. Ruang Lingkup Pengembangan Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam
2.2.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februrai s/d Desember 2006 dengan mengambil lokasi
di daerah sentra produksi padi lahan pasang surut Kabupaten Banyuasin. Kelompok
sasaran kegiatan ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok UPJA, diutamakan
yang dekat atau memiliki fasilitas penggilingan.
2.2.2. Bahan
Bahan berupa gabah basah (GKP) hasil panen petani yang selanjutnya akan dikeringkan
menggunakan alat pengering.
2.2.3. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan yaitu;
(1) 1 unit mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam, (2)
Flow meter, (3) Moisture Meter, (4) RMU, dan (5) Peralatan pendukung lainnya.
Mesin pengering yang digunakan adalah mesin pengering tungku tunggal bahan bakar
sekam model “ABC” bahan bakar sekam, kapasitas 3 t GKP. Mesin pengering ini terdiri
dari 3 komponen, yaitu bak pengering, tungku, dan blower aksial yang digerakkan oleh
motor bakar.
1. Bak Pengering
Bak pengering berbentuk kotak berukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,1 m,
terbuat dari tembok menggunakan bahan bata merah, semen, dan pasir. Agar
konstruksinya kokoh maka diperkuat dengan menggunakan kerangka besi beton pada
setiap sudut dan dibagian tengah setiap bidang sisi-sisinya, kemudian kerangka besi
beton tersebut dihubungkan dengan slope. Pada ketinggian 50 cm dari alas, dipasang besi
pelat porus dengan Ø lubang pori 2 mm, sebagai alas dari ruang pengering (Gambar 1).
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
88
Keterangan :
1. Bak Pengering 2. Besi Pelat Porus 3. Termometer Jarum
4. Pintu unloading 5. Tangga 6. Sal udara dari bhn terpal
7. Blower aksil 60 cm 8. Plenum 9. Motor bakar penggerak blower
10. Tungku
Dengan demikian ruang pengering sebagai tempat gabah yang akan dikeringkan
mempunyai ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 60 cm. Di sebelah bawah dari ruang
pengering merupakan ruangan kosong untuk menampung udara pengering (plenum) dengan
ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 50 cm. Ruang plenum bagian depan pada posisi
tengah, dibuat lubang pemasukan udara pengering, berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran panjang (sisi mendatar) 41cm, dan tinggi (sisi tegak) 32 cm. Pada posisi
tengah dari salah satu sisi panjang bak pengering, dibuat lubang pintu “unloading”
dengan ukuran lebar 50 cm dan tinggi 60 cm. Pada alas ruang pengering yang terbuat dari
besi pelat porus, dibuat pintu yang dapat dibuka dan ditutup (biasanya pada salah satu
sudut bagian belakang) berukuran 50 cm x 50 cm, yang diperlukan oleh petugas untuk
membersihkan ruang plenum. Pemasangan besi pelat lubang menggunakan kerangka kayu
berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 50 cm, bahan dari kayu kaso berukuran 4x6
cm. Pada setiap sudut dari bujur sangkar ditopang oleh kaki setinggi 50 cm, dari bahan
yang sama. Di bagian depan ruang plenum, pada posisi samping dari lubang pemasukan
udara pengering, dipasang sebuah termometer jarum berdiameter ± 7 cm, kemampuan
ukur 100 °C, untuk mengukur suhu udara di dalam ruang plenum (suhu pengeringan).
2
5
8
1
3
4 6
7
9
10
Gambar 1. Mesin pengering box dryerbahan dari tembok + tungkutunggal model “ABC”
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
89
2. Tungku
Tungku sekam yang digunakan yaitu tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam, hasil
penelitian Balitpa tahun 2003. Tungku ini mempunyai konstruksi “knock down” terbuat
dari bahan besi pelat dengan ketebalan 2 mm, dan 1,2 mm. Tungku terdiri dari 4
komponen yaitu ruang pembakaran sekam, hopper yang dilengkapi dengan nako, rumah
tungku, dan cerobong asap. Tungku menggunkan sistem pemenasan udara secara tidak
langsung (indirect heating), sehingga udara pengering yang dihasilkan bersih, bebas dari
segala bentuk polusi. Oleh karena itu pengering ini dapat digunakan untuk mengeringkan
berbagai macam komoditas, baik yang masih terlindung oleh kulit maupun yang sudah
dikupas, tanpa mengganggu aroma dari produk keringnya. Sketsa dari tungku yang
dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 2.
Keterangan :
1. Nako 5. Pintu darurat 9. Roda
2. Hopper 6. Penyambung
3. Cerobong asap 7. Saluran penghubung
4. Rumah tungku 8. Penyambung
Gambar 2. Tungku sekam model “ABC” bahan bakar sekam
3. Blower
Blower yang digunakan yaitu blower tipe aksial Ø 60 cm, yang digerakkan oleh sebuah
motor diesel 7,2 PS.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
90
2.3 Ruang Lingkup Ujicoba Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih
2.3.1. Penentuan Lokasi Ujicoba
Lokasi pengembangan yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan antara lain : (1) Sentra
produksi padi di lahan pasang surut Sumatera Selatan, (2) Memiliki respon yang positip
terhadap pengembangan teknologi penyimpanan gabah dan benih, (3) Memiliki
permasalahan penyimpanan gabah dan benih.
2.3.2. Bahan
Gabah atau benih yang sudah dikeringkan sampai kadar air aman untuk disimpan.
2.3.2. Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan antara lain; (1) IRRI Super Bag, (2) Kantong Semar, (3) Vulcani
Cube kapasitas 5 t, (4) IRRI Moisture Meter, (5) Oxygen Meter, (6) IRRI Quality Kits,
(7) Karung, dan (8) Drum atau derigen plastik.
2.3.4. Sosialisasi Kegiatan di lokasi Petani .
Rencana kegiatan/kerja yang akan dilakukan di lokasi tersebut dan sejauh mana
keterlibatan petani pada kegiatan dimaksud akan dijelaskan pada tahap sosialisasi ini.
Pada tahap ini juga dijelaskan mengenai sejauh mana manfaat dari kegiatan ini pada
petani atau kelompok tani.
2.3.5. Demontrasi dan Pelatihan Penggunaan Alat Penyimpanan
Materi yang diberikan berupa teori dan praktek penyimpanan alat pengering dan
pengetahuan dasar tentang proses penyimpanan benih dan gabah. Selain itu diberikan
juga materi teknologi penanganan pasca panen mulai dari panen, perontokan dan
pengeringan. Peserta pelatihan terdiri anggota kelompok tani, PLL dan petugas lapang.
2.3.6 Monitoring dan Pencatatan
Kegiatan ini dilakukan oleh Tim sebagai bagian pertanggungan jawaban terhadap hasil
kegiatan yang diadakan. Sedangkan tujuannya yaitu untuk mengetahui secara dini
masalah-masalah yang masih terjadi di lapangan, dan selanjutnya mencarikan jalan
keluarnya. Masalah ini dapat bersifat teknis, sosial, atau budaya. Dalam usahanya untuk
mendapatkan jalan keluar dari masalah yang timbul di lapangan, Tim pengkajian dapat
berkonsultasi dengan Tenaga Ahli dari Balitpa, BPTP Sumsel , SSFFMP dan IRRI.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Pengering Tipe Box Modifikasi dengan
Tungku Sekam Model ABC.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
91
Hasil pengukuran parameter pengeringan disajikan pada Tabel 1, dan pola penurunan
kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan berlangsung ditunjukkan oleh
Gambar 3. Dari Tabel 1 tampak bahwa untuk menurunkan kadar air gabah dari 19,76 %
menjadi 13,44 % memerlukan waktu 10 jam, atau laju pengeringan rata-rata sebesar 0,63
%/jam. Proses pengeringan gabah berlangsung pada suhu rata-rata, Tpl= 40 °C, dan Vu
=6,65 m/menit. Suhu dan kadar air gabah per lapis tidak sama, TB>TT>TA dan MB<MT<MA
(Gambar 3). Hal ini disebabkan aliran udara panas dari bawah ke atas.
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggar di Desa
Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari 2005).
Ta (°C) Tgabah (°C) Mgabah (%)No
.
WIB
Tbk Tbb
Tpl
(°C)
Te
(°C)B T A B T A
M
(%)
Vu
(m/me
nit)
0 10.00 - - - 19,7
6
19,7
6
19,7
6
19,7
6
6,50
1 11.00 34,
50
31,5
0
36,
00
32,
00
33,
67
31,5
0
31,2
0
18,5
0
19,5
0
19,7
0
19,2
3
6,50
2 12.00 34,
50
31,5
0
40,
00
32,
00
38,
00
35,
00
32,
50
18,0
0
19,3
0
19,5
0
18,9
3
6,50
3 13.00 35,
50
32,
50
40,
00
32,
00
39,
50
35,
50
32,
50
17,6
0
19,0
0
19,4
0
18,6
7
6,50
4 14.00 36,
50
32,
50
42,
00
32,
50
40,
00
36,
00
34,
00
16,9
7
18,5
0
19,1
0
18,1
9
6,50
5 15.00 36,
50
32,
50
40,
00
32,
50
40,
00
38,
50
36,
00
15,4
0
18,3
3
18,5
3
17,4
2
6,50
6 16.00 31,0
0
29,
00
40,
00
35,
00
40,
00
39,
20
36,
50
14,0
7
16,5
0
17,8
0
16,1
2
6,50
7 17.00 32,
50
30,
20
42,
00
35,
50
41,0
0
39,
50
38,
00
13,1
7
15,7
0
16,9
0
15,2
6
6,50
8 18.00 32,
50
30,
50
40,
00
35,
50
40,
00
39,
00
38,
50
12,8
0
14,5
0
16,0
0
13,8
7
7,00
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
92
9 19.00 31,0
0
29,
00
40,
00
35,
00
40,
00
39,
50
39,
00
12,4
0
13,3
0
15,5
0
13,7
3
7,00
10 20.0
0
29,
00
27,
00
40,
00
35,
00
40,
00
40,
00
39,
50
11,9
0
13,1
5
15,2
7
13,4
4
7,00
Rata-rata 33,
35
30,
62
40,
00
33,
70
6,65
Keterangan :
Ta, suhu ambient Te, suhu exhaust MB, kadar air
gabah lapis bawah
Tbk, suhu bola kering TB, suhu gabah lapis bawah MT, kadar air
gabah lapis tengah
Tbb, suhu bola basah TT, suhu gabah lapis tengah MA, kadar
air gabah lapis atas
Tpl, suhu plenum (suhu pengeringan) TA, suhu gabah lapis atas M, kadar air
gabah rata-rata
Vu, kecepatan aliran udara
Gambar 3. Pola penurunan kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan.
Penurunan kadar air gabah selama 10 jam proses pengeringan pada lapisan bawah, tengah
dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%. Pola yang terjadi pada Tabel 1
dan Gambar 4, sama dengan pola pada varietas yang lain yaitu Tiga Dara, dan Ciherang.
0 .0 0
5 .0 0
1 0 .0 0
1 5 .0 0
2 0 .0 0
2 5 .0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0
W a k tu ( j a m )
K.a
.gab
ah(%
)
B
T
A
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
93
3.2 Test Penggilingan
Test penggilingan menghasilkan angka rendemen giling, ditunjukkan oleh Tabel 2
Tabel 2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan Dryer BBS.
No. Varietas Gabah Rendemen (%)
1. IR42 Manggar 64,00
2. IR42 Manggar 63,75
3. Tiga Dara 63,25
4. Ciherang 65,00
Rata-rata 64,00
Angka rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % (Tabel 2) lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya
berturut-turut 60 % dan 62 % (Ananto et al., 1999).
3.3. Analisis Mutu Beras
Analisis mutu beras dilaksanakan di Laboratorium Gugus Kendali Mutu di Balitpa, hasilnya
ditunjukkan oleh Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasil
Dryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan.
No. Varietas Gabah Beras Kepala (%)
1. IR42 Manggar 79,75
2. IR42 Manggar 63,51
3. Tiga Dara 59,69
4. Ciherang 76,89
Rata-rata 69,96
Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % (Tabel 3) lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya berturut-turut
34,83 % dan 64,75 % (Ananto et al., 1999).
3.4. Perhitungan Ekonomi
Perhitungan secara ekonomis dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh
oleh berbagai fihak yang terlibat dalam penerapan teknologi yaitu petani, RMU, dan
Dryer BBS.
Asumsi :
Produktivitas lahan : 5 t GKP/ha
Rendemen pengeringan dengan Dryer BBS 87,5 %
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
94
Rendemen penjemuran 85 %
Rendemen beras giling dengan Dryer BBS 64,00 %
Rendemen penjemuran 60,00 %
% beras kepala hasil Dryer BBS 69,96 %, harga beras Rp.2.200,-/kg
% beras kepala hasil penjemuran 34,83 %, harga beras Rp.1.900,-/kg
Upah penjemuran Rp.40,00/kg GKP
Upah Dryer BBS sama dengan upah penjemuran Rp.40,-/kg GKP (Biaya pokok Rp.20,21.kg
GKP)
Upah giling dibayar natura sebesar 15 % dari hasil beras yang digiling.
Hasil samping bekatul 8 % dari GKG; harga jual Rp.250,-/kg
Tabel 3. Analisis Biaya Pengeringan Menggunakan Dryer BBS dan Penjemuran pada Bulan
Februari 2005
Uraian Dryer BBS Penjemuran
Pengeluaran
Upah pengeringan 5.000 GKP (Rp) 200.000 200.000
GKG yang didapat (kg) 4.375 4.250
BG yang didapat (kg) 2.800 2.550
Upah penggilingan 15 % x BG (kg) 420 382,5
Upah penggilingan (Rp) 924.000 726.750
Bekatul untuk RMU 4 % (kg) 112 102
Bekatul untuk RMU Rp.250,-.kg
(Rp)
28.000 25.500
Total pengeluaran (Rp) 1.152.000 952.250
Pendapatan
BG netto (kg) 2.380 2.167,5
Uang yang didapat dari penjualan
beras (Rp)
5.236.000 4.118.250
Uang dari penjualan bekatul 8 %
(Rp)
56.000 51.000
Total pendapatan (Rp) 5.292.000 4.169.250
Pendapatan petani (Rp/ha) 4.140.000 3.217.000
Nilai tambah bagi petani (Rp/ha) 923.000 0,00
Nilai tambah bagi penggilingan 199.750 0,00
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
95
(Rp/ha)
Nilai tambah Dryer BBS (Rp/ha) 98.950 0,00
Nilai tambah RMU+Dryer BBS
(Rp/ha)
298.700 0,00
3.5. Diseminasi dan Penyebar Luasan Alat Pengering Tipe Box Modifikasi dengan
Tungku Sekam Model ABC.
Kegiatan diseminasi yang dilakukan antara lain:
1. Sosialisasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam kepada pengelola bengkel
alsintan, pemilik RMU, kelompok tani.
2. Kunjungan lapang ke pengusaha RMU dan Bengkel Alsintan.
3. Pameran pada acara Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Daerah dan Nasional
4. Pembuatan materi pameran/panel alat pengering gabah berbahan bakar sekam
5. Seminar Regional, Nasional dan Internasional.
Kegiatan ini bertujuan;
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam
pengoperasian dan penggunaan alat pengering gabah.
Mendesiminasikan teknologi pengeringan gabah mengunakan bahan bakar sekam
kepada pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tani, petugas pertanian
lapangan dan stake holder lainnya.
Sedangkan keluaran yang diharapkan;
Terdesiminasikannya teknologi pengeringan gabah dengan menggunakan bahan
bakar sekam padi kepada petani kooperator dan non-kooperator, petugas
pertanian lapangan dan stake holder lainnya.
Hasil yang didapat:
Peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi alat pengering gabah bahan bakar
sekam pada tanggal 30 September 2005 di Palembang sebanyak 40 orang.
Pembuatan tungku sekam dan blower axial oleh bengkel lokal pada 2 (dua) bengkel
alsintan.
Replikasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam oleh pengusaha RMU
sebanyak 10 unit.
Perbaikan disain blower axial untuk kapasitas pengering yang lebih besar
menggunakan disain dari Vietnam oleh bengkel Santoso di Palembang.
Pembuatan tungku sekam oleh Bengkel Santoso di Palembang.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
96
Rencana pembuatan fasilitas “blower testing” kerjasama antara IRRI-BPTP
Sumsel dan SSFFMP serta Unsri.
Tabel 4. Penyebaran Replikasi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam pada
Pengusaha RMU dampak dari Diseminasi Hasil Kegiatan CD SSFFMP.
No Nama Kapasitas
Tungku
Ukuran Bak
Pengering
Bengkel
Pembuat
Lokasi Keteranga
n
1. Andi Kube 6-8 ton (3x10x1,3)
m3
Bengkel
Ramin
Desa Upang
Ceria
Box Dryer
Modifikasi
2. Harsono 3,5 ton (6x2x1,1) m3 Bengkel
Ramin
Desa Sri
Mulyo
Box Dryer
Agrindo
3. H. temu 6-9 ton (3x10x1,2)
m3
Bengkel
Ramin
Desa Upang
Ceria
Box Dryer
Modifikasi
4. Arsyad 6-8 ton Bengkel
Ramin
Desa Upang
Ceria
Box Dryer
Modifikasi
5. H. Saude 8-10 ton (4x10x1,2)
m3
Bengkel
Ramin
Desa Upang
Ceria
Box Dryer
Modifikasi
6. Usup Bengkel
Mamat
Jalur 8
Saleh
Box Dryer
Modifikasi
7. H. Taro Bengkel
Mamat
Desa Upang
Mulia
Box Dryer
Modifikasi
8. Mad Alok Bengkel
Mamat
Desa Upang
Mulia
Box Dryer
Modifikasi
9. p.m Bengkel
Mamat
Desa Saleh
Agung
Box Dryer
Modifikasi
10. p.m Bengkel
Mamat
Desa Saleh
Agung
Box Dryer
Modifikasi
3.5. Ujicoba Teknologi Penyimpanan Gabah dan Benih
Teknologi penyimpanan gabah dan benih yang sederhana dan secara efektif dapat
meningkatkan lama simpan, mengurangi tingkat serangan hama gudang dan sekaligus
meningkatkan kualitas dan rendemen beras giling telah diuji coba di beberapa negara.
Penelitian yang dilaksanakan oleh IRRI dan Balai Besar Pasca Panen telah merekomendasi
beberapa cara penyimpanan sederhana antara lain dengan metode hermetic storage.
Metode pada penyimpanan ini adalah dengan cara mengurangi kandungan oksigen di dalam
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
97
tempat penyimpanan < 2%, kadar oksigen yang sangat rendah menyebabkan serangga atau
kutu tidak dapat hidup.
Penggunaan bahan yang selektif dapat menciptakan suasana hermetic (vakum) di dalam
tempat penyimpanan. Beberapa jenis alat atau bahan yang dapat digunakan antara lain
penggunaan superbag atau "kantong semar". Untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang manajemen penanganan pasca panen untuk meningkatkan kualitas
gabah dan benih bagi petani, operator RMU, petugas lapang, dan peneliti/penyuluh maka
dilaksanakan ujicoba teknologi penyimpanan gabah dan benih dengan system hermetis
menggunakan “IRRI Superbag” dan “Kantong Semar”, serta pelatihan managemen pasca
panen.
Kegiatan Pelatihan Pasca Panen dan Ujicoba Penyimpanan ini bertujuan;
1. Menjelaskan standar mutu dari gabah dan benih,
2. Menetapkan standar mutu dari gabah dan benih menggunakan IRRI quality kit,
3. Merakit dan menyiapkan sistem penyimpanan hermetis untuk menyimpan gabah
dan benih, dan
4. Melaksanakan percobaan dan demonstrasi penyimpanan gabah dan benih dengan
sistem hermetis
Hasil yang didapat:
1. Pelatihan managemen pasca panen padi yang telah diselengarakan pada tanggal
27-28 Februari 2006 bekerjasama dengan IRRI dan Balitpa Sukamandi dan
diikuti oleh 34 orang peserta.
2. Beberapa hasil dari ujicoba penggunaan IRRI Superbag dan Kantong Semar yang
dilakukan pada laboratorium lapangan BPTP Sumsel dan petani disajikan pada
beberapa Tabel berikut:
Tabel 5. Data Pengamatan Kadar Air Benih Awal (%) Ujicoba Hermetic Storage di Lab
Pasca Panen Desa Mulyasari 17-04-2006
Ulangan kePerlakuan
I II III IV V
CSm 12,6 10,3 9,9 11,7 8,7
CSb 9,6 9,8 9,4 10,0 9,5
LSm 10,6 10,3 10,2 11,5 11,7
LSb 11,0 11,6 11,9 10,7 11,3
Drum Palstik 8.9 - - - -
Derigen Plastik 8,8 8,8 - - -
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
98
Tabel 6. Data Pengamatan Berat Benih Awal (Kg) Ujicoba Hermetic Storage di Lab Pasca
Panen Desa Mulyasari 17-04-2006
Ulangan kePerlakuan
I II III IV V
CSm 50 50 50 50 50
CSb 51 57 55 53 53
LSm 54 56 55 55 53
LSb 64 54 55 59 60
Drum Palstik 72 - - - -
Derigen Plastik 16,5 18,6 - - -
Tabel 7. Data Pengamatan Daya Tumbuh Awal (%) Ujicoba Hermetic Storage di Lab
Pasca Panen Desa Mulyasari
UlanganPerlakuan
1 2 3 4 5
CSm 94 95 95 72 97
CSb 93 89 95 95 96
LSm 91 91 92 93 95
LSb 60 81 49 47 89
Drum 94
Gerigen 88 94
Keterangan :
(1) CSm = Benih varietas Ciherang disimpan menggunakan Kantong Semar
(2) CSb = Benih varietas Ciherang disimpan menggunakan IRRI Superbag
(3) LSm = Benih varietas IR-42 Manggar disimpan menggunakan Kantong Semar
(4) LSb = Benih varietas IR-42 Manggar disimpan menggunakan IRRI Superbag
Tabel. 8 Pengamatan Kadar Air dan Berat Gabah pada Ujicoba Penyimpanan Benih dengan
Sistem Hermetis setelah 3 (Tiga) Bulan Waktu Penyimpanan.
No Perlakuan Kadar Air (%) Berat (kg) Tanggal
Pengamatan
1. CSm (I) 9,4 50 01-08-2006
2. CSb (I) 9,3 51 01-08-2006
3. LSm (I) 10,5 54 01-08-2006
4. LSb (II) 12,5 54,3 01-08-2006
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
99
Tabel 9. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan IRRI
Superbag di Desa Upang, Kec Makarti Jaya.
No Ulangan Kadar air
rata-rata
(%)
Pemilik Varietas Tanggal Keteranga
n
1. I 13 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih
2. II 13 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih
3. III 14,6 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih
4. IV 14,6 Shobirin IR-42 Manggar 16-3-2006 Benih
5. V 10,8 Sumaji IR-42 Manggar 16-3-2006 Konsumsi
Tabel 10. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan Kantong
Semar di Desa Telang Sari, Kec Muara Telang
No Berat awal
(kg)
Kadar air
rata-rata
(%)
Pemilik Varietas Tanggal Keteranga
n
1. 49 12 Mursidi 14-6-2006 Benih
2. 54,5 12,5 Mursidi 14-6-2006 Benih
3. 55,5 12,6 Mursidi 14-6-2006 Benih
4. 54 12,5 Mursidi 14-6-2006 Benih
5. 54,5 12,3 Mursidi 14-6-2006 Benih
6. 54 12,8 Mursidi 14-6-2006 Benih
7. 55,5 12,7 Mursidi 14-6-2006 Benih
8. 55 12,2 Mursidi 14-6-2006 Benih
9. 53 11,8 Mursidi 14-6-2006 Benih
10 53 11,8 Mursidi 14-6-2006 Benih
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
100
Tabel 11. Data Ujicoba Penyimpanan gabah dan benih milik petani menggunakan Kantong
Semar di Desa Mulya Sari, Kec Muara Telang
No Berat awal
(kg)
Kadar air
rata-rata
(%)
Pemilik Varietas Tanggal Keteranga
n
1. 12,1 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih
2. 12,4 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih
3. 12,4 Suwarno IR-42 Manggar 15-6-2006 Benih
4. 11,1 Suwarno Ciherang 15-6-2006 Benih
5. 11,3 Suwarno Ciherang 15-6-2006 Benih
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo B, Yanter Hutapea, Edward Canto dan Subowo. 2005a. Pemberdayaan
Masyarakat Dengan Sistem Usahatani Berbasis Padi Dan Pengembangan Alat Dan Mesin
Pertanian (Alsintan) Untuk Meningkatkat Pendapatan Masyarakat. Makalah Prosiding
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP dan BPTP Sumsel. Palembang.
Raharjo B, Sutrisno dan Yanter Hutapea. 2005b. Introduksi Mesin Pengering Padi Tipe
Box Bahan Bakar Sekam Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
Teknologi Tepat Guna Tingkat Daerah. Palembang.
Sutrisno, Astanto, dan E. Eko Ananto. 1999. Kinerja alat dan mesin pengering gabah tipe
“ABC” berbahan bakar sekam suhu rendah. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman
Pangan IV. Bogor, 22-24 November 1999.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sutrisno dan E, Eko Ananto. 2000. Strategi Pengembangan Mesin Pengering Flat Bed
Dryer di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Pros. Lokakarya /Seminar Hasil
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Sutrisno, M. Wahyudin, dan E.Eko Ananto. 2001. The Technical and Economical
Performance of The “ABC” Type Paddy Dryer. Indonesian Journal of Agricultural
Science. Vol.2, No.2, Oktober 2001. Agency for Agricultural Research and Development
Sutrisno, 2004. Substitusi tungku sekam tunggal model ABC pada box dryer untuk
meningkatkan efisiensi pengeringan. Prosiding Temu Ilmiah Mekanisasi Pertanian. Bogor,
16 Desember 2003. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
101
Dampak pengembangan Alat Pengering Gabah dengan Bahan Bakar
Sekam di Kecamatan Makarti Jaya
H Sumanto – Kepala Cabang Dinas Pertanian , Kec Makarti Jaya
I. PENDAHULUAN
Kendala dalam pengolahan pasca panen padi di lahan pasang surut bisa mengakibatkan
beras yang dihasilkan petani rendah mutunya.berbagai permasalahan yang terjadi di
lapangan antara lain :
1. Kurangnya tenaga kerja
Umumnya luasan areal garapan setiap rumah tangga diatas 2 Ha
2. Waktu panen
Waktu panen umumnya serempak dan jatuh pada musim penghujan sehingga
apabila penanganan panen terlambat bisa berpengaruh kepada kualitas beras.
3. Terbatasnya tempat penjemuran padi
Di bidang pasca panen, proses pengeringan memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan tersebut. Proses pengeringan melalui penjemuran di pasang surut
menemui hambatan – hambatan antra lain bertepatan dengan musim penghujan,
kondisi lingkungan yang lambat dan terbatasnya fasilitas – fasilitas lain di petani.
Apabila proses penjemuran padi tertunda cukup lama bisa mengakibatkan
rendahnya mutu beras yang dihasilkan oleh para petani.
Untuk membantu mengatasi sebagian permasalahan tersebut dapat digunakan mesin
pengering gabah. Ada beberapa alat pengering yang sudah diujicobakan oleh pemerintah
yaitu alat/mesin pengering gabah dengan bahan bakar minyak tanah, tetapi
penggunaannya belum maksimal yang disebabkan oleh operator maupun bahan baku yang
mahal dan kadang – kadang sulit di dapat.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut South Sumatra Forest Fire
Management Project (SSFFMP) bekerjasama dengan pemerintah mencari alternatif
untuk mencoba membuat alat pengering gabah berbahan bakar sekam.
II. PERKEMBANGAN ALAT PENGERING BAHAN BAKAR SEKAM
Uji coba perdana alat ini dilakukan oleh Bapak Andi Nasir dengan lokasi di Upang,
Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin pada musim tanam 2004/2005.
Tabel 1 menyajikan beberapa keuntungan dan kelemahan dengan cara penjemuran biasa
dan menggunakan alat pengering bahan bakar sekam.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
102
Tabel 1 Keuntungan dan Kelemahan Penjemuran Biasa dan Penggunaan Alat Pengering
No. Penjemuran Biasa Alat Pengering Bahan Bakar Sekam
1. Mudah dan murah Biaya lebih tinggi
2. Tergantung dengan cuaca Waktunya pasti 1x 24 jam bisa selesai
sesuai dengan kapasitasnya
3. Mutu dan rendemen tidak stabil Mutu dan rendemen beras relatif lebih
baik dan stabil
4. Harga beras tidak stabil Harga beras lebih stabil karena mutu
5. Daya saing beras di pasaran
tidak stabil
Daya saing di pasar lebih stabil
6. Penghujan
Ada beberapa ciri kalau teknologi baru itu bisa diserap petani :
a. menguntungkan secara ekonomi
b. mudah dioperasikan atau diaplikasikan
c. petani terjangkau pengadaannya
d. cocok untuk di wilayah tertentu
e. mudah untuk mendapatkannya
2.1. PERKEMBANGAN MUSIM 2005/2006
Beberapa petani juga mau mencoba dengan biaya sendiri, khususnya petani di sekitar uji
coba alat pengering gabah tersebut diatas, yaitu : Harsono (Sri Mulyo), Daeng Matemu
(Upang Ceria), H. Kupek (Upang Ceria), H.Mandiolok (Upang Ceria), dengan kapasitas rata
– rata lebih besar dari yang diuji coba pada alat pengering yang pertama.
Kapasitas alat pengering gabah yang berkembang tahun 2005 sangat bervariasi
karena kapasitas sangat ditentukan oleh luasnya permukaan bangunan yang biasanya
disesuaikan dengan keinginan pemiliknya.tetapi secara umum kapasitas setiap 1 m2 dari
luas bangunan alat pengering bisa mmenampung antar 140 – 160 kg dengan ketinggian
antara 35 – 45 cm.
2.2. SASARAN
Sasaran pengembangan untuk tahap awal antara lain :
1. Pengusaha jasa RMU
Umumnya pengusaha RMU juga pedagang beras sehingga sangat berkepentingan
untuk mendapatkan mutu beras yang baik sekaligus mendapatkan jasa/upah
giling
2. Ketua kelompok/ketua parit
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
103
3. Petani dengan areal garapan lebih dari 15 Ha
4. Petani yang sudah yakin dan tahu manfaat alat pengering ini
2.3. PERMASALAHAN
Permasalahan dalam pengembangan alat pengering bahan bakar sekam diantaranya
adalah permodalan sebab untuk pembuatan alat satu unit membutuhkan dana antara 15 –
20 juta.
III. KESIMPULAN
Teknologi baru bisa berkembang dan bisa diserap petani apabila :
1. Menguntungkan secara ekonomi
2. Mudah digunakan petani
3. Harga terjangkau dengan daya beli petani
Untuk memasyarakatkan dan mengembangkan alat pengering gabah berbahan bakar
sekam ini perlu terobosan – terobosan dan perhatian kita semua. Ada beberapa pihak
yang diharapkan bisa membantu dan terlibat langsung dalam usaha ini. Pihak – pihak
tersebut antara lain :
1. Masyarakat (petani)
2. Pemerintah dan aparatnya
3. Pihak swasta (dolok)
IV. SARAN
Dari beberapa komponen yang disebutkan diatas dapat melakukan kerja sama dalam
mencapai satu tujuan yaitu mengurangi sebagian permasalahan petani khususnya di bidang
pengeringan gabah serta perbaikan mutu beras yang selanjutnya juga berarti dapat
meningkatkan pendapatan petani kita.
Sebagai contoh bentuk kerja sama yang dapat dilakukan adalah :
1. Petani menyiapkan tempat dan bangunannnya
2. Pemerintah/pihak swasta memberikan bantuan ataupun kredit untuk tungku dan
blowernya.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
104
Pengalaman pengoperasian alat pengering gabah berbahan bakar
sekam di desa upang
Oleh M Andi Nasir, Kelompok Tani Maju bersama, desa Upang,
disampaikan oleh : Andi Humrah
Bersama ini saya dari kelompok Tani Jaya Bersama mengucapkan terima kasih banyak
karena proyek ditempatkan di kelompok Jaya Bersama, yaitu berupa :
Oven berbahan bakar sekam
Hollar double pass
Pengukur kadar air
Pengukur suhu
Karena adanya oven ini sangat membantu petani sehingga mutu berasnya sangat bagus.
Dari 40% bisa naik sampai 95%. Pengalaman saya yang pertama agak bingung karena
berasnya hancur. Lama-lam di pelajari jadi saya mengusulkan kepada Bapak Budi/Bapak
Joko untuk memberikan alat pengukur kadar air. Semenjak ada alat tersebut, kadar air
mulai bagus.
Untuk kadar air lapisan atas 12%
Lapisan bawah 9 -10 %
Dan hasilnya
Berasnya bagus/ utuh-utuh
Nasinya tidak mudah basi
Cara pengolahan :
1 . Padi ditumpahkan didalam bak
2. Di ratakan
3. Sekam dimasukan kedalam tungku pembakaran, hidupkan blower setenah jam, kemudian
kumpulkan sekam banyak-banyak, sesudah itu hidupkan api.
a. Kalau tebal 50 cm bisa masak – 15 jam baru kering
b. Kalau tebal 30 cm bisa masak – 12 jam baru kering
c. Kalau tebal 20 cm bisa masak – 8 jam baru kering
Dan di tahun ke II 2005 sudah ada yang mencontoh, bengkel 5 buah oven, bertempat :
1. Didesa Uapang Cariah
2. Didesa Upang Bengkel
3. Di tempat Pak Mamat 3 buah
4. Didesa Saleh Agung jalur 8 saleh Purwanto 2 unit
5. Dan masih banyak lagi yang mau membuat
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
105
Saran dalam bertani terpadu di pasang surut di desa Upang Kecamatan Makarti
Jaya Banyuasin
Saran pengalaman saya
1. Pertama-tama pengairan saluran iar diperbaiki dan dibersihkan dengan di
dalam 1,25 meter dan lebar 2 ½ meter dan pasang irigasi. Tanpa irigasi kita
tidak dapat mengatur air denganbaik, dan jika adanya irigasi kita dapat
menanam palwija, jagung dan lain-lain.
2. Pasang irigasi ada dua tempat, yaitu satu dimuara dam satu ditangh. Sesudah
itu pada kekuarangan air bisa dibantu dengan pompa air, sesudah air kita bisa
mengatur air, kita mulai dengan surjan atau tombok sawah. Dari surjan itu
harus didalami 30 centimeter, dan lebarnya satu meter keliling sawah.
Pada saat kita menghambur padi, air dikurangi di sawah dan di parit. Pada 20 hari
kemudian kita mengadakan pengemprotan rumput dan pemupukan. Dua hari kemudian kita
melakukan pemupukan, sesudah itu kita menyebarkan bibit ikan, selanjutnya sampai kita
penyemprotan hama pada sampai panen, sesuda panen padi kita menyingkal atau kita
mulai kembali bertani dua kali setahun.
Tujuan menghindari kebakaran lahan seharusnya lebih awal kita lakukan penyemprotan
rumput pada lahan. Seharusnya penyemprotan rumput sebelum besar jadi tidak
membakar lahan lagi, bahkan bisa menjadi pupuk rumput tersebut.
Keluhan masyarakat petani
Keluhan para masyarakat petani adalah :
1. Kurang mampu untuk membuat dua irigasi
2. Kekurangan modal untuk membuat irigasi
Kelompok Tani Jaya Bersama
Kendala
1. Kurangnya alat Hand Tracktor
2. Pupuk selalu bergantung kepada tengkulak dan seringnya terlambat dan harga
tinggi
3. Benih masih pada pola lama seperti bibit padi lokal
4. Pengairan Tata Air Mikro belum ada didesa kami atau belum adanya irigasi
untuk mengatur air.
Keluhan
Harga beras tidak stabil atau naik turun karena belum ada yang menangani secara
serisu
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
106
Kendala
Kendala yang merugikan petani adalah kurangnya mutu beras tapi adanya oven
berbahan bakar dari sekam padi bisa diatasi.
Pemasaran Beras
Pemasaran beras langsung ke konsumen tapi harus memakai karung yang berukuran
yang berukuran 20 Kg.
Keluhan Petani
Adanya kekurangan modal untuk melakukan pemasaran beras
Saran
1. Menanggulangi kebakaran harus diarahkan penyemprotan lebih awal, rumput
jangan terlalu besar soalnya kalau terlalu besar akan mengganggu pada waktu
nyingkal dan harus pasang peringatan/sangsing
2. ukuran air di desa kami jarak 100 meter dari pinggir laut, tinggi 60 cm, jarak 200
m ukuran 40 cm, jarak dari 300 m pingir mencapai 30 m.
3. Program pemerintah kalau petani dapat pinjaman lunak kepada petani seharusnya
masih tetap berbunga dan bunga uang tersebut untuk kas kelompok. Untuk
menyatuhkan/bersatu dan tujuan untuk kelompok tersebut bisa mempunyai modal
dan tidak selalu bergantung kepada tengkulak atau lebih bisa mandiri.
4. Menurut pengalaman kami dan analisa saya kepada petani umumnya sudah terbiasa
meminjam dengan uang berbunga dengan bunga tetapi pola itu sudah meninggalkan
kebiasaan itu atau merubahnya.
5. Bahkan kalau ada pinajamn lunak dari pemerintah kadang-kadang tidak
dikembalikan.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
107
TOPIK 3:
PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DI DESA TALANG LUBUK,
KECAMATAN MUARA TELANG
1. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut kelapa
dan arang di Desa Talang Lubuk, Kecamatan Muara Telang.
Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan
2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa terpadu
di Sumatra -Selatan
Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan
3. Peran dan fungsi Dis Koperindag, UKM & PM dalam mendukung
pengolahan kelapa terpadu.
Suyanto, SIP, MM – Dinas Koperindag, UKM & PM, Kabupaten Banyuasin
4. Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan kelapa terpadu di
Desa Talang Lubuk
Sofyan Sohibul, Motivator Desa, Desa Talang Lubuk
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
108
Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan sabut
kelapa dan arang di Desa Talang Lubuk
Ir Kgs A Kodir, MSi – BPTP Sumatra Selatan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
109
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
110
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
111
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
112
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
113
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
114
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
115
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
116
Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengolahan kelapa
terpadu di Sumatra Selatan
Ir Nasir Saari – Dinas Perkebunan Propinsi Sumatra Selatan
L o k a k a r y a P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t u n t u k K a b u p a t e n B a n y u a s i nL o k a k a r y a P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t u n t u k K a b u p a t e n B a n y u a s i n
P e n i n g k a t a n P e n d a p a t a n M a s y a r a k a tP e n i n g k a t a n P e n d a p a t a n M a s y a r a k a tm e l a l u im e l a l u i
P e n g o l a h a n K e l a p a T e r p a d uP e n g o l a h a n K e l a p a T e r p a d u
d i S u m a t e r a S e l a t a nd i S u m a t e r a S e l a t a nD in a s P e r k e b u n a n P r o v i n s i S u m a t e r a S e l a t a nD i n a s P e r k e b u n a n P r o v in s i S u m a t e r a S e la t a n
K E B E R L A N J U T A N P E N I N G K A T A N P E N D A P A T A N M A S Y A R A K A TK E B E R L A N J U T A N P E N I N G K A T A N P E N D A P A T A N M A S Y A R A K A TY A N G B E R W A W A S A N G E N D E R S E B A G A I B A G I A N D A R IY A N G B E R W A W A S A N G E N D E R S E B A G A I B A G I A N D A R I
P E N C E G A H A N K E B A K A R A N H U T A N D A N L A H A N D IP E N C E G A H A N K E B A K A R A N H U T A N D A N L A H A N D IK A B U P A T E N B A N Y U A S I NK A B U P A T E N B A N Y U A S I N
Data tahun 2005 :Data tahun 2005 :
Luas tanaman kelapa di Sumatera SelatanLuas tanaman kelapa di Sumatera Selatan57.854,05 Ha, tersebar di 13 kabupaten/kota57.854,05 Ha, tersebar di 13 kabupaten/kotadi Sumatera Selatandi Sumatera Selatan
Areal terluas di Kabupaten Banyu Asin,Areal terluas di Kabupaten Banyu Asin,seluas 33.994 Ha atau 58,76% dari luasseluas 33.994 Ha atau 58,76% dari luaskebun kelapa di Sumatera Selatan dengankebun kelapa di Sumatera Selatan denganproduksi 46.882 ton atau 65,77% dari totalproduksi 46.882 ton atau 65,77% dari totalproduksi Sumatera Selatanproduksi Sumatera Selatan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
117
Luas areal dan produksi komoditi kelapaLuas areal dan produksi komoditi kelapakabupaten/kota di Sumatera Selatankabupaten/kota di Sumatera Selatan
No Kabupaten/ Jumlah
Kota TBM TM TT Jumlah Total Rata - rata KK
1 Lahat 267.00 1,151.00 300.00 1,718.00 1,929.00 1.68 15,973.00
2 Kota Pagar Alam 30.00 104.00 - 134.00 183.00 1.76 190.00
3 Musi Banyuasin 688.00 2,313.00 313.00 3,314.00 3,073.00 1.33 17,142.00
4 Banyuasin 8,004.00 23,770.00 2,220.00 33,994.00 46,882.60 1.97
5 Musi Rawas 436.00 3,573.00 647.00 4,656.00 4,639.00 1.30 6,239.00
6 Kota Lubuk Linggau 18.40 224.30 181.00 423.70 392.00 1.75 3,306.00
7 Ogan Ilir 263.00 302.00 126.00 691.00 533.00 1.76 1,581.00
8 OKI 1,301.00 4,883.00 884.00 7,068.00 9,143.35 1.87 21,555.00
9 OKU 160.05 651.00 47.00 858.05 888.00 1.36 1,784.00
10 OKUTimur 2,112.90 886.90 67.75 3,067.55 1,626.00 1.83 40,216.00
11 OKUSelatan 289.50 42.75 5.50 337.75 56.00 1.31 1,373.00
12 Muara Enim 113.00 968.00 352.00 1,433.00 1,739.00 1.80 14,692.00
13 Kota Prabumulih 34.00 119.00 6.00 159.00 196.00 1.65 3,637.00
Jumlah 13,716.85 38,987.95 5,149.25 57,854.05 71,279.95 1.83 127,688.00
Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
Data Dinas Perkebunan Prov. Sumsel tahun 2005
Tempurung(15% )
Air kelapa(22% )
Sabut (33% )
Daging (30% )
KOMPONENKELAPA
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
118
Petani kelapa umumnya menjualkelapa dalam bentuk butiran,beberapa petani mengolah buahkelapa menjadi kopra untukdibuat m inyak goreng.
Harga kelapa sangat berfluktuasi,akibat : pendapatan petanirendah
Permasalahan
HasilH asil pentingpenting pengolahanpengolahankelapakelapa segarsegar
D esicatedD esicated C oconut (D C)Coconut (D C)
C oconut Cream (CC)C oconut C ream (C C)
C oconut M ilk (CM )C oconut M ilk (CM )
C rude C oconut O il (C C O )C rude C oconut O il (C C O )
Virg in Coconut O il (VC O )V irg in C oconut O il (VCO )
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
119
Pohon industri kelapa
Kelapa
Buah
N ata de C oco
Batang
Dagingkelapa
Air kelapa
T em purung
Sabut
Kecap kelapa
Daun
Coco vinegar
Minum andari kelapa
D aging kelapaparut
Kulit ari dagingkelapa
Kopra
Arang
C orflex
Sabut berkaret
Matras
Furnitur
Coco cake
Low fat des icc atedc oc onut
Sem i Virgin O il
cocomix
Bahan Bangunan
Barang kera jinan
Min yak kelapa
Bungkil kopra
T epung arang
C oncentrated cocom ix
Skim m ilk
Karbon a ktif
Is i jok/kursi
Bahanbangunan
Virgin oil
Skim m ilk
Minyak goreng
C oco chem ical
C oco shake
kosm etik
Makanan ternak
Produk olahan dari pohon kelapa yang dapat diusahakan ditingkat petani
Daun
Kayu
Sabut
Air
Tempurung
Gula kelapa
Arang tempurung
Kopra
Kelapa butirBuah
NiraBunga
Pohonkelapa
Minyak
Minyak
Nata de coco
Sabut
Kelapa parut kering
Barang kerajinan
Debu sabut
Mebel, brg kerajinan
Sapu lidi
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
120
Penutup
DiharapkanDiharapkan petanipetani tidaktidak hanyahanyamemanfaatkanmemanfaatkan dagingdaging buahbuah kelapakelapasajasaja,, tapitapi jugajuga memanfaatkanmemanfaatkanbagianbagian lainlain daridari pohonpohon kelapakelapa, agar, agarpendapatanpendapatan petanipetani meningkatmeningkat..
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
121
Pengalaman Ketua rumah dagang dalam pengolahan kelapa terpadu
di Desa Talang Lubuk
Sofyan Sahibul, Motivator Desa
I. Kegiatan – Kegiatan Ssffmp Uni Eropa Di Desa Talang Lubuk Kecamatan Muara
Telang
POKJA I. TRAINING DAN AWAREMESS
Penyuluhan Karhulah dan lingkungan
Kunjungan ke Sekolah untuk pendidikan lingkungan
Pendampingan penerapan Buku desa Ilalang di Sekolah
POKJA II FIRE MANAGEMENT
Pembentukan regu pemadam kebakaran
Pelatihan regu pemadam kebakaran
Bantuan lat pemadam kebakaran
POKJA III COMMUNITY DEVELOPMENT
PEMBENTUKAN USAHA EKONOMI RUMAH TANGGA YANG
BERWAWASAN GENDER
Pengolahan sabut kelapa
Pengolahan tempurunga
Bantuan gudang untuk pengolahan sabut kelapa
Bantuan alat transportasi satu unit ketek
Bantuan satu buah mesin genset
Pendampingan kelompok, dan pelatihan dinamika kelompok
Khusus Kegiatan CD bekerjasama dengan BPTP Propinsi Sumatera
Selatan
GENDER SPESIALIST
Terbentuknya Motivator Desa
Pengolahan Virgin Coconut Oil (VCO)
Terbentuknya Rumah Dagang (RD)
Pelatihan Ekonomi Rumah Tangga (ERT)
POKJA IV LAND USE PLANING (LUP)
Adanya perencanaan partisifatif penggunaan lahan desa (P3LD)
Terbentuknya Komite Desa dan Tim tehnis
Terbentuknya Perdes tentang Karhutlah
Pemetaan Batas Wilayah Desa Talang Lubuk dengan desa-desa
sepadan.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
122
II. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA RUMAH DAGANG
Dengan adanya kegiatan – kegiatan proyek SSFFMP yang bertujuan untuk meningkatkan
Usaha Ekonomi Rumah tangga yang berwawasan Gender, dalam hal pengolahan kelapa
terpadu. Untuk dapat mengurangi kebakaran hutan dan lahan..
Adapun tujuan terbentuknya Rumah Dagang tersebtu, untuk dapat menampung produk
dari kelompok supaya dapat dipasarkan.
Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Rumah Dagang.
Mengikuti pameran-pameran
Mencari peluang pasar
Memfasilitasi pertemuan kelompok
Mengikuti kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang karhutlah
Mengikuti pertemuan dengan mitra usaha
Mengikuti piagam bintang satu keamanan pangan
Membuat proposal mengajukan pinjaman dana kepada dinas terkait.
Permasalahan – Permasalahan
A. Lokasi Rumah Dagang
Tempat kurang memadai (plapon, dinding belum memenuhi standart)
B.Virgin Coconut Oil (Vco)
Kualitas rendah (mudah tengik)
Peralatan kurang memadai (alat penampung dan alat penyaringan)
Kurang tersedianya air bersih
Belum adanya pemasaran produk
Belum adanya pelatihan higienis terhadap pengurus rumah dagang dan anggota
kelompok
Tempat pembuatan VCO oleh anggota kelompok belum memadai.
Alat pembuatan VCO belum standart
Modal kurang VCO belum berproduksi
C. Sabut Kelapa
Alat pengurai sabut tidak memadai, tapi bisa diperbaiki
Alat press sabut kurang memadai
Pengolahan kelapa belum secara terpadu
Jaringan pemasaran belum ada
D. Tempurung Kelapa
Pelatihan pembuatan arang tempurung belum dikuasai secara maksimal
Belum adanya alat press briket
Belum adanya keterpaduan dalam pengolahan kelapa
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
123
E. Fire Management
Alat pemadam kebakaran belum memadai
Belum adanya posko kebakaran didesa
III. PERAN RUMAH DAGANG KEDEPAN
Konsolidasi
Internal ( membenahi sistem management kelompok, dll)
Eksternal ( koordinasi dengan pihak-pihak terkait)
Menyusun program kelompok
Pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pengurus rumah dagang dan
kelompok
Penambahan alat – alat produksi yang lebih memadai
Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait
Mencari peluang pasar, sehingga produk dari kelompok terjual
Memantau dan memberikan motivasi terhadap kegiatan-kegiatan kelompok,
agar kelompok-kelompok dapat memproduksi kembali.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
124
TOPIK 4.
PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
1. Peningkatan Managemen dan Dinamika Kelompok Tani
Nurnajati -Yayasan Kemasda
2. Pendampingan reguler/bulanan Kelompok Tani oleh LSM pada 4 desa di Kab
Banyuasin
Dian M – LSM OWA
3. Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek
SSFFMP, Di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang Dan Desa Upang Kec.
Makarti Jaya, Kab. Banyuasin
Chandra –LSM LPH-PEM
4. Pengalaman, permasalahan dan harapan Motivator Desa Upang
Tamrin Arisondi - Motivator Desa Upang
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
125
Peningkatan Manajemen Dan Dinamika Kelompok Tani Di Sumatera
Selatan.
Nurnajati ZA, Yayasan Kemasda.
I. PENDAHULUAN
Dalam Upaya Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat guna mengurangi
terjadinya pembakaran hutan dan lahan oleh masyarakat di lahan pertanian, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, Maka SSFFMP telah bekerjasama dengan Dinas
Kehutanan dan Dinas-Dinas terkait baik di Propinsi Sumatera Selatan maupun di 3 (tiga)
Kabupaten Prioritas (OKI,Muba dan Banyuasin) dengan memberikan bantuan sarana dan
prasarana produksi pertanian, peternakan, kerajinan dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan dengan melihat sumberdaya dan potensi yang dimiliki masyarakat dampingan,
Maka dalam upaya meningkatkat kapasitas dan penguatan kelembagaan dalam mengelola
organisasi atau kelompok menuju kemandirian dan keberlanjutan yang berkeadilan gender
Perlu pendampingan yang intensif dari NGO dengan tujuan :
Agar anggota dan pengurus dapat mengelola organisasinya dengan baik dan
benar.
Anggota dan pengurus mampu melakukan tertib adiministrasi organisasi dan
adiministrasi keuangan yang terbuka.
Anggota dan pengurus dapat menggali permodalan usaha, baik dari dalam
kelompok maupun dari pihak luar.
Kelompok dapat mengelola dan mengembangkan usaha produktif.
Kelompok dapat membangun hubungan kerjasama antar anggota dan pengurus
maupun dengan pihak lain yang dapat mendukung programnya.
Kelompok melibatkan perempuan dalam akses dan kontrol baik dalam kegiatan –
kegiatan kelompok maupun desanya.
II. ASPEK YANG DIKEMBANGKAN PADA PENDAMPINGAN
Ada 5 (lima) Aspek atau Bidang Hasil Pokok yang dikembangkan dalam pendampingan
Manajemen Organisasi agar mereka mampu mengelola Kelompoknya, berkelanjutan,
secara dinamis, menuju kemandirian dan berkeadilan gender.
1. Aspek Kelembagaan atau Organisasi.
Alasan mengapa mereka berkelompok.
Pengertian Kelompok Swadaya Masyarakat.
Tujuan Berkelompok.
Keanggotaan dan Kepengurusan.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
126
Prinsip atau Pedoman Pokok Kelompok Swadaya Masyarakat.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Penyelenggaraan Rapat Anggota dan Pengurus.
Penggalian masalah dan alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.
Manfaat – manfaat berkjelompok.
Faktor pendorong dan faktor penghambat dalam berkelompok.
Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Monitoring dampak.
2. Aspek Administrasi yang meliputi :
Administrasi Organisasi.
Administrasi Keuangan.
3. Aspek Permodalan.
Penggalian modal Swadaya kelompok sangat penting sebagai ikatan yang
memperkuat untuk saling membantu antar anggota dan pengurus, dengan
dihimpun dari tabungan pokok, tabungan wajib, tabungan sukarela dan lain-lain.
Tabungan ini akan menjadi syarat syahnya menjadi anggota.
Disamping itu modal usaha kelompok dapat digali dari pihak luar yang dapat
mendukung keberlanjutan usaha, misalnya bantuan hibah, dana bergulir,
pinjaman yang tidak mengikat.
4. Aspek Usaha Produktif.
Untuk mendukung keberlanjutan kelompok agar mereka mandiri, kelompok
harus mempunyai usaha – usaha produktif yang dikelola bersama, misalnya
Usaha Simpan Pinjam atau Kredit Mikro, Usaha produksi bersama, usaaha
pemasaran bersama, Demo plot pertanian, penggilingan padi, perternakan,
Warung Saprodi, penyediaan bahan baku, kerajinan dan lain-lain.
Agar anggota dan kelompok semakin solid, juga punya posisi tawar yang kuat
Baik dari segi ekonomi, sosial, budaya bahkan politik.
5. Aspek Akseptasi atau Pengakaran.
Pada aspek ini, bagaimana kelompok dapat melihat bukan saja pada perkembangan
organisasinya saja, tapi lebih dari itu :
Kelompok menjadi contoh dan tauladan yang baik dimasyarakat.
Kelompok diterima oleh semua pihak.
Kelompok dapat membangun jaringan kerjasama yang sinergis dan kemitraan
dengan pihak luar ( Pemerintah, NGO, Pengusaha, Donor, BUMN) dan lain-lain
demi keberlanjutan menuju kemandiriannya.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
127
Dan Materi pendukung adalah Peran dan Fungsi Stakeholder :
Peran dan fungsi SSFFMP.
Peran dan fungsi Dinas-Dinas terkait.
Peran dan fungsi NGO dan Motivator desa.
Peran dan fungsi kelompok ditengan-tengah masyarakat dalam membagun
desanya.
METODE YANG DISAMPAIKAN DALAM PENDAMPINGAN ADALAH :
Berbagi pengalaman.
Diskusi Kelompok.
Tanya jawab.
Diskusi Pleno.
Simulasi atau permainan-permainan.
Konsultasi dan Asistensi.
Pelatihan Manajemen Organisasi dan Dinamika Kelompok.
Dengan prinsip bahwa masyaraakat dan kelompok adalah sebagai subjek dan
nara sumber dalam upaya pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.
III. HASIL YANG DICAPAI DARI PENGALAMAN PROSES PENDAMPINGAN DI
KELOMPOK, DARI AGUSTUS 2005 SAMPAI DENGAN SAAT INI :
1. Aspek Kelembagaan atau Organisasi, paling tidak masing-masing Kelompok
mempunyaai visi :
“ Meningkatnya pendapatan dan kesejaahteraan anggota , dan kelompok punya posisi
tawar yang kuat baik dari segi ekonomi, sosiual, budaya maupun politik , mandiri,
berkelanjutan dan berkeadilan gender”.
Maka untuk mencapai cita-cita diatas, kelompok sudah mempunyai :
Anggota dan pengurus yang mantap.
Sudah ada pertemuan Rutin setiap sebulan sekali.
Sudah ada AD/ART.
Sudah Ada Struktur Organisasi yang jelas.
Sudah ada tujuan yang jelas.
Sudah ada perencanaan, pembagian tugas, dan monitoring dampak dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Dan lain-lain.
2. Aspek Administrasi.
Untuk Administrasi Organisasi, maka masing –masing kelompok sudah
melaksanakan Tertib Administrasi Organisasi(Buku Tamu, Buku Daftar Hadir,
Buku Daftar anggota dan pengurus, Notulen Rapat, bukun inventaris, dan dll)
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
128
Untuk Administrasi Keuangan , maka pengurus juga telah melaksanakan
pembukuan keuangan yang sangat sederhana sesuai dengan perkembangan
kelompok
Yang meliputi Buku Tabungan, Buku Bantu, Buku Kas Harian dan Kas Bulanan.
3. Aspek Permodalan Usaha
Masing-masing kelompok yang didampingi sudah mulai menghimpun modal
swadaya terdiri dari Tabungan Pokok sebesar Rp. 10.000,- dan Tabungan
Wajib sebesar Rp.2.000,- perbulan, yang dihimpun dari anggotanya.
Kelompok sudah mendapat bantuan modal bergulir untuk pengembangan usaha
simpan pinjam dari SSFFMP sebesar Rp.8.000.000,- ( Kelompok Tani Karya
Bakti ). Desa Ulak Kemang OKI.
Kelompok Tani Karya Bakti telah mengajukan modal bergulir kepada SSFFMP
untuk pengembangan Usaha Produksi Pakan Ikan, yang saat ini masih menunggu
penyelesaian bangunan untuk gudang tempat usaha.
Kelompok Wanita Tani Tunas Harapan desa Ulak Kemang OKI, telah mendapat
bantuan modal dari SSFFMP, dan Program PPK , Sebesar Rp.10.000.000,-
untuk pengembangan usaha kerajinan purun.
4. Aspek Usaha Produktif Kelompok.
Masing-masing kelompok telah mengembangkan usaha produktifnya yang antara lain :
Usaha Simpan Pinjam atau Kredit Mikro.
Usaha Produksi Pakan Ikan.
Usaha Ternak Kerbau, ternak sapi, ternak kambing.
Usaha produksi kerajinan purun.
Usaha pengembangan ternak ikan paten dan ikan toman dalam kerambah.
Usaha warung Saprodi.
Usaha Jasa Alsintan, Penggilingan padi, alat pengering gabah.
Dan lain-lain.
5. Aspek Akseptasi atau Pengakaraan.
Dalam aspek ini dalam perkembangannya kelompok :
Anggota sudah ada rasa memiliki terhadap kelompoknya, karena disadari
bahwa tumbuh dan berkembang kelompok dengan prinsip dari, oleh dan untuk
anggota. Pihak lain sebagai pendukung didalam perkembangan usaha, dan
peningkatan kapasitas anggota dan kelompoknya.
Kelompok Semakin dinamis , kritis, dan mulai terbuka terhadap masalah-
masalah yang dihadapi.
Perempuan sudah mulai dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kelompok ,baik
sebagai anggota resmi, berani, kritis, juga dalam akses dan kontrol.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
129
Sudah ada jaringan kerja kemitraan ( Pemerintah, NGO, SSFFMP,pengusaha,
dan BUMN).
Kelompok adalah otonom.
IV. HAMBATAN – HAMBATAN DAN MASALAH DALAM PENDAMPINGAN.
Pendidikan anggota yang tidak tamat SD, sangat sulit dalam pelaksanaan adm
keuangan di kelompok ( Kelompok Tani Wanita Tunas Harapan ).
Motivator yang mendominasi kegiatan kelompok, akan menumbuhkan
kecemburuan sosial, kecurigaan, dan ketidak percayaan terhadap kelompok. (
Tunas Harapan ).
Terbatasnya waktu yang ada dalam pendampingan.
Ada Motivator laki-laki bagi desa yang belum.
Masih rendahnya kepasitas pengurus, motivator dalam memfasilitasi kegiatan-
kegiatan kelompok.
V. SARAN-SARAN.
1. Bahwa kelompok-kelompok ini masih perlu didampingi secara intensif.
2. Kelompok berfungsi :
Sebagai wahana belajar bersama bagi anggota, membahas masalah-masalah
yang ada, juga bagaimana alternatif pemecahannya.
Wahana informasi dan mobilisasi sumberdaya dari anggota maupun
dari pihak luar.
Forum pengambil keputusan, untuk dapat menentukan starategi –strategi
yang akan dilakukan.
3. Bantuan yang diberikan atas nama kelompok, jangan atas nama desa.( Traktor,
RMU, Pengering gabah, dll ), maupun dana bergulir.
4. NGO dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, Monotoring dampak dari
pendampingan.
5. Memfungsikan perngurus dalam kegiatan-kegiatan proyek yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
6. Membentuk dan mendampingi kelompok-kelompok yang direncanakan akan
menerima perguliran dari usaha-usaha kelompok.
7. Pelatihan Manajemen Organisasi dan Dinamika Kelompok sangat membantu
dalam proses pendampingan dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam pengelolaan kelompok, oleh sebab itu agar setiap
kelompok yang didampingi akan mendapat pelatihan yang sama.
8. Perlu adanya pelatihan pembukuan keuangan yang sederhana yang dapat
dipahami oleh semua pihak bagi pengurus kelompok, Motivator dan pendamping.
9. Perlu adanya Pelatihan Training of Trainers (ToT) untuk Pengurus dan
motivator kelompok.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
130
Pendampingan Reguler/Bulanan Kelompok Tani yang Berwawasan
Gender Di Desa Prajen Jaya Dan Desa Talang Lubuk
Kabupaten Banyuasin, Bulan April – Juli 2006
Dian Maulina, LSM OWA
I. Latar belakang dan Tujuan
South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP) melalui program Community
Development telah mengembangkan kelompok usaha ekonomi produktif pada desa
prioritas di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Banyuasin. Pada beberapa
kelompok usaha produktif tersebut telah dilaksanakan fasilitasi dan pendampingan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Motivator Desa. Pendampingan kelompok tersebut
diperlukan karena pada umumnya mereka mengalami keterbatasan kemampuan sumber
daya manusia dalam mengelolah potensi sumber daya alam yang ada di daerahnya.
Pendampingan kelompok dilakukan dengan prinsip Partisipatif, prinsip pemberdayaan
masyarakat dengan selalu memperhatikan kaedah konservasi lingkungan hidup dan
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, menumbuhkan rasa memiliki
kelompok terhadap usaha – usaha yang mereka kembangkan dalam jangka panjang
(sustainnability) dan diupayakan agar tercapainya kesetaraan berperan antara laki – laki
dan perempuan dengan memberikan peluang dan kesempatan yang sama dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan sesuai dengan kemampuan
masing – masing tanpa adanya rasa keterpaksaan dan tekanan dari kedua belah pihak.
Pendampingan kelompok di desa Prajen Jaya dan Desa Talang Lubuk pada tahap I
dilaksanakan bulan April berakhir Juli 2006. dengan berakhirnya fasilitasi dan
pendampingan tahap I, maka pendamping telah menyusun hasil – hasil pertemuan
pendampingan dan menghasilkan beberapa rekomendasi yang telah disepakati bersama
oleh kelompok dapat ditindak lanjuti oleh proyek SSFFMP, khususnya bagian
pemberdayaan masyarakat (community Development) dan dinas instansi terkait.
Tujuan Pendampingan
1. Menumbuhkan rasa kebersamaan anggota kelompok sasaran dalam pengelolaan potensi
sumberdaya alam untuk pengembangan usaha ekonomi produktif mereka.
2. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian kelompok sasaran dalam mengembangkan
usaha ekonomi rumah tangga.
3. Meningkatkan peran serta perempuan dan laki-laki dalam pengembangan usaha
ekonomi produktif untuk memnuhi kebutuhan keluara mereka.
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
131
4. Meningkatkan peranan dan tangung jawab kelompok dalam mengembangkan usaha
ekonomi dan pelestarian smberdaya alam.
II. Materi Pendampingan
A. Materi Pokok Pendampingan
Ada 6 aspek pokok pendampingan menuju kemandirian kelompok
1. Aspek Kelembagaan/organisasi yang meliputi : Visi dan Misi Kelompok, Tujuan
Kelompok, Keanggotaan dan pengurus, AD/ART, Pertemuan Rutin (pengurus
dan anggota), Prinsip-prinsip/aspek dasar kelompok, Perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring dampak.
2. Aspek Administrasi yang meliputi : Administrasi Organisasi dan Administrasi
Keuangan.
3. Aspek Permodalan
Penggalian modal kelompok sangat penting sebagai ikatan yang memperkuat
untuk saling membantu antar anggota, penggalian modal usaha kelompok dapat
digali dari tabungan pokok, tabungan wajib, tabungan sukarela, tabungan
musiman dan lain-lain. Disamping itu juga dapat digali dari bantuan hibah,
pinjaman dari pihak luar yang tidak mengikat.
4. Aspek Usaha Produktif Kelompok
Kelompok harus ada usaha-usha yang dikelola bersama misalnya : Usaha simpan
pinjam, usaha produksi bersama maupun usaha pemasaran bersama, agar
kelompok semakin solid, semakin kuat, juga kelompok punya posisi tawar yang
kuat.
5. Aspek Pengakaran : Kelompok menjadi contoh tauladan di masyarakat,
kelompok diterima oleh semua pihak, kelompok mempunyai jaringan kerja.
6. Aspek Gender
Partisipasi dan jumlah peserta perempuan dan laki-laki yang ikut dalam
pertemuan kelompok menjadi sangat penting, karena dalam perencanaan kerja,
pelaksanaan, monitoring perlu keterlibatan langsung keduanya agar tujuan
meningkatnya pengembangan usaha ekonomi produktif dan tercapainya
kesetaraan berperan antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga dapat
meningkatkan taraf hidup dan pendapatan mereka lebih baik
B. Materi Pendukung
Sistem pengguliran usaha, pembahasan Surat Perjanjian Kerjasama, Jaringan Kerja,
peran dan fungsi stakeholder, dan lain-lain yang di perlukan.
III. Hasil – hasil yang telah dicapai.
Pencapaian hasil pendampingan kelompok yang dilakukan semenjak bulan April-Juli 2006
pada dua desa yaitu Desa Prajen Jaya dan desa Talang Lubuk sebagai berikut:
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
132
1. Pendampingan pada Desa Prajen Jaya
Untuk aspek pendampingan kelompok; telah adanya peningkatan motivasi dan
kemauan kelompok dalam bekerjasama antar anggota. Hal ini dapat dilihat melalui
mereka melakukan penguatan kelembagaan ; yaitu mempunyai tujuan, keanggotaan
dan pengurus, tertib administrasi organisasi dan administrasi keuangan, melakukan
rapat bulanan setiap bulan, menabung setiap bulan, membuat aturan/mekanisme
kerja dan menyusun rencana kerja.
Sedangkan untuk pengembangan usaha; telah berkembang usaha – usaha ekonomi
produktif yang sesuai dengan potensi yang tersedia, meningkatkany kemampuan
dan keterampilan kelompok, meningkatnya motivasi dan kemauan untuk melakukan
perbaikan ekonomi rumah tangga mereka, meningkatnya pengelolaan terhadap
usaha-usaha yang dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil panen mereka yang
cukup baik, adanya keinginan kelompok untuk menanam padi 2 kali setahun,
membangun gudang untuk penampungan hasil panen dan pemeliharaan alat-alat
produksi pertanian mereka dengan baik.
Partisipasi dan jumlah peserta perempuan dalam setiap pertemuan rutin
pendampingan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan semua anggota yang
terlibat dalam kegiatan kelompok adalah laki-laki dan pertemuan lebih banyak
dilakukan malam hari. Perempuan terlibat dalam pelaksanan kegiatan pertanian,
seperti saat penyiapan lahan, pemecahan bibit, menyemai bibit, penanaman,
pemeliharaan, dan panen. Dikelompok Kurnia Abadi yang menjadi salah satu
pengurus perempuan sebagai bendahara.
B. Pendampingan pada Desa Talang Lubuk
Untuk aspek pendampingan kelompok motivasi dan kerjasama kelompok masih
rendah. Hal ini dapat dari hasil – hasil pertemuan pendampingan. Kelompok baru
mengetahui dan paham mengapa mereka harus berkelompok; mereka telah
menetapkan tanggal rapat anggota setiap bulan, menentukan jumlah tabungan
setiap bulan dan pemantapan keanggotaan dan pengurus kelompok. Untuk Rumah
Dagang ; telah ada tertib administrasi dan keuangan, aturan dasar/aturan rumah
tangga
Sedangkan untuk perkembangan usaha-usaha produktif mereka belum berkembang
di karenakan adanya permasalahan yang belum bisa mereka pecahkan sendiri.
Hanya usaha pembuatan VCO dan rumah dagang yang sedikit berkembang
Partisipasi dan jumlah perempuan yang terlibat dalam pertemuan kelompok baik.
Hal ini disebabkan 3 kelompok yang memproduksi VCO, sabut dan tempurung
adalah hampir semuanya perempuan hanya bagian operator alat produksi laki-laki.
Sedangkan di kelompok rumah dagang peran laki-laki dan perempuan cukup baik,
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
133
karena perempuan sudah ikut mulai terlibat dari perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring kegiatan.
IV. Rekomendasi Hasil Pendampingan
Desa Prajen Jaya
1. Pendampingan rutin masih diperlukan karena tertib administrasi pembukuan
keuangan belum baik, pemahaman tentang Aturan Dasar/Atuan Rumah Tangga
belum tercapai. Kemandirian kelompok belum tercapai dan masih banyak materi
yang belum dibahas dikelompok sesuai dengan matrik perencanaan kegiatan
pendampingan yang telah disepakati
2. Kelompok masih mengalami kesulitan permodalan untuk pengembangan usaha-usaha
produktif mereka.
3. Kelompok memerlukan alat-alat untuk perbaikan mutu produksi beras
4. Kelompok perlu meningkatkan partisipasi dan jumlah perempuan dalam setiap
pertemuan
Desa Talang Lubuk
1. Pendampingan rutin di kelompok masih sangat diperlukan karena penguatan
kelembagaan belum ada, perlu adanya motivasi yang kuat untuk membangun sebuah
kelompok usaha produktif bagi kelompok dan masih banyak materi yang belum
disampaikan dan dipahami oleh kelompok sesuai dengan matrik rencana kegiatan
pendampingan yangtelah disepakati bersama
2. Usaha-usaha ekonomi produktif kelompok masih belum berkembang, karena saat
ini kelompok tidak melakukan kegiatan usaha-usaha produktif mereka
3. Kelompok masih mengalami kesulitan permodalan dan pemasaran hasil-hasil
produksi
4. Kelompok memerlukan perbaikan alat-alat dan mutu produksi
5. Kelompok perlu meningkatkan partisipasi dan jumlah laki-laki dalam setiap
pertemuan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
134
Pendampingan Reguler Program Pemberdayaan Masyarakat Proyek
SSFFMP, di Desa Muara Telang Kec. Muara Telang dan Desa
Upang Kec. Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin
Chandra, LSM-LPH-PEM
Untuk pendampingan kepada Kelompok Tani dan Upja secara Reguler Pendampingan
terlebih dahulu memberikan Pengertian mengenai Peran dan Fungsi Pendamping LSM dan
Motivator Desa, Pengertian yang diberikan sebagai berikut :
Memfasilitasi asistensi dalam pengembangan organisasi, administrasi, permodalan
usaha dan jaringan ;
Memberikan dorongan dan semangat demi kemerhasilan dalam kemandirian
kelompok ;
Memberikan konsultasi terhadap masalah – masalah yang dihadapi dan memberikan
alternatif pemecahan masalah yang ada ;
Menjadi penghubung antara kelompok/masyarakat baik ke dinas – dinas terkait,
maupun lembaga donor ;
Menjadi penengah yang netral ;
Menjadi pembela terhadap kepentingan dan hak – hak kelompok/masyarakat.
Dengan memberikan pengertian Peran dan Fungsi Pendamping LSM dan Motivator Desa
kepada para anggota kelompok dan pengurus diharapkan ada kerjasama yang harmonis
antara Pendamping/Motivator Desa dengan kelompok yang didampingi.
Desa Dampingan
1. Desa Muara Telang Kecamatan Muara Telang Kab. Banyuasin
Untuk saat ini Desa Muara Telang Kecamatan Muara Telang Kabupaten
Banyuasin telah ada 6 kelompok Tani dan satu Kelompok Pengelola Upja yang
berawal dari 2 kelompok Tani dan Upja yang difasilitasi SSFFMP. Kelompok
Tani Desa Muara Telang telah didampingi mulai 2003 sampai sekarang.
2. Desa Upang Kecamatan Makarti Jaya kab. Banyuasin
Kelompok Tani desa Upang yang difasilitasi SSFFMP baru didampingi mulai
bulan April 2006 yang pada saat ini baru satu kelompok yang intens didampingi.
Materi Dampingan
Materi pokok yang disampaikan kepada anggota kelompok dampingan untuk Desa
Muara Telang dan Desa Upang adalah sama untuk tiap-tiap kelompok yang meliputi
5 (lima) aspek: 1). Aspek Kelembagaan / Organisasi, 2). Aspek Administrasi, 3).
Aspek Permodalan, 4). Aspek Usaha Produktif, 5). Aspek Pengakaran.
Kondisi Kelompok
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
135
Seluruh kelompok tani dan Kelompok UPJA baik yang di Desa Muara Telang maupun desa
Upang saat ini telah memiliki AD/ART kelompok, yang dalam penyusunannya di fasilitasi
pendamping, dan ada juga kelompok yang memfasilitasi kelompoknya sendiri dalam
menyusun AD/ART hal ini memungkinkan karena kelompok-kelompok telah mendapat
pelatihan-pelatihan serta study banding ke beberapa daerah
Keanggotaan
Keanggotaan kelompok-kelompok tani maupun UPJA adalah orang-orang yang memiliki
optimisme dan kemauan yang kuat untuk maju, walaupun keanggotaan masih didominasi
oleh kamu laki-laki namun wanitanya pun banyak yang beperan sebagai pengurus kelompok.
Pihak – pihak yang terlibat dalam pendampingan
Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan banyak pihak – pihak yang berperan aktif
yang ikut berusaha memajukan kelompok antara lain :
1. Kades, yang membantu memberikan pemahaman kepada anggota kelompok,
memberlkan petunjuk dan kemudahan administrasi birokrasi, memberikan
referensi ;
2. PPL, membantu memberikan pengetahuan tentang tehnis pertanian dan mencarikan
solusi masalah – masalah pertanian, serta membangun jaringan kerja;
3. Tokoh masyarakat, memberikan dorongan serta tauladan yang baik, baik dalam
kegiatan pertanian maupun dinamika kelompok ;
4. Motivator Desa, dengan kemampuan yang dimilikinya mampu memfasilitasi
kegiatan kelompok serta membantu kegiatan administrasi kelompok ;
5. Tokoh Pemuda, dengan semangat yang mereka miliki mampu membuka wawasan
yang baru bagi anggota kelompok dan menjadi ujung tombak dalam kegiatan
kelompok.
Kendala-kendala
Kendala yang ditemui dalam melakukan pendampingan :
1. Kendala yang sangat klasik yaitu dana/ modal
2. Tingkat pengetahuan anggota kelompok yang masih rendah
3. Orientasi pemikiran awal para anggota tentang keberadaan kelompok
4. Perkembangan keanggotaan kelompok belum sebanding dengan fasilitas yang
dimiliki kelompok.
Solusi
1. Membuat usaha – usaha kelompok, jasa simpan pinjam, pemasaran bersama
2. Melakukan peltihan mangement usaha
3. Memberikan pemahaman bahwa harus mendahulukan kewajiban dari pada hak
melalui pendampingan rutin
4. Melakukan kerjasama dengan lembaga lessing untuk pengadaan alat pertanian dan
5. Mengadakan Pelatihan administrasi keuangan kelompok bagi pengurus
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
136
Tabel 1: Matrik Kemajuan pendampingan di desa Muara Telang dan Desa Upang
Bulan Desa Muara Telang Desa Upang
April Pengkajian perkembangan
kelompok
Implemetasi hasil
kesepakatan AD/ART
Penggalian kebutuhan
kelompok dalam menunjang
keberhasilan pertanian
Pemantapan tingkat keberhasilan
UPJA
Fasilitasi perkembangan
kelompok
Penggalian masalah dan potensi
kelompok
Pehamanan peran dan fungsi
anggota / pengurus
Mei Review aturan kelompok
Review tingkat keberhasilan
UPJA
Penyusunan rencana kerja
pasca panen
Fasilitasi penyusunan
/pembahasan AR/ART
Juni Dinamika kelompok
Tujuan berkelompok
Prinsip-prinsip menuju
kemandirian kelompok
Fasilitasi pemantapan kinerja
pengurus
Review sisitem pengelolaan UPJA
Juli Pemantapan sistem
administrasi kelompok
Pemantapan sistem administrasi
kelompok
Agustus Pelatihan Administrasi dan
keuangan kelompok
Pelatihan Administrasi dan
keuangan kelompok
September Review perkembangan
kelompok
Penggalian sumber-sumber
dana alternatif
Review perkembangan kelompok
Penggalian sumber-sumber dana
alternatif
Oktober Dinamika kelompok
Membangun jaringan kerja
Keterbukaan dan
kebersamaan
Fungsi kelompok dalam
masyarakat desa
Dinamika kelompok
Membangun jaringan kerja
Keterbukaan dan kebersamaan
Fungsi kelompok dalam
masyarakat desa
Nopember Evaluasi dampak Evaluasi dampak
Desember Fasilitasi rapat bulanan
Rencana kerja kelompok
Fasilitasi rapat bulanan
Rencana kerja kelompok 2007
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
137
Pengalaman, Permasalahan Dan Harapan Motivator Desa Upang
Thamrin Arisondi, Motivator Desa Upang.
Berbicara tentang pengalaman, kiranya tidak berlebihan kalau kami mengatakan apa yang
kami dapat dari proyek merupakan pangalaman yang sangat berharga. Konsep yang
diterapkan oleh SSFFMP bagi desa prioritas, adalah konsep kerakyatan, karena mulai
dari perencanaan digali dari dan mendapat sambuatn masyarakat, walaupun tidak begitu
banyak usulan atau keinginan masyarakat yang dapat dikabulkan oleh SSFFMP. Bukan
hanya bantuan peralatan yang hanya kami dapat. Tetapi, yang membuat bantuan itu
bernilai, adlah seiring dengan bantuan peralatan biasanya disertai dengan pelatihan
pengoperasian dan pelatihan-pelatihan lainnya. Adapun yang kami maksud dengan
pelatihan lainnya, adalah nerkaitan dengan usaha pertanian, penyadartahuan masyarakat,
baik itu masalah karhutlah, managemen kelompok, pembukuan keuangan, dan yang tak
kalah pentingnya adalah kesadaran gender.
Dari segi keberhasilan, desa kami termasuk berhasil. Minimal alat yang dibantu masih
ada, meskipun dari segi kemajuan masih pasif dan belum berkembang pesat. Bagi kami
inilah kenyataan yang ada. Dalam pengamatan kami, bantuan alat pengering gabah pada
UPJA Jaya Bersama masih minimnya ilmu tentang perawatan alat. Cadangan dana untuk
perbaikan pun juga masih belum tersedia oleh kelompok. Masih sulit dipisahkan antara
pendapatan kelompok dan pendapatan pribadi pengurus kelompok. Tentu butuh waktu
lama untuk meluruskan masalah ini.
Ada kabar gembira dalam hal ini, meskipun di Upang kurang berhasil, tetapi daerah
penyebaran yang mencontoh alat tersebut, malah lebih berhasil, karena menggunakan
modal sendiri.
Inilah sekedar gambaran yang terjadi dalam hal ini jelas ada kekurangan dan
kelebihannya. Secara umum masih bisa diperbaiki seiring dengan waktu dan kami menilai
faktor keberhasilan lebih banyak daripada faktor ketidak berhasilan. Antara lain :
Comparative Study ke berbagai daerah, difasilitasi SSFFMP
Pelatihan ERT (Ekonomi Rumah Tanga)
Pengkaderan, sebagaimana perencanaan para motivator.
Dari ketiga point ini, secara lamban namun pasti, jelas akan merubah pola pikir ke arah
yang lebih baik.
Harapan-harapan
Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat SSFFMP Kab. Banyuasin
”Keberlanjutan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang berwawasan Gender
Sebagai Bagian Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan”
Asrama Haji Palembang, Tgl. 23 – 24 Agustus 2006
138
Agar proyek ini ditambah beberapa tahun lagi, supaya kelompok lebih mandiri dan
masyarakat lebih merasakan manfaat adanya proyek di Desa Upang. Kepada pihak-pihak
terkait, antara lain dinas dan instansi yang kompeten dalam hal ini, kami minta untuk
dapat memberi pembinaan yang intensif. Siapa yang akan meneruskan pembinaan ini ?.
Mengingat proyek SSFFMP akan berakhir.
Demikianlah akhirnya, paparan ini saya buat berdasarkan pengalaman yang kami dapat,
selanjutnya dengan berjalannya waktu, segalanya bisa berubah.
: